pola interaksi sosial pengikut syiah dengan

advertisement
1
POLA INTERAKSI SOSIAL PENGIKUT SYIAH
DENGAN PENGIKUT WAHABI DI KAWASAN
PEJATEN JAKARTA SELATAN
OLEH :
AGUS SANTOSO
NIM : 101070022951
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2007
2
POLA INTERAKSI SOSIAL PENGIKUT SYIAH
DENGAN PENGIKUT WAHABI DI KAWASAN
PEJATEN JAKARTA SELATAN
Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
OLEH :
AGUS SANTOSO
NIM : 101070022951
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. DR. Hamdan Yasun M.Si
NIP : 130 351 146
Pembimbing II
DR. Abdul Mujib M.Ag
3
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2007
Aku hanyalah manusia,
tapi aku masih manusia,
Aku tidak dapat mengerjakan segalanya,
tapi aku masih mampu berbuat sesuatu;
Dan karena aku tidak mampu mengerjakan semuanya,
Aku tidak akan menolak untuk mengerjakan sesuatu
yang mampu aku lakukan.
(Edward Everett Hale).
Kupersembahkan karya kecil ini
kepada orang-orang yang tercinta
Bapak, Ibu, Suami, Buah hatiku, Kakak & Adikku.
Mereka adalah pemberi warna dalam hidupku sebagai
langkah awal meraih Kesuksesan..
4
ABSTRAK
(A)
(B)
(C)
(D)
Fakultas Psikologi
MEI 2007
AGUS SANTOSO
POLA INTERAKSI SOSIAL PENGIKUT AJARAN ISLAM
SYIAH DENGAN PENGIKUT WAHABI DI PEJATEN JAKARTA
SELATAN.
(E) XV + 93Halaman
(F) Syiah di indonesia merupakan sebuah kenyataan yang memang
harus kita perhitungkan keberadaanya terlebih sampai saat ini
masih banyak sebagian orang yang memandang bahwa syiah
merupakan sebuah aliran yang sesaat dalam dunia islam
khususnya dari kalangan wahabi.
Di daerah pejaten jakarta selatan dimana peneliti tinggal dulu ada sebuah
realita kehidupan dimana antara pengikut ajaran islam syiah dengan
pengikut ajaran wahabi saling berdekatan dalam menjalankan rutinitas
keseharian diamana Wahabi di wakili LIPIA sebagai lembaga perwakilan
Saudi Arabia dan di sebelahnya tidak jauh dari sana ada ICC ( Islamic
Cultural Center ) yang secara terang-terangan menyatakan bahwa
lembaga tersebut mewakili Ahlul bait.
Dalam perjalannya ternyata kedua lembaga tersebut saling bersetegang
dalam menjalankan prisip meraka tidak jarang diadakan dialog antar
pengikut guna menjalakan hubungan silaturahmi antar pengikut agar tidak
terjadi konflik antar mereka.
Dengan melihat fenomena tersebut penulis terdorong untuk mancari atas
jawaban tentang bagaimana dan apa pola interaksi sosial yang terjadi
antara pengikut aliran islam syiah mereka serta bagaimana sesama
dengan pengikut aliran wahabi di kawasan pejaten barat tersebut.
Peneliti mengunakan pendekatan study kasus , dengan melibatkan 5
orang responden. Penelitian ini di lakukan dengan wawancara mendalam
(dept interview) serta observasi jenis pengamatan sebagai pemeran serta
penelitian ini dilaksanakan 2 bulan antara aparil 2007 sampai Mei 2007
Dari hasil pengolahan data, pola interaksi yang di jalankan oleh pengikut
aliran islam syiah dengan Pengikut wahabi di pejaten barat terbentuk
5
karena adanya aturan atau norma yang mengharuskan meraka
mengedepankan Alil bait dalam segala hal. Disamping internalisasi
Norma, konformitas, dan kohesivitas kelompok juga mempengaruhi pola
interaksi mereka. Dalam menjalani kehidupan beragama pengikut aliran
ini sebisa mungkin tidak bergabung dengan pengikut aliran yang lain
terlebih wahabi. Mazhab yang mereka anut di kawasan tersebut membuat
mereka hanya akan menjalakan aktifitas beribadah jika imam yang sudah
di tunjuk sudah berada di tenagh-tengah mereka. Sholat dan –badahibadah yang bersifat transedental haruslah sesuai dengan petunjuk imam
mereka. Akan tetapi dalam berbagai kegiatan sosial mereka cenderung
melibatkan semua pihak terlebih dalam hal sosialisasi berbagai kegiatan
yang di jalankan guna sosialisasi ajaran mereka. Dari situlah peneliti
melihat bahwa pola interkasi yang mereka jalankan mengacu pada sistem
norma yang telah di internalisasikan baik secara sengaja dngan cara
dogma langsung dari Imam mereka maupun dengan cara membacaberbagai lietratur yang secara rutin mereka publikasikan kepada pengikut
ajaran tersebut. Maka dari situ terbentuklah poal interaksi yang mengacu
pada Standar Operating Procedure ( SOP )
Dari segi hubungan silaturahmi pengikut syiah cenderung mau menjaga
silaturahim ketimbang memutuskanya. Bagi mereka silarturahim adalah
ikatan yang membuat islam selalu kuat dan kokoh.
(G) Referensi Bacaan: 31 ( 1967-2006 )
6
Kata pengantar
Alhamdulillah penulis ucapkan pertama karena hanya dia yang layak untuk
menerima pujian dan juga rasa syukur penulis atas terselesaikanya skrips yang
hampir dua tahun lamanya tidak dapat penulis selesaikan dengan cepat.
Namun siapa sangka dengan kondisi yang begitu sedikit waktu dan begitu
banyak pekerjaan akhirnya skripsi ini dapat penulis elesaikan walau dengan
susah payah.
Dari lembaran inilah penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1.
Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif hidayatullah Ibu Dra. Netty Hartati
M.Si. serta Pudek I yang begitu baik kepada penulis dan tak bosan
memotivasi guna terselesaikanya skripsi ini Yakni Ibu Dra. Zahrotun
Nihaya. M.Si. beserta Civitas
2.
Bapak Prof. DR. Yasun selaku pembimbing I yang telah berprilaku
amat baik layaknya bapak dirumah sendiri.
3.
Bapak DR. Abd.Mujib M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar membimbing penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan benar.
4.
kepada Ayah dan Ummi tercinta Bunyamin H.Munir serta St. Romlah
yang begitu tidak terlupakan.
7
5.
istriku tercinta Lusy Faiqo yang selalu mau menemani dikala senang
dan duka
6.
Laily Azkia anak ku tercinta yang membuat waktu-waktu sulit dan
penat menjadi ceria.
7.
kepada Kawan-kawan psikologi angkatan 2001 yang selalu kompak.
8.
kepada seluruh keluarga besar PII Jakarta terutama Ibu siti Zainab
Yusuf yang begitu baik mau membiayai kuliah ku sampai selesai
semoga Allah memberikan Ganjaran yang lebih atas kebaiknya
tersebut.
Singkatnya, semoga Allah memberikan apa yang menjadi cita-cita meraka
sampai kemudian kita dapat bertemu kembali disurga yang kekal. Semoga
Allah selalu membimbing kita kejalan yang benar. Amin
Jakarta, Maret 2007
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................... i
Halaman Persetujuan ....................................................................... ii
Halaman pengesahan .......................................................................iii
Motto ..................................................................................................iv
Dedikasi ..........................................................................................
Abstraksi ..........................................................................................
Kata pengantar .................................................................................
Daftar isi ..........................................................................................
Daftar tabel .......................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………........
1.1. Latar Belakang Masalah………………………………..........
1.2. identifikasi Masalah ….............................…………..............
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah ........………..............
1.3.1. Pembatasan Masalah .............................................
1.3.2. Perumusan masalah .............................................
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............……………............
1.4.1 Tujuan Penelitian ......................................................
1.4.1. Manfaat penelitian ...................................................
BAB 2 : KAJIAN PUSTAKA
2.1. POLA INTERAKSI SOSIAL …………....................….........
2.1.1. Pengertian Pola Interaksi Sosial………….................
2.1.2. Aspek-Aspek Psikologis dalam Interaksi Sosial .......
2.1.3. Teori-teori tingkah laku dlm interaksi antar kelmpok.
2.1.4. Tipe Interaksi sosial .................................................
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial ..
2.2. Syiah dan Wahabi
2.2.1. Pengertian syiah .......................................................
2.2.2. doktrin-doktrin /ajaran dalam syiah ..........................
2.2.3. sekte dalam syi’ah ....................................................
2.2.4. sejarah perkembangan syi’ah sampai ke Indonesia
2.2.2. Wahabi
2.2.2.1 Penertian Wahabi ..………………………………..
2.2.2.2 Ajaran
Wahabi..................................................................
9
2.2.2.3 Sejarah dan perjalanan wahabi ...........................
2.2.2.4 Perjalanan wahabi sampai ke Indonesia .............
2.3. Proposisi Teoritis .................................................... …......
BAB 3 : METODE PENELITIAN ……………………….................
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. pendekatan Penelitian .............................................
3.1.2. metode penelitian ....................................................
3.2. Subjek Penelitian .............................................................
3.2.1. Teknik pengambilan Subjek ....................................
3.2.2. Karakteristik Subjek ..................................................
3.3. Pengumpulan Data............................................................
3.3.1. Metodedan instrument Penelitian ...........................
3.3.2. alat bantu pengumpulan data .................................
