pengaruh model pembelajaran kooperatif tps (think pair

advertisement
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS
(THINK PAIR SHARE) MELALUI SNOWBALL THROWING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA
KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Tri Yudi Waluyo Pambudi
4301408025
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Semarang.
Hari
:
jumat
Tanggal
:
30 November 2012
Semarang,30November 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Woro Sumarni, M.Si
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd
NIP. 19650723 199303 2 001
NIP. 196601061990032002
ii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul:
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS
(THINK PAIR SHARE) MELALUI SNOWBALL THROWING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA
KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS
Disusun oleh
Nama
: Tri Yudi Waluyo Pambudi
NIM
: 4301408025
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES
pada tanggal 19 Desember 2012.
Panitia Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si
NIP. 19631012 198803 1 001
Dra. Woro Sumarni, M.Si
NIP. 19650723 199303 2 001
Penguji I
Prof. Drs. A. Binadja, Apt, Ph. D
NIP. 19481226 197903 1 001
Penguji II/ Pembimbing II
Penguji III/ Pembimbing I
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd
NIP. 19660106 199003 2 002
Dra. Woro Sumarni, M.Si
NIP. 19650723 199303 2 001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri bukan plagiat karya dari orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya.
Pendapat atau karya orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,30November 2012
Tri Yudi Waluyo Pambudi
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah: 286).
Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
memudahkan baginya dengan ilmu tersebut menuju (HR. Muslim).
Persembahan:
Ibu dan bapak tercinta yang telah memberi semangat,
Kakak tercinta Eko Yudi Astuti dan semua keluarga besar yang senantiasa
memberikan semangat,
Sahabat-sahabatku khususnya buat Ajeng Diasputri, Umi Rahmawati yang
telah membantu dan memberi semangat,
Teman-teman kos vila, imam, yudi, khoirul yang memberi semangat dan
menghibur saya ketika galau.
Teman-teman jurusan kimia angkatan 2008 yang akan selalu kurindukan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan inayah-Nya yang
senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TPS ( Think Pair Share) Melalui
Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi
Yang Berkaitan Dengan Redoks”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan,
petunjuk, saran bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang.
4. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Nurhayati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Kepala SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
7. Guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan selama penelitian ini.
vi
8. Staf TU dan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah bekerja sama
dengan baik.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi dalam dunia
pendidikan dan bagi pembaca khususnya.
Semarang, 30 November 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
Yudi, Tri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair
Share) Melalui Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada
Kompetensi Yang Berkaitan Dengan Redoks. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Dosen Pembimbing I: Dra. Woro Sumarni, M.Si, Dosen Pembimbing II: Dra. Sri
Nurhayati, M.Pd
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair Share), Snowball
Throwing, hasil belajar.
Berdasakan observasi guru menerapkan model pembelajaran konvensional
yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tps
(think pair share)melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa, serta
berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tps (think pair
share)melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan tahun ajaran
2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Dimana sampel yang digunakan yaitu kelas X1 dan X2. Kelompok eksperimen
(X2) menggunakan model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui
snowball throwing, sedangkan kelompok kontol (X1) menggunakan model
pembelajaran kooperatif tps (think pair share)tanpa melalui snowball throwing.
Berdasarkan data pretestdan
post test terjadipeningkatan nilai kelas
eksperimen51% dan pada kelas kontrol 48% dan melalui uji t diperoleh untuk
kelas eksperimen 1,2 dan kelas kontrol 0,8 jadi dapat disimpulkan hasil belajar
siswa kelas ekperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol.
Berdasarkan uji perbedaan rata-rata hasil belajar, diperoleh thitung (4)> ttabel(1),
maka disimpulkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari
kelompok kontrol. Pada uji ketuntasan belajar, secara klasikal jumlah siswa yang
telah mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen sebanyak 30 siswa sedangkan
pada kelas control sebanyak 27 siswa yang berarti kelas eksperimen telah
mencapai ketuntasan belajar dan kelompok kontrol belum mencapai ketuntasan
belajar. Uji korelasi diperoleh harga koefisien biserial sebesar 0,579. Rata-rata
nilai hasil belajar ranah afektif kelas eksperimen (83) lebih baik daripada kelas
kontrol (75). Rata-rata nilai hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen
(84) sama baiknya dengan nilai hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol
(72).
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tps ( think pair
share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas x pada
kompetensi yang berkaitan dengan redoks dengan memberikan kontribusi sebesar
33,56%. Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah guru
kimia hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tps (think pair
viii
share)melalui snowball throwingdalam proses pembelajaran sebagai variasi
metode mengajar.
ix
ABSTRACT
Yudi, Tri. 2012. The Impact from cooperativeTPS (Think Pair Share) learning
Model aided by snowball throwing in Redox. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Dosen Pembimbing I: Dra. Woro Sumarni, Dosen Pembimbing II: Dra. Sri
Nurhayati, M.Pd.
Keywords: CooperativeTPS ( think pair share) Learning Model, snowball
throwing
In the research that has been done by researcher, the problem wanted to be
analyzed was about WHETHER there was any impact fromcooperativeTPS (think
pair share) Learning Model and snowball throwing, also how much was the
impact howard the learning out comes. The population of this research involved
students of X SMAN 1 Tunjungan 2011/2012. The sampels of population were
selectedby using purposive sampling technique that took sample from X-1 and X2. Experiment group (X-2) usedcooperativeTPS (think pair share) learning Model
aided by snowball throwing, mean while control group (X-1) used just
cooperativeTPS (think pair share). By looking at the average of pretest and post
test score improvment 51% experiment class and 48% for control class and
analyzing result can be 1,2 for experiment class and 0,8 for control class
concluded that the result of study from student, of experiment class is better than
students of control class result. According to average differences of study result
experiment, getting thitung (4)> ttabel (1), so that concluded the average result of
study group experiment is better than control group. On completeness of study
experiment, the percentage of completeness from experiment class iss 30 students,
and control class is about 27 students that means that experiment class already
reached the completeness of study and the otherhand control class didn‟t the
correlation experiment is gotten coefficient biserial value is about 0,579. The
average score in affective experiment class (83) is better than control class (75).
The average score in psychomotor experiment class (84) same as well as the result
of study in psychomotor control class (72). So that can be concluded that
cooperativeTPS ( think pair share) learning Model aided by snowball throwing
influences to result of study from students in Redox by giving the contribution
33,56% main subject.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
PERNYATAAN ...............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
1
a) Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1
b) Rumusan Masalah................................................................................ ...
6
c) Tujuan Penelitian ....................................................................................
7
d) Manfaat Penelitian .................................................................................
7
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA............................................................................
8
2.1 Belajar .....................................................................................................
8
2.2 Hasil Belajar ............................................................................................
8
2.3Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think-Pair-Share) ......................
10
2.4Snowball Throwing ..................................................................................
13
xi
2.5Pembelajaran Kimia Kompetensi Redoks ................................................
15
2.6Pembelajaran Kimia kooperatif TPS (Think-Pair-Share) melalui
Snowball Throwing .......................................................................................
19
2.7Kerangka Berpikir ....................................................................................
21
2.8Hipotesis………………………...............................................................
24
BAB 3 METODE PENELITIAN.....................................................................
25
3.1 Penentuan Objek Penelitian ....................................................................
25
3.2 Metode Pengumpulan Data..................................................... ................
27
3.3 Prosedur Penelitian..................................................................................
27
3.4 Rancangan Eksperimen ...........................................................................
28
3.5 Perangkat Penelitian................................................ ................................
29
3.6 Instrumen Penelitian................................................................................
30
3.7 Analisis Instrumen Penelitian .................................................................
33
3.8 Metode Analisis Data ..............................................................................
40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................
50
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................
50
4.2 Pembahasan .............................................................................................
57
BAB 5 PENUTUP ...........................................................................................
72
5.1 Simpulan .................................................................................................
72
5.2 Saran ........................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
74
LAMPIRAN .....................................................................................................
76
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Silabus ............................................................................................ 76
Lampiran 2.
RPP Pertemuan1 Kelas Kontrol ..................................................... 78
Lampiran 3.
RPP Pertemuan2Kelas Kontrol ...................................................... 86
Lampiran 4.
RPP Pertemuan3Kelas Kontrol ...................................................... 92
Lampiran 5.
RPP Pertemuan4Kelas Kontrol ...................................................... 99
Lampiran 6.
RPP Pertemuan5Kelas Kontrol ...................................................... 107
Lampiran 7.
RPP Pertemuan1 Kelas Eksperimen .............................................. 118
Lampiran 8.
RPP Pertemuan2Kelas Eksperimen ............................................... 129
Lampiran 9.
RPP Pertemuan3Kelas Eksperimen ............................................... 135
Lampiran 10. RPP Pertemuan4Kelas Eksperimen ............................................... 142
Lampiran 11. RPP Pertemuan5Kelas Eksperimen ............................................... 151
Lampiran 12. Lembar Kerja Siswa Konsep Redoks ............................................. 162
Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Materi Pokok Redoks.............................. 173
Lampiran 14. Tes Soal Uji Coba .......................................................................... 175
Lampiran 15. Kunci dan Pembahasan Soal Uji Coba........................................... 186
Lampiran 16. Soal Post-Test ................................................................................ 193
Lampiran 17. Kunci dan Pembahasan Post-Test .................................................. 202
Lampiran 18. Panduan Observasi Aspek Afektif Siswa....................................... 207
Lampiran 19. Panduan Observasi Aspek Psikomotorik Siswa............................. 210
Lampiran 20. Data Nilai Mid Semester 2 Kelas X1-X5 ...................................... 213
Lampiran 21. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X1 ............. 214
xiii
Lampiran 22. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X2 ............. 215
Lampiran 23. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X3 ............. 217
Lampiran 24. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X4 ............. 218
Lampiran 25. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X5 ............. 219
Lampiran 26. Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen .................................. 221
Lampiran 27. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ............................................ 222
Lampiran 28. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ...................................... 223
Lampiran 29. Uji Kesamaan Dua Varians Pretest ................................................ 224
Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes.............................................. 226
Lampiran 31. Data Nilai Post-Test... .................................................................... 228
Lampiran 32. Uji Normalitas Data Nilai Post-Test Kelas X1(Kontrol) ............... 229
Lampiran 33. Uji Normalitas Data Nilai Post-Test Kelas
X2(Eksperimen) ............................................................................. 231
Lampiran 34. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ........................................... 232
Lampiran 35. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ..................................... 234
Lampiran 36. Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Post-Test .......................... 236
Lampiran 37. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Nilai Post-Test ....................... 238
Lampiran 38. Uji t Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif ...................... 240
Lampiran 39. Uji Hipotesis .................................................................................. 241
Lampiran 40. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ..................................................... 242
Lampiran 41. Perhitungan Reliabilitas ................................................................. 243
Lampiran 42. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ............................................. 244
Lampiran 43. Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................................... 245
xiv
Lampiran 44. Perhitungan Validitas Butir Soal .................................................... 246
Lampiran 45. Hasil Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat
Kesukarandan Reliabilitas Soal ..................................................... 248
Lampiran 46. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ................................. 250
Lampiran 47. Lembar Penilaian Afektif Kelas Kelas Kontrol ............................. 251
Lampiran 48. Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen ....................... 252
Lampiran 49. Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol ............................. 253
Lampiran 50. Tanggapan Siswa Kelas Kontrol .................................................... 254
Lampiran 51. Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen ............................................. 255
Lampiran 52. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa ................................................ 256
Lampiran 53. Dokumentrasi Penelitian ................................................................ 271
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ........................................................... 25
Tabel 3.2 Rancangan Eksperimen ................................................................. 28
Tabel 3.3 Klasifikasi Taraf Kesukaran.......................................................... 38
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembedaan Soal ................................................ 39
Tabel 3.5 Tingkat Hubungan Antar Variabel ................................................ 46
Tabel 3.6 Kriteria Nilai Afektif dan Psikomotorik ....................................... 48
Tabel 3.7 Kriteria Nilai Angket .................................................................... 49
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Populasi .......................... 50
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test ............................................. 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ................................................. 52
Tabel 4.4 Perbedaan Dua Rata-Rata ............................................................. 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ............................................. 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi.......................................................................... 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar ............................................... 55
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif ............................ 56
Tabel 4.9 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik .................. 56
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Kerangka Berfikir.............................................................................................
23
Grafik 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa ...................................
61
Grafik 4.2 Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ..................................................
63
Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen............................................
63
Grafik 4.4 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif .......................................
64
Grafik 4.5 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik .............................
66
Grafik 4.6 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
tanpa melalui snowball throwing .....................................................................
68
Grafik 4.7 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share)melalui snowball throwing ....................................................................
xvii
68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Upaya perbaikan di bidang pendidikan telah dilaksanakan oleh berbagai
pihak. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penyempurnaan kurikulum,
peningkatan kemampuan guru, sarana prasarana, alat dan media pengajaran serta
penilaian pendidikan. Perbaikan ini terjadi di semua jenjang pendidikan dan
semua bidang studi. Oleh karena itu guru sebagai komponen pengajar dituntut
memiliki pengetahuan yang luas, ketrampilan yang beragam serta sikap yang
profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia
adalah dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
KTSP, kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan dinamakan dengan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL). Dalam KTSP, pembelajaran pada kelompok materi pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan
berpikir, dan analisis siswa (Mulyasa, 2007: 98). Hal ini mengandung makna
bahwa siswa tidak lagi sebagai penerima informasi yang pasif, melainkan menjadi
siswa yang selalu aktif dan kreatif.
1
2
Berdasarkan tuntutan KTSP,
pembelajaran sains dilaksanakan dengan
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar
mampu berkompetisi di era globalisasi ini. Dengan sistem pembelajaran yang
berdasarkan pada KTSP ini, diharapkan siswa dapat menyerap ilmu dengan
melalui suatu proses penemuan langsung yang akan menumbuhkan keaktifan
mereka. Oleh karena itu, pembelajaran sains yang masih menempatkan guru
sebagai pusat dan siswa sebagai gelas kosong yang harus siap diisi sesuai dengan
kemampuan guru, harus diganti dengan pembelajaran sains yang dilakukan
dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Pembelajaran kimia juga tidak lepas dari tuntutan KTSP. Guru kimia
dituntut dapat membelajarkan siswa dengan kegiatan-kegiatan bermakna yang
dapat merangsang pemikiran siswa. Salah satunya adalah materi kimia itu sendiri.
Redoks, misalnya yang dianggap sebagian besar siswa sebagai materi yang sulit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa, sebagian mereka
berpendapat bahwa materi Redoks susah dipahami, ada materi yang mudah dan
juga ada yang sulit. Banyak hal yang dipelajari dalam pokok materi ini,
diantaranya adalah mengetahui perubahan bilangan oksidasi, mengetahui reduktor
dan oksidator dari suatu reaksi redoks.
Hasil
studi
pendahuluan
yang
dilakukan
peneliti
di
SMANegeri1Tunjungan kelas Xdengan melakukan survei diperoleh data hasil
belajar siswa kelas X untuk tahun ajaran 2010/2011 pada materi Redoks.
Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa ketuntasan klasikal siswa dalam
menguasai materi Redoks adalah 55%, dan nilai kriteria ketuntasan minimal di
2
3
sekolah tersebut untuk mata pelajaran kimia adalah 67. Jadi dapat dikatakan nilai
rata-rata siswa tidak mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah tersebut.
Atas dasar hasil survei itu maka perlu upaya yang terus-menerus untuk mencari
dan menemukan pendekatan pembelajaran kimia yang mampu memotivasi siswa
untuk terus aktif dalam mengikuti pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan beberapa siswa yang
telah dilakukan di SMANegeri1Tunjungan, didapatkan bahwa selama ini
pelaksanaan pembelajaran kimia di SMA tersebut masih didominasi oleh metode
ceramah. Kegiatan praktikum yang dilakukan hanya untuk membuktikan materi
yang diterima dari guru atau teori yang ada di buku/LKS. Selama ini pendidik
hanya menyajikan prosedur-prosedur praktikum, kemudian siswa hanya
menjalankan apa yang sudah tertulis pada prosedur praktikum. Akibatnya siswa
menjadi cenderung pasif atau kurang aktif dalam bertindak maupun berfikir.
Pembelajaran materi pokok Redoks merupakan salah satu bahan kajian
kimia kelas X semester 2 SMA atau MA. Konsep serta fenomena materi pokok
Redoks dapat diamati dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
petasan, kembang api, dan lain sebagainya. Namun, dalam materi pokok ini siswa
sering kesulitan dalam membayangkan hal-hal yang dianggap abstrak. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih aktif sebagai
pemberi pengetahuan bagi siswa, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi. Sedangkan siswa hanya sebagai subjek yang harus menerima materi
pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa memiliki banyak
4
pengetahuan tetapi tidak pernah dilatih untuk menemukan pengetahuan, tidak
dilatih untuk menemukan konsep, sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan
dalam mengikuti pelajaran, serta cepat lupa dengan materi yang diajarkan.
Keaktifan siswa dikatakan rendah karena kurangnya percobaan dalam
pembelajaran sains, sehingga kurang adanya interaksi antara siswa dan guru
dalam tanya jawab. Padahal dengan adanya pancingan-pancingan pertanyaan akan
mendorong siswa untuk bersikap dan berfikir lebih aktif.
Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan cara menerapkan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)dalam kegiatan pembelajaran,
karena dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siswa
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, Model pembelajaran tipe
Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari
Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Model
pembelajaran Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir
dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru
baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca
tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius
mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca.
Adapun
kelebihan-kelebihan
Share)Triyanto,(2009:82)adalah:
model
pembelajaran
TPS
(Think
Pair
5
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
2.
Dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas.
3.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi
secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya.
4.
Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang disampaikan.
5.
Pengajaran menjadi lebih terpusat pada siswa.
6.
Siswa dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri.
Selain dengan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share), peneliti juga menggunakan metodesnowball throwing.
Snowball throwingmenurut Saminanto (2010:37) “Metode Pembelajaran Snowball
Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode
pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa
lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.
Metode snowball throwing memungkinkan siswa untuk lebih aktif
dalam proses belajar mengajar serta menuntut siswa mampu berfikir kritis
dalam memecahkan masalah yang muncul. Selain itu, dengan bantuan media
pembelajaran snowball throwing diharapkan siswa lebih semangat, nyaman
dan menyenangkan dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh
6
guru serta konsep – konsepnya dapat disampaikan dengan benar dan tepat
pada sasarannya.
Oleh karena itu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwing, siswa diharapkan dapat membangun gagasan
pengetahuan,konsep dari kompetensi yang berkaitan dengan Redoks.
Hal ini mendorong peneliti menerapkan model pembelajaran yang dapat
membantu mengatasi kesulitan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada kompetensi yang berkaitan denganRedoks. Peneliti menerapkanmodel
pembelajaran kooperatif Think-Pair-Sharemelaluisnowball throwing. Diharapkan
dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi yang
berkaitan denganredoks.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model
Pembelajaran
Kooperatif TPS ( THINK PAIR SHARE) Melalui Snowball Throwing
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan
DenganRedoks”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
yang akan diangkat dalam studi ini sebagai berikut:
7
1. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwing
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada
kompetensi yang berkaitan denganredoks?
2. Berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwing
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada
kompetensi yang berkaitan denganredoks?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa
kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks.
2.
Berapa besar kontribusi pengaruh model
pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa
kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberi informasi mengenai pengaruh hasil belajar kimia menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks.
2. Sebagai pertimbangan guru mata pelajaran kimia dalam memilih model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar kimia.
3. Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai acuan untuk pengembangan
penelitian berikutnya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan
belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia (Anni 2006:2). Sedangkan
menurut Morgan et al. dalam (Anni 2006:2) belajar merupakan perubahan relatif
permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Winkel dalam
Darsono (2000:4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktifitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adnya pengalaman. Perubahan
tingkah laku ini menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis. Misalnya, perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,
ketrampilan, kebiasaan, ataupun sikap. Sedangkan yang dimaksud pengalaman
adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
2.2 Hasil Belajar
Dalam psikologi belajar, belajar merupakan suatu hal yang sangat penting,
yang karena pentingnya, sebagian eksperimen diarahkan pada tercapainya
pemahaman yang luas dan mendalam dari proses belajar manusia. Karena arti
penting tersebutlah Tohrin (2005:58) mengemukakan pendapatnya “Belajar
8
9
merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi
aktif antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah
laku Tingkah laku yang dimaksud adalah dalam pengertian luas “yang meliputi
kognitif, afektif dan psikomotorik”(Tohrin, 2005:7) yang berupa pengetahuan,
ketrampilan dan nilai sikap, perubahan tersebut bersifat menetap dan diperoleh
melalui latihan atau pengalaman.
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Istilah ini juga sering disebut prestasi belajar. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan Nana Sudjana (1991) dalam Thohrin (2005:
151),”pencapaian pretasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspekaspek kognitif, afektif dan psikomotorik”. Menurut Tohrin (2005:7) ketiga aspek
tersebut dapat dijabarkan sebagaimana berikut :
Tingkah laku motorik adalah tingkah laku dalam bentuk gerakan, seperti
berjalan, berlari, duduk, dan lain sebagainya. Tingkah laku kognitif adalah tingkah
laku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam disekitarnya, seperti
pengamatan, berpikir, mengingat, mencipta dan sebagainya. Tingkah laku afektif
adalah tingkah laku dalam bentuk perasaan emosi, seperti senang, nikmat,
gembira, sedih, cinta, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa sebagai
10
hasil baik berupa angka atau huruf maupun tindakannya yang merupakan hasil
pengalaman dalam periode tertentu. Dalam pemberian nilai sebagai tolak ukur
keberhasilan siswa hendaknya menyangkut tiga aspek, yaitu kognitif, afektif,
psikomotorik sehingga hasilnya merupakan perwujudan hasil belajar yang
sebenarnya. Hasil belajar yang sebenarnya adalah kompleksisitas yang
menyangkut berbagai pola tingkah laku sebagai hasil belajar.
2.3 Model pembelajaran kooperatif TPS ( Think-Pair-Share)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah TPS (Think-Pair-Share).
TPS (Think-Pair-Share)adalah sebuah strategi yang menumbuhkan partisipasi
siswa di kelas. Siswa diajarkan menggunakan responsnya untuk menjawab
pertanyaan.
Komponen-komponen TPS (Think-Pair-Share):
1. Siswa mendengarkan ketika guru memberi pertanyaan.
2. Siswa diberi waktu berpikir untuk menjawab
3. Siswa kadang-kadang member isyarat untuk berpasangan dengan teman
sebangkunya dan berdiskusi menjawab pertanyaan.
4. Akhirnya, siswa berbagi jawaban di grupnya.
Manfaat TPS (Think-Pair-Share) bagi siswa adalah siswa mempunyai waktu
berpikir sendiri menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan dijawab dan
didiskusikan di depan kelas. Mereka berlatih mental untuk menjawab dan kadangkadang berdebat dengan siswa lainnya. Sebelum di presentasikan di depan kelas.
Semua siswa mempunyai kesempatan berbagi pikran dengan siswa lainnya,
11
dengan demikian menambah pengetahuannya.TPS (Think-Pair-Share) adalah
model pembelajaran kooperatif dan manfaat untuk siswa seperti dalam menerima
kompetensi yang berkaitan dengan, dukungan kerabat, prestasi, penghargaan diri.
Model pembelajaran kooperatif memiliki efek yang positif.
Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank
Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah
asumsi bahwa resitas dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelas secara
keseluruhan. Pembelajaran Think-Pair-Share mempunyai struktur yang sederhana
sebagai salah satu dasar dari perkembangan “kelas kooperatif”.
Model Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir
dan merespons serta saling membantu yang lain (Triyanto 2007: 61). Sebagai
contoh, seorang guru memberikan latihan soal pada siswa. Selanjutnya, guru
meminta para siswa untuk memikirkan secara lebih serius mengenai soal-soal
tersebut. Kemudian, siswa diajak untuk mendiskusikan jawaban soal teesebut
sewcara berpasangan. Dari hasil diskusi dengan pasangannya akan diperoleh suatu
kesimpulan yang akan dikemukakan dan didiskusikan kembali dengan kelompok
yang lebih besar (dalam hal ini adalah teman-teman dalam 1 kelas). Pelaksanaan
pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah yang sederhana.
Meskipun demikian langkah sederhana tersebut harus diperhatikan terutama
menghindari kesalahan dalam kerja kelompok.
Langkah-langkah dalam Model Think-Pair-Share dapat dijabarkan sebagai
berikut:
12
a.
Langkah I : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi
waktu 1 menit berpikir sendiri menyelesaikan pertanyaan tersebut.
b.
Langkah II : Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang
telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban
bersama, jika suatu pertanyaan telah diajukan / penyampaian ide bersama
jika suatu pertanyaan khusus telah diidentifikasikan. Biasanya guru
mengizinkan berdiskusi selama 5 menit.
c.
Langkah III : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa
yang telah dibicarakan dengan pasangannya. Pada langkah ini akan menjadi
efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke yang pasangan lain,
sehingga ¼ atau ½ dari pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor.
Langkah-langkah / alur pembelajaran model Think-Pair-Share sebagai
berikut:
Langkah I : Guru menyampaikan pertanyaan.
Aktivitas
: Guru melakukan apersepsi menjelaskan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan kompetensi
yang berkaitan dengan yang disampaikan.
13
Langkah II : Siswa berpikir secara individual.
Aktivitas
:
Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh
guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa
untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.
Langkah III :
Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing
dengan pasangannya.
Aktivitas
: Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi
kesempatan untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka
paling benar atau paling meyakinkan. Guru memberikan motivasi
kepada siswa untuk aktif dalam kerja kelompok.
Langkah IV: Siswa berbagi jawaban mereka pada seluruh kelas
Aktivitas
: Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara
individu dan kelompok di depan kelas.
Langkah V : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
Aktivitas
: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan.
2.4 Snowball Throwing
Menurut Winata putra (dalam Sugandi, 2004: 84) model pembelajaran
(models of teaching) adalah pola yang digunakan guru dalam menyususn
14
kurikulum,mengatur kompetensi yang berkaitan dengan pelajaran dan memberi
petunjuk dalam setting pembelajaran.
Lie (2004: 12) menyatakan bahwa sistem pembelajaran kooperatif adalah
sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan siswa dalam tugas-tugas terstruktur dalam sebuah tim/kelompok
kecil. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan.
Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya
yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas
dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju
(snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang
dikemas dalam sebuah permainan sederhana yang bias dilakukan oleh hampir
semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang
berkaitan dengan yang dipelajarinya. Metode snowball throwing adalah metode
yang digunakan untuk memperdalam satu topik. Metode ini biasa dilakukan
dengan tujuan supaya melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari
orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu
kelompok. Selanjutnya, membuat pertanyaan menggunakan kertas yang
diremas – remas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar – lemparkan
kepada siswa lain dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian
siswa yang mendapat bola kertas langsung dibuka dan menjawab pertanyaan
yang berada didalamnya.
15
Langkah-langkah menggunakan Snowball Throwing (Widodo 2008) sebagai
berikut:
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang berkaitan dengan yang akan disajikan
2.
Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
untuk memberikan penjelasan tentang kompetensi yang berkaitan dengan
3.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing
kemudian menjelaskan kompetensi yang berkaitan dengan yang disampaikan
oleh guru kepada temannya
4.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut kompetensi yang
berkaitan dengan yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5.
Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 15 menit
6.
Setelah siswa dapat satu bala / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian
7.
Evaluasi
8.
Penutupan
2.5 Pembelajaran Kimia Kompetensi Redoks
Reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi secara
bersamaan.
Ada 3 konsep redoks :
a.
Berdasarkan Pengikatan/oksigen
16
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengikat oksigen, sedangkan reaksi
reduksi adalah reaksi yang melepaskan oksigen.
Contoh:
reaksi oksidasi : C(s) + O2(g) → CO2 (g)
reaksi reduksi : Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)
b.
Konsep serah terima elektron
Reaksi oksidasi adalah reakasi pelepasan elektron, sedangkan
reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron.
Contoh:
reaksi oksidasi : Na(s) → Na+(aq) + ereaksi reduksi : S(s) + 2e- → S2-(aq)
c.
Konsep perubahan bilangan bilangan oksidasi
Bilangan Oksidasi adalah muatan positif atau negatif yang terdapat pada
atom.
Aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut:
a. Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0
Contoh: H2, Br2, memiliki bilangan oksidasi = 0
b. Oksigen
Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali:
1. Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1
2. Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =-1/ 2
3. Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2
c. Hidrogen
17
Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1
Contoh: dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1
Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1
d. Unsur golongan IA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1
Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1
e. Unsur golongan IIA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2
Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2
f.
Bilangan oksidasi molekul = 0
g.
Bilangan oksidasi ion = muatan ion
Contoh: Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3
h. Unsur Halogen
F bilangan oksidasi = 0, -1
Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
Reaksi oksidasi adalah reaksi pertambahan bilangan oksidasi
reaksi reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi
18
contoh:
Zn
B.O Zn=0
+
CuSO4
B.O Cu= +2
ZnSO4
+
B.O Zn= +2
Cu
B.O Cu=0
oksidasi
Tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan sebagai
berikut.
a. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam
maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti
senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida.
Contoh:
NaCl : natrium klorida
MgO : magnesium oksida
b. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu
bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan
menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama
unsurnya.
FeO : besi(II) oksida
Fe2O3 : besi(III) oksida
c. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation diikuti
nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung unsur
yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion tersebut
19
diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-at sesuai dengan jumlah bilangan
oksidasi.
Contoh:
Na2CO3 : natrium karbonat
KCrO4 : kalium kromat
K2Cr2O7 : kalium dikromat
HClO4 : asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7)
2.6 Pembelajaran Kimia model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair
Share ) melalui snowball throwing
Model pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share)adalah sebuah
model pembelajaran kooperatif dan manfaat untuk siswa seperti dalam
menerima kompetensi yang berkaitan dengan, dukungan kerabat, prestasi,
penghargaan diri.
Dalam proses KBM langkah-langkah menerapkan model pembelajaran
kooperatif Think-Pair-Share:
a.
Langkah I : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi
waktu untuk berpikir sendiri menyelesaikan pertanyaan tersebut.
b.
Langkah II : Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang
permasalahan yang diberikan oleh guru.
20
c.
Langkah III : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk
mempresentasikan jawaban yang telah didiskusikan bersama kelompoknya
di depan kelas.
Sedangkan Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang
dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju
(snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang
dikemas dalam sebuah permainan sederhana yang bias dilakukan oleh hampir
semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang
berkaitan dengan yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran kimia peneliti
menerapkan model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwingpada proses KBM berlangsung peneliti membuat kelompok
berjumlah 8 dimana jumlah siswa adalah 32.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran kimia yang
menerapkan model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwingsebagai berikut:
a.
Guru membentuk kelompok
b.
Masing-masing kelompok membuat pertanyaan yang di masukkan ke dalam
kertas.
c.
Ketua kelompok memberikan kertas tersebut kepada kelompok lain
d.
Masing-masing kelompok mengerjakan soal yang ada di dalam kertas
tersebut.
21
e.
Salah satu anggota kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
2.7 Kerangka Berpikir
Siswa dalam pembelajaran kompetensi yang berkaitan denganKimia SMA
diharapkan memperoleh aspek-aspek yang harus dicapai dalam pembelajarannya
yaitu pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah. Pada
kenyataannya masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam
memahami dan mendalami kompetensi yang berkaitan dengan kimia. Hal ini
menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi kurang baik, bahkan belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan.
Kompetensi yang berkaitan denganredoks merupakan kompetensi yang
berkaitan dengan ,kimia yang membutuhkan konsentrasi dan pemahaman yang
mendalam karena banyak konsep-konsep redoks yang sukar dipahami oleh siswa.
Didukung dengan kenyataan bahwa banyak siswa yang kesulitan memahami
kompetensi yang berkaitan dengan ini misal menentukan bilangan oksidasi. Hal
ini menyebabkan nilai yang diperoleh belum maksimal.
Dari permasalahan ini, maka perlu adanya suatu model pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan belajar dan meningkatkan hasil
belajar kimia. Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaranThink Pair
Sharemelalui Snowball Throwing . Dengan menggunakan model pembelajaran
yang baru, siswa lebih merasa tertarik untuk belajar karena model ini belum
diterapkan disekolah. Siswa diajarkan untuk saling berbagi kepada teman
sebangku untuk memecahkan suatu masalah, sehingga seberapa besar masalah
yang diberikan guru siswa bersama sama memecahkannya. Selain menarik,mudah
22
dilakukan di dalam kelas, model ini juga melatih siswa untuk berani berpendapat,
bertanggungjawab dan melatih sosialisasi dengan teman. Bahwa pekerjaan yang
sulit akan terasa mudah bila dikerjakan bersama sama. Pada kelas eksperimen
digunakan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingyang
mana diberikan dengan pemberian bimbingan untuk berfikir dan berbagi dengan
teman sebangku setelah guru memberikan pertanyaan maupun pernyataan
mengenai kompetensi yang berkaitan denganredoks. Pada kelas kontrol
digunakanmodel pembelajaran Think Pair Share tanpa bantuan Snowball
Throwing.
Dari kedua kegiatan pada masing-masing kelas, kelas eksperimen dan kelas
kontrol diharapkan terjadi peningkatan pemahaman terhadap kompetensi yang
berkaitan denganredoks sehingga hasil belajar yang diperoleh optimal.
