bab i pengantar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AKI (Angka Kematian Ibu) adalah salah satu indikator untuk mengetahui derajat
kesehatan di suatu negara. Penurunan AKI masih merupakan tantangan di Indonesia
dan dunia. Indonesia menempati urutan ke enam dalam pencapaian MDGs di
wilayah Asia Tenggara (BAPPENAS, 2010). Rasio kematian ibu di Indonesia
adalah 228 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menjadi 220 / 100.000
kelahiran hidup di tahun 2010 dan terjadi peningkatan menjadi 359 / 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2013, sedangkan targer MDGs tahun 2015 adalah
102 per 100.000 kelahiran hidup
(Statistik Indonesia et al., 2013).
Kematian ibu di dunia 72,5% di sebabkan oleh penyebab langsung dan 27,5% oleh
penyebab tidak langsung. Penyebab langsung di antaranya pendarahan, hipertensi,
sepsis, aborsi, emboli serta penyebab kematian langsung lainnya (Say et al., 2014).
Pendarahan dan gangguan hipertensi merupakan kontributor utama kematian ibu di
negara berkembang. Di Indonesia penyebab utama kematian ibu di antaranya
pendarahan, hipertensi dan infeksi (Kemenkes, 2014). Pendarahan biasanya di
sebabkan karena anemia dan kekurangan energi kronis. Pada ibu hamil hal ini dapat
di cegah bila setiap ibu hamil selalu memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan. Zat besi, Asam folat dan supplemen secara rutin akan diberikan kepada
ibu hamil yang mengunjungi fasilitas pelayanan antenatal (antenatal care) serta saran
untuk selalu diet yang tepat untuk mengurangi anemia (Alam et al., 2005).
Antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang di berikan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
yang di tetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (Direktorat Bina Kesehatan Ibu,
Kemkes RI, 2010). Antenatal terbukti efektif dalam mendeteksi dini kondisi yang
dapat menyebabkan kematian ibu (Carroli et al., 2001). Pelayanan prenatal
1
2
merupakan upaya mendeteksi dini ibu hamil yang memiliki resiko komplikasi
kehamilan. Elemen penting dalam pelaksanaan antenatal care di antaranya organisasi,
aturan pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan (De Brouwere & Van Lerberghe,
2001). Tenaga kesehatan yang di maksud adalah dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, dokter umum, perawat dan bidan (Direktorat Bina Kesehatan Ibu,
Kemkes RI, 2009)
100000
80000
Bidan
60000
dokter spesialis
40000
dokter umum
20000
perawat
0
Bidan
dokter spesialis dokter umum
perawat
Gambar 1 Proporsi pemeriksaan kehamilan menurut tenaga
Gambar di atas menggambarkan bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang
paling berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil di desa (Riskesdas
2013). Masyarakat dengan karakteristik tinggal di pedesaan, berpendidikan rendah,
dan berada pada kuintil indeks kepemilikan terbawah hingga menengah cenderung
memilih bidan saat melakukan pemeriksaan kehamilan, sebaliknya dokter spesialis
kebidanan dan kandungan di pilih oleh masyarakat di perkotaan.
System layanan kesehatan berbasis tenaga kesehatan hanya melibatkan dua pihak
yaitu dokter atau tenaga kesehatan dan klien atau pasien. Dokter adalah tenaga
kesehatan yang di terima secara luas sebagai pemberi layanan primer. Mereka
memiliki system pendidikan yang terstruktur dan berada di bawah pengawasan
perhimpunan profesi (Turk & Freidson., 1971)
Bidan di Indonesia memiliki ijin memberikan layanan antenatal dan persalinan
normal. Terlepas dari pembicaraan sejauh mana tenaga paramedic seperti bidan dan
3
perawat dalam pemberian layanan langsung kepada pasien. Praktik paramedic di desa
di Indonesia masih dominan. Hal ini terjadi karena dokter tidak tersedia di sebagian
desa yang jauh dari ibukota kecamatan. Masyarakat mengambil pilihan untuk
memeriksakan kehamilan kepada paramedic seperti bidan praktek swasta ataupun
bidan desa.