3.4. Teknik Analisa data.............................................................
3.5. Prosedur Penelitian ..........................................................
3.5.1. Prosedur persiapan Penelitian ................................
BAB 4 : HASIL PENELITIAN …………………………………………….
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ………………………….
B. Riwayat Kasus dan Analisis Kasus……………………………
1. Kasus A……………………………………………………….
2. Kasus B……………………………………………………….
3. Kasus C……………………………………………………..
4. Kasus D……………………………………………………..
C. Perbandingan Antar Kasus ………………………………….
D. Analisis Kasus………………………………………………….
BAB 5 : PENUTUP ………………………………………………….
A. Kesimpulan ……………………………………………………….
B. Diskusi dan saran ………………………………………………
DAFTAR BACAAN DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kaum muslim Indonesia sering digambarkan sebagai kumpulan pemelik yang
relative homogen yaitu hanya terdiri dari kaum sunni ( Ahl al Sunnah wal jam’ah )
Hal tersebut membuat terelimeinernya pengetahuan masyarakat tentang
keberadaan pengikut aliran lain seperti Wahabi dan juga Syiah. Walaupun
belakangan terakhir muncul Muhammadiyah yang mengatas namakan Wahabi.
Namun hal tersebut tidak mengubah kesan homogenitas ke sunni-an Islam di
Indonesia.
Begitupun aliran syiah tidak banyak muslim Indonesia yang mengenal aliran
yang satu ini. jika kita sedikit menelaah tentang sejarah perkembangan Islam di
Indonesia jelas bahwa Syaih pernah hadir dan menjadi salah satu mazhab yang
dominant di kawasan barat Indonesia. Sebut saja Pariaman di Sumatera Barat,
disana peneliti mengetahui ada perayaan tabut yang mengidikasikan bahwa
syiaisme pernah ada di pariaman. Bahkan kaum Alawi Indonesia konon dari
semula adalah penganut setia aliran syiah.
11
Akan tetapi jelas bahwa munculnya syiahisme dalam keragaman keagamaan di
Indonesia merupakan barang baru dan pengenalan oleh kebanyakan kaum
muslim Indonesia juga barang baru. Mungkin pemicu kemunculan pengetahuan
tentang ajaran syiah di dorong oleh terjadinya revolusi Islam Iran yang dasyat
pada tahun 1979 yang mana gerakan tersebut di motori oleh ulama-ulama Syiah
seperti Ayatullah Koemaini, Ali Sariati Mutthahari.
Munculnya perbincangan sekitar syiah jelas sekali merupakan tanda bahwa
masyarakat Indonesia mulai menyadari keberadan aliran tersebut. Akan tetapi
hal tersebut masih di tanggapi negatif oleh sebagian pengikut muslim Indonesia.
Terlebih dari kalangan wahabi. Dampak dari revolusi Islam di iran yang di motori
ulama-ulama syiah sedikit banyak berdampak pada kestabilan Internasional
begitu juga terhadap kaum muslim Indonesia Karena sebagian masyarakat
Indonesia baragama Islam.
Di samping itu latar belakang sejarah syiah yang lebih mengutamakan Ali
dengan sahabat lainnya juga membuat masyarakt Islam Indonesia pada
umumnya serta khususnya dari kalangan wahabi menjaga jarak dengan aliran
tersebut. Sikap untuk melihat syiah sebelah mata semakin membuat Aliran ini
sulit untuk dikenali oleh pengikut wahabi dan muslim dunia, begitupun
masyarakat Indonesia.
12
Karana itu syiah bagi sebagain pengikut wahabi Islam Indonesia tidak saja
merupakan masalah agama akan tetapi juga merupakan masalah politik. Karena
dapat mengganggu kestabilan dalam negeri dan juga keamanan internal Negara
Indonesia yang mayoritas muslim yang secara otomatis akan mempengaruhi
pandangan mereka terhadap syiah.
Perbedaan pandangan antara Syiah dan wahabi bahkan sering kali di sebabkan
oleh perbedaan penafsiran teks-teks Al Quran dimana seharusnya hal tersebut
tidak terjadi. Bahkan sering berakibat Disharmonis hubungan antar sesama
mereka.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa pernah terjadi perang besar-besaran antara
pengikut ajaran Islam syiah dengan kelompok di luarnya yang kita sebut Tragedi
Karbala. Padahal Allah SWT memerintahkan hamba Nya untuk tidak berperang
karena semua bersaudara.
Allah SWT dalam Al Quran memerintahkan agar kita menjaga Ukhuwah
Islamiyah maka oleh Karena itu patut kita renungkan kembali ayat Al Quran
berikut ini :
” Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah SWT
supaya kamu mendapat rahmat’ (Al Hujarat Ayat 10 ).
13
Fenomena Ukhuwah Islamiyah ini juga sejalan dengan yang dianjurkan dalam
Al Quran ayat berikut :
”Wahai sekalian manusia sesungguhnya kami ciptakan kamu sekalian dari pria
dan wanita dan kami jadikan kamu sekalian berbangsa dan bersuku-suku agar
kamu aling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu bagi Allah
adalah yang paling bertqwa. Sesungguhnya Allah itu maha mangetahui dan
maha teliti. ( Al Hujarat ayat 13 )
Manusia merupakan mahluk sosial. Setiap muslim dalam kehidupan beragama
dan dalam kehidupan sosial selalu membutuhkan bantuan orang lain guna
memenuhi kebutuhannnya. Dengan menjalani hidup secara bersama-sama
maka kebutuhan yang harus terpenuhi akan lebih mudah untuk didapatkan.
Selanjutnya bahwa dalam hidup ini selalu saja ada perbedaan dan hal itu adalah
wajar serta alamiah bahkan dalam Agama perbedaan merupakan Rahmat.
Begitu juga dengan kehidupan berkelompok. Perbedaan tujuan dan manstreem
pada satu kelompok dengan kelompok dapat di jadikan pondasi yang berbeda
demi mengokohkan bagunan agama.
Di dalam agama khususnya Agama Islam kita tahu bahwa terdapat berbagai
macam golongan dan ajaran yang berkembang dan hal itu menimbulkan
berbagai macam perbedan sehingga menimbulkan berbagai macam pandangan
14
dalam melihat agama islam itu sendiri. Perbedan-perbedan inilah yang menurut
agama dapat menjadi rahmatan lil alamin.
Sejarah Islam khususnya dan umat manusia umumnya menunjukan bukti bahwa
peristiwa karbala merupakan tindakan yang tidak semestinya terjadi. Konflik
yang menyebabkan timbulnya banyak korban dari kalangan syiah merupakan
salah satu bentuk tidak adanya perhatian terhadap ayat di atas perihal
persaudaraan.
Pembagian masyarakat Islam ke dalam sunni dan syiah umumnya di jelaskan
dalam acuan perbedaan politik bukan perbedaan antar suku, bangsa yang di
jelaskan didalam Al Quran surat Al hujarat ayat 13. Pandangan yang
mengedepankan politik sebagi pemicu munculnya syiah di dasarkan oleh
pemisahan antara gereja dengan Negara di dunia barat.
Pandangan semacam ini merupakan sebuah kesalahan yang besar sebab
dengan mengikut sertakan antara politik dengan perkembangan syiah telah
mengesampingkan proses yang terjadi di dalam syiah itu sendiri dan
kembangkitan umat Islam di masa mendatang.
Syiah tidak langsung saja hadir ketika muawiyah menjadi kahlifah namun ada
berbagai macam proses yang terjadi. interaksi social antar merak yang setia
dengan Ali serta interaksi antar sahabat yang lain juga menjadi pendorong
15
timbulnya golongan syiah dalam sialm sehingga terus berkembang dan
menimbulkan rasa persaudran diantar pengikut syiah.
Untuk itu sebagai salah satu bentuk perhatian peneliti terhadap perkembangan
syiah di Indonesia peneliti hendak melakukan sebuah telah menyeluruh tentang
aliran ini sebab syiah merupakan sesuatu yang nyata bagi kita. Syiah bukan saja
merupakan kenyataan di Indonesia akan tetapi jelas syiah suatu kenyataan yang
juga bersifat internasional khususnya dalam dunia Islam.
Mengingkari kenyataan tersebut bukan merupakan suatu kenaifan tetapi
merupakan salah satu bentuk pembodohan bagi sebagian orang. Syiah adalah
kenyatan histories yang secara tak terpungkiri sudah mewarnai sejarah agama
dan umat islam selama 15 abad. Terlebih di kaitkan dengan keberadan dengan
keberadaan kalangan wahabi yang muncul belakangan terakhir yang sangat
menentang keberadaan masyarakat syiah secara umum. Melihat syiah sebagai
kenyataan di perlukan sikap yang lebih bersedia untuk memahami serta
mengenali bentuk-bentuk interaksinya dengan aliran-aliran Islam yang lain.
1.2 Identifikasi Masalah
Untuk lebih memudahkan penulis dalam meneliti masalah ini maka dibuat
identifikasi masalah penelitian sebagai berikut :
1. bagimanan cara pandang pengikut syiah terhadap diri dan kelompoknya
serta cara mereka berinteraksi dengan Pengikut aliran wahabi.
16
2. Bagaimana ukhuwah yang terjadi antara pengikut ajaran islam syiah
dengan pengikut wahabi di jakarta selatan.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti lebih terarah maka penulis membatasi masalah
sebagai berikut :
1. Pola Interaksi Sosial yang di gunakan oleh pengikut ajaran Islam syiah dalam
berinteraksi dengan pengikut wahabi.
