BAB 2 DASAR-DASAR ANTENA 2.1 Pendahuluan Pada 600 tahun SM, seorang matematik dan filsuf asal Yunani, Thales of Miletus mencatat bahwa amber (batu amber) yang digosak dengan sutera menghasilkan bunga api dan sepertinya memiliki kekuatan magis untuk menarik partikel dari bulu dan jerami. Bahasa Yunani dari amber adalah electron dan dari sinilah kita mengenal electricity, electon dan electronics. Thales juga mencatat bahwa terdapat kekuatan zat aktif antara dua buah batu magnetik alami yang disebut loadstone. Batu ini ditemukan disebuah tempat yang disebut Magnesia, dan dari sinilah kita mengenal kata magnet dan magnetism. Thales adalah yang pertama yang menemukan electricity dan magnetism, tetapi seperti kebanyakan orang dimasanya. pengetahuannya itu lebih bersifat filosofi daripada praktek. Pada tahun 1600 M, William Gilbert dari Inggris yang membuat eksperimen sistematis pertama tentang fenomena listrik dan medan magnet. Gilbert jugalah yang pertama menyatakan bahwa bumi sendiri adalah sebuah magnet yang sangat besar. Beberapa penemu juga ikut memberikan andil yang besar pada proses penemuan antena seperti Benjamin Franklin (US 1750 M), Charles Augustin de coulomb (Prancis). Karl Universitas Sumatera Utara Fried Gauss (Jerman). Alessandro Volta (Italia 1800 M), Michael Faraday (Inggris 1831M) dan James C. Maxwell (1873 M). walaupun penemuan Maxwell sangat penting bagi pengetahuan elektromagnetik modern tetapi banyak Scientists pada masanya yang meragukan kebenaran teorinya tersebut. Memerlukan lebih dari satu dekade hingga teori Maxwell diperhatikan kembali oleh Heiurich Rudolf Hertz (Jerman). Ketertarikan Hertz pada gelombang dihargai dan pada tahun 1986 M, sebagai salah seorang professor pada Technical Institute in Karlshure, dia mengumpulkan alat yang akan menyempurnakan sistem radio dengan end loaded dipole sebagai antena pengirim dan resonant square lop sebagai antena penerima. Selama dua tahun. dia memperluas percobaannya dan mulai mendemonstrasikan refleksi, refraksi dan polarisasi. yang menunjukkan bahwa selain perbedaan panjang gelombang, gelombang radio adalah sama dengan cahaya yaitu sama-sama gelombang elektromagnetik dan percobaan Hertz tersebut mengubah pandangan orang terhadap penemuan Maxwell. Walaupun Hertz sering disebut sebagai "bapak radio", namun selama hampir satu dekade, penemuannya hanya tertinggal di laboratorium keingintahuan Guglielmo Marconi (yang pada saat itu berusia 20 tahun), yang melihat majalah tentang eksperimen Hertz. Guglielmo muda ingin tahu apakah gelombang Hertz itu bisa digunakan untuk mengirimkan pesan. Dia menjadi terobsesi dan melakukan penelitian dirumahnya. Dia mengulang eksperimen Hertz dan berhasil, setelah itu dia mencobanya dengan antena yang lebih besar untuk jarak yang lebih jauh. Pada tahun 1901, ia mengumumkan kepada dunia bahwa ia telah menerima sinyal radio di Newfoundland, Canada, yang dikirimkan Universitas Sumatera Utara dari seberang samudera atlantik dari sebuah stasiun yang telah dibangunnya dari Cornwall, Inggris. 2.2 Pengertian Dan Fungsi Dasar Antena Antena adalah perangkat media transmisi nirkabel/wireless yang memanfaatkan udara/ruang bebas sebagai media penghantar. Antena mempunyai fungsi untuk merubah energi elektromagnetik terbimbing menjadi gelombang elektromagnetik ruang bebas (gelombang mikro) yang merupakan fungsi antena sebagai transmitter (Tx). Sedangkan fungsi antena sebagai receiver (Rx) adalah merubah gelombang elektromagnetik ruang bebas menjadi gelombang elektromagnetik terbimbing. 