10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Manajemen

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Manajemen
Pengertian Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur.
Dalam hal mengatur, akan timbul masalah, problem, proses dan
pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus
diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa,
menetapkan
tujuan/sasaran
serta
mendeterminasi
tugastugas
dan
kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien (Hasibuan, 1984 : 3).
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai pengertian manajemen (Hasibuan, 1984 : 3) yaitu :
a.
Hasibuan mengungkapkan bahwa manajeman adalah “Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.”
b.
Menurut G.R. Terry mengenai pengertian manajemen “Management
is a distinct proses consisiting of planning, organizing, actuating, and
controlling perfomed to determine and accomplish stated objectives
by the use of human being and other resources, Manajemen adalah
Proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
10
11
dan pengendalian untuk menentukan dan mencapai tujuan yang
dinyatakan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.”
c.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan bahwa “Manajemen
adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang
lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah
aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan, penggerakan,dan pengendalian.”
Menurut Muhammad Ased Saleem dalam International Journal Of
Management Vol 71-No.14 yang berjudul A Comparative Analysis of
Gender based Management Styles of Software Project Managers, (2013)
“Management is the process of utilizing material and human resources to
accomplish designated objectives. It involves the organization, direction,
coordination and evaluation of people to achieve these goals”.
(Manajemen adalah proses menggunakan bahan dan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan yang ditunjuk. Ini melibatkan organisasi, arahan,
koordinasi dan evaluasi orang untuk mencapai tujuan ini).
Menurut Nickels, McHugh and McHugh (dalam Tisnawati, 2005 :
17) the process used to accomplish organizational goals through planning,
organizing, directing and controlling people and other organizational
resources (Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa
perencanaan, pengorganiasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang
serta sumber daya organiasi lainnya). Selanjutnya, Mary Parker Follet
12
(dalam Tisnawati, 2005 :18) Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
sesuatu melalui orang lain.
Sedangkan menurut Leonard D. White (dalam Arikunto, 2012: 2)
manajemen adalah segenap proses, biasanya terdapat pada semua
kelompok baik usaha negara, pemerintahan, atau swasta, sipil atau militer
secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.
Berdasarkan pengertian manajemen diatas maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa
perencanaan, pengorganiasian, pengarahan dan pengendalian orang-orang
serta sumber daya organiasi lainnya.
2. Pengertian Program
Program adalah jenis rencana yang pada dasarnya sudah
menggambarkan rencana yang konkrit. Konkritnya rencana ini karena
didalamnya telah tercantum bukan saja tujuan, kebijaksanaan juga
prosedur, dan aturan-aturan akan tetapi disertai juga dengan budget atau
anggaran. (Djamaludin, 1997: 12). Sedangkan menurut (Arikunto, 1988:1)
program adalah sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan dimana
melalui hal tersebut bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih
mudah untuk dioperasionalkan demi tercapainya kegiatan pelaksanaan
karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek yang harus
13
dijalankan atau dilaksanakan agar tujuan program itu sendiri dapat tercapai
(Jones, 1996: 295).
Sebuah program terjadi dalam waktu yang relatif lama, perlu
adanya kegiatan-kegiatan yang panjang dan terus menerus terjadi dan
dilaksanakan sehingga sedikit demi sedikit tujuan dapat tercapai. Dalam
sebuah program terdapat beberapa pihak yang saling bekerja sama
sehingga kegiatan yang mengacu terlaksananya tujuan dapat terwujud.
Sebuah program dapat terlahir dikarenakan adanya kebijakan dari
pemerintah atau dari pihak yang berwenang sehingga pelaksanaan
program tersebut wajib dilakukan. Seperti yang diungkapkan dalam
Arikunto (2004 :3) berikut mengenai pengertian program:
Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat
diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan
kegiatan yang berkesinambung karena melaksanakan suatu
kebijakan. Oleh karena itu sebuah program dapat
berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian
program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka
program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian
kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tapi
berkesinambung.
Dengan demikian program itu merupakan cara untuk mencapai
tujuan dimana melalui hal tersebut bentuk rencana akan lebih terorganisir
dan lebih mudah untuk dioperasionalkan demi tercapainya kegiatan
pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai
aspek yang harus dijalankan atau dilaksanakan agar tujuan program itu
sendiri dapat tercapai.