2. Ukhuwah Pengikut Syiah dan pengikut wahabi dalam konteks ke kinian
1.3.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana dan mengapa Pola Interaksi Sosial Pengikut Syiah Dengan Pengikut
Wahabi Di Wilayah Pejaten Barat Jakarta Selatan.
1.4. Tujuan dan manfaat penelitian
1.4.1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi Sosial yang terjadi
antara pengikut ajaran Islam syiah dengan ulama wahabi di pejaten barat.
17
1.4.2. Manfaat dari penelitian
1.4.2.1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan gambaran dan masukan yang positif tentang bagaimana
seharusnya berinteraksi dengan pengikut ajaran Islam syiah, mengetahui aspek
kunci ke tidak hamonisan antara pengikut ajaran Islam syiah dengan pengikut
wahabi guna mewujudkan Islam yang Rahmatan lil alamin.
1.4.2.2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan sumbangsih bagi para pembaca khususnya mahasiswa agar
lebih bijaksana dalam menyikapi masalah-masalah sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada sistematika penulisan American
Psychological Association ( APA ) Style. Untuk memudahkan penulisan skripsi
ini, penulis menyusunnya dalam beberapa bentuk bab sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Membahas mengenai Latar belakang masalah, Identifikasi masalah,
Perumusan dan pembatasan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
18
BAB 2 : KAJIAN PUSTAKA
Membahas teori-teori tentang Interaksi Sosial, Definisi Interaksi sosial,
Pola-pola interaksi sosial, Tipe interaksi sosial, Pengikut syiah dan
wahabi dalam konteks kekini an dan ke Indonesiaan.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Membahas tentang Jenis penelitian, subyek penelitian, Pengumpulan
data, Teknik analisis data dan prosedur penelitian.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Membahas isi laporan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
BAB 5 : KESIMPULAN
Meliputi Kesimpulan, Diskusi dan Saran.
19
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pola Interaksi Sosial
2.1.1. Pengertian Pola Interaksi sosial
Kenyataan empirik menunjukkan bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan sosialnya. Banyak aspek psikologis yang mempengruhi proses
kontak sosial antar sesame manusia. Tak heran jika studi mengenai interaksi
sosial menjadi salah satu topik utama dalam psikologis sosial. Dengan
memahami proses interaksi sosial, orang dapat mengetahui pengaruh struktur
sosial dan individu terhadap individu lainnya. Pola-pola tingkah laku yang
dimanifestasikan oleh individu terbentuk akibat proses interaksinya dengan
individu lain, baik di dalam maupun di luar kelompoknya.
Edwin P. Hollander (1971 : 243) mendefinisikan interaksi sosial sebagai
hubungan antara dua individu atau lebih yang saling bergantung. Dalam definisi
ini tampak bahwa proses komunikasi terpengaruh terhadap cara berfikir
seseorang selama proses interaksi berlangsung.
Edwin E Jones ( dalam Edward E Sampson 1964 : 64) mengemukakan bahwa
interaksi sosial terjadi ketika dua orang atau lebih melakukan kontak dengan
sesama. Dalam proses ini pertemuan antara kedua belah pihak
20
mengimplikasikan aktivitas timbal balik sehingga menimbulkan pengaruh dalam
pembentukan tingkah laku seseorang kepada yang lain.
Hubert Bonner (dalam W A Gerungan 1996 : 57) menyatakan bahwa interaksi
sosial adalah hubungan natara dua orang atau lebih di mana tingkah laku
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku
individu yang lain dan sebaliknya.
Dari ketiga definisi tentang interaksi sosial di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam proses interaksi sosial terdapat hubungan saling mempengaruhi
antara dua orang atau lebih, sehingga terjadi penyesuaian diri antara
sesamanya. Penyesuaian diri sebenarnya memiliki pengertian ganda. Di satu sisi
ia dapat diartikan sebagai proses perubahan diri sesuai dengan keadaan
lingkungan sosial. Di sisi lain, penyesuaian diri merupakan suatu aktivitas
pengubahan tingkah laku orang lain sesuai dengan keinginan sendiri.
Penyesuaian diri dalam bentuk pertama disebut penyesuaian secara autoplastis,
yaitu subyek yang bersangkutan bersikap pasif dalam menerima pengaruh dari
pihak lain. Pada penyesuaian yang kedua disebut aloplastis, yaitu subyek yang
bersangkutan terlibat secara aktif dalam upaya mempengaruhi tingkah laku
orang lain.
21
Pola interaksi sosial merupakan satu bentuk proses sosial yang terjadi di dalam
masyarakat. Pengetahuan tentang proses-proses sosial ini memungkinkan kita
memperoleh pengertian yang mendalam mengenai hal-hal yang dinamis dalam
masyarakat. Para ahli psikologi sosial memandang betapa pentingnya
pengetahuan tentang proses sosial mengingat bahwa pengetahuan tentang
struktur dalam masyarakat saja belum cukup untuk mendapatkan gambaran
yang nyata tentang kehidupan manusia.
Dewasa ini, kita sering mendengar bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lainnya Proses sosial semacam
ini membuat kita selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehinggga
kepribadian kita hanya akan menjadi utuh bila kita sudah betul-betul berinteraksi
dengan lingkungan. Bahkan lebih jauh, menurut Abdul Mujib (2001), seseorang
dapat dikatakan sehat mental jika ia mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang di dasarkan pada keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
yang Maha Esa.
Proses sosial semacam inilah yang
di sebut dengan pola interaksi sosial.
Karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara orang-per orang maypun antar kelompokkelompok manusia.
22
Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu. Saling
tegur, jabat tangan, saling bicara bahkan berkelahi merupakan bentuk dari pola
interaksi sosial. Dalam kehidupan sehari-hari pola-pola khusus dalam interaksi
sosial dapat kita jumpai dengan mudah: ada yang berbentuk ukhuwah atau
persaudaraan, pertikaian atau konflik, bahkan percintaan dan kerjasama.
Gilllin dan Gillin (1967) pernah mengadakan pengolongan yang lebih luas
tentang interaksi sosial atau proses sosial. Menurutnya ada dua macam proses
sosial yang timbul akibat dari interaksi sosial; proses asosiasi, dan proses
disasoiasi. Proses asosiasi terbagi kedalam tiga bentuk yakni : Akomodasi,
Asimilasi dan akulturasi. Sedangkan disasoiasi mencangkup: persaingan,
kontroversi, dan pertentangan atau konflik.
2.1.2 Aspek-Aspek Psikologis dalam Interaksi Sosial
Dalam interaksi sosial melibatkan beberapa aspek psikologis yang sangat
kompleks. Kompleks karena melibatkan banyak hal tidak saja dalam kaitannya
dengan diri, tapi juga lingkungannya. Hubert Bonner (1953 : 53) menyebutkan
empat aspek yang terdapat dalam proses interaksi, yaitu komunikasi, antisipasi,
persepsi, dan simbolisasi.
1. Komunikasi
Manusia merupakan makhluk yang saling menggantungkan hidupnya satu sama
alin. Dalam berinteraksi sosial, komunikasi menjadi perantara yang utama guna
23
terciptanya hubungan sosial. Namun setiap manusia memiliki cara yang
berbeda-beda dalam mengkomunikasikan sesuatu. Donald Hebb (1967)
membedakan komunikasi menjadi dua pola; pola refleksif, yakni komunikasi
yang berisikan pola-pola yang terus menerus sama (Stereotipe), dan pola
Purposif, yaitu pola komunikasi yang diadakan secara sengaja dengan maksud
agar si penerima pesan dapat mengerti apa yang di sampaikannya.
Menurut Albert Harrison (1976) komunikasi adalah proses pengiriman dan
penerimaan informasi dari seseorang kepada orang lain. Terdapat tiga unsur
penting bagi terciptanya komunikasi, yaitu subyek pengirim informasi
(transmitter), informasi atau pesan (massage) dan subyek penerima (receiver).
Dengan adanya komunikasi interaksi sosial dapat berjalan dengan baik. Sebab
proses pengiriman dan penerimaan informasi dari seseorang kepada orang lain
dapat tersampaikan dengan baik. Dalam proses interaksi sosial, kelancaran
komunikasi turut mendukung perkembangan hubungan antar sesama individu
kearah yang lebih baik. Sebaliknya jika terjadi miskomunikasi, maka akan
menimbulkan kerenggangan hubungan yang berakibat munculnya permusuhan.
Bahasa merupakan satu aspek penting dalam berkomunikasi. Bentuk bahasa
yang disampaikan oleh seseorang tentunya akan berbeda jika di bandingkan
dengan bahasa yang dilakukan oleh hewan. Manusia dalam melakukan
komunikasi tidak hanya melibatkan pikiran tapi juga pribadi seseorang yang
bersangkutan. Karena pribadi seseorang dapat berpengaruh terhadap orang lain
dalam berkomunikasi. Niat yang tulus serta kehendak dari satu pihak akan
memunculkan reaksi yang serupa dengan apa yang di komunikasikan oleh orang
24
tersebut. Artinya, dalam berkomunikasi diperlukan sikap slaing terbuka antar
kedua pihak agar tercipta kelancaran komunikasi. Komunikasi yang didasari rasa
saling suka lebih berhasil daripada komunikasi yang awalnya sudah tidak saling
menyukai.
