BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Manajemen Risiko
2.1.1 Penger tian
Resiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pembelian yang
diharapkan dan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return),
semakin besar penyimpangan semakin besar tingkat resikonya (Halim, 2002:34)
Resiko menurut Vaughan:
1.
Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian)
Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu kejadian di
mana terdapat sesuatu keterbukaan (Exposure) terhadap kerugian atau suatu
kemungkinan kerugian.
2.
Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol
dan satu.
3.
Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)
Tampaknya
ada
kesepakatan
bahwa
risiko
berhubungan
dengan
ketidakpastian.
Dari berbagai defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu
peluang yang mungkin terjadi dan berdampak pada pencapaian sasaran, resiko
juga merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang jika
terjadi akan menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah suatu
cara untuk mengalisa atau mengindentifikasi ketidakpastian yang ditunjukkan
untuk memperkecil kemungkinan dari risiko yang terjadi atau dihadapi.
5
Universitas Sumatera Utara
6
Kebanyakan pengusaha ingin berada di zona yang aman pada hal risiko bisa
terjadi kapan saja, risiko merupakan sebuah ancaman bagi pengusaha akan tetapi
pengusaha harus menghadapi risiko tersebut dengan berbagai cara yang dapat
memperkecil tingkat risiko yang berdampak pada kerugian. Untuk itu risiko harus
dianalisa secara baik dan benar.
2.1.2 J enis – J enis Risiko
Ada beberapa jenis risiko yang dikelompokkan menjadi:
1.
Risiko berdasarkan sifat meliputi:
a. Risiko spekulatif (Speculative risk), yaitu risiko yang memang sengaja
diadakan untuk mengharapkan hal-hal yang menguntungkan.
b. Risiko murni (Pure risk), yaitu risiko yang tidak sengaja, yang jika
terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba.
2.
Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan:
a. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu rsiko yang dapat dipertanggung
jawabkan sebagai objek terkena risiko kepada perusahaan asuransi
dengan membayar sejumlah premi.
b.
Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk
dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggung jawabkan pada
perusahaan asuransi.
3.
Risiko berdasarkan asal timbulnya:
a. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan.
b. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
7
Banyaknya jenis-jenis risiko menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan
atau perorangan, disamping itu pengelompokan risiko menjadi salah satu unsur
penting dalam menganalisa risiko walaupun kebanyakan datangnya risiko sebagai
ketidakpastian terhadap kejadian yang akan datang. Akan tetapi dengan
mengamati jenis-jenis risiko maka akan memperkecil tingkat risiko yang akan
dihadapi. Tergantung pada pendekatan yang dilakukan perusahaan atau
perorangan dalam menyikapi risiko.
2.1.3 Penyebab Risiko
Risiko adalah suatu peluang yang mungkin terjadi dan berdampak pada
pencapaian sasaran, risiko juga merupakan ketidakpastian atau kemungkinan
terjadinya sesuatu yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian. Jika tidak
terdapat risiko dalam sebuah perusahaan perorangan maka tidak adanya risiko,
disamping itu risiko bisa terjadi kapan saja. Akan tetapi risiko yang timbul dapat
dianalisa sehingga memperkecil potensi risiko yang muncul. Ada dua faktor yang
bekerja sama yang menimbulkan kerugian yaitu bencana (peril) dan bahaya
(hazard).
Bencana (peril) dapat didefenisikan sebagai penyebab langsung kerugian.
Orang-orang dapat terkena kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau
bencana. Bencana yang pada umumnya adalah kebakaran, angin topan, ledakan,
tubrukan, penyakit, kecerobohan, ketidakjujuran dan lain-lain. Sehingga bencana
dapat menimpa harta dan penghasilan yang berakibat pada kerugian.
Bahaya (hazard) dapat didefenisikan sebagai keadaan yang menimbulkan
atau meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu bencana tertentu. Jadi, halhal seperti kecerobohan pemeliharaan rumah tangga yang buruk, jalan raya yang
Universitas Sumatera Utara
8
jelek, mesin yang tidak terpelihara, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazard,
karena ini adalah keadaan yang meningkatkan chance of loss (kemungkinan
kerugian).
Sebagaimana di atas telah disebutkan bahwa Hazard (bahaya) adalah suatu
keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril (bencana).
Pengertian tersebut dapat diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat
menimbulkan suatu kerugian. Bahaya dapat diklasifikasikan dalam 4 bentuk yaitu
(Herman Darmawi 2014:22):
1.
Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik
secara fisik dari suatu objek yang dapat memperbesar terjadinya suatu
kerugian. Misalnya pada musim kemarau yang panjang hutan-hutan
mengalami kekeringan, pohon-pohon banyak yang gersang karena daundaunya berguguran. Bila angin bertiup kencang pokok pohon-pohon itu
sering bergesekan dan menimbulkan suatu panas yang mudah sekali
menimbulkan percikan api. Kondisi yang demikian dapat memperbesar
kumungkinan bahaya kebakaran.
