BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Wall dan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Wall dan Jellinek kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad
yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu
selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik dan
industrinya dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono, 2007).
Indonesia merupakan negara yang sangat besar dengan jumlah penduduk
mencapai 250 juta jiwa merupakan pasar yang cukup menjanjikan bagi perusahaan
kosmetik. Saat ini perkembangan industri kosmetik Indonesia tergolong solid, terlihat
dari peningkatan penjualan kosmetik pada 2012 yakni sebesar 14,8% menjadi Rp
9,76 triliun dari sebelumnya Rp 8,5 triliun dan pada tahun 2013 diprediksi mencapai
Rp 11,2 riliun atau tumbuh sebesar 10%-15% (Kementerian Perindustrian RI, 2013).
Peningkatan kebutuhan akan kosmetik merupakan suatu peluang terhadap
meningkatnya impor produk kosmetik dimana produk yang masuk ada yang tidak
memiliki ijin edar (ilegal) dan bahkan mengandung bahan kimia berbahaya. Hasil
pengawasan sampai dengan bulan Maret 2013 Badan Pengawas Obat dan Makanan
(Badan POM) masih menemukan 17 item kosmetika yang mengandung bahan
berbahaya /dilarang. Total hasil temuan sepanjang tahun 2013 Badan Pengawas Obat
dan Makanan menemukan sebanyak 74.067 produk kosmetik TIE (Tanpa Ijin Edar)
dan mengandung bahan berbahaya. (Tribunnews, 2013)
Universitas Sumatera Utara
Menanggapi peringatan publik yang disiarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan terhadap temuan-temuan bahan berbahaya pada produk kosmetik, Tim
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (Balai Besar POM) di Banda Aceh
melakukan pengawasan selama periode Januari sampai Maret, menemukan kosmetika
TIE (Tanpa Ijin Edar). Untuk membentengi masyarakat dalam terhadap bahan
berbahaya yang mungkin masih terdapat dalam produk obat, makanan, dan kosmetik,
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Aceh melakukan penyebaran informasi
melalui program kegiatan Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan (GNWOMI) yang dicanangkan 8 Februari 2013 dengan memberdayakan masyarakat
dalam bentuk sosialisasi ke ibu-ibu PKK, Stakeholder, iklan-iklan dan talkshow di
Radio dan TVRI Aceh (Balai Besar POM Banda Aceh, 2013).
Dari data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diketahui selama 5
tahun terakhir temuan kosmetika berbahaya mengalami penurunan dari 1,49%
menjadi 0,74% temuan dari produk yang disampling. Pada tahun 2009 jumlah temuan
1,49%; tahun 2010 jumlah temuan 0,86%; tahun 2011 jumlah temuan 0,65%; tahun
2012 jumlah temuan 0,54% dan sampai dengan Maret 2013 jumlah temuan 0,74%.
(BPOM, 2013)
Seiring dengan besarnya peluang perusahaan kosmetika dalam memenuhi
kebutuhan konsumen yang semakin meningkat, industry turut menjadi sumber dari
begitu banyak kontaminan dan zat kimia. Kegiatan pokok didalam industri berpotensi
menghasilkan emisi udara, limbah buangan, dan sampah padat, yang semuanya itu
mengandung berbagai jenis polutan kimia (Widyastuti, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Bukti-bukti yang ditunjukkan para ilmuwan dan pemerhati lingkungan, seperti
penipisan lapisan ozon yang secara langsung memperbesar prevalensi kanker kulit
dan berpotensi terhadap perubahan iklim dunia serta pemanasan global memperkuat
alasan kekhawatiran tersebut. Belum lagi masalah hujan asam, efek rumah kaca,
polusi udara dan air memasuki taraf bahaya, kebakaran dan penggundulan hutan yang
mengancam jumlah oksigen di atmosfer dan banjir di sejumlah kota. Bahkan sampah
turut menjadi masalah karena jumlah sampah yang semakin besar dan banyaknya
sampah yang sulit di daur ulang.(Wibisono, 2002)
Besarnya dampak perubahan iklim global sebagai salah satu isu dari berbagai
dampak lingkungan yang negatif berkaitan dengan perubahan iklim secara perlahan
terus menyentuh kehidupan manusia. Para praktisi bisnis mulai memperhatikan
pemakaian bahan baku alam secara efektif dan efisien sejak proses awal (Bratasida
dan Rondonuwu, 2011).
Saat ini telah banyak produsen kosmetik yang gencar menawarkan inovasi
mutakhir, dunia kecantikan menyerukan langkah perubahan di jalur hijau atau
menggunakan produk ramah lingkungan. Kesadaran konsumen pada pentingnya
kosmetik yang sehat serta tuntutan hidup yang lebih ramah lingkungan,
menghadirkan green cosmetic atau kosmetik ramah lingkungan (Andayani, 2013).
Andayani (2013), mengutip pendapat Scientific Adviser Nu Skin Enterprise Dr
Paul lan Cox, mengatakan bahwa Green Kosmetik lahir menjadi satu varian baru
dalam rangkaian kosmetik dan perawatan tubuh ramah lingkungan. Produk kosmetik
Universitas Sumatera Utara
ramah lingkungan bukan hanya terbuat dari bahan alami, tetapi pengerjaannya pun
harus dilakukan tanpa membahayakan lingkungan.