2. Antisipasi
Antisipasi adalah kesiagaan sikap dan mental untuk menerima suatu rangsangan
balik. Antisipasi ini penting dalam proses interaksi sosial, karena menuntut
modifikasi tingkah laku untuk penyesuian diri. Contoh yang sering dijumpai
tentang interaksi sosial yang di dalamnya terdapat antisipasi adalah hubungan
antara orang tua dengan anak balitanya. Ketika anak tersebut merasa lapar, ia
akan melakuakan modifikasi tingkah laku dengan mengeluarkan tangisan dan
berharap sang ibu mendengar dan datang kepadanya. Tangisan sang anak
menjadi bermakna tatkala si ibu merespon dengan mendatangi anak tersebut
dan membawa makanan untuknya. Melihat respon yang diharapkannya muncul,
maka anak tersebut melakukan penyesuian tingkah laku dengan menghentikan
tangisan dan menerima makanan tersebut. Ketika anak melakukan penyesuaian
tingkah laku itulah yang di namakan antisispasi.
3. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu kemampuan yang di miliki oleh sesorang.
Dengan kemampuan mempersepsikan sesuatu seseorang dapat mengambil
keputusan untuk bertingkah laku sebagaimana mestinya. Bahkan dengan
25
kemampuan mempersepsikan sesuatu seseorang dapat membayangkan serta
merasakan apa yang nantinya dapat terjadi jika sesuatu sedang di lakukan oleh
orang lain.
Persepsi merupakan suatu cara kerja yang rumit dan aktif. Setiap orang mampu
mempersepsikan sesuatu namun hasil dari persepsi yang dikeluarkan oleh
seseorang bisa jadi sama sekali berbeda dengan orang yang lain yang samasama berinteraksi dengan dirinya. Dalam berinteraksi dengan seseorang,
persepsi memiliki peran yang penting. Tidak hanya pikiran, perasaan pun ikut
bermain dalam mempersepsikan sesuatu. Begitu juga kesadaran dan ingatan
ikut berpengaruh dalam persepsi. Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa dalam berinteraksi terlebih ketika seseorang mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan, persepsi sangatlah berperan dalam
menentukan sikap apa yang nantinya akan dilakukan.
4. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan satu bentuk lain dalam berinteraksi sosial. Kadangkala
seseorang berinteraksi dengan mengunakan symbol atau isyarat tertentu.
Dengan memunculkan simbol-simbol seseorang dapat mengerti apa yang
dimaksudkan oleh orang lain yang diajak berkomunikasi.
Interaksi dengan mengunakn simbol dapat membuat manusia mestimulasi
dirinya sendiri. Sehingga dapat terjadi efek perubahan tingkah laku antar subjek
26
yang melakukan dan individu yang dituju. Artinya, simbol dapat menjadi media
yang baik dalam melakukan interaksi sosial.
2.1.3. Teori-teori Tingkah Laku dalam Interaksi Antar Kelompok
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai seseorang membenci orang lain
yang berbeda kelompok sosialnya, bahkan tidak jarang sampai terjadi konflik
yang disertai sikap agresif. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan identitas
sosial, kategorisasi, jarak sosial, prasangka dan konflik.
1. Identitas Sosial
Teori ini petama kali di cetuskan oleh Henri Tajfel. Ia membedakan dua bentuk
tingkah laku manusia, yaitu tingkah laku individual dan tingkah laku kelompok.
Menurut teori ini manusia adalah mahluk individual yang unik, di samping juga
mempertimbangkan aspek sosial dari individu tersebut sebagai angota kelompok
sosial. Setiap kelompok sosial itu sendiri mengembangkan kebiasaan tertentu
yang mesti dilakukan oleh setiap anggota kelompoknya. Aspek inilah yang
biasanya digunakan oleh seseorang untuk mengenali orang lain, ia termasuk
kelompoknya atau bukan. Selanjutnya identitas sosial sudah terbentuk pada
individu yang bersangkutan.
2. Teori kategorisasi
Teori ini diperkenalkan oleh Turner. Dasar teori ini adalah manusia cenderung
mengolong-golongkan diri kedalam beberapa tingkatan seperti: pintar-bodoh,
cantik-jelek, kaya-miskin dan lain sebgainya.. Dalam kaitanya dengan interaksi
27
sosial teori ini mengungkap tentang adanya kecenderungan manusia untuk
membentuk homogenitas dalam kelompok.
3. Jarak Sosial
Dalam kehidupan yang semakin kompleks ini tentunya ada dominasi kelompok
tertentu kepada kelompok lain. Sehingga timbul perasaan superioritas dari
kelompok yang dominan, yang selanjutnya melahirkan jarak sosial di antara
masing-masing kelompok Gordon Allport (1955) mengemukakan bahwa jarak
sosial hanya terdapat dalam masyarakat heterogen. Karena dalam masyarakat
heterogen, masing-masing kelompok menyimpan potensialitas konflik yang
sewaktu-waktu dapat terjadi.
4. konflik
Konflik adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik dapat terjadi
antar individu, antar kelompok, bahkan antar bangsa dan negara. Namun konflik
di satu sisi juga dapat memancing timbulnya persaingan yang sehat, tapi tidak
jarang malah merugikan apabila disertai dengan sikap agresif. Dari itu, adalah
wajar, jika setiap kelompok memiliki kecenderungan untuk berkembang dan
memajukan kelompoknya. Kelompok yang satu memiliki tujuan yang tentunya
berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu, tak jarang diantara
kelompok ini timbul konflik yang akhirnya menimbulkan banyak kerugian di
kedua belah pihak.
28
5.
Ukhuwah / Persaudaraan
ukhuwah adalah persamaan di antara umat manusia. Dalam arti luas , ukhuwah
melampaui batas-batas etnik , rasial , agama , latar belakang sosial, keturunan
dan sebagainya.konsep ukhuwah yang di embangkan menjadi suatu istilah
sekarang ” Inklusif ” yang berarti bersedia untuk merangkul semuanya sambil
meningkatkan pemahaman yang bersifat lebih prinsip dan ideologis. Dengan
begitu maka yang dimaksud dengan ukuwah islamiyah adalah : hubungan
persaudaraan yang di dasarkan atas persamaan dan keserasian prinsip
kehidupan dan di topang oleh pemahaman islam secara Universal.
A.
Bentuk-bentuk ukhuwah
Pertama, ukhuwah fi al ubudiyah yaitu : Seluruh mahluk adalah bersaudara
dalam arti memiliki persamaan (QS. A An’am :3 ) persamaan ini antara lain
bahwa semua manusia merupakaan ciptaan Allah dan tunduk kepada-Nya ( QS
al Baqarah : 28 )
Kedua, Ukhuwah fi al insaniyah yaitu : seluruh umat manusia bersaudara kerena
mereka bersumber dari ayah ibu yang satu ( Qs. Al Hujurat :12 )
Implikasi model ukhuwah kedua ini adalah ajaran interaksi sosial secara makro,
mengadakan interaksi sosial yang global , sehingga semua manusia di dunia ini
benar-benar bersaudara dalam rangka menunaikan tugas-tugas kehalifahan dan
tugas-tugas kemanusiaan.
Ketiga ukhuwah fil al wathaniyah al nasab yaitu : saudara dalam keturunan dan
bangsa seperti yang di isyaratkan dalam ayat ” waila ad akhahum Huda ( QS. Al
29
A’raf 65 Hud :50 )wa ila Tsamuda akhahum shalih ( QS Hud :61 aA’raf 73) Waila
madyana akhahum syu’aybu ” ( Qs. Al A’raf 85 Hud 84 )
Model ukuwah ketiga ini juga lebih sempit dari bentuk kedua ukuwah diatas
karena lingkup persaudaraan hanya meliputi persaudaraan sebangsa dan tanah
Air. Perinsip paling cocok dalam ukhuwah ini adalah berpijak pada al-tasamuh (
Toleransi ) yaitu adanya interaksi timbal balik antara umat beragama ,
menghargai kebebasan beragama bagi orang yang tidak sepaham, tidak
menggangu peribatan serta tetap menjaga ukhuwah wathoniyah nya.
Keempat Ukhuwah fi din al islam yaitu persaudaraan antar intern Umat Islam
(QS al Ahzab :5 ) dan juga sabda Nabi SAW ”antum Ashaby, ikhwanuna alladzina yu’tuna ba’dhi” ( kalian adalah sehabat-sehabatku, saudara –saudara kita
adalah yang datang setelah wafatku ).
Dilihat dari sifatnya, ukhuwah bentuk terakhir ini lingkupnya lebih sempit karena
hanya mencangkup uamat islam saja. Namun jika di lihat dari isinya maka
cakupan ukhuwah fi dinil islam lebih luas, karena tidak di batasiwilayah negara
bahkan tidak dibatasi alam yang di tempati, apakah msih hidup atau sudah mati,
kesemuanya saudara dalam satu agama sehingga masing-masing muslim
memiliki kewajiban terhadap muslim lainya.
Ukhuwah dalam agama islam menuntut integritas umat (tawhid al ummah)
secara keseluruhan tanpa mengenal aliran dan mazhab yang dianut seperti
Sunni atau Syi’i.
30
Tuntutan setiap aliran dan Mazhab dalam islam adanya tenggang rasa antar
aliran dan antar mazhab tanpa memonopoli aliran dan mazhabnya yang lebih
benar dan menyalahkan aliran yang lain.
