Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan dan

advertisement
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Public Relations
2.1.1
Pengertian Public Relations
Frank Jefkins1 mengatakan bahwa “Public Relations adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu
organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”.
Menurut Webster‟s New World Dictionary 2 , “Public Relation adalah
hubungan dengan masyarakat luas, seperti melalui publisitas, khususnya fungsi –
fungsi korperasi, organisasi, dan sebagainya yang berhubungan dengan suatu
usaha untuk menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan untuk
dirinya sendiri”.
Pendapat lain mengenai Public Relations adalah fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan
organisasi tersebut 3.
1
2
3
Frank Jefkins, Public Relations, disempurnakan oleh Daniel Yadin, Jakarta: Erlangga,
2004,10
H.Frazier Moore, Ph.D., Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2004 : 6
Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen. M. Broom, Effective Public Relations, Jakarta: PT.
Dian Rakyat Jakarta, 2006, 6
14
Namun seorang tokoh profesional dan akademik di bidang public relations,
Rex F.Harlow 4 menunjukkan apakah yang dimaksud dengan seorang public
relations bukan hanya sekedar apa yang dilakukan oleh seorang public relations.
Definisinya tentang Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang
membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama,
penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan publiknya; PR melibatkan
manajemen problem atau manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap
responsif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR mendefinisikan
dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik;
PR membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan
perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan
awal untuk mengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR menggunakan riset
dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya.
Institute of Public Relations (IPR) mengemukakan definisinya tentang
Public Relations sebagai keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good
will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Atau dapat dikatakan Public Relations merupakan rangkaian kegiatan yang
diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan
semuanya ini berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Dan sama sekali
bukan kegiatan yang sifatnya mendadak 5.
4
5
Ibid., 5.
Frank Jefkins, op.cit., 5
15
W. Emerson Reck
6
, seorang PR Director of Colgate University
memberikan definisi lain, Public Relations adalah kelanjutan dari proses
penetapan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan
kepentingan orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh
kepercayaan dan jasa baik dari mereka, sedangkan pelaksanaan kebujaksanaan,
pelayanan, dan sikap itu adalah untuk menjamin adanya pengertian dan
penghargaan yang sebaik–baiknya.
Charles.S.Steinberg 7 mengemukakan bahwa “Public Relations adalah
menciptakan opini publik yang menyenangkan tentang kegiatan–kegiatan yang
dilakukan oleh badan atau perusahaan yang bersangkutan”
Seorang Pelopor Public Relations Modern, Paul W. Garrett8 menyatakan
bahwa “ Public Relations adalah suatu sikap pikiran yang mendasar, suatu
filsafat manajemen, yang dengan sengaja dan mandiri menempatkan kepentingan
masyarakat luas lebih dulu dalam setiap keputusan yang memperngaruhi operasi
suatu perusahaan”.
Sementara itu World Assembly of Public Relations mendefinisikan Humas
sebagai berikut : “PublicRelations adalah seni dan ilmu sosial dalam
menganalisis kecendrungan, memperkirakan akibat – akibat, memberikan saran
kepada pimpinan perusahaan serta melaksanakan program tindakan terencana
yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya”.9
6
7
8
9
Kustadi Suhondang, Public Relations Perusahaan, Kajian Program Implementasi, Bandung: PT.
Nuansa, 2004, 44.
Ibid., 53.
H. Frazier Moore, op.cit., 7
Morussan, M.A., Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008, 8
16
2.1.2
Fungsi Public Relations
Definisi yang lebih spesifik yang menekankan pada tanggung jawab
khususnya bagi seorang Public Relations, diberikan oleh Public Relation News,
yang menyatakan bahwa, Public Relations adalah fungsi manajemen
yang
mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan–kebijaksanaan
dan prosedur–prosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan
kepentingan publik dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan
pengertian dan penerimaan publik 10.
Namun ada yang menyatakan bahwa fungsi dari Public Relations sering
menjadi bagian dari perusahaan untuk membantu dan mengimplementasikan
strategi– strategi perusahaan11.
Harwood L.Childs 12 , seorang profesor dari Yale dan pendiri Public
Opinion Quarterly mengatakan fungsi dasar seorang Public Relations adalah
merekonsialisasikan atau menyesuaikan aspek–aspek dari perilaku korporat dan
personal kita, yang mengandung signifikansi sosial dengan kepentingan publik.
Dan dia menganggap fungsi Public Relations adalah membantu organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Cutlip,
Center dan
Broom menegaskan
bahwa fungsi dari
Public
Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
10
11
12
H.Frazier Moore, Ph.D., op.cit., 6
Robert L. Heath, Encyclopedia of Public Relations, New Delhi: Sage Publication, 2005,
xxxvi)
Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen M, Broom, loc. cit.
17
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut 13.
Pendapat lain datang dari Glenn and Denny Griswold (1948 : 4) di dalam
bukunya Your Public Relations, dia mengatakan Public Relations merupakan
suatu fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menyatakan kebijaksanaan
dan prosedur (tata laksana) seseorang atau suatu organisasi atas dasar kepentingan
publik, dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan
pengakuan yang baik dari publik 14.
Menurut Rosady Ruslan bahwa Public Relations memiliki tiga fungsi
utama, yaitu15 :
1. Sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi
perusahaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two
way traffic reciprocal communication). Dalam hal ini, di satu pihak
melakukan fungsi komunikasi yang merupakan bentuk penyebaran
informasi, dilain ihak komunikasi berlangsung dalam bentuk
penyampaian pesan dan menciptakan opini publik (public opinion).
2. Membangun atau membina hubungan (relationship) yang positif dan
baik dengan pihak publik sebagai target sasaran, yaitu publik internal
dan eksternal. Khususnya dalam menciptakan saling mempercayai
(mutuallyunderstanding), dan saling memperoleh manfaat bersama
13
14
15
Ibid.
Kustadi Suhondang, op.cit., 53
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada , 2005, 10-11
18
(mutually symbiosis) antara lembaga atau organisasi perusahaan dan
publiknya.
3. Peranan back up management dan sebelumnya dijelaskan bahwa
fungsi Public Relations melekat pada fungsi manajemen, berarti ia
tidak dapat dipisahkan oleh manajemen.
Ketua Dewan Spring Mills, Inc di Front Mill, Carolima Selatan, H.W
Close mendefinisikan fungsi PublicRelations sebagai suatu fungsi manajemen
dan mengidentifikasikan masalah–masalah yang lebih besar kepentingannya bagi
organisasi dan kemudian merekomendasikan apa yang seharusnya dilakukan
organisasi untuk mengatasi masalah tersebut 16.
