BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian di Jakarta menjadi faktor pendorong tumbuhnya pembangunan properti, khususnya di Jakarta. Pembangunan properti dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Berbagai gedung perkantoran, sentra bisnis, pusat perbelanjaan, hingga kawasan perumahan elit tumbuh dengan pesat di Jakarta. Hal ini memberikan dampak terhadap sektor pariwisata, dimana terjadi peningkatan kedatangan dengan berbagai tujuan, seperti urusan bisnis atau tujuan wisata dari berbagai wisatawan mancanegara maupun lokal. Data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menunjukkan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke Jakarta setiap tahun mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir, sedangkan wisatawan lokal juga terus meningkat setiap tahunnya. Selama tahun 2013, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jakarta mencapai 2.240.502 kunjungan, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 2.053.850 kunjungan, berarti meningkat sebanyak 186.652 kunjungan atau sekitar 4.34 persen. Adapun banyaknya perjalanan wisatawan lokal tercatat sebesar 236,8 juta perjalanan pada tahun 2011 dan 245,3 juta perjalanan tahun 2012. 2 500 000 2 000 000 1 500 000 1 000 000 1 390 440 1 933 022 1 823 636 2 053 850 2 240 502 500 000 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Jakarta Tahun 2009-2013 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Secara keseluruhan, jumlah terbesar wisatawan mancanegara ke Jakarta yang datang pada tahun 2012 adalah kalangan profesional yaitu 33,65 persen 1 2 diikuti manajemen/administrasi, dan sales/karyawan/teknisi masing-masing 22,77 persen dan 15,22 persen. Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2012 Profesional Manajer Karyawan Lainnya Pelajar Ibu Rumah Tangga 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Gambar 1.2 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pekerjaan, 2012 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa, jumlah wisatawan mancanegara yang ke Jakarta pada tahun 2012 terbesar masih berasal dari kawasan Asia yaitu sebesar 67,24 persen dari jumlah seluruh kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Angka ini meningkat dari tahun 2011 sebesar 0.25 persen. Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Negara Asal Tahun 2012 Jepang China Australia Malaysia Singapore 0 500 1000 1500 2000 Gambar 1.3 Kedatangan Wisatawan Mancanegara 5 Negara terbanyak, 2012 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Pada gambar 1.3 diatas dapat terlihat bahwa kunjungan terbesar adalah dari negara-negara tetangga yang datang ke Jakarta, maksud kunjungan kedatangan wisatawan tersebut adalah sebagai berikut : 3 Maksud Kunjungan Bisnis Misi Konvensi Berlibur Pendidikan Lainnya Gambar 1.4 Maksud Kunjungan Wisatawan, 2012 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Kunjungan berlibur dan berbisnis merupakan tujuan kunjungan wisatawan mancanegara terbesar, sehingga diperlukannya sebuah akomodasi sementara untuk mendukung kegiatan kedatangan wisatawan. Pertumbuhan wisatawan mancanegara dan lokal di Jakarta ini memberikan pengaruh pada hotel yang ada di Jakarta. Hal ini perlu di imbangi antara lain dengan peningkatan penyediaan hotel sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Keberadaan hotel berbintang terus berkembang di Jakarta dalam 5 tahun terakhir. Jumlah Hotel Berbintang Di Jakarta Tahun 2009-2012 2012 2011 2010 2009 140 150 160 170 180 Jumlah Hotel Gambar 1.5 Jumlah Hotel Berbintang di Jakarta Tahun 2009-2012 Sumber : Jakarta Dalam Angka 2013 Menurut data Badan Pusat Statistik, tingkat penghunian hotel berbintang di Jakarta tahun 2013 secara