Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages ISSN 2302-0180 pp. 65-73 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINANANAK DI BAWAH UMUR( Studi Perbandingan Undang-UndangNomor1 Tahun 1974tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam) 1) Rahmi Zahara1, A. Hamid Saroeng2, Daud Yoesoef.2 Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Abstract: An underage marriage is not a new issue in Indonesia. It has been doing by many people. It is not only in a city but also in a remote place. It has vary causes, that are economy, lack of education, cultural understanding and religious values, early pregnancy and etc. This research aims to know the validity of underage marriage based on law principles that exist and its juridical implication on the marriage. This research applies juridical normative that is done by conducting research earlier relevant statutes to the research problems by looking law at normative aspects supported by data that are obtained from library by collecting secondary data either primary, secondary and tertiary legal sources.Based on the Act Number 1, 1974, Matrimony means physical and mental binding between a man and a woman as a wife and a husband aiming at creating a family that is happy and eternal based on the Almighty God. One of the requirements that is letting someone to get married is that should be adult. Some one that has been a dult can be seen from signs by the change of physic or mental. Underage Marriage is not only resulting harmony of family and household, but there is also a divorce. Apart from that, there is another wider impact such as the increase of pregnant mother mortality or giving birth in youth. Therefore, to avoid the increase of underage marriage, the government should publicize the Act Number 1, 1974 regarding Marriage and provide legal campaign to people living in remote area that the underage marriage may have negative effect on children. The risk happening at underage marriage will have big impact on children especially a woman. Keywords: Marriage, Underage, Juridical Islamic Law Compilation Abstrak: Perkawinan pada anak di bawah umur bukanlah sesuatu yang baru di Indonesia. Praktek ini sudah lama terjadi dengan begitu banyak pelaku. Tidak di kota besar begitu juga di pedalaman. Sebabnya pun sangat bervariasi., karena masalah ekonomi, rendahnya pendidikan, pemahaman budaya dan nilai-nilai agama tertentu, juga karena hamil terlebih dahulu, dan lainlain. Penelitian dan pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keabsahan perkawinan di bawah umur menurut prinsip-prinsip hukum yang berlaku serta implikasi yuridis perkawinan di bawah umur tersebut.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti terlebih dahulu peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan, yaitu melihat hukum dari aspek normatif yang didukung oleh data yang diperoleh dari kepustakaan dengan jalan mengumpulkan data sekunder baik berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Salah satu persyaratan diperbolehkannya seseorang untuk melaksanakan perkawinan adalah telah mencapai baligh.Kedewasaan seseorang dapat dilihat dari tanda-tanda yang ditunjukkan oleh perubahan fisik maupun mental seseorang.Perkawinan di bawah umur bukannya melahirkan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, justru banyak berujung pada perceraian. Disamping itu ada dampak lain yang lebih luas, seperti meningkatnya angka kematian ibu saat hamil atau melahirkan lantaran masih berusia belia.Oleh karena itu, untuk mencegah semakin maraknya perkawinan di bawah umur, pemerintah harus mensosialisasikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat pedesaan bahwa perkawinan di bawah umur hanya akan merugikan anak-anak. Bahwa resiko yang terjadi karena perkawinan di bawah umur akan berdampak besar kepada anak-anak terutama perempuan. Kata Kunci: Perkawinan, Anak di Bawah Umur, Yuridis, Kompilasi Hukum Islam 65 - Volume 2, No. 2, November 2013 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala beberapa kalimat bahwa secara teknis merujuk PENDAHULUAN Sejak dilahirkan ke dunia, manusia sudah mempunyai kecenderungan untuk hidup perundang-undangan hukum positif.Oleh