Selanjutnya hasil belajar dari kedua kelas tersebut dibandingkan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh hasil belajar redoksantara siswa yang diajar
denganmodel pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwingdengan
siswa yang diajar denganmodelThink Pair Sharetanpa melalui Snowball
Throwing.
23
Diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA
Negeri 1Tunjungan masih didominasi oleh metode ceramah. Sehingga
hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Pembelajaran Think-PairShare melalui pendekatan
snowball throwing
Pembelajaran Think-PairShare tanpamelalui
pendekatan snowball
throwing
Diharapkan terjadi
peningkatan
pemahaman hasil
Belajar (Kognitif,
Afektif, Psikomotorik)
Diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman
hasil Belajar (Kognitif,
Afektif, Psikomotorik)
Dibandingkan
Hipotesis
Gambar kerangka berfikir
24
2.8 Hipotesis
Hasil belajar kimia antara siswa yang diberi pemebelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share lebih baik daripada siswa yang tidak diberi treatment pada
siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan.
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi,
2002:64). Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
H0
:
tidak ada pengaruh model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) melalui
Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa kompetensi yang berkaitan
dengan redoks.
Ha
: ada pengaruh model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) melalui
Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa kompetensi yang berkaitan
dengan redoks.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Penentuan Obyek Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 1 Tunjungan Blora,pada bulan Maret 2012
3.1.2 Populasi dan sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X
SMAtahun 20011/2012 yang terbagi menjadi delapan kelas yaitu kelas X1, X2, X3,
X4, X5, X6, dan X7,X8 dengan perincian sesuai tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah populasi Penelitian
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
X1
32
2
X2
32
3
X3
32
4
X4
34
5
X5
32
6
X6
32
7
X7
32
8
X8
32
Jumlah
258
25
26
Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 Tunjungan Blora tahun ajaran 2011/2012 semester genap terdiri dari 2
kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive cluster
sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dari guru.Satu kelas
bertindak sebagai kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwing, sedangkan kelas
lainnya sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan model pembelajaran
Think Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwing.
3.1.3 Variabel Penelitian
a.
Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair
Sharemelalui Snowball Throwing dan model pembelajaran Think Pair Share tanpa
melalui Snowball Throwing.
b.
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil kompetensi yang berkaitan
denganredoks kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas X SMA Negeri 1
Tunjungan tahun pelajaran 2011/2012.
c.
Variabel Kontrol
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel kontrol yaitu guru, jumlah jam
pelajaran, kompetensi yang berkaitan dengan pelajaran, kurikulum yang berlaku,
dan siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama.
27
3.1.4
Faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti adalah hasil belajar yang meliputi aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes objektif,
hasil belajar afektif dan psikomotor diukur dengan lembar observasi.
3.2
Metode Pengumpulan Data
3.2.1.Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai namanama siswa anggota sampel dan hasil belajar.
3.2.2. Tes hasil belajar
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitifkompetensi yang
berkaitan denganredoks siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes
yang digunakan adalah post tes.
a)
Lembar observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek
psikomotorik dan afektif. Validitas lembar observasi yang digunakan validitas
konstruk dengan pertimbangan guru.
3.3
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan
tahap pelaksanaan penelitian.
1) Tahap persiapan
a.
Observasi yang berkaitan dengan kompetensi yang mendukung penelitian
b.
Membuat kisi-kisi soal
c.
Menyusun instrumen penelitian
28
2) Tahap Uji Coba
a.
Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XI SMAN 1Tunjungan Blora.
b.
Memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba berupa validitas soal,
daya beda soal, tingkat kesukaran soal yang digunakan untuk menentukan
instrumen yang akan digunakan pada akhir penelitian.
3) Tahap pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair
Sharemelalui Snowball Throwingpada kelas eksperimen dan menggunakan
model pembelajaran Think Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwingpada
kelas kontrol.
3.4
Rancangan Eksperimen
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test
only control group design, yaitu penelitian dengan melihat nilai post-test
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pola desain tersebut
ditunjukkan oleh Tabel 3.2 berikut.
E
X
01
K
Y
02
Keterangan:
E
= Kelompok Eksperimen
K
= Kelompok Kontrol
01 dan 02` =
X
post test
= pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing
29
Y
= pembelajaran model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share)tanpa melalui snowball throwing
(Sugiyono 2008:75)
3.5
Perangkat Penelitian
3.5.1 Silabus
Silabus yang digunakan pada penelitian ini merupakan silabus KTSP. Isi
silabus terdapat pada lampiran1.
3.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan
bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.RPP ini
terdapat pada lampiran2-11.
3.5.3 Bahan ajar
Bahan ajar yang digunakan mata pelajaran kimia SMA kelas X semester 2
kompetensi yang berkaitan denganredoksdengan merujuk pada silabus dan
kurikulum yang berlaku.
3.5.4 Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa digunakan untuk membelajarkan dan melatih
kemampuan berpikir kreatif dalam mengkonstruk konsep / prosedur / cara
yang berkaitan dengan redoks dan menyelesaikan soal redoks. Lembar
kerja siswa digunakan di dalam kegiatan praktikum.Lembar kerja siswa
digunakan pada kelas eksperimen dan kontrol. Lembar kerja siswaini
terdapat pada lampiran12.
30
3.6
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian meliputi lembar aspek afektif,
lembar aspek psikomotorik dan soal post test. Uraian tentang perangkat instrumen
penelitian yang dimaksud sebagai berikut :
3.6.1 Lembar Pengamatan Aspek Afektif
Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai
tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan
aspek afektif dilakukan oleh empat observer. Lembar pengamatan aspek afektif
kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol, terdiri atas enam aspek/ indikator
meliputi:
1)Perhatian dalam mengikuti pelajaran
2)Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan
3) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
4)Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas
5) Partisipasi/kerja sama
6) Kejujuran
7) Kemampuan menghargai pendapat teman
8) Kehadiran
9) Kerja sama dengan teman dalam praktikum
10) kelengkapan buku
Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek
afektif dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran mengacu
pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya
31
nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sebaliknya kriteria yang
menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 5.Lembar
pengamatan aspek afektif ini terdapat pada lampiran18.
3.6.2 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik
Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur
dan menilai ketrampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada saat
praktikum. Di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum meliputi:
1) Mempersiapkan alat dan bahan
2) Keterampilan menggunakan alat
3) Ketepatan melakukan prosedur praktikum
4) Ketepatan dalam melakukan pengamatan
5) Kebersihan ruang dan alat
6) Membuat Laporan praktikum
Lembar pengamatan aspek psikomotorik ini terdapat pada lampiran 19.
3.6.3 Lembar Pengamatan Aspek Kognitif
Tes hasil belajar kognitifdigunakan untuk mengukur dan menilai
penguasaan siswa pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. Tes hasil
belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan
ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1
(jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3
(jenjang kemampuan pemahaman), soal C4 (jenjang kemampuan analisis). Jumlah
32
soal 35 (berasal dari 50 buah soal yang diujicobakan) dengan waktu pengerjaan
tes 90 menit.
Langkah-langkah
penyusunan
soal
uji
coba
tes
hasil
belajar
kognitifsebagai berikut:
1.
Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah
soal yang diujicobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.
2.
Menentukan tipe atau bentuk soal.
3.
Menentukan komposisi jenjang dari perangkat tes yang diuji cobakan, terdiri
dari 50 butir soal yaitu:
a.
Aspek pengetahuan (C1) terdapat 4 soal
b.
Aspek pemahaman (C2) terdapat 16soal
c.
Aspek penerapan (C3) terdapat 16soal
d.
Aspek analisis (C4) terdapat 14 soal
Soal uji coba ini terdapat pada lampiran14.
4. Menentukan kisi-kisi soal. kisi-kisi soal ini terdapat pada lampiran 13.
5. Menyusun butir-butir soal
6. Mengujicobakan soal
7. Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran,
dan reliabilitas.
Setelah instrumen tersusun rapi, langkah selanjutnya melakukan konsultasi
untuk instrumen seperti soal tes hasil belajar kognitif siswa, lembar observasi,
dan angket kepada dosen pembimbing dan guru kolabolator sebagai ahli/ pakar di
33
bidang pendidikan (expert validity). Apabila sudah disetujui oleh dosen
pembimbing dan guru pamong, instrumen tersebut dapat digunakan.
3.7 Analisis Instrumen Penelitian
Tujuan uji coba untuk memperoleh butir tes yang mempunyai kategori baik
dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis perangkat tes, untuk mengetahui
validitas ,daya pembeda soal, indeks kesukaran soal dan reliabilitas.
3.7.1 Instrumen Tes
Instrumen tes meliputi tes hasil belajar kognitif siswa (pilihan ganda). Tes
hasil belajar kognitif yang berupa nilai objektif dihitung dengan perhitungan 1-0.
Apabila jawaban siswa benar di beri 1 dan apabila salah di beri 0.
3.7.1.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen.
Pengujian instrumen dilakukan dengan expert validity, yaitu validitas yang
disesuaikan
dengan
kurikulum
dan
dikonsultasikan
dengan
dosen
pembimbing.Validitas soal selain dikonsultasi dengan ahli juga diujicobakan.
Penelitian ini menggunakan dua macam validitas, yaitu validitas isi soal
dan validitas butir soal.
a)
Validitas isi soal
Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila
kompetensi yang berkaitan dengannya telah disesuaikan dengan kurikulum
yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan
kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan
34
dosen pembimbing.
b) Validitas butir soal untuk soal pilihan ganda
Validitas butir soal adalah validitas yang menunjukkan bahwa butir tes
dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Hal ini dapat
diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal dalam
mencapai keseluruhan skor. Rumus yang digunakan untuk menghitung
validitas butir soal , rumus korelasipoint biseral:
Rpbis =
x
Keterangan:
Rpbis = koefisien korelasi biserial
Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = rata-rata skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal
St = Standar deviasi skor total
n = jumlah siswa
Setelah dihitung thit dibandingkan dengan ttabel dengan taraf signifikan 5%.
Jika thit>ttabel maka butir soal dikatakan valid.(Suharsimi, 2006:79)
Maka dari itu dihitung terlebih dahulu harga t-nya dengan rumus:
t
pbi
1
n
2
2
pbi
35
keterangan:
t
=
pbi
N
=
t (hitung) atau nilai t yang diperoleh melaui perhitungan
=koefisien korelasi point biserial
jumlah siswa
Kriteria : jika thitung> ttabel, maka butir soal valid
Hasil analisis uji coba menunjukkan bahwa soal uji coba terdapat 39 butir
soal yang valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 42,43, 44, 46, 47,
48, 49 dan 50. Soal-soal valid tersebut belum tentu dapat dipakai sebagai soal
post test, karena selain valid, soal yang dijadikan sebagai soal post test juga
harus memenuhi kriteria indeks kesukaran, daya pembeda, dan juga relibilitas
c)
Validitas Angket
Validitas angket pada umumnya merupakan validitas konstruk atau
validitas bangun pengertian. Hal itu berarti guru dalam mengembangkan alat
ukur berupa angket harus tahu konstruk, bangun pengertian, atau teori yang
menjadi dasar pengembangan kisi-kisi angket. Konstruk suatu aspek dikenal
sebagai variabel yang dapat dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian
dijabarkan lagi menjadi indikator dan seterusnya indikator dituliskan menjadi
butir pertanyaan atau pernyataan yang harus direspons oleh siswa yang diukur
aspeknya. Validitas angket dapat diukur berdasarkan validitas konstruk
dengan pertimbangan ahli, artinya guru dalam mengembangkan angket dapat
meminta bantuan ahli yang relevan. Dalam hal ini dosen pembingbing I dan
dosen pembimbing II dianggap sebagai ahli.
36
d) Validitas Lembar Observasi
Validitas lembar observasi ditentukan atas bangun pengertian atau
konstruk dari aspek yang diukur atau dinilai. Jika yang diukur keterampilan
praktikum siswa untuk kompetensi yang berkaitan dengan redoks maka isi
keterampilan praktikum, berupa gambaran dari setiap kegiatan yang
diperlukan untuk praktikum redoks. Demikian juga jika yang dinilai aktivitas
siswa maka isi lembar pengamatan harus sesuai dengan konstruksi atau teori
aktivitas siswa.
Validitas lembar observasi diukur dengan validitas konstruk dengan
pertimbangan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.
3.7.1.2.
Reliabilitas Soal Uji Coba
Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi
dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Dalam
penelitian ini, pengujian tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan reliabilitas internal, yakni perhitungan dilakukan berdasarkan data
dari satu kali hasil pengetesan (Suharsimi, 2002:155). Perhitungan reliabelitas
internal untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai
berikut:
Reliabilitas =
Keterangan:
K = banyaknya butir soal
M = rerata skor total
Vt = Varians total
37
Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11>rtabel
(Suharsimi, 2006:188).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh data r11=0.929. Terletak pada interval 0.8-1.0
sehingga kriteria reliabilitas sangat tinggi.
3.7.1.3. Reliabilitas Lembar Observasi
Reliabilitas lembar observasi diukur menggunakan kesepakatan pengamat
dengan rumus
6Σb2
R11 = 1 - --------------N (N2 – 1)
Keterangan:
r11 = koefisien korelasi tata jenjang
b
= beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua
N
= jumlah subyek
(Sudjana, 2002:455)
Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari
skor tertinggi (peringkat 1) dan seterusnya sampai peringkat terbesar (skor
terendah). Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat
reratanya. Beda peringkat (b) diukur dari perbedaan peringkat pengamat satu
dengan pengamat kedua untuk siswa yang sama. Seterusnya dihitung jumlah b2,
dan dimasukkan ke dalam rumus spearman. Jika harga r11> 0,7 maka lembar
pengamatan sudah dinyatakan reliabel (Widodo,2009:62).
3.7.1.4. Indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah atau
38
tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi, 2003:207). Rumus yang
digunakan untuk mengukur indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :
IK
JB
A JB
B
JS
JS
A
B
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JBa = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
JBb = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
JSa = banyak siswa pada kelompok atas
JSb = banyak siswa pada kelompok bawah
Dengan interpretasi tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan tolak
ukur seperti pada tabel 3.3.
Tabel3.3. Klasifikasi Taraf Kesukaran
Interval
IK = 0,00
0,00 < IK < 0,30
0,30 < IK < 0,70
0,70 < IK < 1,00
IK = 1,00
(Suharsimi, 2006:210)
Kriteria
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu mudah
Dari perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh hasil analisis soal untuk
kategori „mudah‟ yakni nomor 4, 12, 25, 39, dan 45. Untuk kategori „sedang‟
yakni nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24,
39
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41,42, 43, 44, 46, 47, 49, dan
50. Dan untuk kategori „ sukar‟ yakni nomor 20, 48.
3.7.1.5.
Daya Beda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower
group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika soal tersebut
dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan
siswa kurang pandai (Suharsimi, 2003:211). Makin tinggi daya pembeda soal ,
makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
JB
A JB
B
DP
JS
A
Keterangan:
DP
= daya pembeda soal
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada
kelompok
bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Interval
DP ≤ 0,00
0,00 ≤ DP ≤ 0,20
0,20 ≤ DP ≤ 0,40
0,40 ≤ DP ≤ 0,70
0,70 ≤ DP ≤ 1,00
(Suharsimi, 2006:218)
Kriteria
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
Melalui hasil perhitungan daya pembeda soal maka diperoleh soal yang
mempunyai daya beda „jelek‟ yaitunomor 4, 9, 16, 17, 20, 28, 32, 33, dan 36. Soal
40
yang mempunyai daya beda „cukup‟ yaitu nomor 21, 25, 41, 45, dan 48. Soal yang
mempunyai daya beda „baik‟ yaitu nomor 3, 5, 8, 10 , 12, 14, 16, 18, 22, 23, 24,
26, 27, 29, 34, 35, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 47, 49 dan 50. . Sedangkan Soal yang
mempunyai daya beda „baik sekali‟ yaitu nomor 1, 2, 6,7, 11, 13, 15,19, 30, 31,
37, 38, dan 20.
3.7.2 Instrumen Non Tes
Instrumen non tes menggunakan lembar observasi (lembar observasi aspek
afektif, psikomotorik) dan angket. Untuk mengetahui validitas lembar observasi
dan angket tidak diadakan ujicoba. Penyusunan instrumen lembar observasi dan
angket yang dilakukan peneliti mengikuti validitas konstruk dengan persetujuan
ahli yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Validitas konstruk
merupakan salah satu validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan mempunyai
validitas konstruk apabila instrumen tersebut disusun sesuai kaidah-kaidah
penyusunan instrumen (Suharsimi, 2007: 67)
3.8
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian terdiri atas dua tahap yaitu tahap awal dan
tahap akhir. Tahap awal digunakan untuk mengetahui kondisi populasi sebagai
pertimbangan dalam pengambilan sampel dan tahap akhir digunakan untuk
menguji efektifitas pembelajaran kimia.
3.8.1 Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal populasi
sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji normalitas,
homogenitas dan analisis varians. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal
41
yakni nilai tes kimia semester gasal kelas X SMAN 1 Tunjungan Bloratahun
2011/2012.
3.8.1.1. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan
dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat dengan rumus:
χ2 =
Keterangan:
χ 2 = Chi kuadrat
Oi = Hasil penelitian
Ei = Hasil yang diharapkan
K = banyaknya kelas
Kriteria: Jika χ
2
hitung < χ
2
tabel dengan dk=k-3 dan α=5% maka data
berdistribusi normal.
(Sudjana, 2002:273)
3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir
Setelah dilakukan analisis tahap awal, maka dilaksanakan post test. Dari
hasil tes tersebut diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji
hipotesis dalam penelitian ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
3.8.2.1. Analisis Data
3.8.2.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua
kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya
42
apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis
yang akan diuji adalah:
Ho: data berdistribusi normal
Ha: data tidak berdistribusi normal
Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2)
dengan rumus:
χ2 =
Keterangan:
χ 2 = Chi kuadrat
Oi = Hasil penelitian
Ei = Hasil yang diharapkan
K = banyaknya kelas
Kriteria: Jika χ
2
hitung < χ
2
tabel dengan dk=k-3 dan α=5% maka data
berdistribusi normal.
(Sudjana, 2002:273).
3.8.2.1.2. Uji Kesamaan Varians
Hipotesis yang diajukan yaitu:
Ho : σ12 = σ22
Ha : σ12 ≠ σ22
Ho diterima apabila F ≤ F1/2α (nb-1):(nk-1)
F=
Kriteria pengujian : jika harga Fhitung< Ftabel , maka kedua kelompok mempunyai
varians yang sama.(Sudjana, 2002:250)
43
3.8.2.1.3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata data hasil belajar bertujuan untuk mengetahui
apakah hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada hasil belajar
kelompok kontrol.
Hipotesis yang diajukan adalah:
o Ho = Rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen sama dengan rata-rata
hasil belajar kimia kelompok kontrol (µ1=µ2)
o Ha = Rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol (µ1>µ2)
Pengajuan hipotesis:
Jika σ12 = σ22 digunakan rumus t
thitung =
dengan S =
dk=n1+n2-2
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
o Ho diterima jika thitung< t(1-α)(n1+n2-2) . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia
kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok
kontrol.
o Ha diterima jika thitung ≥ t(1-α)(n1+n2-2) . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia
kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia
kelompok kontrol.
(Sudjana, 2002:241)
44
Jika σ12 ≠ σ22 digunakan rumus t‟
t‟hitung =
(Sudjana, 2002:241)
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
o
Ho diterima jika t‟hitung<
. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia
kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar kimia
kelompok kontrol.
o
Ha diterima jika thitung ≥
. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia
kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia
kelompok kontrol.
Dengan w1 =
dan w2 =
t1 = t(1-1/2α)(n1-1) dan t2= t(1-1/2α)(n2-1)
Keterangan:
= Rata-rata post test kelompok eksperimen
= Rata-rata post test kelompok kontrol
n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol
S1 = Simpangan baku kelompok eksperimen
S2 = Simpangan baku kelompok kontrol
S = Simpangan baku gabungan
(Sudjana, 2002:243)
45
3.8.2.2. Analisis Data Tes Akhir
3.8.2.2.1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil
belajar pada kompetensi yang berkaitan denganRedoks pada kelompok
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share melalui
Snowball Throwingdan kelompok kontrol yang menggunakan metode Think Pair
Share tanpa melalui Snowball Throwing. Uji normalitas yang digunakan adalah
uji chi-Kuadrat.
3.8.2.2.2. Uji Kesamaan Dua Varians
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai
varians data atau tidak. Perhitungan uji ini sama seperti uji kesamaan dua varians
pada analisis tes awal.
3.8.2.2.3.
Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Hipotesis penelitian diuji dengan uji kesamaan rata-rata agar dapat
dibuktikan kebenarannya menggunakan uji t. Rumus yang digunakan untuk uji
perbedaan dua rata-rata:
x1 x2
2
;s
1 1
s
n1 n2
t
Keterangan:
2
n1 1 s1
n2 1 s2
n1 n2 2
2
x1
=nilai rata-rata kelompok kontrol
x2
= nilai rata-rata kelompok eksperimen
2
=variansi data pada kelompok kontrol
s1
s2
2
= variansi data pada kelompok ekperimen
46
s2
=variansi gabungan.
n1
= banyak subyek pada kelompok kontrol
n2
= banyak subyek pada kelompok ekperimen
(Sudjana, 2002: 239)
Derajad kebebasan (dk ) untuk tabel distribusi t yaitu (n1 + n2 -2) dengan
peluang (1- ),
=5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika thitung
ttabel, maka Ha
diterima.
3.8.3 Analisis terhadap Pengaruh Antar Variabel
Rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel:
rb =
Keterangan:
rb = koefisien biserial
= Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
= Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
p = proporsi pengamatan pada kelompok eksperimen
q = proporsi pengamatan pada kelompok kontrol
u = Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas
normal baku menjadi bagian p dan q
Sy = Simpangan baku dari kedua kelompok
Tingkat hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Tingkat Hubungan Antar Variabel
Interval Koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
47
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
(Sudjana, 2002:390)
Sedang
Kuat
Sangat kuat
3.8.4 Uji Ketuntasan Terhadap KKM
Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa SMA N 1 Tunjungan
Blorasudah mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal), makadilakukan uji
ketuntasan terhadap KKM. Bila t berada pada daerah penolakan Ho maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar setelah perlakuan yakni sama atau lebih dari
KKM.
3.8.5 Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa
persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat,
dalam hal ini pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair Share melalui
Snowball Throwingterhadap hasil belajar. Rumus yang digunakan:
KD = rb2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi
rb = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb koefisien biserial
3.8.6 Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
Pada analisis tahap akhir, digunakan data hasil belajar afektif dan
psikomotorik. Analisis yang digunakan deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui nilai afektif dan psikomotorik, baik kelompok kontrol maupun
eksperimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan
psikomotorik siswa:
48
Nilai =
x 100%
Kriteria rata-rata nilai afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kriteria nilai afektif dan psikomotorik
Rata –rata nilai kelas
Kriteria
x
Sangat baik
60
x < 80
Baik
40
x < 60
Cukup
20
x < 40
Jelek
x < 20
Sangat jelek
(Depdiknas, 2003:15)
Tiap aspek dari hasil belajar afektif dan psikomotorik kedua kelas
dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut.
3.8.7 Analisis Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran
Pendapat siswa terhadap pembelajaran dilakukan dikelompok eksperimen
dan kontrol dapat diukur dengan angket. Analisis yang dilakukan adalah analisis
deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pernyataan diikuti dengan respon
yang menunjukkan tingkatan (Suharsimi, 2006: 180).
Persamaan perhitungan masing-masing tanggapan dalam presentase yaitu :
Presentase skor =
x 100
Kriteria rata-rata nilai angket dapat dilihat pada Tabel 3.7
49
Tabel 3.7 Kriteria nilai angket
Rata-rata nilai kelas
84 < x ≤ 100
68 < x ≤ 84
52 < x ≤ 68
36 < x ≤ 52
x ≤ 36
(Suharsimi, 2006:212)
Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
HASIL PENELITIAN
4.1.1. Hasil Analisis Tahap Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal populasi
sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji normalitas.
Data yang digunakan untuk uji normalitas data populasi diambil dari nilai mid
semester 2. Hasil perhitungan uji normalitas data populasi disajikan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan uji Normalitas Data Populasi
No.
1
2
3
4
5
Kelas
X1
X2
X3
X4
X5
X2 hit
2
4
3
5
2
X2 Tabel
8
8
8
8
8
Kriteria
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Keterangan: data selengkapnya disajikan pada Lampiran 21-25.
4.1.2. Hasil Analisis Tahap Akhir
Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data hasil
belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberikan perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan sistem pembelajaran yang berbeda. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini meliputi, data hasil pos test aspek kognitif, data
hasil observasi psikomotorik dan afektif, serta angket.
Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai pos test siswa setelah
diberi perlakuan dengan menggunakan system pembelajaran yang berbeda antara
50
51
kelas ekperimen dan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen siswa
diberlakukan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing, sedangkan pada kelas kontrol siswa diberlakukan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball
throwing.
4.1.3. Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data pos test dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Hasil pretest dan post-test
Kelas
Data
Eksperimen
Tes awal
1
8
Normal
Kontrol
Tes awal
1
8
Normal
Eksperimen
Tes akhir
7
8
Normal
Kontrol
Tes akhir
6
8
Normal
hitung
tabel
Kriteria
Perhitungan normalitas pretest pada lampiran 27-28, sedangkan normalitas posttest pada lampiran 32-33.
4.1.4. Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok sampel mempunyai tingkat varians yang sama serta untuk mengetahui
apakah menggunakan rumus t atau t‟ untuk menghitung perbedaan rata-rata hasil
belajar kimia, yang nantinya digunakan dalam uji hipotesis.
Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians antara kelompok kontrol dan
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.3.
52
Tabel 4.3. Hasil Uji Kesamaan Dua VariansData pretest dan post-test
Data
Fhitung
Ftabel
Kriteria
Pretest
1
2
Kedua kelas mempunyai varians yang sama
Posttest
1
2
Kedua kelas mempunyai varians yang sama
Berdasarkan Tabel 4.3 data pretest dan post-testdiperoleh harga F
hitung
= 1.
Berdasarkan Tabel, untuk taraf signifikan dk= (32-1:32-1) diketahui harga F Tabel
2. Harga F
hitung.
lebih kecil F Tabel maka dapat disimpulkan bahwa varians data
hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Karena antara
kelas kontrol dengan kelas eksperimen mempunyai varians yang sama, maka
dalam uji hipotesis menggunakan rumus t untuk melihat perbedaan rata-rata hasil
belajar.Perhitungan uji kesamaan dua varians pretest pada lampiran 29, sedangkan
uji kesamaan dua varians post-test pada lampiran 36.
4.1.5. Uji Perbedaan Dua rata-rata (Uji Hipotesis)
Uji perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol. Hasil uji perbedaan rata-rata hasil belajar dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Uji Perbedaan Dua Rata-ratadata pretest dan post-test
Data
Thitung Ttabel
Kriteria
Pretest
2
2
Rata-rata kelas eksperimen sama kelas kontrol
Post-test
4
2
Rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol
53
Berdasarkan hasil analisis tes awal, terlihat bahwa Thitung< Ttabel, yang
dapat disimpulkan Ho diterima. yang berarti kedua kelas pada tes awal
mempunyai rata-rata yang relatif sama.Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata
hasil belajar, t
hitung
>t
Tabel
dengan dk= 62 dan α= 5% maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
lebih baik dari kelompok kontrol.Perhitungan uji perbedaan dua varians pretest
pada lampiran 30, sedangkan uji perbedaan dua varians post-test pada lampiran
37.
4.1.6. Uji Peningkatan Hasil Belajar
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang
signifikan setelah dilalukan proses pembelajaran. Hasil uji ini dapat dilihat pada
Tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar
Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Peningkatan
41
35
% Peningkatan
51%
48%
Dk
31
31
t hitung
1,3
0,9
t0,95
2,03
2,03
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa t hitung untuk masingmasing kelompok berada diantara –ttabel dan ttabel. Sehingga pada kedua kelompok
tersebut, ada peningkatan hasil belajar pada kopetensi yang berkaitan dengan
54
redoks. Besarnya peningkatan diukur dari selisih post test dengan pretest,
sehingga diperoleh 51% peningkatan untuk kelas X2 dan 48% untuk kelas X1.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38.
4.1.7. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan
redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan. Uji hipotesis ini terdiri dari uji korelasi untuk
mencari koefisien determinasi.
Rumus yang digunakan, yaitu:
dan
Koefisien determinasi:
KD = 100% x rb2
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi
Koefisien determinasi
0,5
34%
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa besarnya nilai
adalah 0,5,
sedangkan besarnya koefisien deteminasi adalah 34%. Hal ini berarti model
pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing berpengaruh sebesar 34% terhadap hasil belajar siswa. Perhitungan uji
korelasi dapat dilihat pada Lampiran 39-40.
55
4.1.8. Uji Ketuntasan Hasil Belajar
Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa telah
mencapai ketuntasan atau belum. Siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan
apabila siswa dapat mencapai nilai 67. Hasil uji ketuntasan belajar dapat dilihat
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.7. Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar.
Kelompok Kelas
Eksperimen X2
Kontrol
X1
t hitung
13
5
t table
2
2
∑ siswa yang tuntas Kriteria
30 siswa
Tuntas
27 siswa
Tuntas
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia
kelompok eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar. Hal ini ditunjukan
dengan t
hitung
> t
Tabel
(13> 2).
Sedangkan untuk kelompok kontrol telah
mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan dengan jumlah t
hitung
>t
Tabel
(5 > 2).
Perhitungan uji ketuntasan dapat dilihat pada Lampiran 34-35.
4.1.9. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yang bertujuan untuk
mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Rumus yang digunakan, yaitu:
Nilai =
x 100
Kriteria presentase skor yang digunakan adalah sebagi berikut:
skor
=
Sangat Baik
60
skor < 80
=
Baik
40
skor < 60
=
Cukup
56
20
skor < 40
skor < 20
=
Jelek
=
Sangat Jelek
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Kelas
X2
X1
∑ skor
1290
1206
∑ Rata-rata nilai
83
75
Kriteria
Sangat Baik
Baik
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat, jumlah skor rata-rata hasil belajar afektif
kelompok eksperimen sebesar 83. Karena skor
maka hasil belajar afektif
kelas ekperimen dikategorikan sangat baik. Sedangkan jumlah skor rata-rata hasil
belajar kelas kontrol sebesar 75. Karena 60
skor < 80 maka hasil belajar afektif
kelas kontrol dikategorikan baik. Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil
belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar
afektif siswa kelas kontrol. Hal ini juga terlihat dari Grafik 4.1 yang menunjukan
hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih tinggi. Perhitungan analisis deskriptif
hasil belajar afektif dapat dilihat pada Lampiran 46-47.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik
Kelompok Kelas
Eksperimen X2
Kontrol
X1
∑ skor
825
734
∑ Rata-rata nilai
84
72
Kriteria
Sangat Baik
Baik
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat jumlah skor rata-rata hasil belajar
psikomotorik kelompok ekperimen sebesar 84. Karena skor ≥ 80 maka hasil
belajar psikomotorik kelas ekperimen dikategorikan sangat baik. Sedangkan
jumlah skor rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 72. Karena 60
skor <
80 maka hasil belajar psikomotorik kelas kontrol dikategorikan baik. Dari Tabel
57
diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar psikomotorik siswa kelas eksperimen lebih
baikdaripada hasil belajar psikomotorik siswa kelas kontrol. Hal ini juga dapat
dilihat pada Grafik 4.2. Perhitungan analisis deskriptif hasil belajar psikomotorik
dapat dilihat pada Lampiran 48-49.
4.1.10. Analisis Data Angket
Setelah pelaksanaan pembelajaran materi pokok redoks, semua siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol diminta pendapatnya mengenai pembelajaran
kimia menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwingdan pembelajaran kimia dengan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui snowball throwing dengan cara
mengisi angket. Angket ini terdiri dari 8 pernyataan yang memuat minat siswa
selama proses pembelajaran, manfaat yang diperoleh selama proses pembelajaran,
dan respons siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari data yang diambil
pada kelas kontrol, rata-rata siswa yang memilih SS= 12%, S= 34%, CS= 40%,
KS= 14%, TS= 0%. Sedangkan pada kelas eksperimen, rata-rata siswa yang
memilih SS= 30%, S= 52%, CS= 17%, KS= 1%, TS= 0%. Data selengkapkapnya
disajikan pada lampiran 50-51
4.2.
PEMBAHASAN
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
terhadap lingkungannya yang disebabkan dari pengalaman yang terjadi pada diri
suatu individu secara berulang-ulang. Dalam proses belajar, banyak yang
mempengaruhi belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor inilah
yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah hasil
58
akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan
yang dapat diamati,dan dapat diukur (Suharsimi, 2002: 133). Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar salah satunya yaitu model pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik (guru). Banyak inovasi model pembelajaran yang dapat
meningkat hasil belajar dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing.
Pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing erat kaitannya dengan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru saat proses pembelajaran secara berkelompok.Menurut arti
katanya, Think adalah Berpikir, Pair adalah Berpasangan, dan share adalah
Berbagi. Pemecahan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan
berkelompok dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu
masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Snowball throwing
merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada
kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan
yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowball throwing) yang berisi
pertanyaan kepada sesama teman., membantu siswa dalam mengembangkan
mengembangkan konsep, melatih peserta didik dalam membuat pertanyaan sendiri
dan menjawab pertanyaan dari teman (Widodo 2008). Dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada
59
kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji tahap awal terlebih
dahulu yang bertujuan menganalisis populasi. Pada uji tahap awal ini dilakukan
uji normalitas. Karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling, maka hanya melakukan uji normalitas saja pada analisis
tahap awal. Teknik purposive sampling yaitu pengambilan kelas sebagai sampel
dengan pertimbangan guru. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah hasil
nilai mid semester siswa kelas X pada SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. Uji
normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui
kenormalan
data.
Berdasarkan
perhitungan uji normalitas yang dilakukan pada 5 kelas didapatkan X2hitung<
X2Tabel maka dapat disimpulkan bahwa kelima kelas tersebut berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih kelas X-1 sebagai kelas kontrol dan X-2
sebagai kelas eksperimen untuk pembandingnya.
Peneliti melakukan pembelajaran yang mengacu pada pencapaian
kompetensi dengan materi pokok redoks pada kedua kelas. Dimana siswa
dikatakan telah mampu mencapai kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik
apabila telah mencapai nilai ketuntasan 67. Alokasi waktu guru dalam mengajar
kedua kelas sama yaitu 16 jam pelajaran dengan 8 kali pertemuan. Dimana 6 kali
pertemuan untuk proses pembelajaran, 1 kali pertemuan untuk praktikum, dan 1
kali pertemuan untuk ulangan harian (post test). Selain itu, guru yang mengajar
pun dibuat sama, yaitu peneliti.
Setelah mendapatkan 2 kelas sampel, peneliti menerapkan 2 model
pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen
60
diberlakukan model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) melalui snowball throwing, sedangkan kelompok kontrol diberlakukan
pembelajaran kimia model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think
Pair Share) tanpa melalui snowball throwing. Pada akhir pembelajaran dilakukan
tes akhir dengan menggunakan soal-soal yang sama bagi kedua kelas. Nilai yang
diperoleh dari tes inilah yang digunakan untuk menganalisis hipotesis dan
selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model
pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan
dengan redoks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang
berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan. Untuk mengetahui adanya
pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing pada kelas eksperimen, peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing
kelompok pada kelas kontrol.
Setelah diadakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
maka diadakan post test untuk melihat hasil belajar siswa ranah kognitif.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai post test yang diperoleh
siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari nilai rata-rata siswa pada kelas
kontrol. Dimana pada kelas eksperimen nilai rata-rata kelas sebesar 81, sedangkan
pada kelas kontrol nilai rata-rata kelas sebesar 74.
61
Uji normalitas data nilai tes akhir penelitian dilakukan sebelum melakukan
uji hipotesis. Pada perhitungan normalitas data, diperoleh data kedua kelompok
sampel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukan oleh nilai X2hitungkelompok
eksperimen sebesar 7 dan X2hitung kelompok kontrol sebesar 6 lebih kecil dari
X2Tabel yang bernilai 8. Hasil analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam
analisis selanjutnya, yaitu dengan menggunakan statistika parametrik. Untuk uji
kesamaan dua varians, pada Tabel 4.3 diperoleh Fhitung = 1, sedangkan FTabel = 2.
Karena F hitung< F Tabel maka Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelas sampel
mempunyai varians yang sama. Selanjutnya pada Tabel 4.4 diperoleh thitung = 4
dan tTabel = 2. Karena t
hitung
berada pada daerah penolakan Ho, maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Ho yang diajukan yakni pembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing tidak berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok redoks. Karena Ho ditolak, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok redoks.
Untuk mengetahui tercapainya tujuan yang kedua dilakukan uji perbedaan
rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari perhitungan yang
dilakukan diperoleh t
hitung
= 4 sedangkan t
Tabel
= 2. Karena thitung>tTabel maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih
baik daripada kelas kontrol. Dengan kata lain, pembelajaran menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)
melalui
snowball
62
throwingmemberikan hasil belajar dalam aspek kognitif yang lebih baik daripada
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) tanpa melalui snowball throwing. Adanya perbedaan rata-rata antara kelas
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwing dengan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball
throwing, menunjukan beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing. Perbedaan antara rata-rata
hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat digambarkan pada
Nilai Rata-rata
Grafik 4.1.
82
80
78
76
74
72
70
Rata-rata hasil belajar
Rata-rata
hasil belajar
Eksperimen
Kontrol
Kelas
Grafik 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa
Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share),
antara lain:
1.
Meningkatkan hasil belajar siswa
2.
Meningkatkan keaktifan siswa
3.
Meningkatkan antusias siswa terhadap pembelajaran
63
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa
besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok Redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. Maka digunakan uji korelasi
untuk menguji hipotesis ini. Dari perhitungan uji korelasi diperoleh nilai rb
sebesar 0,5. Dari nilai rb tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi, yaitu
sebesar
34%. Dari penjelasan di atas, diperoleh hasil model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh positif
sebesar 34% terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Redoks.
Dari nilai koefisien determinasi yang diperoleh, model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing dikategorikan
cukup berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Tidak terlalu kuatnya pengaruh
yang ditimbulkan kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa hal selama proses
pembelajaran, antara lain keterbatasan waktu penelitian yang mempengaruhi
kelancaran proses pembelajaran. Jam pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 1
Tunjungan Blora dalam seminggu hanya 1 kali pertemuan atau dengan kata lain
hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu. Selain itu jam pelajaran kimia pada kelas
eksperimen berlangsung setelah jam pelajaran olah raga mengakibatkan
kekurangsiapan siswa pada awal menerima pelajaran.
Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan belajar, kelompok eksperimen
telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen
yang telah mencapai nilai ≥ 67 sebanyak 30 siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada
hasil perhitungan uji ketuntasan belajar. Dengan nilai thitung (13) > tTabel (2),
64
karena thitung berada di daerah penolakan Ho maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa setelah perlakuan sudah mencapai ketuntasan belajar
( ≥ 67).
Sedangkan pada kelas kontrol juga telah mencapai ketuntasan belajar. dengan
jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai ≥ 67 sebanyak 27 siswa. Hal ini juga
dapat dilihat pada analisis uji ketuntasan belajar, dimana nilai thitung (5) > tTabel
(2). Hal ini dapat dilihat pada Grafik 4.2 dan 4.3.
Grafik Ketuntasan Belajar
Kelas Kontrol
Series1 0
Series1 0
Series1 0
Tidak
tuntas
15,63 %
Tuntas
84,38 %
Grafik 4.2 Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol
Grafik Ketuntasan Belajar
Kelas Eksperimen
0
Series10Series1
0
Series1
Tidak
tuntas
6,25 %
Tuntas
93,75 %
Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen
65
Adanya perbedaan ketuntasan ini, kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yang pengelolaan kelas, perbedaan minat dan antusias siswa
terhapar proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan, kejenuhan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang diberikan guru,
dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing siswa menjadi lebih aktif dalam proses KBM sehingga juga
mempengaruhi hasil belajar. Serta ketuntasan kelas eksprimen lebih bagus
daripada kelas kontrol.
Analisis
deskriptif hasil
belajar
afektif
dan psikomotorik
telah
menunjukkan bahwa kedua kelompok sampel mendapatkan hasil yang masingmasing dapat dikriteriakan sangat baik dan baik. Untuk memperoleh data hasil
belajar afektif dan psikomotorik, peneliti dibantu oleh observer dengan instrumen
yang digunakan yaitu lembar observasi kegiatan afektif dan psikomotorik. Pada
lembar observasi afektif terdiri dari 10 aspek yang diamati, sedangkan pada
lembar observasi psikomotorik terdiri dari 6 aspek yang diamati. Dari Tabel 4.7
dan dipertegas oleh Grafik 4.4, hasil afektif pada kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai untuk kelas eksperimen
sebesar 83 dan pada kelas kontrol sebesar 75.
66
Grafik Hasil Belajar Afektif
6
5
4
3
kontrol
2
eksperimen
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif
Dari Grafik 4.4 tersebut terlihat dalam beberapa aspek kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, seperti perhatian dalam mengikuti
pelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyan, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, kehadiran, dan kerjasama
dengan teman dalam praktikum. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing siswa dituntut
untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih kritis dalam menghadapi
permasalahan yang diberikan guru, dan adanya snowball throwing membantu
pelaksanaan pembelajaran membantu sisiwa memahami materi. Dengan snowball
throwing siswa disuruh membuat pertanyaan dan kemudian menjawab pertanyaan
dari teman. Karena terbiasa membuat pertanyaan maka kereaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Nilai untuk analisis belajar psikomotorik didapat dari pengisian lembar
observasi kegiatan psikomotorik. Penilaian lembar kegiatan psikomotorik
67
dilakukan ketika kegiatan praktikum redoks. Aspek yang diamati pada lembar
kegiatan psikomotorik meliputi mempersiapkan alat dan bahan, keterampilan
menggunakan alat, ketepatan melakukan prosedur praktikum, ketepatan dalam
melakukan pengamatan, kebersihan ruang dan alat, serta membuat laporan
praktikum. Hasil observasi psikomotorik menunjukkan rata-rata nilai untuk kelas
eksperimen sebesar 84 dan pada kelas kontrol sebesar 72. Analisis yang
digunakan sama pada analisis lembar observasi afektif. Dari Tabel 4.8 dan Grafik
4.5, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih
baik daripada kelas kontrol. Dari jumlah rata-rata prosentase skor kelas
eksperimen dan kelas kontrol, keduanya dapat dikategorikan baik, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa psikomotorik kelas ekspeimen dan kontrol
baik.
5
Grafik Hasil Belajar Psikomotorik
4.5
4
3.5
3
Eksperimen
2.5
Kontrol
2
1.5
1
0.5
0
1
2
3
4
5
Grafik 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik
6
68
Rendahnya ketuntasan yang diperoleh oleh peneliti kemungkinan
disebabkan adanya hambatan-hambatan yang ditemui oleh peneliti saat penelitian
berlangsung.Adapun beberapa hambatan pada saat proses pembelajaran antara
lain:
1.
Kurangnya pengalaman guru dalam menangani siswa yang ribut di dalam
kelas, sehingga siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi.
2.
Suasana kelas yang ramai bila ada waktu luang, karena siswa lebih suka
bergurau daripada belajar sendiri pada saat guru memberikan waktu luang
pada siswa untuk berfikir atau mengerjakan soal.
3.
Kurangnya pengalaman guru dalam mengelola kelas dan mengelola waktu.
4.
Masalah lain yang menjadi kendala adalah waktu pembelajaran yang
banyak berkurang akibat dari libur atau kegiatan untuk kelas 3 seperti try
out dan UN. Meskipun guru sudah mengantisipasinya dengan memberikan
tugas tentang materi pokok Redoks.
Di akhir pertemuan, peneliti juga meminta siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk mengisi angket. Angket ini digunakan untuk melihat
minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Angket yang diberikan kepada
kedua kelompok sampel dilihat peerbedaan dari tingkat minat siswa yang
mendapatkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing. Dari angket
yang diisi oleh siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka yang
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think
69
Pair Share) melalui snowball throwing mempunyai minat yang lebih baik. Hal ini
ditunjukan Grafik 4.6 dan 4.7. Secara umum, response siswa terhadap
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) melalui snowball throwing pada pelajarann kimia menunjukan response
yang positif. Hal tersebut terlihat dari response positif siswa terhadap semua
pernyataan dalam angket yang diberikan.
Prosentase tiap Aspek
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
1
2
3
4
5
6
Aspek yang diamati
7
8
Grafik 4.6 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
tanpa melalui snowball throwing
Prosentase Tiap Aspek
80.00
Sangat Setuju
60.00
Setuju
40.00
Cukup Setuju
20.00
Kurang Setuju
Tidak Setuju
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek yang Diamati
Grafik 4.7 Angket Menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing
Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing lebih disenangi
70
oleh siswa dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) tanpa melalui snowball throwing.Adanya perbedaan ini disebabkan karena
selama proses pembelajaran guru memberikan motivasi pada siswa dan siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, suasana kelas dan
cara mengajar guru yang dianggap siswa termasuk baru membuat siswa lebih
tertantang dan tertarik. Besarnya minat siswa terhadap model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing menandakan bahwa
proses pembelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa. Pembelajaran model
pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)
melalui
snowball
throwingmenuntut siswa lebih aktif dalam memperoleh suatu konsep. Apabila
siswa sudah terbiasa aktif untuk memperoleh suatu konsep, maka siswa tersebut
akan lebih mandiri, sehingga apabila guru tidak hadir siswa akan terbiasa belajar
sendiri.
Pembelajaran
model
pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)adalah Model Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk
berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain (Triyanto 2007: 61).
Adapun Manfaat TPS (Think-Pair-Share) bagi siswa adalah siswa mempunyai
waktu berpikir sendiri menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan dijawab dan
didiskusikan di depan kelas. Mereka berlatih mental untuk menjawab dan kadangkadang berdebat dengan siswa lainnya. Sebelum di presentasikan di depan kelas..
Sedangkan kelebihan yang dimiliki snowball throwing (Slamet Widodo 2008)
adalah siswa menjsadi lebih memahami materi karena siswa membuat pertanyan
sendiri dari materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga membuatnya
71
cocok untuk diterapkan bersama model pembelajaran Model Think-Pair-Share
yaitu:
1.
Sebagai sarana bagi siswa yang dapat membantu siswa untuk memahami
materi,
2.
Melalui snowball throwing siswa dapat mengukur sejauh mana
pemahaman materi. Untuk kegiatan diskusi dapat terjalin interaksi antara
siswa dengan guru dan siswa lainnya menyebabkan proses pembelajaran
menjadi lebih dinamis. Sejalan dengan hal tersebut, interaksi multi arah
akan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Setelah dilakukan analisis data postest terjadi peningkatan hasil belajar siswa,
peningkatan kemampuan berfikir kritis, dan peningkatan keaktifan belajar kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan melihat ketiga ranah
belajar, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini hasil belajar kimia siswa
yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwing lebih baik daripada yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing pada
materi pokok Redoks.
72
BAB V
PENUTUP
5.1.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian,maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa kelas X - 2 SMA Negeri 1 Tunjungan yang diajar
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)melalui snowball throwing berbeda dengan hasil belajar siswa yang
diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) tanpa melalui snowball throwing. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata
nilai post-test untuk kelas eksperimen adalah 81 sedangkan untuk kelas
kontrol adalah 74.
2.
Siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing mempunyai keaktifan lebih
tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing, yang dibuktikan
dengan hasil pengamatan aspek keaktifan siswa pada kelas eksperimen
sebesar 83 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 75.
3.
Hasil observasi psikomotorik menunjukkan rata-rata nilai untuk kelas
eksperimen sebesar 84 dan pada kelas kontrol sebesar 72.
72
73
5.2.
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah :
1.
Guru kimia hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing dalam pembelajaran sebagai
variasi metode mengajar.
2.
model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball
throwing tidak dijadikan sebagai metode utama, tetapi sebagai penunjang
dalam pembelajaran kimia di kelas.
3.
Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada materi pembelajaran lain
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwing sebagai pembanding hasil yang telah diperoleh
pada penelitian ini.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T., A. Rifa‟i, E. Purwanto, & D. Purnomo. 2006. Psikologi Belajar.
Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta :
Bumi Aksara.
. 2003. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.
. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.
. 2007. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Jakarta: Depdiknas.
Lie, A. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta: PT Grasindo.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset Bandung.
Saminanto. 2010. Metode Pembelajaran Snowball-Throwing. Jurnal. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. 1996. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
_________. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan V.
Bandung: Sinar Baru Glasindo.
_________. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
74
75
Sugandi, A. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian (Cet. Ke-8). Bandung: CV
ALFABERTA.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Jogjakarta.
Tohrin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Triyanto.
2007.
Model-model
Pembelajaran
Konstruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka.
Inovatif
Berorientasi
. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widodo, S. 2008. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya melalui Metode
Snowball-throwing dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal.
Tasikmalaya.
76
SILABUS
Lampiran 1
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Alokasi Waktu
Kompetensi
dasar
3.2.
Menjelaskan
perkembang
an konsep
reaksi
oksidasireduksi dan
hubunganny
a dengan tata
nama
senyawa
serta
penerapanny
a.
: SMA
: KIMIA
: X/2
: 3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-redukasi
: 16 jam (2 jam untuk UH )
Materi
Pembelajara
 Konsep oksidasi
dan reduksi
 Bilangan
oksidasi unsur
dalam senyawa
atau ion
Kegiatan
Indikator
Penilaian
Pembelajaran
 bilangan oksidasi
 Membedakan konsep  Jenis tagihan:
atom unsur dalam
oksidasi reduksi
Tugas
senyawa atau ion
ditinjau dari
individu
dalam diskusi kelas.
penggabungan dan
Tugas
 Berlatih menentukan
pelepasan oksigen,
kelompok
bilangan oksidasi,
pelepasan dan
kuis
oksidator, reduktor,
penerimaan elektron,  Bentuk
hasiloksidasi, dan
serta peningkatan dan
instrumen:
hasil reduksi.
penurunan bilangan
Laporan
 Praktikum reaksi
oksidasi.
tertulis
redoks (misal:
 Menentukan bilangan
terjadinya reaksi
oksidasi atom unsur
redoks pada larutan
dalam senyawa atau
CuSO4 dengan
ion dan menentukan
logam besi (Fe) dan
oksidator dan
seng (Zn))
reduktor dalam reaksi
redoks dan
autoredoks.
 Praktikum reaksi
redoks Mengamati
Alokasi
Waktu
12 jam
Sumber/
bahan/alat
 Sumber
Buku
kimia
 Bahan
Lembar
kerja,
Nilai
Karakter
 Jujur
 Aktif
 Mandir
i
77
Kompetensi
dasar
Materi
Pembelajara
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
bahan/alat
Nilai
Karakter


terjadinya reaksi
redoks pada larutan
CuSO4 dengan logam
besi (Fe) dan seng
(Zn).
 Tata nama
menurut IUPAC
 Aplikasi redoks
dalam
memecahkan
masalah
lingkungan
 Menentukan
penamaan senyawa
biner (senyawa ion)
yang terbentuk dari
tabel kation dan
anion serta memberi
namanya dalam
diskusi kelompok.
 Menemukan konsep
redoks untuk
memecahkan
masalah lingkungan
dalam diskusi
kelompok dikelas
 Memberi nama
senyawa menurut
IUPAC

2 jam
 Mendeskripsikan
konsep larutan
elektrolit dan konsep
redoks dalam
memecahkan masalah
lingkungan.
2 jam
78
Lampiran 2
RENCANA PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:I
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II.
1.
INDIKATOR
Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan
penurunan bilangan oksidasi.
III. TUJUAN
1.
Siswa
dapat
membedakan
konsep
oksidasi-reduksi
ditinjau
dari
penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron,
serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
2.
79
IV. MATERI
A. Konsep Reduksi-Oksidasi
Reaksi redoks mengandung dua pengertian, yaitu reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi. Pengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu kimia.
Reaksi reduksi oksidasi banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka, perkaratan besi, penyepuhan
logam, fotosintesis dan lain-lain. Reaksi reduksi dan oksidasi berlangsung secara
bersamaan yang biasa disebut reaksi redoks.
1.
Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen
Pada mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari penggabungan
dan pelepasan oksigen. Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai
reaksi
penggabungan/pengikatan oksigen oleh suatu zat. Sebaliknya reaksi pelepasan
oksigen oleh suatu zat disebut reaksi reduksi.
Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen
Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen
Contoh reaksi oksidasi:
a.
Reaksi pembakaran
C(s) + O2(g)  CO2(g)
b.
Perkaratan logam, misalnya besi
4 Al(s) + 3 O2(g)  2 Al2O3(s)
Contoh reaksi reduksi:
a.
Reduksi bijih besi oleh karbon monoksida
Fe2O3(s) + 3 CO(g)  2 Fe(s) + 3 CO2(g)
b.
Reaksi fotosintesis
6 CO2 (g)+ 6 H2O(l)  C6H12O6(s) + 6 H2O(g
80
2.
Konsep Redoks Berdasarkan Serah Terima Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s)
Na2S(s) tidak melibatkan gas oksigen, maka
konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen tidak dapat
digunakan. Konsep redoks berkembang, bukan lagi pengikatan dan pelepasan
oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan elektron.
Oksidasi adalah pelepasan elektron
Reduksi adalah penerimaan elektron
Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Contohnya pada
pembentukan ion Na+.
Na(s)
Na+(aq) + e-
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi. Contohnya
pada pembentukan ion S2–.
S(s) + 2e-
S2-(aq)
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi secara simultan, artinya jika
suatu spesi melepas elektron berarti ada spesi lain yang menyerapnya. Hal itu
berarti bahwa setiap oksidasi disertai reduksi. Reaksi yang melibatkan oksidasi
dan reduksi disebut reaksi redoks. Reaksi natrium dengan sulfur di atas terdiri dari
2 setengah reaksi berikut.
Reaksi oksidasi : 2 Na(s)
Reaksi reduksi : S(s) + 2e–
2 Na+(aq) + 2e–
S2–(aq)
Reaksi redoks : 2 Na(s) + S(s)
3.
2Na+(aq) + S2-(aq)
Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Konsep reaksi redoks yang lebih universal yaitu konsep reaksi redoks
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks yang sukar dijelaskan
81
dengan konsep oksigen dan konsep elektron dapat dengan mudah dijelaskan
menggunakan konsep perubahan bilangan oksidasi.
Oksidasi adalah pertambahan bilangan oksidasi
Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi
Pada reaksi:
Zn
CuSO4
+
B.O Zn=0
ZnSO4
B.O Cu= +2
+
B.O Zn= +2
Cu
B.O Cu=0
oksidasi
reduksi
Setelah melepas 2 elektron bilangan oksidasi seng (Zn) naik dari 0 menjadi
+2 (oksidasi), tembaga (Cu) setelah menangkap 2 elektron bilangan oksidasinya
turun dari +2 menjadi 0 (reduksi).
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Metode
: Ceramah, tanya jawab
2. Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) tanpa
melalui snowball throwing.
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No.
1.
Kegiatan Guru
Waktu
Kegiatan Awal
a) Guru memberikan apersepsi dengan
5 menit
menunjukkan contoh reaksi redoks dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share).
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
3 menit
2 menit
82
2.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a) Siswa membaca sekilas tentang materi yang akan
dipelajari.
b) Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan tentang
5 menit
5 menit
sejauh mana menguasai materi yang akan
dipelajari.
20 menit
c) Guru menjelaskan tentang perkembangan konsep
redoks.
Elaborasi
10 menit
a) Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru
10 menit
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
Konfirmasi
10 menit
a) Guru membagikan latihan soal kepada siswa dan
siswa mengerjakan latihan soal secara diskusi.
b) Guru dan siswa membahas latihan soal secara
10 menit
bersama – sama.
Penutup
a) Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan
10 menit
dari materi yang telah dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: Tabel daftar harga bilangan oksidasi unsur.
Sumber Belajar : Lembar kerja siswa
Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
83
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Penilaian siswa di ambil dari :
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
IX. EVALUASI
1. Latihan Soal
1. Kelompokkan konsep dibawah ini termasuk reduksi atau oksidasi
a) Penerimaan elektron
b) Pelepasan elektron
c) Reaksi pelepasan oksigen
d) Reaksi pengikatan oksigen
e) Reaksi penurunan bilangan oksidasi
84
f) Reaksi kenaikan bilangan oksidasi
2. Nyatakan apakah proses berikut tergolong oksidasi, reduksi, atau
redoks. Jelaskan berdasarkan konsep yang mendasarinya!
a) 4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s)
b) 6 CO2(g) + 6 H2O  C6H12O6(aq) +6 O2(g)
c) Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) +Cu(s)
d) 2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e-  Mn2O3(s) + 2 OH-(aq)
Jawaban Latihan Soal
1. Pengelompokan reaksi berdasarkan konsepnya:
Reaksi oksidasi
Reaksi Reduksi
Reaksi pengikatan oksigen
Reaksi pelepasan oksigen
Pelepasan elektron
Penerimaan elektron
Reaksi kenaikan bilangan
Reaksi penurunan bilangan
oksidasi
oksidasi
2. Penggolongan contoh reaksi berdasarkan konsepnya:
a) 4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s)
Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan
pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut melibatkan
reaksi dengan oksigen. Reaksi tersebut dapat pula dikaitkan dengan
konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam
reaksi tersebut Na mengalami oksidasi (kenaikan bilangan
oksidasi) dan O mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi).
b) 6 CO2(g) + 6 H2O  C6H12O6(aq) +6 O2(g)
Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan
pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut menghasilkan
produk dengan melepaskan oksigen. Selain itu konsep penurunan
dan kenaikan bilangan oksidasi juga dapat menjelaskan reaksi
tersebut digolongkan reaksi redoks. Bilangan oksidasi C dalam
senyawa CO2 berubah dari +4 menjadi 0 pada senyawa C6H12O6
(bilangan oksidasi 0 pada C6H12O6 merupakan jumlah keseluruhan
85
bilangan oksidasi dari keenam atom C pada senyawa tersebut). Hal
ini berarti C mengalami reaksi reduksi. Sedangkan O mengalami
oksidasi. Bilangan oksidasi O berubah dari -2 menjadi 0.
c) Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) +Cu(s)
Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi redoks berdasarkan
konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam
reaksi tersebut Zn mengalami oksidasi (kenaikan bilangan
oksidasi) dan Cu mengalami reduksi (penurunan bilangan
oksidasi).
d) 2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e- Mn2O3(s) + 2 OH-(aq)
Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi reduksi berdasarkan
konsep serah terima elektron dan kenaikan penurunan bilangan
oksidasi karena dalam reaksi tersebut Mn mengalami penurunan
bilangan oksidasi dengan mengikat 2 elektron.
86
Lampiran 3
RENCANA PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
pertemuan ke
I.
: II
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
1.
Menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
III. TUJUAN
1.
Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
3.
Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi
konproporsionasi.
87
IV. ANALISIS MATERI
A. Bilangan Oksidasi (Biloks)
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu unsur merupakan bilangan bulat
positif, negatif, dan nol yang diberikan kepada suatu unsur dalam membentuk
senyawa.
Aturan penentuan bilangan oksidasi:
Aturan umum:
1. Bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas =0
2. Bilangan oksidasi ion monoatom = muatan ionnya
3. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral = 0.
sedangkan jumlah bilangan oksidasi atom dalam ion poliatom = muatan
ionnya
Aturan untuk unsur-unsur golongan utama:
1. Bilangan oksidasi Fluorin (F) dalam senyawa = -1
2. Bilangan oksidasi Hidrogen (H) jika berikatan dengan nonlogam= +1 jika
berikatan dengan logam =-1
3. Bilangan oksidasi Oksigen (O) dalam senyawanya =-2 kecuali dalam:
senyawa fluorida (OF2)=+2
peroksida (H2O2, Na2O2)= -1
superoksida (KO2 , CsO2)=-½
4. Bilangan oksidasi logam golongan IA =+1, dan bilangan oksidasi logam
golongan IIA=+2
5. Bilangan oksidasi nonlogam dalam senyawa biner mempunyai bilangan
oksidasi = muatan ionnya.
Aturan bilangan oksidasi logam transisi:
Bilangan oksidasi logam transisi dapat lebih dari 1
88
B.
Oksidator dan Reduktor
Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi
reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya.
Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi.
Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi
(oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi.
Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi.
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1.
Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) tanpa
melalui snowball throwing.
2.
Metode
: Ceramah, tanya jawab
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No
1
Kegiatan guru
Waktu
Kegiatan Awal
a) Guru mengkondisikan kelas sesuai
3 menit
dengan model pembelajaran TPS (Think
Pair Share).
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2
2 menit
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a) Siswa membaca sekilas tentang materi
10 menit
yang akan dipelajari.
b) Guru menerangkan tentang
perkembangan penentuan biloks,
penentuan oksidator dan reduktor dalam
20 menit
89
reaksi redoks.
Elaborasi
10 menit
a) Siswa mencatat materi yang dijelaskan
oleh guru.
b) Guru memberikan latihan soal, siswa
15 menit
berdiskusi sesuai kelompoknya
Konfirmasi
20 menit
a) Guru dan siswa membahas latihan soal
secara bersama – sama.
3
Penutup
a) Siswa dengan bimbingan guru menarik
10 menit
kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar :
a. Lembar kerja siswa
b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Penilaian siswa di ambil dari :
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
90
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
IX. EVALUASI
Soal
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Berapakah biloks dari N2?
2. Hitunglah biloks H dalam senyawa HCl dan LiH!
3. Hitunglah biloks O dalam senyawa H2O, Na2O2, dan KO2!
4. Hitunglah biloks Cr dalam senyawa Cr2O72-!
5. Pada reaksi berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di
atas Cu mengalami...Cu disebut..
Kunci Jawaban
1. 0
2. +1, -1
3. -2, -1, -1/2
91
4. +6
5. Pada reaksi:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai
reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
92
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: III
KOMPETENSI DASAR
4.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
III. TUJUAN
1. Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
2. Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi
konproporsionasi
93
IV. ANALISIS MATERI
A. Oksidator dan Reduktor
Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi
reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya.
Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi.
Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi
(oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi.
Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi.
B. Reaksi Disproporsionasi dan Reaksi Konproporsionasi
Apabila pereaksi mengalami reaksi oksidasi dan reduksi, maka reaksi ini
disebut reaksi autoredoks/disproporsionasi.
Contoh :
2Na2S2O3
+
2S+
4HCl
Biloks S= +2 biloks S= 0
2SO3 + 2H2O + NaCl
biloks S = +6
Reduksi
Oksidasi
Reaksi yang merupakan kebalikan dari reaksi autoredoks disebut reaksi
konproporsionasi/anti autoredoks.
Contoh :
2 H2S
+
biloksS= -2
SO2
3 S
biloksS= +4
+
2H2O
biloks S= 0
oksidasireduksi
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
94
1. Model :
Model
pembelajaran
TPS
(Think
Pair
melaluisnowball throwing.
2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
1. Kegiatan Awal
Waktu
3 menit
a) Guru mengkondisikan kelas sesuai
dengan model pembelajaran TPS
(Think Pair Share).
2 menit
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2 Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru menyampaikan materi tentang
penentuan oksidator dan reduktor
15 menit
dalam reaksi redoks, serta reaksi
disproporsionasi.
Elaborasi
a) Siswa mencatat materi yang dijelaskan
oleh guru.
b) Guru memberikan latihan soal, siswa
10 menit
15 menit
berdiskusi sesuai kelompoknya
Konfirmasi
a) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan jawaban
maupun menjawab pertanyaan
temannya.
20 menit
Share)tanpa
95
b) Guru memberikan penghargaan kepada
10 menit
kelompok yang aktif dalam
pembelajaran.
3 Kegiatan Akhir
a) Guru bersama dengan siswa
menyimpulkan materi yang telah
10 menit
dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran.
5 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar :
a. Lembar kerja siswa
b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Penilaian siswa di ambil dari :
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2.Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : -
96
Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
1 Ranah Psikomotorik
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
IX. EVALUASI
Soal Pretest
1. Pada reaksi berikut:
CuO + H2 → Cu + H2O
Tentukan senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi!
2. Pada reaksi berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas
Cu mengalami...Cu disebut..
3. Cermati kedua reaksi dibawah ini. Apakah reaksi reaksi tersebut
termasuk reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi. Serta berikan
alasannya.
a. I2+ 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq)
b.MnO4 - + Mn2+ → MnO2
97
Kunci Jawaban
Soal Pretest
1. CuO
+
H2 →
+2
Cu
+
0
H2O
0
Reduksi
+1
Oksidasi
Yang mengalami reduksi adalah Cu dalam CuO menjadi Cu
Yang mengalami oksidasi adalah H dalam H2 menjadi H2O
2. Pada reaksi:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai
reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
3. Menggolongkan jenis reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi
a. I2(aq) + 6 OH-(aq) → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq)
0
reduksi
-1
+5
oksidasi
Bilangan oksidasi I berubah dari 0 menjadi -1 dan +5. Karena reaktan yang
sama mengalami oksidasi dan reduksi menghasilkan 2 produk yang
berbeda maka reaksi tersebut merupakan reaksi disproporsionasi.
b. MnO4 - + Mn2+ → 2 MnO2
+7
Reduksi
Oksidasi
+2
+4
98
Bilangan oksidasi Mn berubah dari +7 dan +2 menjadi +4. Karena hasil
oksidasi dan reduksi merupakan 1 produk yang sama maka reaksi tersebut
adalah reaksi konproporsionasi.
99
Lampiran 5
RENCANA PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: IV
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
1.
Memberi nama senyawa menurut IUPAC.
III. TUJUAN
1.
Siswa dapat memberi nama senyawa menurut IUPAC.
IV. ANALISIS MATERI
A.