Ristrini (2005) menyatakan bahwa sebagian besar ibu hamil dari masyarakat
miskin yang tinggal di pedesaan memeriksakan kehamilannya di posyandu. Ibu hamil
di desa biasanya memperhitungkan biaya yang mereka keluarkan dalam
memanfaatkan layanan Antenatal. Ini terkait karena mereka mayoritas berpendidikan
rendah dan tidak bekerja. Mereka akan mengambil sikap positif jika mereka tidak
mengeluarkan dana. Agar tidak mengeluarkan uang yang banyak, mereka akan
mencari yang murah ataupun yang gratis.
Tanpa bermaksud mengabaikan pendekatan medis sebagai penyebab langsung
kematian ibu, pendekatan sosial juga perlu di pertimbangkan sebagai penyebab tidak
langsung seperti faktor sosial demografis, tidak tersedianya penolong persalinan,
biaya dan faktor lainnya. Dalam ilmu kesehatan masyarakat, pendekatan sosial di
kenal dengan determinan sosial kesehatan. Pemanfaatan Antenatal Care tidak
maksimal karena terbatasnya dukungan sistem kesehatan dan pengaruh kondisi sosial
ekonomi serta lingkungan pedesaan.
Masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal di pedesaan dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Menurut Birmerta et al, (2013) menyatakan bahwa di pedesaan
Ethiopia pemanfaatan pelayanan antenatal dipengaruhi oleh demografi, sosial
ekonomi dan faktor-faktor yang berpengaruh dengan kesehatan (umur ibu saat
kehamilan, kebiasaan/budaya yang berpengaruh dengan kehamilan, pengetahuan
tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan dukungan dari suami). Sedangkan di
Kenya, adapun faktor yang mempengaruhi dalam kunjungan antenatal care adalah
faktor jarak ke fasilitas kesehatan serta sikap tenaga kesehatan dan kelengkapan
sarana pelayanan antenatal (Kwambai et al, 2013).
4
Analisis data survey Demografi kesehatan Indonesia tahun 2002/2003 dan 2007
menyimpulkan faktor sosial demografi memberikan pengaruh signifikan dalam
memanfaatkan layanan Antenatal care di daerah pedesaan dan itu terjadi di luar
region jawa-bali, bahkan ada penurunan knjungan Antenatal care dari 20% tahun
2002/2003 menjadi 19% tahun 2007.faktor yang sangat berpengaruh adalah
pendidikan ibu, tingkat kesejahteraan keluarga yang rendah. Disamping itu faktor
jarak
menjadi
masalah
umum
bagi
ibu
dalam
mengakses
pelayanan
kesehatan.(Titaley et al.,2010).
Peneliti sangat tertarik mengangkat salah satu persoalan layanan kesehatan ibu
yakni program antenatal care di pedesaan. Antenatal care merupakan layanan primer
untuk ibu hamil dalam menghindari kematian karena resiko
kehamilan.
Meningkatkan kualitas layanan Antenatal care secara efektif dapat mengurangi resiko
kesakitan dan kematian ibu. Kualitas di ukur dari tiga dimensi yakni jumlah
kunjungan, waktu kunjungan, dan layanan yang di rekomendasikan (AbouZahr, C., &
Wardlaw, T. 2003).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah digambarkan pada latar belakang diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah faktor determinan apa saja yang
mempengaruhi kunjungan Antenatal care di pedesaan Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor determinan yang
mempengaruhi kunjungan antenatal care di daerah Pedesaan Indonesia menggunakan
data RISKESDAS 2013.
5
Tujuan khusus :
1. Untuk menganalisis hubungan faktor individu terhadap kunjungan
antenatal care di daerah Pedesaan Indonesia.
2. Untuk menganalisis hubungan faktor system kesehatan terhadap
kunjungan antenatal care di daerah Pedesaan Indonesia.