sebab itu analisa tentang batas Hukum Islam umur menurut bersama dengan manusia lainnya dalam suatu Kompilasi pergaulan hidup.Di dalam bentuknya yang dikembangkan terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan masyarakat. Semakin maju masyarakat maka adanya keluarga. Dimana dalam keluarga gejala semakin banyak pula pertimbangan dalam kehidupan umat manusia akan terbentuk paling melangsungkan perkawinan termasuk dalam hal tidak oleh seorang laki-laki sebagai suami dan pertimbangan seorang Hidup demikian dalam hal perkawinan di bawah umur bersama antara seorang laki-laki dan seorang terpaksa dilakukan, maka Undang-Undang perempuan yang telah memenuhi persyaratan Nomor 1 Tahun 1974 masih memberikan inilah dengan kemungkinan penyimpangannya.Hal ini diatur dapat dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor melangsungkan perkawinan harus dipenuhi, 1 Tahun 1974, yaitu dengan adanya dispensasi agar pembentukan keluarga dapat sukses. dari pengadilan bagi yang belum mencapai Persyaratan yang paling paling dalam kajian ini batas umur minimal tersebut. perempuan yang sebagai istri. disebut perkawinan.Persyaratan untuk adalah persyaratan batas usia perkawinan. sesuai usia masih dengan seseorang. dapat kemajuan Meskipun Perkawinan di bawah umur merupakan Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.1 masalah yang pelik dan sensitif. Oleh karena itu, Tahun 1974 tentang Perkawinan dan tujuannya penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk adalah sebagai berikut: Ikatan lahir bathin mengetahui prinsip dan Implikasi yuridis antara seorang pria dan seorang wanita sebagai perkawinan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi (rumah tangga) yang bahagia dan kekal Hukum Islam. Pada dasarnya perkawinan di berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” bawah umur banyak terjadi karena beberapa Untuk dapat mewujudkan tujuan perkawinan, faktor antara lain seperti adanya kehamilan salah satu syaratnya adalah bahwa para pihak sebelum nikah yang terjadi karena pergaulan yang akan melakukan perkawinan telah matang bebas. Perkawinan ini dilakukan untuk menutup jiwa dan raganya.Dalam Pasal 7 Undang- aib/malu dan agar anak yang dikandung undang mempunyai status yang jelas. Selain itu juga Nomor 1 Tahun1974 tentang di bawah umur berdasarkan Perkawinan disebutkan, untuk dapat menikah, karena pihak pria harus sudah mencapai umur 19 tahun berpikiran sempit. Di sebagian masyarakat, dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun. banyak yang berpikiran bahwa usia tidaklah Kompilasi Hukum Islam tidak menentukan batas umur, hanya saja memuat menjadi faktor halangan perkawinan, masyarakat untuk walaupun yang masih melangsungkan sebenarnya Volume 2, No. 2, November 2013 belum - 66 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala mempunyai kesiapan lahir dan bathin.Para hukum perdata.Untuk memperoleh bahan yang orang tua menganggap seorang perempuan lebih lengkap maka perlu dikemukakan definisi apabila sudah bisa membaca dan menulis perbandingan hukum dari beberapa pakar dianggap harus hukum terkenal. Beberapa pendapat ahli hukum melanjutkan ke jenjang berikutnya, sebab anak mengenai istilah perbandingan hukum, antara perempuan kelak akan kembali ke dapur rumah. lain: sudah cukup. Tidak Sehingga dengan alasan tersebut kebanyakan 1. Rudolf B.Schlesinger mengatakan bahwa, orangtua lebih memilih untuk menikahkan anak perbandingan hukum merupakan metode perempuannya pada usia yang masih relatif penyelidikan muda tanpa diimbangi dan memperhatikan memperoleh kesiapan dalam tentang bahan hukum tertentu. dan kematangan fisik maupun psikologis anak tersebut. Untuk dengan tujuan pengetahuan yang untuk lebih Perbandingan hukum bukanlah perangkat melakukan pencegahan peraturan dan asas-asas hukum dan bukan perkawinan di bawah umur tidak cukup suatu cabang hukum, melainkan teknik diharapkan pada orang tua saja. Dalam pola untuk menghadapi unsur hukum asing dari pergaulan global sekarang ini peran masyarakat suatu masalah hukum. serta pengetahuan harus di jamin dengan 2. Winterton mengemukakan, bahwa mensosialisasikan tentang usia perkawinan perbandingan hukum adalah suatu metode yang ideal. Disisi lainnya juga peran peraturan yaitu perbandingan sistem-sistem hukum perundang-undangan dan perbandingan tersebut menghasilkan yang ditentukan oleh negara perlu dipertegas. Oleh karenanya, diperlukan analisis yuridis tentang perkawinan data sistem hukum yang dibandingkan. 