strategi memilih perangkat lunak pembagi bandwidth

advertisement
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
ISSN: 2089-9815
STRATEGI MEMILIH PERANGKAT LUNAK PEMBAGI BANDWIDTH
TANPA MIKROTIK UNTUK WARNET
Hilyah Magdalena
Program Studi Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang
Jl. Raya Sungailiat Selindung Baru Pangkalpinang 33127
Telp (0717) 433506
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Saat ini untuk mengatur dan mengelola bandwitdh banyak cara dan perangkat yang tersedia. Kita dapat
memilih perangkat yang sesuai dengan kebutuhan. Berkembangnya kebutuhan untuk mengaskses internet
dengan biaya relatif murah kemudian memunculkan sebuah usaha kreatif yang disebut dengan warung internet.
Warung internet adalah jenis usaha yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 yang bergerak
dibidang penyewaan komputer untuk mengakses internet. Bagi sebagian masyarakat yang mempunyai usaha
warung internet (warnet) teknik mengatur dan membagi bandwidth agar adil bagi semua pelanggannya adalah
hal yang penting. Dalam penelitian ini ada beberapa perangkat lunak yang menjadi alternatif untuk menjadi
fasilitas untuk mengatur kapaeitas bandwidth. Untuk memilih perangkat lunakpmebagi bandwidth terbaik untuk
warnet penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process dan Expert Choice 2000 sebagai
pengolah data dari responden ahli (expert judgement). Hasil analisis dan pengolahan data memberikan hasil
bahwa kriteria terpenting dalam memilih perangkat lunak pembagi bandwidth adalah kriteria pembatasan
badwidth dengan bobot mencapai 39,9%. Sedangkan alternatif perangkat lunak yang terpilih adalah SoftPerfect
Bandwidth Manager dengan bobot mencapai32,6%.
Kata Kunci : perangkat lunak pembagi bandwidth, warung internet, analytical hierarchy process, expert choise
2000
kesuksesan usaha warnet adalah ramai atau tidaknya
pengunjung yang datang untuk mengakses internet.
Dan umumnya tolak ukur pertama bagi para
pengunjung dalam memilih sebuah warnet selain
harga adalah kecepatan akses. Kecepatan akses
internet sangat bergantung kepada berbagai factor,
salah satunya adalah teknik pembagian bandwidth..
ada berbagai perilaku pengunjung dalam warnet, dan
sering kali ada perilaku pengunjung yang merugikan
pengunjung lain seperti mendownload program
dengan Internet Download Manager (IDM).
Untuk memastikan bahwa setiap pengunjung
mendapatkan kapasitas bandwidth yang adil maka
pengelola warnet dapat menggunakan beberapa
teknik pembagian bandwidth. Ada teknik pembagian
bandwidth dengan mikrotik dan ada pula yang tanpa
mikrotik. Pada penelitian ini teknik pembagian
bandwidth yang dibahas adalah teknik pembagian
bandwidth menggunakan perangkat lunak dan tanpa
mikrotik. Alasan pengelola tidak menggunakan
mikrotik dalam mengelola pembangian bandwidth di
warnetnya adalah jika computer yang dimiliki
relative sedikit, setting dan manajemen bandwidth
yang mudah, dan harga perangkat lunak yang
relative murah.
Ada beberapa perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk mengatur pembagian bandwidth
yaitu Soft Perfect Bandwidth Manager, Antamedia
Bandwidth Manager, Du Super Controller, dan Net
Limiter.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia teknologi informasi dan
kebutuhan untuk mengakses informasi seluas –
luasnya dari internat, telah menimbulkan sebuah
usaha penyewaan komputer untuk mengakses
internet yang dikenal dengan warung internet.
Warung internet adalah sebuah istilah yang
berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 untuk
menggambarkan sebuah kios penyewaan komputer
yang digunakan untuk mengakses internet.
Keberadaan warnet bermanfaat bagi pelajar,
mahasiswa, professional, dan wisatawan asing.
Warnet diakses untuk berbagai kebutuhan seperti
untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah,
riset, mencari data pendukung penulisan skripsi,
berkunjung di media social, berkorespondensi
melalui email, berkomunikasi melalui forum
chatting, menikmati hiburan, bertransaksi online,
bermain game, dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal penting yang wajib menjadi
perhatian para investor yang ingin membangun
usaha warnet, yaitu : pemilihan lokasi warnet,
rancangan meja komputer yang akan digunakan,
instalasi listrik, instalasi jaringan dan model Local
Area Network yang akan dipakai, instalasi sistem
operasi dan aplikasi pendukungnya, instalasi untuk
pembayaran sewa internet (billing), perakitan
komputer untuk warnet, operator beserta
pelatihannya, dan promosi.
