8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Wandan Anggita (2015) dalam penelitiannya Pengaruh Ekuitas Merek Jeruk Sunkist terhadap Keputusan Pembelian di Hypermart Kota Surakarta. Variabel ekuitas merek yang digunakan antara lain kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas konsumen. Uji instrumen penelitian data menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolonieritas, dan heteroskedastisitas, analisis regresi linear berganda dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji F dan uji T dan uji koefisien determinasi. Dari penelitian ini di dapat hasil berdasarkan pengujian secara serempak/simultan (uji F) bahwa variabel kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian jeruk Sunkist. Berdasarkan analisis secara parsial (uji t) bahwa dari keempat variabel independent yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek secara individu berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian jeruk Sunkist. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ehsan Malik et,.all (2013) dengan judul Importance of Brand Awareness and Brand Loyalty in assessing Purchase Intentions of Consumer bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh kesadaran merek (Brand Awareness) dan loyalitas merek (Brand Loyalty) dalam niat beli konsumen. Peneltian ini menggunakan metode statistik deskriptif dengan analisis data menggunakan regresi berganda. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada 220 karyawan pabrik makanan dan garmen di Pakistan. Hasil yang diperoleh yaitu bahwa kesadaran merek (Brand Awareness) dan loyalitas merek (Brand Loyalty) berpengaruh secara simultan dan positif terhadap niat beli konsumen. Pada hasil penelitian Hamka (2012) dengan judul Analisis Ekuitas Merek Kecap di Kota Ternate. Pada penelitian ini bertujuan untuk mempelajari 8 9 berbagai elemen brand equity (ekuitas merek) produk kecap, antara lain : brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian sebanyak 200 orang pengunjung swalayan Multi Mart yang berada kota Ternate. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dari masing-masing brand equity, analisa fishbein, dan analisa deskriptif untuk menggambarkan informasi yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini memberikan hasil yaitu bahwa ekuitas merek kecap Bango lebih unggul daripada merek kecap lainnya dilihat dari berbagai elemen pembentuknya. Kecap Bango unggul pada elemen brand awareness dengan menempati urutan pertama dalam benak konsumen (top of mind) karena kecap Bango cukup dikenal oleh konsumen. Dari aspek citra merek, citra merek kecap Bango dinilai lebih baik oleh responden dibanding merek kecap lainnya karena asosiasi yang membentuk citra kecap Bango lebih banyak daripada asosiasi yang membentuk merek kecap lainnya. Kecap Bango juga memiliki tingkat switcher yang lebih rendah daripada kecap ABC, artinya kecap Bango sudah dapat memuaskan harapan konsumen terhadap kecap tersebut. Nur Chasanah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen dalam Membeli Produk Susu Instan di Pasar Modern Kota Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan di Luwes Nusukan, Luwes Lojiwetan, Luwes Gading, Sami Luwes dan Hypertmart Solo Square. Teknik penelitian dan penentuan sampel masing-masing adalah survei dan judgement sampling. Teknik pengumpulan data melalui pencatatan, wawancara dan observasi. Penelitian ini menggunakan model tipe perilaku konsumen menurut Henry Assael yang menggembangkan dua faktor yaitu keterlibatan konsumen yang dianalisis dengan metode Zaichowsky dan beda antar merek yang dianalisis dengan uji Anova satu arah. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui pertama, keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian susu instan di Pasar Modern Kota Surakarta tergolong tinggi. Kedua, beda antar merek susu instan menurut 10 konsumen di Pasar Modern Kota Surakarta adalah nyata, artinya konsumen melihat banyak perbedaan antar merek susu instan. Ketiga, tipe perilaku konsumen susu instan di Kota Surakarta adalah perilaku pembelian komplek. Perbedaan yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian terdapat dua objek, yaitu kecap Bango dan kecap ABC dimana kedua merek tersebut menempati posisi teratas dalam top brand index merek kecap manis dan memiliki pangsa pasar yang sudah besar di Indonesia. Penelitian ini tidak hanya sekedar membahas mengenai pengaruh variabel brand equity tersebut terhadap keputusan pembelian konsumen secara simultan atau parsial, penelitian ini juga menjelaskan dan membandingkan perbedaan brand equity (ekuitas merek) kecap Bango dan kecap ABC . Metode analisis yang digunakan antara lain uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, uji regresi liniar berganda, uji goodness of fit dan uji Independent Sample T-test. Penelitian ini dilakukan karena untuk mengetahui pengaruh variabel brand equity kecap Bango maupun kecap ABC terhadap keputusan pembelian, variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian kecap Bango dan ABC dan untuk membandingkan perbedaan brand equity (ekuitas merek) kecap Bango dan kecap ABC. B. Tinjauan Pustaka 1. Merek a. Pengertian Merek Merek menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh Keller (2003) merek adalah istilah nama, istilah, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa sari seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek memang bukan hanya sekedar nama, istilah, tanda, ataupun simbol untuk mengidentifikasikan barang atau jasa, namun merek adalah janji perusahaan secara konsisten memberikan gambaran , semangat dan pelayanan kepada konsumen. Merek adalah sebuah produk yang telah 11 ditambahkan dimensi-dimensi lain yang telah membedakan produk tersebut dari produk lainnya yang sama-sama didesain untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Keller juga menambahkan bahwa perbedaan yang dimaksud dapat berupa hal-hal yang bersifat rasional atau berhubungan langsung dengan kinerja produk (tangible), dan dapat pula berupa hal-hal simbolik dan emosional yang diwakili oleh merek tersebut (intangible). Menurut Kotler (2003) merek juga merupakan sebuah janji perusahaan untuk selalu konsisten dalam memberikan cirri, manfaat dan jasa tertentu kepada konsumen. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian: 1) Atribut Merek membawa atribut tertentu dalam pikiran, misalnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain dan lain-lain. 2) Manfaat Atribut tersebut diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional. Missal dalam konteks ini, atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional “tidak perlu membeli peralatan ini lagi untuk beberapa tahun ke depan”. Sedangkan atribut “mahal” dapat diterjemahkan menjadi manfaat emosional yang dapat meningkatkan gengsi konsumen. 3) Nilai Merek secara langsung mengusung nilai yang dibawa oleh produsen. 4) Budaya Beberapa merek juga merefleksikan budaya tertentu yang memang sudah melekat erat dengan merek tersebut. 5) Kepribadian Merek sengaja memanfaatkan ketenaran orang-orang tertentu demi membangun cita produk yang diinginkan. 12 6) Pemakai Suatu merek dapat mengusulkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk. Seseorang dapat menduga yang berada di belakang kemudi mobil Mercedes adalah eksekutif kelas atas atau pebisnis sukses yang berusia antara 35-55 tahun, dan bukan seorang sekretaris yang berusia 20 tahun. b. Manfaat Merek Menurut Keller (2003) merek memiliki peran penting bagi produsen maupun bagi konsumen. Bagi produsen, merek berperan sebagai: 1) Sarana identitas untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasisan sediaan dan pencatatan akuntansi. 2) Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek dagang terdaftar, proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta dan desain. Hak-hak properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannya dan meraup manfaat dari asset bernilai tersebut. 3) Sinyal tingkat kualitas bagi pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi dilain waktu. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan yang menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk memasuku pasar. 4) Sarana menciptakan asosiasi dan makna yang membedakan produk dengan pesaing. 5) Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan dan citra unik terbentuk dalam benak konsumen 13 6) Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. Sementara itu bagi konsumen, Durianto dan Sitinjak (2001) mengungkapkan bahwa fungsi potensial sebuah merek meliputi identifikasi, praktikalitas, garansi, optimisasi, karakterisasi, komunitas, hedonistic, dan fungsi etis. Tabel 4. No Fungsi Merek bagi Konsumen Fungsi 1 Identifikasi 2 Praktikalitas 3 Jaminan 4 Optimisasi 5 Karakteristik 6 Hedonistik 7 Etis Manfaat bagi Pelanggan Bisa dilihat dengan jelas: memberikan makna bagi produk: mudah mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pemberian ulang identik dengan loyalitas Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik. Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada orang lain. Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan bentuk komunikasinya Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggungjawab merek bersangkutan dengan hubungannya dengan masyarakat Sumber: Durianto dan Sitinjak,2001 2. Ekuitas Merek (Brand Equity) Konsumen merupakan kunci sukses suatu usaha, khususnya dikondisi pasar yang kompetitif, sehingga beberapa hal penting yang harus diperhatikan perusahaan antara lain preferensi serta loyalitas konsumen. Persepsi konsumen terhadap suatu produk memberikan pengaruh yang besar dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini tidak dapat dipungkiri khususnya antara satu produk dengan produk kompetitor umumnya telah memiliki kualitas, model dan karakteristik tambahan yang tidak jauh beda, namun produk tersebut dapat memiliki pangsa pasar yang besarannya jauh berbeda karena salah satu produk memiliki ekuitas merek yang lebih besar (Aaker, 1991). 