TATA NAMA SENYAWA
Pengetahuan tentang bilangan oksidasi digunakan untuk mengklasifikasikan
senyawa, termasuk mengetahui sifat suatu senyawa. Salah satu manfaat bilangan
oksidasi yaitu untuk memberikan nama suatu senyawa yang bisa membentuk
beberapa senyawa dengan unsur lain. Sebagai contoh, besi dapat membentuk dua
100
macam senyawa dengan oksigen, yaitu FeO dan Fe2O3. Untuk pemberian nama
kedua senyawa tersebut akan mengalami kesulitan apabila tidak memperhatikan
bilangan oksidasi, sebab keduanya merupakan senyawa yang bernama oksida.
Penggolongan jenis anion dan kation sebagai berikut:
Kation Monovalen
Kation polivalen
Nama
Ion ammonium
Cr2+
Ion kromium (II)
Li+
Ion Litium
Cr3+
Ion kromium (III)
Na+
Ion Natrium
Fe2+
Ion besi (II)
NH4+
+
Nama
3+
K
Ion Kalium
Fe
Ion besi (III)
Rb+
Ion Rubidium
Co2+
Ion kobalt (II)
Cs+
Ion Sesium
Co3+
Ion kobalt (III)
Be+
Ion Berilium
Cu+
Ion tembaga (I)
Mg2+
Ion Magnesium
Cu2+
Ion tembaga (II)
Ca2+
Ion Kalsium
Pb2+
Ion timbal (II)
2+
4+
Sr
Ion Stronsium
Pb
Ion timbal (IV)
Ba2+
Ion Barium
Sn2+
Ion timah (II)
Al3+
Ion Aluminium
Sn4+
Ion timah (IV)
Anion
Nama
Anion Poliatomik
Nama
F-
Ion flourida
CN-
Ion sianida
Cl-
Ion klorida
OH-
Ion hidroksida
Br-
Ion bromida
CO32-
Ion karbonat
I-
Ion iodida
NO2-
Ion nitrit
O2-
Ion oksida
NO3-
Ion nitrat
S2-
Ion sulfida
SO32-
Ion sulfit
2-
Ion sulfat
PO33-
Ion fosfit
PO43-
Ion fosfat
Monoatomik
SO4
101
AsO33-
Ion arsenit
AsO43-
Ion arsenat
SbO33-
Ion antimonit
SbO43-
Ion antimonat
ClO-
Ion hipoklorit
ClO2-
Ion klorit
-
Ion klorat
ClO3
ClO4-
Ion perklorat
MnO4-
Ion permanganat
MnO42-
Ion manganat
CrO42-
Ion kromat
Cr2O72-
Ion dikromat
1. Aturan Penulisan Rumus Kimia
Ay+ + Bx-
AxBy
2. Aturan Penamaan senyawa biner logam-non logam
Tata nama IUPAC: Menyebutkan ion positif + ion negatif diberi akhiran ida
Beri angka romawi untuk unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan
oksidasi.
Contoh:
Na+ + S2-  Na2S = Natrium sulfida
Nama unsur non logam + “ida”
Fe2+ + 2 Cl-  FeCl2 = besi (II) klorida
102
Nama unsur logam + “ida”
Rumus Kimia
Nama senyawa
Na2S
Natrium sulfida
MgO
Magnesium oksida
FeCl2
Besi(II) klorida
FeCl3
Besi(III) klorida
3. Senyawa Yang Tersusun Atas Non Logam dan Non Logam
Awalan :
1 = mono
4 = tetra
7 = okta
2 = di
5 = penta
8 = nona
3 = tri
6 = heksa
9 = deka
a. Tata nama IUPAC
Menuliskan awalan unsur nonlogam pertama kemudian menuliskan nama
unsur nonlogam pertama diikuti awalan unsur nonlogam kedua, kemudian
unsur nonlogam kedua ditambahkan akhiran ida.
b. Penamaan berdasarkan sistem stock
Nama nonlogam yang memiliki bilangan oksidasi positif ditulis lebih dahulu
kemudian diikuti bilangan oksidasinya menggunakan angka romawi dalam kurung
kemudian diikuti dengan nama nonlogam yang memiliki biloks negatif dengan
menambah akhiran ida.
Rumus kimia
Nama senyawa IUPAC
Nama Senyawa sistem Stock
N2 O
Dinitrogen monoksida
Nitrogen(I) oksida
NO
Nitrogen monoksida
Nitrogen(II) oksida
N2 O3
Dinitrogen trioksida
Nitrogen(III) oksida
NO2
Nitrogen dioksida
Nitrogen(IV) oksida
103
N2 O5
Dinitrogen
Nitrogen(V) oksida
pentaoksida
PCl3
Fosfor triklorida
Fosfor(III) klorida
PCl5
Fosfor pentaklorida
Fosfor(V) klorida
4. Senyawa poliatom
Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda. Cara
penamaan nama kation disebutkan lebih dahulu kemudian diikuti nama anion.
Jika kation mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, beri angka romawi
setelah nama kation. Contoh :
Fe3+ + PO43- FePO4
(besi (III) fospat)
Rumus kimia
Nama senyawa
Mn(SO3)2
Mangan(IV) sulfit
PbSO4
Timbal(II) sulfat
Kromium(III) perklorat
Cr(ClO4)3
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) tanpa
melalui snowball throwing.
2. Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No
1
Kegiatan guru
Waktu
Kegiatan Awal
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b) Guru mengkondisikan kelas sesuai
dengan model pembelajaran TPS (Think
3 menit
104
Pair Share).
2
2 menit
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a) Siswa membaca sekilas tentang materi
5 menit
yang akan dipelajari
b) Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan
tentang sejauh mana menguasai materi
5 menit
yang akan dipelajari
c) Guru menerangkan cara memberi nama
senyawa menurut IUPAC.
20 menit
Elaborasi
a) Siswa mencatat materi ini
20 menit
b) Guru membagikan soal untuk berdiskusi
dengan kelompoknya
15 menit
Konfirmasi
Guru dan siswa membahas latihan soal
secara bersama – sama.
3
15 menit
Penutup
a) Siswa dengan bimbingan guru menarik
5 menit
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: tabel daftar harga bilangan oksidasi unsur-unsur
Sumber Belajar : Lembar kerja siswa
Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
105
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotorik
IX. EVALUASI
Tugas Diskusi
1. Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut!
a) HNO2
b) K2CrO7
c) AlBr3
d) HF
e) HClO4
2. Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut!
a) Besi(III) oksida
106
b) Natrium fosfat
c) Dikloro heptaoksida
d) Kalium kromat
e) Asam sulfit
Kunci Jawaban
1. Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut!
a) Asam nitrit
b) Kalium dikromat
c) Aluminium bromida
d) Hidrogen fluorida
e) Asam perklorat
2. Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut!
a) Fe2O3
b) Na3PO4
c) Cl2O7
d) K2CrO4
e) H2SO3
107
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:V
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II.
INDIKATOR
Menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
III. TUJUAN
Siswa dapat menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah
lingkungan.
108
IV. MATERI
A. Aplikasi Reaksi Redoks
1. Baterai biasa atau Sel kering
Baterai biasa disebut juga sebagai sel kering sel leclanche dibuat dari wadah
seng yang berfungsi sebagai anoda (elekktroda negatif) dan batang grafit/karbon
sebagai katoda (elektroda positif). Sebagai elektrolit digunakan campuran
berbentuk pasta yang terdiri atas MnO2, NH4Cl, dan air.
Reaksi yang berlangsung di setiap elektroda sebagai berikut:
Anoda : Zn (s)  Zn2+ (aq) + 2 eKatoda : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq)  Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l)
2. Sel aki (accumulator)
Aki disebut juga sebagai sel timbal (sel Pb) karena terdiri atas rangkaian
lempeng timbal. Sel ini dapat diisi ulang (distrum) dengan arus listrik. Sebagai
anoda digunakan Pb dan sebagai katoda digunakan lempeng PbO2. Adapun
elektrolit yang digunakan H2SO4 30%.
Reaksi sel yang berlangsung di kedua elektrodanya sebagai berikut:
Anoda : Pb (s)  Pb2+ (aq) + 2 eKatoda : PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e-  Pb2+ (aq) + 2 H2O (l)
Pb(s) + PbO2(s) + 4 H+ (aq)  2 Pb2+ (aq) + 2 H2O(l)
3. Pengolahan air kotor
Pengolahan air limbah dengan menggunakan lumpur aktif pertama kali
dikembangkan di Inggris. Dinamakan lumpur aktif karena melibatkan produksi
mikroorganisme yang merupakan biomassa aktif untuk mereduksi limbah organik
secara aerob (membutuhkan oksigen).
Pada bagian berikut dibahas mengenai tahap pengolahan limbah dengan
cara lumpur aktif (activated sludge process). Dengan bantuan mikroorganisme,
109
bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi secara enzimatis menjadi CO2,
H2O, NO3-, SO42-, PO43-. Mikroorganisme dapat digunakan untuk membentuk
lumpur aktif diantaranya:
a) Bakteri : Alcaligenes, Flavobacterium, dan Pseudomonas.
b) Jamur : Vorticella, Opercularia, dan Paramecium.
Proses pengolahan air limbah dengan lumpur aktif meliputi beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Pengambilan/penambahan lumpur aktif ke dalam tangki aerasi.
2. Proses aerasi campuran lumpur aktif dan air limbah.
3. Pengadukan untuk membantu kontak antara mikroorganisme dari lumpur
aktif denganbahan organik.
4. Proses sedimentasi (pengendapan) untuk memisahkan lumpur aktif dan air
bersih.
5. Diperoleh lumpur aktif yang dikembalikan ke proses awal. Lumpur aktif
yang berlebih dapat dibuang atau digunakan lagi.
Pengolahan limbah menggunakan lumpur aktif, dimanfaatkan untuk
mengolah limbah yang tercemar agar menghasilkan air jernih yang dimanfaatkan
sehari-hari.
V. MODEL DAN METODE PENDEKATAN
1. Model : Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)tanpa melalui
snowball throwing.
2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No
1
Kegiatan guru
Waktu
Kegiatan Awal
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b) Guru mengingatkan siswa tentang materi
pertemuan yang lalu. Lalu menanyakan
2 menit
4 menit
110
aplikasi redoks dalam kehidupan seharihari.
c) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan
model pembelajaran TPS (Think Pair
4 menit
Share).
2
Kegiatan Inti.
Eksplorasi
a) Siswa membaca sekilas tentang materi
10 menit
yang akan dipelajari
b) Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan
tentang sejauh mana menguasai materi
10 menit
yang akan dipelajari
c) Guru menjelaskan tentang aplikasi reaksi
redoks terhadap kehidupan sehari-hari.
20 menit
Elaborasi
a. Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh
5 menit
guru.
b. Guru membagikan soal untuk berdiskusi
dengan kelompoknya
10 menit
Konfirmasi
Guru dan siswa membahas latihan soal secara
15 menit
bersama – sama.
3
Penutup
a) Guru memberikan tugas rumah
b) Siswa dengan bimbingan guru menarik
2 menit
111
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
c) Guru menutup pelajaran
5 menit
3 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar :
a. Lembar kerja siswa
b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: -
2. Ranah Afektif
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi kelompok
Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi hasil diskusi kelompok
Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotor
112
IX. EVALUASI
Lembar Diskusi
Lembar diskusi ini berjumlah 4 lembar. 1 lembar diskusi di gunakan untuk 2
kelompok. Lembar diskusi ini berisi aplikasi redoks dalam kehidupan
sehari-hari.
Diskusikan dengan anggota kelompokmu.
Jawablah pertanyaan yang ada di dalam kartu!
Reaksi Redoks pada Baterai
Biasa atau Sel Kering
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep ..........................................................
.............................................................................................................................
..
Kegunaan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Reaksi Redoks pada Aki
(Accumulator)
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep
..........................................................
Kegunaan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
113
Reaksi Redoks pada Pengolahan
Limbah dengan Lumpur Aktif
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep ..........................................................
......................................................................................................................................
........................................................................................................................
Reaksi Fotosintesis
Kegunaan :
...............................................................................................................................
Reduksi
:
......................................................................................................................................
........................................................................................................................
Oksidasi
:
...............................................................................................................................
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep
..........................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
....
Tugas Rumah
Kegunaan :
1. Jelaskan
proses korosi yang terjadi pada logam! Sebutkan langkah-langkah
...............................................................................................................................
untuk mencegah proses korosi pada besi!
........................................................................................................................................
2. Beberapa
buah-buahan dan sayuran bisa berubah warna menjadi kecoklatan
......................................................................................................................
jika dipotong. Berdasarkan konsep redoks jelaskan mengapa hal itu bisa
...............................................................................................................................
terjadi! Sebutkan cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
114
Kunci Jawaban Kartu Diskusi
Reaksi Redoks pada Baterai
Biasa atau Sel Kering
Oksidasi : Zn (s)  Zn2+ (aq) + 2 eReduksi : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq)  Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l)
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Serah terima elektron
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan:
Baterai banyak digunakan sebagai sumber energi. Misalnya mainan, senter,
jam dinding dan lain-lain.
115
Reaksi Redoks pada Aki
(Accumulator)
Oksidasi :Pb (s)  Pb2+ (aq) + 2 eReduksi :PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e-  Pb2+ (aq) + 2 H2O (l)
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Serah terima elektron
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan aplikasi:
Penggunaan aki pada umumnya adalah digunakan sebagai sumber energi pada
kendaraan bermotor, mobil alat setrum ikan dll.
Reaksi Fotosintesis
6CO2 + 6H2O C6H12O6
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Reaksi dengan oksigen
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan aplikasi:
Daun dan batang tanaman digunakan untuk memproduksi glukosa.
116
Reaksi Redoks pada Pengolahan
Limbah dengan Lumpur Aktif
-
Oksidasi :bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi menjadi CO2, H2O, NO3 ,
SO42-, PO43Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Reaksi dengan oksigen
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan :
Pengolahan limbah dg lumpur aktif digunakan untuk menghasilkan air jernih
dari limbah cair.
Kunci Jawaban Tugas Rumah
1. Mudah tidaknya logam berkarat tergantung dari keaktifan logam itu, Makin
aktif logam makin mudah berkarat. Akan tetapi, beberapa logam seperti
seng dan aluminium yang sebenarnya lebih aktif daripada besi, ternyata
tahan karat (lebih awet).
Pada
peristiwa
perkaratan
(korosi),
logam
mengalami
oksidasi,
Sedangkan oksigen mengalami reduksi. Misalnya saja pada peristiwa
perkaratan besi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O =>
berwarna coklat-merah.
Reaksi yang terjadi pada perkaratan besi:
Oksidasi
: Fe(s)→ Fe2+(aq) +2 e
Reduksi
: O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e → 4 OH-
117
Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk
ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi
Fe2O3.xH2O, yaitu karat besi. Cara pencegahan korosi dapat dilakukan
dengan:
a. Logam perlu dilapisi cat atau minyak
b. Logam dilapisi dengan logam yang kurang mulia (logam
pelindung). Logam pelindung ini akan teroksidasi terlebih dulu.
Contoh logam pelindung besi adalah Zn, Al, dan Mg.
c. Pembuatan aliasi. Paduan logam menyebabkan logam tahan
terhadap karat. Contohnya stainless steel (larutan padat dari Fe,
Cr, dan Ni)
d. Logam disimpan di tempat yang lebih kering dan bersih, tidak
lembab, apalagi terendam air.
2. Sayur-sayuran dan buah-buahan pada kulit umumnya mengandung enzim
PPO (polyphenol Oxsidase). Pencoklatan pada buah apel dan buah lain
setelah dikupas disebabkan oleh pengaruh aktivitas enzim Polyphenol
Oxidase (PPO), yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus
monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang selanjutnya diubah lagi
menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna coklat.
Karena teroksidasi, buah dan sayuran akan berwarna coklat dan lebih cepat
busuk. Untuk mencegah buah-buah dan sayur teroksidasi dapat dilakukan
dengan cara membungkus buah dan sayuran segar dalam plastik kedap
udara agar terhindar dari kontak langsung dengan udara bebas sehingga
sayuran akan lebih tahan lama. Selain itu dapat dilakukan pula dengan
menghambat cara kerja enzim PPO yaitu dengan pemanasan dan
pengasaman agar aktifitas enzim tersebut terhambat. Caranya adalah
dengan merendam buah atau sayur dalam air panas kemudian dilumuri /
direndam dalam larutan asam.
118
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 1 Tunjungan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:I
KOMPETENSI DASAR
4.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II.
INDIKATOR
Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan
penurunan bilangan oksidasi.
III. TUJUAN
Siswa
dapat
membedakan
konsep
oksidasi-reduksi
ditinjau
dari
penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron,
serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
119
IV. MATERI
A. Konsep Reduksi-Oksidasi
Reaksi redoks mengandung dua pengertian, yaitu reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi. Pengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu kimia.
Reaksi reduksi oksidasi banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka, perkaratan besi, fotosintesis dan
lain-lain. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara bersamaan yang biasa
disebut reaksi redoks.
B. Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen
Pada mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari penggabungan
dan pelepasan oksigen. Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai
reaksi
penggabungan/pengikatan oksigen oleh suatu zat. Sebaliknya reaksi pelepasan
oksigen oleh suatu zat disebut reaksi reduksi.
Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen
Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen
Contoh reaksi oksidasi:
a.
Reaksi pembakaran
C(s) + O2(g)  CO2(g)
b.
Perkaratan logam, misalnya besi
4 Al(s) + 3 O2(g)  2Al2O3(s)
Contoh reaksi reduksi:
a.
Reduksi bijih besi oleh karbon monoksida
Fe2O3(s) + 3 CO(g)  2 Fe(s) + 3 CO2(g)
120
b.
Reaksi fotosintesis
6 CO2 (g)+ 6 H2O(l)  C6H12O6(s) + 6 H2O(g)
C. Konsep Redoks Berdasarkan Serah Terima Elektron
Pada reaksi Na(s) + S(s)
Na2S(s) tidak melibatkan gas oksigen, maka
konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen tidak dapat
digunakan. Konsep redoks berkembang, bukan lagi pengikatan dan pelepasan
oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan elektron.
Oksidasi adalah pelepasan elektron
Reduksi adalah penerimaan elektron
Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Contohnya pada
pembentukan ion Mg2+.
Mg(s)
Mg2+(aq) + 2e-
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi. Contohnya
pada pembentukan ion Cl–.
Cl2(s) + 2e-
2Cl-(aq)
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi secara simultan, artinya jika
suatu spesi melepas elektron berarti ada spesi lain yang menyerapnya. Hal itu
berarti bahwa setiap oksidasi disertai reduksi. Reaksi yang melibatkan oksidasi
dan reduksi disebut reaksi redoks. Reaksi natrium dengan sulfur di atas terdiri dari
2 setengah reaksi berikut.
Reaksi oksidasi : Mg(s)
Mg2+(aq) + 2e–
Reaksi reduksi : Cl2(s) + 2e–
2Cl–(aq)
Reaksi redoks : Mg(s) + Cl2(s)
Mg2+(aq) + Cl-(aq)
121
D. Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Konsep reaksi redoks yang lebih universal yaitu konsep reaksi redoks
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks yang sukar dijelaskan
dengan konsep oksigen dan konsep elektron dapat dengan mudah dijelaskan
menggunakan konsep perubahan bilangan oksidasi.
Oksidasi adalah pertambahan bilangan oksidasi
Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi
Pada reaksi:
Zn
CuSO4
+
B.O Zn=0
B.O Cu= +2
ZnSO4
+
B.O Zn= +2
Cu
B.O Cu=0
oksidasi
reduksi
Setelah melepas 2 elektron bilangan oksidasi seng (Zn) naik dari 0 menjadi
+2 (oksidasi), tembaga (Cu) setelah menangkap 2 elektron bilangan oksidasinya
turun dari +2 menjadi 0 (reduksi).
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1.
Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing.
2.
Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
Waktu
1. Kegiatan Awal
a) Guru memberikan apersepsi dengan
menunjukkan contoh reaksi redoks
dalam kehidupan sehari-hari.
5 menit
122
Contoh: reaksi yang terjadi pada
kembang api
a) Guru mengkondisikan kelas sesuai
dengan model pembelajaran TPS (Think
3 menit
Pair Share).
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2
menit
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
a)
15 menit
Guru menjelaskan
tentangperkembangan konsep redoks.
b)
Setiap kelompok diberi tugas untuk
10 menit
mendiskusikan kembali konsep redoks
dengan model pembelajaran TPS
(Think Pair Share).
Elaborasi
Melalui pendekatan snowball throwing
20 menit
bimbingan antarteman, setiap kelompok
mencoba untuk menyelesaikan soal
yang di dalam kertas dari kelompok
lain. Guru membantu jika dalam
kelompok tersebut tidak ada yang bisa
memecahkan soal.
Konfirmasi
15 menit
Guru bersama dengan siswa mendiskusikan
soal yang telah diberikan.
123
3 Kegiatan Akhir
a) Siswa mengerjakan 4 soal yang
diberikan oleh guru tanpa bantuan
15 menit
temannya, hasil tes ini sebagai alat ukur
kemampuan siswa memahami materi.
b) Guru bersama dengan siswa
menyimpulkan materi yang telah
3 menit
dipelajari.
c) Guru menutup pelajaran.
2 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
1.
Media
: LCD proyektor
2.
Sumber Belajar : Lembar kerja siswa
Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
Jakarta : Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Penilaian siswa di ambil dari :
Aspek yang dinilai:
2. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 3. Ranah Afektif
Prosedur
: Observasi langsung
124
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
IX. EVALUASI
Latihan Soal 1 (Diskusi Kelompok)
Petunjuk :
1. Lengkapilah titik-titik tersebut dengan oksidasi atau reduksi!
2. Untuk soal b, d, dan f tentukanlah konsep reaksi redoks yang ada pada
reaksi tersebut!
Contoh :
Reaksi yang disertai dengan pelepasan oksigen. (reaksi reduksi)
C(s) + O2(g)
CO2(g)
(reaksi oksidasi)
Konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
a. Reaksi yang disertai dengan pengikatan oksigen (............................)
b. HgO(s)
Hg(l) + O2(g)
(............................)
Konsep ............................................
c. Reaksi yang disertai dengan pelepasan elektron (............................)
d. F + e
F-
(............................)
Konsep ...........................................
e. Reaksi yang diikuti dengan penambahan bilangan oksidasi
(........................)
125
f. 2Al
3H2SO4
+
B.O Al=0
B.O H= +1
Al2(SO4)3
B.O Al= +3
+
3H2
B.O H=0
............
.............
Konsep .............................................................
Latihan Soal 2 (Tes Individu)
1.
Jelaskan reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari konsep bilangan
oksidasi!
2. Tentukanlah reaksi di bawah ini termasuk reaksi oksidasi atau reduksi!
a. C6H12O6(aq) + 6 O2 CO2(g) + 2 H2O(g)
b. Fe2O3(s) + 3 CO(g)  2 Fe(s) + 3 CO2(g)
3. Reaksi di bawah ini merupakan reaksi redoks pembentukan CaS.
lengkapilah titik-titik di bawah ini!
Reaksi ............ : Ca(s)
Ca2+(aq) + 2e–
Reaksi reduksi : S(s) + .....
Reaksi redoks : Ca(s) + S(s)
...... (aq)
Ca2+(aq) + S2-(aq)
4. Jelaskan reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari konsep pengikatan dan
pelepasan oksigen!
Tugas Rumah
1. Nyatakan apakah proses berikut tergolong oksidasi, reduksi, atau redoks.
Jelaskan berdasarkan konsep yang mendasarinya!
a)
4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s)
b)
6 CO2(g) + 6 H2O  C6H12O6(aq) + 6 O2(g)
c)
Zn + Cu2+ Zn2+ +Cu
d)
2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e-  Mn2O3(s) + 2 OH-(aq)
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini!
a) Berapakah biloks dari Cl2?
b) Hitunglah biloks H dalam senyawa H2O dan LiH!
126
c) Hitunglah biloks S dalam senyawa SO42-!
Kunci Jawaban
Latihan Soal 1 (Diskusi Kelompok)
Petunjuk :
1. Lengkapilah titik-titik tersebut dengan oksidasi atau reduksi!
2. Untuk soal b, d, dan f tentukanlah konsep reaksi redoks yang ada pada
reaksi tersebut!
Contoh :
Reaksi yang disertai dengan pelepasan oksigen. (reaksi reduksi)
C(s) + O2(g)
CO2(g)
(reaksi oksidasi)
Konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen
a. Reaksi yang disertai dengan pengikatan oksigen
(oksidasi)
b. HgO(s)
Hg(l) + O2(g)
(reduksi)
Konsep pelepasan dan pengikatan oksigen
c. Reaksi yang disertai dengan pelepasan elektron
(oksidasi)
d. F + e
F-
(reduksi)
Konsep serah terima elektron
e. Reaksi yang diikuti dengan penambahan bilangan oksidasi
(oksidasi)
f. 2Al
B.O Al=0
+
3H2SO4
B.O H= +1
oksidasi
reduksi
Konsep perubahan biloks
Al2(SO4)3
B.O Al= +3
+
3H2
B.O H=0
127
Latihan Soal 2 (Tes Individu)
1. Reduksi adalah reaksi yang disertai dengan penurunan bilangan oksidasi.
Oksidasi adalah reaksi yang disertai dengan penambahan bilangan
oksidasi.
2. Reaksi:
a. C6H12O6(aq) + 6 O2 CO2(g) + 2 H2O(g)
(reaksi oksidasi)
b. Fe2O3(s) + 3 CO(g)  2 Fe(s) + 3 CO2(g)
(reaksi reduksi)
3. Reaksi di bawah ini merupakan reaksi redoks pembentukan CaS.
lengkapilah titik-titik di bawah ini!
Reaksi oksidasi : Ca(s)
Ca2+(aq) + 2e–
Reaksi reduksi : S(s) + 2e
`Reaksi redoks : Na(s) + S(s)
S2-(aq)
CaS(s)
4. Reduksi adalah reaksi yang disertai dengan pelepasan oksigen.
Oksidasi adalah reaksi yang disertai dengan pengikatan oksigen.
Tugas Rumah
1. Penggolongan contoh reaksi berdasarkan konsepnya:
a)
4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s)
Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan
pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut melibatkan reaksi
dengan oksigen. Reaksi tersebut dapat pula dikaitkan dengan konsep
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi
tersebut Na mengalami oksidasi (kenaikan bilangan oksidasi) dan O
mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi).
b)
6 CO2(g) + 6 H2O  C6H12O6(aq) +6 O2(g)
Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan
pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut menghasilkan
produk dengan melepaskan oksigen. Selain itu konsep penurunan
128
dan kenaikan bilangan oksidasi juga dapat menjelaskan reaksi
tersebut digolongkan reaksi redoks. Bilangan oksidasi C dalam
senyawa CO2 berubah dari +4 menjadi 0 pada senyawa C6H12O6
(bilangan oksidasi 0 pada C6H12O6 merupakan jumlah keseluruhan
bilangan oksidasi dari keenam atom C pada senyawa tersebut). Hal
ini berarti C mengalami reaksi reduksi. Sedangkan O mengalami
oksidasi. Bilangan oksidasi O berubah dari -2 menjadi 0.
c)
Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) +Cu(s)
Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi redoks berdasarkan konsep
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi
tersebut Zn mengalami oksidasi (kenaikan bilangan oksidasi) dan Cu
mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi).
d)
2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e- Mn2O3(s) + 2 OH-(aq)
Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi reduksi berdasarkan
konsep serah terima elektron dan kenaikan penurunan bilangan
oksidasi karena dalam reaksi tersebut Mn mengalami penurunan
bilangan oksidasi dengan mengikat 2 elektron.
2.
a. 0
b. +1, -1
c. +6
.
129
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
pertemuan ke
: II
I. KOMPETENSI DASAR
5.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
1.
Menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
III. TUJUAN
1.
Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
3.
Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi
konproporsionasi.
130
IV. MATERI
A. Bilangan Oksidasi (Biloks)
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu unsur merupakan bilangan bulat
positif, negatif, dan nol yang diberikan kepada suatu unsur dalam membentuk
senyawa.
Aturan penentuan bilangan oksidasi:
Aturan umum:
1. Bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas =0
2. Bilangan oksidasi ion monoatom = muatan ionnya
3. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral = 0. sedangkan
jumlah bilangan oksidasi atom dalam ion poliatom = muatan ionnya
Aturan untuk unsur-unsur golongan utama:
1. Bilangan oksidasi Fluorin (F) dalam senyawa = -1
2. Bilangan oksidasi Hidrogen (H) jika berikatan dengan nonlogam= +1 jika
berikatan dengan logam =-1
3. Bilangan oksidasi Oksigen (O) dalam senyawanya =-2 kecuali dalam:
senyawa fluorida(OF2)=+2
peroksida (H2O2, Na2O2)= -1
superoksida (KO2 , CsO2)=-½
4. Bilangan oksidasi logam golongan IA =+1, dan bilangan oksidasi logam
golongan IIA=+2
5. Bilangan oksidasi nonlogam dalam senyawa biner mempunyai bilangan
oksidasi = muatan ionnya.
Aturan bilangan oksidasi logam transisi:
Bilangan oksidasi logam transisi dapat lebih dari 1
B. Oksidator dan Reduktor
131
Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi
reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya.
Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi.
Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi
(oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi.
Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi.
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)melalui
snowball throwing.
2. Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
Waktu
1. Kegiatan Awal
a) Guru memberikan pretest mengenai
penentuan biloks selama 10 menit.
b) Guru mengkondisikan kelas sesuai
15 menit
3 menit
dengan model pembelajaran TPS (Think
Pair Share).
2 menit
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru menerangkan tentang penentuan
bilangan oksidasi atom dalam senyawa
15 menit
atau ion dan penentuan oksidator dan
reduktor dalam reaksi redoks
b) Setiap kelompok diminta untuk
mendiskusikan penentuan biloks dan
tanya jawab.
15 menit
132
Elaborasi
a) Melalui pendekatan snowball throwing
bimbingan antarteman, setiap siswa
mencoba untuk menyelesaikan soal yang
20 menit
di dalam kertas dari kelompok lain.
Guru membantu jika dalam kelompok
tersebut tidak ada yang bisa
memecahkan soal.
Konfirmasi
a)
Guru memberikan kesempatan kepada
10 menit
siswa untuk menyampaikan jawaban
maupun menjawab pertanyaan
temannya.
b) Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang aktif dalam
5 menit
pembelajaran.
3. Kegiatan Akhir
a) Guru bersama dengan siswa
menyimpulkan materi penentuan
bilangan oksidasi atom dalam senyawa
atau ion dan penentuan oksidator dan
reduktor dalam reaksi redoks yang telah
dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran.
5 menit
133
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar :
a.
Lembar kerja siswa
b.
Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta :
Erlangga.
c.
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Penilaian siswa di ambil dari :
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
134
IX. EVALUASI
Soal
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Berapakah biloks dari N2?
2. Hitunglah biloks H dalam senyawa HCl dan LiH!
3. Hitunglah biloks O dalam senyawa H2O, Na2O2, dan KO2!
4. Hitunglah biloks Cr dalam senyawa Cr2O72-!
5. Pada reaksi berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di
atas Cu mengalami...Cu disebut..
Kunci Jawaban
1. 0
2. +1, -1
3. -2, -1, -1/2
4. +6
5. Pada reaksi:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai
reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
135
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: III
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
III. TUJUAN
1.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
2.
Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi
konproporsionasi
136
IV. ANALISIS MATERI
A. Oksidator dan Reduktor
Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi
reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya.
Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi.
Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi
(oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi.
Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi.
B. Reaksi Disproporsionasi dan Reaksi Konproporsionasi
Apabila pereaksi mengalami reaksi oksidasi dan reduksi, maka reaksi ini
disebut reaksi autoredoks/disproporsionasi.
Contoh :
2Na2S2O3
+
2S+
4HCl
Biloks S= +2 biloks S= 0
2SO3 + 2H2O + NaCl
biloks S = +6
Reduksi
Oksidasi
Reaksi yang merupakan kebalikan dari reaksi autoredoks disebut reaksi
konproporsionasi/anti autoredoks.
Contoh :
2 H2S
+
biloksS= -2
SO2
3 S
biloksS= +4
+
2H2O
biloks S= 0
oksidasireduksi
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
137
1. Model : Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)melaluisnowball
throwing.
2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
1.KegiatanAwal
Waktu
10 menit
a) Guru memberikan pretest mengenaipenentuan biloks selama 10 menit
Soal Pretest
1. Pada reaksi berikut:
CuO + H2 → Cu + H2O
Tentukan senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi!
2
Pada reaksi berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas
Cu mengalami...Cu disebut..
3.
Cermati kedua reaksi dibawah ini. Apakah reaksi reaksi tersebut
termasuk reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi. Serta
berikan alasannya.
a. I2+ 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq)
b. MnO4 - + Mn2+ → MnO2
b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS
3 menit
(Think Pair Share).
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru menyampaikan materi tentang penentuan oksidator dan
2 menit
138
reduktor dalam reaksi redoks, serta reaksi disproporsionasi.
b) Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikanpenentuan oksidator
dan reduktor dalam reaksi redoks, serta reaksi disproporsionasi.
15 menit
2 menit
c) Guru bersama dengan siswa mendiskusikan kembali yang telah
dipelajari siswa melalui diskusi dan tanya jawab.
13 meni
Elaborasi
a) Melalui pendekatan snowball throwing bimbingan antarteman
setiap kelompok mencoba untuk menyelesaikan soal yang telah di
dapat di dalam kertas dari kelompok lain. Guru membantu jika
20 menit
dalam kelompok tersebut tidak ada yang bisa memecahkan soal.
