7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Menurut

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Akuntansi
Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)
“Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in a significant
manner and in terms of money, transactions and even which are, in part at least, of a
financial character and interpreting the result there of” yang artinya akuntansi
adalah seni mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas secara signifikan dalam hal
uang, transaksi dan bahkan paling tidak sebagian dari karakter keuangan dan
menginterpretasikan hasilnya.
Menurut American Accounting Association (AAA) “accounting is the process
communicating economic information to permit in formed judgement decision by
user of the information” yang artinya akuntansi adalah proses mengkomunikasikan
informasi ekonomi untuk memungkinkan dibentuknya keputusan oleh pengguna
informasi.
Menurut Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah “Akuntansi adalah
suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data,
transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat
digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk
pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.”
Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011), akuntansi adalah sistem
informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa
ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang memiliki kepentingan.
Berdasarkan keempat pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
akuntansi bukan hanya sebatas mencatat dan mengidentifikasi peristiwa ekonomi
saja, namun juga sampai pada mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Ada 3 aktivitas utama dalam akuntansi yaitu :
1. Aktivitas Identifikasi (Identification)
Aktivitas yang dilakukan untuk mengidentifikasi transaksi-transaksi dalam
perusahaan.
2. Aktivitas Pencatatan (Recording)
Aktivitas
yang
dilakukan
untuk
diidentifikasikan secara sistematis.
7
mencatat
transaksi
yang
telah
8
3. Aktivitas Komunikasi (Communication)
Aktivitas yang dilakukan untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi
dalam bentuk laporan keuangan kepada pemakai keuangan atau pihak yang
berkepentingan baik internal maupun eksternal.
2.2
Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan urutan transaksi, peristiwa, aktivitas, dan proses
dari awal sampai akhir dimulai dari awal seperti lingkaran yang tidak akan
pernah putus (Michell:2006), berikut adalah gambaran siklus akuntansi:
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
Sumber :Financial Accounting, Kieso (2011:86)
Berikut adalah penjabaran langkah –langkah dalam siklus akuntansi pada
Gambar 2.1:
1. Pengidentifikasian dan pengukuran transaksi serta kejadian lainnya
2. Mencatat transaksi periode berjalan pada jurnal yang tepat
3. Memposting dari jurnal ke buku besar
4. Membuat neraca saldo yang belum disesuaikan
5. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke buku besar
6. Membuat neraca saldo yang telah disesuaikan
7. Menyusun laporan keuangan dari neraca saldo yang telah disesuaikan
9
8. Membuat ayat jurnal penutup dan mempostingnya ke buku besar
9. Membuat neraca saldo pasca penutupan
2.3
Bentuk Hukum Badan Usaha
Badan usaha adalah suatu kesatuan organisasi dan ekonomis yang mempunyai
tujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan dan memberikan layanan pada
masyarakat. Sementara menurut Mulhadi (2010) Badan usaha adalah kesatuan
yuridis (hukum), teknis dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.
Badan usaha adalah lembaga sedangkan perusahaan adalah tempat dimana badan
usaha mengelola faktor-faktor produksi.
Badan usaha, berdasarkan bentuk hukum, ada 2 yaitu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Menurut Rahardjo (2009) Badan usaha milik swasta terdiri dari :
1. Perusahaan Perseorangan
Sesuai dengan namanya, perusahaan ini dimiliki oleh perseorangan.
Modalnya milik pribadi (baik aset pribadi maupun pinjaman dengan
tanggung jawab pribadi). Bentuk perusahaannya sangat sederhana tetapi
tidak berarti selalu merupakan perusahaan kecil. Perusahaan ini dipimpin
langsung oleh permiliknya, dan keuntungan menjadi keuntungan pemilik.
Dalam perusahaan ini, kekayaan pribadi dan kekayaan perusahaan kadang
tidak terpisahkan. Semua kerugian menjadi tanggung jawab pemilik.
2. Perseroan Firma (Fa)
Perusahaan didirikan oleh beberapa orang dengan cara
menggabungkan modal dan tenaga. Pendiriannya dilakukan di depan
notaris sehingga ada akta pendirian perusahaan. Pemilik firma biasanya
mereka yang saling kenal. Maju mundurnya firma ditentukan bersama. Para
pendiri perusahaan merupakan pemilik sekaligus pemimpin perusahaan.
Jika kekayaan perusahaan tidak cukup untuk menutup utang perusahaan,
kreditur dapat menuntut sampai kekayaan pribadi pemiliknya. Firma akan
berakhir jika salah seorang pendirinya mengundurkan diri atau meninggal
dunia.
3. Perseroan Terbatas (PT)
PT biasanya didirikan oleh beberapa orang. Seluruh pemiliknya
mempunyai tanggung jawab yang terbatas. Modalnya biasanya terbagi atas
saham-saham. Besarnya kepemilikan saham menentukan banyaknya suara
dalam rapat pemegang saham. Tanggung jawab pemilik saham sesuai
dengan jumlah saham yang dimilikinya. PT dapat berstatus badan hukum
jika diirikan di depan notaris, dan akta notaris tersebut didaftarkan ke
departemen kehakiman untuk disahkan dan diumumkan dalam berita
Negara.
10
4. Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap / CV)
merupakan perusahaan yang didirikan oleh beberapa orang yang terdiri atas
peserta yang memiliki tanggung jawab terbatas dan peserta yang memiliki
tanggung jawab tidak terbatas
5. Yayasan
Yayasan ialah bentuk badan usaha yang bergerak di bidang yang
bersifat sosial. Keuntungan yang diperoleh yayasan hanya sekadar untuk
menutupi biaya yang dikeluarkan dalam usaha sosialnya. Pendirian yayasan
harus berdasarkan akta notaris. Pendiri yayasan tidak mempunyai hak atas
kekayaan dari yayasan. Oleh karena itu, semua pendiri yayasan memiliki
tanggung jawab yang terbatas terhadap yayasan tersebut.
