Sering Lupa Alitha Rachma Oktavia 102010278 Kelompok B-5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Pendahuluan Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem kontrol pada tubuh, yang lain adalah sistem endokrin. Secara umum, sistem saraf mengkoordinasikan respons-respons cepat, sementara sistem saraf endokrin mengatur aktifitas yang lebih memerlukan durasi dari pada kecepatan. Sistem saraf terdiri dari susunan / sistem saraf pusat (SSP), yang mencakup otak dan korda spinalis, dan sistem saraf perifer, yang mencakup serat-serat saraf yang membawa informasi ke (divisi aferen) dan dari (divisi aferen) SSP. Terdapat tiga kelas neuron: neuronneuron aferen, neuron aferen, dan antar neuron. Yang membentuk sel dapat dirangsang pada sistem saraf. Neuron aferen memberitahu SSP mengenai kondisi lingkungan eksternal dan internal. Neuron aferen membawa intruksi dari SSP ke organ efektor , yaitu otot dan kelenjar. Antarneuron berperan mengintegrasikan informasi aferen dan memformulasikan respons eferen, serta untuk fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi yang berkaitan dengan “pikiran”. Terdapat 2 jenis ingatan: - Ingatan jangka pendek dengan kapasitas terbatas dan retensi yang singkat, yang dikode,paling tidak sebagian oleh modifikasi sementara pengeluaran neurotransmiter. - Ingatan jangka panjang dengan kapasitas yang besar dan memiliki jejak-jejak ingatan yang tahan lama. Ingatan ini diperkirakan melibatkan perubahan struktural atau fungsional yang relatif permanen antara neuron-neuron yang sudah ada. 1 Hipothalamus Gambar 1. Hipotalamus Sumber: http://dokter-muhsin.blogspot.com/ Hipotalamus adalah kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak di bawah thalamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik penting dan berfungsi sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Secara spesifik, hipotalamus (1) mengontrol suhu tubuh; (2) mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin; (3) mengontrol asupan makanan; (4) mengontrol sekresi hormonhormon hipofisis anterior; (5) menghasilkan hormone-hormon posterior; (6) mengontrol kontraksi uterus dan pengeluaran susu; (7) berfungsi sebagai pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, yang kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, dan kelenjar eksokrin; dan (8) berperan dalam pola perilaku dan emosi. Hipotalamus adalah daerah otak yang paling jelas terlibat dalam pengaturan langsung lingkungan internal. Sebagai contoh, apabila tubuh dingin, hipotalamus mencetuskan respons-respons internal untuk meningkatkan pembentukan panas (misalnya menggigil) dan untuk menurunkan pengeluaran panas (misalnya konstriksi pembuluh darah kulit untuk mengurangi aliran darah hangat ke permukaan tubuh, karena panas dapat hilang ke lingkungan eksternal). Daerah-daerah lain di otak, misalnya korteks serebrum, bekerja secara lebih tidak langsung untuk mengatur lingkungan internal. Sebagai contoh, seseorang yang merasa dingin akan termotivasi untuk secara sadar memakai baju yang lebih hangat, menutup jendela, menyalakan pemanas, dan seterusnya. Bahkan aktivitas perilaku volunteer ini sangat 2 dipengaruhi oleh hipotalamus, yang sebagai bagian dari sistem limbik, berfungsi bersama korteks mengontrol emosi dan perilaku yang dimotivasi. Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya rasa marah, rasa takut, dan kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan tersebut. Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau bertahan jika dibuat marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati (misalnya tertawa, menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan bahwa sistem limbic berperan sentral dalam semua aspek emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbic manusia selama pembedahan otak menimbulkan berbagai sensasi subjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang, kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian lain. Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan hipotalamus yang luas pada sistem limbik bertanggung jawab terhadap responsrespons internal involunter berbagai sistem tubuh dalam mempersiapkan berbagai tindakan yang sesuai untuk menyertai keadaan emosional tertentu. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan, peningkatan tekanan darah, dan pengaliran banyak darah ke otot-otot rangka yang terjadi sebagai antisipasi serangan sewaktu dibuat marah dikontrol oleh hipotalamus. Perubahan keadaan internal sebagai persiapan tersebut tidak memerlukan kontrol kesadaran. Fungsi Hipotalamus Fungsi-fungsi utama hipotalamus diringkas pada. Sebagian jelas merupakan refleks viseral, sedangkan sebagian meliputi reaksi tingkah laku dan emosi yang kompleks; namun, semuanya mencakup respons tertentu terhadap rangsang tertentu. Hal ini penting diingat dalam membahas fungsi hipotalamus.1 3 Sistem Limbik Gambar 2. Sistem limbik Sumber: http://hil4ry.files.wordpress.com/2007/07/brain_headborder.jpg Sistem limbik adalah kombinasi sitkuit-sirkuit neuron yang mengontrol perilaku emosional dan dorongan motivasional. Kompleks besar struktur ini terdiri dari komponen subkorteks dan korteks. Kelompok subkorteks mencakup hipotalamus, septum, daerah paraolfaktorius, epitalamus, nukleus thalamus anterior, hipokampus, amigdala, dan bagianbagian ganglia basalis. Di sekitar struktur-struktur subkorteks terdapat korteks limbik, yang terdiri dari korteks orbitofrontalis, girus subkalosus, girus singulata, dan girus parahipokampus. Di antara berbagai struktur subkorteks, hipotalamus adalah sumber output terpenting; struktur ini berkomunikasi dengan nukleus-nukleus batang otak melalui berkas otak-depan sebelah medial, yang menyalurkan sinyal dala dua arah: ke batang otak dan kembali ke otak depan.2 Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya rasa marah, rasa takut, dan kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan tersebut. Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau bertahan jika dibuat marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati (misalnya tertawa, menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan 4 bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia selama pembedahan otak menimbulkan berbagai sensasisubjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang, kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian lain. Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan hipotalamus yang luas pada sistem limbik bertanggung jawab terhadap responsrespons internal involunter berbagai sistem tubuh dalam mempersiapkan berbagai tindakan yang sesuai untuk menyertai keadaan emosional tertentu. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan, peningkatan tekanan darah, dan pengaliran banyak darah ke otot-otot rangka yang terjadi sebagai antisipasi serangan sewaktu dibuat marah dikontrol oleh hipotalamus. Perubahan keadaan internal sebagai persiapan tersebut tidak memerlukan kontrol kesadaran.1 Perilaku emosional dipengaruhi oleh stimulasi hipotalamus atas oleh lesi di hipotalamus. Efek stimulasi mencakup (1) bertambahnya tingkat aktivitas secara umum yang menimbulkan matah dan agresi; (2) perasaan damai, kenikmatan, dan hadiah; (3) takut dan perasaan dihukum, menghindar; (4) gairah seksual. Efek yang ditimbulkan oleh lesi di hipotalamus mencakup (1) pasivitas yang ekstrim dan hilangnya keinginan serta (2) makan dan minum berlebihan, marah, dan perilaku yang berkaitan dengan kekerasan.2 Fungsi Spesifik Bagian Lain Sistem Limbik Hipokampus. Stimulasi hipokampus dapat memicu marah, sifat pasif, dan gairah seksual berlebihan. Hipokampus bersifat sangat peka rangsang, dan rangsangan lemah dapat memicu bangkitan epileptik. Lesi di hipokampus menimbulkan gangguan berat dalam kemampuan membentuk ingatan baru yang didasarkan pada simbolisme verbal (bahasa); ini dinamai amnesia anterograd. Diperkirakan bahwa hipokampus menghasilkan sinyal untuk konsolidasi ingatan (mis. transformasi dari ingatan jangka-pendek menjadi ingatan jangkapanjang). Amigdala. Bertanggung jawab atas pengevaluasian