Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan

advertisement
 Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia
Desember 2014
Metodologi Pemeringkatan untuk Perbankan
Peringkat ICRA Indonesia menilai risiko kredit dari bank yang merupakan fungsi dari risiko bisnis dan
risiko keuangan dan kemungkinan adanya dukungan eksternal yang tersedia untuk bank dalam hal
kesulitan keuangan. Laporan ini membahas parameter kunci yang digunakan oleh ICRA Indonesia
untuk menilai risiko bisnis dan keuangan dari suatu bank. ICRA Indonesia menggunakan data
keuangan publik dan informasi statistik yang diperoleh dari bank yang diperingkat untuk melakukan
evaluasi kredit. ICRA Indonesia melakukan penyesuaian atas data keuangan untuk memastikan
kesesuaian terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Peringkat ditentukan
berdasarkan asas “going concern”, bukan penilaian keuangan bank pada titik waktu tertentu saja.
Catatan ini bukan merupakan pembahasan terinci mengenai seluruh aspek dalam pemeringkatan
suatu bank, tapi kerangka kerja yang digunakan oleh ICRA Indonesia selama proses pemeringkatan.
Faktor-faktor kunci yang dipertimbangkan dalam proses pemeringkatan adalah sebagai berikut:
Risiko Bisnis
 Lingkungan operasional dan kerangka peraturan
 Struktur kepemilikan dan dukungan pemerintah
 Struktur pengelolaan
 Franchise
 Manajemen, sistem dan strategi, dan manajemen risiko
Risiko Keuangan
 Kualitas aset
 Keragaman pendanaan dan likuiditas
 Profitabilitas
 Kecukupan modal
ICRA Indonesia Lingkungan Operasional
Penilaian terhadap lingkungan operasional bank adalah salah satu parameter terpenting untuk
mengevaluasi risiko kredit dari suatu bank, di mana hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan,
kualitas aset dan pendapatan. Lingkungan operasional dinilai melalui analisis kondisi ekonomi yang
sedang berjalan; prospek pertumbuhan (tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto [PDB]); tingkat
pertumbuhan pinjaman dan dana simpanan; batasan struktural dalam ekonomi (seperti defisit fiskal
yang besar dan kewajiban bank untuk memenuhi Giro Wajib Minimum [GWM] di Bank Indonesia [BI]
sebagai bank sentral) sebagaimana juga dampak dari lingkungan ekonomi dan regulasi terhadap
profil risiko kredit. ICRA Indonesia juga melakukan evaluasi terhadap kemungkinan perubahan
kebijakan untuk mengantisipasi masalah ini.
Sebagai tambahan, risiko politik dan sistem hukum dalam negara juga dievaluasi untuk menilai
kualitas aset dari perbankan sebagaimana juga kemampuan perbankan untuk melakukan pemulihan
terhadap akun yang bermasalah. Evaluasi terhadap struktur pasar keuangan; tahapan-tahapan
perkembangannya dan intensitas persaingan membentuk bagian yang penting dari evaluasi terhadap
lingkungan operasional dari suatu bank.
Kerangka Peraturan
Sistem yang diatur dan diawasi dengan baik adalah tulang punggung bagi kredibilitas dan stabilitas
perbankan, bahkan saat lingkungan operasional tidak kondusif. Evaluasi ICRA Indonesia atas
kerangka peraturan melibatkan evaluasi terhadap norma-norma yang terkait dengan permodalan dan
anasir lain untuk meredam risiko dan mencegah transaksi dengan pihak terkait; intensitas
pengawasan dan perubahan peraturan di masa lampau sebagai tanggapan atas lingkungan
makroekonomi; norma-norma atau aturan-aturan kunci (seperti dalam pengakuan pinjaman
bermasalah/non performing loan [NPL], pencadangan, kecukupan modal, likuiditas, ekspansi dan
pinjaman yang diprioritaskan) dan perubahan peraturan yang bersifat prospektif (yang disebabkan
oleh reformasi sektor keuangan ataupun keadaan global).
