Mengenal Beras Hitam dari Bantul Oleh : Kristamtini Pernahkah anda mendengar beras hitam?? Bagi orang-orang tertentu yang baru pertama kali mendengar, pastilah tertawa karena yang baru pertama kali mendengar, pastilah tertawa karena di benaknya yang ada adalah ketan hitam bukan beras hitam. Namun bagi sebagian orang yang pada saat ini sudah cukup umur, pasti tahu adanya beras hitam. Memang benar, beras hitam pada jaman nenek moyang benar-benar ada. Sesungguhnya ada 3 jenis beras yang ada di dunia ini, yaitu beras putih, umum ditanam oleh petani kita. Kedua, ada beras merah atau brown rice yang saat ini umum dijual di pasaran dan sebagian sudah menjadi icon Gunungkidul yang dikenal dengan warung Sego Abang. Walaupun saat ini, tidak hanya di Gunungkidul saja melainkan di Sleman, Yogyakarta pun sudah ada warung nasi sego abang tersebut. Jenis ketiga adalah beras hitam, yang hanya tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu saja. Beras hitam ini, memiliki nama yang berbeda-beda tergantung di mana beras hitam tersebut berada. Beras hitam yang ada di Solo dikenal dengan nama "beras wulung". Menurut sejarahnya, dulunya beras wulung merupakan beras pilihan, yang dulu hanya ditanam dan dipergunakan dalam keraton kasunanan Surakarta, khusus dikonsumsi di lingkungan para raja dan digunakan untuk jenis ritual tertentu. Di kawasan Cibeusi, Subang, Jawa Barat, beras hitam disebut dengan nama "beras gadog". Di Sleman, beras hitam dikenal dengan nama, cempo ireng dan ada juga yang menyebut "beras jlitheng". Sedangkan di Bantul dikenal dengan "beras melik". Sampai saat ini belum diketahui apakah sebenarnya beras hitam dengan nama sebutan yang berbeda-beda tersebut adalah sarna ataukah berbeda. Namun yang jelas, beras hitam ini memiliki keistimewaan-keistimewaan. Di antaranya, selain rasanya yang enak, pulen dan wangi juga memiliki kandungan mineral atau antosianin atau yang lainnya yang sangat baik untuk kesehatan. Bahkan meriurut sejarah yang lain, orang Cina kuno telah mengenal beras hitam sebagai beras terlarang (forbidden rice), tak boleh sembarang orang dapat memakannya, hanya kalangan istana dan orang tertentu saja yang boleh memakannya karena kaya nutrisi. Menurut penelitian di sana, beras hitam memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Beras hitam di Cina sekarang berfungsi sebagai obat dan bahan pangan. Sekarang ini beras hitam tersebut hampir punah dan sangat langka keberadaannya, karena tidak adanya upaya pelestarian dari petani pad a zaman dahulu yang konon hanya ditunjuk sebagai petani istimewa yang menanam beras wulung khusus untuk keraton, ada mitos bahwa beras wulung hanya boleh dipergunakan oleh kalangan istana dan apabila melanggar, maka akan "kuwalat". Selain itu, mengapa petani enggan untuk menanam beras hitam tersebut? Diduga disebabkan oleh umur yang relatif panjang dibanding padi pada umumnya, juga rendahnya produksi dan sangat disukai oleh burung. Walaupun demikian, ada juga satu dua orang yang masih menanam beras hitam. Sebagai contoh di Dusun Barak, Margoluwih, Seyegan, Kab. Sleman masih ada kelompok tani yang menanam beras hitam dengan nama cempo ireng yang berumur kurang lebih 5 bulan. Di daerah Kedon, Ganjuran, Bantul juga ada seorang petani yang dengan sabar melakukan perbanyakan benih beras hitam dari gabah yang tercampur pada beras pecah kulit dari beras hitam yang dimilikinya (dibelinya dari pasar). Seiring dengan berjalannya waktu maka semakin banyak benih yang dapat ditanam, hingga akhirnya pada beberapa tahun terakhir ini dapat menjual produknya yang berupa beras hitam yang dikenal dengan nama beras melik dan dipopulerkan dengan nama dagang “Sempurna Agro Co”. Beras hitam yang dijual dengan nama dagang Sampurna Agro Co tersebut sampai saat ini semakin hari semakin banyak peminatnya. Memang harga beras hitam ini lebih mahal dari pada beras putih pada umumnya maupun beras merah, karena memang padi hitam ini memiliki kelebihan selain sehat, aman, pure, dan natural juga lebih sulit dalam pengelolaannya. Salah satunya karena umurnya sedikit lebih panjang dari pada padi pada umumnya. Sehingga penanaman dilakukan 20 hari lebih awal dari pada petani di sekitarnya yang tidak menanam padi hitam. Hal ini untuk mengantisipasi agar panen dapat dilakukan bersamaan. Artinya padi hitam berada di dalam hamparan padi lainnya yang siap panen sehingga burung tidak hanya menyerang di padi hitam. Di samping itu dalam proses penggilingan juga memerlukan perhatian khusus karena apabila proses penggilingan dibiarkan saja seperti padi putih pada umumnya maka beras hitam yang kita inginkan tidak akan terwujud. Mengingat pentingnya beras hitam baik bagi lestarinya keanekaragaman plasma nutfah dan untuk kesehatan maka marilah kita uri-uri atau kita lestarikan milik kita sendiri. Bagaimana cara kita melestarikannya? Kita mulai dari diri kita sendiri yaitu dengan mulai membudayakan untuk mengkonsumsi beras hitam, dengan demikian kebutuhan atau permintaan akan beras hitam meningkat dan pada akhirnya akan memotivasi petani untuk menanamnya sehingga lestarilah beras hitam warisan nenek moyang. Karena sekali punah maka plasma nutfah beras hitam tersebut tidak akan bisa kembali. Kalau tidak kita mulai dari sekarang, kapan lagi?? Selanjutnya bagaimana melestarikan beras hitam yang ada di Bantul ini bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul beserta instansi lain yang terkait (Dinas Pertanian misalnya)?? Oleh karena Pemerintah Daerah adalah sebagai pengambil kebijakan maka upaya untuk nguri-uri atau melestarikan plasma nutfah lokal tersebut adalah dengan memasukkan unsur pelestarian plasma nutfah tanaman lokal dalam hal ini padi beras hitam ke dalam program pembangunan pertaniannya. lebih nyata lagi apabila di dalam program tersebut termasuk upaya untuk melakukan "pelepasan varietas lokal". Hal ini sangat penting, karena apabila tidak dilakukan dikhawatirkan keberadaannya semakin langka bahkan hampir punah dan hilang baik diambil oleh pihak lain/negara lain, karena sekali musnah suatu plasma nutfah maka tidak akan dapat kembali. Di samping itu, dalam era otonomi daerah, daerah diberi keleluasaan untuk memanfaatkan sumber daya genetik yang ada di daerahnya dengan baik dan benar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu, marilah kita saling bekerjasama dalam usaha pelestarian plasma nutfah padi beras hitam yang ada di Bantul ini dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta sebagai lembaga penelitian yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta siap untuk bekerjasama apabila diperlukan. Kristamtini Penulis dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 13 Mei 2009