informasi-informasi sensorik, menentukan secara tepat arti pentingnya sesuatu secara emosional, dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan awal untuk mendekati atau menjauhi sesuatu. Sebagai contoh, anda 5 dengan segera dapat menilai ancaman atau bahaya. Amigdala juga memainkan peranan penting dalam menengahi kecemasan dan depresi; pindai PET menentukan adanya peningkatan aktivitas saraf di struktur ini pada penderita depresi dan kecemasan. Struktur ini juga memainkan peranan dalam ingatan yang bersifat emosional. Korteks limbik. Kontribusi berbagai bagian di korteks limbik masih belum diketahui pasti. Pengetahuan tentang fungsi korteks ini berasal dari lesi-lesi yang merusak bagian ini. Lesi bilateral di korteks orbitofrontalis menyebabkan insomnia dan gelisah. Kerusakan bilateral girus singulatus anterior dan subkalosum memicu reaksi marah yang hebat.3 Struktur Mikroskopis Saraf Gambar 3. Sel saraf Sumber: http://edijoeyh.files.wordpress.com/2008/10/tetanus-neuron1.gif Jaringan saraf terdiri atas dua jenis sel utama: neuron (sel saraf) dan neuroglia (sel penyokong). Sel struktural dan fungsional jaringan saraf adalah: Neuron (Sel Saraf) Neuron adalah unit utama sistem saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Setelah matang sel ini tidak lagi menjalani reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Pematangan sel saraf terjadi sebelum atau segera setelah lahir. Setiap neuron berfungsi menerima rangsangan yang datang dan untuk mengirim rangsangan ke saraf lain atau otot. Neuron berfungsi dengan berespons terhadap sinyal-sinyal listrik dan menghasilkan sinyal-sinyal tersebut yang 6 mengubah aliran ion-ion bermuatan melintasi membran sel neuron. Neuron terbagi menjadi dendrit, badan sel, dan akson. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek. Dendrit adalah bagian dari neuron yang menerima rangsangan dari saraf-saraf lain atau bekerja sebagai reseptor bagi rangsangan sensorik yang datang. Badan sel. Pada badan sel terdapat inti sel yang berfungsi mengontrol pembentukan protein, enzim, dan zat-zat pengantar sel. Badan sel membagikan zat-zat tersebut ke bagian neuron lainnya sesuai kebutuhan. Badan sel menyampaikan sinyal listrik ke akson. Akson adalah perluasan memanjang atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel. Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1 m lebih. Di bagian ujungnya, sebuah akson dapat berkembang banyak. Sel Glia (Sel Pendukung) Ada beberapa jenis glia dalam otak dan sumsum tulang belakang, dan sebagai satu kelompok, sel-sel ini melakukan lebih banyak dari sekedar lem perekat yang menyatukan neuron. Macam sel glia adalah astrosit (berbentuk seperti bintang), oligodendroglia, mikroglia, sel ependim, dan lain-lain.4 Neurotransmiter Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal mealui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. Setiap neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia ini maka neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, bergantung pada jenis neuron dan transmitter tersebut. Contoh neurotransmitter adalah: 1. Asetilkolin (ACh) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka (sambungan neuromuskular). ACh juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam SSO dan oleh neuron tertentu di otak. a. Sebagian besar ACh disintesis dari kolin dan koenzim asetil A dalam badan neuron motorik; kemudian ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam vesikel sinaptik. 7 b. Setelah dilepas, ACh dipecah oleh enzim asetilkolinesterase menjadi asetat dan kolin. Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disiklusulangkan. c. Asetilkolinesterase seperti esterin dan prostigmin dipakai secara teraputik pada kasus miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot karena penurunan daya respons sel-sel otot rangka terhadap ACh. 2. Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), epinefrin (E) dan dopamin (DA). Katekolamin mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam amino tirosin. a. Katekolamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki satu gugus tunggal amina. b. Ketiganya merupakan neurotransmitter dalam SSP; NE dan E juga berfungsi sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal. c. Katekolamin terinaktivasi setelah pelepasan karena 1) Penyerapan ulang oleh terminal akson. 2) Degradasi enzimatik oleh monoamina oksidase (MAO) yang terjadi pada ujung neuron presinaptik. 3) Degradasi enzimatik oleh katekolamin-O-metil transferase (COMT) yang terjadi pada neuron postsinaptik. 3. Serotonin termasuk monoamina, tetapi tidak mengandung nukleus katekol. Serotonin merupakan derivat dari asam amino triptofan yang ada dalam SSP dan pada sel-sel tertentu dalam darah dan sistem pencernaan. 4. Beberapa asam amino, seperti glisin, asam glutamat, asam aspartat dan asam aminobutirat gamma (GABA) berfungsi sebagai neurotransmitter. Diketahui bahwa sampai saat ini bahwa glisin dan GABA bekerja sebagai inhibitor. Sejumlah neuropeptida, berkisar dari dua sampai 40 asam amino dalam setiap rantai panjang telah diidentifikasi dalam organ tubuh. Senyawa seperti substansi P, enkefalin, bradikinin dan kolesistokinin berperan sebagai neurotransmiter asli atau sebagai neuromodulator untuk mempengaruhi pelepasan atau respon terhadap, transmiter aktual. Semuanya memiliki efek nonsaraf dan saraf.5 8 Proses Penyimpanan dan Klasifikasi Memori Memori disusun dalam tahapan-tahapan. Memori adalah simpanan pengetahuan yang di dapat untuk sewaktu-waktu di panggil kembali. Belajar dan ingatan membentuk dasar bagi individu untuk mengadaptasikan perilaku mereka pada keadaan lingkungan tertentu. Tanpa mekanisme ini, individu tidak dapat merencanakan interaksi yang berhasil dan menghindari secara sengaja keadaan-keadaan yang diperkirakan tidak menyenangkan. Perubahan saraf yang berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan di kenal sebagai memory trace (jejak ingatan). Yang biasanya disimpan adalah konsep-konsep, bukan infromasi kata demi kata (secara harfiah). Ketika membaca , anda menyimpan konsep yang dibahas bukan kata-kata spesifik. Di waktu mendatang, ketika anda menggali kembali konsep dari ingatan, anda akan mengubahnya ke dalam kata-kata anda sendiri. Namun, mungkin saja kita dapat mengingat serpihan informasi kata demi kata. Penyimpanan informasi yang didapat diyakini dilaksanakan paling sedikit dalam dua tahap: ingatan jangka pendek & jangka panjang. KARAKTERISTIK INGATAN PENDEK JANGKA INGATAN JANGKA PANJANG Waktu penyimpanan setelah Segera Kemudian; memperoleh informasi baru dipindahkan harus dari ingatan jangka pendek ke jangka panjang melalui konsolidasi; ditingkatkan oleh latihan atau daur ulang informasi melalui cara jangka pendek Kapasitas penyimpanan Terbatas Sangat besar waktu penggalian kembali Cepat Lebih lambat, kecuali untuk (mengingat) ingatan yang sudah mendarah daging, yang cepat di gali kembali Ketidak mampuan menggali Dilakukan secara permanen; Ketidakmampuan mengakses kembali (lupa) ingatan kecuali cepat menghilang biasanya hanya sesaat; jejak apabila ingatan yang relatif stabil ke 9 dikonsolidasikan dalam ingatan jangka panjang Mekanisme penyimpanan Melibatkan sementara sinaps modifikasi Melibatkan fungsi yang sinaps- fungsional sudah perubahan atau structural ada, yang relatif lebih permanen misalnya mengubah jumlah anatara neuron-neuron yang neuron transmiter dikeluarkan. yang sudah ada, pembentukan misalnya sinaps baru, sintesis protein baru memiliki peran penting. Tabel 1. Perbandingan ingatan jangka pendek & jangka panjang Ingatan jangka pendek berlangsung beberapa detik sampai jam, sementara ingatan jangka panjang tersimpan berhari-hari sampai bertahun-tahun. proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan jangka pendek menjadi simpanan ingatan jangka panjang di kenal sebagai konsolodasi. Simpanan pengetahuan tidak akan bermanfaat kecuali apabila pengetahuan tersebut dapat di gali kembali dan digunakan untuk mempengaruhi perilaku saat sekarang atau masa mendatang. Terdapat suatu konsep yang baru di kembangkan