Untuk kelancaran usaha, salah satu indikasi
189
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
1.2
Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini fokus, maka perlu dibuat
ruang lingkup penelitian sebagai batasan masalah.
Ruang lingkup penelitin ini adalah,
a. Mengkaji factor – factor apa saja yang perlu
diperhatikan oleh pengelola internet jika ingin
memilih dan menggunakan perangkat lunak
pembagi bandwidth tanpa mikrotik.
b. Melihat perbandingan keunggulan masing –
masing perangkat lunak pembagi bandwidth
sebagai alternatif pilihan pengelola warnet.
c. Penelitian ini menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process dan Expert Choice sebagai
tools.
b.
c.
1.3
Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah, sulitnya menentukan perangkat lunak apa
yang paling sesuai untuk diimplementasikan di suatu
warnet. Ada beberapa perangkat lunak yang dapat
dijadikan alternatif sebagai pembagi bandwidth
tanpa mikrotik, yang masing – masing tentu saja
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk dapat
melihat kelebihan dan kekurangan masing - masing
perangkat lunak, maka penelitian ini akan
menyajikan berbagai kriteria untuk memilih
perangkat lunak pembagi bandwidth ini dalam
sebuah hirarki yang dimulai dari tujuan, kriteria
level satu, sub kriteria dari level satu (kriteria level
dua), dan alternatif yang akan dipilih dengan konsep
yang ada pada metode Analytical Hierarchy Process
(AHP).
d.
e.
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat untuk memberikan
kemudahan pengambilan keputusan bagi para
pengelola warnet dalam memilih perangkat lunak
apa yang sebaik nya digunakan untuk membagi
bandwidth tanpa mikrotik,
f.
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk kemajuan
dan percepatan perkembangan usaha warnet.
Perangkat lunak pembagi bandwidth relative mudah
dipelajari dan digunakan dibandingkan dengan
menggunakan mikrotik, selain itu pemanfaatan
perangkat lunak ini dapat disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan dan besarnya usaha warnet. Jika usaha
warnet berkembang pesat dan menjadi terlalu besar
untuk dapat di atur pembagian bandwidth – nya
hanya dengan perangkat lunak, maka penyesuaikan
dapat dilakukan dengan menggunakan mikrotik jika
memang telah diperlukan.
ISSN: 2089-9815
mengembangkan tujuh pilar utama dalam AHP.
Penelitian ini dipublikasikan pada Univ. of
Pittsburgh, PA 15260, USA. (Saaty T.L, 2000)
Thomas
L.Saaty
pada
tahun
2005
mempublikasikan hasil penelitiannya yang
berjudul “Making Validating Complex Decision
with the AHP/ ANP”. Penelitian ini terbit dalam
Journal of Systems Science and Systems
Engineering. Vol. 14 No.1. pp 1-36. March 30,
2005. (Saaty T.L 2005)
Andras
Farkas,
pada
tahun
2010
mempublikasikan hasil penelitiannya yang
berjudul “The Use of the AHP in Civil
Engineering Projects”. Penelitian ini dimuat
dalam 8th – International Conference on
Management, Enterprise and Brenchmarking.
June 4-5 2010. Budapest, Hungaria. (Andras
2010).
Omar Lopez Ortega dan Marco Antonio Rosales
(2011). Mempublikasikan hasil penelitiannya
yang berjudul “An agent – oriented decision
support system combining fuzzy clustering and
the AHP”, pada Journal Expert Systems with
Applications. (Ortega O. L., Rosales M.A.,
2011).
M.A. Burhanuddin, Sami M.Halawani, A.R
Ahmad, dan Zulkifli Tahir (2011). Mereka
mempublikasikan hasil penelitiannya yang
berjudul “Failur Based Maintenance Decision
Support System Using Analytical Hierarchical
Process”, pada International of Advance
Computer Science, Vol. 1 No.1 pp 1 – 9 Juli
2011. (Burhanuddin M.A., Halawani S.M.,
Ahmad A.R., Tahir, Zulkifli 2011).