14 Terdapat dua cara yang dapat ditempuh sebuah perusahaan dalam rangka mendapatkan merek yang memiliki nilai ekuitas tinggi, antara lain: a. Membangun dan mengembangkannya sendiri b. Membeli merek atau perusahaan yang memiliki merek potensial spesifik Cara pertama tentu saja akan memakan investasi yang besar, tidak hanya dalam bentuk investasi asset yang bersifat materil, namun waktu dan tenaga kerja juga harus dicurahkan perusahaan untuk membangun nama baik sebuah merek. Sementara cara kedua merupakan langkah yang lebih singkat bagi perusahaan untuk memiliki merek-merek yang teah terbukti kuat dan memilii potensi untuk terus memikat konsumen (Tjiptono, 2000). Ekuitas merek didefinisikan sebagai seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan. Sesuai dengan definisi tersebut, ekuitas merek dapat bernilai baik bagi perusahaan dan bagi konsumen. Ekuitas merek memiliki lima elemen kategori diantaranya kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, loyalitas merek dan asset-aset merek lainnya. Hal ini dikarenakan asset-aset lain yang berkaitan dengan merek (seperti hak paten dan saluran distribusi) tidak berhubungan secara langsung dengan konsumen (Aaker, 1991). Gambar 1. Elemen-elemen Ekuitas Merek 15 a. Kesadaran Merek (Brand Awarness ) Konsumen akan cenderung membeli merek yang telah mereka kenal, karena mereka merasa aman dengan sesuatu yang telah dikenalnya. Kesadaran merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa sebuah merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek memerlukan jangkauan kontinyu, yaitu mulai dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu sebelumnya telah dikenal hingga akhirnya menjadi keyakinan bahwa meek tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kategori produk (Aaker, 1991). Kesadaran merek adalah kemampuan konsumen dalam mengenali atau mengingat kategori produk dari sebuah merek. Kesadaran tentang suatu merek dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku konsumen. kesadaran merek merupakan langkah pengenalan yang kemudian diikuti atribut spesifik lainnya. nilai tambah yang dihasilkan dari manfaat kesadaran merek diantaranya: Tabel 5. Manfaat Kesadaran Merek Kesadran Merek Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasilain Keakraban terhadap suatu merek Komitmen dan substansi Pertimbangan atas suatu merek Sumber: Akker,1991 Sesuai dengan teori David A. Aaker (1996) piramida kesadaran merek dari terendah hingga tertinggi: 1) Unware of Brand, adalah tingkat terendah dimana pada tingkat ini konsumen tidak menyadari keberadaan suatu merek. 2) Brand Recognition, adalah tingkat minimal kesadaran merek dimana saat pengenalan suatu merek muncul lagi setelah adanya rangsangan pengingat. Kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi atau mengkonfirmasi pengalamannya terhadap suatu merek tertentu jika petunjuk yang digunakan adalah merek itu sendiri. Pengenalan merek ini sangat berguna ketika konsumen 16 membuat keputusan pembelian di tempat membeli barang tersebut (point of purchase). 3) Brand Recall, adalah keadaan dimana pengingatan kembali terhadap merek dilakukan tanpa adanya bantuan. Kemampuan konsumen untuk mengingat kembali merek dari memorinya dengan menggunakan kategori sebuah produk sebagai petunjuknya. Brand recall ini sangat bermanfaat ketika konsumen membuat keputusan pembelian jauh sebelum konsumen tiba di tempat membeli produk tersebut. Kesadaran merek yang tinggi menjadikan sebuah merek memiliki kemungkinan besar untuk dipilih oleh konsumen ketika mempertimbangkan akan membeli suatu produk. Selain itu, kesadaran merek yang tinggi juga akan mempengaruhi pembentukan dan kekuatan asosiasi terhadap merek tersebut, karena syarat terbentuknya citra merek (brand image) adalah adanya simpul tentang merek yang terbentuk dari memori dan seberapa mudah berbagai macam informasi dapat diserap oleh memori sebagai asosiasi dari merek tersebut. 4) Top of Mind, yaitu merek pertama yang muncul dalam benak konsumen. Gambar 2. Piramida Kesadaran Merek Keller (2003) mengatakan manfaat-manfaat yang akan diperoleh dengan menciptakan kesadaran merek adalah: 1) Learning advantage. Kesadaran merek akan mempengaruhi pembentukkan dan kekuatan asosiasi yang akan membentuk citra merek. Citra merek dapat dibangun dengan menciptakan sebuah 17 ikatan merek (brand node) dalam ingatan konsumen, yang mana akan dengan mudah mempengaruhi proses pembelajaran dan penyimpanan berbagai asosiasi merek di benak konsumen. Langkah awal yang harus dilakukan dalam membangun ekuitas merek adalah dengan menanamkan merek di benak konsumen. 2) Consideration advantage. Kesadaran merek dapat meningkatkan kemungkinan suatu merek menjadi pertimbangan (consideration set) bagian dari rangkaian dalam proses pembuatan keputusan pembelian. 3) Choice advantage. Kesadaran merek dapat mempengaruhi pilihan merek yang ada dalam rangkaian pertimbangan, bahkan ketika merek tersebut tidak memiliki jumlah asosiasi yang tidak begitu besar di benak konsumen. b. Asosiasi Merek (Brand Association) Asosiasi merek adalah segala atribut yang terkait erat dengan sebuah merek. Asosiasi merek adalah segala sesuatu yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan ingatan konsumen terhadap suatu merek (Aaker, 1991). Hal-hal lain yang penting dalam asosiasi merek adalah asosiasi yang menunjukkan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikan gaya hidup, kelas sosial, dan peran profesional, atau yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk tersebut, toko yang menjual produk atau wiraniaganya (Susanto & Wijanarko, 2004). Manfaat dari asosiasi merek sesuai dengan teori yang dikemukakan Aaker (1991) diantaranya adalah: 1) Membantu proses penyusunan informasi, dalam hal memperoleh dan mengakses dikarenakan asosiasi merek merupakan sebuah ringkasan data serta spesifikasi dari merek tersebut. 2) Membedakan, asosiasi merek dalam hal ini menjadi salah satu keunggulan bersaing perusahaan sebagai suatu alat diferensiasi. 