2.4
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
2.4.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, berikut pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang tertuang
dalam pasal 1 ayat 1 – 3
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau mnejadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini..
2.4.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, berikut kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang tertuang dalam
pasal 6 ayat 1 – 3
1. Usaha Mikro :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
11
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling bayak Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah)
3. Usaha Menengah :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.5
Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010) laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Harahap (2010) laporan keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu.
Laporan keuangan harus dapat menyajikan laporan yang akurat mengenai
kondisi keuangan perusahaan. Laporan tersebut harus terbebas dari salah saji baik
yang bersifat material maupun immaterial, dimana laporan tersebut dapat membantu
pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan untuk dapat mengambil tindakan
yang diperlukan sehubungan dengan hasil laporan pada periode tertentu.
2.5.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:2) tujuan dari laporan keuangan adalah
menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas
12
suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan
keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi
tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
Menurut PSAK No. 1 (IAI, 2012:3) tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembautan keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan,
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi aset,
liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,
kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
dan arus kas.
Aset, liabilitas, dan ekuitas merupakan unsur laporan keuangan yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan, sedangkan pendapatan dan
beban merupakan unsur yang sangat berkaitan dengan pengukuran kinerja
perusahaan dalam laporan laba rugi.
2.5.2 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Hery (2013:5) pengguna laporan keuangan atau pemakai informasi
akuntansi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pengguna eksternal dan internal.
Pengguna internal antara lain :
a) Direktur dan manajer keuangan
b) Direktur operasional dan manajer pemasaran
c) Manager dan supervisor produksi
d) dll.
Pengguna eksternal antara lain :
a) Investor
b) Kreditur
c) Pemerintah
d) BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
e) Ekonom, Praktisi, Analis
f) dll.
13
2.5.3 Jenis Laporan Keuangan
Pembuatan laporan keuangan merupakan bagian dari siklus akuntansi yang
harus dibuat, sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola aset
perusahaan, menurut SAK ETAP (IAI, 2009:17), laporan keuangan, suatu entitas
meliputi:
1. neraca;
2. laporan laba rugi;
3. laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:
(i) seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
(ii) perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
4. laporan arus kas; dan
5. catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan
akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
2.5.3.1 Neraca
Neraca merupakan bagian dari sebuah laporan keuangan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas pada akhir
periode. Neraca merupakan laporan yang wajib dibuat atau disusun oleh perusahaan
untuk menggambarkan kekayaan dan kewajiban yang dimilikinya
Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011), “The Statement of Financial
positions, also referred to as the balance sheet, reports the assets, liabilities, and
equity of a business enterprise at a specific date” yang artinya: laporan posisi
keuangan, biasa disebut neraca, merupakan laporan atas aset, kewajiban, dan ekuitas
perusahaan bisnis pada jangka waktu tertentu.
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:19), neraca yang disajikan, minimal harus
mencakup pos-pos berikut :
(a) kas dan setara kas;
(b) piutang usaha dan piutang lainnya;
(c) persediaan;
(d) properti investasi;
(e) aset tetap;
(f) aset tidak berwujud;
(g) utang usaha dan utang lainnya;
14
(h) aset dan kewajiban pajak;
(i) kewajiban diestimasi;
(j) ekuitas.
2.5.3.2 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah bagian dari sebuah laporan keuangan yang
menyajikan informasi hasil usaha perusahaan, dibuat secara sistematis, isinya terdiri
dari pendapatan dan beban usaha yang diperoleh suatu perusahaan dalam periode
tertentu. Laporan laba rugi juga menggambarkan keadaan perusahaan dalam kondisi
laba atau mengalami kerugian dalam suatu periode tertentu.
Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011), “Income statement is the report
that measures the success of company operations for a given period of time” yang
artinya, laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan untuk jangka waktu tertentu.
Laporan laba rugi memiliki dua unsur yaitu :
1. Pendapatan
Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011) definisi pendapatan adalah
sebagai berikut :
“Gross inflow economic benefits during the period arising in the ordinary
activities of an entity when those inflows result in increases in equity, other
than increases relating to contributions from equity participants”
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 23 (IAI, 2012:23)
pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.
2. Beban
Dalam www.accountingcoach.com beban dinyatakan sebagai “An expenses
is a cost that occurs as part of a company’s operating activities during a
specified accounting period” artinya beban adalah biaya yang terjadi
sebagai bagian dari aktivitas operasi perushaan selama periode akuntansi
tertentu.
Dalam SAK ETAP mengenai Analisis beban (IAI, 2009:24), “entitas
menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi berdasarkan sifat atau
15
fungsi beban dalam entitas, yang mana memberikan informasi lebih andal dan
relevan”
a. Analisis menggunakan sifat beban
Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi
berdasarkan sifatnya, dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi
dalam entitas.
Misalnya:
Pendapatan
Pendapatan operasi lain
Perubahan persediaan barang jadi dan barang dalam proses
Bahan baku yang digunakan
Beban pegawai
Beban penyusutan dan amortisasi
Beban operasi lainnya
Jumlah beban operasi
Laba operasi
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
(xx)
xx
b. Analisis menggunakan fungsi beban.
Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya sebagai
bagian dari biaya penjualan atau, sebagai contoh, biaya aktivitas distribusi
atau
aktivitas
administrasi.