Zareta Servini, Igor Nedelkovski, dan Jani
Servini (2011). Mereka mempublikasikan hasil
penelitian mereka yang berjudul “Development
of AHP Based Models and DSS for Strategic
Planning of Local Sustainable Development”,
yang dimuat pada Proceedings of the
International Symposium on the Analytic
Hierarchy Process 2011. (Servini, Zareta.,
Nedelkovski, Igor., Servini, Jani 2011).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah
pendekatan sistematis pada satu masalah dengan
mengumpulkan fakta – fakta pendukung,
menentukan alternatif yang akan dipilih, dan terakhir
mengambil tindakan berdasarkan perhitungan yang
tepat.
Membuat keputusan sering kali berhadapan
dengan kerumitan karena lingkup pengambilan
keputusan yang luas dan dengan data yang begitu
banyak. Untuk mempemudah proses pengambilan
keputusan maka sebagian besar pembuat atau
pengambil keputusan mengandalkan seperangkat
sistem yang mampu membantu memecahkan
masalah secara efektif dan efisien, yang disebut
1.6
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang menggunakan AHP sudah
banyak dilakukan oleh peneliti lain untuk berbagai
kepentingan. Berikut ini adalah beberapa penelitian
terdahulu yang menggunakan AHP :
a. Thomas
L.Saaty
pada
tahun
2000
190
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
ISSN: 2089-9815
yang ada di SoftPerfect Bandwidth Manager adalah :
a. Konfigurasi terpusat dari lokasi jaringan
tunggal.
b. Fleksibel, memprioritaskan pengaturan dua arah
untuk menentukan tingkat data maksimum.
c. Adanya aturan untuk membuat pengalamatan
IP, protokol, port (untuk TCP / IP) dan
antarmuka jaringan.
d. Transparansi bagi pengguna akhir.
e. Umumnya tidak membutuhkan instalasi
perangkat lunak pada komputer client.
f. Mampu menyajikan hasil dalam bentuk statistik
terinci dan komprehensif untuk setiap aturan.
g. Kuota dan hukuman untuk mencegah
penyalahgunaan.
dengan Sistem Pendukung Keputusan (SPK).
Masalah dalam pengambilan keputusan adalah
sulitnya menentukan keputusan strategis yang sulit
untuk
direalisasikan.
Untuk
mengurangi
kecenderungan ini, maka menurut Turban, proses
pengambilan keputusan mempunyai empat fase yaitu
fase
identifikasi,
desain,
pemilihan,
dan
implementasi. Fase identifikasi juga disebut fase
intelligence yaitu fase mengidentifikasi masalah.
Fase desain adalah fase menggunakan sebuah model
tertentu untuk menggambarkan suatu sistem dengan
mengacu pada peraturan – peraturan dan kriteria –
krieria yang baku dan menggabungkan semua
variabel – variabel tersebut. Fase pemilihan adalah
fase yang menghasilkan pilihan sebagai tujuan atau
penyelesaian dari sebuah mode. Sedangkan fase
implementasi adalah fase melihat tingkat
keberhasilan sistem pendukung keputusan dalam
menyelesaikan masalah (Turban 1998).
b. Antamedia Bandwidth Manager
Panduan lengkap tentang Antamedia Bandwidth
Manager ada pada Antamedia Bandwidth Manager
Manual tahun 2010. Antamedia Bandwidth Manager
adalah perangkat lunak untuk membatasi download
yang sangat cocok untuk internet yang
memungkinkan perangkat lunak tersebut otomatis
memblokir lalu lintas data ketika user logout. Setiap
pengguna dan komputer dapat memiliki tingkat
download dan upload yang berbeda. Perangkat
lunak ini begitu mudah dipakai dan minimal
terjadinya error pada port. Begitu dipasang ke
server, maka dia langsung bisa mendeteksi komputer
yang terkoneksi ke server. Setelah itu, langkah
selanjutnya adalah membuat basis data komputerkomputer yang ada di warnet ke dalam daftar
account untuk pembagian jatah kuota bandwidth
untuk download dan upload. Untuk komputer asing
atau baru yang belum terdata dalam daftar account
akan otomatis menjadapat jatah bandwidth sesuai
default login yang sudah disetting. Keunggulan lain
dari perangkat lunak ini adalah user friendly dan
mudah dalam pemantauan lalu lintas data, serta tidak
perlu install software ke komputer client. Perangkat
lunak ini juga dapat digunakan untuk mengatur
koneksi internet disetiap billing. Perangkat lunak ini
juga juga bisa mengatur jumlah data yang terkirim
disetiap billingnya jadi koneksi bisa disamaratakan
(sistem penalty).