yaitu: working memory atau yang telah disebut sebagai “papan tulis pikiran”. Working memory meliputi pembandingan data sensorik yang sedang berjalan dengan simpanan pengetahuan yang relevan dan menipulasi informasi tersebut. Seperti kemampuan meneruskan percakapan atau pengetahuan untuk memakai baju hangat apabila anda melihat ada salju di luar. Working memory memungkinkan orang merangkai banyak pikiran sambung menyambung dalam suatu urutan yang logis dan merencanakan tondakan yang akan diambil. Informasi yang baru diperoleh mula-mula diendapkan di dalam ingatan jangka pendek, yang memiliki kapasitas penyimpanan yang terbatas. Informasi dalam ingatan jangka pendek mengalami salah satu dari dua nasib pada akhirnya ingatan tersebut mungkin segera dilupakan sebagai contoh: melupakan nomor telepon setelah mencari dan selesai memutarnya. Atau dikirim ke ingatan jangka panjang yang lebih permanen melalui latihan aktif atau latihan ulangan. Pendauran ulang informasi yang baru diperoleh melalui ingatan jangka pendek meningkatkan kemungkinan terjadinya kosolidasi ingatan jangka panjang. (dengan demikian, jika anda belajar tergesa-gesa untuk ujian, penyimpanan informasi jangka panjang anda buruk). Hubungan ini dapat diibaratkan mencuci film fotografi. Citra yang 10 semula terbentuk (ingatan jangka pendek) akan cepet menghilang kecuali jika difiksasi secara kimiawi (konsolidasi) untuk menghasilkan citra yang lebih tahan lama (ingatan jangka panjang). Kadang-kadang hanya sebagian ingatan tetap tersimpan sementara yang lain menghilang. Informasi yang menarik atau penting bagi individu lebih besar kemungkinannya akan di daur ulang dan difiksasi untuk simpanan jangka panjang, sedangkan informasi yang kurang penting dengan cepat dihapus. Kapasitas penyimpanan bank ingatan jangka panjang jauh lebih besar daripada kapasitas ingatan jangka pendek. Berbagai aspek informasi mengenai jejak-jejak ingatan jangka panjang tampaknya diolah dan dikodifikasi, kemudian disimpan bersama ingatan lain dari jenis yang sama; sebagai contoh, ingatan visual disimpan secara terpisah dari ingatan auditorik. Organisasi ini mempermudah pencarian simpanan ingatan di masa mendatang untuk menggali kembali informasi yang diinginkan. Sebagai contoh, dalam mengingat seorang wanita yang pernah sekali anda temui, anda mungkin menggunakan berbagai petunjuk dari bermacam-macam gudang ingatan, seperti namanya, penampakannya, parfum yang digunakannya, lagu yang dimainkan sebagai latar belakang, dan sebaginya. Karena kapasitas ingatan jangka panjang lebih besar, diperlukan waktu lebih lama untuk memperoleh kembali informasi dari ingatan jangka panjang dari pada dari ingatan jangka pendek. Mengingat adalah proses memperoleh kembali informasi spesifik dari gudang ingatan; lupa adalah ketidakmampuan memperoleh kembali informasi yang telah disimpan. Informasi yang hilang dari ingatan jangka pendek secara permanen dilupakan, tetapi informasi disimpan jangka panjang sering dilupakan hanya dalam waktu singkat. Anda sering hanya secara temporer tidak dapat mengakses informasi misalnya tidak mampu mengingat nama seorang kenalan, namun kemudian nama nama tersebut tiba-tiba “muncul”. Sebagian bentuk ingatan jangka panjang yang melibatkan informasi atau keterampilan yang digunakan sehari-hari pada dasarnya tidak pernah dilupakan dan cepat di akses kembali. Misalnya mengetahui nama anda sendiri atau kemampuan menulis. Walaupun ingatan jangka panjang relatif stabil, informasi yang disimpan dapat secara bertahap hilang atau mengalami modifikasi seiring dengan waktu kecuali apabila ingatan tersebut telah mendarah daging akibat latihan bertahun-tahun. Jejak-jejak ingatan terdapat di banyak tempat di otak. Neuron yang terlibat dalam jejak ingatan tersebar luas di seluruh daerah korteks dan subkorteks otak. Karena sebagian jejak ingatan akan tetap ada walaupun terjadi kerusakan luas di otak. Namun, terdapat bukti 11 bahwa kemampuan belajar tertentu sangat dipengaruhi oleh kerusakan daerah tertentu di otak. Daerah otak yang