Konfirmasi
a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
jawaban maupun menjawab pertanyaan temannya.
15 menit
b) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam
pembelajaran.
2.
Kegiatan Akhir
a) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran.
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar :
a. Lembar kerja siswa
b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
5menit
5 menit
139
Jakarta : Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Penilaian siswa di ambil dari :
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2.Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3 Ranah Psikomotorik
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
IX.
EVALUASI
Soal Pretest
1.
Pada reaksi berikut:
CuO + H2 → Cu + H2O
Tentukan senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi.
2.
Pada reaksi berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
140
Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di
atas Cu mengalami...Cu disebut..
3.
Cermati kedua reaksi dibawah ini. Apakah reaksi reaksi tersebut
termasuk reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi. Serta berikan
alasannya.
a. I2+ 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq)
b.MnO4 - + Mn2+ → MnO2
Kunci Jawaban
Soal Pretest
1. CuO
+
H2 →
+2
Cu
0
+
H2O
0
Reduksi
+1
Oksidasi
Yang mengalami reduksi adalah Cu dalam CuO menjadi Cu
Yang mengalami oksidasi adalah H dalam H2 menjadi H2O
2. Pada reaksi:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai
reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
3. Menggolongkan jenis reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi
a. I2(aq) + 6 OH-(aq) → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq)
0
reduksi
-1
+5
Bilangan oksidasi I berubah dari 0 menjadi -1 dan +5. Karena reaktan yang
sama mengalami oksidasi dan reduksi menghasilkan 2 produk yang
berbeda maka reaksi tersebut merupakan reaksi disproporsionasi.
141
b. MnO4 - + Mn2+ → 2 MnO2
+7
Reduksi
+2
+4
Oksidasi
Bilangan oksidasi Mn berubah dari +7 dan +2 menjadi +4. Karena hasil
oksidasi dan reduksi merupakan 1 produk yang sama maka reaksi tersebut
adalah reaksi konproporsionasi.
142
Lampiran 10
RENCANA PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: IV
KOMPETENSI DASAR
4.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
1. Memberi nama senyawa menurut IUPAC.
III. TUJUAN
1. Siswa dapat memberi nama senyawa menurut IUPAC.
IV. ANALISIS MATERI
A. TATA NAMA SENYAWA
Pengetahuan tentang bilangan oksidasi digunakan untuk mengklasifikasikan
senyawa, termasuk mengetahui sifat suatu senyawa. Salah satu manfaat bilangan
oksidasi yaitu untuk memberikan nama suatu senyawa yang bisa membentuk
beberapa senyawa dengan unsur lain. Sebagai contoh, besi dapat membentuk dua
143
macam senyawa dengan oksigen, yaitu FeO dan Fe2O3. Untuk pemberian nama
kedua senyawa tersebut akan mengalami kesulitan apabila tidak memperhatikan
bilangan oksidasi, sebab keduanya merupakan senyawa yang bernama oksida.
Penggolongan jenis anion dan kation sebagai berikut:
Kation Monovalen
Kation polivalen
Nama
Ion ammonium
Cr2+
Ion kromium (II)
Li+
Ion Litium
Cr3+
Ion kromium (III)
Na+
Ion Natrium
Fe2+
Ion besi (II)
K+
Ion Kalium
Fe3+
Ion besi (III)
Rb+
Ion Rubidium
Co2+
Ion kobalt (II)
Cs+
Ion Sesium
Co3+
Ion kobalt (III)
NH4+
+
Be
Nama
+
Ion Berilium
Cu
Ion tembaga (I)
Mg2+
Ion Magnesium
Cu2+
Ion tembaga (II)
Ca2+
Ion Kalsium
Pb2+
Ion timbal (II)
Sr2+
Ion Stronsium
Pb4+
Ion timbal (IV)
Ba2+
Ion Barium
Sn2+
Ion timah (II)
Al3+
Ion Aluminium
Sn4+
Ion timah (IV)
Anion
Nama
Anion Poliatomik
Nama
F-
Ion flourida
CN-
Ion sianida
Cl-
Ion klorida
OH-
Ion hidroksida
Br-
Ion bromida
CO32-
Ion karbonat
I-
Ion iodida
NO2-
Ion nitrit
O2-
Ion oksida
NO3-
Ion nitrat
S2-
Ion sulfida
SO32-
Ion sulfit
2-
Ion sulfat
PO33-
Ion fosfit
PO43-
Ion fosfat
Monoatomik
SO4
144
AsO33-
Ion arsenit
AsO43-
Ion arsenat
SbO33-
Ion antimonit
SbO43-
Ion antimonat
ClO-
Ion hipoklorit
ClO2-
Ion klorit
-
Ion klorat
ClO3
ClO4-
Ion perklorat
MnO4-
Ion permanganat
MnO42-
Ion manganat
CrO42-
Ion kromat
Cr2O72-
Ion dikromat
Aturan Penulisan Rumus Kimia
Ay+ + Bx-
AxBy
2. Aturan Penamaan senyawa biner logam-non logam
Tata nama IUPAC: Menyebutkan ion positif + ion negatif diberi akhiran ida
Beri angka romawi untuk unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan
oksidasi.
Contoh:
Na+ + S2-  Na2S = Natrium sulfida
Nama unsur non logam + “ida”
Fe2+ + 2 Cl-  FeCl2 = besi (II) klorida
145
Nama unsur logam + “ida”
Nama unsur logam + “ida”
Rumus Kimia
Nama senyawa
Na2S
Natrium sulfida
MgO
Magnesium oksida
FeCl2
Besi(II) klorida
FeCl3
Besi(III) klorida
3. Senyawa Yang Tersusun Atas Non Logam dan Non Logam
Awalan :
1 = mono
4 = tetra
7 = okta
2 = di
5 = penta
8 = nona
3 = tri
6 = heksa
9 = deka
a. Tata nama IUPAC
Menuliskan awalan unsur nonlogam pertama kemudian menuliskan nama
unsur nonlogam pertama diikuti awalan unsur nonlogam kedua, kemudian
unsur nonlogam kedua ditambahkan akhiran ida.
b. Penamaan berdasarkan sistem stock
Nama nonlogam yang memiliki bilangan oksidasi positif ditulis lebih
dahulu kemudian diikuti bilangan oksidasinya menggunakan angka
romawi dalam kurung kemudian diikuti dengan nama nonlogam yang
memiliki biloks negatif dengan menambahkan akhiran ida.
Rumus kimia
Nama senyawa IUPAC
Nama Senyawa sistem Stock
N2 O
Dinitrogen monoksida
Nitrogen(I) oksida
NO
Nitrogen monoksida
Nitrogen(II) oksida
N2 O3
Dinitrogen trioksida
Nitrogen(III) oksida
NO2
Nitrogen dioksida
Nitrogen(IV) oksida
N2O5
Dinitrogen
Nitrogen(V) oksida
146
pentaoksida
PCl3
Fosfor triklorida
Fosfor(III) klorida
PCl5
Fosfor pentaklorida
Fosfor(V) klorida
4. Senyawa poliatom
Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda. Cara
penamaan nama kation disebutkan lebih dahulu kemudian diikuti nama anion.
Jika kation mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, beri angka romawi
setelah nama kation. Contoh :
Fe3+ + PO43- FePO4
(besi (III) fospat)
Rumus kimia
Nama senyawa
Mn(SO3)2
Mangan(IV) sulfit
PbSO4
Timbal(II) sulfat
Kromium(III) perklorat
Cr(ClO4)3
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
1.
Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)melalui
snowball throwing.
2.
Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Awal
a) Guru
mengkondisikan
kelas
sesuai
dengan model pembelajaran TPS (Think
3 menit
147
Pair Share.
b) Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
2 menit
2 Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru menjelaskan mengenai tata cara
15 menit
pemberian nama menurut IUPAC.
b) Guru menyediakan kartu anion dan
20 menit
kation bagi setiap kelompok. Setiap
individu dalam kelompok diminta untuk
menuliskan 5 senyawa disertai nama
IUPAC senyawa tersebut. Senyawa yang
ditulis tidak boleh sama dengan teman
sekelompoknya.
c) Setiap individu dalam kelompok diminta
untuk
saling
mengecek
15 menit
jawaban
temannya. Guru membantu jika ada
kesulitan.
Elaborasi
20 menit
a) Melalui pendekatan snowball throwing
bimbingan antarteman, setiap siswa
mencoba untuk menyelesaikan soal yang
di dalam kertas dari kelompok lain. Guru
membantu jika dalam kelompok tersebut
tidak ada yang bisa memecahkan soal.
Konfirmasi
148
a) Guru memberikan kesempatan kepada
10 menit
kelompok/siswa untuk menyampaikan
jawaban maupun menjawab pertanyaan
2 menit
temannya.
b) Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok
yang
aktif
dalam
dengan
siswa
pembelajaran.
3 Kegiatan Akhir
a) Guru
bersama
menyimpulkan
materi
yang
telah
4
menit
dipelajari.
b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LKS
Sumber Belajar :
a. Lembar kerja siswa
b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Aspek yang dinilai:
1.
Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2.
Ranah Afektif
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3.
Ranah Psikomotorik
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : -
149
Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotorik
IX. EVALUASI
Latihan Soal (Diskusi)
1.
2.
Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut!
a)
HNO2
b)
K2CrO7
c)
AlBr3
d)
HF
e)
HClO4
Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut!
a)
Besi(III) oksida
b)
Natrium fosfat
c)
Dikloro heptaoksida
d)
Kalium kromat
e)
Asam sulfit
kunci jawaban
1.
Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut!
a) Asam nitrit
b) Kalium dikromat
c) Aluminium bromida
d) Hidrogen fluorida
e) Asam perklorat
2.
Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut!
150
a) Fe2O3
b) Na3PO4
c) Cl2O7
d) K2CrO4
e) H2SO3
151
Lampiran 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit
dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:V
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata
nama senyawa serta penerapannya.
II. INDIKATOR
Menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
III. TUJUAN
Siswa dapat menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
IV. MATERI
A. Aplikasi Reaksi Redoks
1.
Baterai biasa atau Sel kering
Baterai biasa disebut juga sebagai sel kering sel leclanche dibuat dari wadah seng yang
berfungsi sebagai anoda (elekktroda negatif) dan batang grafit/karbon sebagai katoda (elektroda
152
positif). Sebagai elektrolit digunakan campuran berbentuk pasta yang terdiri atas MnO2, NH4Cl,
dan air.
Reaksi yang berlangsung di setiap elektroda sebagai berikut:
Anoda : Zn (s)  Zn2+ (aq) + 2 eKatoda : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq)  Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l)
2.
Sel aki (accumulator)
Aki disebut juga sebagai sel timbal (sel Pb) karena terdiri atas rangkaian lempeng timbal.
Sel ini dapat diisi ulang (distrum) dengan arus listrik. Sebagai anoda digunakan Pb dan sebagai
katoda digunakan lempeng PbO2. Adapun elektrolit yang digunakan H2SO4 30%.
Reaksi sel yang berlangsung di kedua elektrodanya sebagai berikut:
Anoda : Pb (s)  Pb2+ (aq) + 2 eKatoda : PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e-  Pb2+ (aq) + 2 H2O (l)
Pb(s) + PbO2(s) + 4 H+ (aq)  2 Pb2+ (aq) + 2 H2O(l)
3.
Pengolahan air kotor
Pengolahan air limbah dengan menggunakan lumpur aktif pertama kali dikembangkan di
Inggris. Dinamakan lumpur aktif karena melibatkan produksi mikroorganisme yang merupakan
biomassa aktif untuk mereduksi limbah organik secara aerob (membutuhkan oksigen).
Pada bagian berikut dibahas mengenai tahap pengolahan limbah dengan cara lumpur aktif
(activated sludge process). Dengan bantuan mikroorganisme, bahan organik (C, O, H, N, S, dan
P) dioksidasi secara enzimatis menjadi CO2, H2O, NO3-, SO42-, PO43-. Mikroorganisme dapat
digunakan untuk membentuk lumpur aktif diantaranya:
a) Bakteri : Alcaligenes, Flavobacterium, dan Pseudomonas.
b) Jamur : Vorticella, Opercularia, dan Paramecium.
Proses pengolahan air limbah dengan lumpur aktif meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pengambilan/penambahan lumpur aktif ke dalam tangki aerasi.
153
2. Proses aerasi campuran lumpur aktif dan air limbah.
3. Pengadukan untuk membantu kontak antara mikroorganisme dari lumpur aktif
denganbahan organik.
4. Proses sedimentasi (pengendapan) untuk memisahkan lumpur aktif dan air bersih.
5 Diperoleh lumpur aktif yang dikembalikan ke proses awal. Lumpur aktif yang berlebih
dapat dibuang atau digunakan lagi.
Pengolahan limbah menggunakan lumpur aktif, dimanfaatkan untuk mengolah limbah
yang tercemar agar menghasilkan air jernih yang dimanfaatkan sehari-hari.
V.
MODEL DAN METODE PENDEKATAN
1. Model : Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing.
2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan
1 Kegiatan Awal
a. Guru mengkondisikan kelas sesuai
dengan model pembelajaran TPS (Think
Pair Share.
b. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
2 Kegiatan inti
Eksplorasi
Siswa
mendengarkan
penjelasan
mengenai aplikasi redoks dalam
memecahkan persoalan lingkungan.
Waktu
3 menit
2 menit
10 menit
Elaborasi
a) Melalui pendekatan snowball throwing
bimbingan antarteman, setiap 2
kelompok diminta untuk membahas
aplikasi redoks yang tertulis di dalam
kartu.
b) 8 kelompok dengan aplikasi yang
berbeda diminta untuk presentasi di
depan kelas.
Konfirmasi
20 menit
10 menit
154
a) Setiap kelompok diminta untuk
membahas tema yang mereka peroleh di
depan kelas. Guru membantu jika siswa
tidak bisa menjawab pertanyaan.
b) Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok
yang
aktif
dalam
pembelajaran.
3Kegiatan Akhir
a.
Guru
bersama
dengan
siswa
menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
b.
Guru memberikan tugas rumah.
c. Guru menutup pelajaran.
20 menit
10 menit
5 menit
3 menit
2 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar :
a. Lembar kerja siswa
b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
VIII. PENILAIAN
Aspek yang dinilai:
1. Ranah Kognitif
Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal
Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif
Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi kelompok
Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif
3. Ranah Psikomotorik
155
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi hasil diskusi kelompok
Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotorik
IX. EVALUASI
Lembar Diskusi
Lembar diskusi ini berjumlah 4 lembar. 1 lembar diskusi di gunakan untuk 2 kelompok.
Lembar diskusi ini berisi aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
Diskusikan dengan anggota kelompokmu.
Jawablah pertanyaan yang ada di dalam kartu!
Reaksi Redoks pada Baterai
Biasa atau Sel Kering
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep
..........................................................
.............................................................................................................................
..
Kegunaan :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
156
Reaksi Redoks pada Aki
(Accumulator)
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep ..........................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Kegunaan :
...............................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.....................................................................................................................
...............................................................................................................................
Reaksi Redoks pada Pengolahan
Limbah dengan Lumpur Aktif
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep ..........................................................
......................................................................................................................................
........................................................................................................................
Kegunaan :
...............................................................................................................................
......................................................................................................................................
........................................................................................................................
...............................................................................................................................
157
Reaksi Fotosintesis
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep ..........................................................
..................................................................................................................................
............................................................................................................................
Kegunaan :
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.................................................................................................................
Tugas...............................................................................................................................
Rumah
1. Jelaskan proses korosi yang terjadi pada logam! Sebutkan langkah-langkah untuk
mencegah proses korosi pada besi!
2. Beberapa buah-buahan dan sayuran bisa berubah warna menjadi kecoklatan jika dipotong.
Berdasarkan konsep redoks jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi! Sebutkan cara yang dapat
dilakukan untuk mencegahnya.
158
Kunci Jawaban Kartu Diskusi
Reaksi Redoks pada Baterai
Biasa atau Sel Kering
Oksidasi : Zn (s)  Zn2+ (aq) + 2 eReduksi : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq)  Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l)
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
3. Serah terima elektron
4. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan:
Baterai banyak digunakan sebagai sumber energi. Misalnya mainan, senter,
jam dinding dan lain-lain.
159
Reaksi Redoks pada Pengolahan Limbah
dengan Lumpur Aktif
Oksidasi :bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi menjadi CO2, H2O, NO3, SO42-, PO43Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Reaksi dengan oksigen
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan :
Pengolahan limbah dg lumpur aktif digunakan untuk menghasilkan air jernih dari
limbah cair.
Reaksi Redoks pada Aki
(Accumulator)
Oksidasi :Pb (s)  Pb2+ (aq) + 2 eReduksi :PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e-  Pb2+ (aq) + 2 H2O (l)
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Serah terima elektron
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan aplikasi:
Penggunaan aki pada umumnya adalah digunakan sebagai sumber energi pada
kendaraan bermotor, mobil alat setrum ikan dll.
160
Reaksi Fotosintesis
6CO2 + 6H2O C6H12O6
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep:
1. Reaksi dengan oksigen
2. Kenaikan dan penurunan B.O
Kegunaan aplikasi:
Daun dan batang tanaman digunakan untuk memproduksi glukosa.
Kunci Jawaban Tugas Rumah
1.
Mudah tidaknya logam berkarat tergantung dari keaktifan logam itu, Makin aktif
logam makin mudah berkarat. Akan tetapi, beberapa logam seperti seng dan
aluminium yang sebenarnya lebih aktif daripada besi, ternyata tahan karat (lebih awet).
Pada
peristiwa
perkaratan
(korosi),
logam
mengalami
oksidasi,
Sedangkan oksigen mengalami reduksi. Misalnya saja pada peristiwa perkaratan besi.
Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O => berwarna coklat-merah.
Reaksi yang terjadi pada perkaratan besi:
Oksidasi
: Fe(s)→ Fe2+(aq) +2 e
Reduksi
: O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e → 4 OH-
161
Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3.xH2O, yaitu karat besi. Cara
pencegahan korosi dapat dilakukan dengan:
a.
Logam perlu dilapisi cat atau minyak
b.
Logam dilapisi dengan logam yang kurang mulia (logam pelindung). Logam
pelindung ini akan teroksidasi terlebih dulu. Contoh logam pelindung besi
adalah Zn, Al, dan Mg.
c. Pembuatan aliasi. Paduan logam menyebabkan logam tahan terhadap karat.
Contohnya stainless steel (larutan padat dari Fe, Cr, dan Ni)
d. Logam disimpan di tempat yang lebih kering dan bersih, tidak lembab, apalagi
terendam air.
2.
Sayur-sayuran dan buah-buahan pada kulit umumnya mengandung enzim PPO
(polyphenol Oxsidase). Pencoklatan pada buah apel dan buah lain setelah dikupas
disebabkan oleh pengaruh aktivitas enzim Polyphenol Oxidase (PPO), yang dengan
bantuan oksigen akan mengubah gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang
selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk
warna coklat. Karena teroksidasi, buah dan sayuran akan berwarna coklat dan lebih
cepat busuk. Untuk mencegah buah-buah dan sayur teroksidasi dapat dilakukan dengan
cara membungkus buah dan sayuran segar dalam plastik kedap udara agar terhindar dari
kontak langsung dengan udara bebas sehingga sayuran akan lebih tahan lama. Selain itu
dapat dilakukan pula dengan menghambat cara kerja enzim PPO yaitu dengan
pemanasan dan pengasaman agar aktifitas enzim tersebut terhambat. Caranya adalah
dengan merendam buah atau sayur dalam air panas kemudian dilumuri / direndam
dalam larutan asam.
162
Lampiran 12
Lembar Kerja Siswa
KONSEP REDOKS
Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
163
KONSEP REDOKS
A. Reaksi Oksidasi–Reduksi
Reaksi kimia tidak pernah lepas dari berbagai fenomena alam yang ada di
sekitar kita. Sebagai contoh, keberadaan oksigen dalam udara sesungguhnya
merupakan lingkaran proses kimia yang dilakukan oleh tumbuhan dan manusia
dengan bantuan matahari. Tumbuhan memanfaatkan CO2 yang dibuang manusia
untuk proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis
tersebut menghasilkan O2 yang dihirup oleh manusia. Manusia mengeluarkan
CO2 dan dimanfaatkan oleh tumbuhan, begitu seterusnya membentuk sebuah
siklus. Selain yang bersifat alamiah, reaksi oksidasi dan reduksi juga terjadi dalam
berbagai industri yang menghasilkan bahan-bahan yang dimanfaatkan manusia.
Industri pelapisan logam adalah salah satu contoh industri yang memanfaatkan
prinsip reaksi redoks.
1. Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
Pengetahuan manusia mengenai reaksi redoks senantiasa berkembang.
Perkembangan konsep reaksi redoks menghasilkan dua konsep, klasik dan
modern. Awalnya, reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom
oksigen dan hidrogen. Oksidasi merupakan proses terjadinya penangkapan
oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi adalah proses terjadinya pelepasan
oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai suatu proses
terjadinya pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu
proses terjadinya penangkap hidrogen. Oleh karena itu, teori klasik mengatakan
bahwa oksidasi adalah proses penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen. Di
sisi lain, reduksi adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen.
Seiring dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami
perkembangan. Muncullah teori yang lebih modern yang hingga saat ini masih
dipakai. Dalam teori ini disebutkan bahwa:
a. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron
dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
b. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih
elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih
negatif.
164
Teori ini masih dipakai hingga saat ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak
hanya dilihat dari penangkapan oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang
sebagai proses perpindahan elektron dari zat yang satu ke zat yang lain.
2. Bilangan Oksidasi
Dalam reaksi oksidasi reduksi modern, keberadaan bilangan oksidasi yang
dimiliki suatu zat sangat penting. Bilangan oksidasi adalah muatan listrik yang
seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion. Aturan penentuan
bilangan oksidasi sebagai berikut:
a. Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0
Contoh: H2, Br2, memiliki bilangan oksidasi = 0
b. Oksigen
Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali:
a. Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1
b. Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =-1/ 2
c. Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2
c. Hidrogen
Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1
Contoh: dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1
Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1
d. Unsur golongan IA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1
Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1
e. Unsur golongan IIA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2
Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2
f. Bilangan oksidasi molekul = 0
g. Bilangan oksidasi ion = muatan ion
Contoh: Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3
h. Unsur Halogen
F bilangan oksidasi = 0, -1
Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
165
3. Reaksi Redoks Ditinjau dari Perubahan Bilangan Oksidasi
Berdasarkan pengertian bilangan oksidasi dan aturan penentuan bilangan
oksidasi, konsep reaksi redoks dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi. Zat yang
mengalami oksidasi merupakan reduktor.
Contoh:
Fe(s) → F2+ (aq) + 2e–
0 +2
Zn(s) → Zn2+(aq)+ 2e–
0+2
b. Reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi. Zat yang
mengalami reduksi merupakan oksidator.
Contoh:
I2(g) + 2e-→ 2I-(aq)
0 -1
Cu2+ (g) + 2e– → Cu(s)
+2
0
Catatan:
a. Jumlah muatan di kanan dan kiri harus sama.
b. Jika dalam suatu reaksi tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi, reaksi
tersebut bukan reaksi redoks.
TUGAS MANDIRI
Jawablah pertanyaan beikut!
1.
Pengertian Reaksi Oksidasi dan reduksi
a. Jelaskan pengertian oksidasi dan reduksi berdasarkan:
i.
Konsep pengikatan/ pelepasan oksigen
Oksidasi:.........................................................................................................
Reduksi:..........................................................................................................
ii.
Konsep serah terima elektron
Oksidasi: ......................................................................................................
Reduksi: ........................................................................................................
iii. Konsep perubahan bilangan Oksidasi
Oksidasi: .......................................................................................................
166
Reduksi: .........................................................................................................
Pengikatan/oksigen
Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator
Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi disebut reduktor
2.
Tentukan Oksidator dan reduktor pada reaksi berikut:
a. Reaksi oksidasi
4Fe(s) + 3O2(g)
2Fe2O3(s)
Reduksi / Oksidator:........................................................
b. Reaksi reduksi
CuO(s)+ H2(g)
Cu(s) + H2O(g)
Oksidasi / Reduktor:........................................................
c. Ag2O(s) + C(s)
2Ag(s) + CO(g)
Reduksi / Oksidator : ………………………………….
Oksidasi / Reduktor : …………………………………..
d. CuO(s) + H2(g)
Cu(s) + H2O(g)
Reduksi / Oksidator : ………………………………….
Oksidasi / Reduktor : …………………………………..
Serah terima elektron
Oksidator: menangkap elektron, mengalami reduksi
Reduktor: melepas elektron, mengalami oksidasi
3.
Tentukan Oksidator dan reduktor pada reaksi berikut:
a. Ca + S
Reaksi Oksidasi
Ca2++ S2: Ca
… + 2e-
167
Reaksi Reduksi
: … + 2e-
Oksidator
: …………..
Reduktor
: …………..
b. 2 Ag + Cl2
2 AgCl
Reaksi Oksidasi
:…
Reaksi Reduksi
: … + 2e-
Oksidator
: ……
Reduktor
: ……
c. 2H+ + O2-
S2-
2Ag+ + …
Cl2
H2O
Reaksi Oksidasi
:…
Reaksi Reduksi
:…+…
Oksidator
: ……
Reduktor
: ……
d. 2Na(s) + Cl2(g)
…+…
…
2NaCl(aq)
Reaksi Oksidasi
:…
Reaksi Reduksi
:…+…
Oksidator
: .............
Reduktor
: ..........
…+…
Perubahan Bilangan Oksidasi
Oksidasi: pertambahan bilangan oksidasi
Reduksi: penurunan bilangan oksidasi
Oksidator: mengalami reduksi
…
168
Soal:
4.
Tentukan Oksidator dan Reduktor reaksi berikut:
a. N2(g) + 3H2(g)
2NH3(g)
.......................................................................
Oksidator
: ...............
Reduktor
: ...............
b. 2Na(s) + H2(g)
2NaH(s)
.............................................................................
Oksidator
:................
Reduktor
:................
c. Na + H2O
NaOH + H2
.............................................................................
Oksidator
:................
Reduktor
:................
d. SiCl4 + 2Mg
Si + 2MgCl2
.............................................................................
Oksidator
:................
Reduktor
:................
Belajar di rumah
1. Jelaskan pengertian reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan
okigen!
2. Jelaskan pengertian reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan
electron!
3. Jelaskan pengertian reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari perubahan bilangan
oksidasi!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan bilangan oksidasi!
5. Tentukan oksidator dan reduktor serta hasil oksidasi dan reduksi dari reaksi berikut ini!
a. C2H4(g) + 3O2(g)
2CO2(g) + 2H2O(l)
b. 4 Al3+(aq) + 6 O2-(aq)
4 Al(s) + 3 O2(g)
169
c. 2 Fe2O3 + 3 C 4 Fe + 3 CO2
170
4. T atanama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi
Tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan
sebagai berikut.
a. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam
maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti
senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida.
Contoh:
NaCl : natrium klorida
MgO : magnesium oksida
Al2S3 : aluminium sulfida
K2S : kalium sulfida
b. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu
bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan
menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama
unsurnya.
FeO : besi(II) oksida
Fe2O3 : besi(III) oksida
SnCl2 : timah(II) klorida
SnCl4 : timah(IV) klorida
c. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation diikuti
nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung unsur
yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion tersebut
diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-atsesuai dengan jumlah bilangan
oksidasi.
Contoh:
Na2CO3 : natrium karbonat
KCrO4 : kalium kromat
K2Cr2O7 : kalium dikromat
HClO : asam hipoklorit (bilangan oksidasi Cl=+1)
HClO2 : asam klorit (bilangan oksidasi Cl=+3)
HClO3 : asam klorat (bilangan oksidasi Cl=+5)
HClO4 : asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7)
171
Soal Latihan:
1. Tuliskan nama IUPAC senyawa-senyawa berikut:
a. SnO
b. Cu2O
c. Al2(SO4)3
d. HgCl2
e. MgO
f.
Cl2O3
g. P2O5
h. SO2
i.
SO3
j.
Fe2S
2. Tuliskan rumus kimia dari nama senyawa di bawah in:
a. Tembaga (II) sulfat
b. Karbon dioksida
c. Raksa (II) klorida
d. Natrium fosfat
172
5. Penerapan Reaksi Redoks
Konsep reaksi redoks banyak digunakan dalam proses industri.
Beberapa industri yang sering menggunakan reaksi redoks di antaranya sebagai
berikut.
a. Industri pelapisan logam
Industri pelapisan logam adalah industri pelapisan logam dengan unsurunsur lain yang meningkatkan kualitas logam tersebut. Sebagai contoh
pelapisan besi dengan seng atau krom untuk menjaga besi dari perkaratan,
melapisi tembaga dengan emas.
b. Industri pengolahan logam
Bijih-bijih logam umumnya terdapat dalam bentuk senyawa oksida, sulfida,
dan karbonat. Bijih-bijih sulfida dan karbonat diubah terlebih dahulu menjadi
oksida melalui pemanggangan. Setelah itu bijih oksida direduksi menjadi logam.
Contoh:
Besi diperoleh dengan cara mereduksi bijih besi Fe2O3 dengan reduktor kokas
(C) dalam tanur tinggi. C akan teroksidasi menjadi CO dan CO akan mereduksi
Fe2O3 menjadi Fe.
2C + O2→ 2CO
Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
c. Industri aki dan baterai
Aki dan baterai merupakan sumber energi listrik searah yang bekerja
menggunakan prinsip reaksi redoks.
Reaksi yang terjadi pada aki:
Pb(s) + PbO2(s)+ 4H+(aq)+ 2SO42-(aq)→ 2PbSO4(s)+ 2H2O(l )
Reaksi yang terjadi pada baterai:
Zn(s)+ 2MnO2(s)+2NH4+(aq)→ Zn2+(aq)+ Mn2O3(s)+2NH3(aq)+ H2O(l )
173
Lampiran 13
KISI-KISI SOAL –SOAL UJI COBA
MATERI POKOK REDOKS
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan
perkembangan konsep
reaksi redoks dan
hubungannya dengan
tatanama senyawa serta
penerapannya
Indikator
1. Siswa dapat memahami
konsep oksidasi-reduksi
ditinjau dari pelepasan
dan pengikatan oksigen.
2. Siswa dapat memahami
konsep oksidasi-reduksi
ditinjau dari pelepasan
dan pengikatan elektron.
3. Siswa dapat memahami
konsep oksidasi-reduksi
ditinjau dari kenaikan dan
penurunan bilangan
oksidasi.
4. Siswa dapat menentukan
bilangan oksidasi dari
suatu senyawa atau ion.
5. Siswa dapat menentukan
peristiwa oksidasi atau
reduksi dalam suatu
reaksi redoks.
6. Siswa dapat menentukan
senyawa sebagai
oksidator, reduktor, dan
hasil oksidasi.
7. Siswa dapat menentukan
persamaan reaksi yang
C1
1,2
Jenjang dan penyebaran
C2
C3
C4
5
3
4,6,7
9
10,13
12
20
22
33
11
18
19
50
37
38
15
16
47
24,32
21
29
23
14
30
31
34
35
25
28
39
36
40
41
8
174
termasuk reaksi redoks
dan reaksi yang bukan
redoks serta dapat
menjelaskan reaksi
autoredoks
26
27
42
8. Siswa dapat menyebutkan
tatanama senyawa dan
rumus kimia dengan
prinsip bilangan oksidasi.
9. Siswa dapat menyebutkan
contoh reaksi oksidasiredusi dalam kehidupan
sehari-hari.
10. Siswa dapat menjelaskan
proses penanganan air
limbah dengan proses
lumpur aktif.
Jumlah soal
Total prosentasi soal
43
44
45
46
17
48
49
4
8%
16
32%
16
32%
14
28%
175
Lampiran 14
TESSOAL UJICOBA
Mata Pelajaran
: Kimia
Materi pokok
: Redoks
Kelas/Semester
: X/Genap
Petunjuk umum:
1.
2.
3.
4.
5.
Berdoalah sebelum mengerjakan
Tulislah nama, kelas, dan nomor urut pada lembar jawaban yang tersedia
Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu
Kerjakan pada lembar jawaban yang tersedia
Sifat closed book
Petunjuk khusus :
Pilihlah satu jawaban yan g paling tepat dengan cara member tanda silang (X) di antara jawaban
a, b, c, d, atau e pada lembar jawaban yang tersedia
1. Diketahui :
1) Kenaikan biloks
2) Penurunan biloks
3) Pelepasan elekron
4) Penangkapan elektron
5) Pengikatan oksigen
6) Pelepasan oksigen
Pernyataan di atas yang benar mengenai reaksi oksidasi adalah...