3. Gutteridge menyatakan bahwa di bawah umur sebagai bahan masukan ketika perbandingan hukum adalah suatu metode peraturan direvisi, yaitu metode perbandingan yang dapat termasuk tentang kriteria batasan umur yang digunakan dalam semua cabang hukum. layak dalam melangsungkan perkawinan. Gutteridge KAJIAN KEPUSTAKAAN comparative law dengan foreign law perundang-undangan membedakan antara Terhadap Perbandingan Hukum itu ada (hukum asing), pengertian istilah yang berbagai pandangan atau anggapan, yakni: kedua, adalah mempelajari hukum asing sebagai tanpa secara nyata membandingkannya sejarah umum daripada hukum (General History of law), sebagai ilmu hukum, sebagai metode dan ilmu dan atau sebagai problem solving(Romli Atmasasmita: 1989:29) Istilah dipergunakan 4. Perbandingan hukum adalah metode umum dari suatu perbandingan dan penelitian dalam perbandingan yang dapat diterapkan dalam penulisan hukum ini, adalah perbandingan bidang hukum. Para pakar hukum ini 67 - yang dengan sistem hukum yang lain. Volume 2, No. 2, November 2013 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala adalah : Frederick Pollock, Gutteridge, :Comparative law is legal discipline Rene David dan Geoerge Winterton. aiming at ascertaining 5. Lemaire mengemukakan, perbandingan similarities and differences and finding out relationship hukum sebagai cabang ilmu pengetahuan between (yang metode essence and style, looking at comparable perbandingan) mempunyai lingkup : (isi legal institutions and concepts and typing dari) kaedah-kaedah hukum, persamaan to determine solutions to certain problems dan perbedaannya, sebab-sebabnya dan in these sistems with a definite goal in dasar kemasyarakatannya. mind, such as law reform, unification etc. bisa mempergunakan 6. Ole Lando mengemukakan antara lain various legal sistems, their (Perbandingan hukum merupakan suatu bahwa perbandingan hukum mencakup: disiplin “analysis and comparative of the laws”. menemukan persamaan dan perbedaan Pendapat tersebut sudah menunjukkan serta kecenderungan hubungan erat antara berbagai sistem- untuk mengakui perbandingan sebagai cabang ilmu hukum. 7. Hesel Yutena mengemukakan definisi perbandingan hukum sebagai berikut ilmu hukum menemukan sistem hukum; yang pula melihat bertujuan hubungan- perbandingan lembaga-lembaga hukum konsep-konsep serta mencoba menentukan suatu :Comparative law is simply another name penyelesaian atas for legal science; or like other branches of tertentu sistem-sistem science it has a universa humanistic dimaksud outlook; it ccontemplates that while the pembaharuan hukum, uniifikasi hukum technique nay vary, the problem of justice dan lain-lain). are basically the same in the time and space throughout 9. Definisi dengan lain tujuan mengenai hukum seperti perbandingan world. hukum dikemukakan oleh Zweigert dan (Perbandingan hukum hanya suatu nama Kort yaitu :Comparative law is the lain untuk ilmu hukum dan merupakan comparison of the spirit and style of bagian yang menyatu dari suatu ilmu different legal sistem or of comparable sosial, atau seperti cabang ilmu lainnya legal perbandingan hukum memiliki wawasan comparable legal problems in differentt yang sistem. (perbandingan hukum universal, the dalam masalah-masalah sekalipun caranya institution of the solution of adalah berlainan, masalah keadilan pada dasarnya perbandingan dari jiwa dan gaya dari sama baik menurut waktu dan tempat sistem hukum yang berbeda-beda atau diseluruh dunia) lembaga-lembaga hukum yang berbeda- 8. Orucu mengemukakan perbandingan hukum suatu definisi sebagai berikut beda atau penyelesaian masalah hukum Volume 2, No. 2, November 2013 - 68 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang dapat diperbandingkan dalam sistem 1) hukum yang berbeda-beda). 