18 3) Alasan pembelian, dimana asosiasi merek sebagai dasar sebuah keputusan pembelian dan loyalitas merek adalah atribut dari suatu produk dan manfaat bagi konsumen. 4) Menciptakan sikap dan perasaan positif, dimana hal tersebut akan muncul karena perasaan suka dari konsumen. 5) Landasan untuk perluasan, asosiasi yang kuat dapat membantu perusahaan untuk ekstensi produk. Elemen-elemen asosiasi merek sesuai dengan teori yang dikemukakan Aaker (1991) diantaranya: 1) Persepsi nilai, dibangun dari sebuah brand identity yang memiliki tujuan agar tidak mudah diserang oleh pesaingnya, dimana pengukurannya dapat dilakukan dengan cara memperhatikan kesesuaian antara nilai dari suatu merek dengan uang yang dikeluarkan dan alasan pemilihan suatu merek dibandingkan dengan merek pesaingnya. 2) Kepribadian merek, memiliki hubungan antara emosi suatu merek dengan manfaat yang menjadi dasar dalam diferensiasi merek dan hubungan dengan konsumen. Secara umum kepribadian suatu merek digambarkan dengan karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, kelas sosial ekonomi, dan ras), gaya hidup (aktivitas dan pendapatan), ataupun cirri pembawaan (tertutup dan mandiri). 3) Asosiasi organisasi, suatu merek mencerminkan citra perusahaan dimana unsur-unsur tersebut terdiri dari orientasi pada masyarakat, persepsi kualitas, inovasi, perhatian pada pelanggan, keberadaan dan keberhasilan serta inovasi vs global. Menurut Aaker (1991) tipe atau kategori asosiasi merek dapat dikelompokkan dalam tiga ketegori, yaitu: 1) Berdasarkan atribut. Atribut adalah fitur-fitur deskriptif yang member karakter suatu produk atau service. Asosiasi merek berdasarkan atribut dapat terbentuk karena atribut-atribut yang terkait dengan aspek fungsional atau teknis suatu produk, yang 19 terdiri dari harga, gambaran pengguna, perasaan dan pengalaman serta kepribadian merek (brand personality). 2) Berdasarkan manfaat. Manfaat adalah hal yang konsumen piker dapat diberikan oleh suatu produk atau jasa. Asosiasi dapat dihubungkan dengan manfaat intrinsic, yaitu yang terkait dengan aspek fungsional atau teknis suatu produk. Serta manfaat ekstrinsik, yaitu yang terkait dengan atribut-atribut yang tidak ada kaitannya dengan aspek fungsional atau teknis. 3) Berdasarkan sikap. Sikap berkaitan dengan evaluasi konsumen secara menyeluruh terhadap apakah suatu merek memiliki asosiasiasosiasi yang dianggap penting bagi konsumen. Sikap tersebut yang kemudian menjadi basis tindakan dan perilaku konsumen terhadap merek. c. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Persepsi kualitas adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya (Aaker, 1991). Beberapa atribut penting yang dapat diaplikasikan yaitu: 1) Kualitas objektif. Perluasan ke suatu bagian produk/ jasa dengan pelayanan yang lebih baik. 2) Kualitas isi produk. Karakteristik, kuantitas unsure, bagian atau pelayanan yang menyertai isi produk. 3) Kualitas proses manufaktur. Konsistensi produk dengan spesifikasi yang ditetapkan produsen. Sesuai dengan teori Aaker (1996) dimensi persepsi kualitas yang dikaitkan dengan sebuah produk dapat dibagi menjadi: 1) Kinerja, merupakan karakteristik operasional utama dari produk tersebut. 2) Karakteristik produk, merupakan elemen-elemen tambahan dari suatu produk yang bersifat sebagai pelengkap produk tersebut, 20 spesifikasi yang telah ditentukan oleh pihak manufaktur dari suatu produk. 3) Keandalan, adalah konsistensi kinerja suatu produk dari pembelian dan penggunaan yang dilakukan berulang kali. 4) Ketahanan, menggunakan usia penggunaan ekonomis dari suatu produk. 5) Pelayanan, dimensi yang mencerminkan pelayanan pada suatu produk. 6) Kesesuaian dengan spesifikasi, yang melibatkan spesifikasi yang telah ditentukan oleh pihak manufaktir dari suatu produk. 7) Hasil, merupakan penampilan dari produk tersebut yang mencerminkan adanya kualitas yang diusung oleh produk tersebut. d. Loyalitas Merek (Brand Loyality) Loyalitas merek merupakan ukuran keterikatan pelanggan terhadap sebuah merek. Loyalitas merek dapat menjadi tolak ukur suatu perusahaan untuk dapat mengetahui berapa banyak kemungkinan pelanggan pindah ke merek lain dan dapat pula menjadi indikator perolehan laba. Loyalitas merek yang tinggi dapat pula menjadi penghalang masuk dalam pasar, dasar pengenaan harga premium perusahaan, dan sebagai pertahanan yang kokoh terhadap persaingan harga. Menurut Aaker (1991) terdapat lima level tingkat loyalitas konsumen, diantaranya: 1) Pembeli yang berpindah-pindah. Tingkat loyalitas yang paling rendah karena menganggap semua merek memberi tigkat kepuasan yang sama. 2) Pembeli yang bersifat kebiasaan. Keputusan pembelian didasarkan pada kebiasaan karena tidak pernah mengalami rasa kecewa terhadap merek yang digunakan. 3) Pembeli yang puas dengan biaya peralihan. Pada tingkatan ini pembeli mengalami rasa puas terhadap merek yang digunakan saat 21 ini, namun dapat pula berpindah ke merek lain karena adanya biaya peralihan. 4) Menyukai merek. Pembeli sungguh menyukai merek yang didasari oleh asosiasi seperti symbol, pengalaman, ataupun persepsi kualitas. 5) Pembeli yang berkomitmen. Pada kategori tingkatan ini adalah konsumen yang memiliki loyalitas tertinggi dimana merek menjadi peran penting dalam pengambilan keputusan. 