KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, bahwa pada akhirnya kami dapat menyelesaikan pembuatan Buku Panduan Praktikum Skill’ Lab. Blok 3. Buku Panduan Praktikum Skill’s Lab. Blok 3 ini dibuat berdasarkan kompetensi dari berbagai ilmu kedokteran dasar seperti: Ilmu Anatomi, Histologi, Fisiologi, Mikrobiologi Umum, yang membahas dari sudut normal; serta Ilmu Patologi Anatomi, Patologi Klinik, Mikrobiologi Klinik dan Farmakologi, yang membahas abnormalitas atau kelainan/penyakit. Dengan adanya Buku Panduan Praktikum Skill’s Lab. Blok 3 ini diharapkan agar mahasiswa dapat melaksanakan proses praktikum dengan lancar sehingga pemahaman akan teori-teori yang dipelajarinya dapat tercapai dengan baik. Perlu ditegaskan di sini bahwa buku ini hanya digunakan untuk lingkungan pendidikan Kedokteran Gigi di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh serta tidak diperjualbelikan ataupun diperbanyak tanpa izin Ketua Blok 3. Akhir kata, kami mengharapkan kritik untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyempurnakan buku penuntun ini. Penyusun Tim Blok 3 PSKG FK Unsyiah 4 Blok 3 PSKG FK Unsyiah TATA TERTIB PRAKTIKUM DANSKILLS LAB 1. Tata Tertib Praktikum (Reinforcement ) / Skills Lab 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Setiap mahasiswa harus hadir pada saat praktikum, dan buku ini harus dibawa serta. Keluar masuk ruang praktikum harus seijin pengawas yang bertugas. Apabila terlambat 15 menit tanpa alasan yang jelas, tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu. Pengisian daftar hadir : Pagi : 15 menit setelah waktu praktikum dimulai. Siang : 15 menit sebelum waktu praktikum berakhir. Mahasiswa harus memakai jas praktikum putih yang bersih dan rapi, memakai papan nama di dada sebelah kiri, dan dilarang memakai sandal. Untuk mahasiswi, rambut yang panjang harus diikat agar tidak mengganggu pekerjaan. Setiap mahasiswa harus bertanggung jawab atas alat-alat/mesin yang dipinjam dari fakultas. Kerusakan yang terjadi harus segera dilaporkan kepada pengawas yang bertugas. Apabila kerusakan terjadi karena kesalahan mahasiswa, maka harus mengganti dengan yang sejenis. Alat/bahan dipakai bersama yang hilang harus diganti oleh grup yang bekerja pada waktu itu. Setiap mahasiswa harus menyediakan alat dan bahan yang sudah ditentukan. Semua pekerjaan harus dikumpulkan dan tidak boleh dibawa pulang, kecuali seijin pengawas. Setiap mahasiswa harus bekerja sendiri dengan tertib pada tempat yang telah ditentukan. Untuk memulai tahap pekerjaan yang baru, harus seijin pengawas yang bertugas. Setiap mahasiswa harus menguasai teori tentang tahap pekerjaan yang akan dilakukan. Setiap tahap pekerjaan yang telah diselesaikan harus disetujui, diparaf, dan diberi nilai oleh pengawas yang bertugas pada hari itu. Pemalsuan pekerjaan, paraf dan nilai akan dikenai skorsing. Setiap tahap pekerjaan sedapat mungkin diselesaikan menurut jadwal. Bila tidak selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan tahap selanjutnya (yang sudah terjadwal), sedangkan tahap yang belum selesai dilanjutkan secara mandiri dengan mendapat pengurangan nilai. Penggunaan bahan di luar jadwal harus disediakan sendiri oleh mahasiswa. Semuai pekerjaan harus selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Mahasiswa yang dapat menyelesaikan seluruh tugas sebelum waktu yang telah ditetapkan akan mendapat tambahan nilai (bonus). Untuk pelanggaran terhadap setiap butir tata tertib ini akan dikenakan sanksi sebagai berikut : 1. Peringatan. 2. Tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu. 3. Tidak diperkenankan mengikuti praktikum sampai waktu yang ditentukan. 5 Blok 3 PSKG FK Unsyiah 2. Tata Tertib Ujian Praktikum / Skills Lab a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua ujian pada waktu yang telah ditentukan. b. