lam dan eragama

advertisement
(1
,
2 2 6 3 / 7 0
H, ABOEÜAKAR ATJEH
378
lam dan
eragama
Penerbit :
TOKO „MESSIR" TJIREBON,
2 2 6 3 / 70
ISLAM DAN KEMERDEKAAN
BERAGAMA.
Oleh : ABOEBAKAR ATJEH.
/
Orang selalu menuduh, bahwa Jslam disiarkan dengan pedang dan paksaan. Orang selalu menjiar-njiarkan, bahwa pemeluk-pemeluk Islam pernah memperkosa pengikut2 agama
ïlain dengan kekedjaman, supa'ja masuk Islam, Pikiran jang
sesat ini, jang mula-mula dilemparkan oleh beberapa pengarang
bangsa Barat kepada Islam perlahan-lahan telah mendjadi sumber kejakinan di Barat dan di Timur, sehingga mereka jang
hanja mengenal Islam dari keterangan2 jang tidak benar itu,
meskipun mereka kadang2 anak dan putera dari orang2 Islam
sendiri, telah memandang agama Islam tak dapat didjadikan
dasar perdamaian, tak dapat didjadikan dasar kerdja bersama
dengan golongan jang lain paham keagamaanja. Paham jang
salah ini menimbulkan ketakutan jang amat sangat didalam
bermat jam-mat jam golongan bangsa kita, jang merasa dirinja,
djikalau Islam kelak berpengaruh didalam pemerintahan, mereka akan menderita kekedjaman dan penghinaan.
Barang siapa jang mengetahui sedjarah Islam, baik riwajat
perdjuangan Nabi Muhammad s.a.w., maupun pemerintahan
dizaman Chalifah2 Islam dan radja-radja dahulu dan sekarang
jang mengikut djedjak Djundjungan Islam itu, tentu akan tersenjum melihat ketakutan dan ketjurigaan jang tak pada tempatnja itu. Maupun didalam penjiaran agama, didalam perdjuangan sosial, politik dan ekonomi, maupun didalam penjerbuan dan pertempuran, peperangan dan perkelahian, Islam selalu memegang teguh prinsipnja, kesatria, berlapang hati, selalu bersikap menghargakan kepertjajaan golongan lain, belum pernah mempergunakan kekedjaman dan perkosaan, djika tidak pada tempatnja. Didalam memenuhi kewadjiban menjampaikan dakwah dan seruan kebenaran. Islam membawa
agama jang telquel, terus-terang, terlihat njata dengan tak ada
rahasianja, djika suka boleh diambil, ingin boleh dipeluk.
Allah s.w.t. sendiri telah menjatakan didalam Al-Qur'an :
„Bahwa manusia diatas muka bumi ini didjadikan bergolong-
— 2—
golongan, snpaja mereka berkenal-kenalan antara satu sama
lain". Dan pemcluk Islam berpegang kepada perintahi Allah :
„Bahwa tak ada paksaan dalam agama, jang baik sudah terang,
jang buruk sudah ternjata". Orang Islam maupun keradjaannja
tidaklah bermaksud akan mengislamkan manusia dengan kekedjaman, dengan pedang dileher, tetapi i'tikad mereka jang teguh ialah akan membawa seluruh ummat manusia kedjalan
Allah, kedjalan Islam, djalan keselamatan dan bahagia, dengan
alasan-alasan jang njata, dengan paham agamanja jang luas
dan berdasar atas iimu dan akal.
Mereka jakin, bahwa djika hak sudah datang, jang batal tentu akan lenjap sendiri.
'Qur'an mencrangkan, bahwa tiap-tiap manusia hanja raenanggung djawab terhadap Tuhan dan perselisihan tentang keiakinan akan diputuskan kelak dipadang Mahsjar, hari perhitungan.
Tetapi disamping itu, djika Islam diganggu, agamanja ditjemarkan, kemerdekaannja hendak dirampas, ketika itulah pemeluk Islam menghuhus pedangnja jang tadjam dibawah komando Allah : „Serbulah mereka, sehingga tak ada fitnah lagi
dan seraua agama mendjadi milik A l l a h " (Qur'an S. AI. Anfal
ajat 39).
Pemeliharaan kemerdekaan beragama ini tidak didalam
theorie sadja, tetapi Nabi Muhammad s.a.w. memperlihatkan
sikap itu didalam praktek. Tidakkah beliau berdjandji melindungi djiwa, agama dan harta-benda kaum Keristen di Nadjran
dan sekitarnja dalam tahun 631-632 ? Diperintahkannja, bahwa
kepertja'aan mereka itu tidak boleh diganggu, kebiasaannja tidak boleh disinggnng, hak dan kewadjibannja tidak boleh diubah. Pendeta dan Guru agamanja tidak boleh dipetjat, besar ke
tjil semua mereka harus merasai keamanan hidupnja, sebagaimana dizaman sebelum beliau begitu djuga dimasa beliau memegang kendali pemerintahan, patung dan palang salib tidak
dibinasakan, mereka tidak boleh menindas dan tidak boleh ditindas, mereka tidak boleh membalas dendam sebagai dalam
zaman djahilijah, bea persepuluhan tidak difarik dan mereka
tidak diwadjibkan memberi makdnan kepada tentara Islam
dan lain-lain.
