Tinjauan pustaka mengenai pengaruh radiasi matahari terhadap

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya perekonomian di Jakarta menjadi faktor pendorong
tumbuhnya pembangunan properti, khususnya di Jakarta. Pembangunan properti
dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Berbagai gedung
perkantoran, sentra bisnis, pusat perbelanjaan, hingga kawasan perumahan elit
tumbuh dengan pesat di Jakarta.
Hal ini memberikan dampak terhadap sektor pariwisata, dimana terjadi
peningkatan kedatangan dengan berbagai tujuan, seperti urusan bisnis atau tujuan
wisata dari berbagai wisatawan mancanegara maupun lokal. Data Badan Pusat
Statistik DKI Jakarta menunjukkan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang
berkunjung ke Jakarta setiap tahun mengalami kenaikan dalam lima tahun
terakhir, sedangkan wisatawan lokal juga terus meningkat setiap tahunnya.
Selama tahun 2013, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jakarta
mencapai 2.240.502 kunjungan, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 2.053.850
kunjungan, berarti meningkat sebanyak 186.652 kunjungan atau sekitar 4.34
persen. Adapun banyaknya perjalanan wisatawan lokal tercatat sebesar 236,8 juta
perjalanan pada tahun 2011 dan 245,3 juta perjalanan tahun 2012.
2 500 000
2 000 000
1 500 000
1 000 000
1 390 440
1 933 022
1 823 636
2 053 850
2 240 502
500 000
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Jakarta Tahun 2009-2013
Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Secara keseluruhan, jumlah terbesar wisatawan mancanegara ke Jakarta
yang datang pada tahun 2012 adalah kalangan profesional yaitu 33,65 persen
1
2
diikuti manajemen/administrasi, dan sales/karyawan/teknisi masing-masing 22,77
persen dan 15,22 persen.
Kedatangan Wisatawan Mancanegara
Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2012
Profesional
Manajer
Karyawan
Lainnya
Pelajar
Ibu Rumah Tangga
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Gambar 1.2 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pekerjaan, 2012
Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa, jumlah wisatawan
mancanegara yang ke Jakarta pada tahun 2012 terbesar masih berasal dari
kawasan Asia yaitu sebesar 67,24 persen dari jumlah seluruh kedatangan
wisatawan mancanegara ke Indonesia. Angka ini meningkat dari tahun 2011
sebesar 0.25 persen.
Kedatangan Wisatawan Mancanegara
Menurut Negara Asal Tahun 2012
Jepang
China
Australia
Malaysia
Singapore
0
500
1000
1500
2000
Gambar 1.3 Kedatangan Wisatawan Mancanegara 5 Negara terbanyak, 2012
Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Pada gambar 1.3 diatas dapat terlihat bahwa kunjungan terbesar adalah dari
negara-negara tetangga yang datang ke Jakarta, maksud kunjungan kedatangan
wisatawan tersebut adalah sebagai berikut :
3
Maksud Kunjungan
Bisnis
Misi
Konvensi
Berlibur
Pendidikan
Lainnya
Gambar 1.4 Maksud Kunjungan Wisatawan, 2012
Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Kunjungan berlibur dan berbisnis merupakan tujuan kunjungan wisatawan
mancanegara terbesar, sehingga diperlukannya sebuah akomodasi sementara
untuk mendukung kegiatan kedatangan wisatawan. Pertumbuhan wisatawan
mancanegara dan lokal di Jakarta ini memberikan pengaruh pada hotel yang ada
di Jakarta. Hal ini perlu di imbangi antara lain dengan peningkatan penyediaan
hotel sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran.
Keberadaan hotel berbintang terus berkembang di Jakarta dalam 5 tahun terakhir.
Jumlah Hotel Berbintang Di Jakarta
Tahun 2009-2012
2012
2011
2010
2009
140
150
160
170
180
Jumlah Hotel
Gambar 1.5 Jumlah Hotel Berbintang di Jakarta Tahun 2009-2012
Sumber : Jakarta Dalam Angka 2013
Menurut data Badan Pusat Statistik, tingkat penghunian hotel berbintang di
Jakarta tahun 2013 secara keseluruhan mencapai 52,96 persen. Ini berarti rata-rata
jumlah kamar yang dipakai setiap malam pada seluruh hotel berbintang tahun
2013 adalah 52,96 persen. Angka tersebut lebih tinggi 0.64 poin jika dibandingkan
4
dengan keadaan tahun 2012 sebesar 52,32 persen. Jumlah tingkat penghunian
kamar yang meningkat ini diikuti berdasarkan peningkatan jumlah tamu pada
hotel berbintang di Jakarta.
