BAB 2 DASAR-DASAR ANTENA 2.1 Pendahuluan Pada 600 tahun

advertisement
BAB 2
DASAR-DASAR ANTENA
2.1 Pendahuluan
Pada 600 tahun SM, seorang matematik dan filsuf asal Yunani, Thales of Miletus
mencatat bahwa amber (batu amber) yang digosak dengan sutera menghasilkan bunga api
dan sepertinya memiliki kekuatan magis untuk menarik partikel dari bulu dan jerami.
Bahasa Yunani dari amber adalah electron dan dari sinilah kita mengenal electricity,
electon dan electronics. Thales juga mencatat bahwa terdapat kekuatan zat aktif antara
dua buah batu magnetik alami yang disebut loadstone. Batu ini ditemukan disebuah
tempat yang disebut Magnesia, dan dari sinilah kita mengenal kata magnet dan
magnetism. Thales adalah yang pertama yang menemukan electricity dan magnetism,
tetapi seperti kebanyakan orang dimasanya. pengetahuannya itu lebih bersifat filosofi
daripada praktek.
Pada tahun 1600 M, William Gilbert dari Inggris yang membuat eksperimen
sistematis pertama tentang fenomena listrik dan medan magnet. Gilbert jugalah yang
pertama menyatakan bahwa bumi sendiri adalah sebuah magnet yang sangat besar.
Beberapa penemu juga ikut memberikan andil yang besar pada proses penemuan antena
seperti Benjamin Franklin (US 1750 M), Charles Augustin de coulomb (Prancis). Karl
Universitas Sumatera Utara
Fried Gauss (Jerman). Alessandro Volta (Italia 1800 M), Michael Faraday (Inggris
1831M) dan James C. Maxwell (1873 M). walaupun penemuan Maxwell sangat penting
bagi pengetahuan elektromagnetik modern tetapi banyak Scientists pada masanya yang
meragukan kebenaran teorinya tersebut. Memerlukan lebih dari satu dekade hingga teori
Maxwell diperhatikan kembali oleh Heiurich Rudolf Hertz (Jerman).
Ketertarikan Hertz pada gelombang dihargai dan pada tahun 1986 M, sebagai
salah seorang professor pada Technical Institute in Karlshure, dia mengumpulkan alat
yang akan menyempurnakan sistem radio dengan end loaded dipole sebagai antena
pengirim dan resonant square lop sebagai antena penerima. Selama dua tahun. dia
memperluas percobaannya dan mulai mendemonstrasikan refleksi, refraksi dan polarisasi.
yang menunjukkan bahwa selain perbedaan panjang gelombang, gelombang radio adalah
sama dengan cahaya yaitu sama-sama gelombang elektromagnetik dan percobaan Hertz
tersebut mengubah pandangan orang terhadap penemuan Maxwell.
Walaupun Hertz sering disebut sebagai "bapak radio", namun selama hampir satu
dekade, penemuannya hanya tertinggal di laboratorium keingintahuan Guglielmo
Marconi (yang pada saat itu berusia 20 tahun), yang melihat majalah tentang eksperimen
Hertz. Guglielmo muda ingin tahu apakah gelombang Hertz itu bisa digunakan untuk
mengirimkan pesan. Dia menjadi terobsesi dan melakukan penelitian dirumahnya. Dia
mengulang eksperimen Hertz dan berhasil, setelah itu dia mencobanya dengan antena
yang lebih besar untuk jarak yang lebih jauh. Pada tahun 1901, ia mengumumkan kepada
dunia bahwa ia telah menerima sinyal radio di Newfoundland, Canada, yang dikirimkan
Universitas Sumatera Utara
dari seberang samudera atlantik dari sebuah stasiun yang telah dibangunnya dari
Cornwall, Inggris.
2.2 Pengertian Dan Fungsi Dasar Antena
Antena adalah perangkat media transmisi nirkabel/wireless yang memanfaatkan
udara/ruang bebas sebagai media penghantar. Antena mempunyai fungsi untuk merubah
energi elektromagnetik terbimbing menjadi gelombang elektromagnetik ruang bebas
(gelombang mikro) yang merupakan fungsi antena sebagai transmitter (Tx). Sedangkan
fungsi antena sebagai receiver (Rx) adalah merubah gelombang elektromagnetik ruang
bebas menjadi gelombang elektromagnetik terbimbing.