Ditjeriterakan, bahwa didalam zaman Rasulullah datang
kepada behau beberapa orang pendeta Keristen, hendak berbitjara Lentang soal agama. Orang2 Islam jang terkenal ramah-
—3—
tamabnja menempatkan mereka itu dirumah-rumah disekeuling dan djuga didalam mesdjid Djundjungan kita sendiri. Tamu-tamu ilu menumpang disana beberapa hari sampai kepada
hari minggu, hari Tuhan Jesus, menurut kepertjajaan mereka.
Bagi orang Islam seluruh bumi Allah itu mesdjid dan mussalla, tetapi tamu2 Keristen itu Jiarus pergi kegeredja, jang didalamnja mereka dapat menjembah Tuhannja. Apa akal ?
Disekeliling tempat mereka menumpang itu tidak ada geredja. Dan didalam kesukaran rohani itu Djundjungan ilslam datang menolong. Nabi Besar Muhammad s.a.w. mempersilahkan
mereka mempergunakan mesdjid beliau sendiri ). Adakah
tjonloh kesalria jang lebih sempurna ? Bumah Allah, tempat
menjembah Tuhan jang tidak berbapak dan beranak, diserahkan untuk tempat sembahjang mereka jang pertjaja akan adanja Anak Allah. Kedjadian jang tidak dapat digambar-gambarkan oleh mereka jang selalu menghina dan bersempit hati terhadap Islam, jang selalu melihat hantu didalam agama jang
patu-satunja bersikap neutraal terhadap kepertjajaan golongan
lain.
Tidak sadja ummat Keristen dan Jahudi jang masuk golongan ahli kitab, jang dengan mereka itu disuruh „berunding de->
ngan tjara jang baik", djika mereka tidak bermusuhan dengan
Islam, tidak mengganggu kemerdekaan agama dan nusanja,
tetapi sikap jang mulia itu diperlihatkan kepada pengikut Zoroaster, penjembah api, sebagai jang terdjadi dengan pengiriman surat beliau kepada Farruch bin Sjachsan, saudara dari Salman Farsi, dan kepada golongan2 jarig berlainan paham ketuhanannja dengan Jslam. Pengarang2 sedjarah Islam jang terkenal atau jang tidak terkenal, dari anak Islam sendiri atau
dari mereka jang bukan Islam, sesudah menjelidiki keadaan
jang sesungguhnja, mau tidak mau, mereka terpaksa menerangkan bahwa diantara agama2 dimuka bumi ini Tslamlah
jang terlalu bersikap ,.neutraal", bersikap sangat menghargakan kepada kepertjajaan golongan lain. Tidak sadja sikap
Djundjungan Islam membuktikan hal itu, tetapi politiknja dan
djedjaknja selalu diturut dan diikuli oleh Chalifah jang empat,
sababat2nja, radja-radja Islam setiap masa dan musim. Sedjak
dari Chalifah Abubakar, jang selalu menasihatkan pangüma
pcrangnja Chaüd bin Walid harus memelihara kemerdekaan
1
1)
Ibn. Qajjim, Zadfl Ma'ad 10: 49 CWafd Nadjran).
— 4—
-A
beragama, meündungi djiwa dan harta golongan jang berlainan
paham, bersikap djudjur diwaktu damai dan kesatria, diwaktu
peperangan, sedjak dari Sajjidina Umar bin Chattab pembangun zaman keemasan jang gilang-gemilang dalam sedjarah
kencgaraan islam, jang didalam pemerintahannja ummat Islam beroleh kemenangan dimana-mana, di Buwaib, dalam peperangan Qadisjijah, jang dapat menentukan nasib Iraq, dalam
mendjatuhkan kota Madain takluknja Mesopotamia.