10. Romli Metode sosiologis : untuk meneliti hubungan antara hukum dengan gejala- Atmasasmita yang berpendapat bahwa perbandingan hukum adalah ilmu gejala sosial lainnya, 2) pengetahuan yang mempelajari secara sistematis hukum dari dua atau lebih Metode sejarah : untuk meneliti tentang perkembangan hukum, 3) Metode perbandingan hukum : untuk sistem hukum dengan mempergunakan membandingkan berbagai tertib hukum metode perbandingan. dari macam-macam masyarakat. Ketiga metode tersebut saling berkaitan, dan hanya dapat dibedakan (tetapi tidak dapat Perbandingan hukum menunjukkan pembedaan antara perbandingan hukum sebagai metode dan sebagai ilmu. Ketidakjelasan tersebut biasanya dijumpai pada perumusanperumusan yang bersifat luas, seperti yang dapat ditemui pada “Black’s Law Dictionary” yang menyatakan bahwa“ comparative jurisprudence adalah the study of the principle of legal comparison of various systems of law” (Henry Campbell Black, 1968) cenderung mengklasifikasikan untuk perbandingan hukum sebagai metode, karena yang dimaksudkan dengan “comparative” adalah Proceeding by the method of comparison; founded on comparison; estimed by comparison”. Ilmu-ilmu hukum juga bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara gejala-gejala hukum dengan gejala sosial lainnya.Untuk mencapai tujuannya, maka tidak dapat diterapkan tanpa metode sejarah, oleh karena hubungan antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya merupakan hasil dari suatu perkembangan (dari zaman dahulu). Metode perbandingan hukum juga tidak boleh diabaikan, oleh karena hukum merupakan gejala dunia. Metode sejarah juga memerlukan bantuan dari metode sosiologis, oleh karena perlu Akan tetapi perumusan dari Black tersebut sebenarnya dipisah-pisahkan). Metode sosiologis, misalnya, dipergunakan metode sosiologis, sejarah dan perbandingan hukum. (L. J van Apeldoorn, 1966) Penggunaan metode-metode tersebut dimaksudkan untuk: diteliti faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan hukum, sehingga diperlukan metode sosiologis. Juga diperlukan metode sejarah, untuk mengetahui perkembangan dari hukum yang diperbandingkan. Dengan demikian maka ketiga metode tersebut saling mengisi dalam mengembangkan penelitian hukum.(Soerjono Soekanto dan sri Mamudji, 2003:74) Pengaturan hukum keluarga, termasuk hukum perkawinan terpeliharanya sumber akan daya menjamin manusia. Indikasinya adalah bahwa keluarga yang sehat akan melahirkan generasi yang berkualitas, tidak hanya dari segi lahiriah tetapi juga dari segi bathiniah. Dalam konteks kecerdasan, 69 - Volume 2, No. 2, November 2013 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala batas usia perkawinan ideal harus diformulasi belum menikah. Apabila perkawinan mereka sebagai sebuah agenda yang berkelanjutan putus sebelum berusia 21 (dua puluh satu) untuk memperoleh sebuah periode generasi tahun, maka mereka tidak kembali pada usia yang benar-benar berkualitas( A.Hamid Sarong, belum dewasa. 2005: 60). Persaingan global yang akan Hukum dihadapi salah satunya adalah menyangkut menghendaki kualitas SDM sehingga sudah saatnya memberi keseimbangan psikis yang pada orang belum peluang pendidikan bagi masyarakat untuk dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan mengupayakan terbangunnya generasi-generasi sisi lain daripada anggapan itu ialahbahwa berkualitas seorang baik. Apabila hal ini dapat dalam lintas kematangan yang belum masyarakat berpikir dewasa dan dalam diwujudkan, maka konsep masyarakat madani perkembangan fisik dan psikisnya memerlukan di bimbingan khususKarena ketidakmampuannya Indonesia akan dengan mudah dapat diciptakan. maka seorang yang belum dewasa harus Usia dewasa pada hakikatnya diwakili oleh orang yang dewasa orang kearah mengandung unsur yang berkaitan dengan sedangkan dapat seseorang kedewasaan ia harus di bimbing (Wahyono perbuatan Darmabrata, 2003:26) atau tidaknya mempertanggungjawabkan hukum yang telah atas dilakukannya, yang menggambarkan kecakapan seseorang untuk bertindak dalam lalu lintas perkembangan telah hukum perdata( Wahyono Darmabrata, 2003:19). METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian lazimnya yang dilakukan dengan cara meneliti terlebih disimpulkan atau dikaitkan dengan Pasal 47 dan dahulu peraturan perundang-undangan yang Pasal tentang relevan dengan permasalahan, dengan melihat Perkawinan. Mengenai