keseluruhan mencapai 52,96 persen. Ini berarti rata-rata jumlah kamar yang dipakai setiap malam pada seluruh hotel berbintang tahun 2013 adalah 52,96 persen. Angka tersebut lebih tinggi 0.64 poin jika dibandingkan 4 dengan keadaan tahun 2012 sebesar 52,32 persen. Jumlah tingkat penghunian kamar yang meningkat ini diikuti berdasarkan peningkatan jumlah tamu pada hotel berbintang di Jakarta. Tabel 1.1 Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Jakarta Tahun 2010-2012 Jakarta 2010 2011 2012 882,90 1.013,20 1.190,30 Tamu Asing 3.932,40 5.470,30 5.566,40 Tamu Indonesia Sumber : http://www.bps.go.id/, diakses 15 Maret 2014 Data Badan Pusat Statistik Jakarta menunjukkan bahwa, jumlah tamu asing dan dalam negeri hotel berbintang pada tahun 2011-2012 di Jakarta yang paling banyak mengalami peningkatan adalah pada hotel berbintang, peningkatan sebesar 1 juta orang pada hotel bintang 4 dan 1,1 juta orang pada hotel bintang 3. Hal ini berarti hotel bintang 4 merupakan urutan ke 2 dalam hotel yang paling diminati dari semua kelas hotel yang ada. Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011-2012 (Juta Orang) 10 8 6 4 2 0 Bintang 1 Bintang 2 Series 1 Bintang 3 Bintang 4 Series 2 Column1 Bintang 5 Gambar 1.6 Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011-2012 Sumber : Katalog BPS : 8403001 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Hotel merupakan salah satu solusi sebagai sarana penunjang sementara untuk tempat tinggal, baik perorangan/sekelompok orang untuk menginap selama berpergian jarak jauh. Hotel pada awalnya berupa kamar tidur yang hanya diberikan fasilitas untuk minum dan makan. Tetapi bersamaan dengan berjalannya waktu, hotel telah berkembang sehingga fasilitasnya bertambah dengan dilengkapi fasilitas seperti ruang entertainment, sarana olahraga, hingga ruang rapat dan sebagainya. Fasilitas hotel dapat berbeda-beda hal ini berkaitan dengan target pasar hotel tersebut yang didasarkan pada kondisi aktifitas lingkungan sekitar. Lingkungan dengan lokasi yang berada pada kegiatan aktivitas perkotaan 5 di Jakarta menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang dan kebutuhan akan hotel sebagai tempat penginapan diperlukan sebagai penunjang. Berdasarkan data-data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa grafik peningkatan terus terjadi pada perhotelan di Jakarta, hal ini menjadi dasar dibangunnya hotel di Jakarta. Data Portal Resmi provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa, wilayah Puri Indah merupakan salah satu dari 5 lokasi kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan sentra primer di Jakarta Barat. Lokasi dengan sebuah area perkembangan yang pesat dibawah pengelolaan Lippo Group, Pondok Indah Group, dan Goldland Group. Berdasarkan perencanaan kawasan yang terdapat di wilayah Puri Indah, pada tahun 2020 akan dibangun kawasan terpadu yang mengintegrasikan hunian, landed penthouse, menara perkantoran, apartemen dan hotel berbintang. Gambar 1.7. View Kawasan Pondok Indah Group di Puri Indah Sumber : http://www.kaylerealty.com/puri-indah-cbd/, diakses 5 April 2014 Wilayah Puri Indah yang akan dikembankan menjadi kawasan CBD (Central Business District) ini menjadi wilayah strategis untuk dibangunnya sebuah hotel bagi wisatawan yang ingin bernisnis atau berlibur yang datang baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Selain direncanakan sebagai wilayah sentra bisnis, Keunggulan wilayah Puri Indah adalah lokasi yang strategis, dekat ruas Tol Jakarta-Merak sehingga memiliki akses masuk dan keluar tol langsung dari 4 arah dalam beberapa tahun perencanaan kedepan. Kawasan Puri Indah ini juga merupakan bagian perencanaan pemerintah untuk dikembangkan menjadi transit stasiun kereta dari Bandara Soekarno-Hatta, hal ini menambah nilai kawasan Puri Indah menjadi lebih strategis dalam menuju bandara. 