UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI

advertisement
UJI ANTIBAKTERI DAN DAYA INHIBISI EKSTRAK KULIT MANGGIS
(Garcinia mangostana L.) TERHADAP AKTIVITAS XANTIN OKSIDASE
YANG DIISOLASI DARI AIR SUSU SAPI SEGAR
Sylvia Aulia Rahmah, Suharti dan Subandi
Universitas Negeri Malang
Corespondence Author: [email protected]
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui: (1) jenis senyawa
metabolit sekunder dalam ekstrak kulit manggis, (2) daya antibakteri ekstrak
kulit manggis terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus relatif
terhadap antibiotik Tetracycline; Ampicillin; Amoxicillin, (3) aktivitas total
xantin oksidase (XO) yang dapat diisolasi dari 250 mL air susu sapi segar, (4)
inhibisi ekstrak kulit manggis terhadap XO relatif terhadap Allopurinol. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dari 230 g kulit manggis kering diperoleh
28,07 g ekstrak yang mengandung senyawa golongan saponin, tanin, polifenol,
flavonoid dan alkaloid, (2) ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas
antibakteri; terhadap E. coli yang setara dengan 24,41 ppm Tetracycline dan
terhadap S. aureus setara dengan 33,70 ppm Tetracycline, (3) dari 250 mL air
susu sapi segar diperoleh ekstrak kasar XO dengan aktivitas total 0,275 unit, (4)
pada konsentrasi 100 ppm, ekstrak kulit manggis mempunyai daya inhibisi
terhadap XO sebesar 45,45% yang setara dengan 12,5 ppm Allopurinol.
Kata kunci: daya antibakteri, daya inhibisi, ekstrak kulit manggis, inhibitor
xantin oksidase
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini terus
meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar
masyarakat bahwa penggunaan tanaman obat tersebut tidak menimbulkan efek
samping. Salah satu simplisia yang berkhasiat obat adalah kulit manggis. Kulit
manggis mengandung beberapa senyawa yang menurut litelatur memiliki aktivitas
farmakologi seperti antiinflamasi, antihistamin, antibakteri, anti penyakit jantung,
antijamur, bahkan untuk terapi HIV (Chaveri et all, 2008: 3228). Bahkan saat ini
telah beredar kapsul serbuk kulit manggis dan jus kulit manggis yang diduga
mampu bertindak sebagai anti diabetes, anti kolesterol, anti lelah, anti tumor dan
kanker, serta mencegah penuaan dini (Anonim, 2012). Beberapa senyawa utama
kandungan kulit manggis yang dilaporkan bertanggung jawab atas beberapa
aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah
teridentifikasi, diantaranya adalah 1,3,6-trihidoksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2butenil)-9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9Hxanten-9-on (Jinsart et all, 1992: 3711). Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa
mangostin dan gamma mangostin. Menurut penelitian Masniari Poeloengan dkk
(2010: 67) ekstrak kulit manggis mengandung senyawa metabolit sekunder berupa
golongan alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid.
Penyakit gout atau yang sering disebut dengan asam urat adalah salah satu
jenis rematik yang terjadi karena kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Ada
dua kelompok obat untuk terapi penyakit gout yaitu kelompok obat urikosurik
yang menghentikan proses inflamasi dan kelompok obat urikostatik yang
mempengaruhi kadar asam urat. Salah satu contoh obat urikostatik penghambat
kerja enzim xantin oksidase adalah Allopurinol. Mekanisme kerja Allopurinol
adalah menghambat xantin oksidase secara kompetitif. Penelitian tentang obat
alami yang dapat menghambat aktivitas xantin oksidase telah banyak dilakukan.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa senyawa flavonoid dan alkaloid pada
tanaman dapat berperan sebagai obat untuk penyakit gout dengan menghambat
kerja xantin oksidase (Cos et all, 1998: 73). Wardani (2008) menyebutkan bahwa
flavonoid pada tempuyung dan meniran mampu menghambat aktivitas xantin
oksidase, selain itu Yulianto (2009) juga menyebutkan bahwa ekstrak kasar
flavonoid dari rosela dan ciplukan mampu menghambat aktivitas xantin oksidase
lebih besar dibandingkan dengan obat asam urat, yaitu Allopurinol. Dari struktur
xanton yang mirip dengan flavonoid serta adanya kandungan kimia lain seperti
alkaloid, maka kulit manggis ini diduga mampu menghambat aktivitas xantin
oksidase (Harbone, 1987: 96).
