BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses biologis pada pembuatan minuman wine (Vinifikasi) merupakan akibat serangkaian transformasi biokimiawi yang melibatkan peran sejumlah enzim dari beberapa mikroorganisme yang secara alami hidup pada buah anggur khususnya khamir, yang banyak berperan pada terbentuknya etanol melalui proses fermentasi primer. Disamping itu bakteri asam laktat juga bertanggung jawab pada proses fermentasi sekunder, yang dikenal sebagai fermentasi malolaktat, yaitu terbentuknya asam laktat dari asam-asam organik khususnya asam malat yang banyak terdapat pada buah anggur serta pembentukan senyawa alkohol lainnya. Reaksi biokimiawi yang terjadi selama proses pembuatan wine juga dapat dikatalisis oleh enzim-enzim indigenous yang ada dalam cairan buah anggur. Seringkali kinerja enzim dan mikroorganisme indigenous yang ada pada buah anggur dalam proses pembuatan wine kurang efisien dan kurang optimal sehingga dilakukan penambahan enzim ataupun mikroorganisme komersial. Vinifikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan substrat buah-buahan lain seperti buah Belimbing. Kualitas produk minuman hasil proses fermentasi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme ini sangat tergantung pada kualitas substrat jenis buah yang digunakan, kemampuan mikrobia yang berperan, dan kondisi lingkungan 1 selama proses fermentasi berlangsung serta lamanya waktu pemeraman. Peran kandungan kimiawi cairan buah sangat besar dalam proses transformasi biokimiawi yang terjadi selama proses fermentasi berlangsung. Seperti diketahui proses fermentasi alkohol dari gula terutama heksosa (glukosa dan fruktosa) akan berakibat pada terbentuknya etanol dan CO2 serta beberapa produk samping lainnya. Terkait dengan hal ini kandungan gula buah yang akan digunakan sebagai substrat harus mencukupi tetapi tidak terlalu tinggi, karena kandungan gula yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan tekanan osmosis cairan buah meningkat, dan hal ini dapat mengganggu proses fermentasi. Selanjutnya produk etanol dan CO2 yang terbentuk juga akan menentukan proses biokimiawi dan kimiawi selanjutnya. Tingginya kadar etanol dapat menghambat pertumbuhan mikrobia pembentuknya, disamping itu etanol juga dapat membentuk senyawasenyawa ester jika bereaksi dengan asam-asam karboksilat yang biasanya ada dalam cairan buah ataupun sebagai produk samping dari proses fermentasi. Senyawa-senyawa ester yang terbentuk dapat memberikan flavour yang enak dan spesifik pada minuman hasil fermentasi. Adapun akumulasi CO2 yang terbentuk juga akan berakibat pada turunnya pH minuman, yang akan menghambat pertumbuhan bakteri terutama bakteri patogen. Mikrobia yang paling berperan dalam vinifikasi adalah khamir. Pada buah anggur disamping Saccharomyces sering dijumpai khamir liar seperti Brettanomyces; Candida; Criptococcus; Debaromyces; Hansenula; Kloechera; Kluyveromyces;Pichi;Rhodotorula;SchizosaccharomycesdanZygosaccharomyces. Adapun strain khamir komersial yang sering digunakan dalam vinifikasi adalah 2 Saccharomyces cereviceae, Saccharomyces bayanus dan Saccharomyces ellipsoideus. Pemilihan strain khamir biasanya didasari pada kemampuan strain dalam memfermentasi berbagai macam gula menjadi etanol, toleransi strain terhadap etanol dan senyawa-senyawa tambahan yang perlu ditambahkan pada proses fermentasi seperti senyawa SO2 yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri ataupun khamir liar yang tidak diinginkan (Brock et al., 2006). Terkait dengan proses kimiawi dan biokimiawi yang terjadi selama proses vinifikasi, maka kondisi lingkungan selama proses fermentasi berlangsung sangat menentukan, terutama suhu dan pH. Suhu vinifikasi yang ideal adalah 20 – 22 oC, pada suhu ini bakteri khususnya bakteri patogen tidak dapat tumbuh dengan baik, disamping itu pada suhu tersebut penguapan etanol yang dihasilkan juga dapat dicegah. Pada suhu ini proses esterifikasi yang sangat penting dalam pembentukan flavour juga masih dapat berlangsung walaupun lambat. Flavour suatu minuman hasil vinifikasi sangat ditentukan oleh keanekaragaman senyawa ester dan asam-asam volatil yang terkandung di dalamnya. Untuk mendapatkan flavour yang diinginkan seringkali pembuat wine memeram produk anggurnya 2–3 bulan bahkan ada yang diperam sampai bertahun-tahun. Suhu dan lamanya waktu pemeraman akan sangat menentukan flavour hasil akhir produk. Pada penelitian ini akan dilakukan vinifikasi dari buah belimbing dengan mengadopsi metode vinifikasi dari buah anggur. Buah belimbing memiliki rasa manis yang menyegarkan dengan aroma khas yang membangunkan selera serta mengandung senyawa karbohidrat, tanin dan asam-asam organik seperti halnya buah anggur. Pada penelitian ini akan digunakan kultur murni S. ellipsoideus dan 3 juga mikrobia indigenous yang ada pada belimbing. Untuk mengurangi kontaminasi oleh bakteri, pada penelitian ini akan ditambahkan Natrium bisulfit yang memiliki sifat antioksidan dan antimikrobia (Brock et al., 1994). Proses draining juga akan diterapkan pada proses vinifikasi belimbing ini dengan maksud untuk memanfaatkan warna kuning yang dimiliki belimbing, sehingga produk minuman akan memiliki warna yang menarik konsumen. Untuk menghasilkan produk minuman dengan flavour yang punya prospek komersial, juga akan dilakukan beberapa variasi waktu pemeraman, serta proses eliminasi etanol untuk menghasilkan produk minuman yang tidak mengandung alkohol. B. Perumusan Masalah Apakah perlakuan draining dapat menghasilkan produk minuman dengan flavour, rasa dan warna yang menarik. C. Tujuan Penelitian • Pengaruh Draining dan waktu pemeraman terhadap flavour, rasa dan warna pada minuman sari buah belimbing 4