3. Keputusan Pembelian Menurut James F. Engel et. al yang dikutip oleh Tjiptono (2000) memberikan pengertian mengenai keputusan pembelian yaitu sebagai pemilihan akhir terhadap produk di pasaran oleh konsumen yang terkait erat dengan tahapan atau proses yang mendahuluinya. Artinya keputusan pembelian merupakan suatu rangkaian dalam proses yang didahului oleh beberapa tahapan. Menurut Philip Kotler (2002), ada lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian adalah : 1) Pencetus. Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk. 2) Pemberi pengaruh. Seseorang dengan pandangan atau saran yang mempengaruhi keputusan. 3) Pengambil keputusan. Seseorang yang memutuskan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian, apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, dan di mana akan membeli. 4) Pembeli. Orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya. 5) Pemakai. Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan. Konsumen dalam melakukan pembelian setidaknya melalui lima tahap proses pembelian (Kotler, 2002), diantaranya: 1) Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan eksternal dan internal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang 22 memicu kebutuhan tertentu. Dari pengenalan masalah, pemasar dapat mengembangkan strategi pemasaran yang dapat merangsang minat konsumen. 2) Pencarian informasi Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi yang diperoleh sangat bervariasi sesuai dengan kategori produk dan karakteristik pembeli. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dibedakan menjadi: a) Sumber pribadi : keluarga, kawan, tetangga, kenalan. b) Sumber komersil : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko. c) Sumber public : mass media, lembaga konsumen. d) Sumber pengalaman : penanganan, pengamatan, dan penggunaan produk. 3) Evaluasi alternatif Dalam proses pengambilan keputusan pembeli merupakan tahapan pengevaluasian produk-produk dan merek-merek. Konsumen membedakan ciri-ciri produk mana yang dilihat paling relevan atau menonjol dan akan memberikan perhatian besar pada produk-produk yang akan memberikan manfaat yang dicari konsumen sering mengembangkan kepercayaan merek yang menimbulkan citra merek dalam memilih produk. Kepercayaan merek konsumen akan beragam sesuai dengan persepsinya. 4) Keputusa Membeli Konsumen akan membentuk suatu maksud pembelian untuk membeli merek yang paling disukai. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian adalah sikap atau pendirian orang lain dan faktor situasi yang tidak diantisipasi, uraiannya adalah sebagai berikut: 23 a) Sikap atau pendirian orang lain. Keberadaan orang lain dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Semakin kuat sikap orang lain untuk mempengaruhi, dan semakin dekat dengan orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Pengaruh orang lain menjadi komplek bila beberapa orang dekat dengan pembeli mempunyai pendapat yang berlawanan dan konsumen ingin menyenangkan mereka semua. b) Faktor situasi yang tidak diantispasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keuangan yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk mengubah maksud pembelian tersebut, misalnya harga yang dibayarkan diluar kemampuan konsumen, sering teman memberitahukan bahwa produk yang dipilih tidak memuaskan. 5) Tingkah laku setelah pembelian Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dari suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukkan keinginan untuk melakukan pembelian ulang atau membeli produk lain dari perusahaan yang sama dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi konsumen yang merasa tidak puas akan bertindak sebaliknya, dan berusaha untuk mengurangi ketidaksesuaian, misalnya dengan mengabaikan produk produk tersebut. Gambar 3. Bagan Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997) keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli, sebenarnya merupakan kumpulan 24 dari sejumlah keputusan. Setelah proses pengambilan keputusan dilakukan, maka konsumen harus mengambil keputusan apakah harus memeli atau tidak. Keputusan untuk membeli merupakan proses pembelian yang nyata. 4. Hubungan Ekuitas Merek dengan Keputusan Pembelian Hubungan ekuitas merek dengan keputusan pembelian terlihat pada model perilaku konsumen yang dikemukakan oleh Kotler (1997) dimana keputusan pembelian dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran berupa bauran pemasaran, di antaranya adalah produk dan salah satu atribut produk yang penting adalah merek. Dalam struktur keputusan pembelian, konsumen harus mengambil keputusan tentang merek yang akan dibeli. Oleh karena itu merek yang mempunyai ekuitas tinggilah yang lebih berpeluang dipilih oleh konsumen. Dasar yang lain adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Peter &. Olsen pada tahun 1994 yang dikutip Rangkuti (2002) tentang pengambilan keputusan pembelian, apabila pelanggan dihadapkan pada pilihan seperti nama merek, harga, serta berbagai atribut produk lainnya, ia akan cenderung memilih nama merek terlebih dahulu setelah itu baru memikirkan harga. Pada kondisi seperti ini merek merupakan pertimbangan pertama dalam pengambilan keputusan secara cepat. Oleh karena itu semakin kuat ekuitas merek suatu produk maka semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen membeli produk tersebut. 