Tabel 1.1 Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Jakarta Tahun 2010-2012
Jakarta
2010
2011
2012
882,90
1.013,20
1.190,30
Tamu Asing
3.932,40
5.470,30
5.566,40
Tamu Indonesia
Sumber : http://www.bps.go.id/, diakses 15 Maret 2014
Data Badan Pusat Statistik Jakarta menunjukkan bahwa, jumlah tamu asing
dan dalam negeri hotel berbintang pada tahun 2011-2012 di Jakarta yang paling
banyak mengalami peningkatan adalah pada hotel berbintang, peningkatan
sebesar 1 juta orang pada hotel bintang 4 dan 1,1 juta orang pada hotel bintang 3.
Hal ini berarti hotel bintang 4 merupakan urutan ke 2 dalam hotel yang paling
diminati dari semua kelas hotel yang ada.
Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel
Berbintang,
2011-2012 (Juta Orang)
10
8
6
4
2
0
Bintang 1
Bintang 2
Series 1
Bintang 3
Bintang 4
Series 2
Column1
Bintang 5
Gambar 1.6 Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011-2012
Sumber : Katalog BPS : 8403001 Tingkat Penghunian Kamar Hotel
Hotel merupakan salah satu solusi sebagai sarana penunjang sementara
untuk tempat tinggal, baik perorangan/sekelompok orang untuk menginap selama
berpergian jarak jauh. Hotel pada awalnya berupa kamar tidur yang hanya
diberikan fasilitas untuk minum dan makan. Tetapi bersamaan dengan berjalannya
waktu, hotel telah berkembang sehingga fasilitasnya bertambah dengan
dilengkapi fasilitas seperti ruang entertainment, sarana olahraga, hingga ruang
rapat dan sebagainya. Fasilitas hotel dapat berbeda-beda hal ini berkaitan dengan
target pasar hotel tersebut yang didasarkan pada kondisi aktifitas lingkungan
sekitar. Lingkungan dengan lokasi yang berada pada kegiatan aktivitas perkotaan
5
di Jakarta menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang dan kebutuhan
akan hotel sebagai tempat penginapan diperlukan sebagai penunjang.
Berdasarkan data-data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa grafik
peningkatan terus terjadi pada perhotelan di Jakarta, hal ini menjadi dasar
dibangunnya hotel di Jakarta. Data Portal Resmi provinsi DKI Jakarta menyatakan
bahwa, wilayah Puri Indah merupakan salah satu dari 5 lokasi kawasan yang
termasuk dalam kategori kawasan sentra primer di Jakarta Barat. Lokasi dengan
sebuah area perkembangan yang pesat dibawah pengelolaan Lippo Group,
Pondok Indah Group, dan Goldland Group. Berdasarkan perencanaan kawasan
yang terdapat di wilayah Puri Indah, pada tahun 2020 akan dibangun kawasan
terpadu yang mengintegrasikan hunian, landed penthouse, menara perkantoran,
apartemen dan hotel berbintang.
Gambar 1.7. View Kawasan Pondok Indah Group di Puri Indah
Sumber : http://www.kaylerealty.com/puri-indah-cbd/, diakses 5 April 2014
Wilayah Puri Indah yang akan dikembankan menjadi kawasan CBD (Central
Business District) ini menjadi wilayah strategis untuk dibangunnya sebuah hotel
bagi wisatawan yang ingin bernisnis atau berlibur yang datang baik dari luar
negeri maupun dalam negeri. Selain direncanakan sebagai wilayah sentra bisnis,
Keunggulan wilayah Puri Indah adalah lokasi yang strategis, dekat ruas Tol
Jakarta-Merak sehingga memiliki akses masuk dan keluar tol langsung dari 4 arah
dalam beberapa tahun perencanaan kedepan. Kawasan Puri Indah ini juga
merupakan bagian perencanaan pemerintah untuk dikembangkan menjadi transit
stasiun kereta dari Bandara Soekarno-Hatta, hal ini menambah nilai kawasan Puri
Indah menjadi lebih strategis dalam menuju bandara.
