Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 PENILAIAN KUALITAS SUARA SERTA PENGAMATAN BENTUK ANATOMI SYRINX DUA SPESIES BURUNG BERNYANYI, KENARI (Serinus canaria Linn.) DAN ANIS MERAH (Zoothera citrina latham) (Scoring of Voice Quality and Anatomical Performance of Two Species of Canary Birds (Serinus canaria Linn and Zoothera citrina latham) UCU JULITA1 dan LULU LUSIANTI FITRI2 1 Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Jl. A. H. Nasution 8, Bandung Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Labtek XI Jl. Ganesa 10, Bandung 2 ABSTRACT Birds especially singing birds are animals that create the most voices compared to others animals. Every species of bird has its own singing character and singing quality. The different singing charachteristic and quality due to its ability to control the main voice organ (syrinx). There research was conducted from November – December 2005 and March 2006 to record the singging quality and observ the syrinx anatomy of Serinus canaria L. and Zoothera citrina at the house of the birds owners. There were 6 birds; 3 male adult of S. Canaria (A, B, C between 25 – 28 months of age) and 3 male adult of Z. citrina (A, B, C between 48 – 72 months of age). The sound was analysed in the form of sonogram and oscillogram hrough a programof Avisoft – sonograph and recorded at 08.00 – 11.00 a.m. Measured parametrs included: the length of voice, repertoire size, number of syllable, syllable repertoire, song repertoire. Result showed that S. canaria B and Z. citrina C were birds that had the best quality of voice. Key Words: Singing Bird, Syllabel, Syrinx, Serinus canaria, Zoothera citrina, Sonogram, Oscillogra ABSTRAK Burung merupakan hewan yang paling banyak mengemisikan suara, terutama kelompok burung bernyanyi. Setiap spesies burung bernyanyi memiliki karakteristik dan kualitas nyanyian yang berbeda-beda. Peternak burung bernyanyi sebaiknya mengetahui perbedaan karakterisitk dan kualitas nyanyian tersebut yang salah satunya dikarenakan oleh perbedaan kemampuan pengontrolan organ vokal utama atau syrinx pada setiap individu burung. Melalui penelitian ini, penilaian kualitas nyanyian dan pengamatan bentuk anatomi syrinx dua spesies burung bernyanyi (Oscines), burung kenari (Serinus canaria L.) dan burung anis merah (Zoothera citrina), telah dilakukan selama bulan November – Desember 2005 dan Maret 2006 di rumah beberapa pemilik burung dan peternakan lokal. Individu burung yang digunakan dalam penelitian tahap penilaian kualitas nyanyian adalah sebanyak enam ekor, yang terdiri dari tiga ekor burung kenari jantan dewasa (individu kenari A, B, dan C, kisaran umur 25 – 28 bulan) dan tiga ekor burung anis merah jantan dewasa (individu anis merah A, B, C, kisaran umur 48 – 72 bulan). Penilaian kualitas nyanyian burung kenari dan burung anis merah dilakukan dengan metode pencuplikan suara serta dianalisis dalam bentuk ’sonagram’ dan ’oscillogram’ melalui program Avisoft-Sonagraph. Pencuplikan suara dilakukan terhadap setiap individu burung pada pagi hari dalam rentang waktu pukul 08.00 – 11.00 saat cuaca cerah. Parameter suara nyanyian yang diukur meliputi: durasi nyanyian, repertoire size, jumlah tipe silabel (syllable) dalam satu nyanyian, syllable repertoire, song repertoire dan kenaikan jumlah tipe silabel untuk setiap dua puluh nyanyian. Setelah analisis suara selesai, dilakukan pengamatan bentuk anatomi syrinx terhadap satu ekor burung kenari jantan dan satu ekor burung anis merah jantan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa burung kenari B dan burung anis merah C merupakan individu burung yang berkualitas paling baik dibandingkan dengan dua individu lainnya dalam satu spesies. Kata Kunci: Burung Bernyanyi, Silabel, Syrinx, Kenari (Serinus canaria), Anis Merah (Zoothera citrina), Sonagram, Oscillogram 783 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 