dikirakan berperan dalam ingatan adalah lobus temporalis, korteks prafrontalis, daerah-daerah lain di korteks serebrum, sistem limbik dan serebelum. Lobus temporalis dan sistem limbik sangat penting untuk memindahkan ingatan baru ke simpanan jangka panjang. Hippokampus, bagian medial yang memanjang di lobus temporalis dan merupakan bagian dari sistem limbik, berperan penting dalam ingatan jangka pendek yang melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait dan juga penting untuk konsolidasi menjadi ingatan jangka panjang. Hipokampus diyakini hanya sesaat menyimpan ingatan jangaka panjang yang baru dan kemudian mengirim ingatan tersebut ke daerahdaerah korteks untuk disimpan secara lebih permanen. Pengaksesan dan manipulasi simpanan jangka panjang ini melalui operasi working memory tampaknya di laksanakan oleh daerah prafrontalis korteks serebrum. Selain itu hipokampus dan daerah sekitarnya berperan penting dalam ingatan deklaratif – ingatan mengenai fakta-fakta yang sering terbentuk setelah hanya sekali pengalaman dan dapat dinyatakan dalam pernyataan seperti “ saya melihat patung liberty tahun lalu.” yang menarik, kerusakan ekstensif di daerah hipokampus jelas terlihat pada pasien penyakit alzheimer selama otopsi. Berbeda dengan peran hippokampus daerah sekitar lobus temporalis, dan sistem limbik, serebelum tampaknya berperan penting dalam ingatan prosedural melibatkan keterampilan motorik yang diperoleh melalui latihan berulang, misalnya mengigat gerakan dansa tertentu. Perbedaan lokalisasi kedua jenis ingatan ini tampak jelas pada individu yang mengalami lesi di lobus temporalis/daerah limbik. Mereka mampu melaksanakan suatu keterampulan, misalnya bermain piano. Tetapi keesokan harinya mereka tidak mengingat bahwa mereka pernah memainkannya. Ingatan jangka pendek dan jangka panjang melibatkan mekanisme molekular yang berlainan. Suatu perubahan harus terjadi di dalam sirkuit saraf otak untuk menerangkan terjadinya perubahan perilaku setelah proses belajar. Suatu ingatan tunggal tersimpan dalam perubahan pola sinyal yang disalurkan melalui sinaps-sinaps dalam jaringan saraf yang luas, bukan di dalam sebuah neuron. Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang tampaknya disebabkan oleh mekanisme yang berbeda. Bukti yang ada mengisyaratkan bahwa ingatan jangka pendek melibatkan modifikasi sementara pada fungsi sinaps yang sudah ada, misalnya perubahan sesaat jumlah neurotransmiter yang dikeluarkan sebagai respons terhadap stimulasi di dalan jalur-jalur saraf yang bersangkutan. Sebaliknya ingatan jangka panjang diperkirakan melibatkan perubahan struktural atau fungsional yang lebih permanen diantara neuron-neuron yang ada di otak. 12 Ingatan jangka pendek , eksperimen-eksperimen cerdik pada siput laut, aplysia, telah memperlihatkan bahwa dua bentuk ingatan jangka pendek – habituasi dan sensitisasidisebabkan oleh modifikasi protein-protein saluran di terminal prasinaps neuron-neuron afferen tertentu. Modifikasi ini kemudian menyebabkan perubahan pengeluaran transmiter. Habituasi adalah penurunan ketanggapan (responsivitas) terhadap pemberian stimulus indiferen (yaitu tidak memberi penghargaan / penghukuman yang berulang-ulang). Sensitisasi mengacu kepada peningkatan ketanggapan terhadap rangsangan ringan setelah sebuah rangsangan yang kuat atau menggangu. Aplysia secara refleks menarik insangnya apabila siphonnya (suatu organ terletak di atas insangnya disentuh). Neuron aferen yang berespons terhadap sentuhan pada siphon (neuron prasinpas) secara langsung bersinaps dengan neuron motorik eferen (neuron pascasinaps) yang mengontrol penarikan insang. Siput tersebut mengalami habituasi apabila siphonnya di sentuh berulang-ulang, siput belajar untuk mengabaikan rangsangan dan tidak lagi menarik insangnya sebagai respons. Sensitisasi, suatu bentuk belajar yang lebih kompleks, terjadi pada aplysia apabila mendapat pukulan keras pada siphonnya. Kemudian hewan tersebut akan menarik insangnya secara lebih kuat sebagai respons, bahkan terhadap sentuhan