Sekurang-kurangnya,
entitas
harus
mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini atau terpisah dari
beban lainnya.
Misalnya,
Pendapatan
Beban pokok penjualan
Laba bruto
Pendapatan operasi lainnya
Beban pemasaran
Beban umum dan administrasi
Beban operasi lain
Laba operasi
xx
(xx)
xx
xx
(xx)
(xx)
(xx)
xx
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:23), laporan laba rugi yang disajikan
minimal harus mencakup pos-pos sebagai berikut :
(a) pendapatan;
(b) beban keuangan;
(c) bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
(d) beban pajak;
(e) laba atau rugi neto.
16
2.5.3.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas SAK ETAP (IAI, 2009:26) tujuannya adalah
menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos pendapatan dan beban
yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode
tersebut dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh
entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen, dan distribusi lain ke pemilik ekuitas
selama periode tersebut.
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:26), laporan perubahan ekuitas
menyajikan unsur-unsur berikut ini :
(a) laba atau rugi untuk periode;
(b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
(c) untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai Bab 9 Kebijakan Akuntansi,
Estimasi, dan Kesalahan;
(d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat
awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang
berasal dari :
(i)
laba atau rugi;
(ii)
pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
(iii) jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik
ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham,
transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke
pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak
yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.
2.5.3.4 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:28) adalah menyajikan
informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan
secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
Menurut Weygandt, Kimmel & Kieso (2011),”The primary purposes of a
statement of cash flows is to provide relevant information about the cash receipts
and cash payments of an enterprise during a period” artinya: tujuan utama dari
17
laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan kas
dan pembayaran kas dari suatu perusahaan selama periode tertentu.
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:28), laporan arus kas yang melaporkan
arus kas untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
akitivtas investasi, dan aktivitas pendanaan.
(a) Aktivitas Operasi
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:28), arus kas dari aktivitas operasi
terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.
Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umummnya berasal dari transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi.
Contoh arus kas dari aktivitas operasi :
a)
b)
penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan
pendapatan lain.
c)
pembayaran kas kepada pemasok barang dan
jasa.
d)
e)
pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan.
pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan
kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi.
f)
penerimaan dan pembayaran kas dari investasi,
pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan
perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan
untuk dijual kembali.
(b) Aktivitas Investasi
Berdasarkan
SAK ETAP (IAI:2009, h.29, Par. 7.5) arus kas dari
aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan
sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus
kas masa depan.
Contoh arus kas dari aktivitas investasi :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap, set
tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya.
penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset
tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya
pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas
atau efek utang entitas lainnya dan bunga dalam joint venture.
penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau
efek utang dari entitas lain dan bunga dalam joint venture.
uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada
pihak lain.
penerimaan kas dari pembayaran uang muka dan
18
pinjaman yang diberikan kepada pihak lain.
(c) Aktivitas Pendanaan
Menurut Prastowo (2008), aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi kewajiban utang
jangka panjang dan modal perusahaan.
Contoh arus kas dari aktivitas pendanaan :
a)
penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek
ekuitas lain.
b)
pembayaran kas kepada para pemegang saham
untuk menarik atau menebus saham entitas.
c)
penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel,
dan pinjaman jangka pendek atau panjang lainnya.
d)
pelunasan pinjaman.
e)
pembayaran kas oleh lesse untuk mengurangi
saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
2.5.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:34) adalah
berisi informasi sebagai tambahan yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan harus :
(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu sesuai dengan paragraf 8.5 dan 8.6;
(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak
disajikan dalam laporan keuangan; dan
(c) memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
2.6
Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur
pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan
keuangan. Selain untuk keseragaman laporan keuangan, standar akuntansi juga
diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor
serta memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda.
2.6.1 Standar Akuntansi Keuangan di Dunia
19
Dewasa ini, diakui adanya 2 (dua) lembaga penyusun Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di seluruh dunia yakni International Accounting Standard
Board (IASB) dan Financial Accounting Standards Board (FASB). Sebelum
berganti nama menjadi IASB terlebih dahulu namanya adalah IASC (International
Accounting Standards Committee) yang beroperasi pada tahun 1973 – 2001, dan
pada tahun 2001 IASC berganti nama menjadi IASB serta geluarkan standar
akuntansi pelaporan keuangan yang diberi nama International Financial Reporitng
Standard (IFRS), sedangkan FASB mengeluarkan standar akuntansi keuangan yang
berlaku umum atau disebut dengan Generally Accepted Accounting Principle
(GAAP).
Akibat dari adanya perbedaan kedua standar akuntansi keuangan ini adalah
sangat sulitnya membandingkan laporan keuangan berbagai perusahaan dari berbagai
negara, Maka dari itu, untuk mengurangi perbedaan standar akuntansi keuangan
tersebut kedua badan pembuat standar akuntansi keuangan, yakni IASB dan FASB
membuat konvergensi yang berarti hanya akan ada satu standar akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan di seluruh dunia.
2.6.2 Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
Di Indonesia, terdapat lembaga yang mengatur dan membuat Standar
Akuntansi Keuangan yakni IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). IAI telah berdiri sejak
tahun 1957. Sampai saat ini, IAI terus melakukan revisi Standar Akuntansi Keuangan
dengan melakukan proses konvergensi sesuai dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS).