Masuknya pemain baru, dan terbukanya sistem perbankan sehingga memungkinkan disintermediasi
lebih jauh, dapat meningkatkan kompetisi dari bank-bank baru dan lembaga-lembaga pembiayaan
bukan bank. Perkembangan lebih jauh dari pasar modal dapat memberikan klien -- baik yang sudah
ada maupun yang potensial -- untuk mengakses pasar modal secara langsung, sehingga membuat
inovasi produk sebagai kriteria penting untuk kinerja perbankan di masa mendatang. Secara
internasional, krisis global telah memicu beberapa perubahan peraturan yang mewajibkan tingkat
modal inti yang lebih tinggi dan likuiditas yang lebih baik seperti yang tertera dalam kerangka Basel
III. ICRA Indonesia juga mengevaluasi dampak yang mungkin dari perubahan-perubahan pada
rencana bisnis dan kinerja bank-bank ini.
Struktur Kepemilikan dan Dukungan Pemerintah
Sistem perbankan Indonesia terdiri dari bank persero yang merupakan badan usaha milik negara
(BUMN), bank umum swasta nasional (BUSN) devisa, BUSN non devisa, bank campuran (joint
venture), bank pembangunan daerah (BPD), bank asing, bank umum syariah, unit usaha syariah, dan
bank perkreditan rakyat (BPR). Sementara ICRA Indonesia melihat adanya nilai positif dari
kepemilikan negara atas bank persero, perspektif kredit pada bank swasta akan tergantung pada
kemampuan bank untuk menghimpun modal dari promotor atau pemegang saham kunci lainnya,
sebesar dan pada saat yang dibutuhkan. ICRA Indonesia melihat secara positif bank persero dengan
kepemilikan pemerintah di atas 51%, di mana hal ini akan memberikan fleksibilitas lebih besar untuk
menghimpun modal dengan mendilusi porsi kepemilikan saham pemerintah.
Selain masalah kepemilikan, peran suatu bank di dalam sistem keuangan domestik juga
mempengaruhi kemungkinan adanya dukungan pemerintah dalam hal terjadinya kesulitan keuangan.
Selain besarnya neraca, peran ini diukur dengan seberapa besar pangsa bank tersebut di dalam
suatu area operasi; partisipasi dalam sistem pembayaran dan skala dari tanggung jawab quasi-fiskal
(seperti pinjaman yang diprioritaskan) yang dilakukan untuk pemerintah. ICRA Indonesia fokus
ICRA Indonesia Halaman 2 dari 9
terhadap adanya jaminan dari pemerintah, baik implisit maupun eksplisit, bagi pihak penyimpan dana
dalam situasi gagal bayar atau minimnya likuiditas.
Struktur Pengelolaan
ICRA Indonesia memasukkan faktor struktur pengelolaan bank ke dalam proses pemeringkatan
dengan melakukan penilaian terhadap aspek struktural dan fungsional dari dewan dan komite bank
tersebut. ICRA Indonesia percaya bahwa struktur pengelolaan yang sesuai adalah penting untuk
memastikan bahwa bank beroperasi independen, dengan kepentingan dari penyimpan dana tidak
dikompromikan untuk keperluan pihak yang berkepentingan lainnya seperti untuk pinjaman ke pihak
terkait atau memberikan pinjaman ke sektor yang rawan. Struktur pengelolaan yang baik juga
memastikan bahwa kuasa yang diberikan kepada pimpinan bank dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan dan prosedur ini sesuai dengan garis besar kebijakan dan sasaran strategis
dari bank.
Franchise
Kekuatan franchise dari suatu bank menentukan kapasitasnya untuk bertumbuh dengan tetap
menjaga keuntungan sesuai tingkat risiko, dan juga tingkat ketahanan pendapatannya. ICRA
Indonesia mengevaluasi kekuatan franchise dari bank dalam bentuk skala operasional dan pangsa
pasar untuk bermacam-macam aktivitas pada tingkat nasional atau ceruk pasar bisnisnya, kinerja dan
kekuatan relatif terhadap kompetitor, kompleksitas dari segmen-segmen kunci dan dukungan khusus
dari pemerintah atau keistimewaan lainnya relatif terhadap bank-bank lain. ICRA Indonesia juga
mempertimbangkan faktor seberapa dikenalnya nama suatu bank, sejarah dan latar belakang suatu
bank dalam analisis kekuatan franchise ini.