2.2 Perangkat Lunak Pembagi Bandwidth
a. Soft Perfect Bandwidth Manager
Soft Perfect Bandwidth Manager adalah sebuah
perangkat lunak yang menawarkan fitur / tools
lengkap dalam mengelola kegiatan lalu lintas data
yang ada di Windows yang menawarkan keefektifan
dalam melakukan kontrol bandwidth dan menjaga
kualitas layanan berdasarkan aturan yang
diprioritaskan.
Aturan-aturan ini dapat menentukan batas
bandwidth untuk setiap pengguna internet, sehingga
pengaturan akses ke internet dapat berjalan dengan
maksimal. Ini adalah sebuah solusi bagi orang-orang
yang mempunyai akses internet tinggi dan ingin
membagi bandwidthnya menjadi beberapa jalur,
khususnya orang-orang yang mempunyai warnet
atau hotspot. Bandwidth harus dibatasi disetiap
komputer karena kecepatan beberapa program
seperti download manager mampu mengambil data
trafik besar sehingga akan menganggu atau
memperlambat koneksi komputer lainnya. Jika
bandwidth disetiap computer telah dibatasi, dan ada
pengguna warnet menggunakan internet download
manager maka batas maksimal download adalah
batas maksimal sesuai besarnya kapasitas bandwidth
yang telah kita setting, sehingga tidak akan
mengganggu pemakai internet yang lain.
Dengan SoftPerfect Bandwidth Manager,
pengelola warnat dapat menerapkan aturan besarnya
kecepatan atau pelambatan kecepatan ke alamat IP
tertentu, port dan bahkan antarmuka jaringan dengan
tidak ada perubahan infrastruktur jaringan yang ada.
Fitur – fitur yang ada pada perangkat lunak
SoftPerfect Bandwidth Manager mudah dikelola
melalui Windows GUI intuitif. Perangkat lunak ini
memerlukan Windows 2000 atau lebih tinggi dan
koneksi jaringan, yang bisa menjadi koneksi
nirkabel, atau modem yang sesuai dengan standar
NDIS. Ada dua edisi SoftPerfect Bandwidth
Manager yang tersedia: standar dan lite. Fitur Utama
c.
Du Super Controller
Du Super Controller adalah perangkat lunak
yang dapat berfungsi sebagai tools pembatas
bandwidth internet. Perangkat lunak ini dapat
berjalan sendiri dan tidal memerlukan server.
Perangkat lunak ini dapat langsung di install di tiap
komputer client yang ingin diatur bandwidth.
Perangkat lunak ini dilengkapi password untuk
membukanya, sehingga hanya pengelola warnet atau
orang – orang tertentu saja yang dapat
mengubahnya. Berikut ini adalah fitur yang ada pada
perangkat lunak Du Super Controller :
a. Mudah untuk mengontrol kecepatan koneksi
internet untuk download dan upload.
191
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
ISSN: 2089-9815
Wharton Business School, yang berguna untuk
mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai
alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan
(Vaidya dan Sushil, 2008)
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat
menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak
terstruktur. Masalah yang kompleks umumnya
adalah masalah yang mempunyai banyak kriteria
(multikriteria), struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan,
pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia.
Thomas Lorie Saaty (1993) menguraikan
metode AHP yang dilakukan dengan cara
memodelkan permasalahan secara bertingkat yang
terdiri dari kriteria dan alternatif. . untuk
memodelkan sebuah masalah AHP memerlukan
hirarki untuk mendefenisikan masalah serta
membuat perbandingan berpasangan selanjutnya
menentukan hubungan dalam struktur tersebut.
Struktur hirarki digambarkan dalam suatu diagram
pohon yang berisi goal (tujuan masalah yang akan
dicari solusinya), kriteria, subkriteria dan alternatif.
b. Mudah untuk membuat batas atau limit
download dan kecepatan upload untuk setiap
aplikasi dan koneksi yang menggunakan TCP /
IP. Semua control dalam perangkat lunak ini
dirancang sederhana dan mudah digunakan.
c. Memprioritaskan download dan mencegah
upload yang dapat mengurangi kinerja
download.
d. Menjamin jaringan lalu lintas dari dan ke
jaringan lokal tidak terpengaruh .
e. Semua komputer mendapatkan bagian untuk
koneksi internet secara adil bahkan ketika
computer dalam keadaan idle.
f. Mengawasi kecepatan lalu lintas jaringan yang
memungkinkan pengguna dapat berselancar di
internet dengan cepat dan nyaman.