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti ujian pada waktu yang telah ditentukan, harus melapor dalam waktu 2 (dua) hari sesudah hari ujian kepada Tim Manajemen Blok 3 dengan mengajukan alasan yang sah, dan akan mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian susulan pada waktu dan menurut cara yang ditetapkan. 6 Blok 3 PSKG FK Unsyiah PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI ISOLASI MIKROORGANISME Tujuan: mahasiswa dapat memisahkan mikroba dari campurannya sehingga didapat kultur murni. Isolasi Mikroorganisme: a. Pengertian b. Teknik Pengambilan sample c. Isolasi dengan cara pengenceran 1) Teknik preparasi suspensi Swab Rinse Maserasi 2) Teknik pengenceran bertingkat 3) Teknik penanaman Dari suspensi (spread dan pour plate) Dengan goresan (streak dan quadrant streak inoculation) Pengertian Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri inidapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Teknik Pengambilan Sampel Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel saliva. Subjek diminta untuk berkumur selama 1 menit dengan 10 ml PBS (0.01 M phosphate-buffered saline solution, pH 7.2) steril dan sebanyak 15 ml hasil kumuran tersebut ditampung ke dalam kontainer steril. Hasil kumuran tersebut disentrifus pada 3500 rpm selama 10 menit sehingga terbentuk supernatant dan pellet. Supernatant dibuang dan pellet diambil. Pellet kemudian dihomogenisasi menggunakan 1 ml PBS. Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution) 1. Teknik Preparasi Suspensi Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk sampel: a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan 58 Blok 3 PSKG FK Unsyiah semisal pepton water. b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relative berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass. c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll. Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Unutk sampel dari tanh tak perlu dimaserasi 1 2 3 2. Teknik Pengenceran Bertingkat Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga 59 Blok 3 PSKG FK Unsyiah pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Cara Kerja : a. Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 dan ingat akuades yang digunakan jika memakai teknik rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya (pengocokan yang benar dapat dilihat pada gambar disamping) b. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama. Teknik Penanaman a. Teknik penanaman dari suspensi Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir. a.1. Spread Plate (agar tabur ulas) Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni. Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Batang L atau batang drugal diambil kemudian disemprot alkohol dan dibakar diatas bunsen beberapa saat, kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa detik. Kemudian disebarkan dengan menggosokannya pada permukaan agar supaya tetesan suspensi merata, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar. Hal yang perlu diingat bahwa batang L yang terlalu panas dapat menyebabkan sel-sel mikroorganisme dapat mati karena panas. a.2. Pour Plate (agar tuang) Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan 60 Blok 3 PSKG FK Unsyiah memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut : Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat yang masih cair (>45oC) Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan kosong Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi. Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan dipermukaanya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate. b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak) Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. b.1 Goresan Sinambung Cara kerja : Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru. b.2 G 61 Blok 3 PSKG FK Unsyiah oresan T Cara kerja : Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zigzag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna Lakukan hal yang sama pada daerah 3 B.3 Goresan Kuadran (Streak quadrant) Cara kerja : Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal. 62 Blok 3 PSKG FK Unsyiah PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PEWARNAAN GRAM Pewarnaan Gram merupakan salah satu teknik Pewarnaan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap Pewarnaan tertentu (Pewarnaan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur. Metode Pewarnaan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode Pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap Pewarnaan tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, Pewarnaan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. PERSIAPAN Sebelum dilakukan Pewarnaan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang akan diperiksa. Bahan yang akan diperiksa, dapat berasal dari : 1) langsung dari penderita dapat berupa sputum (dahak), pus (nanah), discharge telinga, discharge hidung, urin dan cairan serebrospinal. Spesimen yang akan dilakukan pewarnaan, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear) terlebih dulu. Pengertian preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. a. Pembuatan preparat Alat dan bahan yang diperlukan adalah : Alat : Ose atau kapas lidi steril Gelas obyek Lampu spiritus Bahan : Bahan yang akan diperiksa. Untuk bahan yang berbeda, memerlukan cara pembuatan preparat yang berbeda pula. Berikut cara pembuatan preparat untuk berbagai sumber bahan. a.1. Bahan langsung dari penderita Bahan disentrifuge terlebih dulu, kemudian endapannya dibuat preparat. Bahan yang berupa endapan (pellet) hasil sentrifuge tersebut diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril kemudian digoreskan pada gelas obyek setipis mungkin. Panaskan gelas obyek di atas nyala api lampu spiritus sambil diayunkan secukupnya (jarak preparat sampai nyala api kira-kira 20 cm), sampai preparat tersebut kering. Setelah kering, 63 Blok 3 PSKG FK Unsyiah teteskan formalin 1 % tunggu selama 5 menit dan keringkan sekali lagi. Setelah betul-betul kering, preparat siap diPewarnaan. a.2. Bahan dari biakan cair Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya telah diaduk secara steril) dengan menggunakan ose steril, ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm. Preparat yang sudah dibuat kemudian dikeringkan dan ditetesi formalin dengan cara seperti pembuatan preparat langsung. a.3. Bahan dari media pertumbuhan padat Ambil gelas obyek yang bersih dan steril, bebaskan dari lemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus. Teteskan satu ose kaldu atau NaCl pada gelas obyek tersebut. Dengan ose steril, ambil satu koloni kuman dan ratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter 1 – 2 cm, campur dengan kaldu tadi sampai homogen kemudian tipiskan. Selanjutnya dikerjakan sebagaimana membuat preparat dengan bahan berasal dari penderita. Prinsip yang selalu harus diingat dan dipatuhi adalah : Selalu mensterilkan ose, pada saat akan dipakai dan setelah dipakai. Letakkan ose pada tempatnya, jangan diletakkan di sembarang tempat (misal di atas meja) Jangan memegang mata (ujung) ose dengan tangan. Usahakan tidak banyak bicara pada saat kerja. b. Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu Pewarnaan Gram A, B, C dan D. Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan fungsi masing-masing Pewarnaan Gram, adalah sebagai berikut : 1. Pewarnaan Gram A Pewarnaan ini terdiri atas : Kristal violet : 2 gram Etil alkohol 95 : 20 ml Ammonium oksalat : 0,8 gram Akuades : 80 ml Pewarnaan Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Pewarnaan Gram A merupakan Pewarnaan primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi Pewarnaan ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna Pewarnaan Gram A. 2. Pewarnaan Gram B Pewarnaan ini terdiri atas : Yodium : 1 gram Kalium Yodida : 2 gram Akuades : 300 ml Pewarnaan Gram B berwarna coklat. Pewarnaan Gram B merupakan Pewarnaan Mordan, yaitu Pewarnaan atau bahan kimia yang berfungsi memfiksasi Pewarnaan primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat pemberian Pewarnaan Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat). 