2.3 Spektruan Elektramagnetik Energi gelornbang kontinyu yang dipancarkan oleh antena berosilasi pada frekuensi radio. Relasi antara gelombang radio dengan seluruh spektrum ditunjukkan pada Gambar 2.l. Maka. panjang gelombang bergantung pada kecepatan yang juga bergantung pada medium. Frekuensi adalah besaran yang lebih mendasar dan tidak bergantung pada medium. ketika medium rambat adalah free space (vaccum) maka : Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Spektrum frekuensi gelombang elektromagnetik 2.4 Tipe Antena Beberapa tipe antena yang biasa digunakan pada jaringan wireless adalah antena onmidirectional (omni), antena yagi (uda-yagi), antena parabola dan grid parabola. antena panel, serta antena helix. 2.4.1 Antena Omnidirectional Antena omni meradiasikan sinyal ke semua arah secara horizontal, tetapi menunjukan adanya directivitas dalam arah vertikal dengan mengkonsentrasikan energinya kebentuk kue donat. Bentuk fisik antena, omni dapat dilihat pada Gambar 2.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Antena omnidirectional 2.4.2 Antena Yagi-Uda Antena Yagi-Uda atau yang biasa dikenal sebagai antena yagi merupakan bentuk antena yang paling banyak dikenal umum. Bentuknya seperti antena Televisi (Gambar 2.3). Antena ini ditemukan oleh Shintaro Uda dan dipublikasikan kedunia melalui tulisan Hidetsuga Yagi. Antena ini terdiri dari sebuah dipole (Driven Elemen) yang dilengkapi dengan reflektor dan beberapa director. Gambar 2.3 Antena Yagi-Uda 2.4.3 Antena Parabolik dan Grid Parabolik Antena parabolik biasanya terdiri dari sebuah dipole, sebagai driven elemen yang dipasang dimuka reflektor yang berbentuk elemen. Antena ini memiliki reflektor berupa solid dish dan grid parabolik seperti terlihat pada Gambar 2.4. Posisi driven elemen Universitas Sumatera Utara tersebut berada dititik fokal (titik api) reflektor parabolik tersebut. wave guide dan dua elemen yagi juga bisa dipasang untuk menggantikan dipole biasa. (a) (b) Gambar 2.4 Antena Parabolik (a) solid dish (b) Grid parabolik 2.4.4 Antena Panel Antena panel biasanya terdiri dari beberapa driven eleme, yang dipasang didepan metal reflektor yang rata. sebagian besar antena ditutup oleh plastic atau fiber glass seperti Gambar 2.5. Selain bergantung pada gain, tinggi dan lebar. ukuran antena panel sangat bervariasi dari 15 cm sampai 76 cm. Gambar 2.5 Antena Panel 2.4.5 Antena Helix Antena helix mempuayai polarisasi circular, dengan driven elemen juga berwujud helix seperti sebuah pegas (Gambar 2.6). Driven elemen ini dipasang kesebuah reflektor dari metal . Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Antena Helix Suatu hubungan komunikasi dihadapkan pada suatu tugas, yaitu memilih antena yang cocok untuk komunikasi tersebut, terlebih jika kita sendiri yang harus mendesain sistem komunikasi dan antena yang diperlukan. pemilihan antena didasarkan pada : a. Jenis komunikasi yang dilakukan apakah broadcast atau point to point communication, jika broadcast maka pilih antena dengan tipikal pancaran broadside jika point to point maka pilih antena dengan tipikal pancaran endfire. b. Keterbatasan kelas penguat, berkaitan dengan gain antena yang direncanakan. c. Lebar informasi yang diinginkan, berkaitan dengan bandwidth antena yang direncanakan. d. Daerah cakupan (coverage area) antena yang diinginkan. Hanya saja ada beberapa hal yang harus kita pahami bahwa keempat persoalan diatas adalah saling terkait dan proses desain antena terdiri dari kompromi-kampromi agar antena yang sudah didesain dapat memenuhi kriteria yang sebelumya sudah ditetapkan. 2.5 Karakteristik Antena Universitas Sumatera Utara Berdasarkaia Gambar 2.7, fisik antena dimulai dari transmission line sebagai dua elemen sirkuit terminal yang memiliki impedansi Z dengan komponen resistive yang disebut Radiation Resistance , ketika diudara antena dikarakteristikkan berdasarkan pola radiasinya. Gambar 2.7 Antena memancarkan gelombang 2.5.1 Gain Antena Gain / penguatan dari sebuah antena adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil daripada penguatan antena tersebut. Pengarahan dari sebuah antena, merupakan perbandingan kecepatan daya maksimum terhadap daya rata-rata yang menembus