UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP AKTIVITAS XANTIN OKSIDASE YANG DIISOLASI DARI AIR SUSU SAPI SEGAR Sylvia Aulia Rahmah, Suharti dan Subandi Universitas Negeri Malang Corespondence Author: [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui: (1) jenis senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak kulit manggis, (2) daya antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus relatif terhadap antibiotik Tetracycline; Ampicillin; Amoxicillin, (3) aktivitas total xantin oksidase (XO) yang dapat diisolasi dari 250 mL air susu sapi segar, (4) inhibisi ekstrak kulit manggis terhadap XO relatif terhadap Allopurinol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dari 230 g kulit manggis kering diperoleh 28,07 g ekstrak yang mengandung senyawa golongan saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid, (2) ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas antibakteri; terhadap E. coli yang setara dengan 24,41 ppm Tetracycline dan terhadap S. aureus setara dengan 33,70 ppm Tetracycline, (3) dari 250 mL air susu sapi segar diperoleh ekstrak kasar XO dengan aktivitas total 0,275 unit, (4) pada konsentrasi 100 ppm, ekstrak kulit manggis mempunyai daya inhibisi terhadap XO sebesar 45,45% yang setara dengan 12,5 ppm Allopurinol. Kata kunci: daya antibakteri, daya inhibisi, ekstrak kulit manggis, inhibitor xantin oksidase Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa penggunaan tanaman obat tersebut tidak menimbulkan efek samping. Salah satu simplisia yang berkhasiat obat adalah kulit manggis. Kulit manggis mengandung beberapa senyawa yang menurut litelatur memiliki aktivitas farmakologi seperti antiinflamasi, antihistamin, antibakteri, anti penyakit jantung, antijamur, bahkan untuk terapi HIV (Chaveri et all, 2008: 3228). Bahkan saat ini telah beredar kapsul serbuk kulit manggis dan jus kulit manggis yang diduga mampu bertindak sebagai anti diabetes, anti kolesterol, anti lelah, anti tumor dan kanker, serta mencegah penuaan dini (Anonim, 2012). Beberapa senyawa utama kandungan kulit manggis yang dilaporkan bertanggung jawab atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi, diantaranya adalah 1,3,6-trihidoksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2butenil)-9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9Hxanten-9-on (Jinsart et all, 1992: 3711). Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma mangostin. Menurut penelitian Masniari Poeloengan dkk (2010: 67) ekstrak kulit manggis mengandung senyawa metabolit sekunder berupa golongan alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid. Penyakit gout atau yang sering disebut dengan asam urat adalah salah satu jenis rematik yang terjadi karena kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Ada dua kelompok obat untuk terapi penyakit gout yaitu kelompok obat urikosurik yang menghentikan proses inflamasi dan kelompok obat urikostatik yang mempengaruhi kadar asam urat. Salah satu contoh obat urikostatik penghambat kerja enzim xantin oksidase adalah Allopurinol. Mekanisme kerja Allopurinol adalah menghambat xantin oksidase secara kompetitif. Penelitian tentang obat alami yang dapat menghambat aktivitas xantin oksidase telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa senyawa flavonoid dan alkaloid pada tanaman dapat berperan sebagai obat untuk penyakit gout dengan menghambat kerja xantin oksidase (Cos et all, 1998: 73). Wardani (2008) menyebutkan bahwa flavonoid pada tempuyung dan meniran mampu menghambat aktivitas xantin oksidase, selain itu Yulianto (2009) juga menyebutkan bahwa ekstrak kasar flavonoid dari rosela dan ciplukan mampu menghambat aktivitas xantin oksidase lebih besar dibandingkan dengan obat asam urat, yaitu Allopurinol. Dari struktur xanton yang mirip dengan flavonoid serta adanya kandungan kimia