kata pengantar - repository stikes poltekkes majapahit

advertisement
KARAKTERISTIK YANG MELATAR BELAKANGI KEJADIAN
KANKER SERVIKS PADA
BULAN MEI DI RSUD
JOMBANG
ELIS DWI KURNIAWATI
1211010008
Subject : Karakteristik, Kanker Serviks, Wanita Usia Subur
DESCRIPTION :
Angka kejadian kanker servik di Indonesia meningkat, kasus terbanyak dan hampir
70% nya ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Banyak faktor yang melatar belakangi
kejadian kanker serviks beberapa diantaranya adalah makanan, merokok, penggunaan
antiseptik, penggunaan celana ketat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik yang melatar belakangi kejadian kanker serviks pada wanita usia subur di RSUD
Jombang Tahun 2015.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian
adalah adalah semua WUS penderita kanker serviks yang kontrol di RSUD Jombang
sebanyak 35 orang pada bulan Mei 2015. Sampel berjumlah 35 responden yang diambil
menggunakan teknik consecutive sampling. Sumber data menggunakan data primer,
instrumen penelitian menggunakan kuesioner, dan cara pengambilan data menggunakan
teknik penyebaran angket. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar mengonsumi makanan beresiko kanker
yaitu sebanyak 21 responden (63,6%), terkena paparan asap rokok yaitu sebanyak 28
responden (84,8%), tidak menggunakan celana ketat secara beresiko yaitu sebanyak 26
responden (78,8%) dan tidak beresiko dalam menggunakan antisepti yaitu sebanyak 21
responden (63,6%).
Faktor resiko yang paling dominan yang mempengaruhi kejadian kanker serviks pada
responden adalah faktor makanan dan keterpaparan asap rokok. Makanan awetan
mengandung senyawa kimia, makanan yang dibakar mengandung zat karsinogen. Wanita
perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok. Efek langsung nikotin pada serviks adalah menurunkan status
imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
Tenaga kesehatan hendaknya melakukan skrening kanker serviks melalui KIE
(Konseling Informasi Edukatif) dan lebih mempromosikan deteksi dini kanker servik melalui
IVA dan Pap Smear.
.
ABSTRACT
The incidence of cervical cancer in Indonesia increased, most cases and nearly 70% of
them are found in the advanced stages of the condition. Many factors behind the in idence of
cervical cancer a few of them are food, smoking, use of antiseptics, the use of tight pants. The
purpose of this study was to determine the characteristics of that predisposed incidence of
cervical cancer in women of reproductive age in RSUD Jombang in 2015.
Type of research was descriptive study. The population was all women of
reproductive with cervical cancer who did regular check up in RSUD Jombang as many as 35
people in May 2015. The sample was 35 respondents taken using consecutive sampling
technique. Data sourced from primary data, research instruments used a questionnaire, and
data collection used questionnaire technique. Data was analyzed using frequency distribution.
The result showed mostly consumed food at risk of cancer as many as 21 respondents
(63.6%), exposured to cigarette smoke as many as 28 respondents (84.8%), did not use tight
pants is risky as many as 26 respondents (78.8% ) and not in risk in using antiseptic as many
as 21 respondents (63.6%).
The most dominant risk factors that affect the incidence of cervical cancer in the
respondents were dietary factors and exposure to cigarette smoke. Preserved foods contain
chemical compounds, baked foods contain carcinogenic substances. Women who did not
smoke. Direct effect of nicotine on the cervix is lowered immune status locally so it can be
carsinogen virus infection.
Health personnel should perform cervical cancers creening through IEC (Information
Educational Counselling) and further promote early detection of cervical cancer through Pap
Smear and IVA
Keywords
: Characteristics, Cervical Cancer, Women in reproductive age
Contributor
: 1.
Sulis Diana, M.Kes
2.
Nurun Ayati K, S.ST., M.Kes
: 13 Juli 2015
: Laporan Penelitian
:
: Open Document
:
Date
Type Material
URL
Right
Summary
LATAR BELAKANG
Angka kejadian kanker servik relatif menurun sebaliknya di Indonesia kejadian
kanker serviks justru meningkat. Kejadan kanker servik menepati urutan ke 2 setelah kanker
payudara (Samadi 2012). Setiap tahun ribuan wanita meninggal karena kanker servik yang di
sebabkan oleh infeksi HPV (Human Paviloma Virus). Mengingat fakta yang mengerikan ini,
maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah di buat untuk mengatasi kanker
servik atau kanker leher rahim (Hadiyani, 2015). Berawal terjadi pada leher rahim apabila
telah memasuki tahap lanjut kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh
penderita. Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Pertama beberapa sel berubah dari
normal menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker ini dapat terjadi
bertahun-tahun tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan lesi kanker ini sering
disebut displasia. Masalah ini dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk
mencegah terjadinya kanker (Heera, 2013)
Wanita yang menderita kanker serviks di seluruh dunia setiap tahun mencapai
470.000 dan terdiagnosa positif sejumlah 230.000 serta meninggal dunia lebih dari 190.000
jiwa. Data di Indonesia kanker servik merupakan kasus terbanyak dan hampir 70% nya
ditemukan dalam kondisi stadium lanjut hal ini karena masih rendah pelaksanaan skrining
yaitu kurang dari 50% padahal pelaksanaan skrining yang ideal adalah 80% hal ini tidak sesui
dengan penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa.