Selain diduga memiliki aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit manggis
juga dilaporkan menunjukkan aktivitas antibakteri. Suksamranm et all (2003)
bersama kelompoknya melakukan penelitian tentang alfa mangostin, gamma
mangostin dan garsinon B dari kulit manggis yang dapat menghambat kuat
terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya dalam mengobati
penyakit infeksi, masyarakat sering menggunakan obat antibiotik seperti
Tetracycline, Ampicillin, Amoxicillin atau antibiotik lainnya yang mudah
diperoleh. Namun pemakaian antibiotik secara berlebihan dan kurang terarah
dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada beberapa antibiotik tertentu yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan penyakit itu. Oleh karena itu
untuk mengatasinya diperlukan bahan alami sebagai alternatif pengobatan. Pada
penelitian ini juga dilakukan skrining fitokimia untuk memastikan komponen
kimia yang terkandung dalam kulit manggis dan aktivitasnya dalam menghambat
xantin oksidase serta kemampuan antibakterinya terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
Enzim xantin oksidase merupakan enzim yang terdapat pada jaringan
mamalia, susu sapi, susu domba, susu kelinci, dan susu kambing (Ho, C.Y., 1976
: 1605). Enzim ini terdapat dalam globula lemak susu, diantara trigliserida dan
membran lemak. Peristiwa timbulnya asam urat tidak lepas dari peran serta enzim
xantin oksidase. Enzim ini mampu mengubah xantin menjadi asam urat melalui
reaksi oksidasi. Dalam penelitian ini sebagai sampel, enzim xantin oksidase
diisolasi dari air susu sapi segar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) jenis senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis, (2) daya
antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus relatif terhadap antibiotik Tetracycline; Ampicillin; Amoxicillin, (3)
aktivitas total xantin oksidase yang dapat diisolasi dari 250 mL air susu sapi segar,
(4) inhibisi ekstrak kulit manggis terhadap aktivitas xantin oksidase relatif
terhadap Allopurinol.
METODE
Ekstraksi Kulit Manggis dan Skrining Fitokimia
Metode ekstraksi yang digunakan adalah dengan maserasi menggunakan
etanol 70%. Maserasi ini dilakukan selama 24 jam dengan 3 kali pengulangan.
Maserat yang diperoleh selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary vacuum
evaporator. Ekstrak kental yang didapatkan kemudian ditimbang dan dihitung
rendemennya. Persentase rendemen ekstrak dapat dihitung menggunakan rumus:
(
)
(Yulianto, 2009: 14)
Dengan : a = bobot ekstrak (g)
b = bobot sampel (g)
x = kadar air
Uji kadar air dilakukan dengan memasukkan serbuk kulit manggis dalam
oven suhu 55°C, dan ditimbang setiap 10 menit hingga diperoleh massa yang
konstan. Penentuan persentase kadar air dapat dihitung menggunakan rumus:
(Yulianto, 2009: 14)
Dengan : a = bobot sebelum dikeringkan (g)
b = bobot setelah dikeringkan (g)
Skrining fitokimia juga dilakukan untuk memastikan jenis senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis. Skrining
dilakukan untuk senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol dan
saponin.
Uji Antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus
Uji antibakteri dilakukan terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan
kontrol positif yaitu Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin. Metode yang
digunakan dalam uji antibakteri ini adalah dengan difusi agar Kirby Bauer.