Pasal 47 Nomor 1 hukum dari aspek normatif yang didukung oleh Tahun 1974 tentang Perkawinan, Hazairin data yang diperoleh dari kepustakaan dengan berpendapat bahwa pasal ini membingungkan. jalan mengumpulkan data sekunder baik berupa Pasal ini menentukan seseorang telah menjadi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dewasa pada usia 18 tahun, tetapi sekaligus dan bahan hukum tertier. Pendekatan yuridis menentukan kembali menjadi tidak dewasa normatif kalau anak tersebut belum menikah. Pasal 47 pendekatan/penelitian dokrinal atau penelitian UU Perkawinan, tidak dapat dibaca seperti hukum Pasal 330 KUHPerdata, karena usia dewasa kajian/pendekatan yuridis normatif di antaranya dalam KUHPerdata ditentukan mereka yang adalah sudah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dan hukum, juga filsafat hukum. Pengaturan 50 Nomor usia 1 dewasa Tahun1974 dikenal normatif. sejarah pula dengan Termasuk hukum dan ke istilah dalam perbandingan Volume 2, No. 2, November 2013 - 70 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Dalam penelitian hukum yuridis normatif dikenal beberapa Pendekatan pendekatan antara lain: perundang-undangan Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, dikaitkan (statute dengan jenis penelitian hukum yang bersifat approach), pendekatan konsep (conceptual normatif, maka teknik pengumpulan data dalam approach), (analitycal penelitian ini dilakukan dengan studi dokumen perbandingan atau kepustakaan (Library Research), berupa pendekatan approach), analitis pendekatan (comparative approach), pendekatan historis kegiatan (historical mengkaji serta menelusuri dokumen-dokumen approach), pendekatan filsafat mengumpulkan kepustakaan yang dan dapat memeriksa, (philosophical approach) dan pendekatan kasus atau memberi (case approach). informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan 2 Selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap (dua pendekatan ) yaitu pendekatan perundang- berbagai peraturan perundang-undangan yang undangan (statute approach), dan pendekatan ada kaitannya dengan judul penelitian, doktrin- perbandingan (comparative approach). Dengan doktrin para ahli hukum, serta bahan-bahan menggunakan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian memberikan pokok statute akan gambaran tentang pengaturan permasalahan sedangkan approach yang comparative sedang dikaji, approach adalah ini. HASIL PEMBAHASAN Sumber data yang digunakan dalam Apakah perkawinan di bawah umur sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku? Perkawinan di bawah umur bertentangan penelitian ini yaitu data sekunder, yaitu yang dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku dilakukan dengan cara mengumpulkan dan baik Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 mempelajari buku-buku hukum tentang perkawinan maupun Kompilasi Hukum perkawinan, dokumen hasil Islam. Didalam Undang-undang Perkawinan membandingkan aturan perundang-undangan antara yang satu dengan yang lain. mengenai resmi, dan disebutkan umur minimal untuk diizinkan penelitian ahli yang berwujud laporan. Untuk memperoleh data yang diperlukan melangsungkan perkawinan, yaitu pria 19 tahun dalam penulisan ini, dipergunakan metode dan wanita 16 tahun, sedangkan Kompilasi penelitian research), Hukum Islam Pada pasal 15, menyebutkan literatur, bahwa batas usia perkawinan sama seperti pasal dengan majalah, kepustakaan mempelajari (library buku-buku buletin dan jurnal, paper serta mempelajari peraturan 7 Undang-Undang Perkawinan. perundang-undangan yang ada hubungannya dengan perkawinan anak di bawah umur. Apakah implikasi yuridis perkawinan anak di bawah umur? Kenyataan di lapangan menunjukkan, 71 - Volume 2, No. 2, November 2013 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bukannya melahirkan kemaslahatan keluarga petugas (pejabat) yang berwenang.Selain dan rumah tangga, perkawinan di bawah umur berfungsi sebagai tertib administrasi justru banyak berujung pada perceraian. Anak perlindungan yang masih di bawah umur belum siap secara masing-masing, fisik maupun psikologis untuk memikul tugas perkawinan juga mempermudah para pihak dalam mengelola rumah tangga, meskipun dia terkait dalam melakukan