BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Rasa Ingin Tahu

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Rasa Ingin Tahu
Kuriositas
(Rasa Ingin Tahu) adalah emosi yang dihubungkan
dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi,
dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan
binatang. Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukan perilaku itu
sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu. Emosi ini mewakili
kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa diibaratkan
“bensin” atas “kendaraan” ilmu dan disiplin lain dalam studi yang dilakukan
oleh manusia (Mustari 2011:103).
Rasa ingin tahu ini juga merupakan kemampuan bawaan makhluk
hidup, ia tidak bisa dikategorikan sebagai naluri karena ia tidak merupakan
pola tindakan yang fixed. Ia lebih merupakan emosi dasar bawaan karena
ingin tahu itu dapat diekspresikan dalam banyak cara, sementara ekspresi
instink itu lebihfixed dan kurang feksibel. Rasa ingin tahu itu umumnya
terjadi pada manusia dari sejak bayi sampe orang tua, walupun dapat juga
dilihat pada spesies binatang. Ini termasuk monyet, kucing, ikan, repstil, dan
serangga. Dan lain-lain.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi utama kaum
ilmuwan, dalam sifatnya yang bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu
telah membuat manusia ingin menjadi ahli dalam suatu bidang pengetahuan,
8
walaupun manusia itu seringkali bersifat ingin tahu, namun tetap saja ada
yang terlewati dari perhatian mereka, apa yang dapat dicatat adalah rasa
ingin tahu manusia tentang rasa ingin tahu itu sendiri (dibalik rasa ingin
tahu), digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, membawa
pada peniruan (mimesis), fentasi dan imajinasi- yang akhirnya membawa
pada cara manusia berpikir (menalar), yaitu abstrak, sadar diri atau secara
sadar (Mustari 2011:105).
Sejarah Ingin Tahu
Rasa ingin tahu makhluk lain selain manusia lebih didasarkan oleh
naluri
(instinct). Naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan
kelestarian hidup dan sifatnya tetap sepanjang zaman. Manusia juga
mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan tetapi ia mempunyai akal
budi yang terus berkembang serta rasa ingin tahu yang tidak terpuaskan.
Panca indra akan memberikan tanggapan terhadapa semua
rangsangan dimana tanggapan itu menjadi suatu pengalaman. Pengalaman
yang diperoleh terakumulasi oleh karena adanya kuriositas manusia.
Pengalaman merupakan salah satu cara terbentuknya pengetahuan, yakni
kumpulan
fakta-fakta.
Pengalaman
akan
bertambah
terus
seiring
berkembangnya manusia dan hal itu diwariskan kepada generasi-generasi
berikutnya.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Pada dasarnya, pertambahan pengetahuan didorong oleh :
1) Hasrat untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis
guna memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya.
Dorongan ini melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (pure Science)
2) Dorongan praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk
meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Dorongan kedua ini
menimbulkan Ilmu Pengetahuan Terapan (Applied Science)(Mustari
2011:108-109).
Pendidikan Rasa Ingin Tahu
Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010:3) berpendapat rasa ingin tahu
adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang
sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya
berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling
yang menarik. Dari pengertian ini, berarti untuk memiliki rasa ingin tahu
yang besar, syaratnya seseorang harus tertarik pada suatu hal yang belum
diketahui. Keterkaitan itu ditandai dengan adanya proses yang berpikir akti,
yakni digunakannya semua panca indera yang kita miliki secara maksimal.
Pengaktifan bisa diawali dengan pengamatan melalui mata atau mendengar
informasi dari orang lain. Saat mendapatkan data dari berbagai sumber,
maka kaitkan data tersebut satu sama lain sehingga menimbulkan suatu
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
fenomena, yakni sembarang objek yang memiliki karakteristik yang dapat
diamati.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan bebas untuk memuaskan rasa
ingin tahu, tidak heran jika setiap anak mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang berbeda. No two kids ever take the same path,Few are
remotely similar. Each child is so unique, so exceptional. Tidak ada dua
anak yang menjalani jalan yang sama. Adalah sedikit yang hampir sama.
Setiap anak itu begitu unik, begitu berbeda (Mustari 2011:110).