2.3 Spektruan Elektramagnetik
Energi gelornbang kontinyu yang dipancarkan oleh antena berosilasi pada
frekuensi radio. Relasi antara gelombang radio dengan seluruh spektrum ditunjukkan
pada Gambar 2.l. Maka. panjang gelombang bergantung pada kecepatan yang juga
bergantung pada medium. Frekuensi adalah besaran yang lebih mendasar dan tidak
bergantung pada medium. ketika medium rambat adalah free space (vaccum) maka :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Spektrum frekuensi gelombang elektromagnetik
2.4 Tipe Antena
Beberapa tipe antena yang biasa digunakan pada jaringan wireless adalah
antena onmidirectional (omni), antena yagi (uda-yagi), antena parabola dan grid
parabola. antena panel, serta antena helix.
2.4.1 Antena Omnidirectional
Antena omni meradiasikan sinyal ke semua arah secara horizontal, tetapi
menunjukan adanya directivitas dalam arah vertikal dengan mengkonsentrasikan
energinya kebentuk kue donat. Bentuk fisik antena, omni dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Antena omnidirectional
2.4.2 Antena Yagi-Uda
Antena Yagi-Uda atau yang biasa dikenal sebagai antena yagi merupakan bentuk
antena yang paling banyak dikenal umum. Bentuknya seperti antena Televisi (Gambar
2.3). Antena ini ditemukan oleh Shintaro Uda dan dipublikasikan kedunia melalui tulisan
Hidetsuga Yagi. Antena ini terdiri dari sebuah dipole (Driven Elemen) yang dilengkapi
dengan reflektor dan beberapa director.
Gambar 2.3 Antena Yagi-Uda
2.4.3 Antena Parabolik dan Grid Parabolik
Antena parabolik biasanya terdiri dari sebuah dipole, sebagai driven elemen yang
dipasang dimuka reflektor yang berbentuk elemen. Antena ini memiliki reflektor berupa
solid dish dan grid parabolik seperti terlihat pada Gambar 2.4. Posisi driven elemen
Universitas Sumatera Utara
tersebut berada dititik fokal (titik api) reflektor parabolik tersebut. wave guide dan dua
elemen yagi juga bisa dipasang untuk menggantikan dipole biasa.
(a)
(b)
Gambar 2.4 Antena Parabolik (a) solid dish (b) Grid parabolik
2.4.4 Antena Panel
Antena panel biasanya terdiri dari beberapa driven eleme, yang dipasang didepan
metal reflektor yang rata. sebagian besar antena ditutup oleh plastic atau fiber glass seperti
Gambar 2.5. Selain bergantung pada gain, tinggi dan lebar. ukuran antena panel sangat
bervariasi dari 15 cm sampai 76 cm.
Gambar 2.5 Antena Panel
2.4.5 Antena Helix
Antena helix mempuayai polarisasi circular, dengan driven elemen juga
berwujud helix seperti sebuah pegas (Gambar 2.6). Driven elemen ini dipasang kesebuah
reflektor dari metal .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Antena Helix
Suatu hubungan komunikasi dihadapkan pada suatu tugas, yaitu memilih antena yang
cocok untuk komunikasi tersebut, terlebih jika kita sendiri yang harus mendesain sistem
komunikasi dan antena yang diperlukan.
pemilihan antena didasarkan pada :
a. Jenis komunikasi yang dilakukan apakah broadcast atau point to point
communication, jika broadcast maka pilih antena dengan tipikal pancaran
broadside jika point to point maka pilih antena dengan tipikal pancaran endfire.
b. Keterbatasan kelas penguat, berkaitan dengan gain antena yang direncanakan.
c. Lebar informasi yang diinginkan, berkaitan dengan bandwidth antena yang
direncanakan.
d. Daerah cakupan (coverage area) antena yang diinginkan.
Hanya saja ada beberapa hal yang harus kita pahami bahwa keempat persoalan
diatas adalah saling terkait dan proses desain antena terdiri dari kompromi-kampromi
agar antena yang sudah didesain dapat memenuhi kriteria yang sebelumya sudah
ditetapkan.
2.5 Karakteristik Antena
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkaia Gambar 2.7, fisik antena dimulai dari transmission line sebagai dua
elemen sirkuit terminal yang memiliki impedansi Z dengan komponen resistive yang
disebut Radiation Resistance , ketika diudara antena dikarakteristikkan berdasarkan
pola radiasinya.
Gambar 2.7 Antena memancarkan gelombang
2.5.1 Gain Antena
Gain / penguatan dari sebuah antena adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil
daripada penguatan antena tersebut.
