BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi

advertisement
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Akuntansi menghasilkan laporan kegiatan ekonomi dari suatu entitas yaitu
laporan keuangan yang merupakan salah satu instrumen penting dalam
mendukung keberlangsungan suatu perusahaan.Seiring pesatnya perkembangan
bisnis dan jumlah perusahaan publik yang semakin banyak, permintaan atas
laporan keuangan juga semakin tinggi karena menjadi sumber informasi bagi
stakeholder perusahaan.
Demi kebutuhan eksternal, laporan keuangan harus diaudit sebelum
disajikan.Hal ini disebabkan tidak adanya jaminan bahwa laporan keuangan yang
disajikan telah mencerminkan kinerja perusahaan yang sebenarnya, oleh karena
itu diperlukan adanya pihak yang independen dan objektif yang dapat
mengakomodasi hal tersebut.Pada tahap ini penilaian auditor terhadap kualitas
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi salah satu
pertimbangan pemegang saham dan kreditor dalam pengambilan keputusan.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI, 2001) telah mengatur cara penyelesaian pekerjaan
lapangan auditor yaitu dengan merencanakan aktivitas yang dilakukan,
memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal, dan mengumpulkan
bukti-bukti yang kompeten sebagai dasar dalam mengajukan pendapat atas
laporan keuangan (Dewi, 2010).
2
Kegiatan audit harus dilaksanakan dengan hati-hati dan tepat, dan itu harus
dilakukan dengan perencanaan yang matang dengan mengumpulkan bukti-bukti
yang memadai (Boynton dan Kell, 1996). Namun di sisi lain, audit merupakan
kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga menyebabkan laporan keuangan dan
pengumuman laba tertunda.Kondisi ini kemudian mengakibatkan penundaan
pengumuman laporan keuangan kepada publik, dimana penundaan tersebut
bertentangan dengan kriteria profesionalisme auditor yang juga dapat dilihat dari
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yang telah diaudit (Subekti dan
Widiyanti, 2004).
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar
modal.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang “Peraturan Pasar Modal”
menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib
menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam-LK dan
mengumumkannya
kepada
masyarakat.
Apabila
perusahaan
terlambat
menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka akan
dikenakan sanksi administrasi. Peraturan mengenai penyampaian laporan
keuangan ini telah diperbaharui oleh Bapepam-LK pada tahun 1996, lampiran
keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-80/PM/1996 dan mulai berlaku pada
tanggal 17 Januari 1996. Dalam peraturan baru ini disebutkan bahwa perusahaan
wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambatlambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan. Pada
tanggal 30 September 2003 Bapepam-LK semakin memperketat peraturan dengan
3
dikeluarkannya
lampiran
keputusan
Ketua
Bapepam-LK
Nomor:
Kep-
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan
laporan auditor independen harus disampaikan kepada Bapepam-LK selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal tutup tahun buku
perusahaan.
Interval waktu dari tanggal tutup buku laporan keuangan tahunan sampai
tanggal yang tertera di laporan audit disebut dengan audit report lag atau dalam
beberapa penelitian dinyatakan sebagai audit delay (Afify, 2009). Makin lama
auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, semakin lama pula audit report lag.
Namun bisa jadi auditor memperpanjang masa auditnya dengan menunda
penyelesaian audit laporan keuangan karena alasan tertentu, misalnya pemenuhan
standar untuk meningkatkan audit report lag yang akhirnya menuntut waktu lebih
lama.
Pengumuman laporan keuangan yang tertunda mengakibatkan tidak
terpenuhinya karakteristik kualitatif laporan keuangan, khususnya relevan dan
andal, dimana tingkat relevansi dan keandalan informasi yang terdapat pada
laporan keuangan dipengaruhi oleh ketepatan waktu (timeliness).Menurut Halim
(2000) menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan
laporan audit menjadi prasyarat utama dalam meningkatkan harga saham
perusahaan.
Mengingat pentingnya ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan, sebuah
mekanisme dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi dalam laporan
4
keuangan dapat disajikan tepat waktu.Salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan adanya mekanisme
corporate governance.Regulasi nomor X.K.6 yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK
(mengenai Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan Publik) mengharuskan
laporan keuangan emiten atau perusahaan publik yang diterbitkan berisi informasi
mengenai corporategovenrnance.Salah satu prinsip dalam corporate governance
itu sendiri adalah transparansi.Prinsip ini mensyaratkan bahwa perusahaan harus
menyerahkan dan mempublikasikan laporan keuangan secara tepat waktu (Komite
Nasional Kebijakan Governance, 2006 dan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi
dan Pembangunan, 2004).Namun berdasarkan laporan tahunan Bapepam-LK
tahun 2013, beberapa perusahaan masih terlambat melaporkan laporan keuangan
mereka meskipun pedoman good corporate governance (GCG) telah diperbarui.
Myring dan Shortridge (2010) mengasumsikan bahwa corporate
governance yang kuat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang lebih
tinggi.Karakteristik corporate governance dalam penelitian ini diproksikan
dengan efektivitas dewan komisaris independen, kepemilikan asing, dan
efektivitas komite audit.