Berdasarkan
fakta
tersebut,
sudah
semakin
banyak
wanita
yang
mengutamakan produk kecantikan berbahan alami tapi juga peduli lingkungan mulai
beralih ke kosmetik hijau. Sebuah perusahaan survey di Amerika menyebutkan
peminat produk kosmetik dan perawatan organik meningkat 37% dikalangan wanita
berusia dibawah 35 tahun (Andayani, 2013).
Kosmetik sebagai produk kecantikan merupakan pelengkap bagi wanita
dalam menunjang penampilan sehari-hari. Keinginan meningkatkan daya tarik,
diterima dan dihargai oleh orang lain mendasari seseorang untuk memilih dan
menggunakan produk kosmetik. Begitu juga tuntutan pekerjaan yang mewajibkan
seorang wanita seperti karyawati bank untuk menggunakan make up selama bekerja.
Penggunaan kosmetik secara terus menerus tanpa memperhatikan kemungkinan
bahan kosmetik yang mereka gunakan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Hadirnya kosmetik hijau di Kota Banda Aceh memberikan kesempatan bagi
pengguna kosmetik untuk memilih kosmetik yang aman dalam membentengi diri dari
masalah kesehatan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan seperti merek
kosmetik The Body Shop, Oriflame dan Sari Ayu Martha Tilaar. Dari hasil survey
pendahuluan yang telah dilakukan peneliti menemukan beberapa karyawati bank di
Kota Banda Aceh telah menggunakan produk kosmetik Ramah lingkungan seperti
merek The Body Shop, Sari Ayu Martha Tilaar dan Oriflame namun masih ada
karyawati yang menggunakan salah satu produk kosmetik dengan kandungan bahan
Universitas Sumatera Utara
berbahaya yang telah dilarang penggunaannya oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa perlu untuk meneliti
pengaruh karakteristik, pengetahuan, sikap dan motivasi wanita khususnya Karyawati
Bank di Kota Banda Aceh dalam memilih kosmetik ramah lingkungan.
1.2. Permasalahan
Seiring dengan besarnya peluang industri kosmetik dalam memenuhi
kebutuhan konsumen turut meningkatkan jumlah produksi dan peredaran produk
kosmetik di masyarakat baik yang memiliki Ijin edar maupun yang tidak dimana
produk tersebut mengandung bahan – bahan kimia bahkan bahan kimia berbahaya
yang dilarang yang bukan saja memberikan dampak negatif kepada kesehatan
pengguna kosmetik tetapi juga pada lingkungan. Besarnya dampak perubahan iklim
sebagai dampak lingkungan yang negatif yang menyentuh kehidupan manusia tak
terkecuali dunia kecantikan menjadikan produsen kosmetik melakukan perubahan di
jalur hijau dengan memperhatikan pemakaian bahan baku secara efektif dan efisien
sejak awal dan menawarkan inovasi produk kosmetik yaitu Green Cosmetics
(Kosmetik Ramah Lingkungan) yang dapat menjadi suatu pilihan bagi pengguna
kosmetik unruk mendapatkan kosmetik yang sehat dan ramah lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Karyawati Bank dalam Memilih
Kosmetik Ramah Lingkungan di Kota Banda Aceh”.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden yaitu umur, pendapatan dan
pendidikan.
b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan karyawati bank tentang kosmetik ramah
lingkungan dalam memilih produk kosmetik ramah lingkungan.
c. Untuk mengetahui pengaruh sikap karyawati bank terhadap produk kosmetik
ramah lingkungan dalam memilih memilih produk kosmetik ramah lingkungan.
d. Untuk mengetahui pengaruh motivasi karyawati bank dalam memilih produk
kosmetik ramah lingkungan dengan merek The Body Shop, Sari Ayu Martha
Tilaar dan Oriflame.
1.4. Hipotesis
a. Ada pengaruh karakteristik karyawati bank yaitu umur, pendapatan dan
pendidikan dalam memilih produk kosmetik ramah lingkungan.
b. Ada pengaruh pengetahuan karyawati bank terhadap produk kosmetik ramah
lingkungan dalam memilih produk kosmetik ramah lingkungan.
c. Ada pengaruh sikap karyawati bank terhadap produk kosmetik ramah lingkungan
dalam memilih produk kosmetik ramah lingkungan.
d. Ada pengaruh motivasi karyawati bank dalam memilih produk kosmetik ramah
lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a.
Karyawati Bank
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Karyawati Bank sebagai
pengguna salah satu kosmetik tentang produk kosmetik yang aman bagi
kesehatan dan lingkungan.
b.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (Balai Besar POM) di Banda Aceh
Sebagai informasi mengenai produk kosmetik ramah lingkungan sebagai produk
yang aman bagi kesehatan dan kelestarian lingkungan yang dapat disampaikan
kepada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi kepada ibu pkk, stakeholder,
iklan, talkshow di televisi dan radio untuk menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
c.
Peneliti
Menambah
khasanah
ilmu
pengetahuan
kesehatan
lingkungan
tentang
penggunaan produk ramah lingkungan dan lebih meningkatkan kepedulian
terhadap lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Download