Pengarahan dari sebuah antena,
merupakan perbandingan kecepatan daya
maksimum terhadap daya rata-rata yang menembus seluruh kulit bola yang diawali pada
daerah medan jauh.
Gain maksimial ini hanya akan terjadi bila :
a. Amplitudo dan phasa medan listrik /magnet yang diiluminasikan sepanjang
reflector konstan, dan
b. Tidak ada spillover.
Universitas Sumatera Utara
Gain suatu antena juga dapat diukur dengan membandingkan kerapatan daya
maksimum antena yang diuji atau diukur terhadap kerapatan daya.
Untuk mengetahui gain dari antena nanostation2 tergantung dari jarak antara
sinyal wireless dengan antena panel, Wireless (wireless fidelity) adalah teknologi tanpa
kabel, dalam hal ini adalah melakukan hubungan telokomunikasi dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel.
Di Indonesia juga dapat kita temui berbagai macam alat telekomunikasi, namun
alat telekomunikasi tersebut biasanya digunakan untuk membangun proyek-proyek besar,
karena alat tersebut berukuran dan berkapasitas besar.
Untuk bertelekomunikasi sebuah konstruksi telekomunikasi hal yang harus
diperhatikan informasi dan penyampaian informasi. Dimana telekomunikasi merupakan
salah satu cara untuk menyampaikan informasi dari suatu tempat ketempat lain. Kekutan
(gain) telekomunikasi ditentukan oleh kesesuaian sarana pendukung lainnya.
Semakin sesuai sarana telekomunikasi
maka tingkat kekuatannya (gain)
semakin tinggi. Homogenitas suatu telekomunikasi tergantung pada bagaimana proses
menyampaikan informasi dari suatu tempat ketempat lain, menyampaikan informasi
dengan menggunakan mesin dan alat-alat konstruksi komunikasi akan lebih merata
dibandingkan dengan pengiriman secara manual.
Jadi dengan mengarah pada peningkatan proses telekomunikasi khususnya
untuk kalangan masyarakat, diperlukan penguatan (gain) yang diketahui mempunyai
simbol-simbol dan mempunyai arti masing-masing
Universitas Sumatera Utara
dimana:
G
: Gain (dB)
Eff
: Effisiensi dish
f
: Frekuensi (GHz)
D
: Diameter dish (m)
2.5.2 Pola Radiasi Antena
Pola radiasi antena pada umumnya terdiri dari sebuah lobe utama (main lobe)
dan beberapa lobe kecil (minor lobe). Lobe utama merupakan gambaran kualitas
antena yang menunjukkan energi yang tersalurkan sesuai dengan yang diinginkan
(Gambar 2.8). Diagram arah sebenarnya tiga dimensi tetapi biasa digambarkan sebagai
dua dimensi, yaitu dua penampangnya saja yang saling tegak lurus berpotongan pada
poros main lobe [5]
Gambar 2.8 Pola radiasi antena directional
2.5.3 Directivitas Antena
Universitas Sumatera Utara
Directivitas, pengarahan dari sebuah antena adalah perbandingan kerapatan daya
maksimun terhadap daya rata-rata yang menembus seluruh kulit bola yang diamati pada
medan jauh, semakin kecil sudut pancar maka semakin bagus directivitasnya
2.5.4 Aperture Antena
Merupakan antena sebagai luas bidang yang menerima daya dari gelombang
radio melaluinya. Misalkan gelombang melalui sebuah antena corong, rapat daya pada
permukaan corong jika mulut corong dapat menerima daya seluruhnya , maka daya
yang dapat diserap dari gelombang elektromagnetik adalah :
Corong dapat dianggap sebagai luas bidang atau aperture, maka daya dapat
diambil dari gelombang radio dan besarnya berbanding lurus dengan luasnya.
Sehubungan dengan terbaginya daya yang berasal dari gelombang elektromagnetik
menjadi bagian yang hilang sebagai panas yang dipancarkan kembali dan lain-lain,
maka ada beberapa jenis aperture, yaitu aperture efektif, aperture rugi-rugi, aperture
pengumpul, aperture hambur. Jika antena menerima daya maka dapat dibayangkan
antena seolah mempunyai bidang atau aperture yang luasnya sama dengan daya tersebut
dibagi dengan rapat daya pada antena tersebut, antena nanostation2 menerima daya dari
sebuah adaptor listrik yang dihubungkan kesebuah kabel LAN .
