Piringan Pasir di Bintang Muda, Awal Pembentukan Bumi? Keingintahuan manusia akan asal usulnya maupun keberadaan kehidupan lain di luar Bumi memang tak pernah lekang dimakan waktu. Pencarian tidak hanya dilakukan untuk mengetahui adakah planet mirip Bumi di suatu sudut semesta, namun pencarian juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana planet mirip Bumi ini bisa terbentuk. Sebuah penemuan kembali dilaporkan oleh para peneliti di Rice University terkait pembentukan planet serupa Bumi ini. Setitik cahaya baru yakni ditemukannya bukti pertama keberadaan partikel pasir yang mengorbit Tata Surya yang baru lahir pada jarak yang sama dengan jarak Bumi dari Matahari. Tapi memang penemuan ini belum bisa menjawab secara detail kapan dan bagaimana planet terbentuk. Itu semua masih menjadi pertanyaan. Keberadaan butiran pasir ini tak pelak menjadi sebuah cahaya cerlang bagi para peneliti karena diyakini piringan awan debu disekeliling bintang yang lahir akan berkondensasi membentuk butiran pasir mikroskopik yang kemudian akan berinteraksi dan membentuk kerikil, bongkahan karang dan pada akhirnya sebuah planet. Dalam studi sebelumnya, para astronom menggunakan sinyal inframerah untuk mengidentifikasi partikel debu mikroskopik disekeliling bintang jauh. Sayangnya metode ini tidak terlalu akurat untuk menginformasikan ukuran partikel tersebut dan jarak dari partikel tersebut dari bintang induknya. Apakah mereka berada dekat bintang, seperti Bumi ke Matahari ataukah mereka berada lebih jauh seperti jarak Jupiter atau Saturnus ke Matahari. Dalam studi terbaru ini, Christopher Johns-Krull dari Rice University, beserta koleganya dari Amerika Jerman dan Uzbekistan menggunakan cahaya yang dipantulkan dari pasir itu sendiri untuk bisa mengkonfirmasikan keberadaan orbit mereka di sekeliling sepasang bintang bernama KH-15D di konstelasi Monoceros. Bintang tersebut berada pada jarak 2400 tahun cahaya dari Bumi di Cone Nebula, dengan usia 3 juta tahun dibanding Matahari yang sudah 4,5 milyar tahun. Dengan demikian, memang saat ini planet-planet disekitar bintang tersebut baru memulai perjalanan menuju pembentukannya. Menurut Johns-Krull yang menarik dari sistem ini adalah ia tampak cerlang namun juga redup pada waktu yang berbeda. Dan hal ini merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi. KH-15D jika dilihat dari Bumi akan tampak berada di tepi. Dari perpektif ini, piringan akan memblok pandangan ke salah satu bintang. Namun kembarannya memiliki orbit yang sangat eksentrik sehingga ia akan terbit diatas piringan dengan interval yang tetap. Gerhana yang terjadi itulah yang memungkinkan studi terhadap bintang tersebut dilakukan. Pada saat bintang tersebut bisa dilihat, ia akan sangat terang sehingga pasir yang diamati tidak akan dapat terlihat. Pengamatan pada bintang KH-15D ini dilakukan dengan menggunakan teknik fotometri maupun spektografik untuk menganalisis data yang dikumpulkan sepanjang 12 tahun pengamatan dari berbagai observatorium. Diantaranya data tersebut dikumpulkan oleh Observatorium Mc Donald di Texas, Observatorium Keck di Hawaii dan VLT di Mount Paranal, Chile. Menurut William Herbts, astronom dari Wesleyan University di Middletown, Conn, cahaya yang dipantulkan memberi keuntungan bagi mereka untuk melakukan pengamatan terhadap komposisi kimia partikel-partikel pasir tersebut. Pada akhirnya, tak bisa dipungkiri penemuan ini memang menjadi titik awal yang membuka banyak pintu menuju berbagai penelitian lain pada piringan bintang tersebut, sekaligus pintu yang terbuka dalam pencarian pembentukan planet-planet serupa Bumi.