Manajemen, Sistem dan Strategi
ICRA Indonesia memberikan penekanan khusus pada masalah pengelolaan, kualitas manajemen,
sistem dan kebijakan, harapan pemegang saham, strategi yang diterapkan untuk mengelola harapan
ini dan kualitas akuntansi; karena aspek-aspek ini merupakan fondasi dari profil risiko kredit suatu
bank. Faktor-faktor ini bahkan menjadi semakin penting untuk bank baru atau bank yang memiliki
jejak rekam yang singkat. Biasanya, diskusi yang rinci akan dilakukan dengan pihak manajemen bank
untuk memahami sasaran bisnis, rencana dan strategi, pandangan terhadap kinerja masa lalu dan
pandangan terhadap industri. ICRA Indonesia juga menilai harapan pemegang saham dan
dampaknya terhadap profil kredit suatu bank. Beberapa poin yang dinilai adalah:
 Pengalaman dan komitmen dari promotor/manajemen terhadap jalur bisnisnya
 Sikap manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian risiko
 Kebijakan manajemen risiko dari bank (risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional)
 Kemampuan dan kesediaan pihak promotor untuk mendukung bank melalui langkah seperti
penyuntikan dana, apabila diperlukan.
Sebagai tambahan, ICRA Indonesia juga melakukan evaluasi terhadap kualitas, kedalaman,
ketepatan waktu dan relevansi dari informasi yang tersedia untuk manajemen bank. Analisis ICRA
Indonesia meliputi kualitas jaringan komunikasi, tingkat komputerisasi dan integrasi di dalam bank,
sistem pengendalian akuntansi, informasi manajemen untuk memantau kinerja, pengembangan
usaha dan pelaporan yang diwajibkan oleh peraturan. ICRA Indonesia memberikan penekanan pada
tingkat efektivitas sistem manajemen risiko dari bank dan sistem untuk perencanaan strategis. Untuk
aspek pengendalian akuntansi seperti kualitas akuntansi, perimbangan neraca, rekonsiliasi antar
cabang dan antar bank, ICRA Indonesia mengambil sumber dari Laporan Audit dan Laporan
Pengawasan BI, selain dari meninjau laporan dan pengendalian internal dari bank.
Manajemen Risiko
Evaluasi yang seksama dari kebijakan manajemen risiko dari bank dilakukan dengan pertimbangan
bahwa hal ini memberikan gambaran yang penting mengenai likuiditas, profitabilitas, kualitas aset
dan permodalan bank di masa mendatang. Manajemen risiko dari bank dievaluasi untuk hal-hal
berikut:
ICRA Indonesia Halaman 3 dari 9



Risiko kredit: risiko kerugian akibat kegagalan klien atau pihak lawan untuk memenuhi
kewajiban kontraktual; risiko ini dapat timbul dari portofolio pinjaman dan juga dari portofolio
investasi
Risiko pasar: risiko kerugian dari perubahan variabel pasar, umumnya berasal dari portofolio
investasi, meskipun juga dapat berasal dari portofolio pinjaman
Risiko operasional: risiko kerugian dari kegagalan atau kesalahan proses internal, sistem dan
sumber daya manusia, atau juga dapat dari sebab eksternal.
Evaluasi dari manajemen risiko bank difokuskan pada kemampuan bank untuk menilai,
mengendalikan/menanggulangi dan memaparkan risiko tersebut. Hal ini dilakukan dengan evaluasi
dari norma dan batas toleransi, peran dan tanggung jawab, tingkat kepentingan relatif dan
independensi dari fungsi risiko terhadap fungsi operasional, dan sistem untuk mengimplementasikan
kerangka manajemen risiko.
Kinerja Keuangan
Analisis kinerja keuangan merupakan salah satu parameter kunci yang digunakan untuk
memperbandingkan kinerja suatu bank selama periode tertentu atau terhadap bank lain dalam
kelompoknya. ICRA Indonesia melakukan analisis keuangan yang mendalam terhadap bank yang
diperingkat. Parameter-parameter kunci yang menjadi fokus adalah:
 Kualitas aset
 Keragaman pendanaan dan likuiditas
 Profitabilitas
 Kecukupan modal
Kualitas Aset
Kualitas aset dari bank adalah refleksi dari tingkat risiko yang diambilnya, kedalaman franchise dan
efektivitas dari manajemen, strategi, sistem dan prosesnya. Kualitas aset berpotensi mempengaruhi
tingkat keuntungan (NPL yang lebih tinggi dapat menurunkan imbal hasil dan menuntut pencadangan
yang lebih tinggi) dan modal (keuntungan yang lebih rendah dapat memperlambat pembentukan
modal internal atau dalam keadaan ekstrim [rugi] dapat mengurangi permodalan). Evaluasi meliputi
aset portofolio pinjaman maupun portofolio lain di luar GWM. Aspek-aspek kunci dalam mengevaluasi
kualitas aset didiskusikan di bawah ini:
 ICRA Indonesia menilai kualitas dari proses penilaian pinjaman yang dimiliki bank dan norma
pemberian pinjaman, tingkat risiko dari bauran pinjaman, ketersediaan data untuk memfasilitasi
pengambilan keputusan pemberian pinjaman dan rekam jejaknya dalam mengelola portofolio
pinjaman sesuai siklusnya.