64 Blok 3 PSKG FK Unsyiah 3. Pewarnaan Gram C Pewarnaan ini terdiri atas : Aseton : 50 ml Etil alkohol 95 % : 50 ml Pewarnaan Gram C tidak berwarna. Pewarnaan ini berfungsi untuk melunturkan Pewarnaan sebelumnya. Akibat pemberian Pewarnaan C akan terjadi 2 kemungkinan : Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara Pewarnaan dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif. Bakteri akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara Pewarnaan dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif. 4. Pewarnaan Gram D Pewarnaan Gram D terdiri atas : Safranin : 0,25 gram Etil alkohol 95 % : 10 ml Akuades : 90 ml Pewarnaan ini berwarna merah. Pewarnaan ini merupakan Pewarnaan sekunder atau kontras. Pewarnaan ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Pewarnaan sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari Pewarnaan primer. Akibat pemberian Pewarnaan Gram D, akan terjadi 2 kemungkinan : Bakteri Gram positif akan tetap berwarna ungu, karena telah jenuh mengikat Pewarnaan Gram A sehingga tidak mampu lagi mengikat Pewarnaan Gram D. Bakteri Gram negatif akan berwarna merah, karena Pewarnaan sebelumnya telah dilunturkan oleh Pewarnaan Gram C maka akan mampu mengikat Pewarnaan Gram D. Dasar teori Pewarnaan Gram Berdasarkan sifat terhadap Pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan dasar perbedaan ini yaitu : 1. Teori Salton Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20 %) di dalam dinding sel bakteri Gram negatif. Zat lipid ini akan larut selama pencucian dengan alkohol. Pori-pori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna. Bakteri Gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding selnya akibat pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal yodium yang berwarna ungu dipertahankan dan bakteri akan tetap berwarna ungu. 65 Blok 3 PSKG FK Unsyiah 2. Teori permeabilitas dinding sel Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri Gram positif mempunyai susunan dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas dinding sel kurang, dan kompleks kristal yodium tidak dapat keluar. Bakteri Gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1 – 2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar sehingga masih memungkinkan terlepasnya kompleks kristal yodium. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEWARNAAN GRAM Kelebihan : 1. Pewarnaan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika. 2. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah diPewarnaan Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore. Kekurangan : Pewarnaan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan Pewarnaan untuk diperiksa secara mikroskopis. CARA PEWARNAAN GRAM Sebelum melakukan Pewarnaan Gram, siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Pastikan semua alat dan bahan yang diperlukan serta tempat untuk mencuci terletak di tempat yang terjangkau. Jangan sampai terlalu jauh sehingga menyulitkan dan memakan waktu. Alat dan bahan yang diperlukan adalah : Alat : Rak Pewarnaan Kran/sumber air yang mengalir Bahan : Pewarnaan Gram A, B, C dan D Preparat yang telah siap untuk diPewarnaan 66 Blok 3 PSKG FK Unsyiah Skema cara Pewarnaan Gram : Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1 – 3 menit Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir Preparat digenangi cat Gram B selama 0,5 – 1 menit Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir Preparat ditetesi dengan cat Gram C sampai warna cat tepat dilunturkan. Cat dibuang, lalu preparat dicuci dengan air mengalir Preparat digenangi dengan cat Gram D selama 1 – 2 menit Sisa cat dibuang lalu preparat dikeringkan di udara Preparat siap diamati dibawah mikroskop 67 Blok 3 PSKG FK Unsyiah SKILLS LAB FISIOLOGI PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN TANDA VITAL Tujuan Tujuan Instruksional Umum Mendapatkan ketrampilan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital dengan menggunakan teknik pemeriksaan dan perilaku yang benar serta profesional. Tujuan Perilaku Khusus Mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dengan cara yang benar Penilaian kesadaran Penilaian bentuk tubuh Mampu melaksanakan pemeriksaan tanda vital dengan cara benar Pengukuran tekanan darah a. Brachialis Penilaian denyut nadi arteri perifer (a. Brachialis dan a. Radialis) Penilaian refleks pupil Penilaian pernapasan Pengukuran suhu tubuh Mengetahui berbagai kelainan dalam pemeriksaan fifik umum dan tanda vital pada pasien Menerapkan perilaku yang sesuai dengan kondisi dan sosio-budaya penderita dalam melakukan pemeriksaan Mengidentifikasikan kesalahan dan kekurangan dalam melakukan pemeriksaan Melaporkan hasil pemeriksaan secara lisah maupun tulisan Penatalaksanaan 1. Mahasiswa dibagi dalam 8 (delapan) kelompok yang terdiri dari 8-9 orang 2. Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan minimal 1 (satu) kasus 3. Pasien Standar (PS) dalam pemeriksaan ini adalah sesama mahasiswa dalam satu kelompok secara bergantian, diatur oleh kelompok masing-masing. 4. Cara pelaksanaan PERTEMUAN PERTAMA (1) - Mahasiswa sudah melihat CD demo pemeriksaan fisik umum dan tanda vital yang diberikan sebelumnya - Mahasiswa diberikan waktu untuk berlatih antar teman dengan pengawasan tutor - Saat mahasiswa berlatih secara bergantian, tutor memperhatikan kesalahankesalahan pemeriksaan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa dan langsung memberikan koreksi (perbaikan) sesuai cara pemeriksaan dan perilaku yang benar - Secara bergiliran penilaian terhadap masing-masing mahasiswa dimulai (4 mahasiswa terlebih dahulu). Tiap mahasiswa diberikan waktu 15 menit untuk melakukan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital terhadap PS (teman sendiri dalam kelompok masing-masing) - Jika mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital dengan baik berdasarkan ketentuan daftar check list kompetensi yang ada, 68 Blok 3 PSKG FK Unsyiah mahasiswa tersebut berhak mendapatkan tanda tangan pada log book pemeriksaan fisik umum dan tanda vital. PERTEMUAN KEDUA (2) - Penilaian terhadap mahasiswa yang belum mendapatkan giliran penilaian pemeriksaan fisik umum dan tanda vital (4-5 mahasiswa) oleh tutor. - Secara bergiliran penilaian terhadap amsing-masing mahasiswa dimulai. Tiap mahasiswa diberikan waktu 15 menit untuk melakukan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital terhadap PS (teman sendiri dalam kelompok masingmasing). - Jika mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dan tanda vital dengan baik berdasarkan ketentuan daftar check list kompetensi yang ada, mahasiswa tersebut berhak mendapatkan tanda tangan pada log book pemeriksaan fisik uum dan tanda vital - Waktu yang tersisa dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian ulang terhadap mahasiswa yang belum memenuhi kompetensi dan belum mendapatkan tanda tangan pada log book. 5. Waktu pelaksanaan - Setiap kegiatan dilaksanakna dalam waktu 2 jam - Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh tim KKD 6. Tempat pelaksanaan - PSKG FK-UNSYIAH ALAT YANG DIPERLUKAN 1. Stigmomanometer air raksa (2 alat per kelompok) 2. Stetoskop 3. Jam tangan yang memiliki petunjuk waktu untuk detik (dibawa oleh mahasiswa sendiri) 4. Termometer maksimum / termometer klinik 5. Kapas