14
3. Manajemen Program
Berbicara mengenai manajemen program maka akan selalu
dikaitkan dengan manajemen proyek, karena program dan proyek ini
memiliki sifat dan proses yang sama. Sehingga program bisa diartikan
juga sebagai sebuah proyek. Banyak orang yang mengartikan proyek
sebagai serangkaian kegitan besar yang berhubungan dengan alat-alat,
sarana dan prasarana dalam jumlah besar dan berat padahal proyek sendiri
tidak berarti seperti itu. Arti kata proyek sendiri adalah segala kegiatan
yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dilaksanankannya proyek
tersebut. Seperti yang diungkapkan Dimyati (2014) mengenai pengertian
proyek :
Proyek merupakan serangkaian aktivitas temperor dalam
usaha melakukan dan mencapai tujuan unik sehingga
proyek membutuhkan sumberdaya yang bersifat ad-hoc dan
lintas disiplin ilmu, dalam pelaksanaan proyek diperlukan
sekelompok alat, proses, dansumber daya manusia yang
berkompeten untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas serta
mampu berusaha untuk menggunakan sumber daya secara
efektif untuk menyelesaikan proyek secara efisien dan tepat
waktu.
Pengertian mengenai proyek ini juga diungkapkan Soeharto (1999: 2)
seperti berikut ini :
Kegiatan proyek dapat diartiakan sebagai satu kegiatan
sementara yang berlangsung daalm jangkan waktu terbatas,
dengan alokasi sember daya tertentu dan dimaksudkan
untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas. Lingkup (scope)
tugas tersebut dapat beruapa pembangunan pabrik,
pembuatan produk baru atau pelaksanaan penelitian dan
pengembangan.
15
Proyek dapat diartikan dan dikenal pula sebagai program karena
keduanya memiliki sifat yang sama dengan proses yang sama pula, namun
yang membedakan keduanya hanyalah kurun waktu dalam pelaksanaanya,
proyek memiliki jangka waktu yang terbatas yang telah ditentukan.
Sedangkan program memiliki jangka waktu yang relatif lama hal ini
dikarenakan di dalam program sendiri terdiri dari berbagai macam proyek
yang terus berkelanjutan dilaksanakan sehingga untuk mencapai tujuan
program membutuhkan waktu yang lebih lama dari pencapaian tujuan
sebuah proyek. Seperti yang diungkapkan dalam Soeharto (1999 : 2)
berikut ini :
Di samping proyek, dikenal pula program yang mempunyai
sifat yang sama dengan proyek. Perbedaannya terletak pada
kurun waktu pelaksanaan dan sumber daya yang diperlukan
Program memiliki skala lebih besar daripada proyek.
Umumnya, program dapat dipecah menjadi lebih dari satu
proyek. Dengan kata lain, suatu program merupakan
kumpulan dari bermacam-macam proyek.
Dari penjelasan di atas maka maka dapat disimpulkan manajemen
program dan manajemen proyek memiliki pengertian yang sama karena
saling terkait satu sama lain dan memiliki sifat dan proses yang sama,
yang membedakan keduanya hanyalah kurun waktu dalam pelaksanaanya,
proyek memiliki jangka waktu yang terbatas yang telah ditentukan.
Sedangkan program memiliki jangka waktu yang relatif lama hal ini
dikarenakan di dalam program sendiri terdiri dari berbagai macam proyek
yang terus berkelanjutan dilaksanakan sehingga untuk mencapai tujuan
16
program membutuhkan waktu yang lebih lama dari pencapaian tujuan
sebuah proyek.
Manajemen
proyek
dapat
diartikan
sebagai
kegiatan
merencanakan, mengorganiasasikan, mengarahkan, dan mengendalikan
sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan tertentu (Santoso, 1997: 3).
Hal ini sejalan dengan Dimyati (2014: 27) yang mengatakan bahwa
manajemen proyek sebagai gambaran bahwa tindakan manajemen sematamata diarahkan pada pencapaian sasaran yang ditelah ditetapkan karena
penetapan tujuan merupakan tindakan manajemen yang pertama, diikuti
dengan tindakan perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan
dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara efisien dan efektif.
