BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyekatau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. 22 23 Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanfordpada dasawarsa 1960-andan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Menurut Freddy Rangkuti (1997, p19), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkanlogika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal. Diagram analisis SWOT : Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT Sumber: Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis • Kuadran I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan 24 dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth oriented strategy). • Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangkapanjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa). • Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain kendala/kelemahan pihak, internal. ia Fokus menghadapi perusahaan beberapa ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. • Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Menurut Ferrel dan Harline (2005, p43) fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. 25 Berikut merupakan potensial pokok persoalan yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis SWOT menurut Ferrel dan Harline (2005, p126): 1) Potensial Kekuatan Internal 9 Kepemilikan sumberdaya keuangan 9 Kepemilikan nama yang sudah dikenal 9 Peringkat 1 dalam jenis industrinya 9 Skala ekonomi 9 Properti Teknologi 9 Proses yang paten 9 Harga yang lebih murah (bahan mentah atau proses) 9 Kepercayaan dan respek pada perusahaan, produk atau brand image. 9 Superior talenta manajemen 9 Kemampuan pemasaran yang lebih baik 9 Kualitas produk yang superior 9 Aliansi dengan perusahaan lain. 9 Kemampuan distribusi yang baik 9 Karyawan yang berkomitmen 2) Potensial Kelemahan Internal 9 Kurangnya pengaturan strategi 9 Terbatasnya sumberdaya finansial 9 Pengeluaran yang kurang dalam pemasaran dan promosi 9 Sempitnya garis produk 9 Terbatasnya distribusi 26 9 Mahalnya Biaya (Bahan Mentah atau Proses) 9 Teknologi yang ketinggalan jaman. 9 Problem proses operasi internal 9 Imej pasar yang lemah 9 Kemampuan pemasaran yang kurang baik 9 Lemahnya bekerjasama dengan perusahaan lain 9 Karyawan yang tidak terlatih 3) Potensial Peluang Eksternal 9 Pertumbuhan pasar yang terus meningkat 9 Perusahaan pesaing yang sudah merasa puas diri 9 Kebutuhan dan keinginan konsumen yang berubah 9 Terbukanya pemasaran luar negri 9 Kecelakaan yang terjadi di perusahaan pesaing 9 Ditemukannya produk baru 9 Perubahan Peraturan pemerintah 9 Teknologi baru 9 Ekonomi yang meningkat 9 Pergantian demografi 9 Perusahaan lain yang mencari aliansi 9 Penolakan akan subtisusi produk 9 Perubahan metode distribusi 4) Potensial Ancaman Eksternal 9 Masuknya kompetitor asing 9 Pengenalan produk subtitusi baru 27 9 Daur hidup produk pada saat penolakan 9 Perubahan kebutuhan dan keiinginan konsumen 9 Kepercayaan Konsumen yang berkurang 9 Perusahaan pesaing mengadopsi strategi baru 9 Peningkatan peraturan pemerintah 9 Ekonomi yang mengalami penurunan 9 Teknologi baru 9 Perubahan demografi 9 Hambatan perdagangan asing 9 Lemahnya kinerja perusahaan aliansi Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT. 2.2 Pengertian Porter 5 Forces Analisis lima kekuatan Porter adalah suatu kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter dari Sekolah Bisnis Universitas Harvard pada tahun 1979. 28 The Five Forces Model of Industry Competition dari Michael Porter. Michael Porter (2008, p8), seorang Profesor manajemen strategik dari Harvard University menyatakan, terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri, yaitu: Gambar 2.2 Five Forces Sumber: Harvard Business Review • Ancaman dari pendatang baru (threat of new entrants). Pendatang baru dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada, karena menghasilkan kapasitas produksi tambahan, dimana kapasitas tambahan ini akan menekan agar biaya bagi pembeli rendah, yang mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Seringkali pendatang baru memiliki sumber daya dalam jumlah besar dan memiliki kemauan yang kuat untuk memperoleh pangsa pasar. 