BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif hanyalah melaporkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 54 Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.55 Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 56 Menurut Traves, yang dikutip dalam buku “Pengantar Metode Penelitian” karangan Consuelo, dkk, penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian deskriptif bertujuan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 54 Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Aktualisasi Metodologi kearah Ragam Varian Kontemporer. PT. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta. 2004. Hal 147 55 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2002 56 Ronny Kuntoro, Metode Penelitian, hlm 104 Jakarta : Penerbit PPM, 2005 51 52 2. Mengidentifikasi masalah-masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan dan evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.57 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini peneliti hanya akan menjabarkan data yang diperoleh dari hasil Focus group discussion yang peneliti lakukan dengan dilengkapi data-data terkait. Dalam konteks ini, peneliti mencoba menjebarkan dan menjelaskan secara detail mengenai resepsi penonton dibalik film Twilight dalam mengungkap realitas makhluk kriptozoologi. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis resepsi. Analisis resepsi merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba mengkaji secara mendalam proses aktual dimana wacana media diasimilasikan melalui praktek wacana dan khalayaknya. 57 Lexy J. Moleong, .Metode Penelitian Kualitati,. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung hlm 4 53 Analisi resepsi merupakan satu dari berbagai model metode penelitian komunikasi kualitatif. Analisis resepsi berfokus pada bagaimana khalayak yang berbeda-beda memaknai isi pesan media, sehingga lebih menekankan khalayak dari pada isi pesan media itu sendiri. Hal tersebut karena pesan media selalu memiliki banyak makna dan harus diinterpretasikan. Karena hal itulah peneliti ingin mengetahui resepsi dari khalayak yang telah menyaksikan film Twilight terutama tentang realitas makhluk kriptozoologi sebelum dan setelah menonton film tersebut dengan menggunakan analisi resepsi sebagai metode penelitian, sehingga mampu memberi penjelasan yang mendalam pada hasil penelitian. 3.3 Subjek Penelitian Subjek dari penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah 3 narasumber dari komunitas Twilight Nusantara di Jakarta dan 2 penonton film Twilight yang diwakili Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jurusan Broadcasting 2010. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi. Seperti dikutip dari buku Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D Penentuan Key Informan dan Informan. Sugiyono menjabarkan penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh spradley dinamakan Social Situation atau situasi sosial, yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku, dan aktifitas yang berinteraksi secara sinergis. 54 Adapun narasumber yang akan dijadikan sebagai informan yaitu: 1. Pendiri komunitas Twilight Nusantara 2. Anggota komunitas Twilight Nusantara 3. Anggota komunitas Twilight Nusantara 4. Penonton pertama film Twilight 5. Penoton kedua film Twilight 3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis sebagai berikut: 3.4.1 Data Primer Dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, peneliti akan melakukan proses focus group discussion sesuai dengan teknik analisa resepsi yang digunakan. Fanbase pencinta film Twilight dari Indonesia yaitu Twilight Nusantara yang akan menjadi peserta sebanyak 3 orang dan Mahasiswa Universitas Mercu Buana Jurusan Broadcasting angkatan 2010 sebanyak 2 orang. Narasumber yang dipilih menjadi peserta focus group discussion juga dipilih berdasarkan latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. 3.4.2 Data Sekunder Merupakan pengumpulan data yang diperlukan dalam bentuk yang sudah jadi, berupa publikasi. Dalam hal ini peneliti mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dengan cara melakukan studi kepustakaan. 55 Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur komunikasi atau pendapat dari para ahli yang bisa digunakan sebagai bahan penunjuk data primer, buku-buku teknologi komunikasi, surat kabar, tabloid, majalah, internet atau artikel yang berkompeten dan berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 3.5 Definisi Konsep Dalam pelaksanaan penelitian ini beberapa konsep yang perlu diperjelas definisinya adalah: A. Film Secara sederhana film dapat diartikan sebagai rangkaian gambar hidup (citra bergerak) yang membentuk suatu cerita. Sedangkan menurut Victor.C Mambo, “Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah kelompok”. Tiap film mewakili realitas kelompok pendukungnya baik dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. 58 B. Vampire Sebagai Makhluk Kriptologi Vampire merupakan salah satu makhluk kriptologi. Kriptologi sendiri merupakan penyelidikan atau penelitian terhadap makhluk hidup yang belum dikenal sains. Beberapa diantaranya merupakan makhluk-makhluk yang telah menjadi legenda disuatu wilayah, ataupun “monster” misterius yang kerap 58 Satu abad “Gambar Idoep” di Indonesia. http://www.kunci.or.id 56 dilaporkan terlihat oleh manusia namun eksistensi sebenarnya masih merupakan tanda tanya besar.59 C. Analisis Resepsi Analisis resepsi adalah metode yang merujuk pada sebuah komparasi antara tekstual wacana media dan wacana khalayak, yang hasil interpretasinya merujuk pada konteks, seperti kultural setting dan konteks atas isi media yang lain. 3.6 Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini fokus penelitian dipusatkan pada 1. Pemaknaan makhluk kriptozoologi oleh khalayak 2. Pandangan peserta FGD terhadap realitas makhluk kriptozoologi 3. Dampak kognitif terhadap paradigma khalayak tentang makhluk kriptozoologi Mengacu pada judul yang sudah ada peneliti juga ingin meneliti dominan, negosiasi dan oposisi dari para penonton setelah mereka menonton film Twilight. 