lain seperti alkaloid, maka kulit manggis ini diduga mampu menghambat aktivitas xantin oksidase (Harbone, 1987: 96). Selain diduga memiliki aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit manggis juga dilaporkan menunjukkan aktivitas antibakteri. Suksamranm et all (2003) bersama kelompoknya melakukan penelitian tentang alfa mangostin, gamma mangostin dan garsinon B dari kulit manggis yang dapat menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya dalam mengobati penyakit infeksi, masyarakat sering menggunakan obat antibiotik seperti Tetracycline, Ampicillin, Amoxicillin atau antibiotik lainnya yang mudah diperoleh. Namun pemakaian antibiotik secara berlebihan dan kurang terarah dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada beberapa antibiotik tertentu yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan penyakit itu. Oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan bahan alami sebagai alternatif pengobatan. Pada penelitian ini juga dilakukan skrining fitokimia untuk memastikan komponen kimia yang terkandung dalam kulit manggis dan aktivitasnya dalam menghambat xantin oksidase serta kemampuan antibakterinya terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Enzim xantin oksidase merupakan enzim yang terdapat pada jaringan mamalia, susu sapi, susu domba, susu kelinci, dan susu kambing (Ho, C.Y., 1976 : 1605). Enzim ini terdapat dalam globula lemak susu, diantara trigliserida dan membran lemak. Peristiwa timbulnya asam urat tidak lepas dari peran serta enzim xantin oksidase. Enzim ini mampu mengubah xantin menjadi asam urat melalui reaksi oksidasi. Dalam penelitian ini sebagai sampel, enzim xantin oksidase diisolasi dari air susu sapi segar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis, (2) daya antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus relatif terhadap antibiotik Tetracycline; Ampicillin; Amoxicillin, (3) aktivitas total xantin oksidase yang dapat diisolasi dari 250 mL air susu sapi segar, (4) inhibisi ekstrak kulit manggis terhadap aktivitas xantin oksidase relatif terhadap Allopurinol. METODE Ekstraksi Kulit Manggis dan Skrining Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah dengan maserasi menggunakan etanol 70%. Maserasi ini dilakukan selama 24 jam dengan 3 kali pengulangan. Maserat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator. Ekstrak kental yang didapatkan kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya. Persentase rendemen ekstrak dapat dihitung menggunakan rumus: ( ) (Yulianto, 2009: 14) Dengan : a = bobot ekstrak (g) b = bobot sampel (g) x = kadar air Uji kadar air dilakukan dengan memasukkan serbuk kulit manggis dalam oven suhu 55°C, dan ditimbang setiap 10 menit hingga diperoleh massa yang konstan. Penentuan persentase kadar air dapat dihitung menggunakan rumus: (Yulianto, 2009: 14) Dengan : a = bobot sebelum dikeringkan (g) b = bobot setelah dikeringkan (g) Skrining fitokimia juga dilakukan untuk memastikan jenis senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis. Skrining dilakukan untuk senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol dan saponin. Uji Antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus Uji antibakteri dilakukan terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan kontrol positif yaitu Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin. Metode yang digunakan dalam uji antibakteri ini adalah dengan difusi agar Kirby Bauer. Metode ini dilakukan dengan mengukur zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram. Pada proses ini terbagi lagi menjadi beberapa tahapan, yaitu pembuatan media cair, pembuatan media nutrient agar, pembuatan media miring, peremajaan bakteri uji, pembuatan starter uji, dan yang terakhir adalah uji antibakteri. Isolasi xanti oksidase dari 250 mL air susu sapi segar dan