Metode ini dilakukan dengan mengukur zona hambat yang terbentuk disekitar
kertas cakram. Pada proses ini terbagi lagi menjadi beberapa tahapan, yaitu
pembuatan media cair, pembuatan media nutrient agar, pembuatan media miring,
peremajaan bakteri uji, pembuatan starter uji, dan yang terakhir adalah uji
antibakteri.
Isolasi xanti oksidase dari 250 mL air susu sapi segar dan uji aktivitasnya
Metode isolasi yang digunakan adalah dengan penjenuhan menggunakan
(NH4)2SO4 40% yang menghasilkan residu 2 dan supernatan 2 yang dapat diukur
aktivitas enzimnya menggunakan spektrofotometer UV pada 290 nm. Aktivitas
yang paling tinggi diantara keduanya yang akan digunakan untuk uji inhibisi
ekstrak kulit manggis terhadap xantin oksidase. Uji aktivitas enzim dilakukan
dengan mencampurkan xantin 0,15 mM dengan buffer fosfat (pH 7,5) dan enzim
xantin oksidase yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 290 nm. Pengukuran ini dilakukan
sampai didapatkan nilai absorbansi yang konstan, dan dicatat setiap 10 menit.
Nilai absorbansi yang diperoleh dikonversikan ke dalam konsentrasi asam urat.
Nilai hasil konversi dimasukkan dalam grafik konsentasi asam urat vs waktu dan
dicari persamaan garisnya. Dari persamaan garis y=ax+b, nilai a menunjukkan
aktivitas enzim. Blanko yang digunakan adalah larutan xantin yang ditambahkan
dengan buffer fosfat.
Uji Inhibisi
Uji inhibisi ini dilakukan sama dengan uji aktivitas enzim, perbedaannya
hanya pada penambahan inhibitor. Volume inhibitor divariasi mulai 0,1 mL; 0,2
mL dan 0,3 mL, sehingga untuk penambahan buffernya adalah 1,7 mL; 1,6 mL
dan 1,5 mL. Ekstrak kulit manggis dibuat dengan konsentrasi 100 ppm dalam
buffer fosfat, sedangkan Allopurinol sebagai kontrol positif dibuat dengan
konsentrasi 10 ppm dalam buffer fosfat. Persentase inhibisi dapat dihitung
menggunakan rumus:
(Bergmeyer, H.U. et all, 1947: 3)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Kulit Manggis
Pemilihan teknik ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan karena
maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan merupakan langkah awal
yang umumnya dilakukan pada penelitian bahan alam. Penggunaan pelarut etanol
70% karena biasa digunakan dalam analisis pendahuluan obat dan aman untuk
dikonsumsi lebih lanjut. Selain itu etanol merupakan pelarut serba guna yang
sangat baik untuk ekstraksi pendahuluan karena dapat mengekstraksi senyawa
polar dan non polar (Harbone, 1987: 6). Dalam proses ini, didapatkan 28,07 g
ekstrak dari 230 g kulit manggis kering (Tabel 1).
Penentuan kadar air sampel berfungsi untuk mengetahui cara penyimpanan
terbaik bagi sampel, menghindari pengaruh mikroba dan untuk memperkirakan
faktor koreksi dalam perhitungan rendemen hasil ekstraksi. Menurut perhitungan
yang telah diperoleh, kadar air serbuk kulit manggis sebesar 15,67%.
Tabel 1. Data Hasil Ekstraksi Kulit Manggis
Massa buah
manggis
(g)
918
Massa kulit
basah
(g)
575
Massa kulit
kering
(g)
230
Massa serbuk
(g)
228,63
Massa
ekstrak
(g)
28,07
Rendemen
ekstrak
(%)
33,30
Skrining Fitokimia
Skrining ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya flavonoid di dalam
ekstrak dan senyawa-senyawa lain yang kemungkinan dapat berperan dalam
menginhibisi xantin oksidase dan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan
S. aureus. Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan
alkaloid. Pada uji fitokimia ini digunakan teh hijau sebagai kontrol positif karena
menurut Tobing (1989: 122) teh hijau mengandung senyawa-senyawa golongan
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan polifenol.