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian
menjadi bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha istilah
prestasi belajar (achievement) berbeda dengan prestasi belajar (learning
outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan prestasi belajar meliputi aspek pembentukan watak
peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan khususnya
pembelajaran (Arifin, 2013:12).
Slameto (2010:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga dapat didefinisikan
sebagai perubahan yang terjadi dalam diri seseorang baik sifat maupun
jenisnya karena itu tidak setiap perubahan dalam diri setiap orang
merupakan perubahan dalam arti belajar.Perubahan tingkah laku seseorang
yang dalam keadaan mabuk, perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk
perubahan dalam pengertian belajar.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Tujuan utama prestasi belajar, baik formatif maupun sumatif, adalah
membantu mereka dalam belajar haruslah dapat dikomunikasikan kepada
para siswa.Bila para siswa telah dapat memandang sebagai sarana yang
mendorong mereka, disamping sebagai dasar pemberian angka atau nilai
raport, maka fungsi tes sebagai motivator dan pengarah dalam belajar telah
tercapai.
b. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
prestasi
belajar
siswa
sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar, Slameto (2010:54) menyebutkan :
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri, adapunyang dapat digolongkan ke dalam
faktor intern yaitu :
a) Faktor Jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
Proses belajar seorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga
akan cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing.
(2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mangenai tubuh/badan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
b) Faktor Psikologis
(1) (Intelegensi)Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat
dan efektif.
(2) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal
atau sekumpulan objek.
(3) Minat
Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar dan berlatih.
(5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif
itu sendiri.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melakukan kecakapan baru.
(7) Kesiapan
Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberikan respon
atau bereaksi.Kesediaan itu timbul dari dalam diri
seseorang juga berhubungan dengan kematangan.
c) Faktor kelelahan
Kelelahan jasmani terlihat dengan lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk merebahkan tubuh.Kelelahan
jasmani terjadi ketika terjadi kekacauan substansi sisa
pembakaran dalam tubuh.
2) Faktor Ekstern
Faktor
ekstern
yang
berpengaruh
terhadap
belajar,
dapat
dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah
dan masyarakat.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
anggota keluarga suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah
yang
mempengaruhi
belajar ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswapengaruh itu terjadi karena
keberadaan siswa dalam masyarakat.
c.
Fungsi prestasi belajar
Menurut Arifin (2013:12) prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena
sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :
1) Prestasi belajar sebagai lambang pemusatan hasrat ingin tahu.
2) Prestasi
belajar
sebagai
bahan
informasi
dalam
inovasi
pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi
pendidikan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
4) Prestasi belajar dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pengukuran
dari penilaian kognitif seseorang sebagai hasil proses belajar yang
mengakibatkan perubahan diri yang dinyatakan dalam bentuk prestasi
belajar. Untuk mengukur prestasi belajar digunakan tes prestasi, terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu : faktor jasmaniah,
faktor psikologis, faktor kelelahan dan faktor ekstern yaitu : faktor
keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat.
3. Hakekat Pembelajaran Kooperatif
Pada
model
kooperatif
siswa
diberi
kesempatan
untuk
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
fasilitator aktifitas siswa.Artinya dalam pembelajaran ini aktif dengan
pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab
atas hasil pembelajarannya.
Menurut Isjoni (2010:5) secara sederhana kata “cooperative”
berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama yang lainnya sebagai satu tim, jadi kooperatif dapat
diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang
lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok
mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya,dengan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
demikian
dapat
dipahami
bahwa
kooperatif
menyangkut
teknik
pengelompokan yang didalamnya sistem bekerja terarah pada tujuan
belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6
orang.
Tujuan utama dalam penerapan model Kooperatif adalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan
kepada
orang
menyampaikan
lain
untuk
pendapat
mengemukakan
mereka
secara
gagasannya
berkelompok.