Rhenald Kasali diambil dari Public Relation News
17
mengatakan
bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi
terhadap sikap–sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur
seseorang atau sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana serta
menjalankan program–program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan
penerimaan publik
2.1.3
Peran Public Relations
Peran Public relations di dalam sebuah perusahaan atau organisasi
merupakan salah satu kunci penting dalam pemahaman mengenai fungsi public
relations dan komunikasi organisasi. Peranan pokok Public Relations yaitu
membentuk opini publik yang positif mengenai organisasi atau perusahaan yang
16
17
H.Frazier Moore, op. Cit., 10
Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004, 44
19
diwakilinya, seorang Public relations juga harus mampu menjadi komunikator
yang baik, mediator yang cakap, organisator yang handal serta dapat menjadi
konsultan yang baik dalam upayanya untuk mendapatkan dan mempertahankan
citra yang positif mengenai organisasi atau perusahaannya.
Menurut Frida Kusumastuti18 , peranan Public Relations dapat dibedakan
menjadi dua, yakni peranan manajerial (communication manager role) dan
peranan teknis (communication tehnican role). Peranan manajerial dikenal dengan
peranan di tingkat messo (manajemen) yang mana dapat diuraikan menjadi tiga
peranan, yakni expert preciber communication, problem solving process
facilitator, dan communication facilitator, sehingga bisa dijelaskan lebih jauh
terdapat empat peranan Public Relations yang meliputi sebagai berikut :
1. Expert Preciber Communication.
Public Relations dianggap sebagai orang yang ahli. Dia menasehati
pimpinan perusahaan atau organisasi. Hubungan mereka diibaratkan
seperti hubungan dokter dan pasien.
2. Problem Solving Process Facilitator.
Yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah.
Pada peranan ini Public Relations melibatkan diri atau dilibatkan
dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan bila
memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.
18
Frida Kusumastuti, Dasar – dasar Hubungan Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
20
3. Communication Facilitator.
Peranan Public Relations sebagai fasilitator komunikasi antara
perusahaan atau organisasi dengan publik. Baik dengan publik
eksternal maupun internal. Istilah yang paling umum adalah sebagai
jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan. Dalam arti lain
yaitu sebagai media atau penengah bila terjadi miscommunication.
4. Technician Communication.
Dalam hal ini disini Public Relations sebagai pelaksana teknis
komunikasi. Dimana dia menyediakan layanan di bidang teknis.
Sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang
akan digunakan bukan merupakan keputusan Public Relations yang
melaksanakannya.
Peranan Public Relations dalam suatu organisasi menurut Dozier &
Broom, dalam buku yang ditulis oleh Rosady Ruslan 19, adalah :
1. Sebagai penasehat ahli
2. Sebagai fasilitator komunikasi
3. Sebagai fasilitator pemecahan masalah
4. Sebagai teknisi komunikasi
Berkaitan dengan peranan Public Relations sebagai pelaksana teknis
komunikasi, maka dalam teknik komunikasi kegiatan Public Relations. Kebijakan
dan keputusan yang digunakan sangat berhubungan dengan tugas seorang Public
Relations. Peran Public Relations pada intinya adalah :
19
Rosady Ruslan. Op.cit, 20
21
1. Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau
perusahaan yang diwakilinya dengan publik atau masyarakat
2. Membina hubungan yang baik dengan khalayak publiknya
3. Sebagai pendukung dalam fungsi majanemen organisasi atau
perusahaan
4. Berusaha untuk membentuk citra bagi organisasi atau perusahaannya
2.1.4
Tugas Public Relations
Menurut Maria Assumpta Rumanti20 bahwa 5 (lima) tugas pokok Public
Relations, yaitu :
1. Menyelenggarakan
dan
bertanggung
jawab
atas
penyampaian
informasi scara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik.
Supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi
atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat
umum atau masyarakat. Disamping itu juga, menjalankan dan
bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan
lingkungan.
3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi Public Relations, menyadari citra
yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, publikasi, dan
seterusnya. Tetapi terletak bagaimana organisasi bisa mencerminkan
organisasi
20
yang
dipercayai,
memiliki
kekuatan,
mengadakan
Maria Assumpta Rumanti, Sr. Dasar–dasar Public Relations Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Grasindo,
2004, 92.
22
perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk
dikontrol dan dievaluasi.
4. Tanggung jawab sosial. Public Relations merupakan instrumen untuk
bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak.
5. Komunikasi. Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang
khusus,
komunikasi timbal balik, maka pengetahuan komunikasi
menjadi modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu sentral, perlu
juga untuk dimiliki adalah pengetahuan manajemen dan kepemimpinan,
struktur organisasi
Dalam proses komunikasi timbal balik itu sendiri, komunikasi yang
dilakukan oleh seorang Public Relations berkaitan dengan fungsinya sebagai
seorang komunikator.
Oxley (1987 :12-13) 21 menyatakan bahwa tugas Public Relations adalah
untuk memberi layanan pada organisasi - organisasi yang disebut manajemen itu.
Secara rinci dikatakan tugas – tugas tersebut adalah :
1. Memberi saran kepada manajemen tentang semua perkembangan
internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan
organisasi dengan publik–publiknya.
2. Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik–
publik utama pada saat ini atau antisipasi sikap publik–publik pokok
terhadap organisasi.
21
Yosal Iriantara, op.cit., 45
23
3. Bekerja sebagai penghubung (liaison) antara manajemen dan publik–
publiknya
4. Memberi laporan berkala kepada manajemen tentang semua kegiatan
yang mempengaruhi hubungan publik dengan organisasi.
Tugas seorang Public Relations lain adalah sinkronisasi antara informasi
dari perusahaan dengan reaksi dan tanggapan publik sehingga mencapai suasana
akrab, saling mengerti dan muncul suasana yang menyangkut dalam interaksi
perusahaan dengan publik 22.
2.2
Hubungan dan Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
2.2.1
Pengertian Hubungan Interpersonal
Bimo Walgito 23 menyatakan bahwa salah satu sifat manusia adalah
sebagai mahluk sosial, disamping sebagai mahluk individual. Sebagai mahluk
individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan
dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai mahluk sosial manusia mempunyai
dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai
dorongan sosial.
Sebagai mahluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain.
Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka. Kita
memerlukan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita. Kita
membutuhkan persetujuan dan dukungan atas perilaku dan hidup kita. Kita
tergantung pada orang lain saling berbagi dan bekerja sama untuk kelestarian
22
23
Kustadi Suhondang,op.cit., 73
Prof.Dr.Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 1978,65
24
hidup kita. Untuk maju, dorongan semangat dan penjernihan arah dapat kita
peroleh dari orang lain. Hubungan
kita dengan orang lain berbeda tingkat
keeratan dan rasa keterikatannya 24.
Mc. Clleland (Lih.Crider.1983) berpendapat “dengan adanya dorongan
atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk
mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi”. Dengan demikian
terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Interaksi
sosial dikatakan Mc. Clleland sebagai hubungan antara individu satu dengan
individu yang lain. Individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya. Jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.25.
Bila dua manusia menjalin suatu hubungan (relationship), kehidupan
mereka akan saling terjalin satu dengan yang lain. Apa yang dilakukan oleh orang
yang satunya akan mempengaruhi yang lain. Orang lain dapat membuat kita sedih
atau gembira, menceritakan kabar buruk atau baik, atau mengkritik pendapat kita,
membuat kita melakukan sesuatu dan memberi nasehat. Hubungan didefinisikan
sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain,
bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelley et.al.1983) 26.
Yayu Sriwartini dan Dwi Kartikawati
27
memberi pengertian sendiri
mengenai hubungan, adalah suatu ikatan yang terjalin diantara dua orang atau
lebih. Dalam keseharian, kita memiliki beragam hubungan, yakni bisa hubungan
pertemanan, hubungan bisnis, hubungan pimpinan–bawahan dan sebagainya,
24
25
26
27
Agus. M. Hardjana, op.cit., 84
Prof. Dr. Bimo Walgito, loc.cit.
David O Sears, Jonathan L. Freedman, L.Anne Peplau , Psikologi Sosial Jilid 1, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1985, 236
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si, opcit 13.
25
dengan derajat hubungan yang berbeda, mulai dari hubungan tidak akrab sampai
akrab.
Sekarang ini penelitian ke dalam hubungan interpersonal yang jauh lebih
luas dan menampilkan gambaran hubungan manusia yang jauh lebih kompleks,
mencakup bukan hanya elemen-elemen positif – rasa senang, tertawa dan sukacita
terhadap persahabatan, asmara dan keluarga – tetapi juga unsur-unsur negatif –
rasa marah dan tersinggung yang kita semua akui sebagai bagian dari hubungan.
Juga ada kecenderungan untuk melihat jalannya hubungan dalam kehidupan nyata
dalam suatu periode waktu yang cukup panjang dan dengan demikian
menginvestigasi
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
kepuasan,
ketidakpuasan dan cara-cara yang kita gunakan untuk berhadapan dengan
perubahan-perubahan perasaan-perasaan kita terhadap orang
28
.
Burhan Bungin mengatakan bahwa di dalam kehidupan masyarakat
sehari–hari hubungan antar pribadi memainkan peranan penting dalam
membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antar pribadi itu
mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan
perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang
mempengaruhi citra diri orang untuk memahami harapan–harapan orang lain.
Manusia tidak dapat menghindar dari jalinan hubungan dengan sesamanya. Kita
memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain, demikian pula
28
Diana Dwyer, Interpersonal Relationship, London: Routledge, 2000,5
26
mengenai nilai penting kuantitas dan kualitas hubungan antar pribadi. Dan Secara
pasti dikatakan bahwa manusia memerlukan hubungan antar pribadi 29.
Arni Muhammad 30 berpendapat bahwa hubungan interpersonal akan
terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi berikut :
a. Bertemu satu sama lain secara personal
b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi
yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti
c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai
atau keberatan
d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh – sungguh,
bersikap menerima dan empati satu sama lain
e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang
mendukung dan mengurangi kecendrungan gangguan arti
f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat
perasaan aman terhadap yang lain
2.2.2
Jenis-Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal 31 yaitu :
1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat
Hubungan Interpersonal jika dilihat berdasarkan jumlah individu yang
erlibat dapat kita bagi dengan hubungan Diad dan hubungan Triad.
29
30
31
Prof.Dr.H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si., Teori, Paradigma dan DiskursusTeknologi
Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, 262
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, 176
Andi Nuraedah Nur, et. al., Pengertian, Teori, Tahap, Jenis, dan Faktor yang Mempengaruhi
Hubungan Interpersonal
27
Hubungan diad merupakan hubungan antara dua individun dan
kebanyakan kita dengan orang lain bersifat diadik dan memiliki ciri
khas dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu
dalam hubungan diad memiliki perbedaan dengan hubungan diad yang
lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi termasuk
pola berbahasa yang unik atau khas yang akan membedakan hubungan
tersebut dengan hubungan diad yang lain. Dalam hubungan diad
keputusan diambil melalui negosiasi. Sedangkan hubungan Triad
merupakan hubungan antara tiga orang, memiliki ciri lebih kompleks,
tingkat keintiman atau kedekatan antar individu lebih rendah, dan
keputusan yang diambil lebih didasarkan pada suara terbanyak.
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Dibagi menjadi hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas
merupakan
sebuah
hubungan
yang
terbentuk
karena
tujuan
menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu
sendirian. Misalnya hubungan pasien dengan dokter, hubungan murid
dengan guru. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang
tidak terbentuk dengana tujuan untuk menyelesaikan sesuatu.
Hubungan ini terbentuk baik secara personal dan sosial. Misalnya
hubungan dua orang sahabat karib, hubungan dua orang kenalan saat
makan malam dan sebagainya.
28
3
Berdasarkan jangka waktu
Terbagi hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang.
Hubungan
jangka
pendek
merupakan
hubungan
yang
hanya
berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang
saling bertegur sapa ketika berjumpa di tengah jalan. Sedangkan
hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang yang lama,
semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam
didalamnya. (Misalnya berupa emosi atau perasaan, waktu, materi, dan
sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka
semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman
Yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa
merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal
atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self – disclosure) . Makin intim suatu hubungan,
makin besar kemungkinan terjadinya penyingkan diri tentang hal – hal
yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu,
dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang, karena itu
hubungan intin akan cenderung dipertahankan karena investasi yang
ditanam individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah
banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal – hal
yang ritual.
29
2.2.3
Faktor-Faktor yang membentuk Hubungan Interpersonal
Yayu Sriwartini dan Dwi Kartikawati
faktor yang
32
mengemukakan ada beberapa
menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu Percaya
(trust). Percaya merupakan faktor yang terpenting dalam hubungan interpersonal.