PENDAHULUAN Setiap spesies burung bernyanyi (Oscines) memiliki karakteristik dan kualitas nyanyian yang berbeda-beda (BRENOWITZ et al., 1997). Perbedaan tersebut salah satunya dikarenakan oleh perbedaan kemampuan dalam pengontrolan organ vokal utama atau syrinx pada setiap spesies burung (CATCHPOLE dan SLATER,1995). Kriteria penilaian yang ditetapkan oleh para juri kontes burung burung bernyanyi untuk menentukan burung bernyanyi berkualitas paling unggul cukup banyak (TURUT, 2006), sehingga diperlukan alat bantu yang dapat memudahkan mekanisme penilaian secara objektif. Untuk memudahkan proses analisis kualitas suara burung bernyanyi, baik untuk kepentingan penjurian saat kontes burung, peningkatan kualitas suara pada proses pemeliharaan burung oleh peternak burung bernyanyi ataupun untuk kepentingan ilmiah, dapat digunakan serangkaian metoda ilmiah yang salah satunya adalah dengan menggunakan ‘spectrogram’ melalui perangkat komputer. Melalui ‘spectogram’, karakteristik suara yang diemisikan dapat dikenali dan dihitung berdasarkan bentuk dan parameter suara seperti frekuensi suara, elemen suara atau silabel (’syllable’) dan durasi suara (FITRI, 2002). Dengan demikian, metode ’spectogram’ berguna untuk memberikan penilaian yang objektif mengenai kualitas burung bernyanyi. Mekanisme vokalisasi pada burung terjadi karena adanya aktivitas koordinasi antara proses respirasi, organ vokal utama syrinx dan serangkaian jalur vokalisasi lainnya atau vocal tract (SUTHERS et al., 1999; SUTHERS dan MARGOLIASH, 2002; MCLELLAND, 1989). Syrinx merupakan organ vokal utama yang berperan dalam memproduksi berbagai karakteristik nyanyian pada burung bernyanyi (KING, 1989; FAGERLUND, 2003). Menurut SUTHERS dan GOLLER (1997), suara dihasilkan oleh dua jaringan yang lembut pada syrinx, yaitu medial labia (ML) dan lateral labia (LL) yang terletak di kedua sisi syrinx ketika terjadi aliran udara dari paru-paru. Suara dihasilkan ketika ML dan LL bergerak ke arah tengah lumen syrinx. Organ syrinx terletak diatara trakea dan bronkus, tersusun dari banyak cincin-cincin kartilago, dan diantara cincin kartilago terdapat membran tipis yang lentur menghubungkan antar cincin kartilago yang 784 dapat merenggang sehingga bersifat fleksibel (KING dan MCLELLAND, 1989). Bentuk anatomi syrinx berhubungan erat dengan kemampuan vokalisasi burung bernyanyi dalam menghasilkan berbagai karakteristik nyanyian (GAUNT, 1983). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penilaian kualitas suara dan pengamatan bentuk anatomi syrinx dua spesies burung bernyanyi, yaitu burung kenari (Serinus canaria) dan burung anis merah (Zoothera citrina). Kedua spesies burung tersebut termasuk spesies burung bernyanyi yang banyak diminati, karena memiliki karakteristik suara yang khas. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada enam ekor burung bernyanyi, yang terdiri dari tiga ekor burung kenari jantan dewasa (individu kenari A, B, dan C, kisaran umur 25 – 28 bulan) dan tiga ekor burung anis merah jantan dewasa (individu anis merah A, B, C, kisaran umur 4872 bulan). Penilaian kualitas nyanyian dilakukan dengan metode pencuplikan suara serta analisis suara dalam bentuk sonagram dan oscillogram melalui program AvisoftSonagraph Pro (SPECHT, 1996). Pencuplikan suara dilakukan pada pagi hari dalam rentang waktu pukul 08.00 – 11.00 selama bulan November – Desember 2005 dan Maret 2006 saat cuaca cerah hingga diperoleh ± 200 cuplikan nyanyian dari setiap individu burung. Pencuplikan suara dilakukan melalui alat perekam suara SONY TCM-40DV berikut built-in microphone yang diletakkan di atas sangkar. Parameter suara nyanyian yang diukur meliputi: durasi nyanyian, repertoire size, jumlah tipe silabel (syllable) dalam satu nyanyian, syllable repertoire, song repertoire dan kenaikan jumlah tipe silabel untuk setiap dua puluh nyanyian. Setelah analisis suara