6
Gambar 1.8. Peta CBD Puri Indah
Sumber : http://thewindsor-okky.blogspot.com/, diakses 5 April 2014
Wilayah Puri Indah berada di Jakarta yang dimana merupakan kawasan
dengan iklim tropis. Secara geografis terletak
pada 6º LU dan 11º LS. Pada
tabel 1.2 dibawah dapat terlihat bahwa Iklim tropis dengan ciri-ciri sinar matahari
yang terik sepanjang tahun, kecepatan angin yang rendah, suhu udara dan
kelembapan yang relatif tinggi dan adanya curah hujan sedang. Hal ini
menyebabkan suhu lingkungan menjadi tinggi dan menyebabkan penggunaan
konsumsi energi semakin besar pada kebutuhan energi. Menurut Priatman (2002),
hampir 50% konsumsi energi fosil dunia digunakan untuk kebutuhan energi
bangunan. Dari kenyataan tersebut maka seharusnya diperlukan kesadaran untuk
memperhatikan pembangunan yang keberlanjutan, salah satunya dengan cara
menghemat pemakaian energi listrik.
Tabel 1.2 Kondisi Cuaca Menurut Stasiun Pengamatan 2012
Uraian
Suhu / Temperature (oC)
Maksimum
Minimum
Rata-rata
Kelembaban Udara / Relative Humidity (%)
Maksimum
Minimum
Rata-rata
Tekanan Udara /Atmospheric Pressure (mbs)
Arah Angin / Wind Direction (Point)
Kecepatan Angin / Wind Velocity (M/SE)
Curah Hujan / Rainfall (mm2)
Penyinaran Matahari / Sunlight (%)
Jakarta
33.0
25.3
28.6
80
69
75
1009.8
90
4.9
1488.2
61
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika
7
Pada tabel 1.2 terlihat bahwa daerah dengan Iklim tropis seperti Jakarta
memperoleh banyak penyinaran matahari. Penyinaran matahari yang datang tidak
hanya membawa sinar atau cahayanya tetapi juga besertakan radiasi yang terbawa.
Radiasi matahari yang besar tersebut memberikan dampak yang berkaitan dengan
penggunaan energi. Radiasi matahari yang terlalu besar masuk kedalam bangunan
menyebabkan suhu mikro sekitar bangunan menjadi naik, naiknya suhu mikro
menyebabkan penggunaan energi seperti pendingin ruangan menjadi besar. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi radiasi matahari adalah
dengan mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan melalui
fasade bangunan sehingga dapat menurunkan penggunaan energi.
Terdapat tiga faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap penghematan
energi pada bangunan, yaitu : disain selubung bangunan, manajemen energi dan
kesadaran pengguna. Akumulasi angka pemborosan dalam penggunaan energi
pada bangunan berkisar 15-30 % sehingga perlu memperoleh tanggapan yang
lebih serius, karena akan mempunyai dampak yang besar terhadap pemakaian
energi listrik secara nasional. Bentuk desain selubung bangunan tidak lepas dari
pertimbangan kondisi iklim tropis dan lingkungan sekitar. Bentuk pembayangan
pada bangunan merupakan upaya dalam mengantisipasi iklim tropis untuk
mencapai kondisi termal yang nyaman dalam bangunan. Penyelesaian disain
fasade harus dibuat tidak diseragamkan antara yang menghadap barat, timur
selatan atau utara. Karena pada prisipnya deretan fasade yang menghadap ke barat
dan ke selatan memiliki permasalahan yang berlainan apabila dilihat dari aspek
lintasan matahari. (Sukawi : 2010).
Penelitian yang dilakukan Parker dan Akbari di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa secara teori penurunan suhu sekitar 1oC sama dengan
pengurangan energi 10%. Penurunan pada penelitian tersebut dapat tercapai
dengan bangunan yang terlindung dari radiasi matahari. Hal ini sebagai acuan
apabila bangunan atau fasade yang dapat terlindung dari radiasi matahari maka
dapat mengurangi pengurangan energi, dimana listrik merupakan salah satu
elemen dari energi.