Wanita yang beresiko terkena kanker serviks adalah 58 juta pada usia 15-64 tahun dan
10 juta pada usia 10-14 tahun. Tidak mengejutkan jika jumlah kanker serviks yang baru
mencapai 40-45 per hari dengan jumlah kematian mencapai 20-25/hari (Samadi, 2012).
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dalam siaran persnya di Surabaya, Senin, menyebutkan,
pada 2009 jumlah kasus kanker "serviks" di daerah itu mencapai 1.879 kasus yang terdiri atas
1.185 orang menjalani rawat inap dan 694 orang rawat jalan. Berdasarkan survei yang
melibatkan 5.423 perempuan di Asia dan dilakukan pada sembilan negara termasuk Indonesia,
data menunjukkan hanya dua persen perempuan yang mengetahui infeksi human papilloma
virus (HPV) merupakan penyebab kanker serviks. (Info Kesehatan, 2011). Berdasarkan studi
pendahuluan pada tanggal 16 Maret 2015 di RSUD Jombang jumlah WUS yang terdiagnosa
kanker servik pada bulan Januari terdapat 10 WUS, bulan Februari 17 WUS dan bulan Maret
sampai 28 WUS,bulam April 24 WUS dan pada bulan Mei sebanyak 35 WUS.
Keterlambatan penderita untuk datang berobat serta perlunya upaya penanganan yang
sifatnya preventif dengan kategori yang beresiko dengan identifikasi dan yang sudah sakit
penanganan secara dini serta perlu pemahaman karakteristik penderita menggunakan
pendekatan yang sifatnya epidermis logika khususnya yang berkaitan dengan faktor resiko
dan karakteristik demografi seperti usia, lesi pra kanker, pola hubungan seksual, penggunaan
obat-obatan/zat adiktif, penyakit menular seks yang pernah di derita. Faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya kanker serviks antara lain usia pernikahan, perempuan dengan
mitra seksual multiple, aktivitas seksual dini, substansi berlemak, perempuan yang merokok,
frekuensi persalinan, tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengguna obat
imunosubpresan/penkan dan riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS). Perlu diberikan
pemahaman kepada semua perempuan bahwa kanker serviks atau kanker leher rahim bisa
menyerang siapa pun yang aktif secara seksual. Artinya, meskipun belum menikah, jika
perempuan tersebut telah aktif secara seksual, maka ia pun berpotensi terkena dan
mengembangkan penyakit ini. Banyak hal yang menyebabkan perempuan berpotensi terkena
penyakit ini. Di antaranya adalah menikah muda (sebelum usia 20 tahun) karena leher rahim
belum siap menerima paparan dari luar, bergonta-ganti pasangan seksual, kehamilan yang
sering, merokok, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penggunaan kontrasepsi oral
jangka panjang juga menjadi penyebab lainnya (C.Joy, 2013). Apabila kanker serviks tidak
ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks dan melibatkan jaringan di rongga
pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki, hal ini
menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri
berkemih, hematuria, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang air besar.
Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkaibawah dapat menimbulkan oedema tungkai
bawah, atau terjadi uremi bila terjadi penyumbata kedua ureter (Wiknjosastro, 2011).
Upaya pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor
resiko kanker serviks seperti tunda hubungan seksual sampai usia diatas remaja, batasi
jumlah pasangan, menolak hubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan,
menolak berhubungan seksual dengan orang yang mendeita genetalia, hindari rokok
sedangkandeteksi dini kanker servik dengan melakukan pemeriksaan PAP Smear dan IVA
(Sukaca, 2009). Peran bidan dalam pencegahan kanker serviks adalah dengan cara
memberikan edukasi dan penyuluhan kesehatan bagi klien dan keluarganya atau kelompokkelompok masyarakat mengenai penaggulangan kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan
ibu dan anak, melatih dan membina kader-kader masyarakat dan perawat di setiap wilayah
kerja Puskesmas (Ulfa, 2011).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam
penelitian ini adalah karakteristik yang melatar belakangi kejadian kanker serviks. Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012: 115).