5. Kecap a) Arti Penting Kecap Kecap didefinisikan sebagai cairan kental yang mengandung protein yang diperoleh dari perebusan kedelai yang telah diragikan, ditambahkan gula, garam, dan rempah-rempah. Kecap dikemas dalam botol gelas, botol plastik, atau sachet plastik. Kemasan merupakan pemisah antara makanan dengan lingkungan, mencegah terjadinya perubahan mutu makanan yang diakibatkan suhu kamar, kelembaban, 25 serangga, dan jasad renik yang merugikan (Standar Industri Indonesia) (Departemen Perindustrian, 2005). Balai penelitian dan pengembangan industri pangan menyatakan pada umumnya bahan baku untuk pembuatan kecap adalah kedelai atau campuran dengan bahan-bahan lain yang mengandung pati seperti tepung gandum atau terigu. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kecap juga dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan lain seperti ikan, ampas tahu, secara hidrolisis atau dengan mengisolasi protein dengan ampas kecap (Departemen Perindustrian, 2005). Kecap yang biasanya dibuat dari kedelai diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kecap kedelai manis dan kecap kedelai asin (SNI 01-35431994). Kecap manis merupakan salah satu produk olahan kedelai yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Tidak hanya popular, tetapi kecap manis sangat bermanfaat bagi kesehatan. Kecap manis merupakan produk olahan yang teksturnya kental, berwarna coklat kehitaman, dan digunakan sebagai penyedap makanan. Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 1994 tingginya kadar gula dan viskositas yang tinggi pada kecap manis ini disebabkan adanya penambahan gula dalam proses pembuatannya. Sebagian besar dari kecap di Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kandungan gula, kandungan asam, dan konsentrasi asam amino yang berhubungan dengan perlakuan fermentasi. b) Kecap Merek Bango Kecap Bango semula merupakan industri rumah tangga yang hanya dikenal di Jakarta dan Jawa Barat. Didirikan oleh Keluarga Tjoa Eng Nio pada 1928 di Tangerang di bawah bendera PT Anugerah Setia Lestari, pemiliknya bercita-cita mengembangkan si Bango hingga ke mancanegara. Mimpi itu memang terwujud lewat ekspor ke berbagai negara dengan omzet Rp 1 miliar per bulan. Cita-cita itu semakin nyata setelah pada 1992 Kecap Bango dipimpin oleh Eppy Kartadinata, putra 26 keempat pasangan Yunus Kartadinata-Tjoa Eng Nio, yang menerima pinangan Unilever Indonesia untuk mengambil alih kepemilikan Kecap Bango. Sejak 2001, Kecap Bango pun resmi menjadi bagian dari Unilever Indonesia (PT. Unilever Tbk, 2014). Rasa asli Kecap Bango tetap dipertahankan dan kualitasnya terus ditingkatkan meskipun terdapat pergantian kepemilikan. Caranya dengan membina petani penghasil kedelai hitam, bahan dasar Kecap Bango, untuk mendapat hasil yang lebih baik. Hingga enam tahun pasca-akuisisi, banyak hal telah dilakukan oleh Unilever Indonesia. Tak hanya mengekspor Kecap Bango hingga ke seluruh Asia Tenggara dan Arab Saudi, anak perusahaan Unilever International yang berkantor pusat di London, Inggris, dan Rotterdam, Belanda, ini pun meremajakan si Bango yang dinilai tak menggairahkan lagi (PT. Unilever Tbk, 2014). c) Kecap Merek ABC Kecap ABC merupakan salah satu produk andalan PT ABC Central Food Industry yang berdiri pada 1975. Pendirinya, Chu Sok Sam, mengawali kiprah bisnis di pabriknya di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Tiga tahun kemudian, ia mulai memproduksi sirup, sambal, dan saus tomat. Sejak 1982, mereka memproduksi teh, kopi, dan sari buah dalam kemasan, disusul makanan bayi, ikan kaleng (sarden), dan daging kaleng (corned beef). Produk-produk itu kemudian diekspor (HeinzABC, 2015). Sepeninggal Chu pada 1986, generasi kedua, Kogan Mandala, memimpin perusahaan dengan tiga pabrik ini. Sedang giat-giatnya berekspansi, krisis ekonomi melanda. Untuk mengatasi masalah keuangan, ABC Central Food Industry menjual 65 persen sahamnya kepada HJ Heinz Co., raksasa kecap terkemuka asal Amerika Serikat. Otomatis sejak Februari 1999, kecap ABC bernaung di bawah PT Heinz ABC Indonesia (HeinzABC, 2015). 27 PT. Heinz ABC memahami kekuatan makanan dalam menyatukan orang-orang dengan latar belakang berbeda, meleburkan budaya dan memperkaya kehidupan manusia. PT. Heinz ABC adalah produsen makanan dan minuman terkemuka di Indonesia. Produk-produk ABC dibuat dengan standar internasional dan telah dinikmati jutaan orang Indonesia selama hampir 40 tahun (HeinzABC, 2015). 6. Regresi Linear Berganda Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop (tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan). Jadi dengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula. Karena merupakan suatu prediksi, maka nilai prediksi tidak selalu tepat dengan nilai riilnya, semakin kecil tingkat penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai riilnya, maka semakin tepat persamaan regresi yang dibentuk (Draper & Smith, 1992). Sifat hubungan antar variabel dalam persamaan regresi merupakan hubungan sebab akibat (causal relationship). Oleh karena itu, sebelum menggunakan persamaan regresi dalam mejelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel, maka perlu diyakini terlebih dahulu bahwa secara teoritis atau perkiraan sebelumnya, dua atau lebih variabel tersebut memiliki hubungan sebab akibat. Variabel yang nilainya akan mempengaruhi nilai variabel lain disebut dengan variabel bebas (independent variabel), sedangkan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh nilai variabel lain disebut variabel terikat (dependent variabel) (Draper & Smith, 1992). Menurut Kutner (2004), regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon (variable dependent) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu predaktor (variable independent). Tujuan analisis regresi linier 28 berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan memuat prediksi/perkiraan nilai Y atas nilai X. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel, yaitu : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+……+ bk Xk + e Y : Variabel dependen a : Konstanta b1-bk : Koefisien regresi x1-xk : Variabel independen e : Kesalahan pengganggu (eror) Menurut Gujarati (2003) asumsi-asumsi pada model regresi linier berganda adalah sebagai berikut: model regresinya adalah linier dalam parameter, nilai rata-rata dari error adalah nol, variansi dari error adalah konstan (homoskedastik), tidak terjadi autokorelasi pada error, tidak terjadi multikolinieritas pada variabel bebas, dan eror berdistribusi normal. metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter model regresi linier berganda adalah metode kuadrat terkecil atau sering juga disebut dengan metode ordinary least square (OLS). Metode OLS ini bertujuan meminimumkan jumlah kuadrat error. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ABC dan Bango merupakan dua merek kecap yang kini bersaing ketat mengejar posisi puncak di bumbu masak kuliner Indonesia. Kecap ABC merupakan pemain senior dengan merek kuat dan konsumen setianya. Sedangkan kecap Bango pemain baru yang sukses mendongkrak penjualannya hingga kini. Dari kedua merek kecep tersebut maka akan diteliti posisi merek kecap manis mana yang tertinggi dan dianalisis pengaruh brand equity (ekuitas merek) kecap Bango dan kecap ABC terhadap keputusan pembelian melalui penyebaran kuisioner kepada 100 orang responden di 5 supermarket kota Surakarta. 29 Gambar 4. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Keterangan: 1. Variabel dependen: Keputusan pembelian Kecap Bango dan Kecap ABC 2. Variabel Independen : Elemen ekuitas merek, terdiri dari: X1 : Brand Awarness (kesadaran merek) X2 : Brand Association (Asosiasi Merek) X3 : Perceived Quality (Persepsi Kualitas) X4 : Brand Loyality (Loyalitas Merek) D. Hipotesis Berdasarkan atas kajian teori sebelumnya dan kerangka pemikiran yang disampaikan, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga ada pengaruh yang signifikan antara variabel brand equity (ekuitas merek) kecap Bango dan kecap ABC terhadap keputusan pembelian kecap Bango dan kecap ABC di Supermarket Kota Surakarta. 30 E. Pembatasan Masalah 1. Pada penelitian ini akan dibahas pengaruh ekuitas merek (brand equity) kecap Bango dan kecap ABC terhadap keputusan pembelian di supermarket Kota Surakarta. 2. Konsumen supermarket adalah orang yang melakukan pembelian produk kecap Bango atau kecap ABC di supermarket yang telah ditentukan yaitu Luwes Gading, Luwes Lojiwetan, Hypermart Solo Grand Mall, Super Indo dan Luwes Nusukan. 3. Penelitian dilakaukan pada bulan Maret-April 2016. F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi variable dan pengukuran operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Definisi Operasional a. Ekuitas merek didefinisikan sebagai seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan. b. Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu, dimana tingkat (tinggi atau rendah) kesadaran merek ditentukan oleh kesanggupan konsumen dalam melakukan pengenalan atas merek, ingatan terhadap merek, pengidentifikasian merek, dan pengalaman terhadap merek kecap kental manis Bango maupun Kecap ABC. c. Asosiasi merek yaitu sebagai segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek kecap kental manis Bango maupun Kecap ABC. Asosiasi Merek didapat dari kumpulan asosiasi menurut sudut pandang konsumen mengenai atribut merek, kebermanfaatan produk bagi pelanggan, harga, dan kelas produk. 31 d. Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan, dimana kesan kualitas diukur dari dimensi persepsi kualitas yaitu pelayanan, karakteristik produk, dan hasil kualitas. e. Loyalitas adalah ukuran dari kesetiaan konsumen kecap kental manis merek Bango dan Kecap ABC, dimana tingkat kesetiaan merek diukur dari tingkat keinginan untuk berpindah merek, kebiasaan, kepuasan konsumen dengan biaya peralihan, menyukai merek, dan pelanggan setia . f. Keputusan pembelian merupakan pemilihan akhir terhadap produk di pasaran oleh konsumen, yang besarnya diukur dari keputusan pembelian yang komplek, mengurangi keragu-raguan, berdasarkan kebiasaan, dan mencari keragaman. g. Kecap Bango merupakan merek dagang kecap yang diteliti. h. Kecap ABC merupakan merek dagang kecap yang diteliti. i. Perbandingan Brand Equity adalah untuk mengukur secara signifikan ada atau tidaknya perbedaan brand equity (ekuitas merek) dibenak konsumen. 2. Pengukuran Variabel Berikut ini akan disajikan tabel pengukuran operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Tabel 6. Pengukuran Variabel Konsep Ekuitas Merek Variabel Brand Awarness (Kesadaran Merek) (X1) Tolak Ukur Tolak ukur brand awarness didasarkan pada tingkatan brand awareness, yaitu: 1. Top of mind yaitu merek pertama yang muncul dalam benak konsumen. Pernyataan a. Kecap (Bango/ ABC) adalah merek yang pertama kali diingat ketika Bapak/Ibu memikirkan sebuah merek kecap b. (Bango/ ABC) menjadi merek kecap utama pilihan Bapak/Ibu 32 2. brand recall yaitu pengingatan kembali merek, mencerminkan merek-merek apa yang paling diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. 