H. Kerzner dalam Jurnal yang ditulis Newton yang berjudul
Principles of Project Management (2015), menyatakan bahwa
“project management is the planning, organizing,
directing, and controlling of company resources for
relatively short-term objective that has been established to
complete specific goals and objective. furthemore, project
management utilizes the system approach to management
by having functional personnel (the vertical hierarchy )
assigned to a specific project”. (Manajemen proyek yaitu
merencanakan,
mengorganisir,
memimpin,
dan
mengendalikan sumber daya organisasi untuk mencapai
sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh
manajemen program menggunakan pendekatan sistem dan
hierarki (arus kegiatan) yang ditugaskan untuk proyek
tertentu.
Berdasarkan
pengertian
manajemen
program
diatas,
maka
Manajemen Program Pendidikan Inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga adalah serangkaian kegiatan untuk mengelola program
17
Pendidikan Inklusi di Dinas Pendidikan Pemuda dalam rangka menjamin
pendidikan bagi seluruh masyarakat kota Surakarta. Kegiatan pengelolaan
tersebut berupa perencanaan (planning), pengorganiasian (organizing),
pengarahan (actuating), dan pengendalian (controlling).
a.
Planning ( perencanaan)
Perencanaan yang matang sangat menentukan efisiensi dan efektivitas
organisasi dalam mencapai tujuannnya. Berikut akan dijelaskan
beberapa pengertian perencanaan menurut para ahli dalam Torang
(2014: 167-168). Menurut Terry (1958); ‘planning is the selecting and
relating of facts in the visualization and formulation of purposed
activities believed necasssary to achieve desired result, perencanaan
adalah memilih dan terkait fakta di visualisasi dan perumusan
kegiatan bertujuan diyakini perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan’.
Menurut
Manulang
(1981),
perencanaan
adalah
penetapan beberapa tindakan untuk mencapai suatu tujuan yang
efektif dan efisien. Pada sisi lain Soekarno (1982), mengatakan bahwa
perencanaan adalah persiapan, acuan, garis-garis besar pedoman kerja,
persiapan tertentu untuk sampai ke tujuan yang ingin dicapai. Selain
itu menurut Robbins (2009), perencanaan adalah proses pendefinisian
sasaran organisasi, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan
organisasi
serta
menyusun
keseluruhan
rencana
kemudian
diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan aktivitas organisasi.
Perencanaan
berupa
tindakan
pengambilan
keputusan
yang
18
mengandung data dan informasi, ataupun fakta kegiatan yang akan
dipilih dan dilakukan dimasa mendatang. Widjaya (1987) dalam
(Dimyati, 2014: 27) mengemukakan bahwa
perencanaan adalah langkah-langkah “apa” (terkait dengan
penentuan tujuan) yang akan dilakukan, “mengapa”
(berkaitan dengan alasan atau modif perlunya kegiatan itu)
“bagaimana” (terkait dengan prosedur kerja sasaran dan
biaya) melakukannya, “bilamana” (terkait dengan
pelaksanaan kegiatan; penahanan kegiatan sampai dengan
selesai), “siapa” (terkait dengan orang-orang yang turut
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan), “penilaian”
(berkaitan dengan kegiatan yang sedang dan telah selesai
dilakukan), dan “faktor pendunkung dan penghambat”
(terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dan
kegiatan) untuk maksud penyesuaian dan perubahan
rencana yang akan melakukannya agar tujuan dapat
tercapai seefektif dan efisien mungkin.
Pendapat
-
pendapat
diatas
mengindikasikan
bahwa
perencanaan adalah kegiatan yang pertama-tama harus dilaksanakan
sebelum aktivitas lainnya dilakukan. Oleh sebab itu perencanaan yang
baik adalah perencanaan yang berorientasi tujuan (goal oriented).
Dimyati membagi fungsi perencanaan kedalah 7 tahap yaitu:
a)
Menetapkan tujuan dan sasaran proyek
b) Menganalisis kendala dan resiko yang mungkin terjadi untuk
seluruh proyek ataupun perbagian dari rencana
c)
Menetapkan penggunaan sumber daya
d) Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek
e)
Menyumbangkan strategi dan prosedur operasi
f)
Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan
19
g) Menentukan metode dan aspek-aspek teknik yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan
Jika disimpulkan, perencanaan merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan penetapan tujuan program, menentukan cara/ metode
yang mungkin ada, sumber daya program sebagai bentuk usaha untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
b.