3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisi yang penulis gunakan adalah Focus group discussion. Focus group discussion atau istilah lainnya adalah diskusi kelompok terarah pada dasarnya adalah wawancara yang dilaksanakan dalam kelompok. Karena adanya 59 http://hudalucifer.blogspot.com/2010/08/monster-monster-dalam-cerita.html 57 kepentingan dari peneliti untuk mengumpulkan informasi dari beragam sudut pandang yang berbeda diperlukan suatu bentuk wawancara yang dilakukan secara bersama dalam satu waktu dan satu tempat yang kemudian wawancara ini dikenal dengan istilah focus group discussion (FGD). Tujuan dari dilakukannya FGD umumnya adalah untuk berdiskusi dan berdialog bersama, bertatap muka dengan sesama responden/subjek/informan penelitian guna menghasilkan suatu informasi langsung dari beberapa sudut pandang (Herdiansyah, 2009). Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan FGD. Pertama, jumlah peserta FGD berkisar antara 5 hingga 10 orang. Jika jumlah peserta terlalu banyak, dipandang kurang efektif dan akan menyulitkan peneliti dalam mengatur alur pembicaraan serta mengatur lalu lintas pembicaraan antarpeserta. Jika terjadi banyak perbedaan sudut pandang dari peserta yang terlalu banyak, juga akan menyulitkan peneliti itu sendiri. Kedua, peserta FGD harus bersifat homogen. Jika ingin memilih peserta, pilihlah peserta yang memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Misalnya, ketika ingin melakukan FGD terhadap siswa sekolah menengah atas mengenai tema “kenaikan biaya pendidikan”, maka peserta yang dapat dipilih adalah siswa SMU, siswa SMK, dan guru yang bersangkutan. Ketiganya dianggap homogen karena karakteristiknya hampir sama, yaitu individu yang berada dalam domain sekolah menengah atas. FGD tersebut akan menjadi tidak homogen dan akan menyulitkan jika peserta yang dipilih adalah pedagang sayur, supir angkutan 58 umum dan polisi lalu lintas karena mereka semua bukan dalam domain yang sama.60 Ketiga, perlunya dinamika kelompok. Peneliti harus mampu mengembangkan dinamika kelompok dalam FGD. Dinamika kelompok yang dimaksud, seperti adanya pembagian giliran dalam berbicara dan mengemukakan pendapat, pembagian giliran dalam menjawab dan merespons pertanyaan dan sudut pandang angota lain, dan sebagainya. Jika tidak ada dinamika kelompok, biasanya dalam FGD, setiap anggota akan saling mempengaruhi anggota lainnya dalam berpendapat yang pada akhirnya akan dapat memunculkan debat kusir yang tidak ada ujung pangkalnya. 61 Ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “the collection, analysis, and interpretation” or reception data” (Jensen, 1999: 139). Ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut 62 : Pertama, mengumpulkan data dari khalayak. Dalam uraian ini lebih ditekankan perolehan data melalui wawancara kelompok yang akrab disebut focus group interview, sebagaimana telah dilakukan oleh Jensen (1999). Perlu ditekankan bahwa dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam wawancara mendalam secara kelompok tetap harus berpegang pada “wacana yang berkembang setelah diantarai media dikalangan pemirsa”, artinya wawancara 60 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. 2010. Hlm. 146 Ibid. hlm 147 62 Tri Nugroho Adi. Staf Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED. Hlm 26http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/Tri%20Nugroho%20Adi%20%20Mengkaji%20Khalayak%20Media%20dengan%20Metode%20Penelitian%20Resepsi.pdf 61 59 berlangsung untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya. Kedua, menganalisis hasil atau temuan dari wawancara atau rekaman proses jalannya focus group discussions (FGD). Setelah wawancara dan FGD sebagaimana langkah pertama diatas dilakukan, maka tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang ada didalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyataan, komentar dsb, dari peserta diskusi. Dalam tahap ini peneliti bisa memanfaatkan metode analisis wacana sebagaimana lazimnya dipakai dalam studi literer untuk menelaah makna intersubjektif dan menginterpretasikan makna yang tersirat dibalik pola ketidaksepakatan pendapat diantara peserta dan sebagainya yang mungkin muncul dalam diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya, dilihat dari berbagai latar belakang sosiokultural peserta diskusi. Ketiga, tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya. Perlu dicatat bahwa dalam tahap ini sebenarnya seorang peneliti tidak sekedar mencocokan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru mengolaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi dilapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan labir dari konteks penelitian sesungguhnya. 63 63 Ibid. hlm 27 60 Pada penelitian ini, teknik analisis data yang dapat dilakukan setelah peneliti membuat transkrip dari keseluruhan wawancara. Hal tersebut akan menyediakan catatan hasil pembicaraan dalam diskusi secara lengkap dan akan memfasilitasi analisis data.64 Langkah berikutnya ialah menganalisis isi/konten diskusi. Tujuan mengadakan analisis ialah mencari kecenderungan-kecenderungan dan pola-pola yang sering muncul baik pada satu kelompok maupun pada berbagai kelompok. Analisis isi/konten mulai dengan membandingkan kata-kata yang digunakan sebagai jawaban. Juga peneliti harus mempertimbangkan penekanan atau intensitas yang diberikan oleh para peserta. Pertimbangan lainnya berkaitan dengan konsistensi dari tanggapan-tanggapan dan kekhususan jawaban dalam menindak-lanjuti pernyataan-pernyataan menggali. 65 64 65 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung. 2007. Hlm 232 Ibid. hlm 233