Setiap pelanggaran yang dikenai sanksi pidana

advertisement
Komisi Informasi
Provinsi Jawa Timur
SANKSI PIDANA
DALAM
SENGKETA INFORMASI
PUBLIK
MAHBUB JUNAIDI
Sanksi Pidana dalam UU KIP







Sanksi pada hakikatnya adalah alat pemaksa agar seseorang menaati norma-norma hukum yang
berlaku.
Sanksi pidana pada dasarnya bertujuan menghukum pihak-pihak yang melakukan kesalahan dan
mengganggu ketertiban umum, sehingga dengan sanksi itu ketertiban sosial kembali terjaga.
Pemidanaan ditujukan untuk menimbulkan efek jera (deterrent).
Sanksi pidana memaksa orang untuk bertindak sesuai aturan, sekaligus mewanti-wanti orang
untuk tidak melanggar larangan.
Norma hukum dibuat untuk mengatur agar orang berbuat sesuai aturan itu. Jadi, hukum adalah
sarana untuk melakukan kontrol sosial.
Pencantuman sanksi dalam suatu undang-undang dapat berfungsi sebagai alat pencegahan.
Sanksi akan menjadi alat represif jika sudah terjadi pelanggaran.
Ketentuan pidana dalam UU KIP perlu dikaitkan dengan tujuan sanksi. Dalam Penjelasan Umum
UU KIP juga disebutkan adanya tujuan agar “…Badan Publik termotivasi untuk bertanggung
jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat...”.
Selain sanksi pidana, kemungkinan lain adalah gugatan perdata berupa ganti rugi, dan sanksi
administrasi terhadap pejabat publik.
Sanksi Pidana dalam UU KIP




Pasal 51-55 UU KIP mengatur ancaman sanksi pidana yang dapat
diberlakukan kepada subjek pelaku kejahatan. Pasal-pasal itu
mengatur subjek yang bisa diminta tanggung jawab pidana, kualifikasi
perbuatan pidana, dan ancaman sanksi maksimal.
Subjek yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum dalam UU
KIP adalah dua yakni :
(i) Setiap orang;
(ii) Badan Publik.
Makna setiap orang dalam rumusan UU KIP sudah diperluas,
mencakup orang perorangan, kelompok orang, badan hukum, dan
korporasi.
Kualifikasi tindak pidana yang dapat dihukum berdasarkan UU KIP
beragam, mulai dari perbuatan aktif hingga tindak pidana yang
berupa tidak berbuat (nalaten).
Tabel Ketentuan Pidana Dalam UU KIP
Pasal
Subyek
Perbuatan
Pidana
Denda
(Rp)
51
Setiap
orang
Dengan sengaja menggunakan informasi secara melawan hukum.
1 tahun
5 juta
52
Badan
Publik
Dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau
tidak menerbitkan informasi publik yang wajib diumumkan secara
serta- merta, informasi publik yang wajib tersedia setiap saat,
dan/atau informasi publik yang harus diberikan atas permintaan
sesuai UU KIP.
1 tahun
5 juta
53
Setiap
orang
Dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak,
dan/atau menghilangkan dokumen informasi publik dalam bentuk
media apapun yang dilindungi negara dan/atau yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
2 tahun
10 juta
54 (1)
Setiap
orang
Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh
dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan sebagaimana
diatur dalam pasal 17 huruf a, b, d, f, g, h, i, dan j.
2 tahun
10 juta
54 (2)
Setiap
orang
Dengan sengaja dan tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh
dan/atau memberikan informasi yang dikecualikan dalam pasal 17
huruf c dan huruf e.
3 tahun
20 juta
55
Setiap
orang
Dengan sengaja membuat informasi publik yang tidak benar atau
menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain.
1 tahun
5 juta
Sanksi Pidana dalam UU KIP
Ada dua jenis sanksi pidana yang diatur dalam UU KIP, yaitu sanksi
penjara dengan menghilangkan kemerdekaan dan sanksi denda
berupa kewajiban membayar sejumlah uang.
 Terkait pidana denda, Pasal 19 PP No. 61 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan UU 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
menegaskan :
(1) Pembayaran pidana denda bagi Badan Publik dibebankan kepada
keuangan Badan Publik sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan
UU Pertanggungjawaban Keuangan Negara)
(2) Pidana denda dapat menjadi tanggung jawab personal pimpinan
Badan Publik jika dapat dibuktikan tindakan yang dilakukan di
luar tugas pokok dan fungsinya dengan cara melampaui
wewenang yang ditentukan peraturan perundangundangan.