Uji Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis terhadap Bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus
Uji antibakteri ini dilakukan menggunakan metode difusi agar Kirby Bauer
yang memiliki prinsip berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan
pertumbuhan bakteri. Data hasil uji antibakteri dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Tabel 4 yang menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis mampu menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus lebih baik dibanding E. coli.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Kulit Buah Manggis
Hasil Uji
Teh Hijau
Kulit Manggis
1
Alkaloid
++
+
2
Flavonoid
+++
+
3
Tanin
++
+
4
Polifenol
+
+
5
Saponin
++
+
Keterangan: Jumlah tanda (+) menunjukkan intensitas warna relatif
No
Kandungan Kimia
Tabel 3. Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Gram Negatif E. coli
Ulangan
1.
2.
3.
Jumlah
Rataan
Tetracycline
Ampicillin
Amoxicillin
Diameter Zona Hambat (mm)
12
11
11
8
19
10
42
29
14
9,7
30
37
35
102
34
Ekstrak kulit
Manggis
9
8
8
25
8,3
Tabel 4. Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Gram Positif S.aureus
Ulangan
1.
2.
3.
Jumlah
Rataan
Tetracycline
30
32
27
89
29,67
Ampicillin
Amoxicilin
Diameter Zona Hambat (mm)
15
9
7
8
13
10
35
27
11,67
9
Ekstrak kulit
Manggis
10
10
10
30
10
Berdasarkan skrining fitokimia ekstrak kulit manggis menunjukkan bahwa
kulit buah manggis mengandung saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid.
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran
sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri,
maka bakteri tersebut akan rusak atau lisis. Flavonoid merupakan kelompok
senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga
mengganggu proses metabolisme. Tanin dalam konsentrasi rendah mampu
menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu
bertindak sebagai antibakteri dengan cara mengkoagulasi atau menggumpalkan
protoplasma bakteri sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri.
Selain itu, pada saluran pencernaan tanin mampu mengeliminasi toksin
(Poeloengan dkk, 2010: 68).
Dari data yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa ekstrak kulit
manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif lebih baik
daripada bakteri gram negatif. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan susunan
pada dinding selnya. Dinding sel bakteri gram positif berlapis tunggal dengan
kandungan lipid 1-4%, sedangkan pada bakteri gram negatif memiliki 3 lapis pada
dinding selnya (lipoprotein, membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida) dan
kandungan lipid berkisar 11-22%. Membran luar fosfolipid tersebut menyebabkan
komponen kimia yang bersifat antibakteri sulit menembus dinding sel bakteri
gram negatif, sehingga dinding sel bakteri S. aureus lebih mudah ditembus
daripada dinding sel bakteri E. coli (Poeloengan dkk, 2007: 781).
Adapun zona yang terbentuk dalam penghambatan bakteri ini termasuk
dalam zona irradikal. Hal ini karena pada zona ini terlihat pertumbuhan yang
kurang subur dibanding dengan daerah di luar pengaruh antibakteri tersebut.
Berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk menurut Clinical and
Laboratory Standards Institute (CSLI), maka bakteri S. aureus dan E. coli dapat
dikatakan tergolong bakteri resisten. Sedangkan menurut kekuatan daya
antibakterinya, ekstrak kulit manggis tergolong memiliki daya antibakteri
terhadap S. aureus dan E. coli yang bersifat sedang. Pada uji ini digunakan 3
kontrol positif, yaitu Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin. Digunakannya
antibiotik ini karena merupakan antibiotik yang sering digunakan masyarakat dan
memiliki harga yang murah. Dari ketiga kontrol positif ini yang memiliki zona
hambat paling besar adalah Tetracycline, dan memiliki zona hambat terhadap
bakteri gram negatif yang lebih besar dari zona hambat bakteri gram positif.