kontrol terhadap sudah aqil baligh. Karena itu menikahkan anak pelaksanaan undang-undang perkawinan di yang masih di bawah umur dinilai tidak sebuah negara. Lebih dari itu asas legalitas maslahat bahkan bisa menimbulkan mafsadah dalam perkawinan seyogyanya tidak dipahami (kerusakan). Di samping itu, ada dampak lain dalam konsteks saja, akan tetapi idealnya juga yang lebih luas, seperti meningkatnya angka memiliki nilai hukum normatif yang bersifat kematian ibu saat hamil atau melahirkan mengikat dalam pencatatan perkawinan akan lantaran masih berusia belia. turut menentukan sah tidaknya sebuah akad hukum bagi asas warga legalitas dan negara dalam nikah yang dilangsungkan sepasang laki-laki KESIMPULAN DAN SARAN dan perempuan. Kesimpulan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 7 (1) Perkawinan Saran Disarankan agar masyarakat yang akan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai melangsungkan umur 19 tahun dan pihak wanita sudah dilakukan dalam usia yang yang cukup matang mencapai umur 16 tahun. Pasal 6 ayat (2) dan telah ditentukan oleh Undang-Undang Untuk melangsungkan perkawinan seorang Perkawinan yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan 16 yang belum mencapai umur 21 tahun harus tahun bagi perempuan. Atau suami istri telah mendapat masak jiwa raganya. izin kedua orang tua. Usia Perkawinan Dalam Bab IV Kompilasi Hukum Untuk perkawinan mencegah semakin sebaiknya maraknya Islam pasal 15 menyebutkan bahwa demi untuk perkawinan di bawah umur, pemerintah harus kemaslahatan keluarga dan rumah tangga mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 1 perkawinan hanya boleh dilakukan calon Tahun mempelai yang telah memberikan mencapai umur yang 1974 tentang penyuluhan Perkawinan hukum dan kepada ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang masyarakat khususnya di pedesaan bahwa Nomor 1 Tahun 1974 yakni calon suami perkawinan di bawah umur hanya akan sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan merugikan anak-anak. Bahwa resiko yang calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 terjadi karena perkawinan di bawah umur akan tahun. berdampak besar kepada anak-anak terutama Setiap perkawinan wajib dicatat oleh perempuan. Volume 2, No. 2, November 2013 - 72 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdul, K.M., 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar.Bandung: PT. Citra Aditya. Abdul, M., 2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group. Al-Quran dan Terjemahannya, 1998. Departemen Agama Republik Indonesia. Semarang: Asy Syifa’. Eddy, P.,2011. Metode Penelitian Hukum. Banda Aceh: Bahan Kuliah Pasca Sarjana. Hamid A., S., 2005. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Banda Aceh: Yayasan Pena. Henry, C. B., 1968. Black Law Dictionary, Teori Perbandingan Hukum, www. Angelkawai’s Diary:, download tanggal 02 Mei 2013 Idris, R., Mohd., 2002. Hukum Perkawinan Islam (Suatu Analisis dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 dan Kompilasi Hukum Islam). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ike, R.S., 2008. Akibat Perkawinan di bawah Umur dalam Kelangsungan Hidup (Studi Kasus Pengadilan Agama Blora). Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. 73 - Volume 2, No. 2, November 2013 Iman, J., 2007. Kapita Selekta Hukum Islam. Jilid II. Medan: Pustaka Bangsa Press. L. J van Apeldoorn, 1966. Pengantar Ilmu Hukum. Lembaran Negara Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Lembaran Negara Republik Indonesia, UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lily, R.,1982. Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia. Bandung: Alumni. Martiman, P., 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Karya Gemilang. R. S, R.,2007. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita. Romli, A., 1989. Asas-asas perbandingan Hukum Pidana, Yayasan Lembaga hukum Indonesia. Soerjono, S., dan Sri Mamudji, 2003. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Press. Wahyono, D., 2003. Tinjauan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya, cet. 2. Jakarta: CV. Gitamaya Jaya. Wiryono, P., 1984. Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung: Sumur Batu.