Dalam /membinasakan keradjaan Persia jang angkuh
dan menghinakan Islam, dalam kemenangan di Nihawan, jang
oleh orang Islam disebut „kemenangan dari segala kemenangan", sedjarah dari Sajjidina Umar, jang didalam pemerintahannja tentara Islam tidak sadja ke Timur, tetapi mengalir sebagai air bah ke Barat, kekuatan tentara jang waktu itu tak
ada tandingannja. jang djika mereka hendak berbuat sewènang-wenang, dapat membinasakan agama dan kepertjajaan,
Zoroaster sampai keakar-akarnja, naman sifat kesatria, berlapang hati terhadap agama dan paham golongan ummat jang
berïindung dibawah pandji-pandji pemerintahannja. Tidakkah
didalam pemeriniahan Sajjidina Umar. jang dengan pimpinan
Abu Ubaidah, Damaskus, jang berpagarkan tembok setinggi gunung djatuh, Syria Utara takluk, kota Antioch hantjur dan Helaclius lari ponlang-panting? Tidakkah didalam pemerintahan
Ibn Chatiab itu dengan pimpinan A m r u bin Aas Palestina menjerah, Artibin dengan tentara Rumawi binasa, dan djika mereka kehendaki seluruh daerah Jerusalem dapat diratakan dengan
tanah oleh tentara Islam? Tetapi tidakkah dibawah Umar,
Sajjidina Umar bin Chattab itu djuga, jang kebidjaksanaannia
ieïah menarik bangsa Qubti dan Keristen lebih suka mendjadi
rakjat negara Islam dari pada mendjadi anak buah keradjaan
Rumawi, ummat Koristen di Jerusalem dibawah pimpinan Pendeta Sophronius merasa tertjengang melihat budi dan sifat
jang sangat mams dari tentara Islam jang menang dan masuk
kekota itu ? Selusin malah berpuluh-puluh, bahkan beratus
t jontoh jang diperliliatkan oleh sedjarah Islam ten tang sikap
menghargakan kejakinan golongan lain. tidak sadja didalam
pemerintaha>i Chalifah Umar jang memang terkenal akan kebidjaksanaan politiknja jang oleh Imam Djamaluddin Abul
Faradj disebut „awwal hakim demokralhi fil Islam", jang beuar-benar seorang demokrat Islam jang tulen, tetapi dizaman
Chalifah Utsman jang pernah mendapat pudjian dari bisschop
Fars, lulisan dari Patriarch Keristen dari Marv, sampai kepada
_5 —
Chalifah AU, pahlawan Islam jang pernah disebut dengan gelar
Singa Allah karena gagah perkasanja dalam perdjuangan mempertahankan Islam dari serangan musuh, diantara suratnja kepada Bhram Sjad anak Chirardas, kepala kelenteng Zoroaster,
mendjadi bukti jang senjata-njatanja,'bahwa kemerdekaan beragama dari golongan mahapun djuga sangat dihormati dan diperlindungi oleh pemuka-pemuka keradjaan Islam.
Demikianlah gambarnja praktek politik Islam dizaman Chalifah. Djika keradjaan Islam menang, tidaklah pernah ia memaksa musuh menjerah dengan tidak memakai sjarat, tidaklah
ia menangkap dan menghukum pahlawan-pahlawan musuh itu
sebagai pendjahat perang karena mereka mati-matian telah
memperlahankan tanah air dan agamanja, djika keradjaan Islam menang, tidaklah kepala pemerintahannja menerima keuntungan, tetapi biasanja membuat perdjandjian damai dengan
sjarat-sjarat jang mengikat dan mewadjibkan ummat Islam memelihara keselamatan hidup mereka itu dan melindungi kemerdekaan agamanja, geredja dan kelentengnja dan segala jang
bersangkut-paut dengan itu.
Perlakuan jang baik dirasai setiap masa dan musim oleh golongan-golongan jang berlainan kejakinannja dengan Islam.
Geredja Nestoria, katanja, masih menimpah sebagai kenang-kenangan surat dari Muktafi JI, Chalifah Bagdad, surat jang menurut The Bulletin of the John Rylands Library, Manchester
(1926), belum beberapa lama didapat dan didjadikan bukti oleh
Dr. Mingana untuk menjatakan sikap kehalusan budi dari radja
radja Islam dalam zama kekuasaan dan keemasan Islam terhadap golongan jang berlainan kejakinannja. Oleh karena sikap
jang demikian ummat ilslam didalam zaman keemasan ditjintai
oleh lawan dan kawan. Patriarch Geredja Nestoria Isho' Yahb
(650-660 M) bcrkata: „Orang-orang Arab jang telah menjerah
pemerintahan dunia seluruhnja pada zaman ini kepada Allah tidak membinasakan agama Keristen; tetapi sebaliknja, mereka
menundjukkan penghargaannja, menghormati pendeta-pendeta
dan orang-orang sutji kita, dan terlalu banjak berbuat baik terhadap geredja dan kloosters". (Assemani, Bin. Orien, Hl, 121).
Sikap politik jang sangat ethisch ini dipakai oleh keradjaan
Jeradhaab Uskan di Timur dan di Barat, di Asia, di Eropah dan
di Afrika, didalam zaman keemasan Islam maupun sesudah zaman itu, berbeda sekali dengan sikap keradjaan Bumawi jang
—6—
undang-undangnja, baik jang mengenai pergaulan, pemerintahan atau agama, berasaskan perbedaan dan penindasan terhadap
rakjat jang didjadikannja bertingkat-tingkat dan berkelas-kelas.