ringan. Yang menarik kedua bentuk belajar yang berbeda ini mempengaruhi tempat yang sama. Sinaps antara neuron aferen siphon dan neuron aferen insang dengan cara yang berlawanan. Habituasi menekan aktifitas sinpas tersebut , sedangkan sensitisasi meningkatkanya.6 Faktor yang Mempengaruhi Memori 1. Senyawa-senyawa yang menghambat atau mengaktifkan neurotransmiter/ kegiatan neuron. a. Nikotin: mengaktivasi reseptor asetilkolin . b. Physostigmin: meningkatkan kerja asetilkolin pada monyet meningkatkan memori visual. c. Antidepresan (misalnya: prozac): meningkatkan kerja serotonin d. Skopolamin : menghambat kerja Ach -> menggangu memori e. Striknin: pemberian pada tikus Segera setelah latihan meningkatkan penyimpanan memori Beberapa jam setelah latihan tidak meningkatkan memori. f. Kokain: fasilitasi kerja dopamin g. Amfetamin (stimulan): fasilitasi memori 13 Menggiatkan NE tubuh & sistem dopamin h. Antipsikotik: antagonis katekolamin Mencegah ikatan dopamin dengan reseptornya. i. Monyet tua: Defisit dopamin & NE pada korteks prefrontal memori memori kerja menurun. Suntikan neurotransmiter yang sesuai mengembalikan fungsi otak. (NE tidak dapat menembus abar darah otak) j. Obat-obat yang menghambat aktivitas neuronal/ sintesis protein Dapat menimbulkan amnesia retrograd 2. Faktor usia Bayi : memori deklaratif belum terbentuk (berpikir) Anak sampai usia 2 th: Memori deklaratif belum berkembang. Proses memori: masih refleksif (periode sensorimotor) Setelah dewasa: hampir tidak ingat peristiwa masa tersebut Usia lanjut : Mungkin fungsi lobus frontalis yang tidak lagi efisien Gangguan pemanggilan memori kata. Hipokampus rentan terhadap proses penuaan Sebagian besar tikus tua: gangguan memori spasial. Hasil penelitian petersen dkk: Usia 62-100 thn: gangguan konsolidasi ke memori jangka panjang 3. Faktor lingkungan Binatang yang dibesarkan dalam lingkungan majemuk: Lapisan kortikal otak >tebal Struktur neuronal > rumit Situasi lingkungan: distraksi menggangu memori jangka pendek. 4. Trauma Geger otak, stroke amnesia retrograd Kehilangan kesadaran setelah terpukul isi memori jangka pendek terhapus Hilang memori peristiwa yang terjadi ±1/2 jam sebelumnya. Trauma hebat: menggangu akses ke memori jangka panjang. Terapi kejutan listrik kehilangan memori jangka pendek (amnesia) 14 Namun tidak menggangu memori jangka panjang. 5. Lesi dalam struktur otak Lesi bagian medial lobus temporalis: = regio kritis untuk konsolidasi memori amnesia anterograd: Tidak dapat membentuk memori jangka panjang baru Memori sebelum onset penyakit : tidak terganggu Pada binatang: Kerusakan hippokampus tidak dapat mempelajari hal baru. Tidak mampu membentuk memori baru. Kerusakan amigdala: lambat belajar asosiasi gangguan memori deklaratif Kerusakan hipokampus dan amigdala amnesia global Pada manusia: kerusakan hippokampus amnesia global Degenerasi bagian medial dekat garis tengah otak sindrom korsakof Ditandai: amnesia global (akoholisme kronik). Kerusakan diensefalon (stroke, jejas, infeksi, tumor) amnesia. Pola gangguan memori = pada pengangkatan hipokampus dan amigdala. 6. Faktor penyakit: Penderita alzheimer: banyak serat kolinergik mengalami deplesi Gejala utama: kehilangan memori.6 Kesimpulan Seorang laki-laki , umur 62 tahun mengeluh sering lupa dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu: faktor usia, lingkungan, trauma, lesi pada struktur otak / ada senyawasyawa yang menghambat kegiatan neuron. 15 Daftar Pustaka 1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta: EGC, 2001.h.126-7, 197-200 2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.h.154-7, 166-8 3. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: Erlangga, 2008.h.130-3 4. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jilid 3. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga, 2004.h.201-15 5. Muttaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba medika. 2008.h.4 6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. 22nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 89-97. 7. 16