Seperti yang Devito katakan bahwa dalam pengembangan hubungan harus melalui
beberapa tahap, tahap awal yaitu perkenalan sampai tahap kedua yaitu peneguhan
„percaya„, merupakan hal yang paling menentukan efektivitas komunikasi. Dilihat
dari definisinya, percaya mengandalkan perilaku orang lain untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang
penuh resiko. Berdasarkan definisi tersebut dapat disebutkan unsur – unsur dari
percaya adalah adanya situasi yang menimbulkan resiko, orang yang menaruh
kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat – akibatnya
bergantung pada perilaku orang lain, orang yang yakin bahwa perilaku orang lain
akan berakibat baik baginya.
Keuntungannya jelas dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena
membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya.
1. Sikap Mendukung
Adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Sikap defensif terjadi ketika pelaku komunikasi dalam suatu hubungan
32
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si, opcit 27-35.
30
tertentu berusaha mempertahankan diri (bisa juga untuk menjaga
“gengsi”).
2. Sikap Menerima
Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia,
sebagai individu yang patut dihargai. Sikap menerima tidaklah
semudah yang dikatakan, karena kita selalu cenderung lebih mudah
menilai dan sukar menerima.
3. Sikap Terbuka
Orang yang memiliki sikap terbuka adalah orang yang memiliki sifat
sebagai berikut :Menilai pesan secara obyektif, Membedakan dengan
mudah, melihat nuansa – nuansa dan lain sebagainya., mencari
informasi dari berbagai sumber, bersedia mengubah kepercayaannya
kalau memang orang lain yang benar, mencari pengertian pesan yang
tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan
dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan–gagasan tertentu, menciptakan
kesan–kesan tertentu atau menimbulkan reaksi–reaksi perasaan tertentu dalam diri
orang lain tersebut. Kadang–kadang kita berhasil mencapai semuanya itu, namun
adakalanya kita gagal. Artinya kadang–kadang orang memberikan reaksi terhadap
tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan.
Keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi ditentukan oleh
kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita
sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain
31
sesuai kehendak kita. Kita juga dapat meningkatkan keefektifan kita dalam
hubungan antar pribadi dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan
kita,
dan
memodifikasikan
tingkah
laku
kita
sampai
orang
lain
mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.33.
2.2.4
Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang
bersifat impersonal menjadi interpesonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan
diantara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal awalnya
diawali dengan pembicaraan yang bersifat umum, seperti umur, tempat tinggal,
pendidikan, asal daerah dan sebagainya, akhirnya pembicaraan akan meningkat
menjadi pertanyaan yang bersifat spesifik, seperti kesukaan dan kebiasaan, ini
menunjukkan adanya peningkatan pembicaraan.
Kami mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses transaksi
pesan antara orang-orang untuk menciptakan dan mempertahankan makna
bersama, Ada tiga komponen penting yang terdapat di dalam definisi ini: proses,
pertukaran pesan, dan makna bersama. Mari kita lihat satu per satu.
Ketika kita menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sebuah
proses, kita mengartikannya sebagai sebuah aktivitas yang tak pernah berhenti dan
terus-menerus berubah. Ketika kita masuk ke dalam pertukaran komunikasi
interpersonal, kita memasuki sebuah peristiwa yang tak memiliki awal atau akhir
yang bisa didefinisikan, dan yang tak bisa diputarbalikkan (irreversible).
33
Dr. A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis, Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta: Kanisius,
1995, 24
32
Arni Muhammad34 mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang
lainnya atau biasanya diantara 2 orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain.
Gitosudarmo dan Agus Mulyono berpendapat komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah,
verbal dan non verbal serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu
dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.35
Komunikasi antar pribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita.
Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi
antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia.
Pertama, Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan
sosial kita. Perkembangan sejak bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin
meluasnya ketergantungan kita pada orang lain, diawali dengan ketergantungan
atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, semakin meluas sesuai
dengan Bertambahnya usia kita dan bersamaan proses itu perkembangan
intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan
orang lain itu. Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat
komunikasi dengan orang lain . Selama berkomunikasi dengan orang lain secara
sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam
hati semua tanggapan dan pandangan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri
kita. Berkat komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu
34
35
Arni Muhammad, op.cit., 158
Suranto A.W., Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: PT Graha Ilmu, 2011, 4
33
mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Ketiga, untuk memahami realitas di
sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan – kesan dan pengertian yang kita
miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan –
kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Perbandingan sosial
(social comparison) hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang
lain. Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas
komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang – orang yang
merupakan tokoh – tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila
hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah , maka tentu kita kita
akan menderita, cemas, frustrasi. Namun jika kita menarik diri dan menghindar
dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami tentu akan
menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan
mungkin juga penderitaan fisik.
Agar merasa bahagia, kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni
pengakuan berupa tanggungan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita
normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yakni
penolakan dari orang lain hanya berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri
kita abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh
lewat komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi dengan orang lain 36.
Menurut Deddy Mulyana 37 , dalam komunikasi antar pribadi setiap orang
bebas mengubah topik pembicaraan, namun pada kenyataannya komunikasi antar
pribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Misalnya komunikasi suami – istri
36
37
Dr. A. Supratiknya, op.cit., 9
Dedy Mulyana, op.cit., 45
34
didominasi oleh suami, atau juga komunikasi atasan – bawahan yang didominasi
oleh atasan. Efektifitas komunikasi antar pribadi ini sangat besar pengaruhnya
dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.
2.2.5
Prinsip – prinsip Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar pribadi dapat dikatakan sebagai dasar dari cara orang
bergaul di dalam sebuah organisasi. Dalam komunikasi antar pribadi, komunikator
biasanya cukup mengenal komunikan begitu juga sebaliknya. Prinsip – prinsip
komunikasi interpersonal , antara lain :
1.
Komunikasi dengan tatap muka (Face to face)
Komunikasi sendiri berlangsung dengan bertatap muka atara dua orang
atau lebih dan secara dialogis dimana terjadi interaksi, dimana orang–
orang yang terlibat dalam pembicaraan dapat memiliki fungsi ganda
dimana masing–masing menjadi pembicara dan pendengar secara
bergantian. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, seorang ahli psikologi
berpendapat bahwa dari berbagai jenis komunikasi, komunikasi antar
individu yang langsung (bertatap muka) adalah yang paling lengkap
mengandung berbagai faktor psikologis dan karena itu patut mendapat
perhatian yang pertama 38. Wiryanto39, menyimpulkan bahwa komunikasi
antar pribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik
secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.