6 Gambar 1.8. Peta CBD Puri Indah Sumber : http://thewindsor-okky.blogspot.com/, diakses 5 April 2014 Wilayah Puri Indah berada di Jakarta yang dimana merupakan kawasan dengan iklim tropis. Secara geografis terletak pada 6º LU dan 11º LS. Pada tabel 1.2 dibawah dapat terlihat bahwa Iklim tropis dengan ciri-ciri sinar matahari yang terik sepanjang tahun, kecepatan angin yang rendah, suhu udara dan kelembapan yang relatif tinggi dan adanya curah hujan sedang. Hal ini menyebabkan suhu lingkungan menjadi tinggi dan menyebabkan penggunaan konsumsi energi semakin besar pada kebutuhan energi. Menurut Priatman (2002), hampir 50% konsumsi energi fosil dunia digunakan untuk kebutuhan energi bangunan. Dari kenyataan tersebut maka seharusnya diperlukan kesadaran untuk memperhatikan pembangunan yang keberlanjutan, salah satunya dengan cara menghemat pemakaian energi listrik. Tabel 1.2 Kondisi Cuaca Menurut Stasiun Pengamatan 2012 Uraian Suhu / Temperature (oC) Maksimum Minimum Rata-rata Kelembaban Udara / Relative Humidity (%) Maksimum Minimum Rata-rata Tekanan Udara /Atmospheric Pressure (mbs) Arah Angin / Wind Direction (Point) Kecepatan Angin / Wind Velocity (M/SE) Curah Hujan / Rainfall (mm2) Penyinaran Matahari / Sunlight (%) Jakarta 33.0 25.3 28.6 80 69 75 1009.8 90 4.9 1488.2 61 Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika 7 Pada tabel 1.2 terlihat bahwa daerah dengan Iklim tropis seperti Jakarta memperoleh banyak penyinaran matahari. Penyinaran matahari yang datang tidak hanya membawa sinar atau cahayanya tetapi juga besertakan radiasi yang terbawa. Radiasi matahari yang besar tersebut memberikan dampak yang berkaitan dengan penggunaan energi. Radiasi matahari yang terlalu besar masuk kedalam bangunan menyebabkan suhu mikro sekitar bangunan menjadi naik, naiknya suhu mikro menyebabkan penggunaan energi seperti pendingin ruangan menjadi besar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi radiasi matahari adalah dengan mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan melalui fasade bangunan sehingga dapat menurunkan penggunaan energi. Terdapat tiga faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap penghematan energi pada bangunan, yaitu : disain selubung bangunan, manajemen energi dan kesadaran pengguna. Akumulasi angka pemborosan dalam penggunaan energi pada bangunan berkisar 15-30 % sehingga perlu memperoleh tanggapan yang lebih serius, karena akan mempunyai dampak yang besar terhadap pemakaian energi listrik secara nasional. Bentuk desain selubung bangunan tidak lepas dari pertimbangan kondisi iklim tropis dan lingkungan sekitar. Bentuk pembayangan pada bangunan merupakan upaya dalam mengantisipasi iklim tropis untuk mencapai kondisi termal yang nyaman dalam bangunan. Penyelesaian disain fasade harus dibuat tidak diseragamkan antara yang menghadap barat, timur selatan atau utara. Karena pada prisipnya deretan fasade yang menghadap ke barat dan ke selatan memiliki permasalahan yang berlainan apabila dilihat dari aspek lintasan matahari. (Sukawi : 2010). Penelitian yang dilakukan Parker dan Akbari di Amerika Serikat menyebutkan bahwa secara teori penurunan suhu sekitar 1oC sama dengan pengurangan energi 10%. Penurunan pada penelitian tersebut dapat tercapai dengan bangunan yang terlindung dari radiasi matahari. Hal ini sebagai acuan apabila bangunan atau fasade yang dapat terlindung dari radiasi matahari maka dapat mengurangi pengurangan energi, dimana listrik merupakan salah satu elemen dari energi. Prianto (2007) berpendapat bahwa, “Di era