IAI sudah beberapa kali mengadakan konvergensi, misalnya pada tahun 2009
IAI dan DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) telah menghasilkan bahwa
terdapat 3 (tiga) pilar Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, namun seiring
berjalannya waktu, IAI kembali melakukan konvergensi, dan mulai 1 April 2012,
ditetapkan bahwa terdapat 4 (empat) pilar standar akuntansi keuangan Indonesia,
yang dijelaskan lebih lanjut oleh Dwi Martani, dkk (2012:16) yaitu :
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar akuntansi yang digunakan untuk entitas yang memiliki
akuntabilitas publik, yaitu entitas yang sudah terdaftar ataupun dalam
proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan
20
dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun). Standar
ini merupakan standar yang mengadopsi penuh IFRS mulai tahun 2012.
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
Standar akuntansi yang digunakan untuk entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dalam penyusunan laporan keuangan tujuan
umum (general purpose financial statement).
3. Standar Akuntansi Syari’ah (SAS)
Standar akuntansi yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi
syariah atau entitas berbasis syariah. SAS terdiri dari : kerangka konseptual
penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan
keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, salam,
ijarah, dan istishna.
4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan
instansi pemerintahan baik untuk laporan keuangan pemerintah pusat,
maupun laporan keuangan pemerintah daerah.
Menurut Yunani (2012), Keempat pilar standar akuntansi keuangan ini akan
digunakan oleh :
1. Perusahaan : untuk menyusun laporan keuangan
2. Auditor
: untuk mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan
3. Pengguna laporan keuangan (Bank, Investor, dan pihak-pihak lain) untuk
mengevaluasi laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan, pemberian kredit, pembelian saham dan
keputusan-keputusan yang lain.
2.7
SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik berdasarkan
SAK ETAP (IAI, 2009:1) adalah dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa
akuntabilitas publik.
21
Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah sebuah entitas yang :
a. tidak mempunyai akuntabilitas publik signifikan dan
b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose) bagi
pengguna eksternal.
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:1) Entitas yang tergolong memiliki
akuntabilitas publik signifikan yaitu sebuah entitas yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator
lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek,
dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
2.7.1 Latar Belakang SAK ETAP
Hal yang mendasari dikeluarkannya SAK ETAP adalah karena standar
akuntansi yang mengadopsi IFRS (PSAK) terlalu kompleks untuk diterapkan oleh
perusahaan kecil dan menengah di Indonesia.
Menurut data dari situs www.merdeka.com jumlah perusahaan kecil dan
menengah di Indonesia pada tahun 2014 sudah mencapai 57,9 juta, artinya apabila
SAK ETAP tidak diterbitkan, maka seluruh perusahaan kecil dan menengah harus
mengikuti SAK yang sudah mengalami konvergensi penuh tahun 2012.
2.7.2 Tujuan SAK ETAP
Tujuan penyusunan SAK ETAP sebenarnya bukan hanya sebagai standar
akuntansi untuk perusahaan kecil dan menengah semata, namun juga sebagai bentuk
pelatihan perusahaan kecil dan menengah tersebut agar terbiasa dan matang dalam
membuat dan menerbitkan laporan keuangan. Sehingga ketika perusahaan sudah
dikategorikan sebagai perusahaan besar dan go-public, perusahaan sudah terbiasa
menerapkan standar akuntansi dalam laporan keuangannya.
2.7.3 Ketentuan Transisi SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
resmi diterbitkan oleh IAI pada tangal 17 Juli 2009, dan telah disahkan oleh DSAK
IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia) pada tanggal
19 Mei 2009.Terdapat 30 Bab dengan 182 halaman di dalamnya.
22
Berdasarkan SAK ETAP (2009), ketentuan transisi penggunaan SAK ETAP
bagi entitas yang akan menerapkan SAK ETAP adalah :
29.1 Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif namun jika tidak
praktis, maka entitas diperkenankan menerapkan SAK ETAP secara prospektif.
29.2
Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah
menyusun laporan keuangan, maka :
a. mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya
dipersyaratkan dalam SAK ETAP,
b. tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban, atau komponen
ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP
c. mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset,
kewajiban, atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan
sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen
ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP
d. menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan
kewajiban yang diakui
Apabila terjadi penyesuaian yang muncul dari transaksi, kejadian atau
kondisi lain sebelum tanggal efektif SAK ETAP, maka diakui secara
langsung pada saldo laba ketika tanggal penerapan SAK ETAP.
Pada awal tahun penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi
persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP namun memilih untuk tidak
menerapkan SAK ETAP, dapat menyusun laporan keuangan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan non ETAP (PSAK) sepanjang diterapkan secara
konsisten. Entitas yang memilih menyusun laporan keuangan menggunakan
SAK umum (PSAK) dalam laporan keuangan, tidak diperkenankan
menerapkan SAK ETAP dalam penysunan laporan keuangan berikutnya.
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat
suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unserved statement)
atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika
mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.
SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang
dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan lebih cepat
diperkenankan. Jika hal itu dilakukan perusahaan, maka entitas harus
menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai
pada atau setelah 1 Januari 2010 (IAI, 2009:166)
2.7.4 Perbandingan PSAK dan SAK ETAP
23
Pada dasarnya PSAK umum dan SAK ETAP tidak memiliki banyak
perbedaan dan masih memiliki banyak kesamaan, berikut dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Perbandingan PSAK dan SAK ETAP
NO
1
ELEMEN
PSAK
SAK ETAP
Penyajian
a) Laporan Posisi Keuangan
Sama
Laporan
b) Informasi yang disajikan dalam
informasi yang disajikan dalam
Keuangan
laporan posisi keuangan
serta
PSAK,
kecuali
neraca, yang menghilangkan pos :
c) Pembedaan aset lancar dan tidak
lancar
dengan
liabilitas
jangka
pendek dan jangka panjang
a) Aset keuangan
b) Properti investasi yang diukut
pada nilai wajar (ED PSAK 1)
d) Aset lancar
c) Aset biolojik yang diukur pada
e) Liabilitas jangka pendek
biaya perolehan dan nilai wajar
f) Informasi yang disajikan dalam
(ED PSAK 1)
laporan posisi keuangan atau
catatan atas laporan keuangan
d) Kewajiban
berbunga
jangka
kewajiban
pajak
panjang
Perubahan istilah di ED PSAK 1:
Neraca menjadi Laporan Posisi
Keuangan, Kewajiban (liability)
e) Aset
dan
tangguhan
f) Kepentingan non pengendalian
menjadi liabilitas
2
Laporan Laba
Laporan labarugi komprehensif:
Tidak sama dengan PSAK yang
Rugi
a) Informasi yang disajikan dalam
menggunakan istilah laporan laba
laporan laba rugi komprehensif
rugi komprehensif, SAK ETAP
b) Pendapatan
komprehensif
lain
selama periode laporan keuangan
menggunakan istilah laporan laba
rugi
c) Informasi yang disajikan dalam
laporan laba rugi komprehensif
atau
catatan
atas
laporan
keuangan
3
Penyajian
Sama dengan PSAK, kecuali untuk
Perubahan Ekuitas
beberapa hal terkait pendapatan
komprehensif lain.
4
Catatan atas
a) Catatan atas laporan keuangan
Sama
laporan keuangan
b) Struktur
pengungkapan modal
c) Pengungkapan
kebijakan
akuntansi
d) Sumber estimasi kepastian
e) Modal (ED PSAK 1)
dengan
PSAK
Kecuali
24
f) Pengungkapan lain
5
Laporan Arus Kas
a) Arus kas aktivitas operasi :
metode langsung, tidak langsung
Sama dengan PSAK kecuali :
a) Arus kas aktivitas operasi :
b) Arus kas aktivitas investasi
metode tidak langusng
c) Arus kas aktivitas pendanaan
b) Arus kas mata uang asing,
d) Arus kas mata uang asing
tidak diatur.
e) Arus kas bunga dan dividen,
pajak penghasilan, transaksi nonkas
6
Laporan keuangan
konsolidasi dan
terpisah
a) Persyaratan
penyajian
laporan
Tidak diatur (Lihat Bab 12)
keuangan konsolidasi
b) Entitas bertujuan khusus
c) Prosedur konsolidasi
d) Laporan keuangan tersendiri
e) Laporan keuangan gabungan
7
Kebijakan
PSAK 25 (laba rugi bersih untuk
SAK ETAP sudah maju satu
Akuntansi,
periode berjalan, kesalahan mendasar
langkah dibandingkan PSAK (tidak
Estimasi, dan
dan perubahan kebijakan akuntansi
ada “keslahan mendasar” dan “laba
kesalahan
8
Instrumen
Keuangan Dasar
rugi luar biasa”)
a) Ruang
lingkup
:
Aset
dan
PSAK 50 Thn 1998
kewajiban keuangan
b) Instrumen
keuangan
dasar
:
diklasifikasikan pada nilai wajar
melalui
laporan
dimiliki
hingga
laba
rugi,
jatuh tempo,
tersedia untuk dijual, pinjaman
dan pinjaman yang diberikan.
c) Impairment
menggunakan
incurred loss concept
d) Derecognition
e) Hedging dan derivatif
f) Ruang lingkup: investasi pada
efek tertentu
g) Klasifikasi
trading,
held
to
maturity, dan available for sale
9
Persediaan
a) Pengakuan Persediaan
b) Biaya Persediaan
c) Biaya Pembelian
d) Biaya Konversi
Sama dengan PSAK
25
e) Biaya lain-lain
f) Biaya persediaan pemberian jasa
g) Teknik pengukuran biaya
h) Rumus biaya
i) Nilai realisasi bersih
j) Pengakuan sebagai beban
k) pengungkapan
10
Investasi pada
a) metode akuntansi:
Sama
dengan
PSAK
perusahaan
metode biaya dan ekuitas
metode
asosiasi dan
model nilai wajar (ED PSAK 15)
menggunakan metode biaya
entitas anak
kecuali
akuntansi
hanya
b) ruang lingkup : entitas asosiasi
dan entitas anak
entitas asosiasi : metode biaya
entitas anak : metode ekuitas
c) model nilai wajar (ED PSAK 12)
11
Property investasi
Metode Akuntansi :
a)
Metode Akuntansi hanya model
model nilai wajar
biaya
b) model biaya
12
Aset Tetap
a) menggunakan
pendekatan
Sama dengan PSAK kecuali :
a)
komponenisasi
b) pengukuran menggunakan model
menggunakan
pendekatan
komponenisasi
biaya atau revaluasi
c) pengukuran biaya perolehan
d) pengakuan
tidak
b) revaluasi
pengeluaran
selanjutnya
diijinkan
jika
dilakukan
berdasarkan
peraturan
pemerintah.
e) penyusutan
(mengacu pada PSAK 16
f) tidak perlu review nilai residu,
tahun 1994)
metode penyusutan dan umur
mandaat setiap akhir periode
c)
tidak perlu review nilai
residu
pelaporan, tetpai jika ada indikasi
perubahan saja
13
Aset tidak
Prinsip umum untuk pengakuan :
Sama dengan PSAK, kecuali aset
berwujud
a) pengakuan
tidak berwujud yang diperoleh dari
awal,
pengukuran
selanjutnya
penggabungan usaha
b) amortisasi selama umur manfaat
atau 10 tahun
Penurunan nilai :
a) menggunakan metode pembelian
b) Goodwill diamortisasi 5 tahun
atau 20 tahun dengan justifikasi
Penurunan Nilai : tidak diatur.
