10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Belajar dan Pembelajaran
Menurut Fontana, dalam R.D. Mandasari (2010:8), belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman,
sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan
demikian proses belajar bersifat internal dalam diri individu siswa, sedangkan
proses pembelajaran bersifat eksternal yang disengaja direncanakan dan bersifat
rekayasa perilaku.
Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah
dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam
kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran, didalamnya
terdapat peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja
diciptakan, sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Dari pemaparan para ahli diatas dilihat dari keadaan di SMK, faktor
eksternal pada saat proses belajar mengajar lebih berpengaruh pada daya serap
siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan, pemanfaatan media yang ada
disekolah mampu menghidupkan dan memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal, disisi lain keadaan setiap SMK yang
berbeda, salah satunya adalah ada atau tidaknya sarana atau fasilitas yang
mendukung dalam pembelajaran, maka dari itu guna membantu proses belajar
10
11
mengajar yang efektif disekolah perlu adanya pengenalan dan pengembangan
media yang sederhana yang dibuat dari kreativitas pendidik guna membantu
mengoptimalkan daya serap siswa.
2.1.1 Pembelajaran pada Standar Kompetensi Menguasai Peralatan Ukur
Listrik dan Elektronika.
Dari pendapat kedua ahli diatas mengatakan dalam suatu proses
pembelajaran diperlukan adanya suatu kondisi dimana pada kondisi tersebut
memungkinkan terjadinya suatu perubahan sikap, perubahan pengetahuan yang
didapat melalui sebuah proses penyampaian informasi. Pembelajaran pada standar
kompetensi Menguasai Peralatan Ukur Listrik dan Elektronika adalah sebuah
proses dimana diciptakannya suatu lingkungan yang mendukung terjadinya
pertukaran informasi antara penyampai informasi (guru) dan penerima informasi
(siswa) agar terciptanya hasil yang optimal. Dengan kondisi yang baik dalam
sebuah kelas diharapkan daya tangkap siswa akan lebih baik sehingga
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Pembelajaran yang dilakukan adalah
serangkaian pemberian materi dimulai dari pengenalan alat ukur listrik, jenis-jenis
alat ukur listrik, bagian-bagian dari alat ukur, cara kerja dan simulasi dari alat
ukur listrik tersebut, sehingga terangkum menjadi sebuah teori yang disampaikan
sebelum siswa dan siswi melakukan praktikum dengan menggunakan alat yang
sebenarnya.
12
2.1.1.1 Pembelajaran Kalibrasi Pada Multitester (Pengukuran Hambatan)
Sebelum melakukan pengukuran pada multitester sangat dianjurkan untuk
mengkalibrasi alat ukur tersebut. Pengertian kalibrasi pada alat ukur multitester
yaitu setiap sistem pengukuran harus dapat dibuktikan keandalannya dalam
mengukur, prosedur pembuktian ini disebut kalibrasi. kalibrasi atau peneraan bagi
pemakai alat ukur sangat penting. Kalibrasi dapat mengurangi kesalahan
meningkatkan ketelitian pengukuran. Langkah prosedur kalibrasi menggunakan
perbandingan instrumen yang akan dikalibrasi dengan instrument standar. Berikut
ini dicontohkan kalibrasi untuk pengukuran hambatan secara sederhana.
Prosedur Melakukan Kalibrasi Multitester
1.
Posisi badan saat melakukan pembacaan pada alat ukur, sudut yang
tepat dapat mengurangi kesalahan pada pembacaan, berikut posisi pengguna
alat ukur saat melakukan pengkalibrasian multitester
Gambar 2.1 Posisi Pembacaan Alat Ukur Multitester
13
2.
Mengenal bagian-bagian dari multitester agar dapat melakukan
kalibrasi multitester.
Scale
Knife Edge-
Meter
Zero Adjust Screw
Zero Ohm Adjust
Polarity Steclor
Range Slector
Output
Output
Gambar 2.2 Bagian-bagian Multitester
Keterangan gambar
1)
Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw),
berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar
sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2)
Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya :
saklar pemilih diputar pada posisi W (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke
test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 W diputar ke kiri atau
ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 W.
14
3)
Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
a.
Posisi W (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang
terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K W
b.
Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c.
Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d.
Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili
amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.19
e.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
5.
Lubang kutub + (V A W Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya
test lead kutub + yang berwarna merah.
6.
Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya
test lead kutub – yang berwarna hitam.
7.
Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk
memilih polaritas DC atau AC.
8.
Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-
komponen multimeter.
9.
Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk
besaran yang diukur.
15
10.
Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
3.
Posisi jarum penunjuk harus berada pada posisi nol
Gambar 2.3 Skala kedudukan jarum Penunjuk Multitester
Adapun cara pemakaian multimeter adalah pertama-tama jarum penunjuk
meter diperiksa apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DCmA , DCV atau
ACV posisi jarum nol di bagian kiri (lihat gambar 3a), dan untuk skala ohmmeter
posisi jarum nol di bagian kanan (lihat gambar 3b).
4.
Cara pengkalibrasian pada pengukuran hambatan (ohm)
Gambar 2.4 penunjukan jarum multitester sebelum dilakukan pengkalibrasian
Jika pada multitester terlihat jarum penunjuk tidak tepat berada pada posisi
nol maka harus dilakukan pengkabrasian yaitu dengan cara sebagai berikut :
16
Kedua kabel dihubungkan
Gambar 2.5.1 tahap pertama pengkalibrasian pada multitester
Putar menggunakan obeng min,
sampai jarum pada posisi nol.
Gambar 2.5.2 tahap kedua pengalibrasian pada multitester
a.
Lakukan hal yang sama pada posisi saklar jangkauan X 1 ohm,
pertemukan kedua kabel penyidik (probes), bagaimana posisi jarum pada papan
skala, gunakan kembali tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero
adjustment), untuk memposisikan angka nol.
b.
Lakukan hal yang sama pada posisi saklar jangkauan X 10 ohm,
pertemukan kedua kabel penyidik (probes), bagaimana posisi jarum pada papan
17
skala, gunakan kembali tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero
adjustment), untuk memposisikan angka nol.
c.
Lakukan hal yang sama pada posisi saklar jangkauan X 1000 ohm,
pertemukan kedua kabel penyidik (probes), bagaimana posisi jarum pada papan
skala, gunakan kembali tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero
adjustment), untuk memposisikan angka nol.
2.2
Hasil Belajar Pada Standar Kompetensi Menguasai Peralatan Ukur
Listrik Dan Elektronika.
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran dan dapat juga diartikan, hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Pemaparan diatas sejalan dengan hasil belajar
menurut Purwodarminto (1985:768) dijelaskan “suatu pembelajaran yang telah
dicapai atau dikerjakan”. Jadi hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai
secara maksimum oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil
belajar pada penelitian ini mencakup tiga aspek yaitu:
18
Tabel 2.1 Hasil Belajar berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
JENIS HASIL
BELAJAR
INDIKATOR
CARA
PENGUKURAN
Kognitif
Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Evaluasi
Dapat menyebutkan/menunjukan lagi bagianbagian dari alat ukur listrik dan elektronika.
Dapat menjelaskan/mendefinisikan pengertian
dan defenisi dari setiap alat ukur listrik dengan
kalimat sendiri.
Dapat memberi contoh/menggunakan dengan
tepat/memecahkan masalah dari alat ukur yang
dijelaskan.
Dapat menguraikan/mengklasifikasikan
macam-macam alat ukur listrik dan
elektronika.
Dapat Menginterpretasikan/memberi
kritik/memberi pertimbangan/penilaian
Pertanyaan/tugas/tes
Pertanyaan/tugas
/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Tugas/persoalan/tes
Afektif
Penerimaan
Sambutan
Bersikap menerima/sebaliknya saat menerima
materi.
Bersedia terlibat/sebaliknya dalam sebuah
percobaan (praktikum).
Penghargaan
Memandang penting/kagum/sebaliknya
terhadap materi yang diberikan.
Pendalaman
Mengakui/mempercayai/sebaliknya
Penghayatan
Menjelma dalam kehidupan sehari-hari, dan
mengaplikasikannya alat-alat yang ada
dilingkungannya.
Pertanyaan/tes/skala sikap
Tugas/observasi/tes
Skala penilaian/
tugas/observasi
Tugas ekspresif/skala
sikap
Observasi/tugas ekspresif
Psikomotor
Keterampilan
Bertindak
Kordinasi mata, tangan dan kaki,
melaksanakan praktikum, dan ikut terlibat
dalam melaksanakan praktikum
Tugas/observasi/tes
tindakan
setelah mengalami proses belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain
19
kognitif, afektif, psikomotor khususnya dalam penelitian ini, telah dipaparkan
dalam tabel diatas
dari ketiga jenis hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu
proses pembelajaran didapat hasil berupa bertambahnya pengetahuan kemampuan
siswa setelah melalui serangkaian pembelajaran baik itu teori, praktek maupun
dari segi sikap.