2.
Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumberdari orang yang
bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup serta
kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu
bencana ataupun suatu kerugian. Misalnya seseorang mempertanggungkan
rumahnya terhadap risiko kebakaran, pada suatu hari rumah yang
dipertanggungkan terbakar, sebenarnya kebakaran itu dapat dicegah
seandainya ia berusaha memadamkan sewaktu api itu masih kecil. Namun hal
itu tidak dilakukan, dalam kondisi demikian itu tampak sikap mental dari
Universitas Sumatera Utara
9
orang yang bersangkutan yaitu memperbesar kemungkinan-kemungkinan
terjadinya suatu kerugian.
3.
Morale Hazard, adalah bahaya yang ditimbulkan oleh sikap ketidak hatihatian dan kurangnya perhatian sehingga dapat meningkatkan terjadinya
kerugian. Misalnya seseorang yang memiliki mobil dan ia telah
mengasuransikannya; karena merasa bahwa mobilnya telah diasuransikan
maka sering kali sikapnya kurang hati-hati. Contohnya dalam menyimpan
atau mengendarai mobil dibandingkan apabila mobil tersebut tidak
diasuransikan. Sikap yang demikian itu akan memperbesar kemungkinan
terjadinya suatu peril atau kerugian.
Bedanya bahaya moral dan morale adalah: bahaya moral timbul apabila si
tertanggung
menciptakan
kerugian
untuk
mendapatkan
keuntungan
berdasarkan polis asuransi, sedangkan bahaya morale timbul karena si
tertanggung tidak melindungi hartanya atau ia menjadi lalai karena merasa
hartanya diasuransikan.
4.
Legal Hazard, yaitu seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun
perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat justru diabaikan
atau pun kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu
peril. Misalnya adanya keharusan asuransi kecelakaan kerja untuk para
karyawan perusahaan yang relatif besar karena sudah memenuhi hal tersebut
maka kewajiban-kewajiban hukum lainnya seperti keselamatan kerja, jam
kerja berkelanjutan sering diabaikan. Kondisi semacam ini akan dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun kerugian.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.4 Sumber Risiko
Menentukan sumber risiko merupakan hal penting karena mempengaruhi
cara penenganannya. Sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
1.
Risiko Sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat, artinya tindakan
orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang
merugikan dari harapan kita. Contohnya shoplifting (pencurian), vandalism
(perusakan), arson (membakar rumah sendiri untuk mengagih asuransi), riot
(huru-hara), dan peperangan.
2.
Risiko Fisik. Sebagian besar risiko fisik berasal dari fenomena alam,
sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. Contohnya kebakaran
(dapat disebabkan oleh alam, seperti petir, atau oleh penyebab fisik, seperti
kabel yang cacat, atau keteledoran manusia), cuaca (banjir, kekeringan, badai
salju), petir (menyebabkan kebakaran yang selanjutnya merusak harta,
membunuh atau mencederai orang), tanah longsor (gempa bumi).
3.
Risiko Ekonomi. Risiko yang dihadapi perusahaan banyak bersifat ekonomi.
Contohnya inflasi (selama periode inflasi daya beli ruang merosot), fluktuasi
lokal, ketidakstabilan perusahaan, dan sebagainya.
Walaupun perusahaan atau perorangan telah menggunakan jasa asuransi,
tidak menutup kemungkinan bahwa risiko akan kerugian yang akan dihadapi
sepenuhnya terlindung dari bencana yang berdampak pada bahaya yang terjadi.
Asuransi merupakan alternatif bagi pengusaha untuk menghindari risiko penuh
yang menghambat pergerakan bisnis bagi perusahaan atau perorangan dimana
asuransi akan mengganti biaya kerugian yang terjadi akibat risiko, akan tetapi jasa
asuransi juga tidak mertanggung jawab penuh akan kerugian yang timbul
Universitas Sumatera Utara
11
diperusahaan atau perorangan. Semua tergantung dari keputusan yang diambil
sewaktu risiko belum timbul atau sebaliknya, karena itu manajemen risiko
merupakan suatu hal yang wajib atau keharusan dalam setiap usaha, baik
perusahaan atau perorangan.
Program manajemen risiko pertama-tama bertugas untuk mengidentifikasi
risiko-risiko usaha yang dihadapi. Kemudian mengadakan evaluasi dan
pengukuran risiko, selanjutnya menentukan metode penanganannya. Disamping
itu program risiko memerlukan strategi tertentu agar dapat diimplementasikan
sehingga program berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga risiko yang
akan timbul semakin tidak menagakibatkan keparahan yang dapat merugikan
perusahaan atau perorangan.