seluruh kulit bola yang diawali pada daerah medan jauh. Gain maksimial ini hanya akan terjadi bila : a. Amplitudo dan phasa medan listrik /magnet yang diiluminasikan sepanjang reflector konstan, dan b. Tidak ada spillover. Universitas Sumatera Utara Gain suatu antena juga dapat diukur dengan membandingkan kerapatan daya maksimum antena yang diuji atau diukur terhadap kerapatan daya. Untuk mengetahui gain dari antena nanostation2 tergantung dari jarak antara sinyal wireless dengan antena panel, Wireless (wireless fidelity) adalah teknologi tanpa kabel, dalam hal ini adalah melakukan hubungan telokomunikasi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel. Di Indonesia juga dapat kita temui berbagai macam alat telekomunikasi, namun alat telekomunikasi tersebut biasanya digunakan untuk membangun proyek-proyek besar, karena alat tersebut berukuran dan berkapasitas besar. Untuk bertelekomunikasi sebuah konstruksi telekomunikasi hal yang harus diperhatikan informasi dan penyampaian informasi. Dimana telekomunikasi merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi dari suatu tempat ketempat lain. Kekutan (gain) telekomunikasi ditentukan oleh kesesuaian sarana pendukung lainnya. Semakin sesuai sarana telekomunikasi maka tingkat kekuatannya (gain) semakin tinggi. Homogenitas suatu telekomunikasi tergantung pada bagaimana proses menyampaikan informasi dari suatu tempat ketempat lain, menyampaikan informasi dengan menggunakan mesin dan alat-alat konstruksi komunikasi akan lebih merata dibandingkan dengan pengiriman secara manual. Jadi dengan mengarah pada peningkatan proses telekomunikasi khususnya untuk kalangan masyarakat, diperlukan penguatan (gain) yang diketahui mempunyai simbol-simbol dan mempunyai arti masing-masing Universitas Sumatera Utara dimana: G : Gain (dB) Eff : Effisiensi dish f : Frekuensi (GHz) D : Diameter dish (m) 2.5.2 Pola Radiasi Antena Pola radiasi antena pada umumnya terdiri dari sebuah lobe utama (main lobe) dan beberapa lobe kecil (minor lobe). Lobe utama merupakan gambaran kualitas antena yang menunjukkan energi yang tersalurkan sesuai dengan yang diinginkan (Gambar 2.8). Diagram arah sebenarnya tiga dimensi tetapi biasa digambarkan sebagai dua dimensi, yaitu dua penampangnya saja yang saling tegak lurus berpotongan pada poros main lobe [5] Gambar 2.8 Pola radiasi antena directional 2.5.3 Directivitas Antena Universitas Sumatera Utara Directivitas, pengarahan dari sebuah antena adalah perbandingan kerapatan daya maksimun terhadap daya rata-rata yang menembus seluruh kulit bola yang diamati pada medan jauh, semakin kecil sudut pancar maka semakin bagus directivitasnya 2.5.4 Aperture Antena Merupakan antena sebagai luas bidang yang menerima daya dari gelombang radio melaluinya. Misalkan gelombang melalui sebuah antena corong, rapat daya pada permukaan corong jika mulut corong dapat menerima daya seluruhnya , maka daya yang dapat diserap dari gelombang elektromagnetik adalah : Corong dapat dianggap sebagai luas bidang atau aperture, maka daya dapat diambil dari gelombang radio dan besarnya berbanding lurus dengan luasnya. Sehubungan dengan terbaginya daya yang berasal dari gelombang elektromagnetik menjadi bagian yang hilang sebagai panas yang dipancarkan kembali dan lain-lain, maka ada beberapa jenis aperture, yaitu aperture efektif, aperture rugi-rugi, aperture pengumpul, aperture hambur. Jika antena menerima daya maka dapat dibayangkan antena seolah mempunyai bidang atau aperture yang luasnya sama dengan daya tersebut dibagi dengan rapat daya pada antena tersebut, antena nanostation2 menerima daya dari sebuah adaptor listrik yang dihubungkan kesebuah kabel LAN . Daya yang diterima antena sama dengan energi yang diterima antena dalam mencari sinyal wireless, semakin besar sinyal yang diterima maka semakin besar juga sudut pancaran (beamwidth). Universitas Sumatera Utara 2.5.5 Beamwidth Beamwidth adalah besarnya sudut pancaran lobe utama antena diaman satuan beamwidth adalah derajat. Semakin kecil beamwidth semakin fokus sebuah antena dalam memancarkan powernya. Semakin banyak power dalam main lobe, semakin jauh antena dapat berkomunikasi. 