Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol. 5, No. 3, November 2013 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SAWIT BANDAR DURIAN MEDAN Sunaryo, SE.,MM Dosen Tetap STIE Harapan Medan ABSTRACT To improve the performance of employees is not easy, a lot of things to be faced by the company. Conducive working conditions, the level of knowledge that employees must comply with the needs of the company's work, interpersonal relationships superiors and subordinates, and so forth. Therefore, the role of a conducive organizational conditions, the level of heterogeneity and the employees as well as employee skill level will be very supportive of employee performance. The purpose of this study was to determine the effect of training on organizational culture and employee performance improvement either simultaneously or partially. Results of this study indicate that organizational culture and training significantly influence employee performance improvement either simultaneously or partially. Keywords : Organizational Culture, Training, Performance Improvement Budaya organisasi menggambarkan tentang kondisi kerja karyawan. Seiring dengan bergulirnya waktu yang menuntut banyak perubahan, banyak organisasi saat ini merasa perlu untuk mengubah budayanya guna menjamin kelangsungan hidupnya atau untuk memperoleh keuntungan yang lebih kompetitif. Hal ini sering didorong oleh kenyataan bahwa budaya yang telah ada kadang tidak lagi mampu memperbaiki keadaan masa datang seperti yang dibutuhkan organisasi. Kekuatan-kekuatan dalam lingkungan eksternal organisasi dapat mengisyaratkan kebutuhan perubahan budaya, misalnya dengan adanya persaingan yang makin tajam dalam suatu lingkungan industri menuntut perubahan budaya organisasi untuk senantiasa mampu merespon keinginan konsumen dengan lebih cepat. Di samping berasal dari lingkungan eksternal, kekuatan perubahan budaya juga bisa berasal dari dalam/internal. Budaya organisasi merupakan suatu variabel campur tangan. Para karyawan membentuk suatu persepsi yang secara keseluruhan membentuk suatu budaya organisasi atau kepribadian organisasi itu. Budaya yang mendukung atau yang tidak mendukung ini kemudian akan mempengaruhi kinerja karyawan (Robbins, 2001). PENDAHULUAN Terdapat tiga tujuan perusahaan beroperasional. Tujuan jangka pendek adalah untuk mencapai laba yang sebesarbesarnya dalam setiap periode, tujuan jangka menengah adalah berusaha untuk mencapai tingkat ekspansi yang diinginkan manajemen, dan yang ketiga adalah keinginan perusahaan untuk tetap beroperasional selama-lamanya, tanpa kenal bangkrut. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, semua perusahaan akan berusaha sekeras mungkin untuk mencapainya. Semua perusahaan akan berusaha memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya, untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Untuk mencapai tujuannya tersebut, setiap perusahaan berusaha untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan yang dimilikinya. Jika kinerja karyawan meningkat, maka akan berimbas kepada hasil kerja yang baik. Jika hasil kerja baik maka akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dari perusahaan adalah budaya organisasi dan pelatihan karyawan yang dimilikinya. 214 2013 Sunaryo Sedangkan pelatihan merupakan suatu proses dimana orang – orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Ketika karyawan telah mendapatkan pelatihan tertentu maka akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan yang secara otomatis akan meningkatkan kinerja perusahaan. Sikula (2000) menyatakan tujuan dari pelatihan adalah untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan mutu kerja, meningkatkan ketetapan dalam human resources planning, memperbaiki moral kerja, menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, menunjang pertumbuhan pribadi. Dengan demikian sangat jelas bahwa ketika pelatihan dilakukan akan berdampak pada peningkatan kualitas karyawan dan selanjutnya akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi. Tipe-tipe budaya organisasi memberikan pemahaman yang lebih jauh mengenai keberadaan budaya organisasi. Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) mengemukakan tipe-tipe budaya organisasi adalah sebagai berikut : a) Keyakinan normatif, mencerminkan pemikiran dan keyakinan individual mengenai bagaimana anggota dari sebuah kelompok atau organisasi tertentu diharapkan menjalankan tugasnya dan berinteraksi dengan orang lain; dan b) Budaya Konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara yang akan membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Budaya organisasi yang baik akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku para anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas untuk menciptakan suatu iklim internal. Budaya organisasi juga menciptakan, meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Dimana budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi juga tinggi (Wirawan, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari budaya suatu organisasi, bukannya dengan apakah mereka menyukai budaya itu atau tidak. Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif. Budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh semua anggota organisasi. Kreitner dan kinicki (2003) menyatakan budaya organisasi adalah salah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Sedangkan Robbins (2001) menyatakan budaya organisasi adalah mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Penelitian yang di lakukan oleh Faisal (2007) dalam Leonando dan Eddy (2013) menyatakan bahwa adanya hubungan yang proporsional antara pelatihan dengan kinerja karyawan. Dalam proses bekerja, pelatihan merupakan suatu hal yang penting. Mathis (2002) menyebutkan bahwa pelatihan adalah suatu proses dimana orang – orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Nitisemito (2002) memberi pengertian pelatihan sebagai suatu kegiatan dari organisasi yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari karyawannya, sesuai dengan keinginan dari organisasi yang bersangkutan. Budaya organisasi dimaknai sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan dan nasabah. Lebih lanjut Robbins (2001:150) menyatakan bahwa sebuah sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama 215 214 - 219 Jurnal Keuangan & Bisnis Selanjutnya Rivai (2004) menyebutkan bahwa pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek dari pada teori. November berganda, yang sebelumnya telah memenuhi unsur uji kualitas data dan asumsi klasik. Penelitian ini fokus hanya pada pengaruh budaya organisasi dan pelatihan terhadap peningkatan kinerja karyawan dengan indikator yang digunakan untuk budaya organisasi adalah inovasi dan keberanian mengambil resiko, perhatian terhadap detail, berorientasi pada hasil, berorientasi kepada manusia, berorientasi pada tim, agresivitas, stabilitas. Indikator yang digunakan pada pelatihan adalah kategori psikomotorik, kategori afektif, kategori kognitif. Dan indikator untuk kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Adeniyi (1995) mengamati bahwa proses pelatihan dan pengembangan terhadap staf merupakan sebuah aktivitas kerja yang mempunyai kontribusi signifikan terhadap efektivitas dan keuntungan organisasi secara keseluruhan. Sedangkan Oribabor (2000) berpendapat bahwa kegiatan pelatihan dan pengembangan dapat meningkatkan kompetensi seperti teknis, SDM, konsep dan manajerial untuk kemajuan perusahaan (Astri dan Dini, 2013). Total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 50 responden yang terdiri dari laki – laki 40 orang dan perempuan 10 orang, dengan kisaran usia berada diantara 21 – 50 tahun. Jumlah responden diambil menggunakan persentase menurut Arikunto dengan menentukan kuota secara proporsional. Selanjut responden akan memberikan jawaban dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert 1 – 5. Dalam melaksanakan kerja, karyawan menghasilkan sesuatu yang disebut kinerja. Kinerja merupakan hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Mangkunegara (2000) mengatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya. Sedangkan model yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk kuantitas output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif. . Y = a + β1X1 + β2X2 + ε POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah sekumpulan satuan analisis yang didalamnya terkandung informasi yang ingin diketahui. Target populasi adalah sekumpulan satuan pengamatan atau objek yang memiliki informasi yang dibutuhkan peneliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bertugas di PT. Sawit Bandar Durian Medan, yang \METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, untuk