Organizing ( pengorganisasian)
Pengorganisasian
adalah
suatu
proses
mendistribusikan
pekerjaan dan tugas-tugas serta mengkoordinasikannya untuk
mencapai tujuan organiasi Torang (2014: 170). Berikut akan
dijelaskan mengenai pengertian pengorganiasian menurut Terry dalam
Torang (2014: 170-171) dikemukakan bahwa
“Organizing is the arrangement of functions deemed
necessary for attainment of the objective and is an
indication of the authority and the responbility assigned to
individuals charged with the execution of the respective
functions, pengorganisasian adalah pengaturan fungsi yang
dianggap perlu untuk pencapaian tujuan dan merupakan
indikasi otoritas dan kewajiban yang ditugaskan untuk
individu dibebankan dengan pelaksanaan fungsi masingmasing”.
Manullang (1981: 66) berpendapat bahwa pengorganisasian
adalah
pengelompokan
aktivitas
yang
akan
dilakukan
atas
pendistribusian tugas dan fungsi kepada setiap individu yang ada
dalam organisasi. Disamping itu pengorganisasian juga dimakasudkan
untuk menentukan dan menetapkan kedudukan serta sifat hubungan
antar masing-masing unit. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa
20
pengorganisasian
adalah
seluruh
aktivitas
manajemen
yang
diimplemantasikan dalam bentuk pembagian tugas, fungsi, wewenang,
dan tanggung jawab setiap orang dalam organisasi. Hal ini
dimaksudkan agar dapat mewujudkan aktivitas untuk mencapai tujuan
organisasi yang efektif dan efisien.
Menurut Dimyati (2014: 28) bahwa pada umumnya fungsi
organisasi adalah mempersatukan kumpulan kegiatan manusia yang
mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama
lain dengan tat cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya
dalam rangka mendukung tercapainya tujuan.
Menurut Dimyati (2014: 29) ada 4 hal yang perlu dilakukan
dalam aktivitas ‘organizing’, yaitu :
a)
Menetapkan daftar penugasan
b) Menyusun lingkup kegiatan
c)
Menyusun struktur kegiatan
d) Menyusun daftar personel organisasi beserta lingkup tugasnya.
Organisasi merupakan pedoman pelaksanaan fungsi, yang
didalamnya terlihat jelas terdapat pembagian tugas dan hubungan
tanggung jawab serta delegasi kewenangan.
Berikut akan dijelaskan fungsi dari pengorganisasian menurut
Dimyati (2014: 29)
a)
Memperlihatkan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas
b) Beban kerja yang lebih merata
21
c)
Dapat diketahui kemampuan yang harus dimiliki
d) Controlling penyalahgunaan wewenang adalah dengan sistem
umpan balik
Menurut
penjabaran
diatas
kegiatan
pengorganisasian
merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh
potensi yang ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok orang
atau badan atau organisasi untuk bekerja secara bersama-sama guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk tujuan
pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi.
c.
Actuating (pengarahan)
Setelah melakukan pengorganisasian, langkah selanjutnya
adalah ‘actuating’ pekerjaan atau aktivitas atau beberapa ahli
menyebutkan dengan istilah ‘directing’ atau pengarahan. Menurut
Terry dalam Torang (2014: 173), definisi ‘actuating’ adalah:
“actuating is getting all members of the group to want to achieve the
objective willingly and in keeping with the managerial planning and
organizing efforts”, (actuating sebagai tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaransasaran agar sesuai dengan perencanaan managerial dan usaha-usaha
organisasi). Selanjutnya Terry menjelaskan bahwa; ‘actuating is to
excute through others the plan’. Oleh sebab itu, arti sebenarnya
‘actuating’ adalah ‘tindakan’, karena sesuatu tidak akan terjadi tanpa
adanya tindakan.
22
Selanjutnya Torang (2014: 173) mengatakan bahwa, actuating
dimaksudkan agar sumber daya manusia dalam organisasi mau dan
suka melakukan dan menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai tujuan
organisasi. Oleh sebab itu, ‘actuating’ juga diorientasikan agar setiap
individu dalam organisasi diharapkan bersedia melaksanakan dan
menyelsaikan pekerjaannnya tanpa menunggu perintah dari atasan.
