ACARA 1 ENERGI FOSIL (MINYAK) Diajukan untuk menyelesaikan tugas Matakuliah Energi dan Elektrifikasi Pertanian (ENFITA) LAPORAN Oleh: Angga Suprayogi NIM 121710201034 Kelompok 2 TEP-B JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum energi fosil (minyak) ini dilaksanakan pada: Hari : Jum’at Tanggal : 25 April 2014 Pukul : 07.30 WIB – selesai Tempat : Laboratorium Instrumentasi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. 3.2 Alat dan Bahan 1. 1 buah kompor masak 2. Tangki bahan bakar (1500 ml) 3. Meteran 4. Panci untuk menjerang air 5. Thermometer 6. Stop watch 3.2 Cara Kerja Mulai Hidupkan kompor dengan tangki bahan bakar pada ketinggian tertentu Ukur volume bahan bakar dalam tangki, tetapkan besanya lubang nosel Ukur volume air sejumlah tertentu dan temperaturnya Panaskan panci berisi air di atas kompor sampai 6 kali pengamatan dengan mengukur perubahan volume minyak dan temperatur air Ulangi poin 1 – 4 di atas dengan ketinggian tangki bahan bakar yang lebih rendah Selesai BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Ketinggian permukaan minyak dari kompor = 150 cm Volume air = 720 ml Sisa air setelah proses = 700 ml Pengamatan Waktu Temperatur air Tinggi minyak Volum minyak dlm tangki Volume minyak yang terbakar (cm3) 1 0 29 ◦C 7,5 cm 376,8 ml 0 2 60 31 ◦C 7,3 cm 366,8 ml 10 ml 3 60 33 ◦C 7 cm 351,7 ml 15,1 ml 4 60 35 ◦C 6,8 cm 341,6 ml 10,1 Tinggi minyak Volum minyak dlm tangki Volume minyak yang terbakar (cm3) Ketinggian permukaan minyak dari kompor = 85 cm Volume air = 700 ml Sisa air setelah proses = 690 ml Pengamatan Temperatur Waktu air 1 0 35 ◦C 6,9 cm 346,7 ml 0 2 60 37 ◦C 6,8 cm 341,6 ml 5,1 ml 3 60 39 ◦C 6,7 cm 336,6 ml 5 ml 4 60 40 ◦C 6,6 cm 331,6 ml 5 ml 4.2 Tugas dan Pembahasan 4.2.1 Perjalanan dan perubahan wujud bahan bakar serta gas sisa dari proses pembakaran Sebelum melakukan proses pembakaran, bahan bakar dalam sebuah botol ukuran 1500 ml yang akan digunakan disambungkan dengan suatu selang menuju kompor dan diletakkan dengan posisi lebih tinggi dari posisi kompor dengan tujuan bahan bakar tersebut dapat mengalir ke kompor. Bahan bakar tersebut kemudian mengalir dari botol ke tangki kompor yang kemudian karena adanya udara yang bereaksi dengan bahan bakar dan dengan dibantu suatu pemicu menggunakan korek api serta karena temperature yang terjadi lebih besar dari titik nyala bahan bakar tersebut maka terjadinya proses pembakaran yaitu bahan bakar tersebut terbakar dan menjadi api. Reaksi kimia dari pembakaran tersebut adalah sebagai berikut: CxHyOz + O2 CO2 + H2O 1 2 Gambar. Konstruksi Kompor Pada Praktikum 4.2.2 Panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak pada pengamatan kedua dan ketiga Untuk mengetahui besarnya panas/kalor yang dihasilkan dari pembakaran minyak pada saat pengamatan kedua dan ketiga pada kondisi letak tangki minyak berada 150 cm di atas kompor adalah sebagai berikut. Massa minyak = ρ x V minyak terbakar = 0,8 g/cm3 x 5 cm3 = 4 gram Q minyak = 0,004 kg = m. c. ΔT = 0,004 kg . 220 J/kg°C . 1°C = 0,88 Joule Jadi besarnya panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak pada pengamatan kedua dan ketiga pada percobaan 1 adalah sebesar 0,88 Joule. Sedangkan untuk percobaan yang kedua letak tangki minyak diletakkan lebih rendah dengan jarak 85 cm di atas kompor, maka untuk mengetahui panas yang dihasilkan adalah sebagai berikut. Massa minyak = ρ x V minyak terbakar = 0,8 g/cm3 x 5 cm3 = 4 gram Q minyak = 0,004 kg = m. c. ΔT = 0,004 kg . 