2.6 Pengenalan Reflektor Antena Pada dasarnya reflector digunakan secara luas untuk memodifikasi pola radiasi antena. Sebagai contoh radiasi backward antena akan dihilangkan dengan menggunakan reflektor lempengan datar yang memiliki dimensi cukup lebar. Dalam kasus yang lebih umum, tembakan radiasi (beam) merupakan karakteristik yang dihasilkan oleh lebar reflektor, kesesuaian bentuk dan permukaan. Kehadiran radiasi (beam) tepat guna berwujud teknologi informasi yang ada sekarang dan yang akan datang yang tidak perlu di sangsikan lagi. Dikarenakan radiasi (beam) dapat memperlambat komunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akan informasi, khususnya berita, maka di buatlah antena wireless fidelity yang dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas teknologi tanpa kabel tersebut. Antena wireless fidelity ini adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membantu serta mempermudah dalam proses teknologi informasi, khususnya internet. dengan memperkecil kemungkinan radiasi dimana antena tersebut dapat membantu masyarakat yang masih menggunakan peralatan secara manual dan mempercepat dalam proses telekomunikasi suatu teknologi nirkabel (tanpa kabel). Di perlukan reflector untuk memodifikasi pola radiasi (beam) antena nanostation2. Universitas Sumatera Utara Gaanbar 2.9 Berbagai bentuk Reftektor Adalah mungkin untuk membangun sebuah aperture antena untuk berbagai panjang gelombang dan reflektor parabolic bisa digunakan untuk menghasilkan antena pengarah yang baik. Antena parabolic ditunjukkan ditu pada Gambar 2.9 (c). ). Parabola memantulkan gelombang yang berasal dari sumber pada titik focus menjadi tembakan yang sejajar, parabola mengubah gelombang bengkok dari feed system pada focus menjadi gelombang yang datar. Beberapa bentuk reflektor yang yang lain dapat diaplikasikan untuk kondisi yang lain. 2.7 Material Banyak desain antena membutuhkan pemilihan bahan dielektrik yang sesuai. kekuatan, berat, konstanta dielektrik, loss tangent,, dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan adalah parameter utama yang harus diperhatikan. Universitas Sumatera Utara 2.7.1 Dielektrik Bahan dielectrik bisa didapatkan dalam bentuk batang. Keramik, kaca, Plastik. Styrofoam adalah beberapa yang termasuk. dalam kategori dielektrik. Bahan ini digunakan secara luas sebagai segel untuk komponen gelombang mikro dan sekat pada reflektor. Bahan ini biasa digunakan untuk aplikasi dengan daya yang rendah. Untuk aplikasi dengan daya yang tinggi (dalam kisaran kilowatt) bisa menggunakan semua dielektrik kecuali keramik. Plastik yang diperkuat juga digunakan secara luas sebagai penyusun pada antena, feeder. dan mounting surface. Dengan plastik, Permukaan antena bisa ditambahkan dengan spraying flame, lukisan dll, sebagai tampilan pada reflektor. 2.7.2 Logam Pada saat ini, Tembaga, kuningan dan alumunium adalah logam penyusun paling penting pada antena. Jika berat bukan merupakan pertimbangan utama, maka kuningan dan tembaga merupakan pilihan yang dapat digunakan secara luas. salah satu keunggulan kedua logam ini adalah dapat dibentuk deugan mudah tanpa perlu menggunakan peralatan yang khusus. Almunium memiliki kemampuan yang sama bahkan melebihi kedua logam diatas kecuali dalam hal plating. walaupun untuk melebur alumunium membutuhkan peralatan yang khusus, tetapi menghasilkan struktur yang lebih ringan daripada tembaga dan kuningan. 