38
39
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Individu dan Teori–teori Psikologi Sosial,
Jakarta: Balai Pustaka, 2002, 193
Wiryanto, loc.cit.
35
Deddy
Mulyana
berpendapat
bahwa
Komunikasi
antarpribadi
(Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara orang–orang
yang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
non verbal.40
2.
Komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih
Kegiatan komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang
yang mempunyai sifat, nilai – nilai, pendapat, sikap dan perilaku. Dalam
komunikasi interpersonal juga terjadi pertukaran informasi, pengalaman,
gagasan, pendapat , pikiran dan sebagainya. Komunikasi interpersonal ini
akan terjadi terus menerus dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan definisi Joseph A.Devito 41, yang mengatakan bahwa proses
komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan–pesan
antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang–orang dengan beberapa
efek dan beberapa umpan balik seketika.
Komunikasi interpersonal adalah proses transaksi pesan di antara orang–
orang (biasanya dua orang) yang berupaya menciptakan dan mempertahankan
makna bersama (shared).
Deddy Mulyana 42 ,mengatakan bahwa bentuk khusus dari komunikasi
antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadiccommunication) yang
melibatkan hanya dua orang seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
40
41
42
Prof. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., op.cit., 81
Wiryanto, loc.cit.
Prof. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., loc.cit.
36
guru dan murid, dan sebagainya. Ciri–ciri komunikasi diadik adalah pihak–pihak
yang berkomunikasi berada dalam jarak
yang dekat, pihak - pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik
secara verbal maupun non verbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung
jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak – pihak yang
berkomunikasi akan tercermin pada jenis – jenis pesan atau respons non verbal
mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat
dekat
43
.
Agus M.Hardjana 44 menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menyampaikan
pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi
secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal
disertai ungkapan–ungkapan non verbal dan dilakukan secara lisan, sedangkan
cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya dalam bentuk memo, surat atau
catatan. Komunikasi interpersonal dengan masing – masing orang berbeda tingkat
kedalaman komunikasinya.
Banlund (Liliweri : 1991) berpendapat komunikasi antar pribadi sebagai
komunikasi yang biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau
tiga orang atau mungkin empat orang yangterjadi secara sangat spontan dan tidak
berstruktur 45.
43
44
45
Prof. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., loc.cit.
Agus M. Hardjana, op.cit. 85
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si., op.cit., 1.
37
Pendapat lain mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang terjadi diantara dua orang untuk saling menukarkan pesan
dengan tujuan untuk membagi arti,
membangun hubungan
46
menciptakan saling pengertian, dan
.
Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antar pribadi secara
berbeda–beda. Wiryanto47 membahas tiga pendekatan utama mengenai pemikiran
komunikasi antar pribadi, antara lain :
g. Pemikiran komunikasi antar pribadi berdasarkan komponen –
komponen utamanya. Penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya, dan peluang untuk memberikan umpan balik
segera
h. Komunikasi antar pribadi berdasarkan hubungan diadik
Hubungan diadik mengartikan komunikasi antar pribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai
hubungan yang mantap dan jelas. Seperti komunikasi tatap muka
antara suami dan istri, pramuniaga dengan pembeli merupakan
hubungan diadik. Definisi hubungan diadik ini dapat diperluas
sehingga mencakup sekelompok kecil orang.
c. Pendekatan Komunikasi Antar pribadi Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi antar pribadi dilihat sebagai perkembangan dari
46
47
O‟Hair, Dan., Friedrich, Gustav W., Wiemann, John M., & Wiemann, Mary Competent
Communication, New York: St. Martin‟s Press, 1997, 196
Wiryanto, loc.cit.
38
komunikasi impersonal pada satu sisi, menajdi komunikasi pribadi
atau intim di sisi lain.
Oleh karena itu derajat hubungan antar pribadi turut berpengaruh terhadap
keluasan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan sehingga memudahkan
perubahan sikap. Dalam komunikasi Interpersonal, mengetahui cara berbicara
dengan orang lain sangatlah berguna
Penulis
berkesimpulan
bahwa
komunikasi
interpersonal
adalah
komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang berorientasikan pada
tujuan baik tujuan pribadi ataupun tujuan bersama
2.3
Faktor-faktor dalam Komunikasi interpersonal
Ada sepuluh karakter menurut Devito48 yang merupakan faktor penting
dalam komunikasi interpersonal yang efektif.
a. Keterbukaan. Keinginan untuk mengungkapkan diri, untuk mengungkapkan
informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan. Terbuka dalam
hal mendengarkan (listening) orang lain, terbuka untuk pemikiran dan perasaan
orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Keinginan untuk memberikan
reaksi secara jujur terhadap situasi yang kita hadapi dengan cara memberikan
respon yang spontan dan jujur pada komunikasinya dan feedback untuk orang
lain. Dan keterbukaan juga menyangkut masalah “kepemilikan” perasaan dan
pemikiran diri kita sendiri.
48
DeVito, Joseph A, Messages: Building Interpersonal Communication Skills, New York:
Harper & Row Publisher, 1990, 35-46
39
b. Empati. Kemampuan untuk merasakan perasaan individu lainnya. Empati
memungkinkan kita untuk memahami, secara emosinal dan intelektual, apa
yang dirasakan oleh orang lain. Dengan menggunakan empati, kita dapat lebih
bisa memahami dan mengkomunikasikan perasaan saling mengerti ini guna
meningkatkan komunikasi yang efektif.
c. Dukungan. Kita menunjukan dukungan kita dengan (1) lebih pada
mendeskripsikan dibandingkan mengevaluasi atau menilai dan (2) untuk sudut
pandang atau pendapat kita lebih bersifat sementara dibandingkan selamanya.
Mendeskripsikan maksudnya saat kita merasa sebuah pertanyaan yang
dilontarkan sebagai permintaan untuk suatu informasi atau mendengar sebuah
penggambaran, kita tidak melihatnya sebagai suatu ancaman. Sedangkan
menilai atau mengevaluasi biasanya mengarahkan kita untuk mundur dan
membuat rintangan antara diri kita dengan orang lain. Memiliki sifat sementara
maksudnya memiliki sikap yang open-minded. Maksudnya mau mendengar
sudut pandang atau pendapat yang berlawanan dan merubah posisi kita jika
diperlukan.
d. Sikap positif. Kita dapat berkomunikasi dengan positif dalam dua cara; (1) Kita
dapat menentukan sikap positif, orang yang merasakan kepositifan dalam
dirinya menyampaikan pada orang lain mengenai perasaan ini, yang kemudian
membalasnya dengan memberikan perhatian yang positif. (2) kita dapat
memberikan “serangan“ kepada orang yang berinteraksi dengan kita. Saat kita
menyerang seseorang, kita mengakui dia sebagai manusia. Serangan yang
40
positif dalam bentuk pujian atau penghargaan. Serangan yang negatif adalah
hukuman.
e. Kesamaan. Maksudnya dalam penerimaan dan persetujuan. Kesamaan juga
harus
ada
dalam
mendengarkan.