26
manajemen
14
Sewa
a)
Mengatur perjanjian ynag
Klasifikasi sewa : kombinasi IFRS
mengandung sewa
for SMEs dan SFAS 13
b) Klasifikasi bersifat principle
c)
based
Laporan keuangan lesse dan lessor
Laporan keuangan lesse dan
menggunakan PSAK 30
lessor
1990 : Akuntansi Sewa Guna
d) Tidak mengatur perjanjian
yang
mengandung
tahun
Usaha
sewa
(ISAK 8)
15
Ekuitas
e)
Kewajiban diestimasi
f)
Kewajiban kontijensi
g)
Aset kontijensi
Penjelasan:
Sama dengan PSAK, kecuali :
a) Akuntansi ekuitas untuk badan
Reorganisasi dan selisih penilaian
usaha bukan PT
kembali
b) Akuntansi ekuitas untuk badan
usaha berbentuk PT
c) Re-organisasi
d) Selisih penilaian kembali
16
Pendapatan
a) Penjualan barang dan jasa
Sama dengan PSAK
b) Kontrak konstruksi
c) Bunga dividen, royalti
d) Kasus
pengakuan
pendapatan
(ED PSAK 23)
17
Biaya Pinjaman
a) Komponen biaya pinjaman
Biaya pinjaman dibebankan secara
b) Pengakuan dan kapitalisasi biaya
langsung
pinjaman
18
Penurunan nilai
a) Penurunan nilai persediaan
Sama dengan PSAK kecuali :
aset
b) Penurunan nilai non persediaan
a)
c) Penurunan nilai goodwill
Ruang
lingkup
yang
meliputi semua jenis aset
b) Tidak
mengatur
penurunan nilai goodwill
c)
Ada tambahan penurunan
nilai untuk pinjaman yang
diberikan
dan
piutang
yang menggunakan PSAK
31 par 16 dan 17
19
Imbalan kerja
a) Imbalan kerja jangka pendek
Sama dengan PSAK, kecuali untuk
b) Imbalan
manfaat pasti menggunakan PUC
pasca
kerja,
untuk
27
manfaat pasti menggunakan PUC
dan jika tidak bisa, menggunakan
(Projected Unit Credit)
metode yang disederhanakan
c) Imbalan jangka panjang lainnya
20
Pajak Penghasilan
a) Menggunakan
deffered
tax
concept
Tidak
ada
pengakuan
dan
pengukuran pajak tangguhan
b) Pengakuan dan pengukuran pajak
kini
c) Pengakuan dan pengukuran pajak
tangguhan
d) Menggunakan
tax
payable
concept
21
Mata uang
a) Mata uang fungsional
Sama dengan PSAK :
pelaporan
b) Penentuan saldo awal
a) Mata uang fungsional
c) Penyuajian komparatif
b) Pelaporan transaksi mata uang
d) Perubahan mata uang pencatatan
dan pelaporan
asing
dalam
fungsional
mata
(pada
uang
prinsipnya
sama)
22
Peristiwa setelah
akhir periode
pelaporan
a) Peristiwa
yang
memerlukan
Sama dengan PSAK
penyesuaian
b) Peristiwa yang tidak memerlukan
penyesuaian
23
Pengungkapan
Pengertian
pihak-pihak
yang
pihak – pihak
memiliki hubungan istimewa serta
yang mempunyai
pengungkapannya
Sama dengan PSAK 7
hubungan
istimewa
24
Aktivitas Khusus
Tidak Diatur
a) Akuntansi perkoperasian
b) Akuntansi minyak dan gas bumi
c) Akuntansi pertambangan umum
d) Akuntansi perusahaan efek
e) Akuntansi reksa dana
f) Akuntansi
perbankan
dan
asuransi
25
Ketentuan
Retrospektif atau prospektif (jika
Transisi
tidak
praktis)
secara
yang
diterapkan
prosepctive
catchup
(dampak ke saldo laba)
Perpindahan dari dan ke SAK
ETAP
26
Tanggal Efektif
Berlaku
efektif
untuk
laporan
28
keuangan
yang
dimulai
pada
tanggal 1 januari 2011
Sumber : keuanganlsm.com
2.7.5 Pengakuan
Menurut Dwi Martani (2012:44) pengakuan unsur laporan keuangan adalah :
Pengakuan (recognition) merupakan proses penentuan apakah suatu pos yang
memahami definisi unsur dinyatakan neraca atau laporan laba rugi komprehensif.
Pengakuan menentukan waktu atau saat suatu pos akan disajikan sehingga membawa
konsekuensi pencatatan atas transaksi tersebut harus dilakukan.
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur laporan keuangan harus diakui jika :
a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2.7.5.1 Pengakuan Aset
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:12) Aset diakui dalam neraca jika
kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode
pelaporan berjalan.
2.7.5.2 Pengakuan Kewajiban
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:12) Kewajiban diakui dalam neraca jika
kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kiini dengan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur dengan andal.
2.7.5.3 Pengakuan Penghasilan
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:12) penghasilan merupakan akibat langsung
dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika
kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset
atau penurunan kewajiban telah terjadi dan diukur secara andal.