B.
Prinsip-prinsip ukhuwah dalam islam.
Prinsip ukhuwah dalam islam dapat diklarifikasikan menjagi beberapa bagian
yaitu :
a.
Sinkrinisme
berbagai aliran yang hendak mencampur adukan menjadi satu dan menjadikan
semua aliran pada hakikatnya sama.
b.
Reconseption
yakni menyelami dan meninjau kembali aliran sendiri dalm berhadapan langsung
dengan aliran-aliran lain. Juga tentang sebenarnya hubungan antar aliran ajaran
agama didunia atau islam secara keseluruhan.
c.
Sintesis
menciptakan suatu aliran baru yang diambil dari semua aliran yang ada atau
munkin hanya pada kedua aliran saja yakni syiah dan sunni. agar tiappemeluknya merasa nyaman dan rukun dalam menjalani ajaran tersebut.
d.
Jalan pengantian
mengakui bahwa ajarannya sendirilah yang paling benar dan aliran yang lain
salah. Ia tidak rela jika ada orang memiliki aliran yang berbeda dengan yang ia
peluk sehingga memunculkan kehendak untuk menggantikan aliran tersebut
dengan yang ia peluk.
31
e.
Agree disagrement
setuju dalam perbedaan dalam arti mengakui bahwa aliran kitalah yang paling
benar dan baik namun kita perlu menyadari bahwa diantara berbagai agama
pasti terdapat kesamaan atas dasar itulah maka timbul saling menghargai antar
sesame aliran .
2.1.4. Tipe Interaksi Sosial
Dari uraian sebelumnya dapat diketahui dengan jelas, bahwa dalam interaksi
terdapat proses saling mempengaruhi tingkah laku diantara subyek terlibat
selama berlangsungnya proses ini. Individu menggantungkan tingkah lakunya
pada individu lain, karena tingkah laku seseorang diawali oleh suatu sebab
mendahului (determinant) yang berasal dari individu lain. Di lain sisi determinant
itu sendiri dipengaruhi oleh bebrapa hal yang mencakup perbedaan dalam
respon yang diberikan individu dan prilaku khusus individu yang menjadi stimulus
bagi individu yang lain.Dengan mengacu pada fenomena tentang pentingnya
faktor determinant dalam pembentukan tingkah laku subyek yang terlibat selama
berlangsungnya proses interaksi sosial, Edward E Jones dan John W Thibaut
(dalam Edward E Sampson 1964 54-56) mengklarifikasikan interaksi sosial
menjadi tiga bentuk, yaitu Interaksi non kontingen, Interaksi non kontingen
asimetris, Interaksi kontingen respirokal.
32
1. Interaksi non kontingen
Tipe interaksi ini merupakan suatu simulasi dari seperangkat aturan-aturan yang
terbentuk dala lingkungan sosial. Tingkah laku yang terbentuk selama prose
interaksi berlangsung bukan karena motivasi dari subyek yang bersangkutan.
Ketika seseorang berbicara dengan individu lain, kata-kata yang di ucapkan
bukan inisiatif dirinya sendiri.
2. Interaksi non kontingen asimetris
Dalam tipe interaksi non kontingen asimetris umumnya berlangsung antara
individu, dimana satu prilaku salah seorang yang terlibat mengacu pada
seperangkat aturan tertentu atau standart opening procedure( SOP ). Namun
SOP tidak terpengaruh secara langsung terhadap subyek yang bersangkutan.
Adapun tingkah laku individu lainnya didasarkan pada motivasi yang terjadi
sebagai responden atas tingkah laku individu pertama.
3. Interaksi kontingen respirokal
Dari ketiga bentuk interaksi sosial yang telah dikemukakan, bentuk interaksi
kontingen asimetrislah yang paling mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Proses interaksi berlangsung ketika adanya inisiatif individu, sehingga
tingkah laku individu benar-benar tergantung pada orang lain yang ikut
berartisipasi dalam interaksi .Tingkah laku lepas dari kontrol aturan yang dmuat
33
dalam standart opening procedure( SOP ). Hal ini meniscayakan [proses
persepsi interpersonal diantara subyek yang berpartisipasi selama
berlangsungnya interaksi sosial. Individu akan terus memonitor tingkah laku
orang lain selama berlangsungnya kontak diantara mereka. Hal ini di lakukan
untuk menangkap isyarat-isyarat tingkah laku dari individu lain, sehingga ia dapat
merespon secara akurat stimulus prilaku yang ditujukan padanya.
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Menurut W.A Gerungan (1996 : 56), ada tiga faktor yang mempengaruhi
terciptanya proses interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti dan simpati.
1. Imitasi
Dalam mengembangkan pola-pola tingkah lakunya seseorang biasanya
melakukan sebuah proses yang kita sebuat imitasi. Imitasi merupak sebuah
proses mencontoh atau meniru prilaku orang lain. Seorang anak yang baru lahir
misalnya mencoba untuk mengimitasikan cara bicara orang tuanya guna
mengkomunikasikan apa-apa yang ingin diperolehnya.
Misalnya, remaja yang bekerja setelah menamatkan sekolahnya mempunyai
model untuk diteladani. Karena setiap harinya mereka berinteraksi dengan orang
dewasa. Mereka memperoleh motivasi untuk mencontoh prilaku sesuai garisgaris yang dianut oleh orang dewasa. Dengan demikin, proses interaksi
sosialnya cenderung mengikuti pola-pola prilaku orang dewasa.
34
Gabriel Tarde (dalam W.A Gerungan, 1996 : 65) mengatakan bahwa imitasi
adalah kunci segala kejadian yang ada dalam masyarakat. Karena melalui
mekanisme imitasi, pandangan dan prilaku seseorang disesuaikan dengan pola
umum yang ada, sebgai perwujudan sikap, tradisi dan adat istaidat kelompok
sosial tertentu. Dari itu, memahami imitasi dalam proses interaksi sosial, dapat
diketahui penyebab keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku orang
banyak dalam suatu kelompok sosial.
2. Sugesti
Dalam kehidupan sehari-hari prilaku manusia cenderung meniru prilaku orang
lain. Dalam sugesti, proses meniru yang di lakukan oleh seseorang sangatlah
pasif, sekedar mengikuti tanpa disertai sikap kritis. Melalui sugesti, seseorang
secara aktif memeberikan uraian dan arahan pandangan dan tingkah lakunya
pada orang lain, ia berharap hal tersebut dapat diterima dan diikuti.
Pada taraf tertentu, sugesti dapat membuat seseorang menjadi pengikut setia
tanpa reserve yang berakibat hilangnya daya kritis seseorang dalam tingkah
lakunya, dan menelan apa saja yang dianjurkan oleh orang lain. Hal ini di latar
belakangi oleh beberapa faktor yakni: hambatan berpikir, pikiran disosiatif,
adanya otoritas, sikap mayoritas dan lain sebagainya.
35
3. Simpati
Menurut W.A Gerungan (1996 : 67) dorongan simpati adalah keinginan untuk
bekerja sama dengan orang lain. Posisi orang yang tingkah lakunya didikuti dan
yang mengikuti adalah sejajar. Artinya, posisi subyek yang pertama tidak lebih
rendah dari yang kedua, karenanya peranan simpati cukup nyata dalam
hubungan persahabatan.
Kemunculan simpati tidak didasarkan atas pertimbangan logis dan rasional,
melainkan atas pertimbangan perasaan. Proses kemunculannya berjalan secara
perlahan-lahan dan disadari oleh individu yang mengalaminya., sehingga
timbullah keinginan untuk mengerti dan bekerja sama dengan orang yang
bersangkutan. Apabila proses ini berjalan lancar, dan orang yang dituju
menyambut keinginan individu, maka terjadilah hubungan saling mengerti yang
mendalam di antara keduanya (mutual understanding). Oleh karena itu, tidak
jarang simpati berperan dalam hubungan percintaan.
2.2 Syiah dan Wahabi
2.2.1. Pengertian Syiah
Istilah Syiah secara harfiah dapat di artikan Pengikut, Kelompok, perkumpulan,
atau makna yang agak longgar dapat pula di artikan Pendukung.
Dalam art-arti ini kata syi’ah beberapa kali muncul dalam Al Quran, Dalam
terapanya Syiah sebagai tanda khusus bagi Para pengikut Ali dan ahlulbait.
36
Dalam awal pertumbuhan sejarah islam orang tak dapat bicara tentang apa yang
di sebut kelompok sunnah ortodok dan syiah yang bidah, melainkan tentang
butir pandangan samar yang merenggang terus menerus dan akhirnya semakin
tak dapat di rujukkan.
Perkembangan mazhab Ahlul Bayt atau Syiah di indonesia belakangan ini
ternyata cukup pesat. Sejumlah lembaga baik yang berbentuk pesantren
maupun yayasan, didirikan di beberapaa kota di Indonesia, seperti Jakarta,
Bandung, Pekalongan dan sebagainya. Perkembangan ini, tentu saja,
merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Karena selama ini, masalah
mendasar tentang asal-muasal perkembangan Syiah tidak mendapat perhatian
lebih sehingga literaturnya agak sedikit sulit untuk ditemukan. Sejauh wacana
yang ada, pendekatan terhadap subjek ini umumnya merujuk pada karya para
penulis yang memandang bahwa Syiah merupakan satu aliran bid’ah yang harus
diadili. Baru pada akhir dasawarsa 70-an, bertepatan dengan meletusnya
revolusi Iran yng berhasil menggulingkan Syah Reza Pahlevi, Syiah secara
intensif dan mendalam mulai dikenal dan dikaji di Indonesia.