selesai, dilakukan pengamatan bentuk anatomi syrinx terhadap satu ekor burung kenari jantan dan satu ekor burung anis merah jantan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis suara dan analisis statistik diketahui bahwa burung kenari B memiliki rerata durasi nyanyian, rerata Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, rerata repertoire size (Gambar 1), dan syllable repertoire (Gambar 3a) yang lebih tinggi dari pada burung kenari A dan burung kenari C. Keempat parameter suara tersebut turut menentukan karakteristik irama nyanyian burung kenari. Tingginya nilai setiap parameter pada burung kenari B memenuhi persyaratan penilaian burung bernyanyi yang berkualitas dalam sistem penjurian kontes seni suara burung bernyanyi. Karakteristik khas dari nyanyian burung kenari jantan berkualitas adalah memiliki durasi yang panjang dengan laju repetisi silabel yang tinggi yang juga menentukan repertoire size. Karakteristik khas tersebut lebih banyak diemisikan untuk menarik pasangannya (mate attraction) saat musim kawin dan untuk kepentingan mempertahankan daerah kekuasaan (territory defence) (LEITNER dan CATCHPOLE, 2004). Menurut HARTLEY dan SUTHERS (1989), burung kenari jantan berkualitas mampu memproduksi nyanyian dengan laju repetisi yang tinggi karena kemampuan organ syrinx dan organ dari sistem pernafasan untuk melakukan (1) mekanisme mini-breaths, yaitu inspirasi dalam waktu yang sangat singkat yang berlangsung antar silabel 12 14 12 10 8 b 6 a a 2 180 160 10 140 Repertoire size Durasi nyanyian (detik) 16 Jumlah tipe silabel per nyanyian 18 4 dalam satu phrase atau dalam satu nyanyian total atau (2) mekanisme pulsatile expiration, yaitu menggetarkan udara ekspirasi secara cepat jika laju repetisi silabel sangat tinggi. Nyanyian berdurasi panjang dengan laju repetisi silabel dan repertoire size yang tinggi merupakan indikator kondisi fisik dan perilaku burung kenari jantan berkualitas paling baik menurut penilaian burung kenari betina (VALLET et al., 1997), karena karakteristik nyanyian tersebut sangat kompleks dan sulit untuk diproduksi (DRAGANOIU et al., 2002). Burung kenari betina akan merespon karakteristik nyanyian kompleks tersebut dengan menunjukkan perilaku siap untuk dikopulasi (copulation solicitation display) (VALLET et al., 1997). Nyanyian burung kenari jantan yang berisi repetisi silabel yang tinggi dengan durasi panjang atau disebut sebagai sexy syllable, mampu memancing dan meningkatkan perilaku copulation solicitation display burung kenari betina (LEITNER dan CATCHPOLE, 2004). Berdasarkan hasil analisis suara burung anis merah diketahui bahwa individu burung anis merah C memiliki rerata durasi nyanyian, rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian, rerata repertoire size (Gambar 2), dan nilai 8 6 b 4 a a B Individu (a) C 100 80 2 0 c 60 40 b a 20 0 A 120 0 A B Individu (b) C A B C Individu (c) Gambar 1. Rerata durasi nyanyian (a), rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian (b), dan rerata repertoire size (c) burung kenari Huruf yang berbeda (a, b, c) pada parameter yang sama menyatakan perberbedaan nyata pada selang kepercayaan 95% (Uji Duncan, P < 0,05) 785 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 4 7 b a a 3,5 18 a a 2,5 2 1,5 1 0,5 0 A B C 14 5 Repertoire size a Jumlah tipe silabel per nyanyian Durasi nyanyian (detik) 3 b 16 6 4 3 2 a a A B 12 10 8 6 4 1 2 0 0 A B Individu Individu (a) (b) C C Individu (c) Gambar 2. Rerata durasi nyanyian (a), rerata jumlah tipe silabel dalam satu nyanyian (b), dan rerata repertoire size (c) burung anis merah Huruf yang berbeda (a,b,c) pada parameter yang sama menyatakan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% (Uji Duncan, P < 0,05) syllable repertoire (Gambar 3b) yang lebih tinggi daripada kedua burung anis merah lainnya. Keempat parameter suara tersebut turut menentukan karakteristik irama nyanyian