uji aktivitasnya Metode isolasi yang digunakan adalah dengan penjenuhan menggunakan (NH4)2SO4 40% yang menghasilkan residu 2 dan supernatan 2 yang dapat diukur aktivitas enzimnya menggunakan spektrofotometer UV pada 290 nm. Aktivitas yang paling tinggi diantara keduanya yang akan digunakan untuk uji inhibisi ekstrak kulit manggis terhadap xantin oksidase. Uji aktivitas enzim dilakukan dengan mencampurkan xantin 0,15 mM dengan buffer fosfat (pH 7,5) dan enzim xantin oksidase yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 290 nm. Pengukuran ini dilakukan sampai didapatkan nilai absorbansi yang konstan, dan dicatat setiap 10 menit. Nilai absorbansi yang diperoleh dikonversikan ke dalam konsentrasi asam urat. Nilai hasil konversi dimasukkan dalam grafik konsentasi asam urat vs waktu dan dicari persamaan garisnya. Dari persamaan garis y=ax+b, nilai a menunjukkan aktivitas enzim. Blanko yang digunakan adalah larutan xantin yang ditambahkan dengan buffer fosfat. Uji Inhibisi Uji inhibisi ini dilakukan sama dengan uji aktivitas enzim, perbedaannya hanya pada penambahan inhibitor. Volume inhibitor divariasi mulai 0,1 mL; 0,2 mL dan 0,3 mL, sehingga untuk penambahan buffernya adalah 1,7 mL; 1,6 mL dan 1,5 mL. Ekstrak kulit manggis dibuat dengan konsentrasi 100 ppm dalam buffer fosfat, sedangkan Allopurinol sebagai kontrol positif dibuat dengan konsentrasi 10 ppm dalam buffer fosfat. Persentase inhibisi dapat dihitung menggunakan rumus: (Bergmeyer, H.U. et all, 1947: 3) HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Kulit Manggis Pemilihan teknik ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan karena maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan merupakan langkah awal yang umumnya dilakukan pada penelitian bahan alam. Penggunaan pelarut etanol 70% karena biasa digunakan dalam analisis pendahuluan obat dan aman untuk dikonsumsi lebih lanjut. Selain itu etanol merupakan pelarut serba guna yang sangat baik untuk ekstraksi pendahuluan karena dapat mengekstraksi senyawa polar dan non polar (Harbone, 1987: 6). Dalam proses ini, didapatkan 28,07 g ekstrak dari 230 g kulit manggis kering (Tabel 1). Penentuan kadar air sampel berfungsi untuk mengetahui cara penyimpanan terbaik bagi sampel, menghindari pengaruh mikroba dan untuk memperkirakan faktor koreksi dalam perhitungan rendemen hasil ekstraksi. Menurut perhitungan yang telah diperoleh, kadar air serbuk kulit manggis sebesar 15,67%. Tabel 1. Data Hasil Ekstraksi Kulit Manggis Massa buah manggis (g) 918 Massa kulit basah (g) 575 Massa kulit kering (g) 230 Massa serbuk (g) 228,63 Massa ekstrak (g) 28,07 Rendemen ekstrak (%) 33,30 Skrining Fitokimia Skrining ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya flavonoid di dalam ekstrak dan senyawa-senyawa lain yang kemungkinan dapat berperan dalam menginhibisi xantin oksidase dan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus. Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mengandung senyawa metabolit sekunder berupa saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid. Pada uji fitokimia ini digunakan teh hijau sebagai kontrol positif karena menurut Tobing (1989: 122) teh hijau mengandung senyawa-senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan polifenol. Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Uji antibakteri ini dilakukan menggunakan metode difusi agar Kirby Bauer yang memiliki prinsip berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Data hasil uji antibakteri dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 yang menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus lebih baik dibanding E. coli. Tabel 2. Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Kulit Buah Manggis Hasil Uji Teh Hijau Kulit Manggis 1 Alkaloid ++ + 2 Flavonoid +++ + 3 Tanin ++ + 4 Polifenol + + 5 Saponin ++ + Keterangan: Jumlah tanda (+) menunjukkan intensitas warna relatif No Kandungan Kimia Tabel 3. Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Gram Negatif E. coli Ulangan 1. 2. 3. Jumlah Rataan Tetracycline Ampicillin Amoxicillin Diameter Zona Hambat (mm) 12 11 11 8 19 10 42 29 14 9,7 30 37 35 102 34 Ekstrak kulit Manggis 9 8 8 25 8,3 Tabel 4. Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Gram Positif S.aureus Ulangan 1. 2. 3. Jumlah Rataan Tetracycline 30 32 27 89 29,67 Ampicillin Amoxicilin Diameter Zona Hambat (mm) 15 9 7 8 13 10 35 27 11,67 9 Ekstrak kulit Manggis 10 10 10 30 10 Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak kulit manggis menunjukkan bahwa kulit buah manggis mengandung saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid. Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri, maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis. Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme. Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri. Selain itu, pada saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi toksin (Poeloengan dkk, 2010: 68). Dari data yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa ekstrak kulit manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif lebih baik daripada bakteri gram negatif. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan susunan pada dinding selnya. Dinding sel bakteri gram positif berlapis tunggal dengan kandungan lipid 1-4%, sedangkan pada bakteri gram negatif memiliki 3 lapis pada dinding selnya (lipoprotein, membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida) dan kandungan lipid berkisar 11-22%. Membran luar fosfolipid tersebut menyebabkan komponen kimia yang bersifat antibakteri sulit menembus dinding sel bakteri gram negatif, sehingga dinding sel bakteri S. aureus lebih mudah ditembus daripada dinding sel bakteri E. coli (Poeloengan dkk, 2007: 781). Adapun zona yang terbentuk dalam penghambatan bakteri ini termasuk dalam zona irradikal. Hal ini karena pada zona ini terlihat pertumbuhan yang kurang subur dibanding dengan daerah di luar pengaruh antibakteri tersebut. Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk menurut Clinical and Laboratory Standards Institute (CSLI), maka bakteri S. aureus dan E. coli dapat dikatakan tergolong bakteri resisten. Sedangkan menurut kekuatan daya antibakterinya, ekstrak kulit manggis tergolong memiliki daya antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli yang bersifat sedang. Pada uji ini digunakan 3 kontrol positif, yaitu Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin. Digunakannya antibiotik ini karena merupakan antibiotik yang sering digunakan masyarakat dan memiliki harga yang murah. Dari ketiga kontrol positif ini yang memiliki zona hambat paling besar adalah Tetracycline, dan memiliki zona hambat terhadap bakteri gram negatif yang lebih besar dari zona hambat bakteri gram positif. Mekanisme penghambatan bakteri oleh Tetracycline yaitu dengan menghambat sintesis protein pada ribosom. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya Tetracycline ke dalam ribosom bakteri gram negatif. Pertama yang disebut dengan difusi pasif melalui kanal hidrofilik dan yang kedua dengan sistem transportasi aktif. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit manggis yang memiliki kemampuan lebih rendah dibandingkan aktivitas pembanding disebabkan banyaknya senyawa dalam ekstrak yang berperan dalam proses tersebut. Dalam hal ini senyawa-senyawa tersebut dapat berupa senyawa yang dapat menghambat, membantu pertumbuhan, maupun yang mampu membunuh bakteri. Kesetaran antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap bakteri E. coli dan S. aureus relatif terhadap antibiotik pembanding, yaitu Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki kesetaraan dengan