dengan
Kooperatif
menyediakan banyak contoh yang perlu dilakukan para peserta
didik.Pertama, siswa terlibat dalam tingkah laku mendefinisikan,
menyaring dan memperkuat sikap-sikap, kemampuan, dan tingkah lakutingkah laku partisipasi social. Kedua, memperlakukan orang lain dengan
penuh pertimbangan kemanusiaan, dan memberikan semangat penggunaan
pemikiran rasional ketika mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Ketiga, berpartisipasi dalam tindakan-tindakan kompromi,
negosiasi, kerja sama, penataan aturan mayoritas ketika bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, dan membantu meyakinkan
bahwa setiap anggota kelompoknya belajar. Mereka ketika berusaha
memepelajari isi dan kemampuan yang diharapkan, meraka juga
menemukan dan memecahkan konflik, menangani berbagai problem dan
membuat pilihan-pilihan yang merefleksikan situasi-situasi pribadi dan
sosial yang mungkin mereka temukan dalam perkembangan dunia ini.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Pembelajaran koorperatif menurut Isjoni (2010:11) adalah sesuatu
yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.Pemebelajaran
Kooperatif pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar.Tujuan pembelajaran Koorperatif
adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang
dilakukan peserta didik.Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran
adalah pendidik serta peserta didik yang berinteraksi edukatif antara satu
dengan yang lainnya.Isi kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan
yang dilalaui pendidik dan peserta didikdalam pembelajaran.Koorperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok
kecil
yang
tingkat
kemampuanya
berbada.
Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran. Dalam Kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika salah
satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat
berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama,
dan membantu teman, dalam koorperatif siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran sehingga memeberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Pada Koorperatif yang diajarkan adalah
keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncabakan untuk
diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan.
Ada banyak alasan Kooperatif mampu memasuki mainstream
(kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang
pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin
menyadari pentingnya para siswa aktif berpikir, memecahkan masalah,
serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Walaupun memang
pendekatan ini akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata,
namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih
membutuhkan pendekatan ini, karena dengan mencampurkan para siswa
dengan kemampuan yang beragam tersebut, maka siswa yang kurang akan
sangat terbantu dan termotivasi siswa yang lebih baik. Demikian juga
siswa yang lebih baik akan semakin terasah pemahamannya.
Pembelajaran kooperatif menyediakan banyak contoh yang perlu
dilakukan para siswa antara lain :
a.
Siswa terlibat di dalam tingkah laku mendefinisikan,
menyaring dan memperkuat sikap-sikap, kemampuan dan
tingkah laku partisipasi sosial.
b.
Respek pada orang lain, memperlakukan orang lain dengan
penuh pertimbangan kemanusiaan, dan memeberikan semangat
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
penggunaan pemikiran rasional ketika mereka bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama.
c.
Berpartisipasi dalam tindakan-tindakan kompromi, negosiasi,
kerja sama, konsensus dan penataan aturan mayoritas ketika
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, dan
membantu meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya
belajar. Ketika mereka berusaha mempelajari isi dan
kemampuan yang diharapkan, mereka juga menemukan diri
bagaimana
memecahkan
konflik,
menangani
beberapa
problem, dan membuat pilihan-pilihan yang merefleksi situasisituasi pribadi dan sosial yang mungkin mereka temukan
dalam situasi dunia.
Dengan pemebelajaran kooperatif, para siswa dapat membuat
kemajuan besar kearah pengembangan sikap, nilai dan tingkah laku yang
memungkinkan meraka dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka,
dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan sejarah, karena
tujuan utama kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari
sesama temannya. Jadi tidak lagi pengetahuan itu diperoleh dari gurunya,
dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan
kepada teman yang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara
menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling
membetulkan satu sama lainnya. Model pembelajaran kooperatif yang
sistematis yang mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
pendekatan
pembelajaran
yang
efektif,
kooperatif
mengintegritas
ketrampilan sosial yang bermuatan akademis.
Pembelajaran
Kooperatif
menurut
Huda
(2011:29)
adalah
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial
diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap
pembelajaran bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Pembelajaran
kooperatif
bergantung
pada
efektifitas
kelompok-
kelompoksiswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu
membentuk kelompok-kelompok Kooperatif dengan berhati-hati agar
semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan
pembelajarannya
sendiri
dan
pembelajaran
teman-teman
satu
kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab
mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota
untuk mempelajarinya juga.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran
dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu
dalam belajar. Pembelajaran kooperatif pada umumnya melibatkan
kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda. Pembelajaran kooperatif
biasanya menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil selama
beberapa menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil selama
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
beberapa minggu atau bulan kedepan untuk kemudian diuji secara
individual pada hari ujian yang telah ditentukan.
kelompok-kelompok siswa ini diberi penjelasan atau pelatihan
tentang:
a. Bagaimana menjadi pendengar yang baik.
b. Bagaimana memberi penjelasan yang baik.
c. Bagaimana mengajukan pertanyaan dengan baik.
d. Bagaimana saling membantu dan menghargai satu sama
lain dengan cara-cara yang baik pula.