Daya yang diterima antena sama dengan energi yang diterima antena dalam
mencari sinyal wireless, semakin besar sinyal yang diterima maka semakin besar juga
sudut pancaran (beamwidth).
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Beamwidth
Beamwidth adalah besarnya sudut pancaran lobe utama antena diaman satuan
beamwidth adalah derajat. Semakin kecil beamwidth semakin fokus sebuah antena
dalam memancarkan powernya. Semakin banyak power dalam main lobe, semakin jauh
antena dapat berkomunikasi.
2.6 Pengenalan Reflektor Antena
Pada dasarnya reflector digunakan secara luas untuk memodifikasi pola radiasi
antena. Sebagai contoh radiasi backward antena akan dihilangkan dengan menggunakan
reflektor lempengan datar yang memiliki dimensi cukup lebar. Dalam kasus yang lebih
umum, tembakan radiasi (beam) merupakan karakteristik yang dihasilkan oleh lebar
reflektor, kesesuaian bentuk dan permukaan.
Kehadiran radiasi (beam) tepat guna berwujud teknologi informasi yang ada
sekarang dan yang akan datang yang tidak perlu di sangsikan lagi. Dikarenakan radiasi
(beam) dapat memperlambat komunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akan
informasi, khususnya berita, maka di buatlah antena wireless fidelity yang dapat
mempercepat dan meningkatkan kualitas teknologi tanpa kabel tersebut.
Antena wireless fidelity ini adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk
membantu serta mempermudah dalam proses teknologi informasi, khususnya internet.
dengan memperkecil kemungkinan radiasi dimana antena tersebut dapat membantu
masyarakat yang masih menggunakan peralatan secara manual dan mempercepat dalam
proses telekomunikasi suatu teknologi nirkabel (tanpa kabel). Di perlukan reflector untuk
memodifikasi pola radiasi (beam) antena nanostation2.
Universitas Sumatera Utara
Gaanbar 2.9 Berbagai bentuk Reftektor
Adalah mungkin untuk membangun sebuah aperture antena untuk berbagai panjang
gelombang dan reflektor parabolic bisa digunakan untuk menghasilkan antena pengarah
yang baik. Antena parabolic ditunjukkan
ditu
pada Gambar 2.9 (c).
). Parabola memantulkan
gelombang yang berasal dari sumber pada titik focus menjadi tembakan yang sejajar,
parabola mengubah gelombang bengkok dari feed system pada focus menjadi gelombang
yang datar. Beberapa bentuk reflektor yang
yang lain dapat diaplikasikan untuk kondisi yang
lain.
2.7 Material
Banyak desain antena membutuhkan pemilihan bahan dielektrik yang sesuai.
kekuatan, berat, konstanta dielektrik, loss tangent,, dan ketahanan terhadap kondisi
lingkungan adalah parameter utama yang harus diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Dielektrik
Bahan dielectrik bisa didapatkan dalam bentuk batang. Keramik, kaca, Plastik.
Styrofoam adalah beberapa yang termasuk. dalam kategori dielektrik. Bahan ini
digunakan secara luas sebagai segel untuk komponen gelombang mikro dan sekat pada
reflektor. Bahan ini biasa digunakan untuk aplikasi dengan daya yang rendah. Untuk
aplikasi dengan daya yang tinggi (dalam kisaran kilowatt) bisa menggunakan semua
dielektrik kecuali keramik. Plastik yang diperkuat juga digunakan secara luas sebagai
penyusun pada antena, feeder. dan mounting surface. Dengan plastik, Permukaan antena
bisa ditambahkan dengan spraying flame, lukisan dll, sebagai tampilan pada reflektor.
2.7.2 Logam
Pada saat ini, Tembaga, kuningan dan alumunium adalah logam penyusun paling
penting pada antena. Jika berat bukan merupakan pertimbangan utama, maka kuningan
dan tembaga merupakan pilihan yang dapat digunakan secara luas. salah satu
keunggulan kedua logam ini adalah dapat dibentuk deugan mudah tanpa perlu
menggunakan peralatan yang khusus. Almunium memiliki kemampuan yang sama
bahkan melebihi kedua logam diatas kecuali dalam hal plating. walaupun untuk
melebur alumunium membutuhkan peralatan yang khusus, tetapi menghasilkan struktur
yang lebih ringan daripada tembaga dan kuningan.