Diversifikasi juga merupakan indikator penting dari kualitas aset bank. Dalam menilai diversifikasi,
faktor yang umum adalah bauran pinjaman, konsentrasi pinjaman, diversifikasi geografis dan
profil peminjam. Analisis NPL secara segmental dan regional dilakukan untuk mengukur
seberapa tinggi konsentrasi pinjaman bank untuk sebuah perusahaan, kelompok, industri atau
daerah. Tingginya tingkat diversifikasi dapat melindungi bank dari dampak menurunnya suatu
segmen. Pada saat bersamaan, diversifikasi ke dalam segmen yang lebih berisiko mungkin tidak
berpengaruh baik terhadap ketahanan dan, oleh karena itu, mungkin tidak berdampak pada
peringkat yang lebih baik. Meskipun demikian, kemampuan bank untuk mengelola diversifikasi,
terutama dalam bisnis yang beragam dan/atau area geografis yang baru adalah sama pentingnya
dengan kedalaman manajemen dan kemampuan untuk mengadopsi kemampuan dan teknik yang
dibutuhkan untuk menjalankan bisnis-bisnis yang berbeda.
 ICRA Indonesia juga menilai kualitas dari administrasi pinjaman yang tercermin dalam rancangan
dan implementasi dari penilaian pinjaman dan metodologi penetapan bunga pinjaman serta
penerapan peninjauan berkala.
 ICRA Indonesia menilai risiko dari pelimpahan kewajiban dari anak perusahaan berkinerja kurang
baik ke dalam kewajiban bank. Pelimpahan ini dapat terjadi akibat aspek hukum atau dari
ICRA Indonesia Halaman 4 dari 9


persepsi publik bahwa perusahaan induk memiliki kewajiban moral untuk mendukung anak-anak
perusahaannya.
ICRA Indonesia juga mempelajari distribusi pinjaman korporasi berdasarkan kategori
peringkatnya untuk menilai kemungkinan dari NPL yang akan timbul.
Klasifikasi aset: Pinjaman diklasifikasikan sebagai lancar dan NPL. NPL diklasifikasi lebih jauh
menjadi kurang lancar, diragukan dan macet, tergantung dari periode waktu seberapa lama
pinjaman tersebut menjadi NPL/tertunggak. ICRA Indonesia meneliti kebutuhan pencadangan
(sesuai dengan peraturan BI) versus pencadangan yang dilakukan oleh bank dan perkiraan dan
jangka waktu pemulihan yang dapat terjadi. Penekanan ada pada perkiraan tingkat pemulihan
atau pemburukan yang lebih jauh, yang pada akhirnya mempengaruhi keuntungan dan posisi
keuangan dari bank. Indikator kunci kualitas aset untuk bank adalah tingkat pembentukan NPL
baru, persentase NPL kotor, persentase NPL bersih dan rasio NPL bersih terhadap
ekuitas/kekayaan bersih.