Syiah merupkan satu mazhab yang ada di dalam Islam. Secara literal, Syiah
berarti “pengikut”. Disebut Syiah karena mereka adalah “pengikut” Ali Ibn Abu
Thalib yang sekaligus diyakini sebagai imam pertama Kebanyakan pengikut
ajaran ini berasal dari golongan Ahlul Bayt. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait-nya. Syi'ah menolak
37
kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Wahabi menolak
Imam dari Imam Syi'ah. Kalimat Syi'ah Ali adalah sebutan yang diberikan oleh
Nabi Muhammad dan kemudian oleh keturunannya (Ahlul Bait) untuk
menghormati pengikut Ali dan Ahlul Bait-nya.
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (para imam) adalah sumber
pengetahuan terbaik tentang Qur'an, Islam, and Emulation (Guru terbaik tentang
Islam setelah Muhammad), dan pembawa serta penjaga terpercaya dari tradisi
Sunnah Nabi Muhammad. Secara khusus, Muslim Syi'ah mengakui Ali bin Abi
Thalib (sepupu Muhammad, menantu, dan kepala keluarga Ahlul Bait) sebagai
penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan Khalifah
yang diakui oleh Muslim Wahabi. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui
perintah langsung dari Nabi Muhammad, di mana perintah Muhammad berarti
wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan
pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Wahabi dalam penafsiran Al Qur'an,
Hadis, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadis dari
Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya
seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan. Tanpa memperhatikan perbedaan
tentang Khalifah, Syiah mengakui otoritas Imam Syiah (juga dikenal dengan
Khalifah Illahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam
Syiah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
38
2.2.1.2. Doktrin –Doktrin dalam Syiah ( Ajaran )
Seperti halnya Sunni, Syiah juga menggunakan Rukun Islam yang lima, hanya
ada perbedaan dalam aplikasi, sebagai contoh di bawah ini: Lima Prinsip Pokok.
Semula golongan ini muncul karena kepentingan politik, namun akhirnya menjadi
aliran teologi yang memiliki lima prinsip pokok, yakni:
1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
2. Al-‘Adl. bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
3. An-Nubuwwah. Kepercayaannya pada keberadaan para nabi sama seperti
muslimin lain. keyakinannya tentang kenabian ialah:
o
Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
o
Nabi dan Rasul terakhir ialah Rasulullah SAW.
o
Beliau suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Beliaulah nabi paling
utama dari seluruh Nabi yang ada.
o
Para istrinya bersih dan suci dari segala kotoran dan hal jelek.
o
Al-Qur'an ialah mukjizat kekal Rasulullah SAW.
4. Al-Imamah, baginya berarti pemimpin urusan agama dan dunia, yakni
seorang yang bisa menggantikan peran Rasulullah SAW sebagai pemelihara
syari’at Islam, mewujudkan kebaikan dan ketenteraman umat.
5. Al-Ma’ad, maksudnya kehidupan akhirat.
39
2.2.1.3. Sekte dalam Syi'ah
Syi’ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih
ada sampai sekarang, yakni:Dua Belas Imam, Isma’iliah dan Zaidiah.
1. Imamiah
Disebut juga Imamiah atau Itsna ‘Asyariah. Dinamakan demikian, sebab mereka
percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam. Mereka yakin ada dua
belas imam, yakni:
1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al Mujtaba
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain as Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6. Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7. Musa bin Jafar (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
8. Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
9. Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad
atau Muhammad at Taqi
10. Ali bin Muhamad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
11. Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari
12. Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi
40
2. Ismailiyah
Di sebut juga Tujuh Imam, yakni sekte yang percaya bahwa imam hanya tujuh
orang dari ‘Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah
Isma’il.
3. Zaidiyah
Yakni sekte pengikut Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib. Mereka
tergolong Syi’ah moderat, karena mereka tak berpendapat ‘Ali dan keturunannya
berhak jadi khalifah dan tak memvonis ketiga khalifah sebelum ‘Ali tidak sah.
Dengan demikian, dalam konsep Syiah kepemimpinan manusia bersumber pada
kepemimpinan ilahiyah. Allah memilih manusia sebagi kahlifah di bumi untuk
keselamatan manusia. Dipilihnya manusia yang sudah mencapai kesempurnaan
dalam sifat dan perkembangan kepribadian. Manusia-manusia ini adalah para
Nabi yang menjadi imam dalam urusan agama dan pemimpin dalam urusan
masyarakat artinya, kepemimpinan manusia merupakan wujud keberadaan
kepemimpinan Allah atas seluruh ummat manusia.
2.2.1.4.
A.
Sejarah Perkembangan Syiah sampai ke Indonesia.
Syiah dari sebelum masa kenabian Sampai Saqifah.
Titik tolak dalam kajian silam Syi’ah yang bagaimana pun harus di mulai dari sifat
dan komposisi masyarakat muslim yang timbul di madinah di bawah
kepemimpinan Muhammad . komunitas ini ti dak homogen baik dari latar
belakang kultural, tradisi, maupun institusi sosial – politik. Penyatuan beragam
41
orang atau kelompok dalam sistem baru tidak menunjukan penghapusan
menyeluruh atau bahkan perubahan, dalam beberapa nilai dan adat mereka
yang mengakar.
Kecenderungan sebagian orang arab di kalangan para sehabat Rosul untuk
mendukung Ali adalah akibat yang wajar dari gagasan-gagasan yang telah ada
di kalangan berbagai suku arab yang bersama-sama membentuk umat
Muhammad di madinah. Umat ini terdiri dari orang-orang mekkah, baik Quraisy
Al Bithah ( mereka yang bermukim di dekat ka’bah ) Maupun Quraisy Az Zawahir
( yang bermukim di daerah pingiran) Orang madinah yang terbagi kedalam suku
Auz dan Khazraj yang mana keduanya asal arabia selatan dan masih
menyimpan banyak watak negeri asal mereka, orang arab gurun sekitar madinah
dan bahkan dari kalangan non arab seperti bilal dari Abesinia, salman dari
Persia. Mereka bersama-sama membentuk kelompok masyarakat dibawah
naungan Islam.
Orang arab memandang bahwa bukan hanya cir-ciri fisik yang diturunkan secara
genetis tetapi mereka percaya bahwa kemuliaan pun di wariskan di dalam
turunan tertentu. Jadi kualitas moral pun di turunkan secara genetis. Kebajikan
terbaik bagi individu karena itu di miliki mereka dari leluhurnya. Orang arab
membuat batasan yang jelas antara kebangsawanan yang di wariskan dengan
kebangsawanan yang di klaim hanya karena prestise sosial yang besar .
kemasyuran dari leluhur inilah yang harus di jaga serta terus menjaga
kemasyuran dan tindaka-tindakan baik leluhur. Yang kemudian mereka sebut
42
dengan sunah. Istilah Sunah seperti ini telah sering di gunakan sebelum Islam
namun sejalan perkembangan islam istilah ini banyak di gantikan dengan
Sunnah Nubuwah.
Yang paling memiliki hak sitimewa dalam masyarakat arab , disaat kebangkitan
islam adalah mereka yang dapat menyatakan di depan umum bahwa ia di
takdirkan memiliki para moyang yang meninggalkan baginya segalanya yang
serba istimewa sebagai sunnah mereka.
Kata Ahl yang banyak di gunakan dalam Al Quran, selalu bermakna sama
dengan Al, meskipun ia juga di gunakan dalam arti yang lebih luas dalam
menunjuk kepada masyarakat suatu kota atau penduduk , group, atau pengikut,
pengikut. Bila digunakan dalam kata penghubung dengan istilah bait Ahl Bait ia
mengacu kepada keturunan suatu keluarga atau kelurga tertentu dari suatu
rumah. Dalam bentuk ini di Al Quran khuusnya menunjukan kepada keluarga
dekat Muhammad seperti dalam Surat 33 ayat 33 :
„Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu , hai
ahl Al bait ( Muhammad ) dan mensucukan kamu sesuci-sucinya.
Semua mufassir sepakat dalam pendapat bahwa istilah Ahl Al bait dalam ayat ini
menuju pada Fatimahputri Nabi, Ali Sepupu Nabi dan menantunya dan dua cucu
kesayangannya Hasan dan Husain. Bahkan dari penting dari itu adalah
pengulangan Al Quran seputar gagasan ini tentu meninggalkan kesan di
43
kalangan sebagian muslim bahwa keluarga muhammad memiliki prerogratife
keagamaan atas yang lain.
Tampak bahwa kualitas dan kabajikan pribadi yang di wariskan ini memberikan
Ali tempat yang unik dan menguntungkan atas anggota keluargadan para
sehabat Nabi yang lain dan mendatangkan kepadanya sekelompok teman yang
taat kepadanya dengan semangat tenggang rasa yang luar biasa bahkan sejak
muhammad masih hidup. Barangkali itulah sebabnya syi’ah mengkalim bahwa
syiahisme telah ada sejak muhammad masih hidup.
Disamping itu ada beberapa peristiwa yang menunjukan Apresiasi khusus
terhadap jasa-jasa pribadi Ali.
a.