Sedangkan
Dimyati
(2014:
29)
menyebutkan
bahwa
fungsi
pelaksanaan adalah menyeleraskan seluruh anggota organisasi dalam
kegiatan pelaksanaan, serta mengupayakan agar seluruh anggota
organiasasi dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama.
Dimyati mengatakan bahwa tindakan actuating, antara lain
meliputi :
a)
Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan
b) Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab
c)
Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi
Dengan demikian kegiatan pengarahan merupakan implementasi
dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen
yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja
secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk
dapat mewujudkan tujuan.
b. Controlling (pengawasan)
Menurut Ololube dalam jurnalnya yang berjudul Universal
Concepts, Nature, and Basics Principles of Educational, (2014)
23
menyatakan bahwa “Controlling in management consists of verifying
whether everything is occurring according to the adopted plans.
Instructions are issued and principles are established during this
process. Controlling identifies weaknesses and errors in order to
rectify them and prevent their recurrence (Jones & George, 2006).
Having effective control systems offers advantages to organizations.
These systems help to achieve goals and objectives, ensure that
resources are used efficiently, help control decentralization, promote
high morale among employees, and aid in the monitoring of large
scale organizations”. (Penawasan dalam manajemen terdiri dari
verifikasi apakah semuanya terjadi menurut rencana yang diadopsi.
Instruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan selama
proses ini.)
Torang (2014: 176) mengatakan bahwa sebagai salah satu fungsi
manajemen, ‘controlling’ dimaksudkan untuk melaksanakan penilaian
dan mengoreksi terhadap proses pekerjaan yang sedang berlangsung.
Selanjutnya berikut akan dijelaskan pengertian dari ‘controlling’ dalam
Torang (2014: 176-177). Soekarno mengatakan bahwa pengawasan
adalah pengendalian atau kontrol yang dimakasudkan untuk
a) Mengetahu kesesuaian kompetensi yang dimiliki oleh seseorang
dengan tugas yang diberikan kepadanya
b) Mengetahui kesesuaian waktu dengan hasil pekerjaan
24
Apabila dalam pelaksanaan pengawasan ditemukan kesalahan
atau kekeliruan, segera dilakukan perbaikan sehingga tujuan
organisasi dapat tercapai dengan efektif, efisien dan rasional.
Selanjutnya, Siagian (2003: 112) yang mengatakan bahwa
pengawasan adalah proses pengamatan terhadap seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan
berjalan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selain istilah ‘pengawasan (control)’ Dimyati (2014: 30)
menyebutkan fungsi penegendalian adalah mengukur kualitas
penampilan dan penganalisan serta pengevaluasian penampilan yang
diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap
penyimpangan yang terjadi.
Di dalam Dimyati (2014 : 30) dijelaskan bahwa di dalam
pengawasan terdapat tindakan-tindakan yang meliputi
1) Mengukur kualitas hasil membandingkan hasil terhadap standar
kualitas
2) Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi
3) Memberikan saran-saran perbaikan
4) Menyusun laporan kegiatan
Fungsi
pengawasan
adalah
memperkecil
kemungkinan
kesalahan yang terjadi dari segi kualitas dan kuantitia. Fungsi
pengawasan dilaksanakan dalam semua struktur didalam organisasi.
Fungsi pengawasan menurut Dimyati (2014: 30) antara lain
25
a) Mengetahui apakah sumber daya yang digunakan efektif dan
efisien sebagaimana rencananya
b) Membuat laporan-laporan untuk menilai kemajuan, penggunaan
sumber daya, penguian kualitas / teknik-teknik pengukuran kinerja
c) Laporan harus didokumentasikan dengan baik untuk dilakukan
perbandingan antara kinerja aktual dan kinerja rencana
d) Selanjutnya apakah perlu tindakan perbaikan
Jika disimpulkan pada intinya pengawasan merupakan kegiatan
pelaporan, menilai, atau memberikan evalusasi atas apa yang telah
dilakukan organisasi dalam rangka melaksanakan suatu program agar
dapat sesuai dengan rencana dan tujuan.