d. Net Limiter
Netlimiter adalah perangkat lunak untuk
mengawasi lalu lintas data atau traffic control atau
bandwidth management dan monitoring bandwidth
untuk komputer bersistem windows, software ini
sama dengan DU Controller yang umum para admin
warnet pakai untuk topologi peer to peer dimana
tidak
ada
server
yang
betugas
untuk
mengadministrasi
secara
terpusat
keperluan
bandwidth. Software ini dapat digunakan untuk
mengatur batas kecepatan transfer download /
upload aplikasi atau koneksi tunggal dan memonitor
lalu lintas internet pengguna warnet. Fitur utama
NetLimiter adalah :
a. Monitor Jaringan
NetLimiter dapat menunjukkan daftar semua
aplikasi yang berkomunikasi melalui koneksi
jaringan, kecepatan transfer dan banyak lagi.
b. Bandwidth Limiter
Pengelola
warnet
dapat
menggunakan
NetLimiter untuk mengatur download atau
upload batas kecepatan transfer untuk aplikasi.
Dengan batas ini pengelola warnet dapat dengan
mudah mengatur bandwidth koneksi internet
Anda (bandwidth shaper atau controller
bandwidth)
c. Alat Statistik
Fitur ini memungkinkan Anda untuk melacak
riwayat lalu lintas internet pengguna.
d. Tambahan Jaringan Informasi
NetLimiter memberikan Anda dan informasi
tambahan seperti WHOIS, trace route dll.
selain itu NetLimiter juga berfungsi sebagai
penjadwal / scheduler, administrasi dari jarak
jauh remote administration, blocker connection,
running as WinNT service, hak pengguna,
advanced rule editor dan scheduler, zone based
traffic management
2.4
Expert Choice 2000
Expert Choice 2000 merupakan perangkat lunak
yang dapat digunakan untuk perhitungan pemecahan
persoalan dengan AHP (Ishizaka dan Labib, 2009 ).
Data yang diproses ialah data yang diperoleh dari
hasil interview dan kuesioner dari para responden
ahli. Proses pengolahan datanya ialah menentukan
total nilai dari kompetensi dengan cara mengalikan
skor yang diperoleh dari interview dengan bobot
yang diperoleh dari penilaian pakar. Dengan
demikian data yang diperoleh akan menampilkan
apakah kompetensi yang dimiliki harus memenuhi
kriteria yang sudah ditentukan, yaitu lebih kecil atau
sama dengan 10 %. Jika nilai / persentase yang
ditimbulkan tidak memenuhi kriteria tersebut, maka
diperlukan langkah – langkah ataupun perbaikan –
perbaikan baik secara berkala ataupun langsung.
3. DESAIN PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di beberapa warnet
yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Khususnya
yang ada di Kota Pangkalpinang sebagai ibukota
provinsi. Di Pangkalpinang saat ini banyak
bermunculan warnet – warnet yang diakses oleh
berbagai kalangan masyarakat untuk memenuhi
berbagai keperluan terkait akses internet.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan kombinasi dari data
primer dan data sekunder. Data primer didapat dari
kuesioner yang disebar ke beberapa responden ahli
yang dianggap paham dengan permasalahan dalam
penelitian ini. Sedangkan data sekunder didapat dari
hasil pustaka yang relevan dengan penelitian ini.
2.3
Analytical Hierarchy Process
Metode AHP pertama kali dikembangkan
oleh Prof. Thomas L.Saaty pada tahun 1970 dari
192
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
ISSN: 2089-9815
Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari
kriteria instalasi program adalah, kemudahan
instalasi server, kemudahan instalasi client, setting
bandwidth, manajemen bandwidth, keamanan
konfigurasi pengaturan bandwidth, pengaturan
jaringan otomatis.
Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari
kriteria jenis perangkat lunak adalah, shareware,
freeware, trial, license.
Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari
kriteria limitasi zona adalah, zona internet, zona
local network, zona local host.
Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari
kriteria pembatasan bandwidth adalah, statis,
pembatasan kapasitas download, pembatasan
kecepatan secara global, pembatasan per program,
mengukur kecepatan transfer rate, pembatasan satu
arah.
3.3 Metode Pemilihan Responden Ahli
Responden ahli dalam penelitian yang
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
adalah orang – orang yang dianggap mengerti
tentang masalah dalam penelitian ini dan mampu
memberikan expert judgement ( penilaian pakar )
untuk peneliti, expert judgement tersebut dibutuhkan
terutama pada saat menentukan kriteria – kriteria apa
saja yang paling cocok untuk dimasukkan dalam
hirarki AHP.