burung anis merah. Lebih tingginya nilai setiap parameter pada burung anis merah C memenuhi syarat-syarat penilaian burung bernyanyi berkualitas dalam sistem penjurian kontes seni suara burung bernyanyi. Berbeda dengan karakteristik nyanyian burung kenari yang cenderung memiliki durasi yang panjang, durasi nyanyian burung anis merah cenderung pendek. Namun demikian, salah satu karakteristik khas pada nyanyian burung anis merah adalah memiliki durasi antar nyanyian yang lebih singkat daripada durasi antar nyanyian burung kenari. Kemungkinan burung anis merah tidak memiliki kemampuan melakukan mekanisme mini-breaths seperti burung kenari, sehingga karakteristik nyanyian yang diemisikan tidak berupa laju repetisi silabel yang tinggi. Nyanyian dengan nilai repertoire size yang tinggi dapat menjadi indikator burung anis merah jantan yang berkualitas karena semakin banyak silabel yang diemisikan dalam satu kali nyanyian memerlukan koordinasi sistem saraf, 786 sistem respirasi, dan otot syrinx yang lebih kompleks yang harus didukung oleh energi yang mencukupi (SUTHERS et al., 2004). Nilai song repertoire dan syllable repertoire menjadi komponen penting dalam penilaian kualitas burung bernyanyi, karena turut menentukan banyaknya variasi nyanyian dan menunjukan kekayaan tipe suara yang dapat diemisikan. Sedikit lebih tingginya nilai syllable repertoire pada burung kenari B dibandingkan dengan burung kenari A dan burung kenari C (Gambar 3a), menunjukkan bahwa burung kenari B merupakan individu burung yang paling berkualitas. Banyaknya tipe silabel total yang dimiliki oleh burung bernyanyi bergantung pada tahapan proses belajar yang dilalui (BRAINARD dan DOUPE, 2002). Jika ditinjau dari parameter nilai song repertoire, maka burung kenari C dapat pula disebut sebagai burung yang berkualitas bila dibandingkan kedua burung kenari lainnya. Meskipun nilai syllable repertoire burung kenari C lebih rendah daripada burung kenari B, burung kenari C mampu mengkomposisikan syllable repertoire tersebut lebih baik sehingga dihasilkan variasi nyanyian yang lebih banyak. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 450 175 400 150 350 125 300 Jumlah Jumlah 200 100 250 75 200 50 150 25 100 0 50 A B C Individu 0 A B C Individu SoRep SylRep (a) SoRep SylRep (b) Gambar 3. Song repertoire (SoRep) dan syllable repertoire (SylRep): (a) burung kenari; (b) burung anis merah Bila dibandingkan dengan burung kenari, tipe silabel yang menyusun nyanyian burung anis merah jauh lebih bervariasi. Tipe silabel yang menyusun nyanyian sebelumnya jarang diulang kembali pada nyanyian berikutnya, sehingga nilai syllable repertoire burung anis merah jauh lebih tinggi daripada burung kenari, yaitu mampu mencapai 381 tipe silabel, sementara burung kenari paling tinggi hanya memiliki 27 tipe silabel dalam 200 nyanyian yang dicuplik (Gambar 3b). Yang menyebabkan perbedaan nilai syllable repertoire antara burung anis merah dengan burung kenari kemungkinan adalah perbedaan kapasitas koordinasi antara sistem saraf, sistem respirasi, dan otot syrinx pada kedua burung tersebut (SUTHERS et al., 2004). Keterbatasan motoris dan perbedaan koordinasi dari ketiga sistem tersebut akan membentuk karakteristik nyanyian khas spesies spesifik atau nyanyian conspecific-nya (DRAGANOIU et al., 2002; SUTHERS et al., 2004). Pada grafik kenaikan jumlah tipe silabel setiap dua puluh nyanyian burung kenari, diketahui bahwa pemunculan tipe silabel yang baru cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan kenaikan jumlah tipe silabel yang baru setiap dua puluh nyanyian pada burung anis merah (Gambar 4a dan 4b). Burung kenari memiliki keterbatasan dalam memproduksi variasi silabel yang banyak, meskipun demikian dengan jumlah tipe silabel yang jauh lebih sedikit daripada burung anis merah, burung kenari tetap mampu memproduksi variasi nyanyian yang sama tingginya dengan variasi nyanyian anis merah. Hal tersebut menunjukan bahwa burung kenari memiliki kemampuan mengkomposisikan tipe silabel yang lebih baik daripada burung anis merah. Meskipun nilai syllable repertoire pada burung anis merah jauh lebih tinggi daripada burung kenari, kemampuan burung anis merah dalam mengkomposisikan tipe silabel dalam menyusun satu tipe nyanyian lebih rendah daripada burung kenari. 