III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian tersebut mengandung kemungkinan, dan jika terjadi mengakibatkan kerugian (Kountur, 2008). Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) diacu dalam Darmawi (2008) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut : 1) Risiko adalah kans kerugian (risk is the chance of loss) Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu exposure (keterbukaan) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. 2) Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Definisi ini sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. 3) Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty) Risiko terjadi karena adanya ketidakpastian (uncertainty). Oleh karena itu, risiko diartikan dengan ketidakpastian. Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. 4) Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan (risk is the dispersion of actual from expected results) Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Definisi risiko sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan, 29 merupakan versi lain dari definisi risk is uncertainty, dimana penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan uncertainty secara statistic. 5) Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan (risk is the probability of any outcome different from the one expected). Variasi lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpangan, yaitu risiko merupakan probabilitas obyektif bahwa outcome yang aktual dari suatu kejadian akan berbeda dari outcome yang diharapkan. Kunci dalam definisi ini adalah bahwa risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Menurut Arthur Williams dan Richard, M. H, risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu. A. Abas Salim mendefinisikan bahwa risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss). Sedangkan Soekarto mengartikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa4. Darmawi (2008) menyimpulkan risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. 3.1.2. Klasifikasi risiko Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang sebagai berikut : 1) Risiko dari Sudut Pandang Penyebab a) Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Jadi risiko yang disebabkan oleh terjadinya perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata uang asing disebut sebagai risiko-risiko keuangan. 4 www.gosublogger.com. Pengertian Resiko Menurut Beberapa Ahli. Diakses tanggal 26 Agustus 2009 30 b) Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non-keuangan. Faktor-faktor non keuangan tersebut, yaitu manusia, teknologi, dan alam. Manusia dapat menyebabkan risiko, yaitu menyangkut kompetensi (tidak mampu, lalai, sakit), moral (mencuri, merusak, mogok kerja), serta selera (tidak puas, persepsi yang berbeda). Sedangkan teknologi menjadi sumber risiko dalam hal keusangan (tidak sesuai lagi, tidak berfungsi lagi), kualitas (kualitas yang rendah, tidak sesuai standard), serta kesesuaian. Alam juga menjadi sumber risiko, yaitu menyangkut bencana alam (banjir, gempa bumi, angin ribut), kondisi alam (lembab, panas, dingin), serta makhluk alam (kuman, binatang). 2) Risiko dari Sudut Pandang Akibat a) Risiko Murni Risiko murni adalah risiko dari suatu kejadian yang berakibat hanya merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. b) Risiko Spekulatif Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memunkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. c) Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya, aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Demikian juga seseorang yang melakukan perjalanan mengahadapi risiko yang disebut risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada. d) Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko dari sudut pandang kejadian adalah risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Menurut Darmawi (2008), sumber-sumber risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 31 1) Risiko Sosial Dalam risiko sosial sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. 2) Risiko Fisik Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagian besar disebabkan oleh fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. Banyak risiko yang kompleks sumbernya termasuk terutama kategori fisik, seperti kebakaran, cuaca, petir, dan bencana alam. 3) Risiko Ekonomi Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi. Contohcontoh risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, ketidakstabilan perusahaan individu, dan perubahan tingkat suku bunga. 3.1.3. Manajemen Risiko Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management) adalah suatu cara yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko tidak hanya pada risiko-risiko tertentu saja tetapi semua risiko yang ada di dalam perusahaan yang mengancam pencapaian tujuan perusahaan harus ditangani dengan baik. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah lazim dikenal, yaitu membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan, dan melakukan pengendalian. Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting, yaitu menangani risiko. Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk dapat meningkatkan semaksimal mungkin keuntungan perusahaan. 32 Keuntungan dapat ditingkatkan jika kerugian-kerugian yang mengakibatkan biaya tinggi diperkecil. Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan penyusunan strategic management, mengamankan sumber daya dan aset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak. Definisi manajemen risiko dapat dijabarkan lebih lanjut berdasarkan kata-kata kunci sebagai berikut : 1) On going process Manajemen risiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one time event). 