Identifikasi risiko merupakan proses yang secara sistematis dan terusmenerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau
kerugian terhadap kekayaan, utang, dan personil perusahaan sebelum terjadinya
peril. Jadi, yang didefenisikan adalah peril yang dapat menimpa harta milik dan
personil perusahaan serta kewajiban yang menimbulkan kerugian. Kegiatan
pengidentifikasian sangat penting bagi manajer risiko sebab seorang manajer
risiko yang tidak mengidentifikasi semua kerugian potensial tidak akan dapat
menyusun strategi yang lengkap untuk menanggulangi semua kerugian potensial.
Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya risiko
yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya risiko yang
dihadapi perusahaan serta dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan,
sekaligus melakukan prioritasi risiko, yang mana paling relevan. Untuk itu setiap
perusahaan atau perorangan harus melakukan evaluasi, dimana evaluasi ini
Universitas Sumatera Utara
12
berguna untuk proses penilaian apakah strategi yang digunakan sudah sangat
efektif dalam memperkecil risiko untuk mencegah kerugian yang timbul. Banyak
cara yang dapat digunakan untuk mengelola risiko pada usaha, antara lain dengan
cara penghindaran, ditangani sendiri, dipindahkan kepihak lain (asuransi).
2.2 Pr oses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari manajemen umum. Ia harus masuk dan menjadi bagian dari
budaya organisasi. Proses manajemen risiko meliputi lima kegiatan, yaitu
komunikasi dan konsultasi, menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko
serta monitoring dan review.
2.2.1 Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan internal
maupun eksternal harus dilakukan se-intensif mungkin sesuai dengan kebutuhan
dan pada setiap tahapan manajemen risiko. Oleh karena itu sejak awal harus
disusun suatu rencana komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku
pemangku kepentingan. Rencana ini harus menunjuk pada risiko yang terjadi,
dampaknya, dan perlu dilakukan untuk mengatasinya, serta hal-hal lain yang
terkait. Komunikasi dan konsultasi yang efektif, baik internal maupun eksternal,
haruslah membuahkan kejelasan bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
menerapkan proses manajemen risiko dan para pemangku yang terkait.
Pendekatan konsultasi secara kelompok sangat disarankan untuk menghasilkan
hal-hal berikut, tetapi tidak terbatas pada:
1.
Penentuan konteks yang benar;
Universitas Sumatera Utara
13
2.
Memastikan bahwa kepentingan para pemangku kepentingan telah dimengerti
dan dipertimbangkan dengan baik;
3.
Memperoleh manfaat dari berbagai keahlian yang ada untuk menganalisis
risiko (multidisiplin);
4.
Memastikan bahwa semua risiko telah diidentifikasikan dengan baik;
5.
Memastikan bahwa berbagai pandangan dipertimbangkan dalam melakuakn
evaluasi risiko;
6.
Meningkatkan proses manajemen perubahan ketikan pelaksanaa proses
manajemen risiko;
7.
Memperoleh persetuuan dan dukungan untuk tindakan perlakuan risiko; serta
8.
Mengembangkan rencana komunikasi dan konsultasi internal maupun
eksternal;
Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan sangat penting
karena mereka memberikan pertimbangan penilaian terhadap risiko yang
didasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko tersebut. Persepsi terhadap risiko
ini sangat berbeda bagi masing-masing pemangku kepentingan, baik dari segi
nilai, konsep, kebutuhan maupun kepentingan mereka, apabila pandangan mereka
mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pengambilan keputusan maka
menjadi sangat penting untuk dapat mengidentifikasi persepsi mereka. Hal
tersebut perlu dicatat dan dijadikan bahan pertimbangan dalam proses
pengambilan keputusan. Rencana komuniksi dan konsultasi hendaknya:
1.
Merupakan forum untuk bertukar informasi di antara para pemangku
kepentingan;
Universitas Sumatera Utara
14
2.
Tempat untuk menyampaikan pesan secara jujur, akurat, mudah dimengerti
dan didasarkan pada fakta yang ada;
3.
Bermanfaat dan besar kontribusinya harus dapat dinilai.
2.2.2 Menetapkan Konteks
Dengan menetapkan konteks berarti manajemen organisasi menentukan
batasan antara parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan
dalam pengolahan risiko, konteks internal dan eksternal dimana organisasi
tersebut mengupayakan pencapaian sasaran yang ditetapkannya memahami
konteks internal penting untuk memastikan siapa saja pemangku kepentingan
eksternal, apa saja kepentingan dan sasarannya sehingga dapat dipertimbangkan
dalam menentukan kriteria risiko. Proses penentuan kriteria risiko ini dilakukan
dengan mempertimbangkan konteks organisasi secara luas, tetapi dengan
memahami ketentuan hukum dan peraturan prundangan secara lebih rinci,
persepsi para pemangku kepentingan, dan aspek lain yang lebih spesifik dari
risiko tertentu pada proses manajemen risiko. Konteks internal adalah lingkungan
internal di mana organisasi tersebut mengupayakan pencapaian sasaran yang
ditetapkan. Konteks proses manajemen risiko adalah konteks di mana proses
manajemen risiko diterapkan. Hal ini meliputi sasaran organisasi, strategi,
lingkup, parameter kegiatan organisasi, atau bagian lain dimana manajemen risiko
diterapkan.