Pada penelitian ini populasinya adalah semua WUS penderita kanker serviks yang kontrol di
RSUD Jombang sebanyak 35 orang pada bulan Mei 2015. Pada penelitian ini sampelnya
sebagian WUS penderita kanker serviks yang kontrol di RSUD Jombang sebanyak 33
responden. Penelitian ini dilakukan di RSUD Jombang pada bulan Mei 2015. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket yaitu data yang didapatkan langsung dari responden.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Berdasarkan Makanan yang berisiko mengalami kejadian kanker serviks
dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengonsumsi makanan yang bersiko
kanker serviks yaitu 21 responden (63,6%).
Banyak kategori makanan yang beresiko menyebabkan kanker serviks seperti makanan
di awetan mengandung senyawa kimia yang dapat berubah menjadi karsinogenaktif.
Makanan yang dibakar,bagian yang gosong atau hangus mengandung zat karsinogen. Udang,
kerang, kepiting, cumi mengandung kandungan lemak tinggi. Penderita kanker atau tumor
harus mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi karena bisa merangsang
berkembangnya sel kanker. Tauge mengandung zat yang mendorong pertumbuhan sel kanker.
Sawi putih dan kangkung mengurangi efektivitas kerja obat. Cabai merangsang aktifitas
bawah sadar sehingga menurunkan jumlah oksigen dalam tubuh. (Aditya, 2015).
Salah satu pamicu timbulnya kanker adalah berkaitan erat dengan pola makan
seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih beresiko terkena
kanker. Untuk mencegah timbulnya kanker, sebaiknya mengonsumsi makanan berlemak
tinggi dan mulai mengonsumsi makanan yang sehat dan segar. Hasil identifikasi kuesioner
didapatkan responden sering mengonsumsi makanan yang dimasak dengan cara dibakar atau
yang terpapar asap dari hasil bakaran, kemudian responden sering mengonsumsi makanan
instan dan makanan cepat saji, selain itu responden juga sering mengonsumsi makanan
dengan zat pewarna bukan untuk makanan (food grade). Perilaku makan tidak sehat tersebut
meningkatkan faktor resiko kanker serviks. Konsumsi makanan yang kurang sehat biasanya
dilakukan oleh responden yang bekerja. Responden yang bekerja mempunyai materi lebih
untuk membeli makanan, namun tidak semua makanan yang dibelinya merupakan makanan
sehat, lebih banyak makanan cepat saji.
Karakteristik Berdasarkan Paparan Asap Rokok yang berisiko mengalami kejadian
kanker serviks dapat diketahui bahwa hampir seluruh responden terkena paparan asap
rokok sebanyak 28 responden (84,8%).
Tembakau adalah bahan pemicu kaersiogenik yang paling baik. Asap rokok
menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Wanita perokok
memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status
imun lokal sihingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus (Herta, 2015).
Hasil penelitian melalui identifikasi kuesioner didapatkan tidak satupun responden
yang pernah menjadi perokok aktif namun tidak hampir seluruh responden terpapar asap
rokok dari lingkungan sekitarnya. Hasil identifikasi responden paparan asap rokok sering
terjadi dirumah di mana terdapat anggota keluarganya yang merokok di dalam rummah dan
ibu tidak dapat menghindar dari paparan asap rokok, selain itu ibu juga jarang menggunakan
masker saat keluar rumah sehingga resiko terpapar asap rokok juga lebih besar hal tersebut
juga meningkatkan faktor resiko mengalami kanker serviks. Ini merupakan peringatan paling
penting untuk wanita yang sangat gemar merokok. Selain menyebabkan penyakit paru-paru
dan jantung kandungan nikotin dalam rokok dapat menyebabkan kanker serviks. Zat
terkandung dalam nikotin akan mempermudah selaput sel lendir sel-sel tubuh bereaksi,
sedangkan isi daerah serviks adalah lendir dengan begitu resiko untuk berkembangnya sel
yang abnormal akan semakin mudah. Responden yang terpapar asap rokok biasanya
reponden yang berpendidikan dasar, hal tersebut dikarenakan mereka tidak mengerti atau
tidak mengetahui bahaya asap rokok. Pendidikan terkait dengan kemampuan responden untuk
menerima dan mencerna informasi, responden yang berpendidikan dasar memang pola
pikirnya masih kurang sadar dengan kesehatan.
Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Celana Ketat yang berisiko mengalami kejadian
kanker serviks dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan celana ketat
sebanyak 26 responden (78,8%).