semakin maju dan serba modern, kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat berlindung (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan. 8 Seiring dengan terjadinya pemanasan bumi yang terjadi akhir-akhir ini, maka tak ayal bila sebagian orang membutuhkan penghawaan buatan seperti AC (Air Conditioner) untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman”. Energi yang diperlukan untuk penghawaan buatan pada pendingin ruangan seperti AC memakan energi terbanyak pada bangunan hotel, penggunaan energi yang tinggi ini akan berdampak pada biaya operasional pada sebuah hotel. Berdasarkan fakta laporan ICASEA (International Copper Association Southeas Asia), diantara sepuluh negara ASEAN, Indonesia merupakan negara yang paling boros energi dan berada di peringkat pertama pengguna pendingin udara. Dari semua negara, Indonesia menggunakan pendingin udara sebesar 72% per tahunnya, artinya ketergantungan masyarakat Indonesia akan pendingin udara sangat besar, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata-rata hanya 30%. Seperti diketahui bahwa tarif dasar listrik nasional yang terus meningkat perlu untuk ditanggapi dengan serius. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), menegaskan bahwa kenaikan tarif listrik berdampak pada meningkatnya harga hingga 10%-20% di tahun 2014. Gambar 1.9 Grafik Penggunaan Energi di Hotel Sumber : Buku Panduan Efisiensi Energi di Hotel (2005) Gambar 1.9 diatas merupakan contoh penggunaan energi pada hotel Melati, yang dapat memberikan gambaran bahwa konsumsi energi terbesar dalam suatu operasional hotel berasal dari penggunaan pendingin ruangan AC. Dalam keterkaitannya dapat terlihat bahwa radiasi panas memungkinkan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Hal ini berarti akan memungkinkan terjadinya peningkatan penggunaan energi, seperti pada penggunaan energi untuk pendingin buatan. Diperlukannya sebuah elemen untuk mereduksi radiasi matahari tersebut dengan penggunaan perangkat pereduksi matahari seperti shading device dan double skin facade. 9 1.2. Rumusan Masalah Kebutuhan akan hotel di daerah Puri Indah yang akan dikembangkan menjadi CBD (Central Business District). Penerapan konsep sustainable architecture dengan pemanfaatan sun shading dan double skin facade sebagai upaya untuk mengurangi radiasi matahari yang berdampak bagi penghematan energi dalam mengurangi beban penggunaan energi di hotel. Berikut masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan shading device dan double skin facade yang baik untuk mengurangi intensitas radiasi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dan fasad bangunan pada hotel, dengan tujuan untuk memperoleh efisiensi konsumsi energi pada bangunan hotel ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dan maksud yang ingin dicapai dalam perancangan Hotel dengan topik efisiensi konsumsi energi di Jakarta ini adalah : Perancangan hotel dengan berbagai fasilitas-fasilitas penunjang sebagai kebutuhan wisatawan yang diperlukan untuk kegiatan pengguna hotel. Perancangan hotel berdasarkan pengaruh dari faktor iklim tropis dimana memperhatikan posisi orientasi bangunan dan gubahan massa yang baik terhadap iklim di Jakarta. Perancangan hotel yang memperhatikan aspek sustainable architecture. Pendekatan perancangan dengan menggunakan shading device dan double skin facade pada fasad bangunan sebagai cara untuk mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan, sehingga dapat mengurangi penggunaan energi khususnya pada energi listrik dengan maksud meminimalkan biaya operasional hotel. Akan tetapi tetap memperhatikan intensitas cahaya yang masuk sehingga juga menghemat energi dari segi pencahayaan. 