A. 1, 3, dan 5
D. 2, 3, dan 5
B. 1, 3, dan 6
E. 2, 4, dan 6
C. 1, 4, dan 6
2. Berdasarkan konsep perkembangan reaksi redoks,reaksi reduksi adalah…
A. Penerimaan proton
B. Penangkapan elektron
C. Kenaikan biloks
176
D. Pengikatan oksigen
E. Pelepasan oksigen
3. Yang dimaksud dengan bilangan oksidasi adalah…
A. Jumlah dari muatan dalam senyawa
B. Jumlah atom dalam senyawa atau ion yang mengalami reaksi redoks
C. Nilai muatan atom dalam suatu molekul atau ion
D. Jumlah muatan dari senyawa yang mengalami redoks
E. Perbandingan antara peningkatan muatan dan penurunan muatan dalam reaksi redoks
4. Dalam ion H2P2O72-bilangan oksidasi P adalah...
A. +5
D. +4
B. +2
E. +3
C. +6
5. Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim akhir-akhir ini karena menaiknya
kadar CO2 di udara yang salah satunya dapat disebabkan karena pembakaran gas alam
metana. Persamaan redoksnya : CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + H2O(g). Dari reaksi tersebut,
senyawa/zat yang mengalami reduksi adalah…
A. CH4
D. O2
B. CO2
E. CH4 dan CO2
C. H2O
6. Pada aturan penentuan bilangan oksidasi, biloks H dalam senyawanya +1 tetapi terdapat
pengecualian. Contoh pengecualian dimana biloks H = -1 terdapat dalam senyawa…
A. HF
D. H2S
B. H2O
E. LiOH
C. AlH3
7. Seperti halnya H, biloks O yang seharusnya -2 juga memiliki pengecualian. Senyawa di
bawah ini yang memiliki bilangan oksidasi O = -1 adalah…
A. F2O
D. CaO
B. H2O2
E. H2O
C. Na2O
8. Diketahui reaksi aliran gas NH3 dalam air sebagai berikut:
NH3(g) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)
Berdasarkan reaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa…
A. Gas NH3 mengalami oksidasi
B. Gas NH3 mengalami reduksi
C. Pelarutan gasNH3 bukan termasuk reaksi redoks
D. Pelarutan gas NH3 terjadi reaksi autoredoks
E. Air mengalami proses reduksi dan oksidasi karena gas NH3
9. Fluor (F) adalah unsure yang paling elektronegatif dan membutuhkan 1 elektron. Tingkat
oksidasi F dalam senyawa F2O adalah…
177
A. -2
C. 0
E. +2
B. -1
D. +1
10. Fe memiliki lebih dari 1 bilangan oksidasi. Biloks Fe pada Fe, FeS, Fe2O3 berturut-turut
adalah…
A. 0, +1, +2
B. +2, +3, +6
C. 0, +3, +2
D. +1, +2, +3
E. 0, +2, +3
11. Belerang (S) dengan bilangan oksidasi yang sama terdapat dalam senyawa …
A. SO2, Na2S2O3, NaHSO4
D. NaHSO4, SO3, H2S2O7
B. H2S, H2SO4, CaSO4
E. Na2S2O3, H2S2O7, H2S
C. Na2S2O3, SO3, Na2S
12. Diketahui reaksi sebagai berikut : I2 + 6OH- → I- + IO3- + 3H2O
Dari reaksi di atas, bilangan atom I berubah dari…
A. 0 menjadi -1 dan +5
D. -1 menjadi -1 dan -5
B. 0 menjadi +4 dan -1
E. -1 menjadi +1 dan +5
C. 0 menjadi +3 dan -1
13. Reaksi di bawah ini yang mengalami perubahan bilangan oksidasi sebanyak 6 adalah…
A. NO3- → NO
D. S2O3- → S4O6B. SbO43- → SbO33E. ClO3- → ClC. SO4- → SO2
14. Pada persamaan reaksi oksidasi-reduksi berikut ini :
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Yang bertindak sebagai oksidator adalah…
A. Logam magnesium
D. Hydrogen
B. Asam klorida
E. Besi (II) sulfat
C. Magnesium klorida
15. Diketahui beberapa senyawa:
1. Mo2O3, 2. MgMoO3,
3. Mo2O5,
4. Na2MoO4
Bilangan oksidasi yang dimiliki oleh molibden dalam senyawa di atas berturut-turut adalah…
A. +2, +3, +4, +5
D. +2, +4 +5, +6
B. +3, +4, +5, +6
E. +2, +3, +5, +6
C. +2, +3, +4, +6
16. Pada reaksi redoks berikut akan terjadi ….
4KMnO4(aq) + 6H2SO4(aq) → 2K2SO4(aq) + 4MnSO4(aq) + 5O2(g) + 6H2O(l)
Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah...
A. Penurunan bilangan oksidasi Mn dari +7 menjadi +2
B. Penurunan bilangan oksidasi Mn dari +7 menjadi +4
178
C. kenaikan bilangan oksidasi S dari +4 menjadi +6
D. Penurunan bilangan oksidasi Mn sebanyak 12 satuan
E. Termasuk reaksi autoredoks
17. Di bawah ini yang bukan merupakan contoh peristiwa oksidasi reduksi yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari adalah…
A. Penyepuhan emas
B. Korosi
C. Pengisian aki
D. Reaksi batu baterai
E. Pematrian aluminium
18. Bilangan oksidasi brom tertinggi dalam senyawa dibawah ini adalah…
A. HBrO
D. HBrO3
B. Br2
E. HBrO4
C. HBr
19. Bilangan oksidasi sulfur yang paling rendah terdapat dalam senyawa…
A. SO2
D. SO3
B. S2O3
E. H2S
C. S4O6
20. Pada reaksi berikut : Cl2 + 2KI → 2 KCl + I2
Bilangan oksidasi Cl berubah dari…dan mengalami peristiwa…
A. 0 menjadi +1, reduksi
D. -1 menjadi +1,oksidasi
B. 0 menjadi -1, oksidasi
E. -1 menjadi 0, reduksi
C. 0 menjadi -1, reduksi
21. MnO2 + 4HCl → MnCl2 + Cl2 + H2O
Dari reaksi di atas, peristiwa reduksi terjadi pada
A. HCl menjadi Cl2
B. HCl menjadi MnCl2
C. HCl menjadi H2O
D. MnO2 menjadi MnCl2
E. MnO2 menjadi H2O
22. Diketahui reaksi berikut: 2 AgClO3 → 2AgCl + 3O2
Dari reaksi di atas, khlor mengalami…
A. Penambahan biloks sebanyak 4
B. Penurunan biloks sebanyak 4
C. Penambahan biloks sebanyak 6
D. Penurunan biloks sebanyak 6
E. Penurunan biloks sebanyak 3
23. Diketahui reaksi sebagai berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
179
Dalam reaksi di atas yang bertindak sebagai reduktor adalah…
A. Cu
B. HNO3
C. Cu(NO3)2
D. NO2
E. H2O
24. Reaksi yang menunjukan adanya sulfur mengalami reduksi terjadi pada…
A. 2S + 3O2 → 2SO3
B. H2S + 3/2 O2 → SO2 + H2O
C. SO3- + NO3- +2H+ → SO4- + NO + H2O
D. 2S2O3- + I2 → S4O6- + 2IE. SO2 + 2H2 → S + 2H2O
25. Diantara reaksi di bawah ini yang tergolong reaksi redoks adalah…
A. ZnCO3 → ZnO + CO2
B. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
C. Ag+ + Cl- → AgCl
D. Na+ + Br-→ NaBr
E. Cu2O + CO → 2Cu + CO2
26. Diantara reaksi di bawah ini yang bukan termasuk dalam reaksi redoks adalah…
A. H2 + Cl2 → 2HCl
B. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
C. SnCl2 + I2 + 2HCl → SnCl2 + 2HI
D. Cu2O + CO → 2Cu + CO
E. Cu2O + 2HCl → CuCl2 + H2O
27. Diketahui:
1. ZnCO3 → ZnO + CO2
3. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
2. Zn + 2HCl → ZnCl2 + H2
4. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
Dari reaksi di atas yang termasuk reaksi redoks adalah…
A. 1 dan 3
C. 1, 2 dan 3
E. 1, 2, 3, dan 4
B. 2 dan 4
D. 4
28. Reaksi berikut yang termasuk reaksi redoks adalah…
A. Na2O + H2O → 2NaOH
B. SO3 + H2O → H2SO4
C. CaO + CO2 → CaCO3
D. Cu + 4HNO3 → Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
E. HCl + NH3 → NH4Cl
29. Sifat oksidator dan reduktor dinyatakan sebagai berikut:
1. Mengalami oksidasi
2. Mengalami reduksi
180
3. Mengalami kenaikan biloks
4. Mengalami penurunan biloks
5. Menarik elektron
6. Melepas electron
Pernyataan yang benar mengenai sifat oksidator adalah…
A. 2, 4, 5
B. 1, 3, 6
C. 1, 3, 5
D. 2, 3, 6
E. 1, 4, 6
30. Diketahui : 2Ag+ + Zn → 2Ag + Zn2Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah…
A. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor
B. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor
C. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator
D. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
E. Zn2- sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
31. Diantara spesi yang digaris bawahi di bawah ini yang merupakn oksidator adalah…
A. 2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+
B. 2I- + Cl2 → I2 + 2ClC. Sn2+ + 2Fe3+ → Sn4+ + 2Fe2+
D. 5I- + IO3- + 6H+ →3I2 + 3H2O
E. Fe + 2H+ → Fe2+ + H2
32. Reaksi yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada...
A. 2S(s) + 3O2(g)→ 2SO3(g)
B. H2S(g) + O2(g)→ SO2(g) + H2O(l)
C. SO32-(aq) + NO3-(aq) + 2H+→ SO42-(aq) + NO(g) + H2O(l)
D. 2KClO3(s) + 3S(s)→ 2KCl(s) + 2SO2(g)
E. SO2(g) + 2H2(g)→ S(s) + 2H2O(l)
33. Diketahui reaksi:
I2(aq) + 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3H2O(l)
Bilangan oksidasi I berubah dari...
A. 0 menjadi +5 dan -1
B. 0 menjadi +4 dan -1
C. 0 menjadi +3 dan -1
D. +1 menjadi -5 dan -1
E. -1 menjadi +5 dan +1
34. Di antara spesi di bawah ini yan di garis bawah ysng merupakan oksidator adalah...
A. 2Ag+(aq)+ Cu(s)→ 2Ag(s) + Cu2+(aq)
B. 2I-(aq)+ Cl2(g) → I2(aq) + 2Cl-(aq)
181
C. Sn2+(aq) + 2Fe3+(aq)→Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq)
D. 5I-(aq)+ IO3-(aq) + 6H+(aq)→ 3I2(aq) + 3H2O(l)
E. Fe(s) + 2H+(aq)→ Fe2+(aq) + H2(g)
35. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + CuI. Zat yang merupakan hasil oksidasi pada reaksi tersebut
adalah...
A. CuSO4
B. KI
C. K2SO4
D. I2
E. CuI
36. Diketahui : 5I- + IO3- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
1. IO3- berfungsi sebagai oksidator
2. H+berfungsi sebagai reduktor
3. I pada IO3- memiliki bilangan oksidasi +6
4. I- bertindak sebagai pereduksi
Pernyataan yang benar adalah...
A. 2 dan 3
B. 1 dan 4
C. 1 dan 3
D. 3 dan 4
E. 1 dan 2
37. Bilangan okisdasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada
MnO42- adalah...
A. CrO
B. CrCl3
C.
Cr2O72D. Cr2(SO4)3
E. Cr(NO3)2
38. Diketahui reaksi:
3MnO42- + 4H+→ 2MnO4- + MnO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Mn berubah dari...
A. -2 menjadi -1 dan 0
B. -2 menjadi -1 dan +4
C. +6 menjadi +7 dan 0
D. +6 menjadi +7dan +4
E. +8 menjadi +7 dan +4
39. Pada reaksi: Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O.
Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah...
182
A. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi +1
B. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi -1
C. NaOH mengalami reaksi reduksi
D. Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi
E. Klor berfungsi mengoksidasi NaOH
40. Diketahui: 2H2S + SO2 →2H2O + 3S
1. Bilangan oksidasi S pada H2S adalah -2
2. Oksigen dalam H2O adalah okisdator
3. H2S adalah reduktor
4. Oksigen dalam H2O adalah reduktor
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1, 2. dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
41. Cu + 4HNO3 → Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
1. Cu sebagai reduktor
2. Cu sebagai pereduksi
3. HNO3 mengalami reduksi
4. NO2 merupakan hasil oksidasi
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1, 2, dan3
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
42. 3Br2 + 6NaOH → 5NaBr +NaBrO3 + 3H2O
1. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi +5
2. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi -1
3. Br2 berfungsi sebagai reduktor dan oksidator
4. Merupakan autoredoks
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
183
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
43. Garam adalah senyawa yang mengandung ion logam yang bermutan positif dan ion sisa asam
yang bermuatan negatif. Sebagai contohnya adalah senyawa magnesium klorat yang
mempunyai rumus...
A. Mg(ClO3)2
B. MgClO
C. Mg(ClO2)2
D. Mg(ClO3)3
E. MgClO4
44. Cara pembuatan unsur silikon di bidang industri adalah dengan mereduksi pasir (SiO2)
dengan karbon dengan tanur listrik yang bersuhu 3000ᵒC. Persamaan redoksnya adalah...
SiO2(s) + 2S(s) → Si(s) + 2CO(g). Nama IUPAC dari senyawa SiO2 dari reaksi di atas yang
paling tepat adalah...
A. Silikon (IV) oksida
B. Silikon (II) oksida
C. Timah (IV) oksida
D. Timah (II) okisda
E. Timbel (II) oksida
45. Rumus kimiia dari besi (III) sulfat adalah...
A. BeSO4
B. Be2(SO4)3
C. FeSO4
D. Fe3(SO4)2
E. Fe2(SO4)3
46. Aktivitas pertanian dengan obat-obatan menyebabkan peningkatan konsentrasi gas metana
(CH4) dan N2O. Penamaan IUPAC dari N2Oyang paling tepat adalah...
A. Nitrogen (I) oksida
B. Nitrogen (II) oksida
C. Nitrogen (III) oksida
D. Nitrogen (IV) oksida
E. Nitrogen (V) oksida
47. Perhatikan reaksi redoks di bawah ini:
Cr2O3 + 2Al → Al2O3 +2Cr
Dari reaksi di atas dapat dikatakan bahwa…
A. Biloks krom turun dari _3 menjadi +2
B. Atom oksigen mengalami oksidasi
C. Logam aluminium adalah reduktor
184
D. Krom adalah hasil oksidasi
E. Al2O3 adalah hasil reduksi
48. Dalam proses pengolahan air limbah dengan “lumpur aktif” (activated sludge) berikut:
1. Merupakan proses aerobik
2. Terjadi peristiwa oksidasi dengan oksigen
3. Kaya dengan bakteri aerob
4. Terjadi peristiwa reduksi
Pernyataan yang benar adalah…
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
49. Proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah:
1. Proses penambahan nitrogen
2. Proses penambahan oksigen
3. Proses penekanan bakteri
4. Proses pertumbuhan bakteri
Pernyataan yang benar adalah…
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
50. Sebagian dari daur Nitrogen di alam adalah sebagai berikut :
(1) N2
NO (2)
(4) NO3-
NO2 (3)
Urutan bilangan oksidasi N berturut-berturut adalah ....
185
A. +1, +2, +3, +6
B. 0, +1, +2, +3
C. 0, +2, +4, +5
D. +1, +2, +4, +5
E. +1, +3, +5, +6
186
Lampiran 15
Kunci dan Pembahasan Soal Uji Coba
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
A
Pembahasan
Oksidasi adalah reaksi pengikatan atau penggabungan oksigen
Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
B
Pembahasan:
Reaksi reduksi adalahpenangkapan elektron
C
Pembahasan:
Bilangan oksidasi adalah Nilai muatan atom dalam suatu molekul atau ion
A
Pembahasan:
Jumlah bilangan oksidasi ion
= muatan ion
(2 x BO H ) + (2 x BO P ) + ( 7 x BO O ) = -2
{ 2 x (+1)} + {2x BO P } + { 7 x (-2) } = -2
(+2) + {2x BO P } + (-14)
= -2
{2x BO P }
= +10
BO P
= +5
D
Pembahasan:
Reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan biloks. Pada O2 menjadi H2O mengalami
penurunan biloks dari 0 menjadi -2.
C
Pembahasan:
Pada aturan penentuan biloks atom dalam senyawa, biloks H = -1 terjadi pada senyawa
hidrida/berikatan dengan logam.
B
Pembahasan:
Biloks O = -1 terjadi pada senyawa peroksida, seperti H2O2.
C
Pembahasan:
Reaksi tersebut tidak menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan biloks. Jadi, reaksi
tersebut bukan reaksi redoks.
B
Pembahasan:
187
Karena F lebih elektronegatif daripada O maka biloks F = -1.
10. E
Pembahasan:
Biloks Fe = 0 karena unsure bebas.
Biloks Fe pada FeS = +2
BO Fe + BO S = 0
BO Fe + (-2) = 0
BO Fe = +2
Biloks Fe pada Fe2O3 = +3
2 BO Fe + 3 BO O = 0
2 BO Fe + 3 (-2) = 0
BO Fe = +3
11. D
Pembahasan:
Biloks S pada senyawa NaHSO4, SO3, dan H2S2O7 adalah sama yaitu +6.
12. A
Pembahasan:
I2 + 6OH- → I- + IO3- + 3H2O
0
-1
+5
13. E
Pembahasan:
Terjadi perubahan biloks Cl pada ClO3– menjadi -5 dan menjadi -1 pada Cl-.
14. B
Pembahasan:
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi (penurunan biloks). Terjadi perubahan biloks
H pada HCl +1 turun menjadi 0 pada H2.
15. B
a) Mo2O3
+3 -2
+6 -6 = 0
b) MgMoO3
+2 +4 -2
+2 +4 -6 = 0
c) Mo2O5
+5 -2
+10 -10 = 0
188
d) Na2MoO4
+1 +6 -2
+2 +6 -8 = 0
16. A
Pembahasan:
Terjadi perubahan biloks Mn pada KMnO4 dari +7 menjadi +2 pada MnSO4.
17. E
Pembahasan:
Sudah jelas
18. E
Pembahasan:
Biloks Br pada HBrO, Br2, HBr, HBrO3, HBrO4 berturut-turut adalah +1, 0, -1, +5, +7. Jadi
biloks tertinggi terdapat pada HBrO4.
19. E
Pembahasan:
Biloks S pada SO2, S2O3, S4O6, SO3,H2S berturut-turutadalah +4, +2, +3, +6, -2. Jadi biloks
S terendah terdapat dalam H2S.
20. C
Pembahasan:
Karena terjadi penurunan biloks dari 0 menjadi -1 maka termasuk reaksi reduksi.
21. D
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks pada biloks Mn dalam MnO2 dari +4 menjadi +2 pada MnCl2.
22. D
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks dari +5 menjadi -1 sehingga perubahan biloks yang terjadi
sebanyak 6.
23. A
Pembahasan:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan
oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
24. E
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks S pada reaksi E dari +4 menjadi 0.
25. E
Pembahasan:
189
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Reduksi: Cu2O → CuO
Oksidasi: CO
→ CO2
E
Pembahasan:
Tidak terjadi perubahan biloks.
B
Pembahasan:
Pada pernyataan no 2 dan 4 terjadi perubahan biloks.
D
Pembahasan:
Terjadi perubahan biloks pada option D.
A
Pembahasan:
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi, oksidator yang mengalami penurunan
biloks dan menarik elektron.
D
Pembahasan:
Zn adalah zat yang mengalami kenaikan biloks sehingga disebut reduktor. Sedangkan Ag+
adalah zat yang mengalami penurunan biloks sehingga disebut oksidator.
A
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks dari Ag+ yaitu +1 menjadi 0 pada Ag.
32. E
Pembahasan:
SO2(g) + 2H2(g) → S(s) + 2H2O(l)
+4
0
.
reduksi
33. A
Pembahasan:
I2(aq) + 6OH- → I-(aq)+ IO3-(aq) +
0
-1
+5
3H2O(l)
.
34. A
Pembahasan:
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi.
190
2Ag+(aq)+ Cu(s) → 2Ag(s) + Cu2+(aq)
+1
0
reduksi
35. D
Pembahasan:
Karena tejadi kenaikan biloks I pada KI dari -1 menjadi 0 pada I2. Jadi, I2 dikatakan sebagai
zat hasil oksidasi.
36. B
Pembahasan:
Termasuk reasi autoredoks, diman IO3- berfungsi sebagai oksidator karena mengalami
penurunan biloks dari +5 menjadi 0. Sedangkan I- bertindak sebagai pereduksi/reduktor
karena mengalami kenaikan biloks dari -1 menjadi 0.
37. C
Pembahasan:
Karena biloks Mn pada MnO42- adalah +6. Jadi biloks Cr = +6 pada Cr2O7238. D
Pembahasan:
3MnO42- + 4H+ → 2MnO4- + MnO2 + 2H2O
+6
+7
+4
39. D
Pembahasan:
Cl2 berfungsi sebagai oksidator dan reduktor sehingga Cl2 dikatakan mengalami reaksi
disproporsionasi atau reaksi autoredoks.
191
40. B
Pembahasan:
Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana terjadi kenaikan biloks S pada H2S menjadi S
yaitu dari -2 menjadi 0 dan dari SO2 menjadi S yaitu dari +4 menjadi 0. Jadi H2S bertindak
sebagai reduktor.
41. C
Pambahasan:
Pernyataan 1, 2, 3 benar tetapi 4 salah karena NO2 zat hasil reduksi.
42. E
Pembahasan:
Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana Br2 bertindak sebagai okisdator sekaligus
reduktor. Biloks Br2 berubah dari 0 menjadi +5 dan -1.
43. C
Pembahasan:
Mg2+ + ClO2 → Mg(ClO2)2
44. A
Pembahasan:
Silikon dalam senyawa tersebut mempunyai biloks +4.
45. E
Pemabahasan:
Fe3+ + SO4 → Fe2(SO4)3
46. A
Pembahasan:
Dinitrogenmonooksida
47. C
Pembahasan:
Cr2O3 + 2Al → Al2O3 +2Cr
Logam aluminium adalah reduktor
48. A
Pembahasan:
Dalam lumpur aktif terjadi peristiwa oksidasi dengan oksigen. Karena membutuhkan
oksigen sehingga prosesnya berlangsung secara aerob dan akan kaya bakteri aerob.
49. C
Pembahasan:
Dalam lumpur aktif terjadi peristiwa oksidasi dengan oksigen sehingga kadar oksigen akan
meningkat, hal ini juga berpengaruh terhadap proses pertumbuhan bakteri aerob
50. C
192
Pembahasan:
Biloks N pada N2 yaitu 0
Biloks N pada NO yaitu +2
Biloks N pada NO2 yaitu +4
Biloks N pada NO3- yaitu +5
193
Lampiran 16
SOAL POST TES
Mata Pelajaran
: Kimia
Materi pokok
: Redoks
Kelas/Semester
: X/Genap
waktu
: 75 menit
Petunjuk umum:
1.
2.
3.
4.
5.
Berdoalah sebelum mengerjakan
Tulislah nama, kelas, dan nomor urut pada lembar jawaban yang tersedia
Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu
Kerjakan pada lembar jawaban yang tersedia
Sifat closed book
Petunjuk khusus :
Pilihlah satu jawaban yan g paling tepat dengan cara member tanda silang (X) di antara jawaban
a, b, c, d, atau e pada lembar jawaban yang tersedia
1.
Diketahui :
1) Kenaikan biloks
2) Penurunan biloks
3) Pelepasan elekron
4) Penangkapan elektron
5) Pengikatan oksigen
6) Pelepasan oksigen
Pernyataan di atas yang benar mengenai reaksi oksidasi adalah...
194
A. 1, 3, dan 5
B. 1, 3, dan 6
C. 1, 4, dan 6
D. 2, 3, dan 5
E. 2, 4, dan 6
2. Bilangan oksidasi sulfur yang paling rendah terdapat dalam senyawa…
A. SO2
D. SO3
B. S2O3
E. H2S
C. S4O6
3. MnO2 + 4HCl → MnCl2 + Cl2 + H2O
Dari reaksi di atas, peristiwa reduksi terjadi pada
A. HCl menjadi Cl2
B. HCl menjadi MnCl2
C. HCl menjadi H2O
D. MnO2 menjadi MnCl2
E. MnO2 menjadi H2O
4. Diketahui reaksi berikut: 2 AgClO3 → 2AgCl + 3O2
Dari reaksi di atas, khlor mengalami…
A. Penambahan biloks sebanyak 4
B. Penurunan biloks sebanyak 4
C. Penambahan biloks sebanyak 6
D. Penurunan biloks sebanyak 6
E. Penurunan biloks sebanyak 3
5. Diketahui reaksi sebagai berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Dalam reaksi di atas yang bertindak sebagai reduktor adalah…
A. Cu
B. HNO3
C. Cu(NO3)2
D. NO2
E. H2O
6. Reaksi yang menunjukan adanya sulfur mengalami reduksi terjadi pada…
A. 2S + 3O2 → 2SO3
B. H2S + 3/2 O2 → SO2 + H2O
C. SO3- + NO3- +2H+ → SO4- + NO + H2O
D. 2S2O3- + I2 → S4O6- + 2IE. SO2 + 2H2 → S + 2H2O
195
7. Diantara reaksi di bawah ini yang tergolong reaksi redoks adalah…
A. ZnCO3 → ZnO + CO2
B. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
C. Ag+ + Cl- → AgCl
D. Na+ + Br-→ NaBr
E. Cu2O + CO → 2Cu + CO2
8. Diantara reaksi di bawah ini yang bukan termasuk dalam reaksi redoks adalah…
A. H2 + Cl2 → 2HCl
B. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
C. SnCl2 + I2 + 2HCl → SnCl2 + 2HI
D. Cu2O + CO → 2Cu + CO
E. Cu2O + 2HCl → CuCl2 + H2O
9. Diketahui:
1. ZnCO3 → ZnO + CO2
3. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
2. Zn + 2HCl → ZnCl2 + H2
4. 2Ag + Cl2 → 2AgCl
Dari reaksi di atas yang termasuk reaksi redoks adalah…
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1, 2 dan 3
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
10. Sifat oksidator dan reduktor dinyatakan sebagai berikut:
1. Mengalami oksidasi
5. Menarik elektron
2. Mengalami reduksi
6. Melepas electron
3. Mengalami kenaikan biloks
4. Mengalami penurunan biloks
Pernyataan yang benar mengenai sifat oksidator adalah…
A. 2, 4, 5
B. 1, 3, 6
C. 1, 3, 5
D. 2, 3, 6
E. 1, 4, 6
11. Diketahui : 2Ag+ + Zn → 2Ag + Zn2Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah…
A. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor
B. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor
C. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator
D. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
196
E. Zn2- sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
12. Diantara spesi yang digaris bawahi di bawah ini yang merupakn oksidator adalah…
A. 2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+
B. 2I- + Cl2 → I2 + 2ClC. Sn2+ + 2Fe3+ → Sn4+ + 2Fe2+
D. 5I- + IO3- + 6H+ →3I2 + 3H2O
E. Fe + 2H+ → Fe2+ + H2
13. Di antara spesi di bawah ini yan di garis bawah ysng merupakan oksidator adalah...
A. 2Ag+(aq)+ Cu(s)→ 2Ag(s) + Cu2+(aq)
B. 2I-(aq)+ Cl2(g) → I2(aq) + 2Cl-(aq)
C. Sn2+(aq) + 2Fe3+(aq)→Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq)
D. 5I-(aq)+ IO3-(aq) + 6H+(aq)→ 3I2(aq) + 3H2O(l)
E. Fe(s) + 2H+(aq)→ Fe2+(aq) + H2(g)
14. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + CuI. Zat yang merupakan hasil oksidasi pada reaksi tersebut
adalah...
A. CuSO4
B. KI
C. K2SO4
D. I2
E. CuI
15. Bilangan okisdasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada
MnO42- adalah...
A. CrO
B. CrCl3
C. Cr2O72D. Cr2(SO4)3
E. Cr(NO3)2
16. Diketahui reaksi:
3MnO42- + 4H+→ 2MnO4- + MnO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Mn berubah dari...
A. -2 menjadi -1 dan 0
B. -2 menjadi -1 dan +4
C. +6 menjadi +7 dan 0
D. +6 menjadi +7dan +4
E. +8 menjadi +7 dan +4
17. Pada reaksi: Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O.
Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah...
A. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi +1
B. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi -1
197
C. NaOH mengalami reaksi reduksi
D. Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi
E. Klor berfungsi mengoksidasi NaOH
18. Diketahui: 2H2S + SO2 →2H2O + 3S
1. Bilangan oksidasi S pada H2S adalah -2
2. Oksigen dalam H2O adalah okisdator
3. H2S adalah reduktor
4. Oksigen dalam H2O adalah reduktor
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1, 2. dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
19. Aktivitas pertanian dengan obat-obatan menyebabkan peningkatan konsentrasi gas metana
(CH4) dan N2O. Penamaan IUPAC dari N2Oyang paling tepat adalah...
A. Dinitrogenmonooksida
B. Nitrogen (II) oksida
C. Nitrogen (III) oksida
D. Nitrogen (IV) oksida
E. Nitrogen (V) oksida
20. 3Br2 + 6NaOH → 5NaBr +NaBrO3 + 3H2O
1. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi +5
2. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi -1
3. Br2 berfungsi sebagai reduktor dan oksidator
4. Merupakan autoredoks
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
21. Garam adalah senyaw yang mengandung ion logam yang bermutan positif dan ion sisa asam
yang bermuatan negatif. Sebagai contohnya adalah senyawa magnesium klorat yang
mempunyai rumus...
A. Mg(ClO3)2
B. MgClO
198
C. Mg(ClO2)2
D. Mg(ClO3)3
E. MgClO4
22. Cara pembuatan unsur silikon di bidang industri adalah dengan mereduksi pasir (SiO2)
dengan karbon dengan tanur listrik yang bersuhu 3000ᵒC. Persamaan redoksnya adalah...
SiO2(s) + 2S(s) → Si(s) + 2CO(g). Nama IUPAC dari senyawa SiO2 dari reaksi di atas yang
paling tepat adalah...
A. Silikon (IV) oksida
B. Silikon (II) oksida
C. Timah (IV) oksida
D. Timah (II) okisda
E. Timbel (II) oksida
23. Sifat oksidator dan reduktor dinyatakan sebagai berikut:
1. Mengalami oksidasi
4. Mengalami penurunan biloks
2. Mengalami reduksi
5. Menarik elektron
3. Mengalami kenaikan biloks
6. Melepas electron
Pernyataan yang benar mengenai sifat oksidator adalah…
A. 2, 4, 5
B. 1, 3, 6
C. 1, 3, 5
D. 2, 3, 6
E. 1, 4, 6
24. Diketahui : 2Ag+ + Zn → 2Ag + Zn2Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah…
A. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor
B. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor
C. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator
D. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
E. Zn2- sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
25. Diantara spesi yang digaris bawahi di bawah ini yang merupakn oksidator adalah…
A. 2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+
B. 2I- + Cl2 → I2 + 2ClC. Sn2+ + 2Fe3+ → Sn4+ + 2Fe2+
D. 5I- + IO3- + 6H+ →3I2 + 3H2O
E. Fe + 2H+ → Fe2+ + H2
26. Di antara spesi di bawah ini yan di garis bawah ysng merupakan oksidator adalah...
A. 2Ag+(aq)+ Cu(s)→ 2Ag(s) + Cu2+(aq)
B. 2I-(aq)+ Cl2(g) → I2(aq) + 2Cl-(aq)
199
C. Sn2+(aq) + 2Fe3+(aq)→Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq)
D. 5I-(aq)+ IO3-(aq) + 6H+(aq)→ 3I2(aq) + 3H2O(l)
E. Fe(s) + 2H+(aq)→ Fe2+(aq) + H2(g)
27. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + CuI. Zat yang merupakan hasil oksidasi pada reaksi tersebut
adalah...
A. CuSO4
B. KI
C. K2SO4
D. I2
E. CuI
28. Bilangan okisdasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada
MnO42- adalah...
A. CrO
B. CrCl3
C. Cr2O72D. Cr2(SO4)3
E. Cr(NO3)2
29. Diketahui reaksi:
3MnO42- + 4H+→ 2MnO4- + MnO2 + 2H2O
Bilangan oksidasi Mn berubah dari...
A. -2 menjadi -1 dan 0
B. -2 menjadi -1 dan +4
C. +6 menjadi +7 dan 0
D. +6 menjadi +7dan +4
E. +8 menjadi +7 dan +4
30. Pada reaksi: Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O.
Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah...
A. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi +1
B. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi -1
C. NaOH mengalami reaksi reduksi
D. Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi
E. Klor berfungsi mengoksidasi NaOH
31. Diketahui: 2H2S + SO2 →2H2O + 3S
1. Bilangan oksidasi S pada H2S adalah -2
2. Oksigen dalam H2O adalah okisdator
3. H2S adalah reduktor
4. Oksigen dalam H2O adalah reduktor
Pernyataan yang benar adalah...
200
A. 1, 2. dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
32. Aktivitas pertanian dengan obat-obatan menyebabkan peningkatan konsentrasi gas metana
(CH4) dan N2O. Penamaan IUPAC dari N2Oyang paling tepat adalah...
A. Dinitrogenmonooksida
B. Nitrogen (II) oksida
C. Nitrogen (III) oksida
D. Nitrogen (IV) oksida
E. Nitrogen (V) oksida
33. 3Br2 + 6NaOH → 5NaBr +NaBrO3 + 3H2O
1. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi +5
2. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi -1
3. Br2 berfungsi sebagai reduktor dan oksidator
4. Merupakan autoredoks
Pernyataan yang benar adalah...