Kondisi lingkungan vulva dan vagina dapat diakibatkan karena pemakaian celana yang
ketat. Terutama bahan celana itu terbuat dari kain yang dapat menghambat pernafasan daerah
vulva dan vagina misalnya nilon. Sebetulnya secara umum tidak ada dampak langsung dari
pemakaian celana ketat atau legging terhadap kesehatan alat reproduksi perempuan. Dampak
tersebut akan muncul jika digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang lama
(Rahardian , 2013)
Hasil identifikasi kuesioner didapatkan tidak semua responden sering menggunakan
celana ketat pada saat keluar rumah dan hanya beberapa saja, selain itu mereka juga tidak
menggunakan celana ketat di dalam rumah. Responden juga tidak menggunakan celana
berbahan nilon karena mereka juga menganggap kurang nyaman mereka menggunakan
celana berbahan nilon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden penelitian tidak
meningkatkan resiko mengalami kanker serviks dengan penggunaan celana dalam.
Responden yang menggunakan celana ketat biasanya responden yang berusia kurang dari 20
tahun. Responden yang berusia kurang dari 20 tahun biasanya masih suka dengan gaya
busana yang terlihat bagus atau dalam artian terlihat seksi. Untuk terlihat seksi mereka
biasanya menggunakan celana ketat, namun hal tersebut biasanya mereka lakukan diluar
rumah.
Karakteristik Berdasarkan Penggunaan Anti Septik yang mengalami kejadian kanker
serviks dapat diketahui bahwa sebagiam besar responden tidak berisiko dalam menggunakan
antiseptik sebanyak 21 responden (63,6%).
Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptic maupun
deodorant akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.
Penggunaan cairan antiseptik pada vagina secara berlebihan, terutama yang tidak memiliki
pH balanced, akan mengakibatkan perubahan pada pH vagina yang menyebabkan bakteribakteri yang normal tumbuh di vagina mati, dan akhirnya timbul keluhan-keluhan seperti
keputihan (Indra, 2014)
Responden penelitian lebih dominan tidak
penggunaan antiseptik untuk
membersihkan alat kelamin. Responden jarang bahkan tidak pernah membersihkan daerah
alat kelamin menggunakan antiseptik, selain itu responden juga jarang bahkan tidak pernah
menggunakan ramuan tradisional yang mengandung antiseptik (seperti daun sirih) untuk
membersihkan alat kelamin. Responden penelitian biasanya hanya menggunakan air bersih
untuk membersihkan alat kelamin baik sesudah BAB maupun BAK.
SIMPULAN
1. Identifikasi makanan yang melatar belakangi kejadian kanker serviks pada wanita usia
subur di RSUD Jombang Tahun 2015didapatkan sebagian besar mengonsumi makanan
beresiko kanker yaitu sebanyak 21 responden (63,6%).
2. Identifikasi paparan asap rokok yang melatar belakangi kejadian kanker serviks pada
wanita usia subur di RSUD Jombang Tahun 2015 didapatkan hampir seluruh responden
terkena paparan asap rokok yaitu sebanyak 28 responden (84,8%).
3. Identifikasi penggunaan celana ketat yang melatar belakangi kejadian kanker serviks
pada wanita usia subur di RSUD Jombang Tahun 2015 didapatkan sebagian besar
responden tidak menggunakan celana ketat secara beresiko yaitu sebanyak 26 responden
(78,8%).
4. Identifikasi penggunaan antiseptik yang melatar belakangi kejadian kanker serviks pada
wanita usia subur di RSUD Jombang Tahun 2015 didapatkan sebagian besar responden
tidak beresiko dalam menggunakan antisepti yaitu sebanyak 21 responden (63,6%).
REKOMENDASI
Tenaga kesehatan hendaknya melakukan skrening kanker serviks melalui KIE
(Konseling Informasi Edukatif) dan lebih mempromosikan deteksi dini kanker servik melalui
IVA (Inspeksi Visula dengan Asam Asetat) dan Pap smear.
Hendaknya lebih mengupayakan skrening kanker serviks melalui iva serta
memberikan rekomendasi mengenai perkawinan usia dini.
Hendaknya WUS (Wanita Usia Subur) aktif dan ikut pemeriksaan servik dalam upaya
deteksi dini kanker servik sehingga prevalensi kanker servik dapat menurun
Hendaknya mengembangkan teknik yang tepat guna untuk mendeteksi kanker servik
dini dengan biaya yang lebih terjangkau dan lebih mudah.
Hendaknya meneliti tentang faktor lain yang tidak diungkap pada penelitian seperti
faktor lingkungan, faktor individu, gangguan sistem kekebalan, pemakaian kontrasepsi,
paritas, ekonomi dan faktor pasangan seksual.
Alamat correspondensi
: Jl. Gatot Subroto Gg 8 RT/RW 03/07 Kelurahan Bukir,
Kecamatan Gadingrejo, Pasuruan.
([email protected] )
(081357589929)
Download