2.7.3 Permukaan yang tidak solid Terkadang struktur permukaan antena terbuat dari logam yang tidak solid dengan tujuan agar struktur antena menjadi lebih ringan, untuk mengurangi tekanan angin atau Universitas Sumatera Utara dengau tujuan khusus yang berhubungan deugan sinyal RF. Seberapa besar "lubang" yang terdapat pada struktur bergantung pada seberapa besar rugi-rugi transimisi atau refleksi yang dapat diterima. 2.8 Wireless Network Wireless Network merupakan solusi jaringan tanpa kabel untuk menghubungkan beberapa komputer pada jaringan LAN . 2.8.1 Access Point Inti dari sebuah jaringan wireless modus infrastructure adalah penggunaan AP atau accessPoint juga sering disingkat menjadi WAP (Wireless Access Point). Sebuah AP bisa dibayangkan sebagai sebuah hub/Switch pada jaringan tradisional seperti pada Gambar 2.10. Selain sebagai pusat jaringan wireless, sebuah AP biasanya juga mempunyai port UTP yang bisa digunakan untuk berhubungan langsung dengan jaringan Ethernet yang ada. Dengan menghubungkan sebuah AP dengan jaringan kabel, wireless client secara otomatis juga terhubung kedalam jaringan kabel. Dengan cara ini, wireless client bisa tetap berhubungan dengan Komputer lain yang masih menggunakan kabel, bisa saling berbagi file, berbagi koneksi internet dan menggunakan resource jaringan lain. Gambar 2 .10 Pemanfaatan Access Point Universitas Sumatera Utara 2.8.2 Jarak Jangkauan Access Point Jaringan wireless mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jaringan fisik yang menggunakan kabel. Pada jaringan wireless, yang menentukan jauh tidaknya sebuah jaringan tergantung dari kekuatan sinyal yang dipancarkan. Misalkan ada dua komputer (Gambar 2.11), komputer A dan komputer B yang ingin mengakses sebuah WAP. Mungkin saja pada jarak 50m, komputer A bias terhubung dengan jaringan wireless sementara komputer B tidak bisa. Hal ini disebabkan oleh kekuatan sinyal dan juga kemampuan antena dari kedua komputer tersebut. status : terhubung computer a status : tidak terhubung 50 m WAP 50 m computer b Gambar 2.11 Status koneksi wireless Jangkauan akan berkurang banyak jika digunakan pada ruang tertutup, akibat dari halangan tembok ataupun diakibatkan oleh benturan sinyal dengan benda-benda yang ada didalam sebuah ruangan. Untuk memastikan jarak yang bisa ditempuh, harus dilakukan survey lokasi, karena setiap kondisi memiliki karakteristiknya masing-masing. Untuk dapat menaikkan kemampuan ataupun jarak tempuh, power atau daya listrik yang digunakan harus dinaikkan namun cara ini dibatasi oleh pemerintah. Cara yang sering digunakan adalah dengan menggunakan antenna eksternal yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Dengan antena ini, kemampuan menangkap sinyal yang ada diudara Universitas Sumatera Utara dan juga kemampuan memancarkan sinyal menjadi lebih kencang dan kuat, hal ini akan meningkatkan jarak tempuh jaringan wireless. Standa 2.8.3 Pelemahan Gelombang Radio Kita bisa membayangkan gelombang radio seperti lampu senter. Semakin lama, sinar dari lampu senter akan semakin meredup. Demikian juga halnya dengan sinyal radio, semakin jauh, sinyal ini akan semakin lemah. Dan tentu akan berakibat pula pada kecepatan yang didapatkan menjadi rendah pula. Sebagai contoh, bila jarak computer dengan access point sangat dekat dan tidak ada interferensi yang berarti. Semakin user menjauhi access point, maka semakin lemah sinyal yang didapatkan. Komputer secara otomatis akan menyesuaikan sinyal yang didapatkan ini dengan kecepatan yang diperoleh. Kecepatan yang user dapatkan akan menjadi 5,5 Mbps, 2 Mbps dan 1 Mbps pada jarak terjauh yang masih bisa ditangani, seperti pada Gambar 2.12. Signal Level 1 Mpbs 2 Mpbs 5,5 Mpbs 11 Mbps Gambar 2. 