Keragaman Pendanaan dan Likuiditas
ICRA Indonesia melakukan studi mengenai profil pendanaan bank dalam lingkup sumber dan bauran
pendanaan, serta biaya pendanaan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Klasifikasi dana simpanan, apakah wholesale atau ritel: dana simpanan dalam jumlah besar dari
nasabah korporasi dan institusi umumnya lebih tidak stabil dibandingkan dana simpanan dari ritel
dan rumah tangga. Dalam proses pemeringkatannya, ICRA Indonesia menilai positif proporsi
dana simpanan ritel yang lebih tinggi dalam bauran pendanaan suatu bank
 Klasifikasi demografis dana simpanan yang merupakan proporsi dari daerah, perkotaan dan
metropolitan. Umumnya, dana simpanan di daerah memiliki fluktuasi lebih rendah dibandingkan
pada perkotaan dan metropolitan, di mana ini merefleksikan pilihan investasi di daerah yang lebih
sedikit dibandingkan di perkotaan dan metropolitan
 Biaya pendanaan: biaya pendanaan ditentukan oleh bauran dari dana simpanan (giro, tabungan
dan deposito), jangka waktu dana simpanan dan posisi bank dalam industri yang dapat
mempengaruhi struktur tingkat bunganya. Faktor-faktor lainnya termasuk ketergantungan bank
terhadap pendanaan pasar uang (dari pasar call money, surat berharga, fasilitas pembiayaan
kembali, dsb) dan kondisi pasar uang sekarang dan yang akan datang
 Layanan pembayaran: sifat mendekati monopoli dalam sistem pembayaran memberikan basis
yang stabil kepada bank dan biaya yang rendah dalam penyelesaian. ICRA Indonesia menilai
kemampuan bank untuk menawarkan layanan pembayaran bernilai tambah (umumnya didorong
oleh teknologi), yang akan memegang kunci akan kemampuan bank untuk mempertahankan
keuntungannya dari layanan alaminya ini.
ICRA Indonesia mencoba untuk menangkap gambaran likuiditas bank dengan melakukan analisis
dari parameter-parameter kualitatif dan kuantitatif di bawah ini:
 Persepsi pasar akan bank tersebut: persepsi pasar mempengaruhi kemampuan bank untuk
mengakses pendanaan saat mengalami krisis. Indikator dari persepsi seperti ini dapat berupa
biaya pendanaan relatif pada pasar antar bank
 Seberapa tinggi tingkat ketergantungan bank pada dana yang tidak stabil relatif terhadap total
asetnya: beberapa sumber pendanaan jangka pendek bersifat lebih sensitif dibandingkan lainnya
terhadap perkembangan yang negatif. ICRA Indonesia melihat pendanaan antar bank oleh bankbank domestik dan dana simpanan domestik oleh deposan non bank dalam urutan yang menurun
dalam ukuran kepercayaan terhadap bank
 Posisi likuiditas bank: ICRA Indonesia mempelajari faktor-faktor seperti kecocokan secara
keseluruhan antara profil jatuh tempo aset dan kewajiban; adanya sekuritas yang dapat dijual
setiap saat dan sekuritas di mana fasilitas repo-nya tersedia
 Sumber likuiditas yang komit yang termasuk di dalamnya fasilitas pinjaman berjangka (revolving
credit) dan fasilitas pembiayaan kembali
 ICRA Indonesia menganalisis kemungkinan dari dukungan pemangku kepentingan pada saat
krisis. ICRA Indonesia memberikan pertimbangan kuat terhadap dukungan implisit yang berasal
ICRA Indonesia Halaman 5 dari 9
dari kepemilikan saham dalam bank yang signifikan oleh entitas yang kuat. Keuntungan ini
secara alami berlaku untuk semua bank yang dinasionalisasi, di mana pemerintah telah
membuktikan dukungannya selama ini dengan injeksi ekuitas atau penjaminan.
Profitabilitas - Stabilitas Pendapatan dan Prospek
Kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan yang cukup adalah penting dari sudut pandang
para pemegang sahamnya dan juga para pemegang surat hutangnya. Tujuan dari evaluasi ICRA di
sini adalah untuk menilai tingkat dari pendapatan di masa mendatang dan kualitas dari pendapatan
tersebut dengan menganalisis selisih bunga, pendapatan jasa layanan, pengeluaran operasional dan
biaya pinjaman.
Profitabilitas sebuah bank dievaluasi dengan menganalisis selisih bunga (bunga pinjaman dikurangi
biaya dana) dan arah pergerakannya yang mungkin dengan memasukkan faktor perubahan
lingkungan operasional, posisi likuiditas dan strategi secara keseluruhannya. ICRA Indonesia juga
menilai kemampuan bank untuk melengkapi pendapatan bunga dengan pendapatan jasa layanan.