antibiotik Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin terhadap bakteri E. coli dan S. aureus lebih kecil dari 100 ppm. Tabel 5. Kesetaraan Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis terhadap E. coli dan S. aureus Relatif terhadap Antibiotik Pembanding Kesetaraan Kemampuan Antibakteri terhadap ekstrak kulit manggis 100 ppm E. coli S. aureus Tetracycline Ampicillin Amoxicillin Tetracycline Ampicillin Amoxicillin 24,41 59,29 85,57 33,70 85,69 11,11 Isolasi dan Uji Aktivitas Ekstrak Kasar Xantin Oksidase yang Diisolasi dari 250 mL Air Susu Sapi Segar Isolasi xantin oksidase ini dilakukan dengan metode penambahan (NH4)2SO4 40% . Hal ini karena menurut Corran et all (1939) xantin oksidase akan mengendap pada kejenuhan (NH4)2SO4 35%-45%, sehingga dengan penambahan (NH4)2SO4 40% diharapkan enzim akan berada dalam residu. Data hasil konversi absorbansi ke dalam konsentrasi asam urat dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan grafik uji aktivitas enzim pada residu 2 dan supernatan 2 ditunjukkan oleh Gambar 1. Pada uji ini, residu 2 memilik aktivitas yang paling tinggi dengan aktivitas enzim sebesar 0,0011 U/mL. Data hasil uji aktivitas enzim pada supernatan 2 dan residu 2 dapat dilihat pada Tabel 7. Dalam proses isolasi xantin oksidase ini digunakan air susu sapi segar karena lebih mudah diperoleh dibandingkan susu kambing. Selain itu karakteristik xantin oksidase dalam pembentukan asam urat pada susu sapi lebih baik jika dibandingkan dengan susu kambing. Hal ini terjadi karena komplek ES xantin oksidase dari susu sapi kambing kurang stabil, sehingga dalam pembentukan asam urat dari susu kambing pun juga kurang stabil pula (Evans et all, 2005: 4). Tabel 6. Tabel Konversi Absorbansi ke Konsentrasi Asam Urat (ε asam urat λ 290 nm = 12,2 μmol mL-1 cm-1) Sampel Waktu (menit) 10 20 30 40 50 10 20 30 40 50 Residu 2 Konsentrasi asam urat (μmol/mL) Supernatan 2 Absorbansi 0,262 0,386 0,521 0,634 0,737 0,248 0,270 0,309 0,328 0,364 Konsentrasi asam urat (μmol/mL) 0,024 0,035 0,047 0,058 0,067 0,022 0,024 0,028 0,030 0,033 Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim y = 0.0011x + 0.0244 R² = 0.9977 0.08 0.06 y = 0.0003x + 0.0218 R² = 0.9899 0.04 0.02 Residu 2 0 0 20 40 60 Waktu Supernatan 2 Gambar 1. Grafik Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Tabel 7. Aktivitas Enzim pada Supernatan 2 dan Residu 2 Sampel Residu 2 Supernatan 2 Aktivitas (U/mL) 0,0011 0,0003 Volume total (mL) 250 125,9 Aktivitas total (Unit) 0,275 0,037 Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis terhadap Aktivitas Xantin Oksidase Uji inhibisi dilakukan hampir sama dengan uji aktivitas enzim, perbedaannya hanya pada penambahan volume inhibitor yang dibuat bervariasi. Kemampuan ekstrak dalam menginhibisi dapat dilihat dari perubahan aktivitas enzim xantin oksidase sebelum dan sesudah penambahan inhibitor (Tabel 8). Persentase kemampuan ekstrak kulit manggis dalam menginhibisi dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil ini menunjukkan bahwa daya inhibisi untuk Allopurinol 10 ppm sebesar 36,36% dan ekstrak kulit manggis 100 ppm sebesar 45,45%. Selain itu dari data daya inhibisi juga dapat dihitung daya inhibisi relatif ekstrak kulit manggis terhadap Allopurinol (Tabel 10) yang menunjukkan bahwa untuk ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki daya inhibisi yang setara dengan 12,5 ppm Allopurinol. Tabel 8. Penurunan Aktivitas Enzim dengan Penambahan Inhibitor Inhibitor Allopurinol 10 ppm Ekstrak kulit manggis 100 ppm Aktivitas enzim dengan penambahan inhibitor (unit/ mL) 0 mL 0,1 mL 0,2 mL 0,3 mL 0,0011 0,0011 0,0008 0,0007 0,0011 0,0009 0,0007 0,0006 Tabel 9. Daya Inhibisi Allopurinol dan Ekstrak Kulit Manggis No Sampel 1 Allopurinol (100 ppm) 2 Ekstrak kulit manggis (100 ppm) Volume Penambahan (mL) 0,1 0,2 0,3 0,1 0,2 0,3 