29 • Ancaman dari produk pengganti (threat of substitute products). Apabila harga yang ditawarkan produk pengganti tersebut akan lebih murah/rendah dan mutu serta kemampuan kinerja produk pengganti tersebut sama atau melebihi dari produk sebelumnya. • Kekuatan tawar-menawar dari pemasok (bargaining power of suppliers). Pemasok merupakan ancaman serius bagi perusahaanperusahaan, jika berintegrasi ke depan ke arah industri pembeli. • Kekuatan tawar-menawar dari pembeli (bargaining power of buyers), dimana pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan industri dapat memperoleh pengembalian (laba) serendah mungkin. Pembeli akan menuntut kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik serta harga yang murah, dimana hal ini mendorong persaingan antar perusahaan dalam suatu industri. • Persaingan kompetitif di antara anggota industri (rivalry among competitive firms) , dimana perusahaan bersaing secara aktif satu dengan lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi. Pencapaian hal-hal tersebut, menuntut keberhasilan yang relatif terhadap para pesaing, dengan demikian persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan tersebut distimulasi pada saat satu atau lebih perusahaan merasakan tekanan persaingan atau apabila mereka mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan posisi pasar mereka. Karena perusahaan-perusahaan dalam industri 30 bergantung satu sama lain, tindakan satu perusahaan seringkali mengundang reaksi dari pesaingnya. Model lima kekuatan yang dikembangkan oleh Michael Porter, memperluas bidang untuk analisis bersaing. Secara historis, pada saat mengamati lingkungan persaingan, perusahaan berkonsentrasi pada perusahaan yang menjadi pesaing langsung mereka. Tetapi pada saat ini, persaingan dipandang sebagai kelompok cara alternatif bagi konsumen untuk mendapatkan hasil yang diinginkan daripada hanya sebagai pesaing langsung.Secara umum, semakin kuat dorongan bersaing, akan semakin rendah laba yang mungkin dapat dicapai perusahaan dalam industri tersebut. Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut juga Porter’s Five Forces) suatu perusahaan, Michael E. Porter mengenalkan 3 jenis strategi generik (1998, p40), yaitu: 1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership) Strategi Biaya Rendah menekankan pada upaya memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku lowinvolvement (kecilnya keterlibatan), ketika konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah 31 besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan. 2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation) Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, fitur tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya. 3. Strategi Fokus Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatusegmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – 32 terutama pada perusahaan skala menengah dan besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk barang dan jasa khusus. Hambatan untuk memasuki industri (entry barriers): • Skala ekonomi (economics scale) : skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru dengan cara memaksa mereka untuk masuk pada skala besar. • Diferensiasi produk (product differentiation) : diferensiasi produk menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. • Persyaratan modal (capital requirement) • Biaya peralihan pemasok (switching cost) : biaya yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. • Akses ke saluran distribusi • Kebijakan pemerintah 33 2.3 Pengertian PESTLE Analysis PESTEL merupakan kependekan dari Political, Economic, Social, Technological, Environmental, dan Legal. Menurut Dr. Kevan Williams dalam buku “Brilliant Business Plan” (2010, p211), PESTEL merupakan sebuah alat yang membantu kita untuk mengetahui hal-hal besar yang terjadi. ‘Hal-hal besar’ ini atau faktor-faktor makro-ekonomi adalah sesuatu seperti krisis ekonomi, atau populasi yang menua, yang tak bisa diubah oleh bisnis. Political/Legal Economic Environment Environment Corporation and/or Organization Social Ecological/Enviromental Technological Environment Environment Environment Gambar 2.2 PESTLE Analysis Sumber: Analysis Without Paralysis: 10 Tools to Make Better Strategic Decisions 34 Mengidentifikasi pengaruh PESTEL sangat membantu metode menyimpulkan lingkungan luar dimana bisnis beroperasi. Meskipun demikian, ini harus diikuti oleh pertimbangan bagaimana bisnis sebaiknya bertindak dalam merespon