Untuk mendapatkan penilain pakar ini harus
melewati beberapa tahap, mulai dari wawancara
pakar tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan
validasi variabel – variabel
yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan perangkat lunak
pembagi bandwidth untuk warnet. Adapun kriteria
seorang pakar adalah memiliki pengalaman dibidang
usaha warnet dan memiliki pendidikan yang
menunjang di bidang teknologi informasi khususnya
jaringan.
Setelah melakukan wawancara tahap pertama,
maka dilakukan pengembangan dan perbaikan
kuesioner. Hasilnya akan ditanyakan kembali
kepada pakar yang sama untuk mendapatkan
kesepakatan (konsensus) terkait dengan isi
kuesioner, sebelum variabel dimasukkan kedalam
kuesioner yang ditujukan untuk responden
konsumen
Setelah didapat konsensus pakar tentang
variabel-variabel yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan perangkat lunak pembagi bandwidth
untuk warnet, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan penyebaran kuesioner atau angket
kepada para responden. Responden yang dimaksud
adalah beberapa pengelola dan operator warnet.
Kuesioner bersifat tertutup dimana pada setiap
pertanyaan
terdapat
jawaban
yang
telah
direncanakan dan responden hanya diminta mengisi
sesuai petunjuk. Setelah penyebaran kuesioner
kepada responden dan memperoleh faktor dominan
yang menjadi kriteria pemilihan perangkat lunak
pembagi bandwidth untuk warnet, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan perincian kriteria
sehingga terbentuk tingkatan untuk selanjutnya
digunakan sebagai alat penilaian perangkat lunak
pembagi bandwidth untuk warnet yang dijadikan
sampel penelitian.
4. HASIIL DAN PERANCANGAN
4.1. Hasil Analisis Data
Berdasarkan metode AHP, maka persoalan akan
dipecah menjadi beberapa level yang tersusun
menjadi hierarki sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Rancangan Pemilihan
Alternatif
Pada gambar satu terlihat secara hirarki mulai dari
tujuan, kriteria level satu, kriteria level dua, dan
alternatif yang tersedia.
3.4 Variabel Yang Diamati
Dalam penelitian ini variable – variable yang
diamati disusun secara hirarkis menurut prinsip
AHP. Variable akan disusun bertingkat mulai dari
tujuan, kriteria level satu, kriteria level dua, dan
alternatif yang akan dipilih.
Goal / Tujuan adalah strategi memilih
perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik
untuk warnet.
Kriteria level satu terdiri dari instalasi program,
jenis perangkat lunak, limitasi zona, dan pembatasan
bandwidth.
4.2.
Solusi Dengan Expert Choice 2000
Setelah data responden ahli dihitung dengan
prinsip AHP dan dengan bantuan perangkar lunak
Expert Choice 2000, berikut ini adalah persentase
tiap – tiap kriteria dan alternatif yang ada dalam
hirarki pemilihan alternatif.
Pada gambar 2 terlihat bobot dari hasil
pengolahan data pada masing – masing kriteria dan
alternatif. Hal ini menunjukkan kriteria apa saja
193
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
yang dianggap penting oleh para responden ahli dan
alternatif yang terpilih.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Gambar 2. Solusi yang Dihasilkan
13.
4.3.
Tingkat Sensitivitas Hasil Analisis
Inconsistency ratio atau rasio inkonsistensi
data responden merupakan parameter yang
digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan
berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau
tidak. Rasio inkonsistensi data dianggap baik jika
nilai CR-nya ≤ 0.1. Berikut ini ditampilkan nilai
rasio inkonsistensi pada masing-masing matriks
perbandingan.
Tabel 1. Tabel Perbandingan Berpasangan
No
Matriks Perbandingan Elemen
1
2.
3.
4.
5.
6.
Perbandingan elemen kriteria level
I berdasarkan goal strategi memilih
perangkat
lunak
pembagi
bandwidth tanpa mikrotik untuk
warnet
Perbandingan Elemen Sub Kriteria
Level II Kriteria Instalasi Program
14.
15.
16.
Nilai
CR
0,02
17.
18.
0,01
19.
Perbandingan Elemen Sub Kriteria
Level II Kriteria Jenis Perangkat
Lunak
Perbandingan Elemen Sub Kriteria
Level II Kriteria Limitasi Zona
0,01
20.
Perbandingan Elemen Sub Kriteria
Level II Kriteria Pembatasan
Bandwidth
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Instalasi Program
Sub Kriteria Kemudahan Instalasi
Server
0,01
0,01
21,
0,01
22.