Pendapatan jasa layanan yang besar memungkinkan diversifikasi yang lebih luas, yang kemudian
dapat meningkatkan profil dan ketahanan pendapatan bank. Pendapatan trading bank juga dievaluasi
untuk menilai tingkat pendapatan/kerugian yang dapat dipertahankan dalam skenario suku bunga
yang tidak kondusif. Setelah melakukan penilaian terhadap arus pendapatan, ICRA Indonesia
mengevaluasi efisiensi operasional dari bank (biaya operasional dalam hubungannya terhadap total
aset dan rasio biaya terhadap pendapatan) dan membandingkan rasio-rasio ini terhadap bank-bank
yang memiliki profil sejenis. Akhirnya, biaya pinjaman diestimasi dengan dasar profil kualitas aset dan
indikator profitabilitasnya dibandingkan dengan bank-bank lain yang sejenis. Lebih penting lagi, imbal
hasil terhadap ekuitas (return on equity [ROE]) yang sangat tinggi mungkin tidak terefleksikan dalam
peringkat yang lebih tinggi, dengan pertimbangan bahwa risiko yang mendasarinya bisa jadi sangat
tinggi atau penggunaan utangnya bisa jadi berlebih; dan dengan demikian, dapat menjadi semakin
tidak stabil atau sulit untuk diprediksi.
Kecukupan Modal
Modal memberikan efek perlindungan lapis kedua kepada pemegang surat hutang (di mana lapis
pertama adalah keuntungan) dan dengan demikian, kualitas dan kecukupan modal ini (dalam
hubungannya terhadap risiko kredit, pasar dan operasional) adalah pertimbangan penting dalam
pemeringkatan. Dalam mengevaluasi modal sebenar-benarnya bank dalam hubungannya terhadap
risiko dalam bisnisnya, ICRA Indonesia fokus terhadap aspek berikut:
 Modal yang diwajibkan peraturan, pendekatan berbasis risiko dan kesesuaian dengan norma
yang ditentukan: sesuai ketentuan BI, bank diharuskan untuk mencapai dan menjaga rasio
modal terhadap aset tertimbang menurut risiko (baik yang dalam neraca atau di luar neraca)
pada level 8%. Selain kecukupan secara peraturan, kecukupan modal juga dinilai dari sudut
yang berbeda seperti kualitas aset masa kini dan masa mendatang, peringkat risiko dari
portofolio, strategi risiko atau pengambilan risiko dari bank, dan sensitivitas suku bunga.
Dengan implementasi Basel II di Indonesia, perbedaan antara modal berbasis risiko dan
modal sesuai peraturan akan dapat semakin diperkecil
 Kualitas modal dan kemampuan untuk menghimpun modal: persentase lebih tinggi dari
modal inti (Tier I) dilihat sebagai hal yang positif, dengan memandang sifatnya yang lebih
permanen, diikuti dengan modal campuran dan utang subordinasi. Sebagai tambahan, ICRA
Indonesia melakukan evaluasi terhadap kapasitas pembentukan modal secara internal oleh
bank dan ruang yang tersedia untuk menambah modal untuk mendukung pertumbuhan
ataupun menanggulangi krisis.
ICRA Indonesia Halaman 6 dari 9
Kesimpulan
Peringkat kredit yang ditetapkan oleh ICRA Indonesia adalah representasi secara simbolik dari opini
terkininya terhadap risiko kredit relatif dari instrumen yang diperingkat. ICRA Indonesia sampai pada
opini ini dengan melakukan evaluasi mendalam terhadap risiko bisnis dan risiko finansial bank dan
dengan menggunakan evaluasi tersebut memproyeksikan kinerja keuangannya di masa mendatang
dalam beragam skenario yang mungkin. Sementara beberapa parameter digunakan untuk menilai
profil risiko dari bank, tingkat kepentingan relatif dari parameter-parameter kualitatif dan kuantitatif
tersebut dapat bervariasi dari bank ke bank, tergantung dari potensinya untuk merubah profil risiko
keseluruhan dari bank tersebut.