Sejak awal misi nabi „ Berilah peringatan kepada kerabatkerabatmu terdekat ( 26,214 ) di wahyukan kira-kira tahun ke tiga
setelah wahyu pertama dimana setelah khdijah dan abu bakar
masuk islam nabi mengumpulkan banu Abdul Muthalib dan
mengabarkan kepada mereka tentang misnya yang mana Nabi
malah menerima cemoohan Kekecuali Ali yang meskipun baru
berusia tiga belas tahun memberikan dukungan antusiasnya
kepada Nabi.
b.
Nabi mengangkat Ali sebagai saudaranya dalam iman ( Ukhuwah )
baik sebelum hijrah maupun di madinah.
44
c.
Kedudukan Ali hanya dapat diangkat dimata para sehabat ketika
ditunjuk muhammad sebagai pembawa panji baik di badr maupun
khaibar dan perang lainya.
d.
Penunjukan Ali oleh Rosul sebagai wakilnya di madinah sewaktu
ekspedisi ke tabuk.
e.
Ditunjuknya Ali dan bukan Abu bakar untuk mengabarkan Surah Al
Bara’ah ke mekkah.
Dari sisni jelas bahwa masalah pergantian merupakan masalah religius
semata ketimbang politik belaka, pemahaman populer tentang kesakralan
keturunan banu hasyim bersama dengan kejadian-kejadian yang terjadi di
zaman hidup rasul dalam menyokong Ali membawa pada kristalisasi
pandangan menyakngkut kepemimpinan umat. Diamana sejumlah
sehabat Rosul berpikir bahwa Alilah yang paling layak untuk menjaga
agar perjanjian itu tetap terpelihara dalam perdebatan puncak seputar
peristiwa Saqifah, segera setelah Nabi Wafat, sehabat-sehabat ini segan
menyuarakan opini mereka. Hasil ketidak sepakatan yang kini kami
alihkan kesana menandai awal dari apa yang akhirnya berkembang ke
dalam perpecahan umat secara permanen antara sunni dan syi’i.
B.
Syiah di indonesia .
Boleh di katakan beberapa tahun belakangan bagi kebanyakan muslim indonesia
syi’isme hanya sayup-sayup terdengar atau malah tidak terlihat sama sekali
45
Namun sejarah mencatat bahwa Syi’iisme pernah ada di Indonesia yakni terbukti
dengan adanya perayaan Tabot di Pariaman Sumatra Barat serta pertunjukan
kelompok muslim tertentu ” Kaum Alawi” indonesia yang konon dari semula
adalah penganut setia aliran Syi’isme .
Syiah di Indonesia saat ini sudah mulai di terima di masyarakat terbukti dengan
banyaknya lembaga-lembaga resmi yang bermunculan di jakarta dan Bandung
seperti ICC ( Islamic Cultural Center ) Fitrah yakni lembaga kajian spiritual yang
di khusukan bagi kaum wanita.
Awal mula Adanya Syiah di indonesia tidak begitu jelas di ketahui kecuali dua hal
yang penulis ungkapkan di atas Namun Setelah Revolusi Islam Iran yang di
komandoi oleh-ulama-ulama Syiah dan berdampak pada stabilitas nasional
maka barulah perbincangan dan pengkajian-pengkajian tentang syiah banyak
bermunculan di Indonesia.
Saat ini lembaga resmi yang memang mewakili syiah sekaligus melakukan misi
sosialisasi tentang ajaran tersebut yang jelas dan memiliki izin dari departeman
luar negeri Indonesia adalah ICC atai islamic cultural Center. Lembaga ini
merupakan lembaga langsung di bawah pemerintahan Republik Islam iran. Di
lembaga ini jelas-jelas segala hal yang berkaiatan dengan syariat syiah di
jalankan dengan baik tanpa kecuali bagi mereka yang berkunjung ke lembaga
ini. Banyak kegiatan yang mereka jalankan di mulai dari kajian islam tentang
syiah, filsafat serta beberapa kegiatan spiritual yang memunculkan eksistensi
syiah di lembaga itu seperti perayaan mengenang wafatnya cucu Nabi, sampai
pada pencetakan-buku-buku tentang ajaran tersebut.
46
2.2.2. Wahabi
2.2.2.1.
Pengertian Wahabi .
Wahhabi atau Wahabi adalah gerakan satu kaum yang bertujuan untuk
memurnikan kembali ajaran agama Islam berdasarkan petunjuk Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan serta berdasarkan pemahaman yang para
kaum Salafush shaleh yakni orang orang yang terdahulu yang shaleh dan
mendapatkan petunjuk dalam urusan agama Islam. Nama Wahhabi atau
Wahabi disandarkan kepada nama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
melakukan usaha untuk memurnikan kembali ajaran Islam dari budaya bid’ah
dan takhayul yang dianggapnya telah meracuni umat Islam pada saat itu.
Gerakan ini dimulai pada abad ke 18 M (1744 M) di daerah Nejed dan Hijaz yang
dikenal sekarang sebagai Arab Saudi. Hal ini sesuai dengan Hadits shahih
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Akan ada pada setiap zaman kaum
yang berusaha memurnikan ajaran agama Islam". Usaha pemurnian ajaran
agama Isalm ini benar benar dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW serta
para Sahabatnya dilanjutkan oleh pengikutnya, kaum tabi'in dan tabiut tabi'in.
Dalam periode selanjutnya dikenal ulama-ulama yang berusaha untuk
memurnikan kembali ajaran agama Islam, di antaranya adalah para penulis
hadits-hadits shahih, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud,
kemudian para ulama seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, Syaikh Abdul Qadir
Jailani dan terus dilanjutkan sampai pada masa kini diantaranya oleh Syaikh
47
Muhammad Nashiruddin Al Albany dan Syaikh Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz
dan lain sebagainya.
Selain dinamakan Wahhabi, kelompok ini menamakan dirinya dengan istilah
Salafy yang penyebutannya berdasarkan pada Salafush Saleh, seperti yang
diungkapkan diatas adalah kaum terdahulu yang shaleh (baik) dan mendapatkan
petunjuk dalam urusan agama. Kaum terdahulu disini adalah berdasarkan jarak
terdekat dengan masa kenabian yakni :
•
Para Sahabat yakni yang langsung mendapatkan ajaran Nabi.
•
Tabi'in yakni generasi sesudah para sahabat.
•
Tabiut Tabi'in yakni generasi sesudah para tabiin
Namun demikian, penyebutan salafy disini adalah tidak terbatas kepada
sesuadah para tabi'in tetapi juga bagi kaum muslimin yang mengikuti mereka.
2.2.2.2. Ajaran Wahabi
Berdasarkan pengertian di atas, inti ajaran wahabi dan salafy sebenarnya adalah
sama yakni mengamalkan ajaran agama berdasarkan Alqur'an dan Hadits serta
bertumpu pada pemahaman para Salafush Shaleh tanpa terikat dengan salahsatu Madzhab, tetapi mengambil ajaran-ajaran yang berada dalam madzhab
tersebut yang sesuai dengan Al Qur'an dan Hadits, terutama hadits yang
derajatnya baik dan tidak ada pertentangan didalamnya. Hal ini sesuai dengan
wasiat dari para Imam madzhab yang empat yakni Imam Hanafi, Imam Malik,
48
Imam Syafi'i dan Imam Hambali yakni "Apabila ada ajaran atau pendapat yang
bertentangan dengan hadits dan sunnah Nabi yang shahih (kuat dan benar),
maka ikutilah ajaran hadits tersebut dan buang jauh-jauh pendapatku.”
Dalam pelaksanaan ajaran agama, kaum wahabi atau salafy mengambil dalil
hukum syariat berdasarkan;
•
Al Qur'an yang merupakan firman Allah dan kitab suci kaum muslimin.
•
Hadits yang berisi sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
•
Ijma' yakni kesepakatan para ulama kaum muslimin yang tidak ada
pertentangan didalamnya dan tidak menyalahi Al Qur'an dan Hadits.
•
Qiyas atau analogi yakni pengambilan hukum suatu kasus berdasarkan
hukum kasus yang lain, yang terdapat kesamaan ciri dan sebab
didalamnya, bila tidak ada hukum yang khusus yang membahas secara
tersendiri.
Pengambilan hukum hukum ini berlaku baik dalam masalah Aqidah atau
keyakinan serta masalah Muammalah atau interaksi antar manusia. Sehingga
benar benar murni dan menghindari bid'ah yakni segala sesuatu yang baru
dalam ajaran agama yang menyelisihi apa-apa yang diajarkan oleh Allah SWT,
Nabi Muhammad SAW dan pemahaman Salafush shaleh.
Sementara dalam masalah dunia, ajaran wahhabi atau salafy mengambil
manfaat dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat
49
dimanfaatkan bagi kehidupan ummat manusia dan tidak membahayakan sebagai
sarana beribadah dan muammalah bagi manusia. Namun untuk hukum-hukum
muammalah, karena masalah interaksi sosial berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, maka tata caranya adalah berdasarkan empat ketentuan
di atas serta ditinjau dari segala sisi agar dalam kegiatan muamalah terhindar
dari hal-hal yang syubhat yakni yang tidak jelas antara yang halal dan haram.
Berdasarkan dalil/definisi ini kaum wahhabi atau salafy menganggap/klaim
kelompoknya sebagai kaum Ahlu Sunnah wal Jamaah.