194
ISSN: 2089-9815
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Instalasi Program
Sub Kriteria Kemudahan Instalasi
Client
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Instalasi Program
Sub Kriteria Setting Bandwidth
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Instalasi Program
Sub
Kriteria
Manajemen
Bandwidth
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Instalasi Program
Sub
Kriteria
Keamanan
Konfigurasi Pengaturan Bandwidth
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Instalasi Program
Sub Kriteria Pengaturan Jaringan
Otomatis
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Jenis Perangkat
Lunak Sub Kriteria Shareware
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Jenis Perangkat
Lunak Sub Kriteria Freeware
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Jenis Perangkat
Lunak Sub Kriteria Trial
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Jenis Perangkat
Lunak Sub Kriteria License
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Limitasi Zona
Sub Kriteria Zona Internet
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Limitasi Zona
Sub Kriteria Zona Local Network
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Limitasi Zona
Sub Kriteria Zona Local Host
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Pembatasan
Bandwidth Sub Kriteria Statis
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Pembatasan
Bandwidth
Sub
Kriteria
Pembatasan Kapasitas Download
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Pembatasan
Bandwidth
Sub
Kriteria
Pembatasan Kecepatan Secara
Global
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Pembatasan
Bandwidth
Sub
Kriteria
Pembatasan Per Program
0,01
0,01
0,03
0,01
0,00
0,02
0,00
0,00
0,02
0,02
0,00
0,00
0,00
0,00
0,01
0,01
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
23.
24.
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Pembatasan
Bandwidth Sub Kriteria Mengatur
Kecepatan Transfer Rate
Perbandingan Elemen Alternatif
Level III Kriteria Pembatasan
Bandwidth
Sub
Kriteria
Pembatasan Satu Arah
ISSN: 2089-9815
0,02
0,01
Gambar 6. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria
Limitasi Zona
Dari tabel matriks perbandingan berpasangan
tersebut dapat disimpulkan bahwa perbandingan
berpasangan yang diberikan responden ahli memiliki
nilai rasio inkonsistensi yang lebih kecil dari 0,1
sebagai batas maksimum nilai rasio inkonsistensi.
Dengan demikian hasil perhitungan geometrik
gabungan data responden cukup konsisten. Berikut
ini disajikan bobot masing-masing kriteria.
Pada Gambar 3 terlihat bahwa kriteria
pembatasan bandwidth adalah kriteria level satu
yang paling besar bobotnya, yaitu 39,9%.
Pada gambar 7 menunjukkan beberapa sub
kriteria dari kriteria Pembatasan Bandwidth. Dari
beberapa sub kriteria tersebut maka pembatasan
kapasitas download adalah sub kriteria yang paling
tinggi bobotnya yaitu 29,4%.
Gambar 7. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria
Pembatasan Bandwidth
Pada gambar 8 terlihat komposisi dari alternatif
- alternatif yang terpilih beserta masing – masing
bobotnya. Berdasarkan gambar Synthesis With
Respect To Goal maka alternatif yang terpilih
sebagai perangkat lunak terbaik untuk membagi
bandwidth di warnet adalah Soft Perfect Bandwidth
Manager dengan bobot mencapai 32,6%.
Gambar 3. Kriteria Level Satu Beserta Nilai
Bobotnya
Pada Gambar 4 terlihat beberapa sub kriteria
dari Kriteria Instalasi Program, dan yang paling
tinggi bobotnya adalah pengaturan jaringan otomatis
dengan persentase mencapai 25,3%.
Gambar 8. Synthesis With Respect To Goal Beserta
Bobot Masing – Masing Alternatif
Gambar 4. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria
Instalasi Program Beserta Nilai Bobotnya
Pada gambar 9 terlihat grafik kinerja atau
performance masing – masing alternatif berdasarkan
kriteria – kriteria yang telah disusun menurut prinsip
AHP.
Pada gambar 5 terlihat beberapa sub kriteria
dari kriteria Jenis Perangkat Lunak. Dan yang paling
tinggi bobotnya adalah sub kriteria License dengan
persentase mencapai 38,5%.
Gambar 9. Performace Sensitivity For Nodes Below
Pada gambar 10 menunjukkan hasil bersisian
(side by side) dari kriteria level satu di sisi kiri dan
alternatif di sisi kanan. Penggambaran seperti ini
memudahkan para pengambil keputusan untuk
menilihat kriteria apa yang paling berpengaruh
Gambar 5. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria Jenis
Perangkat Lunak
Pada gambar 6 terlihat beberapa sub kriteria
dari kriteria Limitasi Zona. Dari beberapa sub
kriteria tersebut, sub kriteria zona internet adalah
yang paling besar bobotnya, yaitu 54,5%.