4. Program Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Asal mula munculnya konsep pendidikan inklusi diawalai dengan
adanya kesepakatan Internasional yaitu Convention on the Rights of
Person with Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret
2007. Dalam Konvensi ini, pada pasal 24 disebutkan bahwa setiap negara
berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di setiap
tingkatan pendidikan. Demikian pula di negara kita, bahkan kita lebih
dahulu mendeklarasikan pendidikan inklusi yaitu dengan diadakannya
Deklarasi Bandung “Indonesia menuju Pendidikan Inklusif” tanggal 8-14
Agustus 2004 yang kemudian secara terinci penyelenggaraan pendidikan
26
inklusi ini diatur dalam Permendiknas No. 70 Th 2009. (dikutip dari
www.kompasiana.com yang diakses pada Jumat 18 September 2015)
Dalam perkembangannya pendidikan anak berkebutuhan khusus telah
mengalami banyak perubahan yaitu pada awalnya pendidikan anak
berkebutuhan khusus bersifat terpisah dari masyarakat pada umumnya,
pelaksanaan pendidikannya seperti sekolah SLB yang di dalamnya
terdapat spesialisasi-spesialisasi terhadap anak
berkebutuhan khusus
sesuai dengan hambatanya seperti: SLB-A untuk sekolah anak tuna netra,
SLB-B untuk sekolah anak tunarungu, SLB-C untuk sekolah anak
tunagrahita, SLB-D untuk sekolah anak tunadaksa
Untuk menuju pada pendidikan terpadu yang mengintegrasikan anak
luar biasa masuk ke sekolah reguler, maka dikeluarkan program
pendidikan inklusi, yaitu konsep pendidikan yang tidak membedakan
keragaman karakteristik individu. Dengan hadirnya pendidikan inklusi
maka hak-hak anak berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan yang
layak dan bermutu senantiasa akan terkabul dan memberikan hal positif
bagi anak berkebutuhan khusus untuk terus berkembang dan tumbuh
menjadi dewasa yang mandiri dan cerdas
Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan
yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan
anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat
tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah
27
melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu peserta didik.
Upaya pendidikan inklusif harus
diwujudkan di Indonesia, hal ini dilandasi bahwa semua manusia memiliki
hak dan kewajiban yang sama.
Moelyono (2010: 3) menyatakan bahwa “Pendidikan Inklusi adalah
pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak berkebutuhan khusus untuk
belajar bersama-sama dengan anak-anak yang sebayanya di sekolah
reguler normal dan pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat
tersebut, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif”. Smith (2006:
45) menyatakan bahwa “Inklusi dari kata bahasa inggris, yaitu inclusion,
yang
mendeskripsikan
sesuatu
yang
positif
dalam
usaha-usaha
menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang
realistis
dan
komprehensif
dalam
kehidupan
pendidikan
yang
menyeluruh”.
Selanjutnya di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70
Tahun 2009 Pasal 3 Ayat 2 dijelaskan tentang peserta didik yang
berkebutuhan khusus yakni:
a. tunanetra;
b. tunarungu;
c. tunawicara;
d. tunagrahita;
e. tunadaksa;
28
f. tunalaras;
g. berkesulitan belajar;
h. lamban belajar;
i. autis
j. memiliki gangguan motorik;
k. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif
lainnya;
l. memiliki kelainan lainnya;
m. tunaganda.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 15) tentang pendidikan khusus
disebutkan bahwa:
Pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik
yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan
luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah.
b. Program Pendidikan Inklusi
Program Pendidikan Inklusi adalah suatu kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa dinikmati
setiap warga negara agar memperoleh pemerataan pendidikan tanpa
memandang anak berkebutuhan khusus maupun normal agar bisa
bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk
masa depan kehidupannya. (dikutip dari academia.edu yang diakses pada
Kamis 7Januari 2016)
29
Program pendidikan inklusi merupakan strategi untuk melaksanakan
pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah yang
resposif terhadap beragam kebutuhan aktual dari anak dan masyarakat.
Dengan demikian program pendidikan inklusi menajamin akses dan
kualitas. Satu tujuan utama dari pendidikan program pendidikan inklusi
adalah mendidik anak berkebutuhan khusus akibat kecacatannya di kelas
reguler bersama sama dengan anak anak lain yang non cacat dengan
dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya di sekolah yang ada
dilingkungan rumahnya.
Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan program
pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum reguler yang
berlaku di sekolah umum, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan
bahat dan minatnya.
Namun demikian karena ragam hambatan yang dialami peserta didik
berkebutuhan khusus sangat bervariasi, mulai dari yang sifatnya ringan,
sedang sampai yang berat, maka dalam implementasinya, kurikulum
reguler perlu dilakukan modifikasi (penyelarasan) sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (dikutip bpdiksus.org
yang diakses pada Kamis 7Januari 2016)
Berdasarkan Permendiknas No. 70 th 2009, Program Pendidikan
Inklusi bertujuan:
30
1)
Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya;
2)
Mewujudkan
penyelenggaraan
pendidikan
yang
menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Selanjutnya dalam buku solo inklusi Kota Surakarta, maksud dan
tujuan program pendidikan inklusi di Kota Surakarta adalah :
1)
Mensosialisaikan kepada seluruh elemen masyarakat dan pihakpihak yang terkait dengan pendidikan, tentang konsep dan model
penyelenggaraan pendidikan inklusif yang tidak diskriminatif
2)
Menggalang kekuatan bersama untuk membumikan pendidikan
inklusif di Kota Surakarta
3)
Menjamin anak-anak difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK)
di Kota Surakarta mendapatkan pelayanan pendidikan yang
berkualitas
4)
Himbauan dan ajakan kepada seluruh lembaga penyelenggara
pendidikan atau sekolah di Kota Surakarta untuk mau menerima dan
mengelola siswa berkebutuhan khusus sesuai kemampuan
5)
Mensukseskan agenda program Kota Surakarta sebagai kota layak
anak
31
6)
Ajang pencitraan (branding) Kota Surakarta sebagai kota pendidikan
inklusif dan kota layak anak di Indonesia dan dunia
5. Manajemen Program Pendidikan Inklusi
Jika diambil kesimpulan dari penjabaran diatas, maka manajemen
program pendidikan inklusi dapat diartikan sebagai kegiatan pengelolaan
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
sumber daya organisasi untuk pelaksanaan program pendidikan inklusi
Dalam melakukan penelitian ini peneliti berusaha mengetahui
manajemen program pendidikan inklusi dengan menggunakan konsep
yang telah dijabarkan diatas yang mengacu dan menganalisi empat faktor
yang ada dalam organisasi yaitu
a.
Perencanaan (planning)
Dalam kegiatan program pendidikan inklusi perencanaan
merupakan keseluruhan kegiatan yang digunakan untuk persiapan
program pendidikan inklusi dan keseluruhan kegiatan tersebut
dilakukan pada awal pelaksanaan. Dinas pendidikan pemuda dan
olahraga
sendiri
keseluruhan
selaku
kegiatan
ini
pelaksana
bertindak
daerah
sebagai
Surakarta
fasilitator
dalam
dan
impelementator. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga dalam
seluruh realisasi kegiatan berusaha menyiapkan dan menyediakan
segala apa yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan
tersebut. Kegiatan – kegiatan tersebut diantaranya melakukan
32
pembentukan kelompok kerja pendidikan inklusif, melakukan
penyusunan Grand Design Program pendidikan inklusi, dan
melakukan sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media.
b.
Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian
dalam
program
pendidikan
inklusi
merupakan kegiatan pembagian dan pemerincian tugas yang
nantinya akan dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga. Pemerincian dan pembagian tugas dalam program
pendidikan inklusi juga dijelaskan dalam buku Pedoman Program
Pendidikan Inklusi. Rincian tersebut nantinya akan dijadikan dasar
dalam pembagian tugas di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.
Selain itu juga akan diinformasikan kepada masing-masing pihak
terkait. Diharapkan dengan adanya pemahaman mengenai tugas dan
fungsi masing-masing organisasi, pelakasanaan kegiatan Program
Pendidikan Inklusi dapat dilakukan dengan lancar. Seluruh pihak
terkait dapat menyediakan semua kebutuhan terkait Program
pendidikan Inklusi baik itu teknis maupun penyediaan fasilitas
lainnya.
c.