1.4. Ruang Lingkup Lingkup pembahasan pada karya tugas akhir ini adalah mengenai perancangan Hotel sebagai bangunan yang mendukung kegiatan wisatawan. Pembahasan tentang konsep desain berkelanjutan dengan memfokuskan pada penerapan sun shading dan double skin facade sebagai solusi pengurangan efek 10 radiasi matahari sesuai iklim dan tapak di lokasi Puri Indah Jakarta Barat, sehingga dapat menghemat pemakaian energi. 1.5. Sistematika Penulisan Karya tulis pada proses perencanaan dan perancangan Hotel di Jakarta Barat ini disusun dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Latar belakang diperlukannya hotel, latar belakang perlunya didirikan Hotel di Puri Indah Jakarta Barat, dan pemilihan topik arsitektur berkelanjutan sebagai solusi dalam perancangan untuk menjawab permasalahan, tujuan dan maksud penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika penulisan, serta tinjauan pustaka yang mendasari pemilihan topik dan tema. Bab 2 Landasan Teori Landasan teori umum terhadap proyek hotel dan tinjauan khusus mengenai topik sustainable design dengan penggunaan shading device dan double skin facade sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi literatur dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis dengan tujuan sebagai pembanding. Bab 3 Metode Penelitian Menjelaskan analisis metode yang digunakan, cara mendapatkan data, serta menjelaskan konsep, pendekatan, dan proses dalam melakukan perancangan dan mencari solusi desain. Bab 4 Hasil dan Bahasan Analisis permasalahan terhadap aspek manusia, lingkungan, dan bangunan yang dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik sustainable design – pereduksian radiasi matahari dengan sun shading dan double skin facade. Hasil analisis kemudian akan diperoleh alternatif konsep sustainable desain dan sun shading-double skin facade yang akan diterapkan sebagai dasar untuk merencanakan dan merancang bangunan dan lingkungan. Bab 5 Simpulan dan Saran Simpulan berisi hasil penelitian yang akan digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang disampaikan pada bab 1 yaitu masalah yang berhubungan dengan hotel dan sun shading serta double skin facade. Bagian Saran berisi hasil dan usulan pada penelitian ini. 11 1.6. Tinjauan Pustaka Tabel 1.3 Tinjauan Pustaka No Judul Jurnal 1 Energy and environmental performance of tall buildings: state of the art (2012). 2 Le Corbusier’s Solar Shading Strategy for Tropical Environment: A Sustainable Approach (2013). 3 Intelligent Facades As An EnergyEfficient Building Design Approach (2012). Penulis Eliana Cangelli Dan Lukia Fais Moham mad Arif Kamal Özlem Eren Banu Erturan Nama Jurnal/Volume Department of Design, Architecture Technology, Land and Environment (DATA), Sapienza University of Rome, Italy College of Environmental Design, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran 31261, Saudi Arabia JARS 10(1). 2013. NWSAEngineering Sciences, 1A0347, 8, (3), 136-156. Kesimpulan Jurnal ini menjelaskan mengenai efisiensi energi pada bangunan tinggi, potensi penggunaan energi yang rendah pada bangunan tinggi. Pemanfaatan energi yang dapat diperbaharui Pada daerah yang beriklim tropis dan panas, pancaran sinar matahari sangat besar dan menyebabkan tingkat konsumsi energi pada pendingin ruangan menjadi besar. shading adalah sebuah metode untuk menghalau radiasi matahari sebelum masuk ke dalam bangunan pada area yang beiklim tropis. penggunaan brise soleil di Rio de Janeio. penggunaan solar shading dapat mengurangi suhu untuk mencapai kenyamanan thermal dan mengurangi masalah pada lingkungan terhadap konsumsi energi yang besar. Tindakan terhadap efisiensi energi pada bangunan perlu untuk dilakukan, karena pada abad 21 dimana era industri dan teknologi menyebabkan permasalahan pada lingkungan secara global, fasad pintar dapat digunakan sebagai solusi untuk penghematan energi pada bangunan, tujuan utama adalah untuk meminimalkan pengguanaan energi pada bangunan. 