Pengantar: Hubungan kerja outsourcing

advertisement
Pengantar: Hubungan kerja
kontrak/outsourcing
Hubungan kerja outsourcing dikenal di dunia sebagai pasar tenaga
kerja fleksibel. Ditandai dengan perekrutan tenaga kerja yang
mudah dan dilepas dengan cepat pula.
Pola Hubungan kerja outsourcing dan kontrak mereduksi
perlindungan sosial bagi kaum buruh. Negara tidak lagi melindungi
hak warga negara mendapatkan pekerjaan yang layak .
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Kondisi Buruh Pasca Keputusan MK
• Keputusan MK mengatur hubungan kerja outsourcing
• Keputusan MK melegalkan sistem kerja outsourcing
• Sistem kerja outsourcing menciptakan bias hubungan kerja.
Buruh mempunyai dua majikan
• Buruh hanya mempunyai bargaining individu yang lemah
• Pemotongan upah dilakukan oleh perusahaan penyedia
tenaga kerja
• Sistem kerja outsourcing tidak mengizinkan pendirian
serikat buruh
• Sistem upah harian.
• Sistem kontrak pendek bulanan tanpa salinan perjanjian
kerja sehingga bisa dikontrak berulang-ulang.
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Sistem kerja kontrak dalam sejarah
Indonesia
• Buruh-buruh kontrak dipekerjakan di pelabuhan sepanjang laut
Jawa dan perkebunan di Jawa dan Sumatra Timur.
• Perusahaan mempergunakan sistem kerja kontrak perlu perantara
untuk mendapatkan tenaga kerja permanen yang murah dan
melimpah.
• Perusahaan penyedia tenaga kerja (anneemer) yang menjadi
perantara bagi perusahaan perkebunan dan pelabuhan.
• Pada akhir abad 19 anneemer mencari langsung ke Cina bagian
selatan untuk perusahaan perkebunan. Kemudian, mereka mencari
buruh ke pedesaan Jawa dalam jumlah besar.
• Buruh dengan sistem kerja kontrak dilarang untuk berorganisasi
atau bergabung dalam serikat buruh.
• Buruh tidak bisa pindah ke perusahaan lain sebelum kontrak selesai.
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Kedatangan buruh kontrak dari Cina
Selatan 1905
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Kepulangan buruh kontrak ke Jawa
1920
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Latar Belakang Perlawanan Kaum
Buruh menentang sistem kerja kontrak
• Kaum buruh di Jawa dan Sumatra sejak akhir Agustus 1945 telah
merebut perusahaan-perusahaan asing seperti kereta-api,
perkebunan, pos dan telegrap serta tambang.
• Berbasis dari perusahaan yang direbut mendirikan serikat buruh
seperti buruh kereta api berhimpun di SBKA, perkebunan
berorganisasi di Sabupri dan buruh minyak di Perbum.
• Hingga tahun 1947 kaum buruh telah bergabung di serikat buruh
vertikal yang lebih besar seperti SOBSI dan GASBI
• Tahun 1947 mengembalikan perusahaan yang direbut kaum buuh
kepada pemerintah dengan persyaratan perusahaan asing tidak
mengambil keuntungan yang berlebihan (extra winsten).
• Pada 1951, kaum buruh mendapatkan 40 kursi di DPR gotong
royong untuk ikut memperjuangkan kehidupan ekonomi dan politik
pemerintah
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Kongres I Sobsi 1947 di Malang
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Perlawanan SB terhadap Sistem kerja
Kontrak
• Penghapusan sistem kerja kontrak diperkebunan yang
tidak dilindungi oleh undang-undang perburuhan.
• Buruh kontrak untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berkelanjutan seperti menyadap karet dan memetik
sawit harus diangkat menjadi pekerja tetap
• Pemerintah memutuskan buruh bisa bekerja kontrak
hanya 20 hari, setelah itu harus diangkat menjadi
pekerja tetap.
• Sepanjang periode 1950-an hingga 1960-an hubungan
kerja kontrak dalam produksi tidak lagi menonjol
• Buruh-buruh pelabuhan menuntut pula penghapusan
kerja kontrak di pelabuhan.
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Kembalinya Sistem Kerja Kontrak
• Peristiwa G 30 S 1965 memicu penghancuran Serikat Buruh
pada khususnya sektor transportasi dan Perkebunan.
• Reorganisasi proses kerja dengan mengubah status
pekerjaan dari buruh tetap menjadi kontrak.
• Program perubahan proses kerja diperkebunan dengan
bantuan Bank Dunia.
• Pemecatan terhadap buruh/pekerja lama
• Alasan ditegakkan kembali sistem kontrak untuk stabilisasi
ekonomi dan penghasilan devisa cepat.
• Hingga tahun 1976 jumlah buruh kontrak telah mencapai
50 persen di seluruh perkebunan pemerintah dan swasta .
Penggunaan buruh kontrak mengurangi biaya produksi
mencapai 70 persen.
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Tumbuhnya sistem kerja kontrak dan
outsourcing
•
•
•
•
Tekhnologi rendah.
Sumber daya manusia yang rendah.
Korupsi tinggi.
Lemahnya serikat buruh. Sektor industri
manufaktur mempunyai 30 juta pekerja,
namun yang menjadi anggota serikat buruh
hanya 3 juta pekerja.
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Jalan keluar
• Memperkuat Serikat Buruh/pekerja dengan
meningkatkan keahlian untuk anggota
• Memperkuat bargaining kolektif serikat buruh
• Memperjuangkan perlindungan/jaminan
sosial dengan kelompok masyarakat lain untuk
melakukan advokasi APBD pemerintahan kota
Makalah pada Diskusi Pejaten 14
November 2012
Download