Prianto (2007) berpendapat bahwa, “Di era semakin maju dan serba modern,
kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala
kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk
tempat berlindung (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan.
8
Seiring dengan terjadinya pemanasan bumi yang terjadi akhir-akhir ini, maka tak
ayal bila sebagian orang membutuhkan penghawaan buatan seperti AC (Air
Conditioner) untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman”. Energi yang diperlukan
untuk penghawaan buatan pada pendingin ruangan seperti AC memakan energi
terbanyak pada bangunan hotel, penggunaan energi yang tinggi ini akan
berdampak pada biaya operasional pada sebuah hotel.
Berdasarkan fakta laporan ICASEA (International Copper Association
Southeas Asia), diantara sepuluh negara ASEAN, Indonesia merupakan negara
yang paling boros energi dan berada di peringkat pertama pengguna pendingin
udara. Dari semua negara, Indonesia menggunakan pendingin udara sebesar 72%
per tahunnya, artinya ketergantungan masyarakat Indonesia akan pendingin udara
sangat besar, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata-rata hanya
30%. Seperti diketahui bahwa tarif dasar listrik nasional yang terus meningkat
perlu untuk ditanggapi dengan serius. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo), menegaskan bahwa kenaikan tarif listrik berdampak pada
meningkatnya harga hingga 10%-20% di tahun 2014.
Gambar 1.9 Grafik Penggunaan Energi di Hotel
Sumber : Buku Panduan Efisiensi Energi di Hotel (2005)
Gambar 1.9 diatas merupakan contoh penggunaan energi pada hotel
Melati, yang dapat memberikan gambaran bahwa konsumsi energi terbesar
dalam suatu operasional hotel berasal dari penggunaan pendingin ruangan AC.
Dalam keterkaitannya dapat terlihat bahwa radiasi panas memungkinkan
menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Hal ini berarti akan memungkinkan
terjadinya peningkatan penggunaan energi, seperti pada penggunaan energi
untuk pendingin buatan. Diperlukannya sebuah elemen untuk mereduksi radiasi
matahari tersebut dengan penggunaan perangkat pereduksi matahari seperti
shading device dan double skin facade.
9
1.2. Rumusan Masalah
Kebutuhan akan hotel di daerah Puri Indah yang akan dikembangkan
menjadi CBD (Central Business District). Penerapan konsep sustainable
architecture dengan pemanfaatan sun shading dan double skin facade sebagai
upaya untuk mengurangi radiasi matahari yang berdampak bagi penghematan
energi dalam mengurangi beban penggunaan energi di hotel. Berikut masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana penerapan shading device dan double skin facade yang baik
untuk mengurangi intensitas radiasi cahaya matahari yang masuk ke dalam
ruangan dan fasad bangunan pada hotel, dengan tujuan untuk memperoleh
efisiensi konsumsi energi pada bangunan hotel ?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan maksud yang ingin dicapai dalam perancangan Hotel dengan
topik efisiensi konsumsi energi di Jakarta ini adalah :

Perancangan hotel dengan berbagai fasilitas-fasilitas penunjang sebagai
kebutuhan wisatawan yang diperlukan untuk kegiatan pengguna hotel.
Perancangan hotel berdasarkan pengaruh dari faktor iklim tropis dimana
memperhatikan posisi orientasi bangunan dan gubahan massa yang baik
terhadap iklim di Jakarta. Perancangan hotel yang memperhatikan aspek
sustainable architecture. Pendekatan perancangan dengan menggunakan
shading device dan double skin facade pada fasad bangunan sebagai cara
untuk mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan, sehingga
dapat mengurangi penggunaan energi khususnya pada energi listrik dengan
maksud meminimalkan biaya operasional hotel. Akan tetapi tetap
memperhatikan intensitas cahaya yang masuk sehingga juga menghemat
energi dari segi pencahayaan.
1.4. Ruang Lingkup
Lingkup pembahasan pada karya tugas akhir ini adalah mengenai
perancangan Hotel sebagai bangunan yang mendukung kegiatan wisatawan.