220 J/kg°C . 1°C = 0,88 Joule Jadi besarnya panas yang dihasilkan pada pengamatan kedua dan ketiga pada percobaan 2 ini sama dengan percobaan 1 karena perubahan suhu dan besarnya volume minyak yang terbakar nilainya adalah sama yaitu sebesar 0,88 joule. 4.2.3 Panas yang diserap air pada pengamatan kedua sampai pengamatan ketiga Untuk mengetahui besarnya panas/kalor yang diserap air pada saat pengamatan kedua dan ketiga pada kondisi letak tangki minyak berada 150 cm di atas kompor adalah sebagai berikut. Massa air =ρxV = 1 g/cm3 x 720 cm3 = 720 gram Q serap air = 0,72 kg = m. c. ΔT = 0,72 kg . 4200 J/kg°C . 1°C = 3024 Joule Jadi besarnya panas yang diserap air pada pengamatan kedua dan ketiga adalah sebesar 3024 Joule. Sedangkan untuk percobaan yang kedua letak tangki minyak diletakkan lebih rendah dengan jarak 84,5 cm di atas kompor, maka untuk mengetahui panas yang diserap air adalah sebagai berikut. Massa air =ρxV = 1 g/cm3 x 700 cm3 = 700 gram Q air = 0,7 kg = m. c. ΔT = 0,7 kg . 4200 J/kg°C . 1°C = 2940 Joule Jadi besarnya panas yang diserap oleh air pada kondisi 2 ini adalah sebesar 2940 Joule. 4.2.4 Efiensi thermal tungku Berikut adalah perhitungan efisiensi termal tungku pada saat botol minyak berjarak 150 cm di atas kompor. Diketahui tinggi minyak pada saat awal sebelum dilakukan pembakaran adalah 7,5 cm kemudian diakhir pembakaran tinggi minyak menjadi 6,8 cm, sehingga dapat diketahui total minyak yang terpakai setinggi 0,7 cm. Kemudian pada awal pembakaran suhunya 29°C dan diakhir pengamatan suhunya 35°C sehingga diketahui perubahan suhunya sebesar 6°C. Vtotal minyak terbakar = π . r2 . t = 22 7 . (4 cm)2 . 0,7 cm = 35,16 cm3 Massa minyak total = ρ x Vtotal = 0,8 g/cm3 x 35,16 cm3 = 28,128 gram = 0,0281 kg Q minyak total = m. c. ΔT = 0,0281 kg . 220 J/kg°C . 6°C = 37,092 Joule Air pada saat awal pembakaran volumenya 720 ml dan pada akhir pembakaran tersisa 700 ml. Jadi untuk kalor total yang diserap air berdasarkan jumlah air yang teruapkan adalah sebagai berikut. Massa air teruapkan =ρxV = 1 g/cm3 x 20 cm3 = 20 gram Q total air teruapkan = 0,02 kg = m. c. ΔT = 0,02 kg . 4200 J/kg°C . 6°C = 504 Joule Maka: efisiensi termal tungku = Q total air / Q total minyak = 504 Joule / 37,092 Joule = 13,587 joule Sedangkan pada kondisi 2 yaitu ketinggian botol minyak 85 cm diketahui tinggi minyak dalam botol yaitu 6,9 cm dan diakhir pembakaran tinggi minyak menjadi 6,6 cm, sehingga dapat diketahui jumlah minyak yang terbakar setinggi 0,3 cm. Perubahan suhu yang terjadi antara awal 35oC dan akhir 40oC proses pembakaran yaitu 5°C. Vtotal minyak terbakar = π . r2 . t = 22 7 . (4 cm)2 . 0,3 cm = 15,07 cm3 Massa minyak total = ρ x Vtotal = 0,8 g/cm3 x 15,07 cm3 = 12,05 gram Q minyak total = 0,0120 kg = m. c. ΔT = 0,0120 kg . 220 J/kg°C . 5°C = 2,64 Joule Air pada saat awal pembakaran volumenya 700 ml dan pada akhir pembakaran tersisa 690 ml. Jadi untuk kalor total yang diserap air berdasarkan jumlah air yang teruapkan adalah sebagai berikut. Massa air teruapkan =ρxV = 1 g/cm3 x 10 cm3 = 10 gram Q total air teruapkan = 0,01 kg = m. c. ΔT = 0,01 kg . 4200 J/kg°C . 5°C = 210 Joule Maka: efisiensi termal tungku = Q total air / Q total minyak = 210 Joule / 2,64 Joule = 79,54 joule 4.2.5 Efisiensi thermal kompor selama percobaan kedua dengan ketinggian 85 cm Total panas dari minyak : V total minyak terbakar = π . r2 . t = Massa minyak total 22 7 . (4 cm)2 . 