12 Semakin jauh, sinyal dan kecepatan semakin berkurang Universitas Sumatera Utara Kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan yang didukung secara otomatis berdasarkan kekuatan dan kebagusan sinyal yang diperoleh dinamakan sebagai dynamic Rate switching (DRS). Penerapan DRS ini oleh masing-masing vendor berbeda karena ada yang toleransinya lebih tinggi dan ada yang langsung menurunkan kecepatan begitu mendapatkan sedikit saja pencemaran sinyal yang terdekteksi, akibatnya adalah jangan heran bila user A bisa mendapatkan kecepatan 11 Mbps sementara user B yang disamping hanya mendapatkan kecepatan 5,5 Mbps. Masalah ini seringkali membingungkan ketika beberapa user menggunakan laptop dengan koneksi wireless yang mendapatkan kecepatan yang berbeda padahal lokasinya hanya bersebelahan. Jika jaringan wireless mempunyai beberapa client dimana semua client mampu mendapatkan 11 Mbps kecuali sebuah client yang hanya mendapatkan 1 Mbps, secara total jaringan user juga akan terpengaruh menjadi lambat. Hal ini dikarenakan sifat dari media udara yang hanya bisa digunakan untuk satu client pada satu waktu sehingga client yang lain harus menunggu. 2.8.4 Line of Sight Memperoleh LOS yang baik antara antena pengirim dan antena penerima sangat penting sekali untuk instalasi point to point dan point to multipoint. Ada dua jenis LOS yang biasanya harus diperhatikan dalam instalasi, yaitu : 1. Optical LOS berhubungan dengan kemampuan masing2 untuk melihat. 2. Radio LOS berhubungan dengan kemampuan penerima radio untuk melihat sinyal dari pemancar radio. Universitas Sumatera Utara 2.8.5 Free Space Loss Pada saat sinyal meninggalkan antena, sinyal akan berpropagasi atau lepas ke udara. Antena yang kita gunakan akan menentukan bagaimana propagasi terjadi. Pada frekuensi 2,4 GHz sangat penting sekali menentukan agar jalur antara dua antena ini tidak ada penghalang. Kita kemungkinan besar akan melihat adanya degradasi dari sinyal yang berpropagasi di udara jika ada hambatan dijalur. Pohon, bangunan dan tiang merupakan contoh penghalang. Tetapi sebagian besar redaman dalam sistem wireless adalah redaman karena sinyal harus merambat diudara. 2.8.6 Wireless Link Budget Link Budget adalah perhitungan link radio untuk menentukan apakah Transmit Power dari Station A setelah sampai di Station B memenuhi nilai nominal sehingga kedua sation dapat saling berkomunikasi. Elemen link budget terdiri atas : a. Power output pemancar. b. Loss kabel pada pemancar. c. Gain antena pada pemancar. d. Free space path loss. e. Gain antena penerima. f. Loss kabel pada penerima. g. Threshold sensitivity penerima. Dari elemen yang ada diatas dapat dibuat persamaan dan persamaan mempunyai simbolsimbol dan mempunyai arti masing-masing. Universitas Sumatera Utara Rx : Receiver Tx : Transmitter Gain : Penguatan Maka, dapat dibentuk suatu persamaan yang menghubungkan antara receiver, transmitter, gain, free space lost sebagai berikut: Rx Signal level = Tx power Tx cable loss + Tx antenna gain - free space lost (FSL) + Rx antenna gain – Rx cable loss (2-15) 2.8.7 Fade Margin Alasan utama mengapa kita harus menghitung Wireless Link budget adalah merancang dan membangun sebuah koneksi yang reliable. Sinyal gelombang mikro pada umumnya akan berinteraksi dengan banyak hal dilingkungannya. Jadi, fading adalah kondisi normal untuk semua link wireless. Untuk mengalahkan efek fading dan menghasilkan koneksi yang bagus, setiap link gelombang mikro membutuhkan ekstra sinyal, diatas minimum threshold receiver. Ekstra sinyal ini disebut fade margin atau sering juga disebut System operating margin (SOM). Kebanyakan produsen wireless merekomendasikan fade margin minimal sebesar +10dB untuk membentuk sebuah link yang reliable. Semakin jauh jarak sebuah link, akan dibutuhkan fade margin yang semakin besar juga. Universitas Sumatera Utara 2.8.8 Wireless Channel Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio, dimana saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan 5 GHz yang bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi 2,4 GHz juga dibagi menjadi channel-channel seperti pembagian frekuensi untuk stasiun radio. Universitas Sumatera Utara