pengaruh-pengaruh ini. Analisis PESTEL merupakan elemen analisis eksternal ketika melakukan riset pasar dan memberikan sebuah gambaran aspek perbedaan lingkungan-makro yang perusahaan harus pertimbangkan. Aspek-aspek tersebut adalah: A. Politik yang terdiri dari peraturan mengenai kepegawaian, aturan lingkungan, ketentuan pajak, dan stabilitas politik.Faktor-faktor politik yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan antara lain: * Upah Minimum. * Pengendalianharga * Kesempatanbekerja yang samauntuksemua orang * Peraturan&perlindunganlingkungan * Perpajakan * Peraturanperdaganganinternasional B. Ekonomi berdampak pada daya beli pelanggan potensial dan biaya modal perusahaan. Contohnya adalah pertumbuhan ekonomi, suku bunga, kurs mata uang, dan inflasi.Faktor-faktor ekonomi yang spesifik yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan termasuk: * Peraturan ekonomi * Kebijakan moneter 35 * Pengeluaran pemerintah * Kebijakan ke arah unemployment * Tahapan siklus bisnis * Kebijaksanaan keuangan C. Sosial terdiri dari demografik dan aspek budaya dari lingkunganmakro. Faktor ini berdampak pada kebutuhan pelanggan dan ukurab pasar yang potensial. Contohnya kesadaran akan kesehatan, angka pertumbuhan populasi, distribusi umur, karir atau pekerjaan, dan perhatian terhadap keselamatan.Faktor-faktor sosial yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan antara lain: * Distribusi pendapatan * Demografi * Tenaga kerja * Perubahangaya hidup * Sikap Kerja * Pendidikan D. Teknologi. Faktor ini dapat menurunkan hambatan untuk memasuki pasar, mengurangi tingkat minimum produksi yang efisien, dan mempengaruhi keputusan untuk melakukan outsourcing. Contohnya aktivitas R&D, otomatisasi, insentif teknologi, dan tingkat perubahan teknologi.Faktor-faktor teknologi yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan antara lain: * Penemuan dan pengembangan baru 36 * Kecepatandari transfer teknologi * Biaya & penggunaan teknologi * Perubahan dalam ilmu pengetahuan * Dampak dari kemajuan teknologi E. Lingkungan terdiri dari perubahan cuaca dan iklim. Perubahan ini bisa berdampak kepada banyak industri, seperti pertanian, pariwisata, dan asuransi. F. Legal. Ini berhubungan dengan aturan atau hukum lingkungan sekitar perusahaan beroperasi. Dengan perubahan hukum ini tentu akan merubah ‘perilaku’ perusahaan. 2.4 Pengertian Entrepreneurship Kata entrepreneur sendiri berasal dari Bahasa Prancis, ‘entre’ yang berarti ‘antara’, dan ‘prendre’ yang memiliki arti ‘mengambil’. Kedua kata tersebut biasanya ditujukkan untuk seseorang yang berani mengambil resiko dan memulai sesuatu yang baru. Lalu kemudian pengertian entrepreneurship diperluas untuk menunjukkan sebuah inovasi. Menurut William Bygrave dalam buku “Entrepreneurship” (2008, p1), ‘Entrepreneurship is the essence of free enterprise, because the birth of new businesses gives a market economy its vitality’. Maksudnya adalah entrepreneurship merupakan esensi dari perusahaan yang bebas, karena munculnya bisnis baru yang memberikan ekonomi pasar kepada vitalitasnya. Bisnis baru membuat proporsi yang sangat besar dari produk dan layanan yang inovatif yang mengubah cara kita bekerja dan hidup, seperti komputer 37 personal atau PC, perangkat lunak, internet, obat bio-teknologi, pengantaran paket hanya salam waktu semalam, dan toko berskala besar. Dan ini bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. William Bygrave juga menjelaskan (2008, p1) pengertian entrepreneur menurut Joseph Schumpeter, seorang ekonomis pada awal abad ke-20 menyebutkan bahwa ‘entrepreneur is the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by introducing new methods of production, by creating new forms of organozation, or by exploiting new raw materials’. Bila diterjemahkan entrepreneur merupakan orang yang mendobrak tatanan ekonomi yang ada dengan memperkenalkan produk dan layanan yang baru, dengan memperkenalkan metode baru dalam produksi, dengan membuat bentuk barru perusahaan, atau mengeksploitasi bahan baku mentah yang baru. Schumpeter juga menjelaskan bagaimana entrepreneur atau pengusaha telah meningkatkan standar hidup dari beberapa negara industri. Dan proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan memahami peluang yang ada dan membuat perusahaan untuk mengejar peluang. Dan menurut Serian