787 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 30 Jumlah tipe silabel 25 20 15 10 (a) 5 0 1---20 21-40 41-60 61-80 81-100 101-120 121-140 141-160 161-180 181-200 Nyanyian Kenari A Kenari C Kenari B (a) 450 400 350 Jumlah tipe silabel 300 250 200 150 100 50 0 1---20 21-40 41-60 61-80 81-100 101-120 121-140 141-160 161-180 181-200 Nyanyian Anis A Anis B Anis C (b) Gambar 4. Kenaikan jumlah tipe silabel setiap dua puluh nyanyian: (a) burung kenari; (b) burung anis merah Berdasarkan hasil pengamatan terhadap anatomi syrinx burung kenari dan burung anis merah diketahui bahwa anatomi syrinx kedua spesies burung tersebut tampak berbeda. Perbedaan anatomi tersebut diantaranya terlihat pada ukuran panjang dan bentuk anatomi eksternal kedua sisi syrinx. Ukuran panjang syrinx burung kenari tampak lebih panjang daripada burung anis merah, sedangkan bentuk 788 anatomi eksternal otot syrinx atau otot siringeal burung kenari bagian ventral berupa massa otot memanjang kemudian membulat pada bagian bawah (Gambar 5a). Adapun bentuk anatomi eksternal otot syrinx burung anis merah adalah berupa massa otot yang membulat pada kedua sisi syrinx bagian ventral tanpa ada lapisan otot yang memanjang pada bagian atasnya seperti pada burung kenari (Gambar 5b). Pada kedua Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 trakea Syrinx 5 mm trakea 3,5 mm paru-paru bronkus cincin kartilago (a) trakea syrinx 4 mm trakea 59 mm 4 mm cincin kartilago paru-paru bronkus (b) Gambar 5. Bentuk anatomi syrinx: (a) burung kenari; (b) burung anis merah individu burung tersebut, otot siringeal bagian ventral tampak lebih tebal daripada bagian dorsal. Dilihat dari posisi organ syrinx, keduanya termasuk tipe syrinx trakheobronkial yaitu syrinx yang berada tepat pada percabangan trakea. Tipe syrinx trakheobronkial merupakan tipe umum dari burung bernyanyi atau burung oscines (FAGERLUND, 2003). Tipe syrinx tersebut mendukung tingkat kompleksitas nyanyian yang diemisikan oleh kebanyakan burung bernyanyi, karena terdapat dua sumber suara yang dapat dikendalikan oleh otot siringeal pada kedua sisi. Otot siringeal akan mengatur emisi suara dengan cara mengatur frekuensi dan volume keluaran udara ekspirasi yang melewati organ syrinx yang berasal dari bronkus kanan dan bronkus kiri (SUTHERS et al., 1997). Berdasarkan hasil pengamatan, juga diketahui bahwa cincin-cincin kartilago yang menyusun organ bronkus, syrinx, dan trakea 789 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 burung anis merah tampak lebih besar serta memiliki kerapatan antar cincin kartilago yang lebih rendah atau tampak lebih renggang dibandingkan dengan cincin kartilago pada organ bronkus, syrinx, dan trakea burung kenari. Dengan demikian, karakteristik anatomi bronkus, syrinx, dan trakea burung anis merah cenderung lebih lentur atau lebih fleksibel. Hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan kemampuan burung anis merah dalam mengemisikan karakteristik nyanyian dengan jumlah tipe silabel yang banyak. Berbeda dengan burung anis merah, burung kenari memiliki cincin-cincin kartilago penyusun organ syrinx, bronkus, maupun trakea yang lebih kecil dan tersusun lebih rapat dibandingkan dengan susunan cincin kartilago pada organ syrinx, bronkus, dan trakea burung anis merah, sehingga bersifat kurang lentur. Hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan karakteristik nyanyian burung kenari yang hanya mampu mengemisikan sedikit tipe silabel. Namun demikian, burung kenari memiliki kemampuan mengemisikan repetisi silabel yang tinggi dengan durasi nyanyian yang lebih panjang dibandingkan dengan burung anis merah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap keenam parameter penilaian kualitas suara, diketahui bahwa burung kenari B dan burung anis merah C merupakan burung yang berkualitas paling baik dibandingkan dengan dua individu lainnya dalam satu spesies. Selain itu, berdasarkan parameter syllabel repertoire dan song repertoire diketahui bahwa karakteristik nyanyian burung kenari dan burung anis berbeda. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa setiap spesies memiliki kemampuan dan keterbatasan yang berbeda dalam mengemisikan variasi silabel atau nyanyian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian kualitas burung bernyanyi berdasarkan parameter yang sama tidak dapat dilakukan pada spesies burung bernyanyi yang berbeda-beda, atau dalam aplikasinya, sistem penjurian pada kontes kejuaraan burung bernyanyi kelas campuran tidak dapat dilakukan secara objektif. 790 Berdasarkan pengamatan terhadap bentuk anatomi syrinx yang merupakan organ vokal utama pada burung bernyanyi, dapat disimpulkan bahwa bentuk anatomi syrinx burung kenari dan burung anis merah berbeda. Perbedaan tersebut berhubungan pula dengan perbedaan karakteristik nyanyian yang diemisikan oleh masing-masing spesies. DAFTAR PUSTAKA BRAINARD, M.S. dan A.J. DOUPE. 2002. What Songbirds Teach Us About Learning. Macmillan Magazine Ltd, California, USA. BRENOWITZ, E.A., D. MARGOLIASH dan K.W. NOORDEEN. 1997. An Introduction to Birdsong and the Avian Song System. John Wiley dan Sons, Inc. pp. 495 – 501. CATCHPLE, C.K. dan P.J.B. SLATER. 1995. Bird Song: Biological Themes and Variations. Cambridge University Press, Cambridge. DRAGANOIU, T.I., L.NAGLE dan M. KREUTZER. 2002. Directional Female Preference for an Exaggerated Male Trait in Canary (Serinus canaria) Song. Proc. R. Soc. Lond. B. 269: 2525 – 2531. FAGERLUND, S. 2003. Acoustics and Physical Models of Bird Sounds. Laboratory of Acoustics and Audio Signal Processing, pp. 1 – 13. FITRI, L.L. 2002. Panduan Singkat Perekaman dan Analisa Suara Burung. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Bandung. GAUNT, A.S. 1983. A Hypothesis Concerning The Relationship of Syringeal Structure to Vocal Abilities. Auk 100: 853 – 862. HARTLEY, R.S. dan R.A. SUTHERS. 1989. Airflow and Pressure During Canary Song: Direct Evidence for Mini-Breaths. J. Comp. Physiol. A. 165: 15 – 26. KING, A.S. 1989. Functional Anatomy of Syrinx. In: Form and Function in Birds. Vol. 4. KING, A.S. dan J. MCLELLAND (Eds.). Academic Press, London. LEITNER, S. dan C.K. CATCHPOLE. 2004. Syllable Repertoire and the Size of the Song Control System in Captive Canaries (Serinus canaria). Wiley Periodicals, Inc. pp. 21 – 26. MCLELLAND, J. 1989. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd, England. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 SPECHT, A.R. 1996. Avisoft-Sonagraph Pro. User’s Guide Version 2.7. Sound Analysis Software for MS-Window. SUTHERS, R.A. 1997. Peripheral Control and Lateralization of Birdsong. J. Neurobiol. 33: 632 – 652. SUTHERS, R.A. dan F. GOLLER. 1997. Motor Correlates of Vocal Diversity in Songbirds. Current Ornithology. 14: 235 – 288. SUTHERS, R.A., F. GOLLER dan C. PYTTE. 1999. The Neuromuscular Control of Bird Song. Phil. Trans. R. Soc. 354: 927 – 939. SUTHERS, R.A., VALLET, E., A. TANVEZ dan M. KREUTZER. 2004. Bilateral Song Production in Domestic Canaries. Wiley Periodicals, 1nc. pp. 381 – 393. SUTHERS, R.A. dan D. MARGOLIASH. 2002. MOTOR CONTROL OF BIRDSONG. CURR. OPIN. NEUROBIOL. 12: 684 – 690. TURUT, R. 2006. Mencetak Kenari Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. VALLET, E., I. BEME dan M. KREUTZER. 1997. Twonote Syllable in Canary Songs Elicit High Levels of Sexual Display. An. Behav. SS. 55: 291 – 297. 791