Jika
komunikasi
seseorang
interpersonal
selalu
untuk
berbicara
dan
berbicara
versus
lainnya
selalu
mendengarkan, komunikasi interpersonal yang efektif menjadi sulit atau tidak
mungkin. Dalam hubungan interpersonal yang berkarakteristik pada kesamaan,
ketidak sepakatan dan konflik merupakan usaha untuk mengerti akan
perbedaan yang tidak dapat dielakkan.
f. Kenyamanan. Komunikator yang efektif menyampaikan kenyamanan sosial
dan terlihat cocok dengan orang lain dan dengan seluruh situasi komunikasi.
g. Kesegeraan. Berhubungan dengan keikut sertaan dari pembicara dan pendengar,
penciptaan rasa kebersamaan. Komunikator yang memperlihatkan kesegeraan
menyampaikan rasa berminat dan perhatian, rasa suka dan tertarik dengan
orang lain. Orang memberikan respon seperti yang diinginkan dengan segera.
h. Management interaksi. Dalam management interaksi yang efektif, tidak ada
seorangpun yang merasa tidak di perhatikan atau setara. Dengan menjaga arus
dan kelancaran percakapan tanpa jeda yang terlalu lama dan kaku yang
membuat setiap orang merasa tidak nyaman merupakan tanda dari management
interaksi yang efektif.
i. Keekspresifan. Yang termasuk dalam keekspresifan adalah bertanggung jawab
atas pemikiran dan perasaan orang lain, mendorong orang lain untuk bersikap
yang ekspresif atau terbuka, dan memberikan feedback yang tepat.
41
j. Orientasi terhadap orang lain. Yang termasuk dalam orientasi terhadap orang
lain adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan penuh
perhatian dan rasa tertarik dan apa yang telah diucapkan
Selain itu agar dalam komunikasi interpersonal berjalan lancar harus ada
kenyamanan interaksi awal yang dilakukan tergantung setidaknya pada tingkat
kesamaan (similarity), termasuk secara kultural, rasial, jenis kelamin, sikap,
diantara dua partisipan. Bukanlah kesamaan secara aktual yang diperlukan, tetapi
tingkat penerimaan persamaan, tingkatan dimana orang-orang berfikir mereka
sama dengan orang lain49.
Salah satu kesamaan yang paling penting yang kita cari untuk partner
hubungan yang potensial adalah kesamaan dalam orientasi kita terhadap interaksi
interpersonal50. Jika kita menerima kesamaan-kesamaan dalam orientasi hubungan
terhadap komunikasi, kita lebih suka untuk membentuk hubungan yang dekat
dengan orang lain.
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kesejahteraan
individu dan keharmonisan bersama. Ruben51, yang akhirnya dapat menciptakan
suatu hubungan menjadi lebih berarti. Kualitas komunikasi merujuk pada
perluasan komunikasi kita yang santai, halus, melibatkan pengertian, dan minim
kegagalan komunikasi52.
49
50
51
52
Gudykunst, W.B., & Stella, Ting-Toomey, Culture and InterpersonalCommunication,
Beverly Hills: New Burry Park, 1998
Sunnafrank, M., Predicted Outcome Value During Initial Interaction : A Reformulation of
Uncertainty Reduction Theory, Human Communication Research, 1986
Ruben, Brent D., Communication and Human Behavior, New Jersey: Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1992, 332.
Duck, S. W., Personal Relationships and Personal Constructs: A Study of Friendship
Formation, New York: John Wiley, New York. 1991
42
Penelitian Gudykunst & Nishida
53
mengindikasikan bahwa semakin
personal dan sinkron komunikasi dalam sebuah hubungan, dan semakin sedikit
kesulitan pengalaman orang dalam komunikasi dengan orang lain, semakin puas
mereka berkomunikasi dalam sebuah hubungan. Begitu juga, semakin terbuka
satu sama lain, semakin saling mengesankan, semakin saling menemukan
kesamaan, dan semakin bisa mereduksi ketidakpastian satu sama lain, serta
semakin puaslah mereka. Akhirnya, semakin kompeten seseorang menilai
komunikasi satu sama lain, semakin puas mereka.
Setelah komunikasi interpersonal tercipta dan pertukaran-pertukaran
informasi dilaksanakan, akan mulai timbul rasa percaya terhadap lawan
komunikasi kita. Karena rasa percaya ini sangat penting untuk mengerti seseorang
sebelum melakukan pengungkapan diri 54. Julia T Wood mengungkapkan bahwa
Kepercayaan melibatkan keyakinan terhadap reliabiliatas orang lain (bahwa dia
akan berbuat seperti yang dijanjikan) dan secara emosional mengandalkan orang
lain untuk menjaga kesejahteraan juga hubungan kita 55 . Jika individual merasa
bahwa ia dapat percaya sepenuhnya terhadap teman bicaranya dan teman
bicaranya
juga
percaya
sepenuhnya
kepada
dia,
maka
mereka
akan
mengungkapkan permasalahan diri yang lebih privat dan pribadi dan menciptakan
rasa akrab yang lebih besar lagi.
Ada empat cara untuk menumbuhkan rasa percaya;
53
54
55
Gudykunst, W.B., & Nishida, T., Individual and Cultural Influence on Uncertainty
Reduction, Communication Monographs, 1984.
O‟Hair, Dan., et.al., op.cit., 80
Julia T Wood, Interpersonal Communication; Everyday Encounters, Sixth Edition, Boston:
Wadsworth Cengage Learning, 2010,199
43
1. Dapat diprediksi. Walaupun kita tidak dapat memprediksi perilaku kita sendiri,
tetapi kita dapat menggunakan prosedur yang terprediksi untuk membuat
keputusan yang membantu pasangan kita mengerti akan tindakan kita.
2. Kejelasan. Dengan mengatakan secara jelas apa yang kita kehendaki dan apa
yang kita katakan, maka kemungkinan untuk salah menangkap sebuah
pernyataan dapat berkurang.