Sejauh ini pembelajaran kooperatif dipercaya sebagai :
a. Pembelajaran yang efektif bagi semua siswa
b. Pembelajaran menjadi bagian integrative bagi perubahan
paradigma sekolah saat ini.
c. Pembelajaran yang mendorong terwujudnya interaksi dan
kerjasama yang sehat diantara guru-guru yang terbiasa
bekerja secara terpisah dari orang lain.
Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana ruang kelas
yang terbuka. Pembelajaran ini mampu membangun keberagaman dan
mendorong koneksi antar siswa, jadi pembelajaran ini tidak hanya cocok
untuk siswa-siswa yang berkemampuan rendah. Beberapa guru lebih
memilih menerapkan pembelajaran kooperatif bagi siswa-siswa yang
berkemampuan berbeda-beda, agar pembelajaran kooperatif bisa berjalan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
sukses, guru yang biasa bekerja secara terpisah (sendiri-sendiri) perlu
berkumpul,
bertatap
muka,
dan
berkolaborasi
untuk
menshare
pengalaman-pengalamannya. Kolaborasi semacam ini bisa jadi sangat
menantang karena mengharuskan para guru untuk saling sharing tentang
tanggungjawab masing-masing dan berkomunikasi dengan guru-guru yang
lain.
4. Pembelajaran Make a Match
Dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran, strategi
Make a Match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang
kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain menurut Huda (2013:251):
a.
Pendalaman materi
b.
Penggalian materi
c.
Edutainment.
Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan
beberap persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa
persiapannya antara lain :
a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang
dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian
menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan.
b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaa-pertanyaan yang telah
dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik
jika kartu pertanyaan da kartu jawaban berbeda warna.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa berhasil dan
sanksi bagi siswa yang gagal (disini, guru dapat membuat aturan
ini bersama-sama dengan siswa)
d. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan yang berhasil
sekaligus untuk penskoran presentasi.
Strategi Make a Match dapat dilihat pada langkah-langkah kegiatan
pembelajaran berikut ini :
a. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa
untuk mempelajari materi dirumah.
b. Siswa dibagi kedlaam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan
kelompok B.kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan
kartu jawaban kepada kelompok B.
d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari
kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga
perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan
kepada mereka.
e. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan
diri kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yangsudah
dipersiapkan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
f. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu
sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta
untuk berkumpul tersendiri.
g. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi, pasangan lain
dan siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
h. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang
memberikan presentasi.
i. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai
seluruh pasangan melakukan presentasi.
Kelebihan strategi pemebelajaran Make a Match ini antara lain :
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara
kognitif maupun fisik.
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi.
e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar.
Adapun kelemahan strategi Make a Match adalah :
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak
waktu yang terbuang.
b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan
malu berpasangan dengan lawan jenisnya.
c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi
pasangan.
d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman
pada siswa yang tidak dapat mendapat pasangan, karena
mereka bisa malu.
e. Menggunakan
metode
ini
secara
terus
menerus
dan
menimbulkan kebosanan.
5. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian IPA
Menurut irianto (2010:41) pembelajaran IPA meliputi alam
semesta keseluruhan, benda-benda yang ada di permukaan bumi, oleh
karena itu, secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan
berkembang
lewat
langkah-langkah
observasi,
perumusan
masalah,penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen,
tidaklah mudah mendefinisikan apakah IPA itu, IPA merupakan ilmu yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.(H.W
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Fowler et-el, 1951).Sedangkan Nokes didalam bukunya Science in
Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang
diperoleh dengan metode khusus.