dan alkohol URUTAN PEMERIKSAAN 1. Lakukan penilaian fisik umum 2. Lakukan pengukuran suhu tubuh 3. Sambil menunggu pengukuran suhu tubuh, lakukan pemeriksaan denyut arteri perifer 4. Lakukan pemeriksaan tekanan darah 5. Lakukan penilaian pernapasan LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN I. Penilaian Fisik Umum KESADARAN Amati keadaan umu PS, mulailah dengan menilai derajat kesadarannya, kemudian catatlah pada lembar yang telah disediakan. Berikan pertanyaan-pertanyaan singkat mengenai dirinya dan keadaan di sekelilinginya (nama, waktu, tempat PS berada, dst) 69 Blok 3 PSKG FK Unsyiah Derajat kesadaran biasanya dinyatakan sebagai : - Kompos menitis Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan di sekelilinginya - - - - - Apatis Keadaan kesadaran pasien yang segan untuk berhubungan dengan keadaan sekitarnya, sikap acuh tak acuh Letargi Keadaan kesadaran pasien yang tampaknya lesu dan mengantuk. Istilah lain : suf (Belanda), drosy (Inggris) Somnolen Keadaan kesadaran pasien yang selalu mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri, atau untuk makan/minum, namun jatuh tertidur kembali Sopor Keadaan kesadaran pasien yang mirip koma, berbaring dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaski jika dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri. Refleks kornea masih ada meskipun lemah, reaksi pupil positif. Istilah lain : stupor. Koma Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali, dengan rangsang apapun reaksi atas rangsang tak akan timbul. Refleks apapun tidak didapatkan lagi, bahkan batuk atau muntak tidak ada. Penilaian Bentuk Tubuh Perhatikan habitus dan bentuk tubuh PS, kemudian catatlah pada lembar yang disediakan. Lakukan penilaian secara sistematis, mulai dari kelainan di kepala, wajah, ekstremitas dan tulang belakang. Habitus - Astenikus Bentuk tubuh yang tinggi, kurus, dada rata/cekung. Angulus costae dan otot-otot tidak bertumbuh dengan baik - Atletikus Bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu terangkat ke atas, dada penuh, perut rata, lengkung tulang belakang dalam batas normal - Piknikus Bnetuk tubuh cenderung bulat, penuh dengan penimbunan jaringan lemak subkutan. Berbagai kelainan/bentuk tubuh abnormal dapat dijumpai, misalnya : - Akromegali Bentuk tubuh sebagai akibat hiperfungsi kelenjar pituitari anterior setelah tertutupnya epifisis. Kepala tampak lebih besar dari biasanya, hidung, dagu serta rahang bawah membesar dan menonjol sedemikian rupa, sehingga gigi-gigi rahang atas dan bawah tidak dapat saling bertemu. - Berbagai keadaan salah bentuk (malformation); misalnya bibir sumbing, paralisis saraf muka - Kelainan bentuk tulang belakang, berupa : • Kifosis 70 Blok 3 PSKG FK Unsyiah • • Lengkung tulang belakang ke arah belakang yang abnormal; ditemui pada tuberkulosis tulang, penyakit Paget. Rordosis Lengkung tulang belakang ke arah depan yang abnormal; ditemui pada tuberculosis tulang pinggul Skolisos Lengkung tulang belakang ke arah lateral yang abnormal; ditemui pada poliomyelitis PENGUKURAN SUHU TUBUH Pengukuran suhu mulut 1. Bersihkan termometer maksimum dengan alkohol 2. Turunkan air raksa sampai di bawah skala dengan mengayun-sentakkan termometer tersebut beberapa kali 3. Letakan reservoir termometer di bawah lidah dan suruh PS menutup mulutnya rapat-rapat 4. Diamkan selama 3 menit, kemudian baca dan catat suhu mulut PS P.-SH.1 Apakah perbedaan antara termometer maksimum (klinik) dengtan termometer kimia ? PENGUKURAN DENYUT NADI PENILAIAN DENYUT ARTERI PERIFER 1. Pemeriksa berdiri di samping PS 2. Carilah dengan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, denyut a. Branchialis pada fossa cubiti lengan kanan PS (lihat Gambar DAP-1). 3. Lokasi a. Branchialis terletak di sisi medial lengan, tepat di bawah tendo otot biceps. 