Wijatno dalam buku ‘Pengantar Entrepreneurship’ (2009, p3) menjelaskan bahwa entrepreneurship adalah suatu proses yang inovatif yang menghasilkan sesuatu yang baru. Dan untuk orang yang membuka usaha atau sebagai pemilik perusahaan disebut entrepreneur. Menurut Joseph Schumpeter seperti yang tertulis pada buku William Bygrave (2008, p1), entrepreneur adalah seseorang yang melaksanakan 38 kombinasi-kombinasi baru. Sedangkan menurut Serian Wijatno dalam bukunya yang berjudul ‘Pengantar Entrepreneurship’ (2009, p3), menyebutkan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan mengevaluasi peluang bisnis, memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk mengambil keunggulan darinya dan berinisiatif untuk mengambil langkah yang tepat untuk menjamin sukses. 2.4.1 Pengertian Technopreneurship Menurut Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto dalam buku “Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung” (2010, p13), ‘Technopreneurship merupakan bagian dari entrepreneurship yang menekankan pada faktor teknologi, yakni kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses bisnisnya’. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto juga menjelaskan (2010, p13) bahwa technopreneurship memiliki dua fungsi utama, yaitu: A. Menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan pelanggan. B. Teknologi tersebut dapat menghasilkan keuntungan. Technopreneur menurut Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto juga menjelaskan (2010, p13) adalah orang yang mampu membuat, berkreasi, dan berinovasi atas suatu produk yang akan dijual ke pasar. Secara umum, ada dua jenis bisnis yang dapat membentuk technopreneur, yaitu: A. Bisnis Gaya Hidup/Lifestyle. Umumnya tidak tumbuh dengan cepat sehingga kurang menarik bagi investor profesional. 39 B. Bisnis Pertumbuhan Tinggi/High Growth Businesses. Memiliki potensi menghasilkan kekayaan yang besar dengan cepat, beresiko tinggi, tapi memberikan imbalan yang besar sehingga menarik pemodal ventura (venture capital). Sedangkan menurut Manuel Cereijo (2002), technopreneurship menggabungkan kecakapan teknologi dan keterampilan entrepreneurship merupakan sumber kekuatan yang sesungguhnya dalam ekonomi yang berdasarkan pada pengetahuna ssat ini. Seorang technopreneur mampu mengintegrasikan berbagai ide dari berbagai kelompok ilmu pengetahuan. Manuel Cereijo (2002) juga menambahkan bahwa technopreneurship bukanlah sebuah produk, melainkan merupakan proses sintesis dalam rekayasa masa depan seseorang, sebuah perusahaan, sebuah bangsa, dan dunia. 2.5 Pengertian Marketing Untuk menarik konsumen membeli sebuah produk yang dijual oleh sebuah perusahaan, tentu perusahaan perlu melakukan berbagai cara yang biasa disebut marketing. Menurut Peter Drucker dalam bukunya ‘Management Tasks, Responsibilities, Practices’ (1974, p58), ia menjelaskan bahwa ‘Marketing is the whole business seen from the customer’s point of view’. Yang bila diterjemahkan maksudnya adalah marketingmerupakan pandangan konsumen dalam melihat sebuah perusahaan. Sedangkan menurut Armstrong dan Kotler (2000, p5), marketing adalah sebuah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang 40 mereka butuhkan dan inginkan melalui pembuatan, penawaran, dan bertukar produk atau jasa secara bebas yang bernilai dengan orang lain. 2.5.1 Pengertian Digital Marketing Menurut Kent Wertime dan Ian Fenwick dalam buku “DigiMarketing The Essential to Guide New Media & Digital Marketing” (2008), ‘DigiMarketing is the future evolution of marketing’. Yang bila diterjemahkan maksudnya adalah DigiMarketing merupakan evolusi masa depan marketing. Menurut buku yang sama, ini terjadi ketika mayoritas, atau totalitas dari marketing sebuah perusahaan menggunakan saluran digital. Saluran digital itu addressable, memungkinkan bagian marketing untuk berkomunikasi secara berkelanjutan, dua arah, atau mempersonalisasi dialog dengan setiap pelanggan. Dialog ini mempengaruhi data dari setiap pelanggan yang berinteraksi dengan bagian marketing untuk memberitahu koneksi selanjutnya. Selain itu, bagian marketing menggunakan informasi kebiasaan pelanggan secara langsung dan tanggapan dari pelanggan secara langsung secara berkelanjutan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan interaksi. DigiMarketing itu tidak bersifat menentukan kesuksesan suatu produk. Sama halnya dengan marketing tradisional, ada beberapa cara untuk mencapai kesuksesan dengan menggunakan digital marketing. Tidak ada cara khusus untuk mencapai kesuksesan dengan menggunakan digital marketing. Ada beberapa bagian yang tidak berhubungan di dalam perencanaan, pemikiran, dan pendekatan yang ditentukan untuk mengubah marketing tradisional menjadi marketing digital. 