Daya Inhibisi (%) 0 27,27 36,36 18,18 36,36 45,45 Tabel 10. Daya Inhibisi Relatif Ekstrak Kulit Manggis terhadap Allopurinol Inhibitor Allopurinol 10 ppm Ekstrak Kulit Manggis 100 ppm Daya Inhibisi (%) 36,36 45,45 Berdasarkan uji fitokimia, beberapa senyawa yang diduga mampu menghambat aktivitas xantin oksidase adalah golongan flavonoid dan polifenol. Beberapa golongan flavonoid dan polifenol yang dilaporkan mampu berperan sebagai inhibitor kompetitif terhadap xantin oksidase, diantaranya adalah teaflavin, teaflavin-3-galat, teaflavin-3-3’-digalat dan asam galat. Wardani (2008) juga menyebutkan bahwa flavonoid pada tempuyung dan meniran mampu menghambat aktivitas xantin oksidase, selain itu Yulianto (2009) juga menyebutkan bahwa ekstrak kasar flavonoid dari rosela dan ciplukan mampu menghambat aktivitas xantin oksidase lebih besar dibandingkan dengan obat asam urat, yaitu Allopurinol. Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitasnya sebagai inhibitor xantin oksidase disebabkan karena adanya gugus hidroksil pada C-5 dan C-7, gugus karbonil pada C-4 serta adanya ikatan rangkap antara C-2 dan C-3. Senyawa-senyawa golongan flavonoid yang memiliki ikatan rangkap antara C-2 dan C-3 cenderung bersifat sebagai inhibitor, sedangkan adanya gugus hidroksil pada C-5 dan C-7 dan gugus karbonil pada C-4 dapat membentuk ikatan hidrogen dan berperan dalam interaksi inhibitor dengan sisi aktif enzim xantin oksidase. Selain itu adanya senyawa golongan xanton yang terkandung dalam kulit manggis seperti yang telah ditunjukkan oleh Ivan Surya Pradipta dkk (tanpa tahun) juga diduga mampu menghambat aktivitas xantin oksidase. Hal ini karena xanton merupakan salah satu flavonoid minor yang memiliki reaksi warna dan gerakan kromatrografi serupa dengan flavonoid (Harbone, 1987: 96). Struktur xanton dan flavonoid ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 2. Struktur Umum Xanton (Sumber: I.B. Obot et all, 2011: 201) Gambar 3. Struktur Umum Flavonoid (Sumber: Harbone, 1987: 50) Tablet Allopurinol yang digunakan dalam uji memiliki massa sebesar 0,3 g dan mengandung 100 mg senyawa Allopurinol. Dari data yang sudah diperoleh juga dapat diketahui berapa gram massa kulit manggis yang dibutuhkan agar setara dengan 1 tablet Allopurinol. Maka, agar setara dengan 1 tablet Allopurinol dibutuhkan 2,313 g kulit manggis kering. Allopurinol merupakan obat gout yang paling efektif dalam menghambat pembentukan asam urat melalui mekanisme inhibisi kompetitif terhadap xantin oksidase. Allopurinol yang memiliki struktur mirip dengan xantin dapat berikatan dengan enzim xantin oksidase pada sisi aktifnya dan membentuk ikatan yang terdiri dari kombinasi ikatan kovalen, elektrostatik dan ikatan hidrogen. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) dari 230 g kulit manggis kering diperoleh 28,07 g ekstrak kulit manggis yang berdasarkan skrining fitokimia mengandung senyawa metabolit sekunder golongan saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid, (2) Ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus; daya hambat terhadap E. coli ini setara dengan 24,41 ppm Tetracycline; 59,29 ppm Ampicillin dan 85,57 ppm Amoxicillin; daya hambat terhadap S. aureus setara dengan 33,70 ppm Tetracycline; 85,69 ppm Ampicillin dan 11,11 ppm Amoxicillin, (3) dari 250 mL air susu sapi segar diperoleh ekstrak kasar XO dengan aktivitas total sebesar 0,275 unit, (4) pada konsentrasi 100 ppm, ekstrak kulit manggis mempunyai daya inhibisi terhadap XO sebesar 45,45% yang setara dengan 12,5 ppm Allopurinol. Berdasarkan penelitian ini maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: (1) perlu dilakukan penyimpanan serbuk kulit manggis pada suhu 5°C untuk menghindari tumbuhnya jamur, (2) susu sapi yang digunakan untuk isolasi xantin oksidase berasal dari sapi yang sama dan dalam keadaan