Penerapan
manajemen
risiko
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan biaya dan manfaat dalam pelaksanaannya. Sumber daya,
tanggung jawab, akuntabilitas, kewenangan, dan pencatatan/dokumentasi proses
yang diperlukan, harus ditentukan dengan baik. Konteks manajemn risiko akan
Universitas Sumatera Utara
15
berubah sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini dapat meliputi, tetapi tidak
terbatas pada hal-hal berikut:
1.
Penerapan tanggung jawab untuk proses manajemen risiko;
2.
Penetapan lingkungan kegiatan manajemn risiko, baik dari luas maupun
kedalamannya, termasuk bila ada hal-hal khusus yang harus diperhatikan atau
tidak dicakup;
3.
Penentuan tujuan, sasaran, lokasi, maupun tempat dari kegiatan, proses,
fungsi, proyek, produk jasa dan harta yang terkena kegiatan manajemen
risiko;
4.
Penentuan hubungan dari proyek atau kegiatan khusus organisasi dengan
proyek dan kegiatan lain organisasi
5.
Penentuan metode untuk melakukan asesmen risiko;
6.
Penentuan kriteria penilaian kinerja manajemen risiko;
7.
Melakukan identifikasi dan spesifikasi keputusan-keputusanyang harus
diambil;
8.
Melakukan identifikasi, lingkup, ataupun kerangka kajian studi yang
diperlukan, termasuk luas dan sasaran serta sumber daya yang diperlukan
untuk melakukan kajian tersebut.
Faktor-faktor diatas dan faktor lain yang relavan dapat membantu
mengetahui apakah pendekatan proses manajemen risiko yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan dampaknya terhadap risiko-risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.3 Identifikasi Risiko
Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak
risiko, peristiwa dan penyebabnya, serta potensi akibatnya. Sasaran dari tahapan
ini adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang dapat
mempengaruhi
pencapaian
sasaran,
baik
meningkatkan,
menghalangi,
memperlambat, atau bahkan menggagalkan sasaran pencapaian organisasi. Perlu
juga diidentifikasi risiko-risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak kita
ambil. Proses identifikasi risiko ini penting untuk dilakukan secara meluas dan
mendalam serta komprehensif, kerena risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap
ini tidak akan diikutsertakan pada proses-proses berikutnya. Identifikasi risiko ini
dilakukan terhadap sumber-sumber risiko, baik yang ada dalam kendali maupun
yang diluar kendali organisasi. Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi
hendaknya sesuai dengan sasaran, kemampuan dan jenis risiko yang dihadapi oleh
organisasi. Informasi yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses
identifikasi risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar belakang
informasi tersebut. Orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang risiko
terkait atau proses/kegiatan terkait hendaknya dilibatkan dalam proses
indentifikasi risiko. Setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi.
Bagaimana skenario yang memungkinkan hal tersebut terjadi dan bagaimana
besar dampaknya. Semua hal yang secara signifikan dapat menimbulkan risiko
harus dipertimbangkan dan diperhatikan. Banyak metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi risiko salah satunya adalah failure mode and effect analysis
(FMEA). FMEA merupakan teknik untuk mengidentifikasi risiko dalam
mencegah terjadinya kegagalan dalam dampaknya sebelum terjadi, ada sepuluh
Universitas Sumatera Utara
17
langkah untuk menerapkan yaitu (Leo J.Susilo & Victor Riwu Kaho, 2014:121125):
1.
Peninjauan proses
Tim FMEA harus meninjau ulang peta proses atau bagan alir yang ada untuk
dianalisis. Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan pahaman
terhadap proses tersebut.Ini perlu dilakukan untuk mendapatkan kesamaan
pemahaman terhadap proses tersebut. Dengan menggunakan peta, seluruh
anggota tim harus melakukan peninjauan lapangan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap proses yang dianalisis.
2.
Brainstorming potensi kesalahan/kegagalan proses
Setelah melakukan peninjauan dilapangan terhadap proses yang akan
dianalisis maka setiap anggota melakukan proses brainstorming. Proses ini
dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh satu daftar yang
komprehensif terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Hasil
brainstorming ini kemudian dikelompokan menjadi beberapa penyebab
kesalahan, seperti manusia, mesin/peralatan, material, metode kerja dan
lingkungan kerja. Cara lain untuk mengelompokan adalah menurut jenis
kesalahan itu sendiri, misalnya kesalahan pada pelaksanaan elektrik, kesalhan
mekanis dan lain-lain. Pengelompokan ini mempermudah proses analisis
nantinya dan
mengetahui
dampak
suatu
kesalahan
yang mungkin
menimbulkan kesalahan lain.