2) Effected by people Manajemen risiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan organisasi. Untuk lingkungan institusi Pemerintah, manajemen risiko dirumuskan oleh pimpinan dan kennel boy institusi atau departemen yang bersangkutan. 3) Applied in strategy setting Manajemen risiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen risiko, strategi yang disiapkan disesuaikan dengan risiko yang dihadapi oleh masing-masing bagian atau unit dari organisasi. 4) Applied across the enterprise Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen risiko diaplikasikan dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian atau unit pada organisasi. Mengingat risiko masing-masing bagian berbeda, maka penerapan manajemen risiko berdasarkan penentuan risiko oleh masingmasing bagian. 33 5) Designed to identify potential events Manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian tujuan organisasi. 6) Provide reasonable assurance Risiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal. 7) Geared to achieve objectives Manajemen risiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan5. Dalam Kountur (2006) disebutkan bahwa perusahaan yang mengelola risiko-risikonya dengan baik akan memperoleh beberapa manfaat diantaranya adalah dapat meningkatkan laba perusahaan, memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa luar biasa, dan memperlancar pencapaian tujuan perusahaan. Risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, teknologi, dan alam jika ditangani dengan baik akan memperkecil kerugian yang diderita oleh perusahaan. Pengurangan biaya akibat kerugiankerugian ini dapat membuat laba perusahaan menjadi lebih besar. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki manajemen risiko yang baik akan lebih menguntungkan daripada perusahaan yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik. Kountur (2008) juga mengemukakan bahwa proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terdapat di perusahaan. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko mmerupakan output atau hasil dari identifikasi risiko. Setelah semua risiko yang perlu diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar tersebut diukur. Dengan demikian, proses selanjutnya dari identifikasi risiko adalah pengukuran risiko. Tujuan dari pengukuran risiko adalah untuk menghasilkan status risiko dan peta risiko. Status 5 www.bppk.com. Pengertian Manajemen Risiko. Diakses tanggal 26 Agustus 2009 34 risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga bisa diketahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga dapat diketahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dari peta risiko akan tampak status risiko. Berdasarkan status risiko dan peta risiko ini dilakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dilakukan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. Kemudian dilakukan evaluasi atas penanganan risiko yang telah dilakukan. Gambaran dari proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2. PROSES OUTPUT IDENTIFIKASI RISIKO EVALUASI PENGUKURAN RISIKO Daftar Risiko 1. Peta Risiko 2. Status Risiko PENANGANAN RISIKO Usulan (Penanganan Risiko) Gambar 2. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber : Kountur (2008) 3.1.4. Matriks Frekuensi dan Signifikansi Teknik pengukuran dengan matriks frekuensi dan signifikansi merupakan teknik pengukuran yang sederhana yang tidak melibatkan kuantifikasi yang rumit. Biasanya teknik ini digunakan dalam pemetaan untuk melihat penanganan risiko 35 yang tepat. Di sini risiko dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi atau kemungkinan, serta dimensi signifikansi atau dampak. Matriks frekuensi dan signifikansi dapat tergambar setelah posisi dari risiko yang dievaluasi diketahui. Kemudian tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut dapat dirancang. Signifikansi atau Dampak Besar Kecil Kuadaran II Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Kecil Besar Frekuensi atau kemungkinan Gambar 3. Matriks Frekuensi dan Signifikansi Sumber : Hanafi (2006) Menurut Hanafi (2006), matriks frekuensi dan signifikansi dapat dikelompokkan ke dalam empat kuadran dengan alternatif penanganan sebagai berikut : 1) Signifikansi kecil dan frekuensi kecil (kuadran IV) = low control 2) Signifikansi besar dan frekuensi kecil (kuadran II) = detect and monitor 3) Signifikansi kecil dan frekuensi besar (kuadran III) = monitor 4) Signifikansi besar dan frekuensi besar (kuadran I) = prevent at source 3.1.5. Teknik Pemetaan Menurut Djohanputro (2008), karena risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. 36 Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat pehatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah. Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk ke dalam prioritas I atau prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran I terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri dari risiko dalam kuadran II adalah mereka yang memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dampaknya bila risiko tersebut menjadi kenyataan tinggi. Ini artinya, risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi. Mungkin hanya setahun sekali, atau bahkan bisa kurang. Tetapi kalau sampai terjadi, tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam kondisi terburuk, perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut. Kuadran III dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas III. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa menggangu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Namun, biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak muncul. 37 Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Namun, manajemen tetap perlu memonitor risiko dalam kuadran IV. Suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran IV bias pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal secara signifikan. 3.1.6. Penanganan Risiko Salah satu aspek yang penting di dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian bisa diminimalkan, itu berarti perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Setelah semua risiko diukur baik kemungkinan maupun dampaknya, maka selanjutnya yang dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui strategi penanganan strategi apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi. 1) Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Sebelum risiko terjadi harus ada cara-cara preventif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, 38 mengembangkan sumber daya manusia, serta memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2) Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan apabila dampak risiko yang dirasakan sangat besar. Ada beberapa cara mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya adalah diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko. Pengalihan risiko bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging (Kountur 2008). 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Usaha pembiakan anjing mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah forum komunitas pehobi anjing yang terus tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hal ini juga didukung dengan adanya Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) yang merupakan organisasi nirlaba yang menjadi induk organisasi penggemar anjing ras (anjing trah) di Indonesia. Perkin mengurus berbagai macam hal, seperti pendaftaran ganti nama pemilik, kelahiran anak anjing, nama panggilan, nama kandang, pembuatan duplikat silsilah, dan registrasi ulang anjing impor. Usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver khususnya, lebih mudah untuk dikembangkan karena perawatan anjing Labrador Retreiver lebih mudah dibandingkan dengan anjing lain. Usaha pembiakan anjing dihadapkan dengan beberapa permasalahan dalam menjalankannya. Salah satu kendala yang dihadapi adalah permasalahan yang muncul akibat adanya risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah tidak stabilnya produksi setiap periode. Begitu pula dengan usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver D’Sunflower Kennel. Dalam pelaksanaannya, risiko produksi terjadi dalam bentuk tidak tepatnya waktu pemacakan sehingga mengakibatkan kegagalan kehamilan, rentannya keguguran serta cacat pada janin apabila aktivitas betina dalam masa kehamilan tidak dipantau, janin yang terlalu besar sehingga menyulitkan proses persalinan bahkan 39 bisa mengakibatkan kematian, penyakit menular yang rentan menyerang anakan pada usia sebelum vaksinasi pertama (3-8 minggu), serta faktor cuaca. Menghadapi permasalahan dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver tidak membuat D’Sunflower Kennel berhenti berproduksi. Hal ini terbukti dengan nama baik yang disandang oleh D’Sunflower Kennel di dunia kinologi Indonesia serta berbagai prestasi telah banyak diraih oleh anjing-anjing Labrador Retreiver di tempat ini. Pengalaman D’Sunflower Kennel dalam usaha pembiakan anjing yang sudah dimulai sejak tahun 2002 menjadikan kennel ini mampu bertahan dengan kinerja yang dimilikinya untuk mengendalikan segala risiko produksi yang muncul. Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran mengenai manajemen risiko yang telah diterapkan oleh D’Sunflower Kennel dalam mengendalikan terjadinya risiko produksi. Analisis risiko produksi yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel. Analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat dan dampak sumber risiko produksi yang kemudian dipetakan ke dalam peta risiko, sehingga dapat diketahui seberapa krusial sumber risiko produksi yang ada di D’Sunflower Kennel. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan frekuensi, sedangkan pengukuran dampak sumber risiko dilakukan dengan menggunakan pendekatan jumlah. Analisis ini dilakukan menggunakan data produksi dan penerimaan produksi selama tahun 2008 dan 2009. Kemudian dilakukan analisis probabilitas dan dampak risiko produksi, dengan menggunakan metode nilai standar (z-score) untuk probabilitas risiko produksi, dan metode Value at Risk (VaR) untuk dampak risiko produksi. Setelah posisi sumber-sumber risiko diketahui, selanjutnya ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di D’Sunflower Kennel. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak D’Sunflower Kennel mengenai manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh kennel ini. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 40 Usaha Pembiakan D’Sunflower Kennel - Adanya risiko produksi : waktu pemacakan yang tidak tepat janin terlalu besar penyakit cuaca Produksi tidak maksimal dan berfluktuasi Penerimaan berfluktuasi Analisis deskriptif : Identifikasi sumber-sumber risiko produksi Analisis kuantitatif : Identifikasi probabilitas dan dampak risiko (pendekatan frekuensi dan pendekatan jumlah untuk sumber risiko produksi, serta metode nilai standar dan metode Value at Risk untuk risiko produksi) Strategi penanganan risiko produksi Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan 41