mempertimbangkan apakah budaya organisasi dan pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan digunakan uji analisis regresi linear 216 2013 Sunaryo berjumlah 113 orang. tabel, dimana rtabel sebesar 0,2353 (n=50, α=5%), sedangkan nilai rhitung diantara 0.2482 sampai dengan 0.8485. untuk variabel Pelatihan diketahui nilai r hitung adalah diantara 0.2700 sampai dengan 0.5001 Dan untuk variabel peningkatan kinerja adalah 0.2390 sampai dengan 0.6843. Dapat diketahui juga bahwa variabel budaya organisasi adalah realibel, hal ini dapat dilihat, yaitu nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,60 yaitu 0,8507 > 0,60. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel pelatihan adalah sebesar 0.7096 sedangkan untuk variabel peningkatan kinerja adalah sebesar 0,7514. Pada uji asumsi klasik diketahui bahwa data telah terdistribusi secara normal. Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa nilai signifikansinya adalah sebesar 0.310 lebih besar dari 0.05. Pada uji Multikolinearitas diketahui bahwa variabel telah terbebas dari masalah Multikolinearitas dilihat dari nilai VIF sebesar 1.466 lebih kecil dari 10. Dan pada uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser diketahui seluruh data telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas dengan melihat nilai signifikansi variabel masing – masing adalah 0.733 untuk budaya organisasi dan 0.393 untuk variabel pelatihan. Nilai signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 0.05. Dilihat dari regresi linear berganda didapatkan persamaan Y = ,414 + 0,246X1 – 0.725X2. Persamaan tersebut dapat diartikan bahwa budaya organisasi dan pelatihan diasumsikan sama dengan nol maka peningkatan kinerja bernilai sebesar 1,414. Jika budaya organisasi ditingkatkan sebesar 1% maka akan diikuti dengan peningkatan Kinerja sebesar 0,246%. Jika pelatihan ditingkatkan sebesar 1%, maka akan diikuti dengan peningkatan kinerja sebesar 0,725. Pada uji secara parsial menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari variabel Budaya Organisasi (X1) adalah sebesar 0,011 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Budaya Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Kinerja karyawan. Besar Dilihat dari kondisi populasi diketahui bahwa populasi adalah homogen, dengan demikian metode pengambilan sampel dapat menggunakan secara Simple Random Sampling. Menurut Arikunto (2005) yang mengatakan bahwa untuk jumlah subjek kurang dari 100 maka dapat diambil keseluruhan. sedangkan jumlah subjek diatas 100 maka besarnya sampel yang peneliti ambil antara 10% - 25%. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan mengambil sampel sejumlah 45% dari populasi yaitu sebesar 50 Orang. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Budaya organisasi adalah pemahaman terhadap system atau seperangakt nilai yang memiliki symbol, orientasi nilai, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman kehidupan yang diinternalisasikan dan diaktualisasikan ke dalam sikap, tingkat laku dan perbuatan karyawan dalam organisasi. Alat ukur yang digunakan adalah Inovasi dan keberanian, perhatian, berorientasi pada hasil, beriorientasi pada manusia, tim kerja, agresivitas dan stabilitas. (Robbins, 2001) 2. Pelatihan adalah suatu proses dimana orang – orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Alat ukur yang digunakan untuk melihat pelatihan adalah psikomotorik, afektif dan kognitif (Rivai, 2004). 3. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Alat ukur yang digunakan untuk melihat kinerja ini adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi (Mangkunegara, 2000). HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan SPSS dapat diketahui bahwa setiap pertanyaan dari variabel Budaya Organisasi adalah valid, hal ini dapat dilihat dari nilai r hitung > dari nila r 217 214 - 219 Jurnal Keuangan & Bisnis pengaruh budaya organisasi terhadap peningkatan kinerja adalah sebesar 24,6% Sedangkan variabel Pelatihan (X2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pelatihan berpengaruh signifikan terdapat terhadap Peningkatan Kinerja. Besar pengaruh pelatihan terhadap peningkatan kinerja adalah 72,5%. Secara simultan diketahui bahwa terdapat nilai signifikansi sebesar 0,000 Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 artinya bahwa