4. Lakukan penilaian denyut arteri tersebut yang meliputi : a. Frekuensi denyut arteri perifer Pemeriksaan denyut dilakukan dengan palpasi selama 1 menit Frekuensi denyut arteri yang normal adalah 60-100 kali per menit. Frekuensi denyut <60x/menit disebut bradikardia (pulsus rasus), frekuensi denyut >100x/menit disebut takikardia (pulsus frequent) b. Kekuatan denyut arteri perifer Kuat atau lemah c. Irama denyut arteri perifer Tentukan irama denyut teratur (regular) atau tidak teratur (irregular). Irama denyut yang tidak teratur menunjukkan beberapa kemungkinan antara lain : - Sinus aritmia Keadaan yang normal terjadi, yaitu pada saat insiprasi denyut nadi lebih cepat daripada saat ekspirasi - Ekstrasistolik Keadaan dengan sekali-kali denyut nadi datang lebih cepat (prematur) dan disusul dengan suatu istirahat yang lebih panjang. 71 Blok 3 PSKG FK Unsyiah - - Kadang-kadang denyut prematur itu tidak teraba pada arteri radialis, teraba seolah-olah denyut nadi terhenti sesaat Fibrilasi atrial Keadaan dengan denyut nadi sama sekali tidak teratur (tidak ada irama dasar). Dalam keadaan ini, harus dihitung frekuensi denyut jantung frekuensi denyut arteri perifer lebih rendah sehingga terdapat pulsus deficit Blok atrioventrikular Keadaan di mana tidak semua rangsang dari nodus SA diteruskan ke ventrikel sehingga saat itu ventrikel tidak terkontraksi. Dalam keadaan ini biasanya terdapat bradikardia 5. Ulangi langkah 1-4 untuk memeriksa denyut arteri radialis. Pembuluh darah tersebut terletak di sisi lateral pergelangan tangan (lihat Gambar DAP-2). PENGUKURAN TEKANAN DARAH Lakukan pengukuran tekanan darah a. Brakhial;is PS dalam keadaan duduk dan catatlah hasil yang didapatkan. Pengukuran tekanan darah a. Brakhialis dengan cara auskultasi 1. PS tetap dalam keadaan duduk dan tenang 2. Pasang manset stigmomanometer pada lengan kanan atas PS Syarat pemasangan manset : - Lengan baju digulung setinggi-tingginya sehingga tidak terlilit oleh manset - Tepi bawah manset letaknya ± 2-3 cm diatas fossa cubiti - Balon dalam manset harus menutupi lengan atas di sisi ulnar (di atas a. Brachialis). - Pipa karet manset jangan menutupi fosa kubiti - Manset diikat cukup ketat 72 Blok 3 PSKG FK Unsyiah Kriteria manset yang tepat: Ukuran lebar balon dalam maset 20% lebih besar dari diameter lengan dan panjangnya cukup melingkari ½ lengan. 3. Dengan cara palpasi, carilah denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. Radialis pada pergelangan tangan PS. Catatan : perabaan denyut a. Brakhialis diperlukan untuk memperoleh tempat yang sesuai dengan peletakan stetoskop. Perabaan denyut a. Radialis atau a. Brachialis sangat diperlukan untuk proses pengukuran tekanan darah secara palpasi. 4. Setelah duduk tenang, siapkan stetoskop di telinga saudara. Pompa manset sambil meraba a. Radialis pada pergelangan tangan atau a. Brachialis pada daerah lipat siku (fosa kubiti) sampai denyut nadi tidak teraba lagi (=tekanan sistolik). P-TD.1. Mengapa saat manset dipompa a. Radialis/a. Brachialis perlu diraba ? 5. Naikan lagi tekanan dalam manset sebesar ± 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpas. Catatan : Bila denyut sudah tidak teraba lagi, kita telah melampaui tekanan sistolik. 6. Letakan stetoskop did aerah lipat siku (fossa cubiti) sesuai dengan letak a. Brachialis P-TD.3. Perlukah kita menekan stetoskop sekuat-kuatnya pada fosa kubiti ? 7. Sambil melakukan auskultasi pada a. Brachialis, turunkan tekanan manset secara perlahan-lahan (± 2-3 mmHg/detik) dan tetapkan ke 5 fase Korotkoff P.TD.4. Bagaimana kecepatan penurunan tekanan di dalam manset ? apa akibatnya bila diturunkan termpau cepat/lambat ? Keterangan : Sound of Korotokoff. Best & Taylor’s Physiol. Basic of Medical Practice. Edisi ke 9. 