3.
Menyusun daftar dampak masing-masing kesalahan
Setelah diketahui semua daftar kesalahan yang mungkin terjadi maka disusun
dampak dari masing-masing kesalahan. Untuk setiap kesalahan dampak yang
Universitas Sumatera Utara
18
terjadi mungkin satu atau lebih dari satu. Proses ini harus dilaksanakan
dengan cermat dan teliti, karena apa yang terlewatkan dari proses ini tidak
akan mendapat perhatian untuk ditangani.
4.
Penilaian tingkat dampak kesalahan
Penilaian terhadap tingkat dampak adalah perkiraan besarnya dampak negatif
yang diakibatkan apabila kesalahan terjadi. Bila pernah terjadi maka
penilaian akan mudah, tetapi bila belum pernah terjadi maka penilaian
berdasarkan perkiraan.
5.
Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan
Sama dengan langkah ke-4. Bila tersedia cukup data maka dapat dihitung
probabilitas atau frekuensi kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut. Bila
tidak tersedia maka harus digunakan estimasi berdasarkan pendapat para ahli.
6.
Penilaian kemungkinan terjadinya kesalahan
Penilaian yang diberikan menunjukan seberapa jauh kita dapat mendeteksi
terjadinya kesalahan atau timbul dampak terhadap suatu kesalahan. Hal ini
dapat diukur seberapa jauh pengendalian/indicator terhadap hal tersebut
tersedia. Bila tidak ada maka nilainya rendah, tetapi bila banyak indikator
sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi.
7.
Perhitungan tingkat prioritas risiko – RPN
Nilai prioritas risiko (RPN) merupakan hasil perkalian dari;
RPN = (nilai dampak) x (nilai kemungkinan) x (nilai deteksi)
Total nilai RPN ini dihitung untuk setiap kesalahan yang mungkin terjadi.
Bila proses tersebut terdiri dari kelompok-kelompok tertentu maka jumlah
keseluruhan RPN pada kelompok tersebut dapat menunjukana betapa
Universitas Sumatera Utara
19
gawatnya kelopok proses tersebut bila suatu kesalahan terjadi. Jadi, terdapat
tingkat prioritas tertinggi untuk jenis kesalahan dan jenis kelompok proses.
8.
Menyusun prioritas kesalahan yang harus ditangani
Setelah dilakukannya perhitungan RPN untuk masing-masing potensi
kesalahan maka dapat disusun prioritas berdasarkan nilai RPN tersebut.
Apabila digunakan skala 10 untuk masing-masing variable maka nilai RPN
tertingi adalah RPN = 10 x 10 x 10 = 1.000. bila digunakan skala 5 maka nilai
tertinggi RPN = 5 x 5 x 5 = 125. Terhadap nilai RPN tersebut dapat dibuat
klasifiksi tinggi, sedang dan rendah atau ditentukan nilai secara umum bahwa
nilai RPN diatas 250 (cut of points) harus dilakukan penangan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dan dampaknya, serta
pengendalian deteksinya. Penentuan klasifikasi atau nilai batas penanganan
ditentukan oleh kepala tim atau manajemen sesuai dengan proses yang
dianalisis.
9.
Melakukan mitigasi untuk mencegah kesalahan dengan dampak yang tinggi
Idealnya semua kesalahan yang ditimbulkan dampak tinggi harus dihilangkan
sepenuhnya. Penanganan dilakuakan secara serentak untuk ketiga aspek,
meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan, mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan dan mengurangi dampak terjadinya
kesalhan bila terjadi.
10. Menghitung ulang RPN setelah langkah penanganan dilakukan
Segara setelah tindak lindung risiko dilaksanakan, harus dilakukan
pengukuran ulang atau perkiraan nilai deteksi, nilai dampak dan
kemungkinan timbul kesahan. Setelah itu, dilakukan perhitungan nilai tingkat
Universitas Sumatera Utara
20
prioritas risiko kesalahan terjadi. Hasil tindak lindung tadi harus
menghasilkan penurunan nilai RPN yang cukup signifikan ketingkat yang
cukup aman. Bila belum tercapai maka dilakukan tindak lebih lanjut.