ICRA Indonesia Halaman 7 dari 9
Lampiran 1
Rasio kunci yang Digunakan dalam Analisis Bank
Profil Bank
Basis aset total
Ekuitas
Laba bersih
Usia bank
Kecukupan Modal
Ekuitas sebagai persentase dari
aset
Tingkat pembentukan modal
:
:
:
:
skala operasi
ekuitas seperti yang dilaporkan bank
laba bersih seperti yang dilaporkan bank
berapa tahun bank telah beroperasi
: saldo akhir periode dari ekuitas dan cadangan
sebagai persentase dari saldo akhir periode dari aset
total
: laba bersih dikurangi dividen kas direpresentasikan
sebagai persentase dari ekuitas pada awal tahun
Sumber Daya
Tingkat perkembangan dana
simpanan
Komposisi dari dana simpanan
: kenaikan dana simpanan sebagai persentase terhadap
saldo periode sebelumnya
: bauran dari dana simpanan seperti deposito, tabungan dan
giro
Profil demografis dari dana simpanan : bauran dari dana simpanan menurut klasifikasi cabang
Kualitas Aset
NPL sebagai persentase pinjaman
: total NPL sebagai persentase dari saldo pinjaman pada akhir
periode
Tingkat penciptaan NPL kotor
: tambahan NPL baru sebagai persentase dari pengucuran
pinjaman baru
Tingkat penciptaan NPL bersih
: tambahan NPL baru dikurangi pemulihan, perbaikan kualitas
dan penghapusan buku sebagai persentase dari pengucuran
pinjaman baru
Pencadangan sebagai persentase
: saldo akhir periode dari pencadangan pinjaman macet
dari NPL
sebagai persentase dari total NPL
NPL bersih/kekayaan bersih berwujud : total NPL dikurangi saldo akhir periode dari pencadangan
untuk NPL sebagai persentase dari kekayaan bersih bank
disesuaikan dengan cadangan revaluasi, akumulasi kerugian
dan biaya ditangguhkan lainnya
Rasio pemburukan NPL kotor
: peningkatan pada total pinjaman yang diragukan dan
pinjaman macet sebagai persentase dari saldo awal aset
kurang lancar
Pertumbuhan pinjaman
: perubahan total pinjaman akhir periode sebagai persentase
dari saldo akhir tahun sebelumnya yang disetahunkan
Profitabilitas
Imbal hasil atas aset
: pendapatan sebelum pos luar biasa sebagai persentase dari
aset rata-rata
Imbal hasil atas kekayaan bersih
: pendapatan sebelum pos luar biasa sebagai persentase dari
saldo rata-rata ekuitas dan cadangan
Imbal hasil atas aset yang
: pendapatan bunga sebagai persentase dari rata-rata
menghasilkan
aset yang menghasilkan bunga
Biaya dari kewajiban yang berbunga : biaya bunga sebagai persentase dari rata-rata kewajiban
yang dikenai bunga
Selisih bunga kotor
: imbal hasil pada aset yang menghasilkan bunga dikurangi
biaya kewajiban yang dikenai bunga
ICRA Indonesia Halaman 8 dari 9
Marjin bunga bersih
Pendapatan non bunga/rata-rata
aset
Biaya non bunga/rata-rata total aset
Laba operasional/rata-rata total aset
Pembayaran dividen
Likuiditas
Aset likuid/dana simpanan
Sertifikat deposito
(Certificate of Deposit [CD])
terhadap dana simpanan
Rasio pinjaman terhadap dana
simpanan
(Loan to Deposit Ratio [LDR])
: pendapatan bunga, dikurangi biaya bunga, sebagai
persentase dari rata-rata total aset
: total pendapatan dari fee, komisi, keuntungan atau kerugian
dari perdagangan valuta asing dan pendapatan non bunga
lainnya dari awal tahun buku sampai dengan periode interim
terakhir yang dilaporkan, sebagai persentase dari rata-rata
aset
: biaya sumber daya manusia, biaya administratif, dan
berbagai biaya non bunga lainnya dari awal tahun buku
sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan
sebagai persentase dari rata-rata aset
: pendapatan bersih dari biaya bunga dan biaya operasional
sebagai persentase dari rata-rata total aset
: total dividen dari modal ekuitas sebagai persentase dari laba
bersih
: dana simpanan dengan bunga dan tanpa bunga pada bank
ditambah dengan aset kas lainnya dan efek yang dapat
diperdagangkan sebagai persentase dari dana simpanan
: sertifikat deposito sebagai persentase dari dana simpanan
: pinjaman sebagai persentase dari dana simpanan
© Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved.
Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan
kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA
Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak
langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi
harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang
dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya.
* Diadopsi, dimodifikasi dan diterjemahkan dari Rating Methodology for Bank oleh ICRA Limited.
ICRA Indonesia Halaman 9 dari 9
Download