2.3
Konsep Efektivitas Belajar Pada Standar Kompetensi Menguasai
Peralatan Ukur Listrik Dan Elektronika.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:352) dikemukakan bahwa
efektivitas adalah pemantauan suatu tindakan yang berpengaruh dan membawa
hasil yang berguna. Sedangkan menurut E. Mulyasa (2003:11) mendefinisikan
bahwa, “Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara apa yang dikerjakan dengan
sasaran yang dituju”.
Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa belajar dikatakan efektif jika dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan dapat disimpulkan bahwa efektif
dalam pembelajaran mengandung pengertian bahwa dari hasil kegiatan belajar
dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam sebuah proses belajar
mengajar.
Berdasarkan uraian diatas pengertian efektif pada penelitian ini adalah
besarnya pengaruh penggunaan media interaktif pada hasil atau tujuan yang
diharapkan sebelumnya yang diimplementasikan pada standar kompetensi
menguasai peralatan ukur listrik dan elektronika, dapat dikatakan efektif dilihat
20
dari perbandingan peningkatan hasil prestasi belajar siswa antara pembelajaran
dengan menggunakan multimedia interaktif dan pembelajaran tanpa menggunakan
multimedia interaktif, dari kedua pembelajaran diharapkan adanya perbedaan
yang signifikan dari hasil belajar, dalam penelitian ini efektif dapat diartikan
materi yang disampaikan dengan kondisi kelas dapat saling mendukung, kondisi
kelas yang dimaksud adalah kondisi dimana pembelajaran didukung oleh adanya
media interaktif saat penyampaian materi berlangsung, sehingga meteri yang
disampaikan akan lebih cepat dimengerti oleh siswa, kendala pada proses
pembelajaran pun dapat diminimalisir, salah satunya yaitu kurang jelasnya
pembacaan skala ukur pada AVOmeter dapat disampaikan dengan memperbesar
gambar pada media sehingga tampak lebih jelas skala yang tertera pada
AVOmeter,
penjelasan
fungsi
AVOmeter
dapat
disampaikan
dengan
memperkenalkan alat ukur tersebut pada sebuah pengukuran-pengukuran lainnya
dengan simulasi pengukuran pada media pembelajaran yang digunakan, kurang
pemahaman siswa pada prinsip kerja dari AVOmeter hal tersebut dapat
disampaikan melalui pengenalan komponen-komponen yang membangun
AVOmeter tersebut sehingga dapat dijelaskan bagaimana AVOmeter tersebut
dapat bekerja. Penggunaan media pada pembelajaran praktikum pun membantu
mengelola kelas agar tetap kondusif saat proses belajar mengajar, sehingga waktu
dan materi dapat disampaikan secara tepat guna sesuai dengan yang diharapkan
dan tujuan pembelajaran, setelah dilakukan pembelajaran seperti diuraikan diatas,
dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa maka pembelajaran tersebut dikatakan
21
efektif diterapkan pada standar kompetensi menguasai peralatan ukur listrik dan
elektronika.
2.4
Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar pesan pengirim menuju penerima.
Arief S. (2010 : 6). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung
lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media
pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat,
pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berbicara mengenai media tentunya kita akan mempunyai cakupan yang sangat
luas, oleh karena itu saat ini masalah media kita batasi ke arah yang relevan
dengan masalah pembelajaran saja atau yang dikenal sebagai media pembelajaran.
Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara
pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa
bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan
adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar
atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol
verbal
maupun simbol non verbal atau visual. Untuk menyampaikan pesan
22
pembelajaran dari guru kepada siswa, guru akan menggunakan alat bantu
mengajar (teaching aids) berupa gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat
memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap
atau yang kita kenal sebagai alat bantu visual. Dengan berkembangnya teknologi
pada pertengahan abad ke 20 guru juga menggunakan alat bantu audio visual
dalam prose pembelajarannya.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam
memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak
menjadi lebih konkrit.