Kedua pendapat diatas sebenarnya tidak berbeda, memang benar
bahwa IPA merupakan suatu ilmu teoriti, tetapi teori tersebut didasarkan
atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam diselidiki dan
diuji berulang-ulang melalui percobaan, kemudian berdasarkan hasil
eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (Eny 2010:18).
b. Relativitas IPA
Fakta sebenarnya mendeskripisikan fenomena-fenomena (gejala),
namun kadang fenomena yang sama dapat diberikan dengan cara-cara
yang berbeda, tergantung dari sudut pandang .
c. IPA bersifat dinamis
Telah diketahui bahwa pembelajaran IPA berawal dari pengamatan
dan pencatatan baik terhadap gejala-gejala alam pada umumnya maupun
dalam percobaan yang dilakukan dalam laboratorium, dari hasil
pengamatan atau observasi ini manusia berusaha untuk merumuskan
konsep-konsep,prinsip, hukum dan teori. Jika dilihat dari arah prosesnya
maka dalam hal ini eksperimen mendahului teori.Proses IPA tidak berhenti
dan disini tetapi dari hasil IPA yang berupa konsep, konsep, prinsip,
hukum
dan
teori
ini
masih
terbuka
kesempatan
untuk
diuji
kebenarannya.Dari teori yang yang telah ada dibuka kemungkinan untuk
melakukan eksperimen yang baru.Kemudian dari data yang baru yang
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
diperoleh mungkin masih mendukung berlakunya teori yang lama, tetapi
juga kemungkinan tidak lagi cocok sehingga perlu disusun teori yang baru.
Jadi proses IPA yang dinamis ini karena menggunakan metode
keilmuan, dimana peranan teori dan eksperimen saling komplementer dan
saling memperkuat, dengan demikian IPA modern lebih menekankan
kepada masalah melihat masa depan dan berusaha untuk meramalkan
gejala-gejala baru secara ilmiah.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewa Gede Suparta, I
Wayan Lasmawan (2015) dengan judul pengaruh model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match terhadap motivasi belajar dan hasil belajar
di kelas V SD Gugus VII Kecamatan Kubu, kabupaten karangasem.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan,data
dianalisis dengan menggunakan MANOVA berbantuan SPSS 17.00 for
windows.hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi belajar siswa yang
belajar dengan pembelajaran kooperatif teknik make a match secara
signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional (F= 48,923; p< 0,05). Kedua, hasil belajar IPS siswa
yang belajar dengan pembelajaran kooperatif teknik make a match secara
signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model konvensional (F= 47,046; p<0,05).
Penelitian dilakukan oleh I Gede Robet Artawa, I Wayan Suwarta
(2012) dengan judul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipeMake a
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Match terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SD di Gugus 1
Kecamtan Selat.
Berdasarkan hasil penelitian data yang dikumpulkan dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).
Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar
matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a amtch dan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensionalkelas V
di gugus I kecamatan selat kabupaten karangasem dengan nilai ๐‘ก๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–
sebesar 8,47 dan ๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก = 2,00 maka ๐‘ก๐‘กโ„Ž๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘–๐‘– lebih besar dari ๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก๐‘ก .
Dapat disimpulkan dari kedua penelitian diatas bahwa penelitian
yang dilakukan oleh Dewa Gede Suparta, I Wayan Lasmawansecara
simultan motivasi belajar dan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar
dengan pembelajaran kooperatif teknik make a match secara signifikan
lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh I Gede Robet
Artawa, I Wayan Suwartamenunjukan bahwa kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional sehingga dapat disampaikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
C. Kerangka Pikir
Menurut Agus Suprijono (2012:55) konstruktivisme sosial
Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi
secara
mutual.Peserta
didik
berada
dalam
konteks
sosiohistoris.
Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka
mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman, pemahaman dalam konteks
sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran
peserta didik.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagi macam hal baik
yang berhubungan dengan siswa maupun di luar siswa, pembenahan harus
dilakukan agar prestasi belajar siswa meningkat.Masalah ini terjadi pada
siswa kelas V SD N 2 Kotayasa.Masih rendahnya rasa ingin tahu dan
prestasi belajar siswa di SD N 2 Kotayasa sehingga dibutuhkan suatu
tindakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa
salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran Make a Match.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka
hipotesis tindakan adalah Penerapan model pembelajaran Make a Match
pada pembelajaran IPA materi Pembentukan tanah maka dapat
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri
2 Kotayasa Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Maulana Bayu Isnarofik, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UMP, 2015
Download