Mekanisme penghambatan bakteri oleh Tetracycline yaitu dengan menghambat
sintesis protein pada ribosom. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya
Tetracycline ke dalam ribosom bakteri gram negatif. Pertama yang disebut dengan
difusi pasif melalui kanal hidrofilik dan yang kedua dengan sistem transportasi
aktif. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit manggis yang memiliki kemampuan lebih
rendah dibandingkan aktivitas pembanding disebabkan banyaknya senyawa dalam
ekstrak yang berperan dalam proses tersebut. Dalam hal ini senyawa-senyawa
tersebut dapat berupa senyawa yang dapat menghambat, membantu pertumbuhan,
maupun yang mampu membunuh bakteri.
Kesetaran antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap bakteri E. coli dan S.
aureus relatif terhadap antibiotik pembanding, yaitu Tetracycline, Ampicillin dan
Amoxicillin dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki kesetaraan dengan antibiotik
Tetracycline, Ampicillin dan Amoxicillin terhadap bakteri E. coli dan S. aureus
lebih kecil dari 100 ppm.
Tabel 5. Kesetaraan Antibakteri Ekstrak Kulit Manggis terhadap E. coli dan S. aureus
Relatif terhadap Antibiotik Pembanding
Kesetaraan Kemampuan Antibakteri terhadap ekstrak kulit manggis 100 ppm
E. coli
S. aureus
Tetracycline Ampicillin Amoxicillin Tetracycline Ampicillin Amoxicillin
24,41
59,29
85,57
33,70
85,69
11,11
Isolasi dan Uji Aktivitas Ekstrak Kasar Xantin Oksidase yang Diisolasi dari
250 mL Air Susu Sapi Segar
Isolasi xantin oksidase ini dilakukan dengan metode penambahan
(NH4)2SO4 40% . Hal ini karena menurut Corran et all (1939) xantin oksidase
akan mengendap pada kejenuhan (NH4)2SO4 35%-45%, sehingga dengan
penambahan (NH4)2SO4 40% diharapkan enzim akan berada dalam residu. Data
hasil konversi absorbansi ke dalam konsentrasi asam urat dapat dilihat pada Tabel
6, sedangkan grafik uji aktivitas enzim pada residu 2 dan supernatan 2
ditunjukkan oleh Gambar 1. Pada uji ini, residu 2 memilik aktivitas yang paling
tinggi dengan aktivitas enzim sebesar 0,0011 U/mL. Data hasil uji aktivitas enzim
pada supernatan 2 dan residu 2 dapat dilihat pada Tabel 7. Dalam proses isolasi
xantin oksidase ini digunakan air susu sapi segar karena lebih mudah diperoleh
dibandingkan susu kambing. Selain itu karakteristik xantin oksidase dalam
pembentukan asam urat pada susu sapi lebih baik jika dibandingkan dengan susu
kambing. Hal ini terjadi karena komplek ES xantin oksidase dari susu sapi
kambing kurang stabil, sehingga dalam pembentukan asam urat dari susu kambing
pun juga kurang stabil pula (Evans et all, 2005: 4).
Tabel 6. Tabel Konversi Absorbansi ke Konsentrasi Asam Urat
(ε asam urat λ 290 nm = 12,2 μmol mL-1 cm-1)
Sampel
Waktu (menit)
10
20
30
40
50
10
20
30
40
50
Residu 2
Konsentrasi asam urat
(μmol/mL)
Supernatan 2
Absorbansi
0,262
0,386
0,521
0,634
0,737
0,248
0,270
0,309
0,328
0,364
Konsentrasi asam urat (μmol/mL)
0,024
0,035
0,047
0,058
0,067
0,022
0,024
0,028
0,030
0,033
Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim
y = 0.0011x + 0.0244
R² = 0.9977
0.08
0.06
y = 0.0003x + 0.0218
R² = 0.9899
0.04
0.02
Residu 2
0
0
20
40
60
Waktu
Supernatan 2
Gambar 1. Grafik Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim
Tabel 7. Aktivitas Enzim pada Supernatan 2 dan Residu 2
Sampel
Residu 2
Supernatan 2
Aktivitas (U/mL)
0,0011
0,0003
Volume total (mL)
250
125,9
Aktivitas total (Unit)
0,275
0,037
Uji Daya Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis terhadap Aktivitas Xantin Oksidase
Uji inhibisi dilakukan hampir sama dengan uji aktivitas enzim,
perbedaannya hanya pada penambahan volume inhibitor yang dibuat bervariasi.