A. 1, 2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 4
E. 1, 2, 3, dan 4
34. Garam adalah senyaw yang mengandung ion logam yang bermutan positif dan ion sisa asam
yang bermuatan negatif. Sebagai contohnya adalah senyawa magnesium klorat yang
mempunyai rumus...
A. Mg(ClO3)2
B. MgClO
C. Mg(ClO2)2
D. Mg(ClO3)3
E. MgClO4
35. Cara pembuatan unsur silikon di bidang industri adalah dengan mereduksi pasir (SiO2)
dengan karbon dengan tanur listrik yang bersuhu 3000ᵒC. Persamaan redoksnya adalah...
SiO2(s) + 2S(s) → Si(s) + 2CO(g). Nama IUPAC dari senyawa SiO2 dari reaksi di atas yang
paling tepat adalah...
A. Silikon (IV) oksida
B. Silikon (II) oksida
C. Timah (IV) oksida
201
D. Timah (II) okisda
E. Timbel (II) oksida
202
Lampiran 17
Kunci dan Pembahasan Post Test
1. A
Pembahasan
Oksidasi adalah reaksi pengikatan atau penggabungan oksigen
Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron
Oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi.
2. B
Pembahasan:
Reaksi reduksi adalahpenangkapan elektron
3. C
Pembahasan:
Bilangan oksidasi adalah Nilai muatan atom dalam suatu molekul atau ion
4. D
Pembahasan:
Reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan biloks. Pada O2 menjadi H2O
mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi -2.
5. C
Pembahasan:
Pada aturan penentuan biloks atom dalam senyawa, biloks H = -1 terjadi pada senyawa
hidrida/berikatan dengan logam.
6. B
Pembahasan:
Biloks O = -1 terjadi pada senyawa peroksida, seperti H2O2.
7. C
Pembahasan:
Reaksi tersebut tidak menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan biloks. Jadi, reaksi
tersebut bukan reaksi redoks.
8. E
Pembahasan:
Biloks Fe = 0 karena unsure bebas.
Biloks Fe pada FeS = +2
BO Fe + BO S = 0
BO Fe + (-2) = 0
BO Fe = +2
Biloks Fe pada Fe2O3 = +3
2 BO Fe + 3 BO O = 0
2 BO Fe + 3 (-2) = 0
203
BO Fe = +3
9. D
Pembahasan:
Biloks S pada senyawa NaHSO4, SO3, dan H2S2O7 adalah sama yaitu +6.
10. A
Pembahasan:
I2 + 6OH- → I- + IO3- + 3H2O
0
-1
+5
11. E
Pembahasan:
Terjadi perubahan biloks Cl pada ClO3– menjadi -5 dan menjadi -1 pada Cl-.
12. B
Pembahasan:
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi (penurunan biloks). Terjadi perubahan
biloks H pada HCl +1 turun menjadi 0 pada H2.
13. B
a) Mo2O3
+3 -2
+6 -6 = 0
b) MgMoO3
+2 +4 -2
+2 +4 -6 = 0
c) Mo2O5
+5 -2
+10 -10 = 0
d) Na2MoO4
+1 +6 -2
+2 +6 -8 = 0
204
14. E
Pembahasan:
Biloks Br pada HBrO, Br2, HBr, HBrO3, HBrO4 berturut-turut adalah +1,
0, -1, +5, +7. Jadi biloks tertinggi terdapat pada HBrO4.
15. E
Pembahasan:
Biloks S pada SO2, S2O3, S4O6, SO3,H2S berturut-turutadalah +4, +2, +3,
+6, -2. Jadi biloks S terendah terdapat dalam H2S.
16. D
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks pada biloks Mn dalam MnO2 dari +4 menjadi +2
pada MnCl2.
17. D
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks dari +5 menjadi -1 sehingga perubahan biloks
yang terjadi sebanyak 6.
18. A
Pembahasan:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai
reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
19. E
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks S pada reaksi E dari +4 menjadi 0.
20. E
Pembahasan:
Reduksi: Cu2O → CuO
Oksidasi: CO
→ CO2
21. E
Pembahasan:
Tidak terjadi perubahan biloks.
22. B
Pembahasan:
Pada pernyataan no 2 dan 4 terjadi perubahan biloks.
23. A
Pembahasan:
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi, oksidator yang
mengalami penurunan biloks dan menarik elektron.
24. D
204
205
Pembahasan:
Zn adalah zat yang mengalami kenaikan biloks sehingga disebut reduktor.
Sedangkan Ag+ adalah zat yang mengalami penurunan biloks sehingga
disebut oksidator.
25. A
Pembahasan:
Terjadi penurunan biloks dari Ag+ yaitu +1 menjadi 0 pada Ag.
26. A
Pembahasan:
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi.
2Ag+(aq)+ Cu(s) → 2Ag(s) + Cu2+(aq)
+1
0
reduksi
27. D
Pembahasan:
Karena tejadi kenaikan biloks I pada KI dari -1 menjadi 0 pada I2. Jadi, I2
dikatakan sebagai zat hasil oksidasi.
28. C
Pembahasan:
Karena biloks Mn pada MnO42- adalah +6. Jadi biloks Cr = +6 pada
Cr2O7229. D
Pembahasan:
3MnO42- + 4H+ → 2MnO4- + MnO2 + 2H2O
+6
+7
+4
30. D
Pembahasan:
Cl2 berfungsi sebagai oksidator dan reduktor sehingga Cl2 dikatakan
mengalami reaksi disproporsionasi atau reaksi autoredoks.
31. B
206
Pembahasan:
Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana terjadi kenaikan biloks S
pada H2S menjadi S yaitu dari -2 menjadi 0 dan dari SO2 menjadi S yaitu
dari +4 menjadi 0. Jadi H2S bertindak sebagai reduktor.
32. A
Pembahasan:
Dinitrogen monooksida
33. E
Pembahasan:
Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana Br2 bertindak sebagai
okisdator sekaligus reduktor. Biloks Br2 berubah dari 0 menjadi +5 dan -1.
34. C
Pembahasan:
Mg2+ + ClO2 → Mg(ClO2)2
35. A
Pembahasan:
Silikon dalam senyawa tersebut mempunyai biloks +4.
207
Lampiran 18
PANDUAN OBSERVASI ASPEK AFEKTIF SISWA
Tujuan :
Mengetahui kemampuan afektif siswa pada pembelajaran materi redoks
No
1.
Aspek
Indikator
Perhatian dalam
Penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat
mengikuti pelajaran
Perhatian dalam pelajaran, tapi jarang pernah
menyampaikan pendapat
Perhatian dalam pelajaran, tapi tidak pernah
menyampaikan pendapat
2.
3.
5
4
3
Kurang perhatian dan jarang menyampaikan pendapat
2
Tidak memperhatikan pelajaran
1
Keaktifan siswa
Selalu bertanya saat mengikuti pelajaran
5
dalam mengajukan
Sering bertanya saat mengikuti pelajaran
4
pertanyaan
Kadang-kadang bertanya saat mengikuti pelajaran
3
Jarang bertanya saat mengikuti pelajaran
2
Tidak pernah bertanya saat mengikuti pelajaran
1
Keaktifan siswa
Selalu menjawab pertanyaan dan jawaban selalu tepat
5
dalam menjawab
Selalu menjawab pertanyaan dan jawaban kurang
pertanyaan
tepat
Pernah menjawab pertanyaan dan jawaban tepat
Pernah menjawab pertanyaan tapi jawaban kurang
tepat
Tidak pernah menjawab pertanyaan
4.
Skor
Tanggung jawab
Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat
dalam mengerjakan
waktu
tugas
Aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak selesai
tepat waktu
4
3
2
1
5
4
208
Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru tetapi
selesai tepat waktu
Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak
selesai tepat waktu
Tidak aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak
pernah selesai
5.
Partisipasi/kerja
Dapat berkomunikasi dengan teman dan dapat
sama
memberikan pendapat
Dapat berkomunikasi dengan teman dan dapat
bersikap pasif
Tidak dapat berkomunikasi dengan teman tapi dapat
memberikan pendapat
Tidak dapat berkomunikasi dengan teman dan dapat
bersikap pasif
Menggantunkan sepenuhnya pada teman
6.
Kejujuran
Tidak pernah bertanya pada teman sewaktu
mengerjakan tes
Pernah bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes
Kadang-kadang bertanya pada teman sewaktu
mengerjakan tes
Sering bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes
Selalu bertanya pada teman sewaktumengerjakan tes
7.
Kemampuan
Mendengarkan dan memperhatikan pendapat teman
menghargai
Menolak pendapat teman saat teman mengemukakan
pendapat teman
pendapat tapi dengan alasan yang rasional
Memotong pembicaraan teman saat teman
mengemukakan pendapat
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
Mencela ketika teman menyampaikan pendapat
2
Acuh ketika teman menyampaikan pendapat
1
209
8.
9.
10.
Kehadiran
Tidak pernah membolos dan selalu hadir tepat waktu
5
Tidak pernah membolos dan pernah hadir tepat waktu
4
Sering tidak masuk dan hadir tepat waktu
3
Sering tidak masuk dan pernah hadir tidak tepat waktu
2
Sering tidak masuk dan selalu hadir tidak tepat waktu
1
Kerja sama dengan
Mau membantu sesama anggota kelompok dan
teman dalam
kelompok lain
praktikum
Mau membantu anggota kelompok lain
4
Hanya mau membantu sesama anggota kelompok
3
Tidak mau membantu anggota kelompok lain
2
Tidak mau membantu sesama anggota kelompok
1
kelengkapan buku
Mempunyai buku catatan, LKS dan lebih dari 1 buku
kimia
%Skor
5
5
Mempunyai buku catatan, LKS dan 1 buku kimia
4
Mempunyai buku catatan dan LKS
3
Mempunyai buku catatan saja
2
Tidak mempunyai buku catatan dan LKS
1
x 100%
210
Lampiran 19
PANDUAN OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTOR SISWA
Tujuan :
Mengetahui kemampuan psikomotor siswa pada percobaan materi Redoks
No
Aspek
Indikator
1
Mempersiapkan
Mempersiapkan
alat dan bahan
mandiri
alat
dan
Skor
bahan
secara
Ikut mempersiapkan alat dan bahan dengan
bantuan teman
Ikut mempersiapkan alat dan bahan dengan
bantuan guru
Ikut mempersiapkan alat dan bahan dengan
bantuan teman dan guru
Tidak ikut mempersiapkan alat dan bahan
2
Keterampilan
Dapat bekerjasama dengan sesama anggota
menggunakan
kelompok dalam merangkai alat sesuai
alat
petunjuk praktikum
Kelompok dalam
5
4
3
2
1
5
merangkai alat sesuai
petunjuk praktikum, dibantu oleh teman
4
kelompok lain / guru
Pada saat memanaskan gula (pada praktikum
no.2), siswa dapat memanaskan dengan
3
prosedur yang benar
Menggunakan tabung reaksi sesuai dengan
fungsinya
Tidak bisa merangakai alat dan tidak
menggunakan alat sesuai fungsinya
3
Ketepatan
Melakukan praktikum sesuai alur kerja dan
2
1
5
211
melakukan
selesai tepat waktu
prosedur
Melakukan praktikum sesuai alur kerja tetapi
praktikum
tidak selesai tepat waktu
Melakukan praktikum tidak sesuai alur kerja
tetapi selesai tepat waktu
Melakukan praktikum tidak sesuai alur kerja
dan tidak selesai tepat waktu
Tidak melakukan praktikum
4
Ketepatan dalam Dapat
mengamati
dan
4
3
2
1
menjelaskan
melakukan
perubahan warna yang terjadi pada kertas
pengamatan
kobalt pada ke-2 percobaan
5
Mencatat data pengamatan seperti perubahan
warna yang terjadi pada kertas kobalt dengan
4
tepat dan lengkap
Hanya dapat mengamati perubahan warna
yang terjadi pada kertas kobalt tanpa dapat
3
menjelaskan
Mencatat data pengamatan seperti perubahan
warna yang terjadi pada kertas kobalt dengan
2
tepat tetapi kurang lengkap
Tidak mengamati, mencatat dan menjelaskan
perubahan yang terjadi selama praktikum
5
Kebersihan
Mencuci tabung reaksi dan spatula, serta
ruang dan alat
meletakan alat-alat akan dengan rapi pada
tempat semula dan membersihkan meja
1
5
praktikum baik sebelum maupun setelah
praktikum
Mencuci tabung reaksi dan spatula sebelum
dan setelah digunakan, serta meletakan alatalat yang akan digunakan dengan rapi di atas
4
212
meja praktikum tetapi tidak membersihkan
meja praktikum
Mencuci tabung reaksi dan spatula tetapi
tidak
meletakan
alat-alat
di
yang
akan
digunakan
dengan
rapi
atas
meja
praktikum
namun
membersihkan
meja
3
praktikum baik sebelum maupun setelah
praktikum
Tidak mencuci tabung reaksi dan spatula
serta tidak membersihakan meja praktikum
sebelum
dan
setelah
digunakan
tetapi
2
meletakan alat-alat yang digunakan ke tempat
semula
Langsung meninggalkan tempat praktikum
tanpa membersihkan alat dan meja praktikum
6
1
Membuat
Laporan sangat baik dan tepat waktu
5
Laporan
Laporan baik dan tepat waktu
4
praktikum
Laporan baik namun tidak tepat waktu
3
Laporan kurang baik tetapi tepat waktu
2
Laporan kurang baik dan tidak tepat waktu
1
Lampiran 1
213
Lampiran 20
DATA NILAI MID SEMESTER 2 KELAS X 1- X 5
No. Absen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Kelas
X1
74
72
42
84
72
71
57
59
65
66
79
83
70
78
70
78
50
68
75
75
54
65
73
56
58
70
63
63
73
74
64
92
X2
76
64
59
73
51
81
75
82
87
44
62
82
71
48
92
70
64
60
70
82
60
76
74
95
52
81
68
83
68
64
70
92
X3
75
60
60
50
70
75
75
65
70
60
65
80
90
65
60
70
85
80
50
45
55
55
85
55
65
65
42
70
65
65
70
55
X4
75
75
80
70
50
65
55
80
80
75
70
70
80
70
60
60
60
70
50
70
45
60
70
45
55
65
40
40
90
85
45
55
45
90
X5
73
82
63
86
65
71
63
58
66
52
88
93
58
86
68
86
71
60
82
42
72
80
91
63
85
63
73
43
68
62
89
65
214
Lampiran 21
UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-1
SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA
Hipotesis
H0
Ha
:
Data berdistribusi
normal
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
2
Oi
Ei
2
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
2
Ho diterima jika
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
=
90,00
Nilai minimal
Rentang
Banyak kelas
=
=
=
42,00
48,00
6
Batas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
Ei
41,500
49,500
57,500
65,500
73,500
81,500
-2,07
-1,38
-0,69
0,00
0,69
1,38
0,4809
0,4166
0,2557
0,0011
0,2540
0,4157
0,0643
0,1609
0,2546
0,2551
0,1617
0,0686
2,0582
5,1479
8,1473
8,1618
5,1756
2,1957
2
6
11
5
5
3
0,0016
0,1410
0,9989
1,2249
0,0060
0,2947
90,500
2,15
0,4843

=
2,3724
Kelas Interval
42
50
58
66
74
82
-
49
57
65
73
81
90
Panjang Kelas
Rata-rata (
x)
s
n
=
8,000
=
=
=
65,53
11,60
32
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
Daerah penerimaan Ho
(Oi-Ei)²
Ei
²
Untuk
Oi
7,81
Daerah penolakan
Ho
2,3724
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
215
Lampiran 22
UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-2
SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA
Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi
normal
Data tidak berdistribusi
normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
Oi
2
Ei
2
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
=
90,00
Nilai minimal
Rentang
Banyak kelas
=
=
=
40,00
50,00
6
40
49
58
67
76
85
-
Z
untuk
batas
kls.
Peluang
untuk Z
39,500
48,500
57,500
66,500
75,500
84,500
-1,76
-1,13
-0,49
0,14
0,77
1,40
0,4605
0,3698
0,1896
0,0541
0,2784
0,4189
93,500
2,03
0,4787
Batas
Kelas
Kelas Interval
48
57
66
75
84
93
Panjang Kelas
Rata-rata
(x)
s
n
=
9,000
=
=
=
64,56
14,27
34
(Oi-Ei)²
Luas Kls.
Untuk Z
Ei
Oi
Ei
0,0907
0,1802
0,2437
0,2243
0,1405
0,0599
3,0828
6,1271
8,2861
7,6260
4,7762
2,0352
²

6
5
6
10
4
3
2,7606
0,2073
0,6307
0,7390
0,1261
0,4574
=
4,4638
216
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
Daerah penerimaan Ho
7,81
Daerah penolakan
Ho
4,4638
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
217
Lampiran 23
UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-3
SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA
Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi
normal
Data tidak berdistribusi
normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
2
Oi
2
Ei
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
=
93,00
=
9,000
42,00
Panjang Kelas
Rata-rata
(x)
Nilai minimal
=
=
70,84
Rentang
=
51,00
s
=
13,44
Banyak kelas
=
6
n
=
32
Batas
Kelas
Kelas Interval
Z
untuk
batas
kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
(OiEi)²
Ei
42
-
51
41,500
-2,18
0,4855
0,0605
1,9358
3
0,5851
52
-
60
51,500
-1,44
0,4250
0,1457
4,6629
3
0,5930
61
-
69
60,500
-0,77
0,2793
0,2395
7,6632
10
0,7126
70
-
78
69,500
-0,10
0,0398
0,2554
8,1740
5
1,2325
79
-
87
78,500
0,57
0,2156
0,1768
5,6591
7
0,3177
88
-
96
87,500
1,24
0,3925
0,0794
2,5424
4
0,8357
96,500
1,91
0,4719
=
3,4408
²
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =

7,81
Daerah penerimaan Ho
3,4408
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
218
Lampiran 24
UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-4
SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA
Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi
normal
Data tidak berdistribusi
normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
2
Oi
2
Ei
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
=
95,00
Nilai minimal
Rentang
Banyak kelas
=
=
=
44,00
51,00
6
Batas
Kelas
Z
untuk
batas
kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
43,500
52,500
61,500
70,500
79,500
88,500
-2,14
-1,44
-0,75
-0,05
0,65
1,35
0,4839
0,4257
0,2723
0,0193
0,2420
0,4111
0,0582
0,1534
0,2530
0,2613
0,1691
0,0685
1,8631
4,9084
8,0956
8,3629
5,4110
2,1920
4
3
9
6
7
3
2,4511
0,7420
0,1010
0,6676
0,4666
0,2979
97,500
2,05
0,4796
=
4,7262
Kelas Interval
44
53
62
71
80
89
-
52
61
70
79
88
97
Panjang Kelas
Rata-rata
(x)
s
n
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
Daerah penerimaan Ho
9,000
=
=
=
71,13
12,89
32
(OiEi)²
Ei
²
Untuk
=

7,81
Daerah penolakan
Ho
4,7262
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
219
Lampiran 25
UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-5
SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA
Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi
normal
Data tidak berdistribusi
normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
2
Oi
Ei
2
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
=
92,00
=
9,000
42,00
Panjang Kelas
Rata-rata
(x)
Nilai minimal
=
=
68,53
Rentang
=
50,00
S
=
10,43
Banyak kelas
=
6
N
=
32
Batas
Kelas
Kelas Interval
Z
untuk
batas
kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
(OiEi)²
Ei
42
-
50
41,500
-2,59
0,4952
0,0371
1,1885
2
0,5540
51
-
59
50,500
-1,73
0,4581
0,1513
4,8431
5
0,0051
60
-
68
59,500
-0,87
0,3067
0,3055
9,7774
7
0,7889
69
-
77
68,500
0,00
0,0012
0,3063
9,8011
12
0,4933
78
-
86
77,500
0,86
0,3051
0,1525
4,8786
5
0,0030
87
-
95
86,500
1,72
0,4575
0,0376
1,2031
1
0,0343
95,500
2,59
0,4951
=
1,8787
²
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81

220
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan
Ho
1,8787
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
221
Lampiran 26
DATA HASIL BELAJAR (PRE TEST) ANTARA KELOMPOK
EKSPERIMEN DAN KONTROL
Eksperimen
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Kontrol
Nilai
37,00
51,00
40,00
37,00
29,00
40,00
57,00
51,00
37,00
23,00
34,00
20,00
31,00
45,00
57,00
23,00
42,00
45,00
34,00
57,00
31,00
20,00
42,00
40,00
31,00
42,00
29,00
51,00
66,00
51,00
34,00
42,00
1269,00
32
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
n1
Kode
E-01
E-02
E-03
E-04
E-05
E-06
E-07
E-08
E-09
E-10
E-11
E-12
E-13
E-14
E-15
E-16
E-17
E-18
E-19
E-20
E-21
E-22
E-23
E-24
E-25
E-26
E-27
E-28
E-29
E-30
E-31
E-32
=
=
n2
Kode
K-01
K-02
K-03
K-04
K-05
K-06
K-07
K-08
K-09
K-10
K-11
K-12
K-13
K-14
K-15
K-16
K-17
K-18
K-19
K-20
K-21
K-22
K-23
K-24
K-25
K-26
K-27
K-28
K-29
K-30
K-31
K-32
=
=
Nilai
51,00
31,00
40,00
37,00
37,00
40,00
57,00
45,00
37,00
23,00
34,00
20,00
31,00
45,00
40,00
23,00
42,00
66,00
48,00
57,00
31,00
20,00
42,00
34,00
34,00
40,00
26,00
57,00
34,00
31,00
31,00
45,00
1229,00
32
x1
=
39,66
x2
=
38,41
=
125,1522
=
11,187
s 12
=
131,8458
s 22
s1
=
11,482
s2
222
Lampiran 27
UJI NORMALITAS
DATA NILAI HASIL BELAJAR (PRE TEST) KELOMPOK KONTROL
Hipotesis
Ho :
Data berdistribusi normal
Ha :
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
Oi
2
2
Ei
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
Nilai minimal
Rentang
Banyak kelas
Kelas Interval
20,00
28,00
36,00
44,00
52,00
60,00
Untuk
-
27,00
35,00
43,00
51,00
59,00
67,00
2
tabel
=
=
=
=
66,00
20,00
46,00
6
Panjang Kelas
Rata-rata ( x )
s
n
=
=
=
=
7,67
38,41
11,19
32
Batas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
Ei
Oi
19,50
27,50
35,50
43,50
51,50
59,50
67,50
-1,69
-0,97
-0,26
0,46
1,17
1,89
2,60
0,4545
0,3352
0,1025
0,1756
0,3791
0,4703
0,4953
0,1193
0,2327
0,2780
0,2035
0,0912
0,0250
3,8174
7,4466
8,8975
6,5128
2,9195
0,8008
5
9
9
5
3
1
Ei
0,3664
0,3240
0,0012
0,3514
0,0022
0,0495
²
=
1,0947
(Oi-Ei)²
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81
Daerah penolakan
Ho
Daerah
1,0947
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
223
Lampiran 28
UJI NORMALITAS
DATA NILAI HASIL BELAJAR (PRE TEST) KELOMPOK EKSPERIMEN
Hipotesis
Ho
:
Ha
:
Data berdistribusi normal
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
2
Oi
2
Ei
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan
Ho diterima jika
2
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal
Nilai minimal
Rentang
Banyak kelas
Kelas Interval
20,00
28,00
36,00
44,00
52,00
60,00
Untuk
-
27,00
35,00
43,00
51,00
59,00
67,00
=
=
=
=
66,00
20,00
46,00
6
Panjang Kelas
Rata-rata ( x )
s
n
=
=
=
=
7,67
39,66
11,48
32
Batas
Kelas
Z untuk
batas kls.
Peluang
untuk Z
Luas Kls.
Untuk Z
Ei
Oi
19,50
27,50
35,50
43,50
51,50
59,50
67,50
-1,76
-1,06
-0,36
0,33
1,03
1,73
2,42
0,4604
0,3551
0,1413
0,1311
0,3488
0,4580
0,4923
0,1053
0,2138
0,2724
0,2177
0,1092
0,0343
3,3688
6,8421
8,7170
6,9679
3,4939
1,0983
4
8
10
6
3
1
Ei
0,118
0,196
0,189
0,134
0,070
0,009
²
=
0,7161
(Oi-Ei)²
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81
Daerah penolakan
Ho
Daerah
0,7161
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
224
Lampiran 29
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA NILAI HASIL BELAJAR (PRE TEST)
ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis
Ho :
1
Ha :
1
2
=
2
=
2
2
2
2
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
Varians terbesar
Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F
1/2
(nb-1):(nk-1)
Daerah
penerimaan
Ho
F
1/2
(nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh:
Sumber variasi
Jumlah
n
x
Varians (s 2)
Standart deviasi (s)
Kelompok
Eksperimen
1269
32
39,66
131,8458
11,48
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F
=
131,85
125,15
= 1,0535
Pada = 5% dengan:
dk pembilang = nb - 1 =
dk penyebut = nk -1 =
F (0.05)(31:31) = 1,82
32 32 -
1 = 31
1 = 31
Kelompok Kontrol
1229
32
38,41
125,1522
11,19
225
Daerah
penerimaan Ho
1,0535
1,82
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda.
226
Lampiran 30
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA DATA NILAI HASIL BELAJAR (AWAL)
ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis
Ho :
1
<
2
Ha :
>
2
1
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t
x
1
1
n1
s
2
1
n2
Dimana,
n1
s
1 s12
n 2 1 s 22
n1 n 2 2
Ho ditolak apabila t > t (1-
)(n1+n2-2)
Daerah
penerimaan
Ho
Dari data diperoleh:
Kelompok
Eksperimen
1269
32
39,66
131,8458
11,48
Sumber variasi
Jumlah
n
x
Varians (s 2)
Standart deviasi (s)
Kelompok Kontrol
1229
32
38,41
125,1522
11,19
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
s
=
32
1
131,85 +
32
t
=
39,66
11,3357
+
38,41
1
32
+
1
32
32
32
1 125,15
2
= 0,441
= 11,3357
227
Pada
= 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh t (0.95)(62) =
1,67
Daerah
penerimaan
Ho
0,44108
1,67
Karena t berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa
kelompok eksperimen tidak lebih baik daripada kelompok kontrol
228
Lampiran 31
Absen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Xrata
∑
N
log n
Khitung
K
Max
Min
Rentang
Panjang
S2
S
Data Nilai Post-test
Kelas
X 1 (kontrol)
X 2 (eksperimen)
77,14
85,71
62,85
80
68,57
80
68,57
82,85
60
82,85
71,42
60
85,71
74,28
77,14
82,85
82,85
82,85
77,14
85,71
80
82,85
62,85
74,28
82,85
82,85
80
80
80
77,14
60
85,71
71,42
80
80
74,28
71,42
77,14
77,14
82,85
80
85,71
77,14
82,85
68,57
85,71
62,85
82,85
68,57
68,57
77,14
77,14
77,14
80
80
82,85
80
82,85
68,57
85,71
68,57
80
71,42
82,85
73,66
80,35
2357,04
2571,29
32
32
1,51
1,51
5,97
5,97
6
6
85,71
85,71
60
60
25,71
25,71
4,309
4,309
5
4
50,953
30,402
7,138
5,681
229
Lampiran 32
Uji Normalitas Data Nilai Post-test
Kelas X - 1 (Kontrol)
Hipotesis
Ho :
Data berdistribusi normal
Ha :
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Kriteria yang digunakan
Rumus yang digunakan:
Ho diterima jika
k
Oi
2
Ei
<
2
tabel
2
Ei
i 1
2
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan Ho
2
( )(k-3)
No.
Kelas
batas
Oi
Kelas
Interval
Me(X)
S
Zscore
Peluang
Luas
Kelas
Untuk
Z
UntukZ
2,34
0,4904
0,0422
1,3503
0,3126
1,63
0,4482
0,1288
4,1211
0,8566
0,91
0,3194
0,2407
7,7036
0,9488
0,20
0,0787
0,1184
3,7885
0,3874
[Zscore]
kelas
Ei
(OiEi)²
Ei
1
60
-
64
60
2
75,89
7,00
2
65
-
69
65
6
75,89
7,00
3
70
-
74
70
5
75,89
7,00
4
75
-
79
75
5
75,89
7,00
2,34
1,63
0,91
0,20
5
80
-
84
80
11
75,89
7,00
0,52
0,52
0,1971
0,1937
6,1981
3,7202
6
85
-
89
85
3
75,89
7,00
1,23
1,23
0,3908
0,0833
2,6671
0,0415
75,89
7,00
1,95
1,95
0,4741
455
42
-3
7
2
1
25,829
90
32
Jumlah
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
6,2673
7,81
230
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
Karena
2
2
(hitung)<
(tabel), maka
6,27
7,81
data tersebut berdistribusi normal
231
Lampiran 33
Uji NormalitasData Nilai Post-test
Kelas X - 2 (eksperimen)
Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
Oi
2
2
Daerah penolakan
Ho
2
Daerah penerimaan Ho
Ei
i 1
No.
Kela
s
Ei
Kriteria yang digunakan
2
2
Ho diterima jika < tabel
( )(k-3)
Kelas
batas
Interval
kelas
Oi
Me(X)
S
Zscore
1
65
-
68
65
1
80,53
4,89
2
69
-
72
69
0
80,53
4,89
3
73
-
76
73
3
80,53
4,89
4
77
-
80
77
9
80,53
4,89
5
81
-
84
81
13
80,53
4,89
3,28
2,46
1,64
0,82
0,01
6
85
-
88
85
89
6
80,53
80,53
483
4,89
4,89
29
0,81
1,63
-7
32
[Zscore]
Peluang
Luas
Kelas
Untuk Z
UntukZ
Ei
0,4995
0,0064
0,1928
3,3794
2,46
0,4930
0,0433
1,3003
1,3003
1,64
0,4497
0,1546
4,6386
0,5788
0,82
0,2951
0,2925
8,7762
0,0057
0,01
0,0025
0,2889
8,6667
2,1666
0,81
1,63
9
0,2914
0,4484
2
0,1569
4,7079
0,3546
1
28,28
7,7855
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
Daerah penerimaan Ho
7,78
Karena
(OiEi)²
3,28
Jumlah
Untuk
Ei
2
2
(hitung)<
(tabel), maka
7,81
Daerah penolakan
Ho
7,81
data tersebut berdistribusi normal
232
Lampiran 34
Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol
Hipotesis
Ho :
µ < 67 (belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha :
µ
≥ 67 (sudah mencapai ketuntasan)
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
t=
Kriteria yang digunakan
Ha diterima t > t (1-α)(n-1)
Dari data diperoleh :
Sumber Variasi
Jumlah
n
Varians (s2)
Standar deviasi (s)
t =
= 5,28
Untuk α = 5% dengan dk = 31 diperoleh t (1-α)(n-1) = 2,04
Nilai
2357
32
73,66
50,953
7,138
233
daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
2,04
5,28
Karena t berada
daerah penolakan Ho,maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas kontrol setelah
perlakuan lebih besar sama dengan 67 atau sudah mencapai ketuntasan hasil belajar.
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Kontrol
Tuntas jika
%
≥
85%
Tidak tuntas jika %
<
85%
% =
=
= 84,38 %
Karena persentase ketuntasan belajar kurang dari 85% maka kelas kontrol belum mencapai
ketuntasan belajar klasikal.
234
Lampiran 35
Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen
Hipotesis
Ho :
µ < 67 (belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha :
µ
≥ 67 (sudah mencapai ketuntasan)
Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
t=
Kriteria yang digunakan
Ha diterima t > t (1-α)(n-1)
Dari data diperoleh :
Sumber Variasi
Jumlah
Nilai
2571
32
80,35
30,40
5,681
n
Varians (s2)
Standar deviasi (s)
t =
= 13,29
Untuk α = 5% dengan dk = 31 diperoleh t (1-α)(n-1) = 2,04
daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
2,04
13,29
235
Karena t berada daerah penolakan Ho,maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas
kontrol setelah perlakuan lebih besar sama dengan 67 atau sudah mencapai ketuntasan hasil
belajar.
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Kontrol
Tuntas jika
%
≥
85%
Tidak tuntas jika %
<
85%
% =
=
= 93,75 %
Karena persentase ketuntasan belajar lebih dari 85% maka kelas eksperimen sudah mencapai
ketuntasan belajar klasikal.
236
Lampiran 36
Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Post-test
Kelas kontrol dan Eksperimen
Hipotesis
2
1
Ho :
Ha :
2
2
=
2
1
≠
2
2
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
Varians terbesar
Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2
(nb-1):(nk-1)
Daerah
penerimaan Ho
F 1/2
(nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh:
Sumber variasi
Kelas X - 1 (Kontrol)
Kelas X - 2
(EKSPERIMEN)
Jumlah
N
2357
32
73,66
2571
32
80,35
Varians (s2)
Standart deviasi (s)
50,9527
7,14
30,4016
5,68
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F
=
50,9527
30,4016
Pada = 5% dengan:
dk pembilang = nb – 1
dk penyebut = nk -1
= 32 – 1 = 31
= 32 – 1 = 31
F (0.025)(29:31)
= 2,05
=
1,68
237
Daerah
penerimaan Ho
1,68
2,05
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
mempunyai varians yang sama.