1973, halaman 150 Ph.I. Suddent appearance of clear, but often faint, tapping sound growing louder during the succeeding 10 to 14 mmHg fall in pressure. Ph.II The sound takes on a murmuring in quality during the next 15 to 20 mmHg fall in pressure Ph.III Sound chares little in quality but becomes clearer and louder during the next 5 to 7 mmHg fall in pressure Ph.IV Muffed quality lasting throughout the next 5 to 6 mmHg fall in pressure. After this all sound disappears Ph.V Point at which sound disappear. 8. Catatlah hasil pengukuran saudara (Tekanan sistolik/Tekanan diastolic mmHg). 73 Blok 3 PSKG FK Unsyiah Menurut penilaian dengan metode lama, tekanan sistolik sesuai dengan fase I dan tekanan diastolic sesuai dengan fase IV. Menurut penilaian dengan metode baru, tekanan sistolik sesuai dengan fase I dan tekanan diastolic sesuai dengan fase IV. 9. Ulangi tekanan pengukuran butir 5-8 sehingga diperoleh 2 hasil pengukuran. Nilai tekanan darah adalah nilai rata-rata ke-2 pengukuran. Perhatikan : sebelum mengulangi pengukuran tekanan darah, air raksa dalam stigmomanometer harus dikembalikan pada angka 0. hal ini untuk menghindari terjadinya pembendungan yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Berilah waktu istirahat selama 1-2 menit antara tiap pengukuran, untuk memulihkan aliran darah di bagian distal pembendungan. Pengukuran tekanan darah a. brakhialis dengan cara palpasi Ulangi langkah 1-3 Baca Review of Medical Physiology, ganong ed.20, 2001. Bab 30 halaman 468 : Palpation method 74 Blok 3 PSKG FK Unsyiah 10. Tanpa menggunakan stetoskop di telinga saudara, pompa manset sambil merapa a. radialis sampai tekanan di dalamnya tidak teraba lagi, kemudian tambahkan tekanan manset sebesar ± 30mmHg. 11. Turunkan tekanan manset secara perlahan-lahan ± 2-3 mmHg/detik sambil melakukan palpasi pada a. radialis 12. Tepat pada saat denyut a. Radialis teraba lagi, manometer air raksa menunjukkan angka tekanan sistolik PS tersebut. (Ganong ed. 22, 2005, Bab 30 halaman 590 : Palpation Method) 13. Ulangi pengukuran seperti langkah 10-12 sehingga didapatkan 2 hasil pengukuran untuk mendapatkan nilai rata-rata, dan catat hasilnya 14. Terangkan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah arteri yang diperoleh antara cara auskultasi dan cara palpasi. RESPIRATORY RATE 1. PS sebaiknya berbaring lurus terlentang 2. Tentukan frekuensi pernapasan PS dengan meletakan telapak tangan di atas abdomen PS sambil merasakan gerakan naik turun dinding abdomen. • Frekuensi pernapasan dihitung selama 1 menit • Frekuensi pernapasan yang normal adalah 12-18 kali per menit. Pernapasan < 12x/menit disebut bradipnea, pernapasan >18x/menit disebut takipnea 3. Tentukan sifat pernapasan PS : • Torakal (gerakan dinding dada lebih dominan dibandingkan gerakan dinding perut) • Abdominal (gerakan dinding perut lebih dominan dibandingkan gerakan dinding dada) • Kombinasi (jenis pernapasan ini yang terbanyak, terdiri dari pernapasan torako-abdominal (umumnya pada wanita sehat) dan pernapasan abdomino-torakal (umumnya pada laki-laki sehat) 4. Ada dua penilaian kedalaman pernapasan, yaitu napas dangkal dan napas dalam. Berikut ini adalah beberapa kelainan frekuensi dan kedalaman pernapasan (lihat gambar PP-1) • Napas cepat dan dangkal (takipnea) • Napas cepat dan dalam (hiperpnea/hiperventilasi) • Napas lambat (bradipnea 5. Tentukan jenis irama pernapasan PS (lihat Gambar PP-2) • Pernapasan normal, dilakukan secara teratur dengan fase-fase inspirasiekspirasi yang teratur bergantian • Pernapasan Cheyne Stokes, terdapat periode apnea (berhentinya gerakan pernapasan) kemudian disusul periode hipernea (pernapasan mula-mula kecil amplitudonya kemudian cepat membesar dan kemudian mengecil lagi). Siklus ini terjadi berulang-ulang. Terdapat pada pasien dengan kerusakan otak, hipoksia kronik 75 Blok 3 PSKG FK Unsyiah • Pernapasan Biot (pernapasan ataxic), bentuk pernapasan tidak teratur mengenai cepat dan dalamnya. Terdapat pada cedera otak 76 Blok 3 PSKG FK Unsyiah