3. brand recognition yaitu pengenalan brand awareness dimana kesadarannnya diukur dengan diberikan bantuan Asosiasi Merek (X2) Persepsi kualitas (X3) Tolak ukur yang digunakan: 1. Asosiasi pada atribut produk, yaitu konsumen dapat mengasosiasikan atribut atau karakteristik produk. 2. Asosiasi produk yang bermanfaat bagi pelanggan, yaitu suatu produk dapat memberikan manfaat pada konsumen. 3. Asosiasi pada harga relatif (premium prices), yaitu evaluasi terhadap suatu merek dari penentuan posisi merek tersebut dilihat dari sisi harga. 4. Asosiasi pada kelas produk, yaitu mengasosiasikan merek menurut kelas produknya. Tolak ukur yang digunakan: 1. Pelayanan Mencerminkan kemampuan produk tersebut memberikan layanan pada konsumen.proses produksi Mencerminkan hasil keseluruhan produk 2. Karakteristik produk Bagian yang ada dalam produk a. Bapak/ Ibu tahu bahwa merek kecap tidak hanya (Bango/ ABC) b. Saat berbicara mengenai kecap, Bapak/ Ibu memikirkan merek kecap lain selain (Bango/ABC) c. Kecap (Bango/ABC) memiliki banyak varian jenis a. Bapak/Ibu mengenali kecap (Bango/ ABC) ketika melihat kemasannya Ibu mudah mengenali kemasan kecap (Bango/ABC) c. Bapak/Ibu ingat salah satu iklan kecap (Bango/ABC) yang ditayangkan di televisi b. Bapak/ a. Kecap (Bango/ ABC) identik dengan kecap yang memiliki warna hitam pekat b. Kecap (Bango/ABC) identik dengan kecap yang memiliki cita rasa khas c. Kecap (Bango/ABC) identik dengan kecap yang memiliki ragam banyak kemasan a. Kecap (Bango/ ABC) adalah kecap yang aman untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan b. Kecap (Bango/ABC) cocok digunakan untuk setiap jenis masakan a. Harga kecap (Bango/ ABC) mahal dan tidak kualitasnya. sesuai dengan a. Kecap (Bango/ ABC) merupakan merek kecap untuk kelas atas b. Kecap (Bango/ ABC) merupakan standar kecap dengan kualitas tinggi a. Kecap (Bango/ ABC) sulit ditemukan di tempat Bapak/ Ibu belanja b. Kecap (Bango/ ABC) yang dijual di pasaran tidak pernah cacat (kemasan lecet, segel terbuka dll). a. Kecap (Bango/ ABC) tidak memiliki cita rasa, warna, kekentalan dan aroma yang lebih 33 3. Hasil Kualitas keseluruhan yang dirasakan Loyalitas merek (X4) Keputusan pembelian Keputusan pembelian kecap Bango dan kecap ABC Tolak ukur yang digunakan: 1. Switcher buyer (keinginan untuk berpindah merek) Mencerminkan pembeli yang berpindah-pindah merek 2. (Habitual buyer ) Kebiasaan Mencerminkan pembeli yang memilih merek karena kebiasaan 3. (Satisfied buyer ) Kepuasan konsumen dengan biaya peralihan Mencerminkan konsumen loyal karena adanya pengorbanan apabila ia melakukan pergantian merek 4. (Likes the brand ) Menyukai merek Mencerminkan konsumen yang benar-benar menyukai merek tersebut 5. (Commited buyer ) pelanggan setia Mencerminkan konsumen yang bangga menjadi pengguna suatu merek. Tolak ukur yang digunakan: 1. Keputusan pembelian yang komplek unggul dibandingkan merek kecap manis lain b. Kecap (Bango/ ABC) dibuat dari bahan-bahan terbaik a. Rasa, warna, kekentalan, aroma kecap (Bango/ ABC) sesuai dengan harapan Bapak/Ibu b. Kualitas keseluruhan kecap Bango/ ABC (rasa, warna, kekentalan, aroma komposisi, layanan) sesuai dengan harapan Bapak/Ibu a. Bapak/Ibu ingin mencoba merek kecap lain selain merek (Bango/ ABC) a. Bapak/Ibu mengonsumsi (Bango/ ABC) karena menjadi kebiasaan kecap sudah a. Bapak/Ibu mengonsumsi kecap (Bango/ ABC) karena sudah merasa puas a. Bapak/Ibu akan mengonsumsi kecap manis merek lain jika kecap (Bango/ ABC) tidak tersedia di tempat Bapak/Ibu belanja a. Bapak/Ibu merasa kurang mantap jika menggunakan kecap manis merek lain selain kecap merek (Bango/ ABC) b. Bapak/Ibu selalu memilih kecap Bango ketika membeli kecap a. Bapak/ Ibu memcari informasi mengenai produk kecap (Bango/ABC) b. Ketika membeli kecap, Bapak/Ibu akan langsung memilih merek (Bango/ ABC) c. Ketika Bapak/Ibu memilih untuk membeli kecap manis merek (Bango/ ABC), Bapak/Ibu tidak akan 34 2. Keputusan pembelian mengurangi keraguraguan 3. Keputusan pembelian berdasarkan kebiasaan 4. Keputusan pembelian mencari keragaman menggantinya dengan kecap lain a. Menurut Bapak/ Ibu perbedaan harga, kualitas, rasa, dan kemasan tidak terlalu penting bagi sebuah merek kecap b. Bapak/Ibu membeli kecap (Bango/ ABC) karena kepercayaan pada kecap tersebut a. Bapak/Ibu membeli kecap (Bango/ ABC) karena terbiasa membeli kecap merek tersebut b. Ketika membeli kecap Bango/ ABC Bapak/Ibu terpengaruh terhadap iklan produk a. Menurut bapak/Ibu kecap Bango/ ABC memiliki ciri khas yang berbeda b. Setelah ini bapak/Ibu akan membeli kecap merek lain selain Bango/ ABC Sumber: Data Primer (2015) Jawaban kuisioner dari responden akan dinilai menggunakan skala likert dengan interval 1 sampai 5. Pemberian skor dan kategori jawaban pada tiap-tiap pertanyaan dalam kuisioner adalah sebagai berikut: Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif SS : Sangat Setuju skor 5 SS : Sangat Setuju skor 1 S : Setuju skor 4 S : Setuju skor 2 N : Netral skor 3 N : Netral skor 3 TS : Tidak Setuju skor 2 TS : Tidak Setuju skor 4 STS : Sangat Tidak Setuju skor 1 STS : Sangat Tidak Setuju skor 5