2.4.1
Macromedia Flash 8
Macromedia flash 8 adalah salah satu perangkat lunak komputer yang
merupakan produk unggulan Macromedia Inc,. Macromedia flash 8 merupakan
sebuah program aplikasi profesional untuk menggambar grafis dan animasi vektor
atau gambar bitmap. Macromedia flash menggunakan bahasa pemrograman
bernama ActionScript yang muncul pertama kalinya pada Flash 5. Macromedia
flash 8 memiliki tampilan yang menarik serta didukung oleh tool-tool yang mudah
digunakan, flash 8 juga mendukung format file flash versi sebelumnya, sehingga
memudahkan setiap orang yang pernah menggunakan flash mx atau versi
sebelumnya. Dengan media ini terangkum semua yang dibutuhkan dalam suatu
proses belajar mengajar, sehingga memudahkan guru untuk menyampaikan suatu
23
bahasan yang bersifat simulasi dan pratikum, diharapkan pula siswa dan siswi
akan lebih cepat untuk menerima materi yang disampaikan.
Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menggunakan
multimedia interaktif dalam proses pembelajaran :
1.
Hasil belajar tersetruktur
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Khususnya
pada standar kompetensi Menguasai Peralatan Ukur Listrik dan Elektronika,
dalam pembelajaran ini dapat memperjelas bagaimana cara mempergunakan alat
ukur dengan baik, meningkatkan semangat siswa karena siswa dilatih untuk aktif
dan ikut andil dalam pembelajaran, konsentrasi siswa pun terpusat karena adanya
audi visual yang digabungkan menjadi suatu media pembelajaran.
2.
Mengembangkan media-media pendidikan yang belum banyak digunakan
bertujuan agar siswa mengenal dan mengetahui seefektif apa media tersebut jika
diterapkan pada mata pelajaran praktikum.
3.
memperkenalkan, mengajarkan serta mengembangkan kemajuan teknologi
untuk kemajuan siswa SMK. bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
siswa SMK dalam bidang teknologi yang semakin hari semakin berkembang.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMKN 6 Bandung
diketahui tingkat pemahaman siswa pada Standar Kompetensi Menguasai
Peralatan Ukur Listrik dan Elektronika, masih kurang yang baik, mulai dari
pembacaan skala, hingga pengukuran serta penggunaan dan pemilihan selector
switch masih dalam tahap mengenal dan mengetahui.
24
Hal ini disebabkan karena pada saat pemberian meteri guru masih menggunakan
cara konvensional (tanpa menggunakan media), sehingga memerlukan waktu yang
relatif lama untuk menggambar dan menjelaskan semua materi, keterampilan
membaca alat ukur listrik tidak akan dipahami dan dimengerti hanya dengan
mendengar dan melihat, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur. Untuk itu, minat siswa harus tetap ditanamkan. Faktor lain yang
membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran ini adalah siswa belum
mampu memahami secara benar tentang alat ukur listrik dikarenakan banyak
komponen dan simbol-simbol yang harus dipahami. Untuk itu penggunaan media
interaktif diharapkan bisa meningkatkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran
ini dan bisa meningkatkan hasil belajar.
2.4.2
Pengertian Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Menurut Bobbi De Porter dalam Niken A (2010 : 6) penggagas Quantum
Learning mengungkapkan, manusia dapat menyerap materi sebanyak 70% dari
apa yang dikenakan (praktekan), 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 30% apa
yang dilihat dan 10% dari yang dibaca. Dari pemaparan diatas ada keterkaitan
dengan pemaparan Niken A (2010 :25) bahwa multimedia dapat diartikan media
yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks,
grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia
terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat
pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna. Multimedia ini
25
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif
adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat
dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah:
multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dll. Sedangkan pembelajaran
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu dapat diartikan sebagai proses
penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.
Jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar.
Belajar dalam pengertian aktifitas mental siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan.
Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam aktifitas belajar adalah
lingkungan. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan
menata
unsur-
unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Dari uraian di atas, apabila
kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat
diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran,
dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan
sikap) serta dapat merangsang piliran, perasaan, perhatian dan kemauan yang
belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali
guna meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan.
26
2.4.3 Karakteristik Multimedia Interaktif Pada Standar Kompetensi
Menguasai Peralatan Ukur Listik Dan Elektronika.
Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik
komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran.
Karakteristik multimedia pembelajaran pada penelitian ini dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
1.
Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, multimedia yang
digunakan yaitu media yang menggabungkan teks, gambar, suara, slide, yang
digabungkan menjadi suatu bahasan materi penggunaan AVOmeter. Materi
pendahuluan, defenisi, jenis-jenis AVOmeter, fungsi dari alat ukur disajikan
dalam bentuk teks. Sedangkan cara kerja dari alat ukur tersebut disajikan dalam
bentuk interaktif dan simulasi, serta evaluasi disajikan dalam bentuk pertanyaan
interaktif.
2.
Bersifat
interaktif,
dalam pengertian
memiliki kemampuan
untuk
mengakomodasi respon pengguna (siswa), dalam proses pembelajaran guru dapat
menghentikan atau mengulang, mempercepat, memperlambat, memperbesar,
memperkecil, memasukan jawaban dan mendapat respon dari siswa didalam
penyampaian materi.
3.
Bersifat mandiri,
dalam
pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa
bimbingan oran lain.
27
2.4.4 Fungsi Multimedia Interaktif Pada Standar Kompetensi Menguasai
Peralatan Ukur Listik Dan Elektronika.
(Niken A, 2010: 27) Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut,
multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut:
1.
Mampu
memperkuat
respon
pengguna
secepatnya
dan
sesering
mungkin. Yaitu dapat merespon jawaban siswa dalam proses eveluasi.
2.
Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju
kecepatan belajarnya sendiri, didalam melakukan simulasi alat ukur siswa dapat
mencoba sendiri bagaimana cara menggunakannya melalui komputer.
3.
Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan
terkendalikan, mulai dari penjelasan materi hingga cara mempergunakan alat yang
dipelajari.
4.
Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam
bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan
lain-lain pada saat evalusi dan test diakhir pembelajaran.
2.4.5
Penerapan
Multimedia
Interaktif
Pada
Standar
Kompetensi
Menguasai Peralatan Ukur Listrik dan Elektronika.
Menurut Niken A (2010: 28) format sajian multimedia pembelajaran dapat
dikategorikan ke dalam lima kelompok sesuai dengan standar kompetensi yang
diteliti yaitu :
28
1) Tutorial
Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam
penyampaian materinya dilakukan
secara
tutorial,
sebagaimana
layaknya
tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu
konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Pada
saat yang tepat, yaitu ketika dianggap bahwa pengguna telah membaca,
menginterpretasikan dan
menyerap
konsep
itu,
diajukan
serangkaian
pertanyaan atau tugas. Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian
dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya. Jika jawaban atau respon pengguna
salah, maka pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara
keseluruhan ataupun pada bagian-bagian tertentu saja (remedial).
2) Simulasi
Multimedia pembelajaran dengan format ini mencoba menyamai proses
dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya pada bahasan ini yaitu
mensimulasikan mulai dari pembacaan skala dari alat ukur, selector switch, tandatanda pada AVOmeter, cara kerja sampai pada komponen-komponen yang
membangun alat ukur tersebut sehingga menghasilkan dan dapat mengukur suatu
besaran listrik.
3) Percobaan atau Eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, yaitu kegiatan praktikum.
29
Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna
bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian
mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut.
Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau
fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya
tersebut.
4) Evaluasi
Tentu saja bentuk evaluasi dalam pembelajaran merupakan hal yang
penting, disajikan didalam penelitian ini tetap mengacu pada proses pembelajaran
dan dalam bentuk tanya jawab yang berkaitan dengan materi
program multimedia
berformat
dan
dengan
ini diharapkan terjadi aktifitas belajar yang
santai. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya
sedang belajar.
2.4.6 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Menggunakan Multimedia
Interaktif
Langkah-langkah Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif
sebagai media pendidikan diterapkan pada standar kompetensi menguasai
peralatan ukur listrik dan elektronika :
Langkah 1. Persiapan
Pada tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
rencana Pembelajaran seperti RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
30
mengenai materi yang akan dibahas selama proses pembelajaran,jobsheet, serta
materi yang akan disampaikan pada siswa.
Langkah 2. Persiapan Media Pembelajaran
Pada tahap ini guru mempersiapkan media yang akan digunakan pada saat
pembelajaran, mulai dari pemilihan materi-materi, alat dan bahan saat praktikum,
dan soal-soal untuk evaluasi pada akhir pembelajaran. Media yang akan
digunakan dirancang mempergunakan software adobe flash 8.