195
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013)
Yogyakarta, 9 Maret 2013
ISSN: 2089-9815
Farkas, Andras (2010). The Use of the AHP in Civil
Engineering Project. 8th – International
Conference on Management, Enterprise and
Brenchmarking. June 4 – 5 2010. Budapest –
Hungaria.
Ishizaka, Alessio dan Labib, Ashraf (2009). Analytic
Hierarchy Process and Expert Choice : Benefits
and Limitations. ORInsight, 22(4), p.201-220,
2009, Preprint Version
Laporan Hasil Riset Pengantar (Preliminary
Research) Kondisi Industri Warnet Indonesia
(Medan, Makasar, Bandung, Jogja, Jakarta
Suburban) Kerja Sama Antara : Center For ICT
Studies – ICT Watch Dengan PEG – USAID.
2003
Ortega O. L., Rosales M.A., (2011). An agentoriented decision support system combining
fuzzy clustering and the AHP. Journal Expert
Systems with Applications.
www.elsevier.com/locate/eswa.
Saaty T. L. (2008), Decision Making With The
Analytic Hierarchy Process, Int. J.Services
Sciences, Vol. 1., No. 1, 2008
Saaty T.L. (2000), The Seven Pillars Of The Analytic
Hierarchy Process
Saaty T.L. (2005), Making and Validating Complex
Decision With The AHP / ANP : Journal Of
Systems Science and Systems Engineering.
Vol.14, No.1 pp 1- 36. March 20. 2005
Servini, Zareta., Nedelkovski, Igor., Servini, Jani.
(2011). Development of AHP Based Models
and DSS For Strategic Planning of Local
Sustainable Development. Proceeding of the
International Symposium on the Analytical
Hierarchy Process 2011.
Turban, E; Jay E.A, 1998, Decision Support System
and Intelligent System, Fifth Edition, Prentice
Hall International, Inev. New Jersey
Vaidya O.S. dan Kumar Sushil (2006), Analytic
Hierarchy Process : an overview of application.
European Journal Of Operational Research 169
dalam pengambilan keputusan, sekaligus kriteria apa
yang terpilih lengkap dengan persentase bobotnya.
Gambar 10. Dynamic Sensitivity For Nodes Below.
5.
KESIMPULAN
Kebutuhan akan akses internet saat ini semakin
tinggi. Kendala akan harga perangkat lunak dan
perangkat keras yang mungkin tidak terjangkau oleh
sebagian masyarakat kita terjawab dengan kehadiran
warung internet atau warnet. Warnet adalah usaha
jasa penyewaan seperangkat hardware dan software
untuk mengakses internet. Saat ini banyak sekali
warnet
dengan
berbagai
kelebihan
dan
kekurangannya untuk memenuhi bermacam
kebutuhan masyarakat akan akses internet.
Dalam persaingan usaha yang cukup ketat
untuk mendapatkan pelanggan sebanyak –
banyaknya, salah satu tolak ukur kesuksesan warnet
adalah kecepatan akses internetnya dan ini berkaitan
dengan teknik pembagian bandwidth yang adil bagi
semua pelanggannya.
Ada berbagai teknik yang dapat digunakan oleh
pengelola warnet dalam membagi bandwidth. Salah
satunya adalah menggunakan perangkat lunak
pembagi bandwidth tanpa mikrotik.
Penelitian ini membandingkan beberapa
perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik
yang dapat digunakan untuk membagi bandwidth di
warnet, yaitu Soft Perfect Bandwidth Manager,
Antamedia Bandwidth Manager, Du Super
Controller, dan Net Limiter.
Hasil pengolahan data dari para responden ahli
menunjukkan bahwa kriteria yang paling
berpengaruh dalam memilih perangkat lunak
pembagi bandwidth ini adalah kriteria pembatasan
bandwidth dengan bobot mencapai 39,8%, dan
alternatif perangkat lunak yang terpilih adalah Soft
Perfect Bandwidth Manager dengan persentase
mencapai 32,6%.
PUSTAKA
Antamedia Bandwidth Manager Manual (2010).
Burhanuddin M.A., Halawani S.M., Ahmad A.R.,
Tahir, Zulkifli (2011). Failure
Based
Maintenance Decision Support System Using
Analytical Hierarchical Process. International
Journal of Advance Computer Science, Vol.1
No.1. pp 1 – 9 Juli 2011
196
Download