Budaya Organisasi dan Pelatihan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Kinerja. Pada uji determinasi diketahui bahwa nilai R-Square adalah sebesar 0,623 atau sama dengan 62,3%. Artinya bahwa Budaya Organisasi dan Pelatihan mampu menjelaskan Peningkatan Kinerja adalah sebesar 62,3% sisanya 37,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. November saudara dan terciptanya suatu nilai bagi perusahaan. Selain budaya organisasi yang menjadi masalah bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Perusahaan juga memiliki masalah pada pelatihan. Diketahui bahwa pelatihan memiliki pengaruh yang sangat besar yaitu sebesar 72,5%. Jika perusahaan mengabaikan pelatihan ini bagi karyawan maka dampak atas penurunan kinerja karyawan juga sangat besar sekali. Oleh sebab itu perusahaan juga harus fokus pengembangan pengetahuan dan keterampilan dari karyawan agar nantinya kinerja karyawan meningkat. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat pelatihan – pelatihan baik pelatihan yang diselenggarakan di luar ruangan seperti outbond ataupun pendidikan diruangan yang bekerjasama dengan pihak luar. SIMPULAN Berdasarkan pada penjelasan – penjelasan sebelumnya maka Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Signifikan Budaya Organisasi terhadap Peningkatan Kinerja. Besarnya pengaruh Budaya Organisasi terhadap Peningkatan Kinerja adalah sebesar 24,6%. Terdapat pengaruh signifikan antara Pelatihan terhadap Peningkatan Kinerja. Besarnya pengaruh Pelatihan terhadap Peningkatan Kinerja sebesar 72,5%. Budaya Organisasi dan Pelatihan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Kinerja di PT. Sawit Bandar Durian Medan. Budaya Organisasi dan Pelatihan dalam menjelaskan Peningkatan Kinerja adalah sebesar 62,3% sedangkan sisanya sebesar 37,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. PEMBAHASAN Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Sawit Bandar Durian Medan. Ini artinya bahwa budaya organisasi masih menjadi masalah bagi perusahaan, jika perusahaan tidak memperhatikan budaya organisasi, maka ini akan dapat mengurangi atau dapat menurunkan tingkat kinerja karyawan secara menyeluruh. Oleh sebab itu manajemen perusahaan jika ingin meningkatkan kinerja karyawannya harus fokus pada masalah budaya organisasi ini. Walaupun besarnya pengaruh tersebut hanya sebesar 24,6%. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar budaya organisasi ini menjadi lebih baik adalah dengan menciptakan suasana kerja yang kondusif dengan tidak membeda – bedakan perlakuan antara satu karyawan dengan karyawan lain tanpa melihat dari suku dan bangsa apa karyawan tersebut. Selain itu perusahaan dapat menciptakan suatu suasana kekompakan bagi setiap karyawan, dengan membuat program liburan secara khusus sehingga setiap karyawan seperti DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (2005), Proposal Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rhineka Cipta. Astri Wulandari, dan Dini Turipanam Alamanda (2013), “Pengaruh 218 2013 Sunaryo Pelatihan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Yayasan Pendidikan Telkom”, Banking and Managemen Riview Penerjemah Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie, Jakarta : Salemba Empat. Nitisemito, Alex S. (2002), Manajemen Personalia, Jakarta : Ghalia Indonesia, Cetakan ke-3. Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo, (2003), Perilaku Organisasi, Terjemahan Erly Suandy, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat. Rivai Veithzal. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktek, Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Leonando Agsuta dan Eddy Madiono Sutanto (2013), “Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV Haragon Surabaya”, Agora, Vol. 1 No. 3 Robbins, Stephen P, (2001), Perilaku Organisasi Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid II, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Jakarta : Prehallindo. Sikula, Andrew F (2000), Personnel Administration and Human Resources Management. Willey Trans Editions, John Willey and Sons Inc. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : Remaja Rosdakarya. Mathis, Robert L dan Jhon H. Jackson, (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku I, Wirawan (2007), Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian, Jakarta : Salemba Empat. 219