41 2.5.2 Pengertian Segmenting Targeting Positioning Menurut Solomon dan Elnora (2003, p221), segmentasi adalah proses membagi pasar yang lebih besar menjadi potongan-potongan yang lebih kecil berdasarkan satu atau lebih karakteristik yang bermakna. Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan bagi konsumen. Ada beberapa variabel segmentasi: • Demografis. Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan variabel demografis sepert: Usia, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, ras, pendidikan, pekerjaan, geografis. • Psikografis. Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup, kepribadian, dan lain-lain. • Perilaku. Segmentasi ini dilakukan dengan membagi konsumen ke dalam segmen-segmen berdasarkan bagaimana tingkah laku, perasaan, dan cara konsumen menggunakan barang/situasi pemakaian, dan loyalitas merek. Cara untuk membuat segmen ini yaitu dengan membagi pasar ke dalam pengguna dan nonpengguna produk. 42 Menurut Solomon dan Elnora (2003, p232), target adalah kelompok yang dipilih oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai pelanggan sebagai hasil dari segmentasi dan penargetan. Perusahaan dapat memilih dari empat strategi peliputan pasar: • Undifferentiated targeting strategy, strategi ini menganggap suatu pasar sebagai satu pasar besar dengan kebutuhan yang serupa, sehingga hanya ada satu bauran pemasaran yang digunakan untuk melayani semua pasar. Perusahaan mengandalkan produksi, distribusi, dan periklanan massa guna menciptakan citra superior di mata sebagian besar konsumen. • Differentiated targeting strategy, perusahaan menghasilkan beberapa produk yang memiliki karakteritik yang berbeda. Konsumen membutuhkan variasi dan perubahan sehingga perusahaan berusaha untuk menawarkan berbagai macam produk yang bisa memenuhi variasi kebutuhan tersebut. • Concentrated targeting strategy, perusahaan lebih memfokuskan menawarkan beberapa produk pada satu segmen yang dianggap paling potensial. • Custom targeting strategy, lebih mengarah kepada pendekatan terhadap konsumen secara individual. Untuk pengertian positioning menurut menurut Solomon, dan Elnora (2003, p235), adalah mengembangkan strategi pemasaran yang bertujuan 43 untuk mempengaruhi bagaimana sebuah segmen pasar tertentu memandang sebuah barang atau jasa dibandingkan dengan kompetisi. Penentuan posisi pasar menunjukkan bagaimana suatu produk dapat dibedakan dari para pesaingnya. Ada beberapa positioning yang dapat dilakukan: • Positioning berdasarkan perbedaan produk. Pendekatan ini dapat dilakukan jika produk suatu perusahaan mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan dengan pesaing dan konsumen harus merasakan benar adanya perbedaan dan manfaatnya. • Positioning berdasarkan atribut produk atau keuntungan dari produk tersebut. Pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan atribut apa yang dimiliki suatu produk dan manfaat yang dirasakan oleh kosumen atas produk tersebut. • Positioning berdasarkan pengguna produk. Pendekatan ini hampir sama dengan targeting dimana lebih menekankan pada siapa pengguna produk. • Positioning berdasarkan pemakaian produk. Pendekatan ini digunakan dengan membedakan pada saat apa produk tersebut dikonsumsi. • Positioning berdasarkan pesaing. Pendekatan ini digunakan dengan membandingkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh pesaing sehingga konsumen dapat memilih produk mana yang lebih baik. 44 • Positioning berdasarkan kategori produk. Pendekatan ini digunakan untuk bersaing secara langsung dalam kategori produk, terutama ditujukan untuk pemecahan masalah yang sering dihadapi oleh pelanggan. • Positioning berdasarkan asosiasi. Pendekatan ini mengasosiasikan produk yang dihasilkan dengan asosiasi yang dimiliki oleh produk lain. Harapannya adalah sebagian asosiasi tersebut dapat memberikan kesan positif terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. • Positioning berdasarkan masalah. Pendekatan ini digunakan untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan memiliki positioning untuk dapat memecahkan masalah. 