2.2.4 Analisis Risiko
Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil
risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses
pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk
dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan
risiko tersebut. Analisis risiko meliputi kegiatan-kegiatan yang menganalisis
sumber risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatifnya, serta
kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasikan baik faktor-faktor
yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya. Risiko
dianalisis dengan menentukan dampak kemungkianan terjadinya, serta atribut lain
risiko. suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan dapat
mempengaruhi berbagai macam saran organisasi. Pengendalian risiko yang ada
harus diperiksa efektifitasnya serta herus dimasukkan dalam pertimbangan
analisis risiko. Cara menyatakan besaran dampak dan besaran kemungkinan
terjadinya risiko serta cara penghubung untuk menentukan kegawatan risiko akan
bervariasi sesuai dengan jenis risiko. Ini semua harus disesuaikan dengan
informasi yang tersedia dan bagaimana hasil asesmen ini akan digunakan. Semua
proses ini harus sesuai dan konsisten dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan
sebelumnya. Perlu juga memperhatikan ketergantungan berbagai macam risiko
dengan sumber risikonya. Dalam menentukan tingkat kepercayaan dan sensitivitas
risiko, proses analisis risiko harus mempertimbangkan kondisi awal dan asumsi
Universitas Sumatera Utara
21
yang digunakan. Hal ini harus dikomunikasikan secara jelas kepada para
pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan yang terkait. Faktor-faktor
seperti perbedaan pendapat para ahli atau keterbatasan model yang digunakan,
harus dinyatakan secara jelas dan bila perlu digaris bawahi. Analisis risiko dapat
dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang bervariasi, tergantung dari jenis
risiko, sasaran analisis risiko informasi, data, dan sumber daya yang tersedia.
Analisis dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif, kualitatif, atau
kombinasi dari cara ini tergantung kondisi yang ada. Dalam praktik biasanya
dilakukan analisis kualitatif terlebih dahulu untuk mendapatkan indikasi umum
tingkat kegawatan risiko dan mengetahui peta risiko serta risiko-risiko yang
gawat. Setelah itu sesuai dengan keperluan, harus dilaksanakan langkah berikut
dengan melakukan analisis yang lebih spesifik dan secara kuantitatif. Besaran
dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat dari suatu
peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan ekstrapolasi dari
hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat dinyatakan dalam
besaran yang terukur ataupun tidak terukur (intangible). Dalam hal-hal tertentu
dampak risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa macam ukuran atau sebutan
untuk dapat lebih menggambarkan akibat risiko tersebut sesuai dengan waktu dan
tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak finansial, kecelakaan fisik rusaknya
reputasi dan sebagainya.
Tujuan
dari
analisis
risiko
adalah
melakukan
analisis
dampak
kemungkinan semua risiko yang dapat menghambat tercapainya sasaran
organisasi, juga semua peluang yang mungkin dihadapi organisasi. Kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
22
tercapai apabila beberapa hal berikut dapat dipenuhi (Leo J.Susilo & Victor Riwu
Kaho, 2014:136):
1.
Proses analisis risiko dilaksanakan secara komprehensif dan mencakup semua
risiko serta peluang yang ditemui dalam proses identifikasi riiko sebelumnya
dan telah masuk ke dalam daftar risiko;
2.
Semua yang terkait dengan risiko tersebut (para pemangku risiko) telah
terlibat dalam proses analisis berdasarkan informasi, data, serta pengetahuan
yang mereka miliki dengan baik;
3.
Proses analisis ini didampingi atau ditunjang dengan pengetahuan mengenai
menajemen risiko yang memadai;
4.
Waktu yang dialokasikan untuk proses ini cukup memadai;
5.
Ukuran kemungkinan dan dampak yang digunakan harus konsisten dan sesuai
dengan organisasi tersebut.
2.2.5 Evaluasi Risiko
Tujuan dari evaluasi risiko dalah membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis risiko. Proses evaluasi risiko akan
menentukan risiko-risiko mana yang memerlukan perlakuan dan bagaimana
prioritas implementasi perlakuan risiko-risiko tersebut. Keluaran dari proses
evaluasi risiko ini akan menjadi masukan untuk diolah lebih lanjut pada tahap
berikutnya. Analisis risiko merupakan proses mengevaluasi tingkat kegawatan
masing-masing risiko menggunakan kriteria yang telah ditentukan pada saat
menentukan konteks. Bila tingkat kegawatan risiko tidak masuk dalam kriteria
yang ditetapkan maka perlakukan terhadap risiko tersebut tidak perlu
dipertimbangkan lagi. Dalam mengambil keputusan terhadap perlakuan atas
Universitas Sumatera Utara
23
risiko, organisasi perlu juga memperhatikan konteks yang lebih luas, yaitu
kemampuan memikul risiko pihak lain yang terlibat. Keputusan harus diambil
dalam konteks hukum, peraturan perundangan, serta ketentuan lain yang terkait.
Dalam kondisi tertentu. Proses analisis risiko dapat menuju ke arah keperluan
analisis yang lebih dalam. Analisis risiko juga dapat juga menghasilkan
keputusan, hanya tetapi mempertahankan pengendalian risio yang sudah ada, atau
hanya memperkuat pengendalian itu. Proses pengambilan keputusan melalui
analisis risiko ini sangat dipengaruhi oleh ‘selera risiko’, sikap terhadap risiko
atau budaya risiko, dan kriteria risiko yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil
analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut menjadi urutan
prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko-risiko tertentu untuk tidak
ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan-keputusan tindak lanjut
tersebut mancakup:
1.