29
2.7.5.4 Pengakuan Beban
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:13) beban merupakan akibat langsung dari
pengakuan aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
2.7.6 Pengukuran
Menurut Dwi Martani (2012:126) pengukuran unsur laporan keuangan adalah:
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk unsur laporan keuangan
yang disajikan dalam neraca dan laporan laba rugi komprehensif. Proses ini
menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Berbagai daasar pengukuran
tersebut adalah :
a) Biaya historis
Biaya historis (historical cost) adalah biaya perolehan pada tanggal
transaksi
b) Biaya kini
Biaya kini (current cost) adalah biaya seharusnya diperoleh saat ini atau
pada saat pengukuran
c) Nilai realisasi atau penyelesaian
Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable / settlement value) adalah
nilai yang dapat diperoleh dengan menjual aset dalam pelepasan normal
(orderly disposal).
d) Nilai kini
Nilai kini (present value) adalah arus kas masuk neto di masa depan yang
didiskontokan kebiaya kini dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normal
2.7.6.1 Pengukuran Aset
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:68) bahwa pada saat pengukuran awal, aset
tetap harus diukur sebagai biaya perolehan. Adapun yang termasuk biaya perolehan
dalam par 15.7 adalah :
30
a) Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian
dan potongan lainnya
b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengna
maksud manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk
pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan,
dan biaya pengujian fungsionalitas
c) Estimasi biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi
lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh
atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu bukan
untuk menghasilkan persediaan.
2.7.6.2 Penyusutan
Berdasarkan SAK ETAP (IAI:2009, h.73, Par 15.17) Beban penyusutan harus
diakui dalam laporan laba rugi, kecuali bab lain mensyaratkan biaya tersebut
merupakan bagian biaya perolehan suatu aset.
Faktor-faktor yang penting di dalam penyusutan antara lain :
a. Biaya perolehan
Adalah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan semua
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset
b. Masa manfaat
Adalah umur kegunaan dari suatu aset. Nilai ini merupakan taksiran
berdasarkan kebijakan dan cara pemeliharaan yang digunakan oleh
perusahaan
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:72) penyusutan dimulai ketika
suatu aset tersedia untuk digunakan, dan penyusutan dihentikan ketika
aset dihentikan pengakuannya.
Umur aset tetap dibagi dalam empat kelompok :
1) Kelompok 1 (1-4 tahun)
2) Kelompok 2 (5-8 tahun)
3) Kelompok 3 (9-16 tahun)
4) Kelompok 4 (17-20 tahun)
31
c. Nilai residu (sisa)
Adalah perkiraan nilai aset tetap setelah dipakai sesuai umur
ekonomisnya.
d. Metode penyusutan yang digunakan
Dalam pelaporan pajak, hanya diakui 2 metode penyusutan, yaitu :
1) Metode garis lurus
Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak
diterapkan oleh perusahaan, dalam metode ini beban penyusutan
setiap tahun akan sama besar nilainya.
Perhitungan beban penyusutan menggunakan metode garis lurus
adalah :
Depresiasi : HP – NR
UE
HP : Harga Perolehan
NR : Nilai Residu
UE : Umur Ekonomis
2) Metode saldo menurun
Merupakan
metode
penurunan
beban
penyusutan
dengan
menggunakan tingkat penyusutan yang merupakan perkalian dari
metode garis lurus
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:73) “suatu entitas harus memilih metode
penyusutan yang mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat
ekonomi masa depan aset”
2.7.6.3 Pengukuran Pendapatan
Berdasarkan SAK ETAP (IAI, 2009:114) Entitas harus mengukur pendapatan
berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima.
Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume.
2.7.6.4 Pajak Penghasilan
32
Menurut www.gajimu.com Pajak Penghasilan (biasa disebut PPh) adalah Pajak
Negara yang dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia, maupun luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan
PPh dikenakan terhadap orang pribadi, dan badan, berkenaan dengan
penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak.
Menurut UU No 36 Tahun 2008 :
1.
PPh Pasal 21
Adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) orang
pribadi dalam negeri sehubunbgan dengan pekerjaan atau jabatan, jasam dan
kegiatan.
2.
PPh Pasal 25
Adalah besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang haruds
dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan, sebesar PPh yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang
lalu dikurangi dengan :
a.
Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang
dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
b.
Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24; dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak.
3.
PPh Pasal 29
Adalah kejadian dimana pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak
ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat 1, maka kekurangan pajak yang terutang harus dilunasi
selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelah tahun
pajak berakhir, sebelum surat pemberitahuan tahunan disampaikan.
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 huruf a, tarif pajak
diterapkan atas WP orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :
33
a) Sampai dengan 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dikenakan pajak 5%.
b) Diatas 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan 250.000.000,(dua ratus lima puluh juta rupiah) dikenakan pajak 15%.
c) Diatas 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dikenakan pajak 25%
d) Diatas 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dikenakan pajak 30%
Sedangkan menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 huruf b, WP
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% dan tarif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 1 huruf b menjadi 25% yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010.
UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 31 huruf e menyatakan bahwa, WP badan
dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000,mendapat fasilitas berupa pengurangan tarid sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat 1 huruf b dan ayat 2 huruf a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak
dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,-
2.7.7 Pengungkapan
Menurut Skousen et al., (2009), pengungkapan adalah pendekatan yang
melewatkan ayat jurnal dan hanya bersandar pada catatan atas laporan keuangan
untuk memberikan informasi kepada pengguna, dengan adanya pengungkapan, maka
salah satu tujuan pelaporan keuangan akan tercapai.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan SAK ETAP, penulis terlebih dahulu
melakukan studi pustaka pada penelitian sebelumnya, berikut adalah beberapa
penelitian yang terkait:
1. Penelitian
Kartika
Wijaya
dengan
penelitiannya
yang
berjudul
“IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS
TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT
SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL” dalam Binus Business
Review Vol 2 No.2 November 2011, bertujuan untuk menyusun panduan
implementasi SAK ETAP bagi entitas yang ingin menerapkan standar
tersebut, dan
mengevaluasi pengaruh implementasi SAK ETAP pada
34
laporan keuangan perusahaan PT. Saptawira Adhitama Tour & Travel.