0,3 cm = 15,07 cm3 = ρ x Vtotal = 0,8 g/cm3 x 15,07 cm3 = 12,05 gram Q minyak total = 0,0120 kg = m. c. ΔT = 0,0120 kg . 220 J/kg°C . 5°C = 2,64 Joule Total panas yang diterima oleh air untuk percobaan kedua ini adalah sebagai berikut. Q total air = Q menaikkan temperatur air + Q penguapan = (m. c. ΔT) + (m. U) = (0,08 kg . 4200 J/kg°C . 5°C) + (0,08 kg + 22,6.105 J/kg) = 1680 J + 180800 J = 182480 Joule. Efisiensi termal = Q total air / Q total minyak = 182480 Joule / 2,64 Joule = 69121,21 joule Jadi besarnya efisiensi termal tungku pada percobaan 2 adalah sebesar 69121,21 joule 4.2.6 Cara menaikkan efisiensi tungku Untuk menaikkan efisiensi dari sebuah tungku yaitu dapat dilakukan dengan menggunakan bahan konstruksi tungku yang terbuat bahan-bahan konduktor yang mampu menghantarkan panas dengan baik dan dapat menghasilkan rendemen panas yang tinggi seperti contohnya alumunium, besi, dan logam lainnya. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan membuat luas permukaan yang lebih besar karena semakin besar luas permukaan maka perambatan panas menjadi lebih besar pula. Jika dilihat dari bahan biomassa sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang mampu menghasilkan suhu yang efisien dengan perambatan yang menyeluruh dan mudah dicapai serta diusahakan tungku yang efisien yaitu tungku yang memiliki umur ekonomis yang relative lama dan dari segi pemeliharaannya mudah dan murah. 4.2.7 Pemanasan kompor pada awal proses pembakaran Pada saat awal akan dilakukan pemanasan air dan kegiatan memasak lainnya pasti kompor yang akan digunakan tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Tujuan dari perlakuan memanaskan kompor ini yaitu agar panas hasil dari pembakaran bahan bakar minyak tersebut dapat menyebar secara merata dahulu dan telah dicapai panas yang cukup. Sehinga dengan hal seperti itu, pada saat ada wadah bahan yang digunakan seperti panci dapat dengan cepat merambat ke seluruh bagian panci termasuk pada bahan yang akan dipanaskan. 4.2.8 Perubahan energy minyak menjadi energy cahaya pada lampu petromaks Gambar. Mekanisme Kerja Lampu Petromaks Lampu petromaks merupakan lampu berbahan bakar minyak tanah (paraffin/kerosin) yang ditekan ke atas, diubah menjadi uap untuk memanaskan kaus lampu hingga berpijar. Prinsip kerja dari lampu petromaks ini yaitu tangki bahan bakar bertekanan untuk sekitar 2 atmosfer (2 bar, atau 30 psi) dengan udara yang dibuat dengan pompa tangan. Tekanan ini digunakan untuk memaksa cairan minyak tanah menjadi uap. Awalnya, alat penguap harus dipanaskan terlebih dahulu sehingga merubah minyak tanah menjadi gas sebelum menyalakan bahan/kaos petromak. Preheating ini dapat dicapai dengan membakar alkohol dituangkan dalam suatu cangkir preheating yang terletak di dasar alat penguap atau dibawah kaus. Setekah beroperasi, panas dari pijaran api biru (terbungkus dalam kaus) digunakan untuk mengubah minyak tanah cair menjadi gas/uap yang naik melalui alat penguap. Minyak tanah cair menjadi uap pada suhu sekitar 250°C, sekitar setengah jalan ke puncak alat penguap. Uap Minyak tanah melanjutkan perjalanan melalui alat penguap yang melingkar, dan mengalami peningkatan suhu, sampai keluar dari lubang kecil di ujung alat penguap mendekati kecepatan suara (1000 ft/sec). Setelah keluar uap, minyak tanah mulai menyebar dan bercampur dengan udara di ruang persegi kecil di sisi lampu petromak. Bercampurnya uap minyak tanah dengan udara yang mengakibatkan bunyi mendesis lampu Petromaks pada saat digunakan. Uap minyak tanah dan udara bergerak ke dalam tabung di mana keduanya bercampur dalam satu aliran yang berputar (turbulen). Hal ini menjamin pembakaran yang sempurna dan keluar dari nosel keramik, menghasilkan panas dan nyala api warna biru yang bersih dan membakar kaos petromak. 