Apakah suatu risiko butuh penanganan?
2.
Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan?
3.
Bagaimana prioritas perlakuan risiko disusun?
Keputusan dalam mengevaluasi risiko biasanya didasarkan pada peringkat
risiko yang telah diperoleh dari hasil analisis risiko tetap dapat juga didasarkan
atas nilai ambang yang ditetapkan sesuai dengan:
1.
Tingkat dampak yang telah ditentukan;
2.
Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu;
3.
Efek kumulatif dari beberapa kejadian;
4.
Rentang ketidak pastian terhadap tingkat-tingakat risiko pada suatu level
kepercayaan.
Universitas Sumatera Utara
24
Akan tetapi masih terdapat kemungkinan distorsi dalam penyusunan
kriteria ini. Penyebab-penyebab tersebut antara lain :
1.
Pertimbangan nilai-nilai pribadi
Pertimbangan nilai-nilai pada kriteria evaluasi sebenarnya secara implisit
terkandung dalam setipa kriteria. Akan tetapi, pertimbangan ini tergantung
pada kebiasaan masing-masing individu menghadapi risiko, tingkat
kepercayaan terhadap efektifitas pengolahan risiko yang ada, serta persepisi
terhadap risiko dan manfaat kegiatan tersebut.
2.
Pengaruh kejadian-kejadian yang lalu
Kriteria untuk memutuskan apakah suatu risiko ditangani sering kali mengacu
pada kegiatan yang sama pada masa lalu atau berdasarkan pengalaman
sehari-hari. Namun, data ini dapat mengalami penyimpangan karena:
a.
Insiden besar, bencana yang baru satu kali terjadi atau keuntungan besar
yang tak disangka-sangka, akan sangat mendominasi bank data.
b.
Penurunan tingkat risiko karena peningkatan sistem pengendalian setelah
belajar dari insiden yang lalu, atau adanya perbaikan standar pegendalian.
c.
Perubahan kegiatan, proses atau lingkungan yang tidak sesuai lagi
dengan situasi masa lalu.
Menyususn kriteria evaluasi berdasarkan pengalaman risiko masa lalu
harus memperhatikan permasalahan yang mungkin muncul, yaitu:
1.
Suatu risiko memerlukan perlakuan pada suatu kondisi tertentu, tetapi pada
kondisi lain tidak perlu ditangani.
Universitas Sumatera Utara
25
2.
Dengan metode analisis terbaru, risiko yang dapat diterima di masa lalu kini
tidak dapat di terima lagi. Begitu pula ada risiko yang menurut standart sosial
ini tidak dapat ditolerir lagi.
3.
Lain pandang lain belalang, latar belakang risiko yang berbeda-beda
menimbulkan pertanyaan apakah standart evaluasi risiko harus disusun sesuai
dengan masing-masing situasi, ataukah dapat bersifat universal.
2.2.6 Per lakuan Risiko
Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko
yang berisi peringkat risiko yang memerlukan perlakuan yang lebih lanjut.
Majamen organisasi harus melakukan kajian dan menentukan jenis serta bentuk
perlakuan risiko yang diperlukan. Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus
untuk satu situasi tertentu, juga tidak harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko
memerlukan bentuk perlakukan yang khas untuk tiap risiko itu sendiri. Untuk
setiap risiko yang memerlukan perlakuan risiko, perlu dilakukan pemeriksaan
ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan data hasil analisis risiko.
Hal ini diperlukan untuk memahami sumber atau penyebab risiko, apa pemicu
timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinan terjadinya, serta seberapa besar
dampaknya. Selain itu, perlu juga dipahami kondisi lingkungan (hukum, sosial,
politik, ekonomi, dll.) serta siapa saja yang terlibat dalam kegitan yang berisiko
tersebut. Pengkajian awal yang cukup mendalam sering kali menimbulkan suatu
pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya bermanfaat untuk satu risiko, tetapi juga
untuk risiko-risiko lainya. Artinya, suatu perlakuan risiko untuk beberapa risiko.
dilain pihak, mungkin untuk satu macam risiko diperlukan beberapa macam
Universitas Sumatera Utara
26
perlakuan risiko. Secara umum, perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa
salah satu dari empat perlakuan sebagai berikut:
1.
Menghindari risiko (risk avoidance), berarti tidak melaksanakan atau
meneruskan kegiatan yang menimbulkan risiko tersebut.
2.
Berbagi risiko (risk sharing/transfer), yaitu suatu tindakan untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya risiko atau dampak risiko. Hal ini dilaksanakan
antara lain melalui asuransi, outsourcing, subcountracting, tindak lindung
transaksi nilai mata uang asing, dll.
3.
Mitigasi (mitigation), yaitu melakukan perlakuan risiko untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya risiko, atau mengurangi dampak risiko bila terjadi,
atau mengurangi keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak.
4.