Langkah 3. Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru melaksanakan segala yang ada pada
rancangan pembelajaran (RPP) yang sebelumnya telah dibuat.
a.
Materi diberikan dalam bentuk slide, dapat dilihat pada gambar 2.1 dan
gambar 2.2.
b.
Bahan-bahan praktek dan perhitungan hambatan secara manual diuraikan
dalam bentuk tutorial, terlihat pada gambar 2.3
c.
prinsip kerja dari alat ukur diberikan dalam bentuk simulasi dan
percobaan, dapat dilihat pada gambar 2.6
31
Gambar 2.6 Slide Materi Pembelajaran Alat Ukur Listrik
Gambar 2.7 Macam-macam Multitester Pada Materi Pembelajaran
Gambar 2.8 Pengenalan Resistor Dan Cara Menghitung Kode Warna Secara
Manual
32
Gambar 2.9 Simulasi Pengukuran Hambatan Menggunakan Multitester
Langkah 4 Pembuatan Laporan
Guru akan memberikan perintah diakhir pembelajaran agar para siswa
membuat laporan praktek yang telah mereka laksanakan, laporan tersebut akan
menggambarkan tingkat penguasaan materi dari setiap siswa, sehingga penilaian
tidak hanya dari hasil evaluasi melainkan ditambahkan penilaian dari laporan
praktek.
2.5
Materi
Kompetensi
Menguasai
Peralatan
Ukur
Listrik
dan
Elektronika
1. AVO-Meter
Pengertian AVO meter pada pembahasan ini adalah alat untuk mengukur
arus, tegangan dan hambatan listrik. AVO meter adalah kependekan dari Ampere
Volt Ohm meter. Ada dua jenis AVO meter yaitu AVO meter analog
(tampilannya berupa jarum putar) dan AVO meter digital (tampilannya berupa
33
display digital). Kadang orang menyebut AVO meter dengan multi tester. Dalam
penggunaannya penting sekali untuk memperhatikan dan memilih skala
pengukuran yang sesuai sebelum melakukan pengukuran. Biasakan untuk
menggunakan skala paling tinggi pada saat awal pengukuran baik arus, tegangan
ataupun hambatan listrik. Selanjutnya bisa diturunkan skalanya jika dirasakan
hasil pengukuran masih belum mencukupi tingkat ketelitiannya. Sebagai contoh
misalnya kita gunakan sebuah AVO meter analog untuk mengukur tegangan pada
suatu sumber tegangan AC. Kita tempatkan saklar pada posisi VAC (pengukuran
untuk tegangan AC), pilih skala tertinggi. Lihat simpangan jarumnya apakah
sudah cukup untuk dapat terbaca ataukah simpangannya terlalu kecil sehingga
sulit terbaca. Jika simpangan jarumnya terlalu kecil maka skala pengukuran bisa
kita turunkan lagi sampai mendapatkan hasil simpangan yang dapat terbaca
dengan baik. Jangan memilih skala yang terlalu kecil sehingga jarum menyimpang
melebihi batas maksimum pengukuran, ini dapat merusakkan AVO meter. Penting
juga memperhatikan polaritas jika yang kita ukur berkaitan dengan arus dan
tegangan DC. Jangan sampai terbalik karena dapat juga merusakkan AVO
meter.Untuk AVO meter analog penting juga mengkalibrasi AVO meter sebelum
digunakan untuk melakukan pengukuran, terutama dalam mengukur tahanan
(resistor) agar hasil pengukurannya akurat. Caranya hubungkan tap2 AVO meter
lalu putar penepat not (kalibrator) hingga jarum tepat menunjukkan angka 0 ohm,
baru kemudian siap digunakan. Jika skala pengukuran diubah biasanya harus
dikalibrasi lagi.
34
Gambar 2.10 AVO-meter Analog
2. Voltmeter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan
listrik. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan
pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat. Dalam Voltmeter terdapat gaya
magnetic yang akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya
magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak
saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengelir maka semakin besar
penyimpangan jarum yang terjadi.
Gambar 2.11. Voltmeter Analog
35
Gambar. 2.12. Penggunaan Voltmeter Digital
3. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik. Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester
listrik yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan
ohmmeter.
Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang
berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan
untuk arus yang besar ditambhan dengan hambatan shunt.
Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus
yang mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan
gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus
yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
Download