Pengarahan (actuating)
Pengarahan disini diartikan sebagai kegiatan untuk mengatur,
memberikan
arahan,
dan
mendorong
stakeholders
Program
Pendidikan Inklusi agar dapat melakasanakan kewajibannya.
Kegiatan pengarahan juga bertujuan mencapai semua tujuan yang
33
telah ditetapkan sebelumnya sehingga hanya menjadi rencana yang
terbentuk dan tidak terealisasikan. Dalam pengarahan dilakukan
berbagai kegiatan seperti pembinaan dan pemberian motivasi kerja
kepada TIM POKJA, maupun lembaga-lembaga pendidikan yang
turut mengadakan pendidikan inklusi. Kegiatan tersebut merupakan
bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan inklusi yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota
Surakarta.
d.
Pengawasan (controlling)
Agar program dapat berjalan dengan lancar dan transparan
maka perlu dilakukan pengawasan yang dilakukan secara efektif dan
terpadu. pengawasan dalam program pendidikan inklusi ini
dilakukan agar program berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan
pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Surakarta melalui pengawasan secara langsung
maupun tidak langsung yang dilakukan dengan pengelolaan
pelaporan program dan kunjungan lapangan atau penelitian
langsung.
34
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir diterapkan sebagai dasar dalam pengembangan
konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam kerangka
pemikiran ini, akan dijelaskan alur pemikiran yang penulis lakukan dalam
penelitian.
Selama ini anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan
(difabel), sebenernya oleh pemerintah telah disediakan fasilitas layanan
pendidikan yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB), tapi secara tidak disadari
sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi
anak-anak yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut
selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara
anak-anak difabel dengan anak-anak non-difabel. Akibatnya dalam
interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang
teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat, maka dari itu pemenrintah
mengeluarkan Keputusan Menteri No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif.
Kota Surakarta sendiri merupakan salah satu kota yang telah
menindaklanjuti Keputusan Menteri No. 70 tahun 2009 tersebut, melalui
Peraturan Perda Surakarta Nomor 4 Tahun 2010 tentang pendidikan dan
pelayanan khusus bagi ABK. Kota Surakarta berhasil melaksanakan
program tersebut, terbukti dengan ditunjuknya Kota Surakarta sebagai
kota inklusi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
35
RI melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Pendidikan Dasar pada tahun 2013.
Kota Surakarta kini juga telah memiliki gedung pusat autis, sebagai
layanan pendidikan dan terapi bagi anak autis di Solo dan sekitarnya.
Gedung yang berlokasi di Ngemplak Sutan, Kelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres itu, telah
diresmikan Walikota Surakarta FX Hadi
Rudyatmo bersama Kepala Sub Direktorat Program dan Evaluasi
Pendidikan
Khusus-Layanan
Khusus
Kementrian
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Selain itu salah satu yayasan pendidikan di kota Solo yaitu, Al
Firdaus berhasil ditunjuk sebagai penyelenggara pendidikan inklusi terbaik
tingkat nasional dalam ajang "Anugerah Pendidikan Inklusif 2012" yang
diselenggarakan
oleh
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemdikbud) bekerjasama dengan Hellen Keller International (HKI).
Dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi ini tentu saja
diperlukan manajemen yang kuat dari tim pengelola program pendidikan
inklusi untuk memperoleh keberhasilan agar sesuai dengan tujuan
organisasi.
Hal ini mendorong peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap manajemen program pendidikan inklusi di Kota Surakarta dalam
pelayanan
program pendidikan sebagai perwujudan pendidikan tanpa
diskriminasi. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini akan digambarkan sebagai berikut:
36
GAMBAR 2.1
Kerangka Berpikir
Diskriminasi pendidikan terhadap
para difabel
Keputusan Menteri No. 70 tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4
Tahun 2010 tentang pendidikan dan
pelayanan khusus bagi ABK
Keberhasilan kota Surakarta dalam pendidikan inklusi
1. Kota Surakarta ditunjuk sebagai kota inklusi
2. Kota surakarta memiliki gedung pusat autis
3. Salah satu yayasan pendidikan di Surakarta, ditunjuk
sebagai penyelenggara pendidikan inklusi terbaik
Manajemen Program Pendidikan
Inklusi di Disdikpora
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengawasan
Terwujudnya pendidikan
tanpa diskriminasi
Download