Menerima risiko (risk acceptance), yaitu tidak melakukan perlakuan apapun
terhadap risiko tersebut.
2.2.7 Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan secara terus menurus (ongoiang) atau
terpisah (separate evaluation). Aktivitas monitoring terus-menerus tercermin pada
aktivitas supervise, rekonsilasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring biasanya
dilakukan untuk penugasan tertentu. Pada monitoring ini ditentukan Scope tugas,
frekuensi, proses evaluasi metodelogi, dokumentsi, dan action plan. Pada proses
monitoring perlu dicermati adanya kendala seperti reporting dedeficiencies, yaitu
pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul
dari berbagai faktor, seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang
disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Universitas Sumatera Utara
27
2.3 Penelitian Ter dahulu
Tabel 2.1
Penelitian Ter dahulu
No. Nama Peneliti
1
2
J udul
Penelitian
Primalia
Prawita
Analisis Risiko
Usaha
Peternakan
Ayam Broiler
Dengan Pola
Kemitraan Dan
Mandiri Di Kota
Sawahlunto/Kab
. Sijunjung
Yohanna Sari
Damanik
Analisis
Manajemen
Risiko (Studi
Kasus Pada
Gudang Obat
Rumah Sakit
Tentara
Pematang
Masalah
Penelitian
Apa saja
sumber-sumber
risiko pada
peternakan
ayam broiler di
Kota
Sawahlunto?
Bagaimana
pengaruh risiko
produksi dan
risiko harga
terhadap
pendapatann
peternak ayam
broiler yang
bermitra atau
tidak bermitra di
Kota
Sawahlunto?
Bagaimana
alternatif
strategi dalam
mengatasi risiko
produksi pada
peternakan
ayam broiler di
Kota
Sawahlunto?
Bagaimana
rumah sakit
tentara
pematangsiantar
menerapkan
manajemen
risiko di gudang
obatnya?
Kesimpulan
Dalam menjalankan
usaha peternakan ini
menghadapi risiko
produksi yang
disebabkan oleh cuaca,
penyakit, afkir, hama
predator, dan lain-lain.
Risiko-risiko yang
dihadapi sangat
berpengaruh terhadap
pendapatan yang
diterima oleh usaha
peternak plasma dan
peternak mandiri yang
menyebabkan
pendapatan mengalami
fluktuasi. Alternative
penanganan risiko
untuk peternak mandiri
dan peternak plasma
telah disesuaikan
dengan risiko yang
dihadapi masingmasing peternak.
1. Belum ada SOP
khusus secara
tertulis yang
mengatur karyawan
unit farmasi dan
tata cara perlakuan
obat-obatan
2. Peringkat risiko
Universitas Sumatera Utara
28
Siantar)
yang terdapat di
rumah sakit tentara
hanya terbagi atas 3
peringkat risiko,
yaitu 15 risiko
dengan peringkat
risiko sangat kecil,
11 jenis risiko
dengan peringkat
risiko kecil dan 1
jenis risiko pada
peringkat risiko
sedang. Presentasi
peringkat risiko
yang terdapat pada
rumah sakit tentara
adalah 3,7% risiko
peringkat sedang,
55,5% risiko
peringkat sangat
kecil dan 40,7%
risiko dengan
peringkat kecil
Manajemen risiko
bukan hanya
merupakan tanggung
jawab UMKM semata
Bagaimana
akan tetapi juga
analisis risiko
merupakan tanggung
beserta
jawab Pemerintah dan
dampaknya
lembaga-lembaga
M. Farid
terhadap bisnis
terkait pengelolaan
Wadji, Anton Manajemen
UMKM yang
risiko bisnis.
Agus
Risiko Bisnis
3
bisa
Dampak dari bencana
Setiawan,
UMKM Di Kota
dikembangkan
yang merupakan salah
Syamsudin,
Surakarta
untuk
satu risiko bisnis bagi
Muzakar Isa
mengantisipasi
UMKM dapat
dampak bencana dialihkan pada
di Kota
Asuransi sebagai
Surakarta?
lembaga yang dapat
membantu penjaminan
terhadap kerugian
yang diakibatkan oleh
bencana.
Sumber: Diolah Oleh Peneliti (2017)
Universitas Sumatera Utara
29
2.4 Ker angka Pemikir an
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis manajemen risiko
sebagai formulasi dan bahan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko pada
suatu usaha. Jenis risiko, penyebab risiko, dan sumber risiko dapat dianalisis
melalui proses manajemen risiko. Kerangka pemikiran menunjukkan proses
dalam mengidentifikasi risiko hingga perlakuan risiko.
Gambar 2.1
Ker angka Pemikir an
1. Jenis Risiko
2. Penyebab Risiko
3. Sumber Risiko
Proses Manajemen
Risiko
Analisis Manajemen
Risiko
Sumber: Diolah Peneliti (2017)
Universitas Sumatera Utara
Download