Kemampuan ekstrak dalam menginhibisi dapat dilihat dari perubahan aktivitas
enzim xantin oksidase sebelum dan sesudah penambahan inhibitor (Tabel 8).
Persentase kemampuan ekstrak kulit manggis dalam menginhibisi dapat dilihat
pada Tabel 9. Hasil ini menunjukkan bahwa daya inhibisi untuk Allopurinol 10
ppm sebesar 36,36% dan ekstrak kulit manggis 100 ppm sebesar 45,45%. Selain
itu dari data daya inhibisi juga dapat dihitung daya inhibisi relatif ekstrak kulit
manggis terhadap Allopurinol (Tabel 10) yang menunjukkan bahwa untuk ekstrak
kulit manggis 100 ppm memiliki daya inhibisi yang setara dengan 12,5 ppm
Allopurinol.
Tabel 8. Penurunan Aktivitas Enzim dengan Penambahan Inhibitor
Inhibitor
Allopurinol 10 ppm
Ekstrak kulit
manggis 100 ppm
Aktivitas enzim dengan penambahan inhibitor (unit/ mL)
0 mL
0,1 mL
0,2 mL
0,3 mL
0,0011
0,0011
0,0008
0,0007
0,0011
0,0009
0,0007
0,0006
Tabel 9. Daya Inhibisi Allopurinol dan Ekstrak Kulit Manggis
No
Sampel
1
Allopurinol
(100 ppm)
2
Ekstrak kulit
manggis (100 ppm)
Volume Penambahan (mL)
0,1
0,2
0,3
0,1
0,2
0,3
Daya Inhibisi (%)
0
27,27
36,36
18,18
36,36
45,45
Tabel 10. Daya Inhibisi Relatif Ekstrak Kulit Manggis terhadap Allopurinol
Inhibitor
Allopurinol 10 ppm
Ekstrak Kulit Manggis 100 ppm
Daya Inhibisi (%)
36,36
45,45
Berdasarkan uji fitokimia, beberapa senyawa yang diduga mampu
menghambat aktivitas xantin oksidase adalah golongan flavonoid dan polifenol.
Beberapa golongan flavonoid dan polifenol yang dilaporkan mampu berperan
sebagai inhibitor kompetitif terhadap xantin oksidase, diantaranya adalah
teaflavin, teaflavin-3-galat, teaflavin-3-3’-digalat dan asam galat. Wardani (2008)
juga menyebutkan bahwa flavonoid pada tempuyung dan meniran mampu
menghambat aktivitas xantin oksidase, selain itu Yulianto (2009) juga
menyebutkan bahwa ekstrak kasar flavonoid dari rosela dan ciplukan mampu
menghambat aktivitas xantin oksidase lebih besar dibandingkan dengan obat
asam urat, yaitu Allopurinol. Hubungan antara struktur flavonoid dengan
aktivitasnya sebagai inhibitor xantin oksidase disebabkan karena adanya gugus
hidroksil pada C-5 dan C-7, gugus karbonil pada C-4 serta adanya ikatan rangkap
antara C-2 dan C-3. Senyawa-senyawa golongan flavonoid yang memiliki ikatan
rangkap antara C-2 dan C-3 cenderung bersifat sebagai inhibitor, sedangkan
adanya gugus hidroksil pada C-5 dan C-7 dan gugus karbonil pada C-4 dapat
membentuk ikatan hidrogen dan berperan dalam interaksi inhibitor dengan sisi
aktif enzim xantin oksidase. Selain itu adanya senyawa golongan xanton yang
terkandung dalam kulit manggis seperti yang telah ditunjukkan oleh Ivan Surya
Pradipta dkk (tanpa tahun) juga diduga mampu menghambat aktivitas xantin
oksidase. Hal ini karena xanton merupakan salah satu flavonoid minor yang
memiliki reaksi warna dan gerakan kromatrografi serupa dengan flavonoid
(Harbone, 1987: 96). Struktur xanton dan flavonoid ditunjukkan pada Gambar 2
dan Gambar 3.