3. Membuat janji secara serius. Semakin serius kita memegang janji kita semakin
serius pula orang lain memegang janji mereka.
4. Kejujuran. Jujur bukan berarti harus mengungkapkan seluruhnya. Tetapi harus
ada kejelasan mengenai mengapa masalah tersebut tidak boleh diungkapkan
dan dijelaskan 56.
Keyakinan (trust) adalah “kepercayaan bahwa seseorang akan memperoleh
apa yang diinginkan dari orang lain, daripada apa yang ditakutkan”
57
.
Kepercayaan tidak muncul secara begitu saja di dalam suatu hubungan biasanya
kepercayaan diperoleh secara berangsur – angsur : Kita belajar mempercayai
orang lain ketika mereka membuktikan bahwa mereka dapat diandalkan,
memperlihatkan bahwa mereka peduli dan membuat investasi untuk memperkaya
hubungan 58.
Ketika kita mempercayai orang lain, kita berharap mendapatkan hasil
positif dari interaksi kita dengan mereka. Ketika kepercayaan terbentuk, secara
56
57
58
Fisher, R., & Brown, S., Getting Together: Building a Relationship that Gets to Yes, Boston:
Houghton Mifflin Company, 1988, 112-113
Deutch, M., Conflict : Productive and Destructive, Journal of Social Issues, 1969
Julia T Wood, (2010:199), Interpersonal Communication; Everyday Encounters, Sixth Edition,
Wadsworth Cengage Learning, Boston
44
psikologis kita merasa aman di dalam hubungan itu. Salah satu alasan kenapa
kepercayaan begitu penting bagi hubungan adalah bahwa kepercayaan
memungkinkan kita untuk mengambil resiko bersama – sama dengan orang lain
hanya jika kita merasa kita dapat mengandalkan mereka untuk melindungi
kepercayaan diri kita dan peduli terhadap diri kita dan keberadaan kita 59. Setelah
terbentuk rasa saling percaya satu sama lain, maka dengan sendirinya seseorang
akan mengungkapkan atau menyingkap diri mereka (self-disclosure).
2.3.1 Pengungkapan diri (Self Disclosure)
Penyingkapan diri adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri
secara terbuka kepada paling sedikit seseorang lainnya 60. Pengungkapan diri ini
akan terus menerus karena sebagai kendaraan untuk saling menjaga satu sama lain
dari suatu hubungan
61
.
Dengan pengungkapan diri dapat meningkatkan
keefektifan berkomunikasi dan meningkatkan arti sebuah hubungan karena
dengan pengungkapan diri, kita memperlihatkan bahwa kita memberi cukup
perhatian pada orang lain, dan hubungan kita 62.
Self Disclosure menurut Richard L. Weaver II (1993)
63
adalah
pengungkapan informasi dengan sengaja tentang diri kita atau menceritakan apa
yang kita ketahui dari diri kita atau menceritakan apa yang kita ketahui dari diri
59
60
61
62
63
Ibid 65
Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia, Human Communication; Mulyana, Deddy, Kontekskonteks Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996
Miller, G.R., & Steinberg, M., Between People, Science Research Associates, Chicago, 1975
DeVito, Joseph A., Messages: Building Interpersonal Communication Skills, New York:
Harper & Row, Publisher, 1990, 60
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si., op.cit., 86
45
kita yang tidak diketahui oleh orang lain. Informasi yang diungkapkan bisa saja
tentang masalah pribadi, perasaan diri terhadap sesuatu hal atau orang lain, situasi
sosial atau orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pengungkapan diri sangat
bermanfaat karena dapat meningkatkan kualitas komunikasi di antara para pelaku
komunikasi. Manfaat lain
dapat juga meningkatkan ketepatan dalam
berkomunikasi, karena pengungkapan diri melibatkan ekspresi perasaan yang
sangat pribadi, kita tidak hanya menyampaikan pesan semata, tetapi juga dapat
mengungkapkan bagaimana perasaan kita tentang penyampaian pesan tersebut.
Self Disclosure juga merupakan jalan untuk meningkatkan jumlah kontak dan
memperluas jaringan teman
Dalam hubungan interpersonal yang berkembang, saling mengungkapkan
diri cenderung bersifat timbal balik dan suasananya menjadi lebih akrab dari
waktu ke waktu
64
, salah satu cara untuk mengungkapkan diri adalah dengan
sharing. Dengan men-sharing diri kita maksudnya tidak hanya membuat kita
merasa lebih baik, juga meningkatkan hubungan kita dengan orang lain 65. Selain
itu menurut Jourard juga dengan transparansi yang maksudnya membolehkan
dunia untuk mengungkapkan dirinya secara bebas dan mengungkapkan diri kita
pada orang lain 66.
Tetapi sebenarnya, penyingkapan diri mengandung resiko, salah satu
alasan utama kita menghindari penyingkapan mungkin karena kita takut
64
65
66
Chittick, E.V., & Himelstein, P., The Manipulation of Self Disclosure, Journal of Psychology,
1967
Stewart, John & D‟Angelo, Gary., (1988:248) Together: Communicating Interpersonally,
Random House, New York
Littlejohn, Stephen W.,(1999:263) Theories of Human Communication, Wadsworth
Publishing Company, Belmont, CA 94002
46
memperoleh citra negatif. Alasan lainnya mencakup rasa takut bila informasi yang
kita berikan, kelak akan dipakai untuk menghantam kita; kehilangan kendali
terhadap orang lain atau terhadap situasi; tidak ingin tampak seperti memamerkan,
dan tidak ingin membeberkan sesuatu di depan umum 67.
Stewart L.Tubbs – Sylvia Moss
68
, Keterbukaan atau openness adalah
mendorong penyingkapan pikiran dan perasaan orang lain, menyatakan perasaan
sendiri tentang hubungan, mendiskusikan kualitas hubungan juga keputusan –
keputusan mengenai hubungan – hubungan pada masa lalu, dan apa yang orang
butuhkan dan inginkan dari hubungan itu.
Keterbukaan merupakan keinginan atau kesediaan tiap individu untuk
memberitahukan, menceritakan segala informasi tentang dirinya. Isi pesan dari
keterbukaan biasanya adalah suatu kenyataan dari individu tentang diri mereka
yang akan membuat tidak disukai bahkan sesuatu yang disembunyikan agar tidak
diketahui oleh orang lain 69.