Pembahasan tentang konsep desain berkelanjutan dengan memfokuskan pada
penerapan sun shading dan double skin facade sebagai solusi pengurangan efek
10
radiasi matahari sesuai iklim dan tapak di lokasi Puri Indah Jakarta Barat,
sehingga dapat menghemat pemakaian energi.
1.5. Sistematika Penulisan
Karya tulis pada proses perencanaan dan perancangan Hotel di Jakarta Barat ini
disusun dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Latar belakang diperlukannya hotel, latar belakang perlunya didirikan Hotel di
Puri Indah Jakarta Barat, dan pemilihan topik arsitektur berkelanjutan sebagai
solusi dalam perancangan untuk menjawab permasalahan, tujuan dan maksud
penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika penulisan, serta tinjauan pustaka
yang mendasari pemilihan topik dan tema.
Bab 2 Landasan Teori
Landasan teori umum terhadap proyek hotel dan tinjauan khusus mengenai topik
sustainable design dengan penggunaan shading device dan double skin facade
sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi literatur dan
studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis dengan tujuan sebagai pembanding.
Bab 3 Metode Penelitian
Menjelaskan analisis metode yang digunakan, cara mendapatkan data, serta
menjelaskan konsep, pendekatan, dan proses dalam melakukan perancangan dan
mencari solusi desain.
Bab 4 Hasil dan Bahasan
Analisis permasalahan terhadap aspek manusia, lingkungan, dan bangunan yang
dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik sustainable design –
pereduksian radiasi matahari dengan sun shading dan double skin facade. Hasil
analisis kemudian akan diperoleh alternatif konsep sustainable desain dan sun
shading-double skin facade yang akan diterapkan sebagai dasar untuk
merencanakan dan merancang bangunan dan lingkungan.
Bab 5 Simpulan dan Saran
Simpulan berisi hasil penelitian yang akan digunakan untuk menjawab masalah
penelitian yang disampaikan pada bab 1 yaitu masalah yang berhubungan dengan
hotel dan sun shading serta double skin facade. Bagian Saran berisi hasil dan
usulan pada penelitian ini.
11
1.6. Tinjauan Pustaka
Tabel 1.3 Tinjauan Pustaka
No
Judul
Jurnal
1
Energy and
environmental
performance
of tall
buildings:
state of the art
(2012).
2
Le
Corbusier’s
Solar
Shading
Strategy for
Tropical
Environment:
A Sustainable
Approach
(2013).
3
Intelligent
Facades As
An EnergyEfficient
Building
Design
Approach
(2012).
Penulis
Eliana
Cangelli
Dan
Lukia
Fais
Moham
mad
Arif
Kamal
Özlem
Eren
Banu
Erturan
Nama
Jurnal/Volume
Department of
Design,
Architecture
Technology, Land
and Environment
(DATA), Sapienza
University of
Rome, Italy
College of
Environmental
Design, King
Fahd University
of Petroleum and
Minerals,
Dhahran 31261,
Saudi Arabia
JARS 10(1).
2013.
NWSAEngineering
Sciences,
1A0347, 8, (3),
136-156.
Kesimpulan
Jurnal ini menjelaskan
mengenai efisiensi energi
pada bangunan tinggi,
potensi penggunaan energi
yang rendah pada
bangunan tinggi.
Pemanfaatan energi yang
dapat diperbaharui
Pada daerah yang beriklim
tropis dan panas, pancaran
sinar matahari sangat
besar dan menyebabkan
tingkat konsumsi energi
pada pendingin ruangan
menjadi besar. shading
adalah sebuah metode
untuk menghalau radiasi
matahari sebelum masuk
ke dalam bangunan pada
area yang beiklim tropis.
penggunaan brise soleil di
Rio de Janeio. penggunaan
solar shading dapat
mengurangi suhu untuk
mencapai kenyamanan
thermal dan mengurangi
masalah pada lingkungan
terhadap konsumsi energi
yang besar.
Tindakan terhadap
efisiensi energi pada
bangunan perlu untuk
dilakukan, karena pada
abad 21 dimana era
industri dan teknologi
menyebabkan
permasalahan pada
lingkungan secara global,
fasad pintar dapat
digunakan sebagai solusi
untuk penghematan energi
pada bangunan, tujuan
utama adalah untuk
meminimalkan
pengguanaan energi pada
bangunan.