2.7.3 Permukaan yang tidak solid
Terkadang struktur permukaan antena terbuat dari logam yang tidak solid dengan
tujuan agar struktur antena menjadi lebih ringan, untuk mengurangi tekanan angin atau
Universitas Sumatera Utara
dengau tujuan khusus yang berhubungan deugan sinyal RF. Seberapa besar "lubang" yang
terdapat pada struktur bergantung pada seberapa besar rugi-rugi transimisi atau refleksi
yang dapat diterima.
2.8 Wireless Network
Wireless Network merupakan solusi jaringan tanpa kabel untuk menghubungkan
beberapa komputer pada jaringan LAN .
2.8.1 Access Point
Inti dari sebuah jaringan wireless modus infrastructure adalah penggunaan AP
atau accessPoint juga sering disingkat menjadi WAP (Wireless Access Point). Sebuah AP
bisa dibayangkan sebagai sebuah hub/Switch pada jaringan tradisional seperti pada
Gambar 2.10. Selain sebagai pusat jaringan wireless, sebuah AP biasanya juga
mempunyai port UTP yang bisa digunakan untuk berhubungan langsung dengan jaringan
Ethernet yang ada. Dengan menghubungkan sebuah AP dengan jaringan kabel, wireless
client secara otomatis juga terhubung kedalam jaringan kabel. Dengan cara ini, wireless
client bisa tetap berhubungan dengan Komputer lain yang masih menggunakan kabel,
bisa saling berbagi file, berbagi koneksi internet dan menggunakan resource jaringan lain.
Gambar 2 .10 Pemanfaatan Access Point
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Jarak Jangkauan Access Point
Jaringan wireless mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jaringan fisik
yang menggunakan kabel. Pada jaringan wireless, yang menentukan jauh tidaknya sebuah
jaringan tergantung dari kekuatan sinyal yang dipancarkan. Misalkan ada dua komputer
(Gambar 2.11), komputer A dan komputer B yang ingin mengakses sebuah WAP.
Mungkin saja pada jarak 50m, komputer A bias terhubung dengan jaringan wireless
sementara komputer B tidak bisa. Hal ini disebabkan oleh kekuatan sinyal dan juga
kemampuan antena dari kedua komputer tersebut.
status : terhubung
computer a
status : tidak terhubung
50 m
WAP
50 m
computer b
Gambar 2.11 Status koneksi wireless
Jangkauan akan berkurang banyak jika digunakan pada ruang tertutup, akibat dari
halangan tembok ataupun diakibatkan oleh benturan sinyal dengan benda-benda yang ada
didalam sebuah ruangan. Untuk memastikan jarak yang bisa ditempuh, harus dilakukan
survey lokasi, karena setiap kondisi memiliki karakteristiknya masing-masing. Untuk
dapat menaikkan kemampuan ataupun jarak tempuh, power atau daya listrik yang
digunakan harus dinaikkan namun cara ini dibatasi oleh pemerintah. Cara yang sering
digunakan adalah dengan menggunakan antenna eksternal yang memiliki kemampuan
yang lebih tinggi. Dengan antena ini, kemampuan menangkap sinyal yang ada diudara
Universitas Sumatera Utara
dan juga kemampuan memancarkan sinyal menjadi lebih kencang dan kuat, hal ini akan
meningkatkan jarak tempuh jaringan wireless.
Standa
2.8.3 Pelemahan Gelombang Radio
Kita bisa membayangkan gelombang radio seperti lampu senter. Semakin lama,
sinar dari lampu senter akan semakin meredup. Demikian juga halnya dengan sinyal
radio, semakin jauh, sinyal ini akan semakin lemah. Dan tentu akan berakibat pula pada
kecepatan yang didapatkan menjadi rendah pula.
Sebagai contoh, bila jarak computer dengan access point sangat dekat dan tidak
ada interferensi yang berarti. Semakin user menjauhi access point, maka semakin lemah
sinyal yang didapatkan. Komputer secara otomatis akan menyesuaikan sinyal yang
didapatkan ini dengan kecepatan yang diperoleh. Kecepatan yang user dapatkan akan
menjadi 5,5 Mbps, 2 Mbps dan 1 Mbps pada jarak terjauh yang masih bisa ditangani,
seperti pada Gambar 2.12.