12 No 4 Judul Jurnal Penulis Hot Climate Double Façades: Avoiding Solar Gain (2012) Terri Meyer Boake, B.E.S., B.Arch., M.Arch. Nama Jurnal/Volume Kesimpulan FACADE TECTONICS Journal: Volume 14 Menerangkan double skin facade yang telah banyak diterapkan dalam berbagai proyek penelitian salah satunya di bangunan beriklim panas. Penerapan pada berbagai proyek yang berbeda seperti perkantoran dan hotel. Pada penelitian terhadap proyek tersebut sun shading dan double skin facade cukup berhasil menurunkan suhu radiasi matahari dari luar ke dalam bangunan. 5 Strategi disain fasad rumah Eddy tinggal Prianto Hemat energi (2012). Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 54 64 6 Kaitan Desain Selubung Bangunan Terhadap Pemakaian Energi Dalam Bangunan. (2010). Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi 2010. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. Sukawi Sumber : Google search engine Jurnal tentang penggunaan pendingin ruangan buatan sangat tinggi di Semarang. Bagian kulit bangunan memberikan pengaruh terhadap kondisi termal didalam ruangan sehingga dilakukan desain pada kulit bangunan untuk mengurangi radiasi matahari, dan penggunaan warna yang berpengaruh pada radiasi matahari. Penelitian ini menjelaskan terdapat tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap penghematan energi, disain selubung bangunan, manajemen energi, dan kesadaran pengguna. akumulasi angka pemborosan dalam penggunaan energi pada bangunan berkisar 15-30% sehingga akan memberikan dampak yang besar pada pemakaian energi. Desain selubung bangunan dipertimbangkan dari kondisi iklmi tropis dan lingkungan sekitar. 13 Tinjauan pustaka mengenai pengaruh radiasi matahari terhadap energi Pada Jurnal “Le Corbusier’s Solar Shading Strategy for Tropical Environment: A Sustainable Approach” (Mohammad Arif Kamal, 2013). Menjelaskan bahwa strategi penggunaan teknik solar shading yang bertujuan meminimalkan efek dari radiasi matahari dan dapat menurunkan bangunan secara efektif dan mengurangi dampak terhadap penggunaan energi pada bangunan. Penggunaan solar shading dapat mengurangi angka dari penggunaan perangkat pendingin ruangan sehingga konsumsi energi sedikit berkurang. Energi yang dapat di simpan atau di hemat berkisar antara 10-40%. Perkembangan arsitektur zaman modern seperti sekarang ini dapat memanfaatkan teknik solar shading sebagai sebuah upaya untuk meminimalkan masalah pada lingkungan dimana konsumsi energi yang cukup besar dan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan di kemudian hari. Kesimpulan Studi Banding : Tindakan terhadap efisiensi energi pada bangunan perlu untuk dilakukan, pada abad 21 dimana era industri dan teknologi menyebabkan permasalahan pada lingkungan secara global. Efisiensi energi pada bangunan dapat dicapai, pada daerah yang beriklim tropis dan panas pancaran sinar matahari yang besar menyebabkan tingkat konsumsi energi menjadi besar seperti pada pendingin ruangan. Sun shading dan double skin facade adalah sebuah metode untuk menghalau radiasi matahari sebelum masuk ke dalam bangunan. Shading dan double skin facade telah banyak diterapkan dalam berbagai proyek penelitian, salah satunya di bangunan beriklim tropis. Penerapan pada berbagai proyek yang berbeda seperti perkantoran dan hotel. Pada penelitian terhadap proyek tersebut sun shading dan double skin facade berhasil menurunkan suhu radiasi matahari dari luar ke dalam bangunan. 14