Gambar 2. Struktur Umum Xanton (Sumber: I.B. Obot et all, 2011: 201)
Gambar 3. Struktur Umum Flavonoid (Sumber: Harbone, 1987: 50)
Tablet Allopurinol yang digunakan dalam uji memiliki massa sebesar 0,3 g
dan mengandung 100 mg senyawa Allopurinol. Dari data yang sudah diperoleh
juga dapat diketahui berapa gram massa kulit manggis yang dibutuhkan agar
setara dengan 1 tablet Allopurinol. Maka, agar setara dengan 1 tablet Allopurinol
dibutuhkan 2,313 g kulit manggis kering. Allopurinol merupakan obat gout yang
paling efektif dalam menghambat pembentukan asam urat melalui mekanisme
inhibisi kompetitif terhadap xantin oksidase. Allopurinol yang memiliki struktur
mirip dengan xantin dapat berikatan dengan enzim xantin oksidase pada sisi
aktifnya dan membentuk ikatan yang terdiri dari kombinasi ikatan kovalen,
elektrostatik dan ikatan hidrogen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) dari 230 g kulit manggis kering diperoleh 28,07 g ekstrak
kulit manggis yang berdasarkan skrining fitokimia mengandung senyawa
metabolit sekunder golongan saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid, (2)
Ekstrak kulit manggis 100 ppm memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli dan
S. aureus; daya hambat terhadap E. coli ini setara dengan 24,41 ppm Tetracycline;
59,29 ppm Ampicillin dan 85,57 ppm Amoxicillin; daya hambat terhadap S.
aureus setara dengan 33,70 ppm Tetracycline; 85,69 ppm Ampicillin dan 11,11
ppm Amoxicillin, (3) dari 250 mL air susu sapi segar diperoleh ekstrak kasar XO
dengan aktivitas total sebesar 0,275 unit, (4) pada konsentrasi 100 ppm, ekstrak
kulit manggis mempunyai daya inhibisi terhadap XO sebesar 45,45% yang setara
dengan 12,5 ppm Allopurinol. Berdasarkan penelitian ini maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut: (1) perlu dilakukan penyimpanan serbuk kulit
manggis pada suhu 5°C untuk menghindari tumbuhnya jamur, (2) susu sapi yang
digunakan untuk isolasi xantin oksidase berasal dari sapi yang sama dan dalam
keadaan segar, (3) perlu dilakukan pemurnian xantin oksidase agar diperoleh
aktivitas yang lebih tinggi yang berguna untuk uji in vivo lebih lanjut, (4) perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ekstrak kulit manggis dalam menghambat
aktivitas xantin oksidase dalam skala in vivo, (5) perlu dilakukan penelitian lanjut
untuk mengidentifikasi jenis senyawa aktif yang mampu menghambat aktivitas
xantin oksidase dan aktivitas penghambatan terhadap bakteri E. coli dan S.
aureus.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2012. Xamthone Plus Obat Ajaib, (Online), (http://obatajaib.com/
kegunaan/cgdbc%7hdcbus), diakses 23 Desember 2012).
Bergmeyer, H.U., Gawehn, K. and Grassl, M. 1974. In methods of enzymatic
analisys (Bergmeyer H.U, Ed.). Second Edition, Volume 1, 521-522,
Academi Press inc: New york.