Dewan komisaris sebagai wakil dari pemegang saham perusahaan
memiliki tugas dan wewenang untuk mengawasi dan memberikan arahan kepada
manajemen demi mencapai tujuan perusahaan.Namun demikian, keberadaan
dewan komisaris dalam sebuah perusahaan tidaklah cukup untuk mencapai tujuan
perusahaan, oleh karena itu diperlukan adanya efektivitas dari dewan
5
komisaris.Pengukuran efektivitas dewan komisaris dengan menggunakan skor
berdasarkan
karakteristik
yang
mempengaruhinya
dianggap
lebih
baik
dibandingkan dengan pengukuran masing-masing karakteristik secara individual
(Hermawan, 2009).Dengan tingkat keefektifan dewan komisaris yang baik,
diharapkan dewan komisaris dapat melakukan pengawasan yang baik juga
sehingga dapat membantu mengurangi adanya asimetri informasi dan kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen sehingga luas dan durasi dalam melakukan
pekerjaan audit juga semakin berkurang.
Komponen corporate governance lainnya adalah komite audit yang
merupakan suatu keharusan dalam perusahaan publik. Komite audit bertugas
membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Seperti halnya
dewan komisaris, keberadaan komite audit tidaklah cukup tanpa didukung oleh
efektivitas kinerjanya. Pengukuran tingkat efektivitas komite audit dengan
menggunakan skor dianggap lebih baik dalam mengukur tingkat keefektifannya.
Adanya komite audit yang efektif diharapkan dapat mengawasi pembuatan
laporan keuangan sehingga waktu pengerjaan audit oleh auditor independen dapat
berkurang.
Struktur kepemilikan yang dijelaskan Aryati dan Lindasari (2007)dalam
Greta(2012) dibagi dua, yaitu kepemilikan oleh pihak dalam negeri dan
kepemilikan oleh pihak luar negeri. Perusahaan dengan kepemilikan pihak asing
akan cenderung lebih bertanggungjawab terhadap laporan keuangannya.
6
Perusahaan akan berusaha mempertahankan reputasinya agar pihak luar tetap mau
menanamkan dananya. Perusahaan dengan kepemilikan asing memiliki sistem dan
fasilitas yang lebih baik sehingga akan memudahkan auditor dalam proses
auditnya, yang nantinya akan mengurangi durasi dari audit report lag.
Berbagai penelitian mengenai audit report lagtelah banyak dilakukan,
khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag baik di
dalam maupun luar negeri.Mayoritas penelitian merupakan penelitian pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selain sektor
perbankan.Oleh karena itu, penelitian ini diambil karena masih sedikitnya
penelitian tentang audit report lag yang menjadikan sektor perbankan sebagai
sampelnya. Perlunya penelitian audit report lag pada sektor perbankan adalah
karena adanya kompleksitas industri perbankan yang melebihi sektor lainnya.
Selain itu, sektor perbankan merupakan highly-regulated industry serta memiliki
penerapan sistem akuntansi yang berbeda sehingga memerlukan proses audit yang
relatif lebih kompleks dibandingkan dengan audit di sektor lainnya. Di Indonesia,
sistem akuntansi sektor perbankan tidak hanya mengacu kepada PSAK sebagai
standar akuntansi yang berlaku umum, namun juga harus mengacu kepada
ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral yang
berperan sebagai regulator dalam sektor perbankan Indonesia. Ditinjau dari
tingkat utang perusahaan, bank cenderung memiliki tingkat utang yang relatif
tinggi (Wiguna, 2012).Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi menuntut
tingkat transparansi yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi
7
(Khanna et al., 2004). Tingkat utang yang tinggi ini akan mendorong auditor
meningkatkan ketelitian dalam mengaudit laporan keuangan sehingga nantinya
akan mempengaruhi waktu penyelesaian laporan audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE PADAAUDIT
REPORT LAGBANK KONVENSIONAL” Pemilihan corporate governance
sebagai variabel independen dalam penelitian ini didukung oleh masih terbatasnya
penelitian yang menganalisis aspek corporate governance terhadap audit report
lag.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, rumusan masalah yang
terkait adalah:
1.
Apakah struktur kepemilikan asing berpengaruh terhadap audit report lag?
2.
Apakah efektivitas dewan komisaris berpengaruh terhadap audit report
lag?
3.
Apakah efektivitas komite audit berpengaruh terhadap audit report lag?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut:
a.
Menguji pengaruh mekanisme struktur kepemilikan asing terhadap audit
report lag.
8
b.
Menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris terhadap audit report lag.
c.
Menguji pengaruh efektivitas komite audit terhadap audit report lag.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a.
Memberikan informasi bagi auditor untuk membantu mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag sehingga laporan
keuangan auditan dapat dipublikasikan tepat waktu.
b.
Memberikan informasi bagi para investor, agar mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi audit report lag secara empiris sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.
c.
Memberi informasi kepada manajemen perusahan agar termotivasi
menyajikan laporan keuangan yang andal serta melaporkannya tepat pada
waktunya.
d.
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis
dipelajari penulis di perkuliahan dan secara khusus diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit
report lag di waktu yang akan datang untuk kepentingan penelitian
selanjutnya.
Download