segar, (3) perlu dilakukan pemurnian xantin oksidase agar diperoleh aktivitas yang lebih tinggi yang berguna untuk uji in vivo lebih lanjut, (4) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ekstrak kulit manggis dalam menghambat aktivitas xantin oksidase dalam skala in vivo, (5) perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengidentifikasi jenis senyawa aktif yang mampu menghambat aktivitas xantin oksidase dan aktivitas penghambatan terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2012. Xamthone Plus Obat Ajaib, (Online), (http://obatajaib.com/ kegunaan/cgdbc%7hdcbus), diakses 23 Desember 2012). Bergmeyer, H.U., Gawehn, K. and Grassl, M. 1974. In methods of enzymatic analisys (Bergmeyer H.U, Ed.). Second Edition, Volume 1, 521-522, Academi Press inc: New york. Chaveri, Jose Predaza., Rodrigues, Noemi Cardenas., Ibarra, Marisol Orozco., M, Jazmin., Rojas, Perez. 2008. Food and Chemical Toxicology. Food and Chemical Toxicology, (Online), 46: 3227–3239,(http://www.ifrj.upm.edu. my/17%20(03)%202010 /IFRJ-2010-583-589%20Choothaweep%20 Thailand.pdf), diakses 24Agustus 2012. Corran, H. S., Dewan, J. G., Gordon, A. H. & Green, D. E. 1939. Xanthine Oxidase and Milk Flavoprotein. Biochem. J, (Online), 33 (10): 1694-1708, (http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC1264634/), diakses 31 Desember 2011 Cos, P., Ying, L., Jia P.H., Cimanga, K., Poel, B.V., Pleters, L., Vlietink, A.J. & Berghe, D.V. 1998. Structure-Activity Relationship and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthin Oxidase and Superoxide Scavengers. Journal Nat-Prod, (Online), 61(1): 71-76, (http://www.pharmanet. com.br/pdf/np970237h. pdf), diakses 18 November 2011. Evans, C., Mohammed, A., Vunchi & Patience, O. 2005. Comparism of Xanthine Oxidase Activities in Cow and Goat Milk. Biokemistri, 17 (1): 1-6. Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K, Padmawinata., I, Soediro., S, Niksolihin. Bandung: ITB. Ho, C. Y. & Clifford, A. J. 1976. Digestion and Absorption of Bovine Milk Xanthine Oxidase and Its Role as an Aldehyde Oxidase. JN the journal of Nutrition 106: 1600-1609. Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya GM. 1992. Inhibition of wheat embryo calcium-dependent protein kinase and other kinases by mangostin and gammamangostin. Phytochemistry, 31(11): 3711-3713. Obot, I. B., Egbedi, N. O. Obi. 2011. Anti Corrosive Properties of Xanthone on Mild Steel Corrosion in Sulphuric Acid: Experimental and Theoretical Investigasions. Current Applied Physics., 382-392. Poeloengan, Masniari., Praptiwi. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garnicia mangostana Linn), (Online), (http://digilib.litbang.depkes .go.id /files/disk1/74/jkpkbppk-gdl-grey2011-masniaripo-3692-manggism-i.pdf), diakses 2 Juli 2012. Pradipta, Ivan Surya., Nikodemus, Titi W., Susilawati, Yasmiar. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Xanton dari Kulit Buah Manggis, (Online), (http://www.worldscibooks .com/etextbook/6269/6269_chap01.pdf), diakses 17 November 2011. Suksamranm, Sunit., Suwannapoch, Narisara., Phakhodee, Wong., Thanuhiranlert., Ratananukul, Piniti., Chimnoi, Nitirat. & Suksamranm, Apichart. 2003. Antimycrobacterial Activity of Prenylated Xhantones from Fruits of Garnicia Mangostana. Chem Pharm Bull, (Online), 51(7): 857-859, (http://adams100.com/pdf/chem_pharm_bull_july_2003.pdf), diakses 7 Maret 2012. Tobing, L.L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Wardani, Chintya Galuh Tri. 2008. Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran sebagai Anti Asam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: FMIPA IPB. Yulianto, D. 2009. Inhibisi Xantin Oksidase Secara In Vitro oleh Ekstrak Rosela (Hibiscus sabdariffa) dan Ciplukan (Physalis angulata). Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: FMIPA IPB.