Chaveri, Jose Predaza., Rodrigues, Noemi Cardenas., Ibarra, Marisol Orozco., M,
Jazmin., Rojas, Perez. 2008. Food and Chemical Toxicology. Food and
Chemical Toxicology, (Online), 46: 3227–3239,(http://www.ifrj.upm.edu.
my/17%20(03)%202010 /IFRJ-2010-583-589%20Choothaweep%20
Thailand.pdf), diakses 24Agustus 2012.
Corran, H. S., Dewan, J. G., Gordon, A. H. & Green, D. E. 1939. Xanthine
Oxidase and Milk Flavoprotein. Biochem. J, (Online), 33 (10): 1694-1708,
(http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC1264634/), diakses 31
Desember 2011
Cos, P., Ying, L., Jia P.H., Cimanga, K., Poel, B.V., Pleters, L., Vlietink, A.J. &
Berghe, D.V. 1998. Structure-Activity Relationship and Classification of
Flavonoids as Inhibitors of Xanthin Oxidase and Superoxide Scavengers.
Journal Nat-Prod, (Online), 61(1): 71-76, (http://www.pharmanet.
com.br/pdf/np970237h. pdf), diakses 18 November 2011.
Evans, C., Mohammed, A., Vunchi & Patience, O. 2005. Comparism of Xanthine
Oxidase Activities in Cow and Goat Milk. Biokemistri, 17 (1): 1-6.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K, Padmawinata., I, Soediro.,
S, Niksolihin. Bandung: ITB.
Ho, C. Y. & Clifford, A. J. 1976. Digestion and Absorption of Bovine Milk
Xanthine Oxidase and Its Role as an Aldehyde Oxidase. JN the journal of
Nutrition 106: 1600-1609.
Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya GM. 1992. Inhibition of wheat embryo
calcium-dependent protein kinase and other kinases by mangostin and
gammamangostin. Phytochemistry, 31(11): 3711-3713.
Obot, I. B., Egbedi, N. O. Obi. 2011. Anti Corrosive Properties of Xanthone on
Mild Steel Corrosion in Sulphuric Acid: Experimental and Theoretical
Investigasions. Current Applied Physics., 382-392.
Poeloengan, Masniari., Praptiwi. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garnicia mangostana Linn), (Online),
(http://digilib.litbang.depkes .go.id /files/disk1/74/jkpkbppk-gdl-grey2011-masniaripo-3692-manggism-i.pdf), diakses 2 Juli 2012.
Pradipta, Ivan Surya., Nikodemus, Titi W., Susilawati, Yasmiar. 2009. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Golongan Xanton dari Kulit Buah Manggis, (Online),
(http://www.worldscibooks .com/etextbook/6269/6269_chap01.pdf),
diakses 17 November 2011.
Suksamranm, Sunit., Suwannapoch, Narisara., Phakhodee, Wong.,
Thanuhiranlert., Ratananukul, Piniti., Chimnoi, Nitirat. & Suksamranm,
Apichart. 2003. Antimycrobacterial Activity of Prenylated Xhantones
from Fruits of Garnicia Mangostana. Chem Pharm Bull, (Online), 51(7):
857-859, (http://adams100.com/pdf/chem_pharm_bull_july_2003.pdf),
diakses 7 Maret 2012.
Tobing, L.L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Wardani, Chintya Galuh Tri. 2008. Potensi Ekstrak Tempuyung dan Meniran
sebagai Anti Asam Urat: Aktivitas Inhibisinya terhadap Xantin Oksidase.
Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: FMIPA IPB.
Yulianto, D. 2009. Inhibisi Xantin Oksidase Secara In Vitro oleh Ekstrak Rosela
(Hibiscus sabdariffa) dan Ciplukan (Physalis angulata). Skripsi tidak
diterbitkan. Bogor: FMIPA IPB.
Download