3. Untuk mendapatkan besarnya hubungan antara faktor-faktor tersebut dan
yang mempengaruhinya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk
menentukan kebijakan publik serta untuk penyempurnaan kebijakan yang
akan datang. Khususnya kebijakan yang berhubungan dengan pelayanan
Antenatal care di daerah Pedesaan Indonesia.
2. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah diharapkan bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa menjadi masukan bagi penelitian
lain untuk pengembangan penelitian berikutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang determinan kunjungan antenatal care di pedesaan di Indonesia
belum pernah diteliti sebelumnaya. Sesuai dengan yang penulis ketahui, penelitian
sejenis pernah diakukan di beberapa tempat, antara lain:
1.
Prenatal care utilization in rural areas and urban areal of Haiti oleh Alexandre.
et al., tahun 2005. Penelitian yang menggunakan data Demographic of Health
Survey ( DHS ) tahun 2000. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat
pendidikan ibu dan pasangannya baik di daerah perkotaan maupun pedesaan
adalah prediktor dominan dari penggunaan Prenatal care. Jarak yang jauh atau
6
waktu yang lama untuk sampai ke pusat pelayanan kesehatan merupakan factor
penghambat bagi ibu hamil di daerah pedesaan untuk melakukan Prenatal care
berulang kali.
2.
Determinants of Antenatal care Utilization in rural areas of India : A Cross
sectional study from 28 districts ( An ICMR task force study ) oleh Chandhick. Et
al,. tahun 2006. Penelitian yang mengambil sampel di 28 kabupaten dari 14
negara bagian di India. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jumlah perempuan
yang memanfaatkan pelayanan Antenatal menurun secara signifikan sejalan
dengan bertambahnya usia, paritas serta jumlah anak yang hidup.
3.
Factors associated with underutilization of Antenatal services in Indonesia. Oleh
Titaley, et al,. Tahun 2010. Penelitian yang menggunakan data sekunder SDKI.
Penelitian
ini
menyimpulkan
bahwa
pentingnya
untuk
meningkatkan
aksesibilitas dan ketersediaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah
pedesaan, adanya dukungan dana untuk pemanfaatan layanan kesehatan bagi
keluarga miskin, serta meningkatkan promosi bahwa pentingnya kunjungan
Antenatal care bagi ibu hamil yang berpendidikan rendah.
4.
Factors associated with Antenatal care Adequacy in rural and urban contextresults from two health and demographic surveilance sites in Vietnam oleh Tran,
et al,. Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di daerah perkotaan dan pedesaan
negara Vietnam bagian utara.penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan
yang rendah, status ekonomi yang rendah, penggunaan Antenatal care swasta,
dan tinggal di daerah pedesaan merupakan faktor utama yang berhubungan
dengan tidak memadainya pelayanan Antenatal care secara keseluruhan, sesuai
yang direkomendasikan oleh pemerintah Vietnam.
5.
Provision and Utilization of Routine Antenatal Care in Rural Balochistan
Province,
Pakistan: a Survey of Knowledge, Attitudes, and Practices of
Pregnant Women oleh Ghaffar et al., tahun 2012. Penelitian ini di lakukan di
daerah perdesaan Balochistan Negara Pakistan. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa pendapatan keluarga,pendidikan,pengetahuan, paritas, dan jarak dari
7
tempat tinggal ke fasilitas kesehatan di daerah perdesaan adalah factor utama
yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di perdesaan
Balochistan Negara Pakistan.
6.
Determinan Kunjungan Antenatal Care di daerah kumuh perkotaan Indonesia
oleh Hasanbasri et al.,
2013. Penelitian ini di lakukan di daerah kumuh
perkotaan Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor social demografi
seperti umur, pendidikan, jumlah anak, jarak kelahiran, keluarga miskin,
kepemilikan asuransi kesehatan berkorelasi positif terhadap pemanfaatan ANC
.Hanya 45,9 persen saja yang antenatal care nya memadai.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti
tentang Antenatal care. Penelitian yang dilakukan disini mempunyai perbedaan yaitu
dalam hal : lokasi penelitian, subjek penelitian, populasi penelitian, waktu penelitian,
pendekatan penelitian, dan variabel penelitian.
Download