4.2.9 Penyediaan energy di pedesaan dengan biogas Dalam mendukung salah satu energy alternative untuk mendukung kegiatan hemat penggunaan energy fosil, biogas termasuk salah satunya yang kini banyak diterapkan misalnya di pedesaan. Manfaat dari biogas ini antara lain untuk keperluan memasak, penerangan, pompa air, boiler, dan sebagainya karena biogas ini dapat menghasilkan gas metan yang mampu menggantikan penggunaan bahan bakar minyak. Biogas biasanya terbuat dari bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. 1) Pada bahan organic (limbah pertanian) dan kotoran ternak yang disediakan sebagai baku akan diuraikan substratnya oleh mikroorganisme penghasil enzim selulotik, lipolitik, dan proteolitik.enzim yang dihasilkan ini berfungsi mempercepat hidrolisa dari polimer menjadi monomer. Pada tahap ini terdapat proses fermentasi sehingga akan terjadi juga penurunan pH, dan pada proses kesetimbangan pH akan stabil kembali yaitu sekitar 7. 2) Senyawa monomer larut yang dihasilkan dari tahap pertama kemudian akan diproses menjadi asam-asam organik yang merupakan hasil akhir dari metabolisme bakteri. Asam yang dihasilkan adalah asam asetat, asam propionate, dan asam liktat. Namun bakteri metagonik hanya memanfaatkan asam asetat. 3) Asam asetan, methanol, koarbondioksida dan gas hydrogen yang dihasilkan dari tahap 2 oleh bakteri metagonik dijadikan substrat untuk diuraikan menjadi gas methan. Agar proses produksi gas methan tersebut dapat maksimal maka kondisi lingkungan harus dijaga karena bakteri metagonik ini senndiri sangat peka terhadap oksigen, senyawa yang memiliki tingat oksidasi tinggi dan perubahan pH. Hasil dari tahap inilah merupakan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar minyak. BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Bahan bakar adalah suatu substansi yang ketika dipanaskan akan mengalami reaksi kimia dengan pengoksidasi (oksigen) yang terkandung di dalam udara yang dapat melepaskan panas atau energi. 2. Efisiensi tungku dapat ditingkatkan dengan memperbaiki konstruksi bahan yaitu menggunakan bahan yang bersifat konduktor dan mampu menghasilkan rendemen panas yan tinggi serta menggunakan biomassa yang tepat dan hemat. 3. Lampu petromaks merupakan lampu berbahan bakar minyak tanah (paraffin/kerosin) yang ditekan ke atas, diubah menjadi uap untuk memanaskan kaus lampu hingga berpijar. 4. Pemanfaatan gas bio sebagai energi alternatif merupakan salah satu bahan bakar yang mampu mneghasilkan gas methan dengan jumlah besar sebagai pengganti bahan bakar fosil untuk kegiatan memasak, penerangan, pompa dan sebagainya. 5.2 Saran Dalam praktikum selanjutnya para asisten supaya memberikan bimbingan yang lebih terhadap para praktikan terlebih dahulu supaya tidak menghambat jalannya praktikum dan tidak ada kesalahan dalam proses pengumpulan data. DAFTAR PUSTAKA Supriyono. 2010. Energi Minyak. http://www.e-bookspdf.org/download/energi minyak.html (24 April 2014).