Penelitian ini, menggunakan metode penelitian explanatory yang bersifat
deskriptif kualitatif dan memiliki hasil bahwa PT. Saptawira Adhitama Tour
&
Travel
menerapkan
SAK
ETAP
secara
dini,
cara
mengimplementasikannya adalah :
1) Membuat neraca awal perusahaan dengan mengakui dan tidak mengakui
aset dan kewajiban yang dipersyaratkan dalam SAK ETAP
2) Penyesuaian yang diperlukan dalam membuat neraca awal dan yang
muncul dari transaksi sebekum tanggal efektif
3) Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh komponen laporan
keuangan pada tahun penerapan SAK ETAP
4) Menyusun laporan keuangan pada akhir periode yang sesuai dengan
SAK ETAP
Sementara pengaruh dari pengimplementasian SAK ETAP pada laporan
keuangan PT. Saptawira Adhitama Tour & Travel adalah saldo laba menjadi
lebih tinggi dari sebelumnya, munculnya pos pendapatan diterima dimuka,
dan adanya penyajian pihak berelasi dalam laporan keuangan.
2. Penelitian Sarah Nancy Trinovedy yang berjudul “IMPLEMENTASI
STANDAR
AKUNTANSI
KEUANGAN
ENTITAS
TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT GRIA DANA
SEJAHTERA” yang bertujuan untuk mengimplemetasikan SAK ETAP
pada laporan keuangan PT Gria Dana Sejahtera, dengan menggunakan
metode studi literatur dan penelitian lapangan, penulis mendapatkan data
primer dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan belum
memiliki pemahaman mengenai SAK ETAP dan melakukan beberapa
kesalahan dalam penyusunan laporan keuangannya.
3. Penelitian Mujairimi, SE., M.Ak., Ak yang berjudul “IMPLEMENTASI
SAK ETAP DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA
PT PRIMA AKSES MADURA PAMEKASAN” yang bertujuan untuk
membuktikan secara empiris tentang implementasi SAK ETAP dan
pengungkapan laporan keuangan pada PT Prima Akses Madura Pamekasan,
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Adapaun hasil
35
penelitian ini adalah secara umum perusahaan belum menerapkan SAK
ETAP yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
laporan keuangan.
4. Penelitian Ade Astalia Pratiwi, Jullie J. Sondakh, Lintje Kalangi yang
berjudul “ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP PADA PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN PT. NICHINDO MANADO SUISAN” dalam
Jurnal EMBA Vol 2. No. 3, Bulan Septemebr 2014, yang dibuat dengan
tujuan untuk menganalisis penerapan SAK ETAP pada penyajian laporan
keuangan PT. Nichindo Manado Suisan, dengan menggunakan metode
deskriptif komparatif, memiliki hasil penelitian sebagai berikut :
Berdasarkan neraca dan laporan laba rugi thaun 2011 dan 2012,
menunjukkan bahwa perusahaan belum menyajikan laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan serta terjadi
inkonsistensi dalam penyajian beberapa pos pada neraca yang tidak
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Penelitian Nermine Ahmed Mamdouh yang berjudul “The Potential Effect
of the Implementation of the IFRS For SMEs on the Credit Decision for
Small Entities”, bertujuan untuk melihat bahwa apakah efek yang
berpotensi bagi UKM apabila mengimplementasikan IFRS for SMEs dalam
laporan keuangannya terhadap keputusan kreditor memberikan pinjaman.
Metode yang digunakan adalah melihat kajian literatur, penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa ketersediaan informasi keuangan untuk
UKM dengan menerapkan IFRS For SMEs dapat mengurangi kemungkinan
penolakan pemberian kredit dan menurunkan suku bunga kredit.
6. Penelitian Lehte Alver, Jaan Alver, and Lilis Talpas yang berjudul
“Implementation of IFRS and IFRS for SMEs : The Case of Estonia”
dalam accounting and management information systems vol. 13, No.2, tahun
2014 yang bertujuan untukmenganalisis perkembangan peraturan akuntansi
Estonia dan pelaporan keuangan yang berpotensi untuk memahami isu-isu
implementasi pelaporan keuangan internasional estonia. Metode yang
digunakan adalah melihat kajian literatur dan analisis skripsi serta thesis
36
yang telah diteliti oleh peneliti Estonia, dengan hasil Pelaksanaan IFRS dan
IFRS untuk Small Medium Entities dalam bentuk praktek akuntansi yang
baik di Estonia telah berjalan lancar dan sukses diterapkan di Estonia.
2.9 Fish Bones Diagram
Berikut adalah fish bones diagram mengenai pembuatan laporan
keuangan.
Material
Kurangnya
Sosialisasi
SAK ETAP
dari
Pemerintah
Man
Pendidikan tenaga Kesalahan dalam
kerja tidak
pencatatan,
memenuhi kriteria pengukuran, penilaian
ASET, KEWAJIBAN,
EKUITAS
Spesifikasi
komputer
kantor tidak
memadai
Penyajian neraca tidak
sesuai standar yang
berlaku
Machine
Metode
Gambar 2.2 Fish Bones Diagram
Sumber : olahan data penulis
Pembuatan
Laporan
Keuangan
Download