BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen proyek menurut Project Management Institute (PMI, 2008) adalah usaha untuk menciptakan barang atau jasa yang unik dan bersifat temporer. Manajemen proyek mengusahakan kesuksesan dengan tiga batasan yaitu biaya, mutu dan waktu. Manajemen proyek yang sukses adalah manajemen proyek yang dapat memenuhi ketepatan waktu, kehematan biaya dan kesesuaian mutu yang diharapkan (PMI, 2008). Perusahaan yang berbasis manajemen proyek seperti konstruksi, teknologi informasi, telekomunikasi dan konsultan bergantung kepada rekam jejak kesuksesan proyek yang telah ditanganinnya. Rekam jejak yang baik akan memudahkan perusahaan memenangkan tender dari pemilik proyek. Kinerja yang baik dari suatu perusahaan yang berbasis menajemen proyek dapat diusahakan dengan mengoptimalkan faktor-faktor pendukung teknis dan non teknis. Faktor manusia adalah salah satu faktor non teknis yang penting dalam mengusahakan keberhasilan proyek. Pengaturan manusia demi mencapai tujuan proyek menentukan kualitas proyek dari segi waktu, mutu dan biaya. Pengaturan manusia tidak terlepas dari kepemimpinan yang baik pada proses penggerjaan proyek. Menurut subjektifitas manajer-manajer proyek di Amerika yang telah diteliti oleh Zimmerer dan Yasin (1998), 75% kesuksesan proyek dipengaruhi gaya kepemimpinan yang positif dari manajer proyek. Manajer proyek menurut Project Management Institute (PMI, 2008) adalah orang yang mendapatkan tugas untuk menjaga kinerja organisasi agar mendapatkan tujuan proyek. Manajer proyek memimpin dan bertanggung jawab dalam komunikasi dengan semua stakeholder proyek. Turner dan Muller (2009) berpendapat bahwa manajer proyek adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan di setiap tipe proyek. 1 2 Perusahaan berbasis proyek membutuhkan model profil kompetensi kepemimpinan dari proyek-proyek yang telah sukses, maupun proyek-proyek yang tidak sukses. Model tersebut digunakan untuk petunjuk dalam pemilihan manajer proyek serta dapat digunakan dalam pengembangan kualitas kepemimpinan manajer proyek. Terdapat beberapa penelitian mengenai kepemimpinan pada manajemen proyek yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah penelitian Turner dan Muller (2009) yang telah membangun model kompetensi kepemimpinan dengan menggunakan Leadership Development Questionnaire (LDQ) dari Dulewicz dan Higgs (2005). Penelitian tersebut memetakan profil kompetensi kepemimpinan proyek sukses dengan menggunakan model kinerja yang dikembangkan Cooke-Davies (2002) dan menggunakan model kategorisasi proyek yang dikembangkan Crawford et al (2005). Penelitian Turner dan Muller (2009) mengembangkan model profil kompetensi kepemimpinan pada proyek yang sangat sukses. Hanya 30 persen data responden yang paling tinggi peringkat kinerjannya yang dilakukan analisis secara mendalam. Penelitian tersebut tidak mempelajari profil kompetensi kepemimpinan pada proyek yang tidak sukses. Sehingga tidak terdapat perbandingan empiris yang dapat terlihat secara nyata antara profil kepemimpinan pada proyek sukses dan tidak sukses. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar mengetahui perbandingan profil kompetensi kepemimpinan manajer proyek pada proyek sukses dan pada proyek tidak sukses. Penelitian Turner dan Muller (2009) melakukan pemetaan proyek berdasarkan model kategorisasi Crawford et al (2005). Salah satu dimensi yang dianalisis adalah dimensi kompleksitas proyek. Instrumen yang digunakan oleh Turner dan Muller (2009) untuk mengukur dimensi kompleksitas belum komprehensif sehingga perlu diganti dengan instrumen yang lebih komprehensif. Untuk dapat menghasilkan analisis yang kuat dalam dimensi kompleksitas maka digunakan instrumen penelitian yang telah kembangkan dan divalidasi oleh Saputro dan Hartono (2012) serta Wijaya dan Hartono (2013). 3 Penelitian Turner dan Muller (2009) belum menambahkan dimensi risk attitude. Menurut Dohmen et al (2009) risk attitude adalah konskuensi penting dari keputusan yang mempunyai resiko dan uncertainty. Setiap proyek memiliki uncertainty dan resiko. Sehingga dalam pemilihan manajer proyek dibutuhkan seorang risk taker yang sesuai dengan resiko yang akan dihadapi. Menurut Hofstede (1997) kebudayaan setiap negara berbeda-beda. Perbedaan budaya setiap negara dapat ditunjukkan dengan empat dimensi yaitu individualitas vs kolektifitas, maskulinitas vs feminitas, power distance, uncertainty avoidance. Indonesia memiliki budaya yang berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris. Indonesia memiliki nilai power distance sebesar 78 dari skala 100, sedangkan Amerika Serikat dan Inggris memiliki nilai power distance sebesar 40 dan 35 dari skala 100. Indonesia memiliki nilai individualisme 14 sedangkan Amerika Serikat dan Inggris memiliki nilai 91 dan 89 dari skala 100. Berdasarkan dimensi yang diukur, kepemimpinan adalah bagian dari budaya seseorang. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis perbandingan profil kompetensi kepemimpinan manajer proyek di Indonesia dengan profil kompetensi kepemimpinan manajer proyek di Inggris, Amerika Serikat, Irlandia, Australia dan Kanada yang telah diteliti oleh Tuner dan Muller (2009). Terdapat dua simpulan permasalahan dari uraian di atas. Pertama, penelitian mengenai pemetaan profil kompetensi kepemimpinan pada manajemen proyek terbatas dilakukan pada proyek sangat sukses, belum terdapat penelitian yang memetakan profil kompetensi kepemimpinan pada proyek tidak sukses. Perlu dilakukan penelitian mengenai kompetensi kepemimpinan pada proyek sukses dan tidak sukses untuk dilakukan perbandingan. Kedua, penelitian Turner dan Muller (2007) berhasil membangun satu model profil kepemimpinan untuk tipe-tipe proyek di beberapa jenis Industri dari lima negara, namun perlu penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan perbedaan budaya pada setiap negara dan menambahkan dimensi penelitian risk attitude serta mengembangkan dimensi kompleksitas sesuai dengan Wijaya dan Hartono (2013). 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di atas, maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui profil kompetensi kepemimpinan manajer proyek pada proyek sukses dan proyek tidak sukses di Indonesia. 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini dibatasi dengan wilayah penelitian yaitu hanya pada wilayah Indonesia. 1.4 Tujuan a. Mengembangkan dan menguji model instrumen profil kompetensi kepemimpinan sebagai salah satu faktor kesuksesan sesuai tipe dan karakteristik proyek. b. Memetakan profil kepemimpinan sesuai dengan tipe karakteristik proyek di Indonesia. c. Menguji hubungan antara kompetensi kepemimpinan dengan kesuksesan di berbagai tipe proyek. d. Menguji hubungan antara kompetensi kepemimpinan dengan kesuksesan dan kompleksitas proyek. 1.5 Manfaat Penelitian ini berguna bagi praktisi dalam pertimbangan penentuan manajer proyek berdasarkan kompetensi yang dimiliki, untuk memimpin suatu kategori proyek di Indonesia. Sedangkan untuk akademisi, penelitian ini berguna untuk pemahaman lebih mendalam perihal kompetensi kepemimpinan sebagai faktor kesuksesan di berbagai tipe proyek.