Signal Level
1 Mpbs
2 Mpbs
5,5 Mpbs
11 Mbps
Gambar 2. 12 Semakin jauh, sinyal dan kecepatan semakin berkurang
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan yang didukung secara otomatis
berdasarkan kekuatan dan kebagusan sinyal yang diperoleh dinamakan sebagai dynamic
Rate switching (DRS). Penerapan DRS ini oleh masing-masing vendor berbeda karena
ada yang toleransinya lebih tinggi dan ada yang langsung menurunkan kecepatan begitu
mendapatkan sedikit saja pencemaran sinyal yang terdekteksi, akibatnya adalah jangan
heran bila user A bisa mendapatkan kecepatan 11 Mbps sementara user B yang disamping
hanya mendapatkan kecepatan 5,5 Mbps.
Masalah ini seringkali membingungkan ketika beberapa user menggunakan
laptop dengan koneksi wireless yang mendapatkan kecepatan yang berbeda padahal
lokasinya hanya bersebelahan. Jika jaringan wireless mempunyai beberapa client dimana
semua client mampu mendapatkan 11 Mbps kecuali sebuah client yang hanya
mendapatkan 1 Mbps, secara total jaringan user juga akan terpengaruh menjadi lambat.
Hal ini dikarenakan sifat dari media udara yang hanya bisa digunakan untuk satu client
pada satu waktu sehingga client yang lain harus menunggu.
2.8.4 Line of Sight
Memperoleh LOS yang baik antara antena pengirim dan antena penerima sangat
penting sekali untuk instalasi point to point dan point to multipoint. Ada dua jenis LOS
yang biasanya harus diperhatikan dalam instalasi, yaitu :
1. Optical LOS berhubungan dengan kemampuan masing2 untuk melihat.
2. Radio LOS berhubungan dengan kemampuan penerima radio untuk melihat
sinyal dari pemancar radio.
Universitas Sumatera Utara
2.8.5 Free Space Loss
Pada saat sinyal meninggalkan antena, sinyal akan berpropagasi atau lepas ke
udara. Antena yang kita gunakan akan menentukan bagaimana propagasi terjadi. Pada
frekuensi 2,4 GHz sangat penting sekali menentukan agar jalur antara dua antena ini tidak
ada penghalang. Kita kemungkinan besar akan melihat adanya degradasi dari sinyal yang
berpropagasi di udara jika ada hambatan dijalur. Pohon, bangunan dan tiang merupakan
contoh penghalang.
Tetapi sebagian besar redaman dalam sistem wireless adalah redaman karena
sinyal harus merambat diudara.
2.8.6 Wireless Link Budget
Link Budget adalah perhitungan link radio untuk menentukan apakah Transmit
Power dari Station A setelah sampai di Station B memenuhi nilai nominal sehingga kedua
sation dapat saling berkomunikasi. Elemen link budget terdiri atas :
a. Power output pemancar.
b. Loss kabel pada pemancar.
c. Gain antena pada pemancar.
d. Free space path loss.
e. Gain antena penerima.
f. Loss kabel pada penerima.
g. Threshold sensitivity penerima.
Dari elemen yang ada diatas dapat dibuat persamaan dan persamaan mempunyai simbolsimbol dan mempunyai arti masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Rx
:
Receiver
Tx
:
Transmitter
Gain
:
Penguatan
Maka, dapat dibentuk suatu persamaan yang menghubungkan antara receiver, transmitter,
gain, free space lost sebagai berikut:
Rx Signal level = Tx power Tx cable loss + Tx antenna gain - free space lost (FSL) + Rx
antenna gain – Rx cable loss
(2-15)
2.8.7 Fade Margin
Alasan utama mengapa kita harus menghitung Wireless Link budget adalah
merancang dan membangun sebuah koneksi yang reliable. Sinyal gelombang mikro pada
umumnya akan berinteraksi dengan banyak hal dilingkungannya. Jadi, fading adalah
kondisi normal untuk semua link wireless. Untuk mengalahkan efek fading dan
menghasilkan koneksi yang bagus, setiap link gelombang mikro membutuhkan ekstra
sinyal, diatas minimum threshold receiver. Ekstra sinyal ini disebut fade margin atau
sering juga disebut System operating margin (SOM). Kebanyakan produsen wireless
merekomendasikan fade margin minimal sebesar +10dB untuk membentuk sebuah link
yang reliable. Semakin jauh jarak sebuah link, akan dibutuhkan fade margin yang
semakin besar juga.
Universitas Sumatera Utara
2.8.8 Wireless Channel
Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio, dimana
saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan 5 GHz yang
bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi 2,4 GHz juga dibagi
menjadi channel-channel seperti pembagian frekuensi untuk stasiun radio.
Universitas Sumatera Utara
Download