2.5.3 Pengertian 7P/Marketing Mix Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran perusahaan adalahmarketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler dan Armstrong (1997) yang menyatakan bahwa marketing mix sebagai himpunan variabel pemasaran bahwa perusahaan berusaha untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam target pasar. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran merupakan variable-variabelterkendali yang digabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasarsasaran. Dan untuk usaha jasa terdapat 7 unsur marketing mix 7P, yaitu: 45 • Product. Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi produk dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan hanya sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. • Price. Menurut Monroe (2005) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. • Promotion. Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual kepada konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui media-media yang disebut dengan media massa seperti Koran, majalah, tabloid, radio, televise dan direct mail (Baker, 2000, p7). • Place. Kotler (2000, p96) menyatakan bahwa “Saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan segala kegiatan (Fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemiliknya dari produsen ke konsumen”. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai industri. 46 • People. Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri. • Process. Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang. • Physical evidence. Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting sebagai obyek stimuli (Belk 1974 dalam Assael 1992). 2.6 Pengertian Build-up Method Menurut William Bygrave dalam buku “Entrepreneurship” (2008, p312), jika kita berpikir menganai proses perencanaan bisnis, maka kita akan dihadapkan dengan beberapa pertanyaan yang akan membantu kita untuk menjawab sebuah pertanyaan besar: Apakah ini merupakan peluang yang atraktif? Lalu kita melakukan evaluasi industry, kompetisi, pelanggan, dan lainnya. Membua tperencanaan keuangan merupakan bagian dari keputusan kita apakah akan menjalankan bisnis ini atau tidak. Metode yang digunakan adalah build-up. Menurut William Bygrave dalambuku “Entrepreneurship” (2008, p313), metode build-up dimulai dari asumsi pendapatan bisnis kita nantinya per hari atau per bulan. Setelah itu kita 47 juga membuat perkiraan pendapatan per tahun. Hal yang sama juga kita lakukan saat membuat perencanaan keuangan lainnya, seperti asumsi laporan rugi-laba. Pertama-tama kita identifikasi berdasarkan sumber pendapatan kita. Lalu keduam kita identifikasi berdasarkan biaya-biaya yang kita keluarkan. Dengan langkah seperti ini, akan membantu kita dengan asumsi atau perkiraan pendapatan dan keuangan rutin kita dengan lebih realistis. 2.7 Pengertian Cloud Computing Cloud Computing muncul pertama kali pada Tahun 1960 oleh John McCarthy yang menyatakan bahwa “Komputasi suatu hari nanti akan menjadi sebuah utilitas umum”. Persamaan Cloud Computing memiliki sebuah karateristik yang sama dengan biro jasa, yang dimana biro jasa ini ditujukan bagi pengguna. Menurut John Rhoton dalam buku “Cloud Computing Explained: Implementation Handbook for Enterprises” (2009, p3), cloud computing merupakan gagasan layanan berbasiskan web yang tersedia secara on-demand yang telah dioptimalkan, highly scalable, layanan operator. Hadirnya layanan ini tak hanya menarik perhatian para pemerhati teknologi saja, tapi juga pemimpin bisnis di seluruh dunia. Disini Cloud computing mempunyai 3 tingkatan layanan yang diberikan kepada pengguna, yaitu: Infrastructure as service (IaaS ) Hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service. 48 Platform as a service (PaaS) Hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem operasi, infrastructure scaling, load balancing dan lain-lain. Contohnya yang sudah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investment. Software as a service (SaaS) Hal ini memfokuskan pada aplikasi dengan Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. Contohnya adalah Google Apps, SalesForce.com dan aplikasi jejaring sosial seperti FaceBook.