Sanksi Pidana dalam UU KIP
Pasal 51: Subyek yang dikenakan sanksi meliputi setiap
orang perseorangan, kelompok orang,badan hukum,
atau badan publik
 Pasal 52: subjek yang dapat dikenakan sanksi pidana
terhadap tindak pidana yang dilakukan korporasi
dijatuhkan kepada:
a. Badan hukum, perseroan, perkumpulan, atau yayasan.
b. Mereka yang memberi perintah melakukan tindak
pidana atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam
melakukan tindak pidana; atau
c. Kedua-duanya.

Sanksi Pidana dalam UU KIP




Pasal 53 : Subyek yang dikenakan sanksi meliputi
setiap orang perseorangan, kelompok orang,badan
hukum, atau badan publik
Pasal 54 (1): Subyek yang dikenakan sanksi meliputi
setiap orang perseorangan, kelompok orang,badan
hukum, atau badan publik
Pasal 54 (2): Subyek yang dikenakan sanksi meliputi
setiap orang perseorangan, kelompok orang,badan
hukum, atau badan publik
Pasal 55 : Subyek yang dikenakan sanksi meliputi
setiap orang perseorangan, kelompok orang,badan
hukum, atau badan publik
Sanksi Pidana dalam UU KIP




Ancaman sanksi dalam UU KIP adalah sanksi maksimal (paling
lama/paling banyak). Ini berarti hakim bisa saja menjatuhkan sanksi
yang lebih rendah daripada hukuman itu.
Namun bukan berarti tidak ada sanksi yang lebih berat.
Kemungkinan sanksi berat ada, jika aparat penegak hukum lebih
memilih menggunakan UU lain, misalnya UU Telekomunikasi atau UU
Informasi dan Transaksi Elektronik) daripada UU KIP.
Pasal 56 UU KIP menegaskan: Setiap pelanggaran yang dikenai
sanksi pidana dalam UU KIP dan juga diancam dengan sanksi pidana
dalam UU lain yang bersifat khusus, yang berlaku adalah sanksi pidana
dari UU yang lebih khusus tersebut.
Badan Publik juga dihadapkan pada kemungkinan hukuman ganti
rugi jika ada pemohon informasi yang dirugikan. Delik materiil
dalam pasal 55 UU KIP membuka ruang bagi masyarakat yang
dirugikan untuk menuntut ganti rugi.
Hal-hal Penting Terkait Ketentuan Pidana UU KIP





Asas Tiada Hukuman Tanpa Kesalahan (geen straf zonder schuld).
Seseorang baru bisa dihukum kalau kesalahan terbukti.
Dengan Sengaja, kesengajaan dalam hukum pidana biasa disebut opzet.
Prinsipnya: orang yang sengaja melakukan kejahatan layak dipidana.
Dengan sengaja dan melawan hukum: sengaja melakukan kejahatan
baik yang melanggar hukum positif maupun norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Dengan sengaja dan melawan hak: pelaku sengaja melakukan padahal
ia sadar yang punya hak atas dokumen itu atau yang melakukan
perbuatan itu adalah orang lain.
Nalaten adalah tindak pidana berupa tidak berbuat (pasal 52 UU KIP).
Contoh lain: pasal 531 KUHP yang menyebutkan tidak menolong orang
dalam bahaya, padahal ia mampu menolong tanpa membahayakan diri
sendiri dan pasal 224 KUHP: tidak hadir sebagai saksi tanpa alasan yang
jelas.
Hal-hal Penting Terkait Ketentuan Pidana UU KIP



Surat Edaran Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia Nomor 1
tahun 2012 tentangtg Pengananan Aduan Tindak Pidana dalam
Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik, menyatakan bahwa :
1. Tuntutan Pidana dalam tindak pidana sebagaiman dimaksud
dalam pasal 52 UU KIP dapat dilakukan pada saat putusan Komisi
Informasi yang sudah berkekuatan hukum tetap, tidak
dilaksanakan.
2. Bahwa proses permohonan informasi mengalami penolakan
dan/atau tidak ditanggapi maka harus diselesaikan terlebih
dahulu melalui Komisi Informasi. Dengan demikian proses tuntutan
pidana tanpa adanya putusan penyelesaian sengketa informasi
publik oleh Komisi Informasi tidak dapat dilanjutkan.
Terima Kasih
Download