12
No
4
Judul
Jurnal
Penulis
Hot Climate
Double
Façades:
Avoiding
Solar Gain
(2012)
Terri
Meyer
Boake,
B.E.S.,
B.Arch.,
M.Arch.
Nama
Jurnal/Volume
Kesimpulan
FACADE
TECTONICS
Journal:
Volume 14
Menerangkan double skin
facade yang telah banyak
diterapkan dalam berbagai
proyek penelitian salah
satunya di bangunan
beriklim panas. Penerapan
pada berbagai proyek yang
berbeda seperti
perkantoran dan hotel.
Pada penelitian terhadap
proyek tersebut sun
shading dan double skin
facade cukup berhasil
menurunkan suhu radiasi
matahari dari luar ke
dalam bangunan.
5
Strategi
disain fasad
rumah
Eddy
tinggal
Prianto
Hemat energi
(2012).
Riptek Vol. 6,
No.I, Tahun
2012, Hal.: 54 64
6
Kaitan
Desain
Selubung
Bangunan
Terhadap
Pemakaian
Energi
Dalam
Bangunan.
(2010).
Prosiding
Seminar
Nasional Sains
Dan Teknologi
2010.
Fakultas Teknik
Universitas
Wahid Hasyim
Semarang.
Sukawi
Sumber : Google search engine
Jurnal tentang
penggunaan pendingin
ruangan buatan sangat
tinggi di Semarang.
Bagian kulit bangunan
memberikan pengaruh
terhadap kondisi termal
didalam ruangan sehingga
dilakukan desain pada
kulit bangunan untuk
mengurangi radiasi
matahari, dan penggunaan
warna yang berpengaruh
pada radiasi matahari.
Penelitian ini menjelaskan
terdapat tiga faktor yang
sangat berpengaruh
terhadap penghematan
energi, disain selubung
bangunan, manajemen
energi, dan kesadaran
pengguna. akumulasi
angka pemborosan dalam
penggunaan energi pada
bangunan berkisar 15-30%
sehingga akan
memberikan dampak yang
besar pada pemakaian
energi. Desain selubung
bangunan
dipertimbangkan dari
kondisi iklmi tropis dan
lingkungan sekitar.
13
Tinjauan pustaka mengenai pengaruh radiasi matahari terhadap energi
Pada Jurnal “Le Corbusier’s Solar Shading Strategy for Tropical Environment: A
Sustainable Approach” (Mohammad Arif Kamal, 2013). Menjelaskan bahwa strategi
penggunaan teknik solar shading yang bertujuan meminimalkan efek dari radiasi
matahari dan dapat menurunkan bangunan secara efektif dan mengurangi dampak
terhadap penggunaan energi pada bangunan. Penggunaan solar shading dapat
mengurangi angka dari penggunaan perangkat pendingin ruangan sehingga konsumsi
energi sedikit berkurang. Energi yang dapat di simpan atau di hemat berkisar antara
10-40%. Perkembangan arsitektur zaman modern seperti sekarang ini dapat
memanfaatkan teknik solar shading sebagai sebuah upaya untuk meminimalkan
masalah pada lingkungan dimana konsumsi energi yang cukup besar dan untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan di kemudian hari.
Kesimpulan Studi Banding :
Tindakan terhadap efisiensi energi pada bangunan perlu untuk dilakukan, pada
abad 21 dimana era industri dan teknologi menyebabkan permasalahan pada
lingkungan secara global. Efisiensi energi pada bangunan dapat dicapai, pada daerah
yang beriklim tropis dan panas pancaran sinar matahari yang besar menyebabkan
tingkat konsumsi energi menjadi besar seperti pada pendingin ruangan. Sun shading
dan double skin facade adalah sebuah metode untuk menghalau radiasi matahari
sebelum masuk ke dalam bangunan. Shading dan double skin facade telah banyak
diterapkan dalam berbagai proyek penelitian, salah satunya di bangunan beriklim
tropis. Penerapan pada berbagai proyek yang berbeda seperti perkantoran dan hotel.
Pada penelitian terhadap proyek tersebut sun shading dan double skin facade berhasil
menurunkan suhu radiasi matahari dari luar ke dalam bangunan.
14
Download