Seorang komunikator antar pribadi harus membuka diri atau terbuka
kepada orang yang diajaknya untuk berinteraksi jika menghendaki komunikasi
yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif, namun bukan berarti setiap orang
yang melakukan komunikasi harus membuka semua tentang dirinya, yang perlu
dilakukan adalah harus ada kesediaan dari diri masing – masing untuk membuka
67
68
69
Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia, (1996:18) Human Communication; Mulyana, Deddy,
Konteks-konteks Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Stewart L. Tubbs – Sylvia Moss (2008 : 214) , Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A , Human
Communication Prinsip – Prinsip Dasar , Rosda - Bandung
Gamble, Teri Kwal & Gamble , Michael W., Interpersonal Communication in Theorym
Practise and Context, Houghton Mifflin Company, Boston, 2005, 9
47
diri dengan mengungkapkan informasi yang biasanya ditutup – tutupi sejujurnya
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di dalam komunikasi tersebut.
Joseph A.Devito
70
menyampaikan Pengungkapan diri adalah tipe dari
komunikasi dimana seseorang bia menyampaikan informasi tentang dirinya
sendiri yang biasanya tersimpan atau ditutupi.
Pengungkapan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau
tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan
informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami
tanggapan kita di masa kini tersebut. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap
kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan
kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau
dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian – kejadian yang baru saja kita
saksikan 71.
Selain mengungkapkan diri, dalam komunikasi interpersonal perlu juga
menerapkan sikap mendengarkan (listening), karena dengan mendengarkan kita
memberikan perhatian, memahami, mengevaluasi suatu stimuli yang kita terima 72.
Dan penting sekali mendengarkan perasaan, karena apa yang dirasakan
oleh orang lain, seringkali jauh lebih mempengaruhi tindakannya daripada apa
yang ia pikirkan 73. Beberapa fungsi dengan bersikap mendengar secara aktif 74 ;
70
71
72
73
74
Joseph A. Devito, Pearson International Edition, Human Communication, 11th Edition, New
York: Hunter College of The City Univercity of New York, 2006, 61
Dr. A. Supratiknya., op.cit., 14
O‟Hair, Dan., et.al. 160
Wahlroos, Sven, Komunikasi Keluarga, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1998, 220.
Joseph A. Devito, Messages: Building Interpersonal Communication Skills, Harper & Row,
Publisher, New York 1990, 123
48
a. Memahami
apa
yang
pembicara
maksudkan.
Saat
pendengar
memberikan balasan kepada pembicara, pembicara dapat menyetujui
atau menolak persepsi dari pendengar. Sehingga percakapan ke
depannya akan lebih memiliki arti.
b. Menunjukan bahwa pendengar mengerti perasaan dari pembicara.
c. Dengan mendengarkan secara aktif dapat menstimuli pembicara untuk
mengungkapkan perasaan dan pemikirannya.
d. Dengan mendengarkan secara aktif dapat membuat tingkatan dialog
menjadi lebih pada memahami satu sama lain dibandingkan salah satu
menyerang atau bertahan.
Karena tanpa mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan men-sharing
diri kita, kita tidak dapat saling mengenal satu sama lain 75 . Dan dengan
mendengarkan secara efektif berarti menunjukan rasa peduli dan perhatian
terhadap orang yang berinteraksi dengan kita sehingga dapat membantu kita untuk
menghindari perbedaan dan breakdown dalam komunikasi.
Mark. L. Knapp mengingatkan bahwa sejak dari awal berbagi (sharing)
haruslah sesuai dengan konteks dan hubungan. Kebanyakan hubungan
antarpribadi (Interpersonal relationship) butuh waktu untuk berkembang dan
pengungkapan yang dalam dan terperinci kepada seseorang yang relatif asing
biasanya hanya akan berhasil membuat orang itu merasa tidak nyaman. Mark juga
mengingatkan bahwa kesesuaian sangatlah penting. Berbagi beberapa kedirian
75
Stewart, John & D‟Angelo, Gary., Together: Communicating Interpersonally, New York:
Random House, 1998, 228
49
anda tidaklah dimaksudkan untuk membuat anda merasa lebih baik, tapi
dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan anda dengan orang lain. Anda tidak
berbagi hanya untuk menyesuaikan diri anda, anda berbagi untuk memfasilitasi
hubungan. Kesesuaian dapat dibagi dalam tiga jenis pemilihan waktu (timing) :
timing emosional, timing relevansi, dan timing situasional. Timing emosional yang
sesuai dengan berarti
bahwa orang – orang yang yang terlibat merasa
berkeinginan dan mampu untuk mendengarkan apa yang ingin anda bagi. Timing
relevansi berarti bahwa sharing itu cocok dengan topic – topic yang sedang
dibahas. Timing situasional mirip dengan timing relevansi, ada hubungannya
dengan siapa yang hadir dan dimana anda berada secara geografis 76
2.3.2 Empati
Kata “empati” berasal dari kata Einfuhlung yang digunakan oleh seorang
psikolog Jerman; secara harafiah berarti “merasa terlibat”. Mendengarkan dengan
empati seringkali merupakan bagian yang penting dalam semua hubungan, juga
memperkuta atau memperbaiki hubungan antar pesona yang positif diantara
pihak–pihak yang terlibat.77
Menurut Robert L.Katz (Budyatna & Muthmainnah, 2004) secara luas
Empati berarti juga merasakan apa yang orang lain rasakan. Empati sebagai
76
77
Mark.L.Knapp & John A.Daly, Handbook of Interpersonal communication, Third Edition,
Thousand Oaks, California, 2002,248
Stewart L. Tubbs – Sylvia Moss, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A , Human
Communication Prinsip – Prinsip Dasar , Rosda – Bandung, 2008, 173
50
kemampuan melakukan persepsi sosial dengan memberikan respon sesuai dengan
harapan atau keinginan seseorang.78
Henry Backrack mendefinisikan Empati sebagai kemampuan seseorang
untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,
dari sudut panang orang lain itu dan melalui kacamat orang lain itu. Orang yang
empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka. Orang yang empati akan
membuat dirinya mampu menyesuaikan komunikasinya dengan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa Empati adalah kemampuan seseorang untuk
menempatkan dirinya pada posisi orang lain dengan berusaha melihat dan
merasakan seperti apa yang dilihat dan dirasakan oleh orang tersebut. Dalam hal
ini melibatkan sisi emosional dan inteletual untuk mampu mengerti apa yang
dirasakan dan dialami orang lain
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal dan non verbal .
Secara verbal kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak – gerik yang
sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh
perhatian, dan kedekatan fisik , serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 79
78
79
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si., op.cit., 96
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Buku Kuliah Dasar, Profesional
Jakarta, 1997, 261
book
Download