Sungguh banjak orang menuduh, terutama ahli ketimuran
dari Barat, bahwa agama Islam disiarkan hanja dengan mata
pedang sadja, unluk mengabui mata orang, bahwa ummat Islam itu sanga^f fanatik kepada agamanja, dan untuk meneiangkan, bahwa golongan2 manusia jang lain pahamnja tidak mendapat perlindungan dari ummat Islam, apa lagi didalam keradjaan jang susunan pemerintahannja berdasarkan Islam. Tetapi beberapa tjontoh dari sedjarah keradjaan Islam, jg. diuraikan diatas sudah menundjukkan keadaan jg sebaliknja. Djika
ada perkataan „neutraal terhadap agama" atau istilah „kemerdekaan berpikir" didalam ilmu siasat negara2 jang berasaskan
demokrasi, maka jang sesungguh-sungguhnja telah mendjalankan dasar itu barulah kerad jaan2 Islam, sedjak dahulu sampai sekarang. Hanja Islamlah jang menang dalam mempraktekkan dalam keneutralan" — sesungguhnja lebih tepat : menghargakan kejakinan orang lain — itu, sehingga orang Barat
sendiri jang lerbuka matanja dan terkembang kupingnja, seprrü H.G. Wells pengar^ng dunia jang masjhur, mengaku kelapangan Islam dalam bukunja „What is Coming" dengan kalimat jang kira2 demikian terdjemahnja : „Agama Islam ialah
agama jang berkembang dan hidup diudara jang terbuka, agama jang agung dan sederhana paham dan pemakainja. Tidak
sedikit matjam bangsa dari Nigeria sampai ke Tjina. Agama
Islam hanja satu2nja agama jang sesuai buat seluruh penduduk Afrika, agama jang sudah kita dengar mendjadi buah tutur orang, agama jang selaras dengan tabi'at alam
".
üleh karena itu pula ahli encyclopaedie, scperti pengarang The
tncyclopaedia Britannica menjebut Djundjungan kita Nabi
Muhammad s.a.w. „the most succesful of all prophets and religious personalities" — seorang dari pada rasul Tuhan dan pengandjur keagamaan didunia jang telah mentjapai kemenangan jang sebesar-besarnja.
1
Apa sebab sikap Islam semurah itu ? Didalam Islam seorang
Muslim atau kafir Zimmi itu, golongan jang tidak menjerang
kemerdekaan Islam, jang tidak berchianat kepada Islam, sama
haknja. Sajjidina Ali berkata, bahwa : „Darah mereka itu ialah
darah kita djuga". Djika mereka itu membajar djizjah, padjak
didalam tauah Islam, mereka berhak mendapat perhndungan
—7—
dan persamaan hak. Tentang soal kepertjajaan dan kejakinannja, bagi ummat Islam menurut apa jang difirmankan Allah di
Kitab SutjiNja : „Bagi kamu agamamu, bagi mereka itu agama
mereka itu". Djika ummat Islam didalam masa damai hendak
menjampaikan kepada mereka itu da'wah Islam, maka mereka
lakukan menurut firman : „Serulah mereka itu kepada djalan
Allah dengan kebidjaksanaan dan nasehat jang baik".
Kita ummat Islam Indonesia harus bersjukur kepada Allah
jsng telah memberi kesempatan kepada kita mendapatkan kemerdekaan kita kembali dan menegakkan Bepublik kita dengan Undang2 jang berdasar asas Ketuhanan Jang Maha Esa dan
mendjamin kemerdekaan tiap2 penduduk untuk memeluk agamanja masing2 dan untuk beribadat menurut agamanja dan
kepertjajaan. (Undang2 Dasar Bab XJ pasal 29). Saja tidak dapat melihat hal ini lain dari pada tindakan jang mendekatkan
kita ummat Islam kepada mendjalankan siasat negara kita menurut djedjak Djundjungan kita Muhammad s.a.w. serta Chalifah-chalifah dan radja2 Islam jang terdahulu. Karena sebagai
firman Allah dalam Qur'an, Surat Hadji, ajat 40, kalau tiap2
orang tak diberi hak kemerdekaan dalam agama, tentu akibatnja geredja2, pagoda2 dan mesdjid-mesdjid tempat orang-orang
menjebut nama Allah akan runtuh".
Mudah-mudahan tjontoh serta firman2 Tuhan jang dibenlangkan diatas itu sungguh-sungguh ditiru dan dilaksanakan
oleh kita ummat Islam di Indonesia ini.
A MIN! ! !!
HAK
TJIPTA
DILINDUNGI
UNDANG — UNDANG
Download