238
Lampiran 37
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Nilai Post-Test
Kelas kontrol dan Eksperimen
Hipotesis
H0
:
Ha
:
= kontrol
eksperimen> kontrol
eksperimen
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t
x
1
1
n1
s
2
1
n2
Dimana
n1
s
2
1 s1
n1
2
n2
n2
1 s2
2
Ho diterima apabila t < t(1-
)(n1+n2-2)
Daerah
penerimaan Ho
Dari data diperoleh:
Sumber variasi
Jumlah
N
Varians (s2)
Standart deviasi (s)
Kelas X - 1
(Kontrol)
2357,04
32
73,66
Kelas X - 2
(EKSPERIMEN)
2571,29
32
80,35
50,9527
7,1381
30,4016
5,6810
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
S
T
=
=
= 6,377867
239
Pada
= 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh t(0.95)(62) = 1,999
Daerah penolakan
Ho
Daerah penerimaan
Ho
1,999
4,199
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan nilai rata-rata post-test kelas
eksperimen (X - 2) lebih baik daripada kelas Kontrol (X - 1).
240
Lampiran 38
UJI t PENINGKATAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA
KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS
Kelas X SMAN 1 Tunjungan Blora Tahun 2011/2012
KELOMPOK
EKSPERIMEN
39,66
80,35
5,68
40,69
50,64094586
RATA-RATA
PRE TEST
POST TEST
standart deviasi
Peningkatan nilai
% Peningkatan
KELOMPOK
KONTROL
38,41
73,66
7,13
35,25
47,8550095
Kriteria uji <t> : tolak Ho jika ─t1-1/2α < t < t1-1/2α
Kelompok Eksperimen
=
t=
Pada a = 5% dengan dk = 32 -1 = 31 diperoleh t (0.95)(31) =
40,69
6
32
1,27
2,039513438
-2,039
1,27
2,039
karena berada diantara -t tabel dan t tabel maka t hitung berada di daerah penolakan Ho.
Bisa disimpulkan kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar
Kelompok Kontrol
=
Daerah penerimaan
Ho
t=
35,25
7
32
Daerah penolakan Ho
0,87
-2,039
0,87
2,039
karena thitung berada diantara -ttabel dan ttabel maka thitung berada di daerah penolakan Ho.
bisa disimpulkan kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar
karena thitung eksperimen > t hitung kontrol maka bisa disimpulkan kelas eksperimen memiliki
peningkatan belajar yang lebih tinggi dari kelas kontrol
241
Lampiran 39
UJI HIPOTESIS
Rumus
rb
=
(Y1
Y2) pq
uSy
Keterangan
Y1
=
Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
Y2
Sy
p
q
u
=
=
=
=
=
Rata-rata hasil belajar kelompok control
Simpangan baku dari kedua kelompok
Proporsi pengamatan pada kelompok eksperimen
Proporsi pengamatan pada kelompok kontrol
Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian
luas normal baku menjadi bagian p dan q
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:
Y1
=
80,35
Y2
=
73,66
Sy
=
7,24
p
=
0,48
q
=
0,52
z
=
0,04
(diperoleh dari daftar F, Sudjana, 2005: 490)
Dari daftar tinggi ordinat normal baku, dengan Z = 0.02 diperoleh nilai
u
=
0,3986
(diperoleh dari daftar E, Sudjana, 2005: 489)
rb
=
=
=
(Y1
Y2) pq
uSy
(80,35
-
73,66)0,48
2,8862
x 0,52
0,579
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rb = 0.579 dan berdasarkan data Pedoman untuk
memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (rb) dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing berpengaruh tinggi terhadap hasil belajar kimia
242
Lampiran 40
Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis besarnya pengaruh treathment terhadap hasil belajar kimia digunakan
rumus koefisien determinasi (KD) yang merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi
biserial dikalikan 100%.
Rumus
KD = rb2 x 100%
Keterangan :
rb : nilai koefisien korelasi biserial
Dari data hasil analisis pengaruh treathment terhadap hasil belajar kimia diperoleh
rb = 0,579
sehingga KD :
KD = rb2 x 100%
= (0,579)2 x 100%
= 0,3356 x 100%
= 33, 56
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai KD = 33.56%, sehingga besarnya pengaruh model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap
belajar kimia adalah sebesar 33.56%
243
Lampiran 41
PERHITUNGAN RELIABILITAS
Rumus:
k
k -1
r11
M(k M
kVt
Keterangan:
k
: Banyaknya butir soal
Spq : Jumlah dari pq
2
s
: Varians total
Kriteria
Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
k =
50
M = 28,7857
806
28
26974
Vt
=
r11
=
2
28
50
50
1 -
1
= 134,7398
28,786
50
50
28,79
134,740
= 0,928
p' =
806
1120
q' =
1
=
-
0,72
0,72 =
0,280
untuk p' tersebut diperoleh y' =
SEr11
=
p.q
y' N
=
0,38368
0,7196 x
0,3837
0,280
28
=
0,202
2,030
=
0,4492
=
2,0302
1.96 SEr11
= 1,96 x
0,221 = 0,4336329
Karena r11 > 1,96 SE r11, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel
0,221
244
Lampiran 42
PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL
Rumus
IK
JB A
JS A
JB B
JS B
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria
Interval
0,00 <
IK
0,30 <
IK
0,70 <
IK
IK
<
<
<
Kriteria
Sukar
Sedang
Mudah
0,30
0,70
1,00
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh
seperti pada tabel analisis butir soal.
Kelompok Atas
Kode
Skor
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
UC-02
UC-06
UC-07
UC-08
UC-09
UC-13
UC-05
UC-11
UC-25
UC-03
UC-04
UC-26
UC-24
UC-14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah
IK
=
14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
14
+
28
No
Kelompok Bawah
Kode
Skor
UC-22
UC-20
UC-15
UC-10
UC-16
UC-28
UC-23
UC-12
UC-21
UC-19
UC-18
UC-01
UC-27
UC-17
Jumlah
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
4
4
= 0,64
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran yang sedang
245
Lampiran43
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL
Rumus
JB A JB B
JS A
DP
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria
0,00
0,20
0,40
0,70
Interval
<
DP
<
DP
<
DP
<
DP
DP
<
<
<
<
Kriteria
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik
0,20
0,40
0,70
1,00
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
Kelompok Atas
Kode
Skor
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
UC-02
UC-06
UC-07
UC-08
UC-09
UC-13
UC-05
UC-11
UC-25
UC-03
UC-04
UC-26
UC-24
UC-14
Jumlah
DP
=
14
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
No
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
17
Kelompok Bawah
Kode
Skor
UC-22
UC-20
UC-15
UC-10
UC-16
UC-28
UC-23
UC-12
UC-21
UC-19
UC-18
UC-01
UC-27
UC-17
Jumlah
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
4
4
14
= 0,71
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda sangat baik
246
Lampiran 44
PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL
Rumus
r p bis
Mp
M
St
t
p
q
Keterangan:
Mp
=
Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt
=
Rata-rata skor total
St
p
q
=
=
=
Standart deviasi skor total
Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria
Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid.
t hitung
rpbis
n 2
1 r2
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti
pada tabel analisis butir soal.
Kode Butir soal Skor Total
No
XY
Y2
no 1 (X)
(Y)
1
UC-02
1
41
2
UC-06
1
39
3
UC-07
1
43
4
UC-08
1
40
5
UC-09
1
40
6
UC-13
1
41
7
UC-05
1
38
8
UC-11
1
44
9
UC-25
1
43
10
UC-03
1
40
11
UC-04
1
41
12
UC-26
1
38
13
UC-24
1
35
14
UC-14
1
36
15
UC-22
0
24
16
UC-20
1
21
17
UC-15
0
20
18
UC-10
0
22
19
UC-16
1
20
20
UC-28
0
22
21
UC-23
0
15
22
UC-12
1
16
23
UC-21
0
19
24
UC-19
1
17
25
UC-18
0
13
26
UC-01
0
13
27
UC-27
0
12
28
UC-17
0
13
Jumlah
18
806
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:
Mp
=
=
=
1681
1521
1849
1600
1600
1681
1444
1936
1849
1600
1681
1444
1225
1296
576
441
400
484
400
484
225
256
361
289
169
169
144
169
26974
41
39
43
40
40
41
38
44
43
40
41
38
35
36
0
21
0
0
20
0
0
16
0
17
0
0
0
0
633
Jumlah skor total yang menjawab benar pada no 1
Banyaknya siswa yang menjawab benar pada no 1
633
18
35,17
247
Mt
=
=
=
p
Jumlah skor total
Banyaknya siswa
806
28
28,79
Jumlah skor yang menjawab benar pada no 1
Banyaknya siswa
18
28
=
=
q
=
0,64
=
1
p =
1
806
28
26974
St
=
rpbis
=
=
t hitung =
0,64
28
35,17
= 0,36
2
= 11,61
28,79
0,64
0,36
11,61
0,738
0,738
28
1
2
0,738 2
=
0,738 x
7,5505
=
5,569
Pada a = 5% dengan dk = n - 2 = 28 - 2 diperoleh t
Karena t hitung > t tabel, maka soal no 1 valid.
tabel
= 1.71
75
Kode
Tingkat
Kesukara
n
Daya
Pembeda
Validitas
1
2
1
UC-02
1
0
2
UC-06
1
0
3
UC-07
1
1
4
UC-08
1
1
5
UC-09
1
1
6
UC-13
1
1
8
UC-05
1
1
7
UC-11
1
1
9
UC-25
1
1
10
UC-03
1
1
11
UC-04
1
1
12
UC-26
1
1
13
UC-24
1
1
14
UC-14
1
1
15
UC-22
0
1
16
UC-20
1
0
17
UC-15
0
0
18
UC-10
0
0
19
UC-16
1
1
20
UC-28
0
0
21
UC-23
0
0
22
UC-12
1
0
23
UC-21
0
0
24
UC-19
1
0
25
UC-18
0
0
26
UC-01
0
0
27
UC-27
0
0
28
UC-17
0
0
Jumlah
18
14
Mp
35,17
37,36
Mt
28,79
28,79
p
0,64
0,50
q
0,36
0,50
pq
0,2296 0,2500
St
11,608 11,608
rpbis
0,738
0,738
thitung 5,56862 6,29049
ttabel
2,056
2,056
Kriteria Valid
Valid
JBA
14
12
JBB
4
2
JSA
14
14
JSB
14
14
DP
0,71
0,71
Kriteria Baik sekaliBaik sekali
JBA + JBB 18
14
2JSA
28
28
IK
0,64
0,50
Kriteria Sedang Sedang
Kriteria soal
Dipakai Dipakai
3
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
17
34,88
28,79
0,61
0,39
0,2385
11,608
0,653
4,95216
2,056
Valid
13
4
14
14
0,64
Baik
17
28
0,61
Sedang
Dipakai
4
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
21
25,33
28,79
0,75
0,25
0,1875
11,608
-0,515
-3,4527
2,056
Tidak
7
14
14
14
-0,50
Jelek
21
28
0,75
Mudah
Dibuang
ANALISIS VALIDITAS, DAYA PEMBEDA, TINGKAT KESUKARAN DAN RELIABILITAS SOAL
No Soal
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
15
16
15
20
15
13
18
15
10
19
18
7
26,60
35,00
37,40
33,25
38,87
37,00
34,94
26,87
24,60 34,26
34,61
29,00
28,79
28,79
28,79
28,79
28,79
28,79
28,79
28,79
28,79 28,79
28,79
28,79
0,54
0,57
0,54
0,71
0,54
0,46
0,64
0,54
0,36
0,68
0,64
0,25
0,46
0,43
0,46
0,29
0,46
0,54
0,36
0,46
0,64
0,32
0,36
0,75
0,2487 0,2449 0,2487 0,2041 0,2487 0,2487 0,2296
0,2487 0,2296 0,2181 0,2296 0,1875
11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608
11,608 11,608 11,608 11,608 11,608
-0,202 0,618
0,797
0,608
0,933
0,659
0,712
-0,178
-0,269 0,686
0,673
0,011
-1,1864 4,51778 7,5846 4,40034 2,8767 5,03036 5,82217 -1,03664 -1,603 5,4105 5,231348 0,06123
2,056
2,056
2,056
2,056
2,056
2,056
2,056
2,056
2,056 2,056
2,056
2,056
Tidak
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak
Tidak Valid
Valid
Tidak
6
12
13
14
14
11
14
6
3
14
14
3
9
4
2
6
1
2
4
9
7
5
4
4
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
-0,21
0,57
0,79
0,57
0,93
0,64
0,71
-0,21
-0,29
0,64
0,71
-0,07
Jelek
Baik Baik sekali Baik Baik sekali Baik Baik sekali Jelek
Jelek
Baik Baik sekali Jelek
15
16
15
20
15
13
18
15
10
19
18
7
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
0,54
0,57
0,54
0,71
0,54
0,46
0,64
0,54
0,36
0,68
0,64
0,25
Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Sukar
Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang
5
6
7
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
14
18
18
38,45
37,29
35,22
34,28
28,79
28,79
28,79
28,79
0,39
0,50
0,64
0,64
0,61
0,50
0,36
0,36
0,2385 0,2500
0,2296 0,2296
11,608 11,608
11,608 11,608
0,670
0,732
0,744
0,635
5,18512 6,176911 6,39528 4,71926
2,056
2,056
2,056
2,056
Valid
Valid
Valid
Valid
10
12
14
13
1
2
4
5
14
14
14
14
14
14
14
14
0,64
0,71
0,71
0,57
Baik Baik sekaliBaik sekali Baik
11
14
18
18
28
28
28
28
0,39
0,50
0,64
0,64
Sedang Sedang Sedang Sedang
Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
19
32,26
28,79
0,68
0,32
0,2181
11,608
0,435
2,77741
2,056
Valid
12
7
14
14
0,36
Cukup
19
28
0,68
Sedang
Dipakai
22
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
15
35,60
28,79
0,54
0,46
0,2487
11,608
0,631
4,66741
2,056
Valid
12
3
14
14
0,64
Baik
15
28
0,54
Sedang
Dipakai
23
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
17
35,41
28,79
0,61
0,39
0,2385
11,608
0,710
5,78586
2,056
Valid
13
4
14
14
0,64
Baik
17
28
0,61
Sedang
Dipakai
24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
16
35,25
28,79
0,57
0,43
0,2449
11,608
0,643
4,82356
2,056
Valid
12
4
14
14
0,57
Baik
16
28
0,57
Sedang
Dipakai
25
26
27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
23
17
19
31,35
34,88
33,95
28,79
28,79
28,79
0,82
0,61
0,68
0,18
0,39
0,32
0,1467 0,2385 0,2181
11,608 11,608 11,608
0,473
0,653
0,646
3,08735 4,952162 4,86276
2,056
2,056
2,056
Valid
Valid
Valid
14
13
14
9
4
5
14
14
14
14
14
14
0,36
0,64
0,64
Cukup
Baik
Baik
23
17
19
28
28
28
0,82
0,61
0,68
Mudah Sedang Sedang
Dipakai Dipakai Dipakai
Lampiran 45
No
248
76
28
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
18
28,50
28,79
0,64
0,36
0,2296
11,608
-0,033
-0,19
2,056
Tidak
9
9
14
14
0,00
Jelek
18
28
0,64
Sedang
Dibuang
29
30
31
32
33
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
19
17
18
12
18
34,47
36,71 35,17
21,42
23,67
28,79
28,79 28,79
28,79
28,79
0,68
0,61
0,64
0,43
0,64
0,32
0,39
0,36
0,57
0,36
0,2181 0,2385 0,2296 0,2449 0,2296
11,608 11,608 11,608 11,608 11,608
0,712
0,848 0,738 -0,550 -0,592
5,824494 9,2003 6,2736 -3,781 -4,216
2,056
2,056 2,056
2,056
2,056
Valid
Valid Valid
Tidak
Tidak
14
14
14
2
5
5
3
4
10
13
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
0,64
0,79
0,71
-0,57
-0,57
Baik Baik sekali
Baik sekali Jelek
Jelek
19
17
18
12
18
28
28
28
28
28
0,68
0,61
0,64
0,43
0,64
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang
ANALISIS VALIDITAS, DAYA PEMBEDA, TINGKAT KESUKARAN DAN RELIABILITAS SOAL
No Soal
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
45
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
12
19
18
15
21
15
15
16
14
15
23
12
37,33 29,32 35,44 37,87 33,43 35,67 31,80 34,63
36,07
34,07
30,30
35,83
28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79
28,79
28,79
28,79
28,79
0,43
0,68
0,64
0,54
0,75
0,54
0,54
0,57
0,50
0,54
0,82
0,43
0,57
0,32
0,36
0,46
0,25
0,46
0,46
0,43
0,50
0,46
0,18
0,57
0,2449 0,2181 0,2296 0,2487 0,1875 0,2487 0,2487 0,2449 0,2500 0,2487 0,1467 0,2449
11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608
0,638 0,066 0,770 0,840 0,693 0,637 0,279 0,581
0,628
0,489
0,281
0,526
4,756 0,382 6,9244 8,9058 5,5186 4,744 1,6686 4,0994 4,63158 3,2178 1,67938 3,551
2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056
2,056
2,056
2,056
2,056
Valid Tidak Valid
Valid Valid Valid Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak
Valid
10
10
14
13
14
12
9
12
11
11
13
10
2
9
4
2
7
3
6
4
3
4
10
2
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
0,57
0,07
0,71
0,79
0,50
0,64
0,21
0,57
0,57
0,50
0,21
0,57
Baik
Jelek Baik sekali
Baik sekali Baik
Baik Cukup Baik
Baik
Baik
Cukup
Baik
12
19
18
15
21
15
15
16
14
15
23
12
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
0,43
0,68
0,64
0,54
0,75
0,54
0,54
0,57
0,50
0,54
0,82
0,43
Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang
Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai
34
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
19
34,79
28,79
0,68
0,32
0,2181
11,608
0,752
6,54368
2,056
Valid
14
5
14
14
0,64
Baik
19
28
0,68
Sedang
Dipakai
47
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
17
34,47
28,79
0,61
0,39
0,2385
11,608
0,609
4,40883
2,056
Valid
12
5
14
14
0,50
Baik
17
28
0,61
Sedang
Dipakai
48
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
41,75
28,79
0,14
0,86
0,1224
11,608
0,456
2,94301
2,056
Valid
4
0
14
14
0,29
Cukup
4
28
0,14
Sukar
Dipakai
49
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
15
36,27
28,79
0,54
0,46
0,2487
11,608
0,692
5,51096
2,056
Valid
12
3
14
14
0,64
Baik
15
28
0,54
Sedang
Dipakai
50
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
16
33,31
28,79
0,57
0,43
0,2449
11,608
0,450
2,8972
2,056
Valid
11
5
14
14
0,43
Baik
16
28
0,57
Sedang
Dipakai
Y
Y2
41
39
43
40
40
41
38
44
43
40
41
38
35
36
24
21
20
22
20
22
15
16
19
17
13
13
12
13
806
1681
1521
1849
1600
1600
1681
1444
1936
1849
1600
1681
1444
1225
1296
576
441
400
484
400
484
225
256
361
289
169
169
144
169
26974
249
250
Lampiran 46
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF KELAS EKSPERIMEN
No
Nama Siswa
Skor yang diperoleh tiap aspek
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
Nilai Kriteria
1
ACHMAD RIFAI
3
3
3
4
4
4
5
5
4
4
39
78
Baik
2
AHMAD ABDUL ROCHIM
3
3
3
5
5
3
5
4
3
3
37
74
Baik
3
AINUN NURHANI
5
4
3
5
5
4
5
5
5
4
45
90 Sangat Baik
4
ALFIATUN NIKMAH
4
3
4
5
4
4
5
5
4
4
42
84 Sangat Baik
5
ANA INDRA SETIAWATI
4
3
3
4
4
3
5
5
3
4
38
76
6
ARUM ISNAININGSIH
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
43
86 Sangat Baik
7
CANDRA AFIF RISTAMA
4
4
4
5
4
4
5
5
4
5
44
88 Sangat Baik
8
DODIK WAHYU BINTORO
4
3
3
5
4
3
5
4
3
4
38
76
9
FARIDLOTUL HABIBAH
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
46
92 Sangat Baik
10 FITRI DEWI FATHONAH
4
4
4
5
5
5
5
5
3
4
44
88 Sangat Baik
11 HADITS HANNAFI
5
3
3
4
5
4
4
4
4
4
40
80 Sangat Baik
12 IIS SHOLICHAH
5
4
3
5
5
4
5
5
3
4
43
86 Sangat Baik
13 ILHAM GHOZALI
4
4
3
5
4
5
5
5
5
4
44
88 Sangat Baik
14 IMROQ'ATUN NUR MAHMUDAH
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
47
94 Sangat Baik
15 INDIT DARMASTUTI
4
3
3
5
4
5
5
5
4
4
42
84 Sangat Baik
16 IRVAN RAHNADIASA
5
3
2
5
5
4
5
4
5
3
41
82 Sangat Baik
17 KIKI ERIDZA ERNA ANGGRAENI
4
3
3
5
4
5
5
5
4
4
42
84 Sangat Baik
18 LASMINI
4
3
2
5
5
4
5
4
3
4
39
78
19 MIAGUSTINA
4
3
4
5
4
4
5
5
5
3
42
84 Sangat Baik
20 MOH LABIB ATOK MARZUQI
4
4
4
5
4
5
4
5
3
4
42
84 Sangat Baik
21 MUCHOFIFAH TRIA NUGRAHENI
4
4
3
5
4
5
5
5
3
4
42
84 Sangat Baik
3
22 MUHAMMAD RYAN PURWA HARSONO
3
3
5
4
5
5
5
4
4
41
82 Sangat Baik
23 NENI MAHARANI
4
3
3
5
4
5
4
5
4
4
41
82 Sangat Baik
24 NURUL INDRIAWATI
4
3
3
5
5
5
5
5
4
4
43
86 Sangat Baik
25 RANI TRI MUSTIKA NOVITASARI
4
4
2
4
4
3
5
3
3
5
37
74
26 RIAN PANDAM WIDHIARTO
4
3
3
5
5
5
5
5
3
4
42
84 Sangat Baik
27 RIDWAN SETYOAJI
4
3
3
5
4
5
5
5
5
4
43
86 Sangat Baik
28 SISKA APRILIA NAOMI
3
3
3
5
4
4
4
4
3
3
36
72
29 SITI NOVINAVIRI
4
3
3
4
4
5
4
4
4
5
40
80 Sangat Baik
30 SITI NUR ALFIAH MUTHOHHAROH
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
47
94 Sangat Baik
31 SITI SUNDANGTIK
3
3
3
5
4
4
5
4
3
5
39
78
32 TSURAYA ANNISA SALSABILA
4
4
3
5
4
5
5
5
4
4
43
86 Sangat Baik
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Kriteria
4,063 3,438 3,188 4,813 4,406 4,375 4,781 4,688 3,813 4,063
Sangat Tinggi
Rata-rata Skor
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
41,625 83,3 Sangat Baik
251
Lampiran 47
LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF KELAS KONTROL
ABID HUSAINI ABROR
ADE THEA WIDYA CHRISTIE
AHMAD BAYU AGUS ARDIANTO
AHSANUL RIZQY RAMADLANI
ALINDA KASIH ANGGRAENI
BRENDA SYINNARTAK
DANIEL SATYA WICAKSANA
DENI LUQMAN
DENNY AGUS ABDUL RAHMAN
DINDA ADVENTIAWATI
DWI NUR INTAN SARI
DWI SULISTYANI
DYMAS EKA PRASETYO
ERISKA DEVI RIYANTI
ESTIKA DWI NURANDRIANA
FATMA MASITA
FITRIA ELAWATI
FITTA RISMAWATI SETYARINI
IKA ULIYATIN NIKMAH
INTAN PUTRI SUSANTI
ISHAC TAUFAN PUTRA NASARANI
JUANITA DRIE WARDANI
MAYANG CLARA MAHARDIKA
NUR WINDA NOVIANINGTYAS
SHIN PUAN MAHARANI
TEGUH RILO HELISASONGKO
TOYA MULYATI
VERA DIANA WIDYA SETYOWATI
VIVIT TRI NOVITASARI
WAHYU PRADHANA
YOHANES RIO FERDINAN
YUYUN PURWATI
3
3
2
4
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
3
1
1
2
3
3
3
2
4
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
3
5
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
6
4
5
4
5
3
4
5
4
5
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
4
3
7
5
5
4
4
5
4
5
4
5
4
3
5
5
4
3
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
3
5
8
5
4
5
3
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
5
3
4
4
9
3
4
5
3
3
4
4
5
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
5
3
3
3
4
3
3
3
5
4
3
10
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
2
3
2
5
4
5
4
4
4
5
3
4
4
3
3
4
4
Rata-rata skor
3,47
2,63
2,56
4,5
4,2
4,2
4,4
4,3
3,5
3,8
Kriteria
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
2
2
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
3
1
2
2
2
3
3
3
Tinggi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Skor yang diperoleh tiap aspek
1
3
4
5
4
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
Tinggi
Nama Siswa
Sangat
Tinggi
No
Jumlah
Skor
37
39
45
38
35
36
40
41
40
39
33
38
37
41
35
40
40
34
36
42
35
37
40
35
36
34
39
39
37
35
40
33
Nilai
Kriteria
74
78
90
76
70
72
80
82
80
78
66
76
74
82
70
80
80
68
72
84
70
74
80
70
72
68
78
78
74
70
80
66
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
75,4
Baik
252
Lampiran 48
LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTORIK KELAS EKSPERIMEN
Praktikum
redoks
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Skor yang diperoleh tiap aspek
Kode Siswa
E-1
E-2
E-3
E-4
E-5
E-6
E-7
E-8
E-9
E-10
E-11
E-12
E-13
E-14
E-15
E-16
E-17
E-18
E-19
E-20
E-21
E-22
E-23
E-24
E-25
E-26
E-27
E-28
E-29
E-30
E-31
E-32
Jumlah
Nilai
Kriteria
1
4
2
5
3
4
4
3
5
4
6
5
25
83,33
Sangat Baik
4
4
3
4
5
4
24
80,00
Sangat Baik
4
5
4
4
4
5
26
86,67
Sangat Baik
3
4
5
4
5
4
25
83,33
Sangat Baik
4
3
5
3
4
5
24
80,00
Sangat Baik
3
4
4
4
5
5
25
83,33
Sangat Baik
3
4
5
4
3
4
23
76,67
Baik
4
5
3
4
5
4
25
83,33
Sangat Baik
2
4
4
5
5
5
25
83,33
Sangat Baik
4
4
5
4
4
5
26
86,67
Sangat Baik
2
4
5
5
5
4
25
83,33
Sangat Baik
4
3
4
4
4
5
24
80,00
Sangat Baik
4
5
5
5
4
5
28
93,33
Sangat Baik
4
5
5
5
4
4
27
90,00
Sangat Baik
4
4
4
4
4
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
4
4
4
5
24
80,00
Sangat Baik
4
4
5
5
4
4
26
86,67
Sangat Baik
3
3
4
4
5
4
23
76,67
Baik
3
5
5
5
4
4
26
86,67
Sangat Baik
4
5
5
5
4
5
28
93,33
Sangat Baik
4
5
5
4
4
4
26
86,67
Sangat Baik
4
3
5
4
3
4
23
76,67
Baik
4
4
4
4
5
5
26
86,67
Sangat Baik
4
4
5
3
4
4
24
80,00
Sangat Baik
2
3
3
4
4
5
21
70,00
Baik
4
4
4
4
5
4
25
83,33
Sangat Baik
4
4
4
5
4
4
25
83,33
Sangat Baik
4
5
4
5
4
5
27
90,00
Sangat Baik
4
4
3
4
4
4
23
76,67
Baik
4
4
5
5
4
5
27
90,00
Sangat Baik
4
4
4
4
4
4
24
80,00
Sangat Baik
4
5
5
5
5
4
28
93,33
Sangat Baik
25,0625
83,5417
Sangat Baik
Rata – rata
3,625
4,156
4,344
4,25
4,25
4,438
Kriteria
Sgt
Tinggi
Sgt
Tinggi
Sgt
Tinggi
Sgt
Tinggi
Sgt
Tinggi
Sgt
Tinggi
S^2
S
28,35
5,325
253
Lampiran 49
LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTORIK KELAS KONTROL
Praktikum
redoks
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Skor yang diperoleh tiap aspek
Kode Siswa
K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
K-6
K-7
K-8
K-9
K-10
K-11
K-12
K-13
K-14
K-15
K-16
K-17
K-18
K-19
K-20
K-21
K-22
K-23
K-24
K-25
K-26
K-27
K-28
K-29
K-30
K-31
K-32
Jumlah
Nilai
Kriteria
1
3
2
4
3
3
4
3
5
4
6
4
21
70,00
Baik
4
4
3
4
3
4
22
73,33
Baik
3
4
3
5
4
4
23
76,67
Baik
3
3
3
4
5
4
22
73,33
Baik
3
3
4
3
4
4
21
70,00
Baik
3
3
3
3
4
4
20
66,67
Baik
2
3
4
4
5
4
22
73,33
Baik
4
4
3
4
5
4
24
80,00
Sangat Baik
4
4
3
3
5
4
23
76,67
Baik
4
4
3
5
4
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
3
5
3
3
21
70,00
Baik
3
3
3
3
3
4
19
63,33
Baik
3
3
3
4
4
4
21
70,00
Baik
4
4
3
4
5
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
3
3
3
4
20
66,67
Baik
3
4
4
3
4
4
22
73,33
Baik
2
3
3
5
4
4
21
70,00
Baik
4
3
3
4
3
4
21
70,00
Baik
3
4
3
4
3
4
21
70,00
Baik
2
3
4
5
4
4
22
73,33
Baik
3
3
3
4
4
4
21
70,00
Baik
4
4
4
4
3
4
23
76,67
Baik
4
3
3
4
5
4
23
76,67
Baik
3
3
3
3
5
4
21
70,00
Baik
3
3
3
3
4
4
20
66,67
Baik
4
3
4
3
3
4
21
70,00
Baik
4
4
4
4
4
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
3
4
3
4
21
70,00
Baik
4
4
3
3
3
4
21
70,00
Baik
4
4
3
3
4
3
21
70,00
Baik
4
2
4
4
4
4
22
73,33
Baik
3
4
3
3
3
4
20
66,67
Baik
3,9375
21,625
72,0833333
Baik
S^2
S
19,41252
Rata – rata
3,3125
Kriteria
Sgt
Tinggi
3,5
Sgt
Tinggi
3,25
Sgt
Tinggi
3,75
Sgt
Tinggi
3,875
Sgt
Tinggi
Sgt
Tinggi
4,405964
254
Lampiran 50
Tanggapan Siswa Kelas Kontrol
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek yang Dinilai
Saya hadir dan tepat waktu dalam mengikuti
pelajaran kimia
Saya mendengarkan dan memperhatikan dengan
penuh semangat dan antusias dalam mengikuti
pelajaran kimia dari awal sampai akhir pelajaran
Saya mencatat materi yang disampaikan oleh
guru dengan rapi dan lengkap
Saya suka mempelajari kimia dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share)tanpa melalui Snowball
Throwing
Saya lebih paham dan jelas mengenai materi
Redoks menggunakan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui
Snowball Throwing
Saya merasa pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif TPS ( Think Pair
Share)tanpa melalui Snowball Throwingdalam
pelajaran kimia materi pokok Redoks
Saya merasa motivasi belajar saya meningkat
dengan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share)tanpa melalui Snowball
Throwing
Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share)tanpa melalui Snowball
Throwing memotivasi Saya untuk aktif dalam
pembelajaran
JUMLAH
PRESENTASE (%)
Keterangan
S
CS
KS
SS
TS
20
2
10
3
16
13
3
13
12
4
1
15
14
2
1
12
9
10
9
16
7
10
12
9
1
2
9
16
5
31
86 102
37
12,11 33,6 39,8 14,5
0
0
255
Lampiran 51
Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek yang Dinilai
Saya hadir dan tepat waktu dalam mengikuti pelajaran
kimia
Saya mendengarkan dan memperhatikan dengan
penuh semangat dan antusias dalam mengikuti
pelajaran kimia dari awal sampai akhir pelajaran
Saya mencatat materi yang disampaikan oleh guru
dengan rapi dan lengkap
Saya lebih suka mempelajari kimia dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share)melalui Snowball
Throwingdibanding dengan model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui
Snowball Throwingdan latihan soal
Saya lebih paham dan jelas mengenai materi Redoks
menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui Snowball Throwing
Saya merasa pembelajaran lebih menyenangkan
dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think
Pair Share) melalui Snowball Throwingterhadap hasil
belajar kimia materi pokok Redoks.
Saya merasa motivasi belajar saya meningkat dengan
model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) melalui Snowball Throwing
Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui Snowball
Throwingmemotivasi Saya untuk aktif dalam
pembelajaran
JUMLAH
PRESENTASE (%)
Keterangan
S
CS
KS
SS
TS
23
9
8
15
8
1
4
15
12
1
9
17
6
8
18
6
11
21
9
16
7
5 22
5
77 133
44
2
30,08 52 17,2 0,78
0
0
256
Lampiran 52
Pertanyaan yang dibuat oleh siswa
Pertemuan I
257
258
259
Pertemuan II
260
261
262
263
Pertemuan III
264
265
266
267
Pertemuan IV
268
269
270
271
Lampiran 53
Dokumentasi penelitian
272
273
274
Download