2.2.2.3. Sejarah dan perjalanan Wahabi
Dalam sejarahnya gerakan ini dipenuhi oleh kekerasan, terutama pada tahun
1765 saat bergabungnya Muhammad bin Saud (agen Inggris yang ditugaskan
melemahkan Turki Utsmani) ke dalam kelompok ini, hingga menjadi kuat, namun
ummat Islam kebanyakan menyayangkan gerakan ini menjadi ekstrem dan
fanatik, terbukti mereka keluar masuk desa dan kota sekitar Najed untuk
meminta para penduduk membai'at. Saat itu terjadi perlawanan yang kurang
berimbang dari sebagian penduduk hingga tidak kurang dari 300 orang lebih
meninggal dunia.
Pada tahun 1801 Masehi, kelompok ini membunuh ribuan kaum Muslimin di
Karbala (Irak). Tercatat lebih dari 5.000 orang Islam meninggal saat itu. Pada
sebagian besar penduduk muslim sekte ini tidak mendapat simpati, karena
berlebihan dalam fanatisme dan ekstrem. Melihat dari gerakan mereka yang
50
cenderung eksklusif dan penuh kekerasan, maka menjadi wajar gerakan ini sulit
untuk diterima masyarakat muslim, terutama Syiah.
2.2.2.3. Sejarah dan perjalanan Wahabi sampai ke Indonesia.
Wahabi sebagai sebuah ajaran berkembang dengan luas sampai ke Indonesia
dimana Muhammadiah sebagai pelopor dan obor bendera ajaran tersebut.
Bermula dari KH. Ahmad dahlan yang kemudian mendirikan Organisasi terbesar
kedua dengan dasar pelurusan ajaran agama yang pada intinya adalah
penyebaran ajaran islam wahabi di Indonesia. Sampai saat ini ajaran ini sudah
merekat dan akrab di masyarakat Indonesia.
2.3.
Proposisi Teoritis
Sebagaiamana umumnya penelitian yang mengunakan metode kualitatif, maka
setelah melakukan penelaahan teori yang relevan dengan masalah penelitian itu
sendiri, maka seorang peneliti mesti menyusun prosisi teoritis dari beragam teori
tersebut sebagai prinsip-prinsip yang secara teoritis mendasari masalah yang di
teliti. Prosisi teori ini kemudian dilihat koherensinya dengan data-data empirik
yang di tentukan oleh seorang peneliti di lapangan. Dari sinilah seorang peneliti
dapat menarik sebuah generalisasi atas penelitian yang dilakukannya.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ada dua hal .
Pertama Bagaimana Pola Interaksi Sosial yang di gunakan oleh pengikut ajaran
Islam syiah dalam berinteraksi dengan pengikut wahabi.
Kedua seperti apa Ukhuwah Pengikut Syiah dan pengikut wahabi di daerah
pejaten barat jakarta selatan.
51
Setelah di lakukan penelaah teori-teori psikologi Sosial yang memiliki
relevansinya dengan masalah penelitian yang diajukan , maka disusunlah prosisi
teoritis sebagai berikut :
1. Sebagai pengikut ajaran islam syiah tentunya mereka terikat dengan berbagi
macam norma dan nilai yang ada dalam ajaran tersebut . bila dalam
keseharianya mereka melakukan pelanggaran maka kosekwensi yang harus
mereka terima adalah berupa teguran dari pengikut ajaran lainya atau
rekannya bahkansampai pada nasehat serta sangsi. Pada kondisi ini
pengikut ajaran syiah harus menyelaraskan ( Comform ) bentuk prilakunya
dengan norma –norma yang berlaku di ajaran tersebut. Baik prilaku yang
sifatnya keagamaan maupun sosial. Disamping itu sebagai pengikut ajaran
syiah tentunya aktifitas berjamaan harus terus meraka jalankan agar terjadi
keakraban sehingga terbentuk kohesifitas kelompok yang begitu tinggi yang
pada akhirnya mempengaruhi aktifitas sosial semua pengikut ajaran ini.
Ketika terjadi kohesifitas ini meninggi maka pengikut ajaran ini cenderung
suka menjalankan aktifitas keagamaan yang bersifat sosial seperti sholat
berjamaah, pengajian, menikah, jual-beli, memilih pasangan hidup dengan
orang yang memiliki identitas sosial yang sama (In Group ) dan hal ini pun
juka tidak berarti mereka tidak mau sama sekali untuk melaksanakan hal
tersebut dengan orang di luar kelompoknya.
2. Di satu sisi ukhuwah dalam islam menuntut integritas Umat secara
keseluruhan tanpa mengenal aliran dan mazhab yang dianut dimana setiap
aliran dan mazhab dalam islam haruslah memiliki tenggang rasa antar aliran
52
dan antar mazhab tanpa memonopoli aliran yang lebih benar dan
menyalahkan aliran yang lain (Jalan Pengantian ), timbulnya aliran dalam
islam merupakan konsekwensi logis dari perbedaan cara pandang dan
perbedaan metode dalam memahami Universalitas islam tanpa melihat aliran
yang lain salah ( agree disagrement) . semua cara pandand dan metode
dapat di benarkan walaupun sebatas kebenaran subjektivitas yang masih di
pertimbangkan subjek dan kondisi yang mempengaruhi, sehingga apapun
kesimpulan hasil ijtihadnya tidak mengikat ijtihad yang lainya (Reconsption)
akan tetapi ada sebagian aliran yang berangapan bahwa semua aliran yang
ada di dalam islam baik syiah maupun suni keduanya mengarah pada satu
Tuhan yakni Allah SWT dan satu rosul Muhammad SAW sehigga tidak
timbul garis batas yang jelas antar aliran dan mazhab ( Sinkritisme ) dan
akhirnya berdampak pada penciptaan suatu Aliran baru yang mana ajaranajaranya diambil dari berbagai aliran yang sudah ada agar semua pemeluk
aliran agama dalam islam merasa bahwa sebagian dari ajaran mazhabnya
telah terambil dalam aliran tersebut. ( Jalan Sintesis )
53
Gambar 2
Tabel pembentukan pola interaksi dan ukhuwah
INDIVIDU
KETERANGAN
1.Pembentukan Pola Interaksi Sosial
a. Internalisasi Norma
- teguran
- Nasehat
- Sanksi
b. Konformitas
- Menyelaraskan ibadah dengan al Quran
hadits
- cara berpakaian
- menjaga hubungan baik dengan orang
sekitar
c. Kohesivitas
- Muamalah ( in Group )
- Tempat tinggal
- Memilih pasangan hidup
- Jual beli
- Mengikuti kegiatan-kegiatan regional
54
d. Interaksi non kontingen asimetris
- Ibadah ( In group )
- Sholat
- Zakat
- Ibadah ( Out Group )
- Muamalah
- Menolak Undangan ritual di luar doktrin
syiah
2. Ukhuwah
a. Ukhuwah fi din al islam
a.
Sinkrinisme
b.
Reconseption
c.
Sintesis
d.
jalan pengantian
e.
agree disagrement
55
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Strauss dan
Juliet ( dalam Poerwandari, 2001) mengatakan bahwa penelitian kualitatif pada
dasarnya lebih tepat digunakan pada penelitian yang berupaya mengungkap
sifat pengalaman seseorang dengan fenomena. Bogdan ( dalam Munandir,
1990) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini mengambil bentuk studi kasus dimana
hasil dari kerja lapangan yang peneliti lakukan akan di deskripsikan guna
menerangkan suatu keadaan atau fenomena tertentu berdasarkan data yang di
peroleh. Variable yang ingin di teliti dalam penelitian ini adalah pola interaksi
sosial yang termanifestasikan bagi setiap pengikut ajaran syiah dan tentunya
akan sangat bersentuhan dengan kehidupan beragama dari pengikut ajaran
syiah tersebut.
56
Aspek psikologi yang diterangkan dalam pendekatan ini tidak hanya tingkah laku
sabjek namun lebih jauh lagi pengalaman dan pemahaman subjek dalam
melakukan kegiatan sehari-hari selama mengikuti ajaran syiah tersebut. Dengan
demikin diharapkan penelitian tidak hanya mampu mengungkap aspek prilaku
subjek namun juga terungkap berbagai hal lain yang berkaitan dengan cara
pandang dan pemahaman sabjek terhadap golongan lain khususnya golongan
wahabi.
Dalam menjalankan penelitian ini, peneliti berupaya untuk memahami situasi
dalam keunikannya, yaitu sebagai bagian dalam konteks tertentu dan interaksi di
dalamnya. Untuk mencapai pemahaman dari proses situasi tersebut maka dalam
penelitian kualitatif digunakan data yang bersifat deskriptif. Seperti transkrip
wawancara, catatan lapangan, foto, tape recorder, dan sebaginya. Hal ini yang
membedakan penelitian kualitatif dengan kualtitatif yang menampilkan data
dalam bentuk angka-angka ( Poerwandari, 2001).
3.1.2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis studi kasus. Studi
kasus merupakan begian dari penelitian kualitatif yakni data atau hasilnya tidak
diolah dan disajikan dengan menggunakan angka-angka atau data statistik,
melainkan menganalisis dan mengolah data yang sifatnya dekriptif.
57
Menurut Yin ( 2004 ), dalam penelitian studi kasus yang bersangkutan tidak
memiliki kontrol terhadap keajaiban-keajaiban yang berlangsung. Studi kasus
juga dapat memberi nilai tambah pada pengetahuan secara unik tentang
fenomena individual, dan dapat digeneralisasikan keanekaragaman hayati
proposisi teoiritis.
Danim (2002) juga mengatakan bahwa studi kasus atau penelitian kasus adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial
tertentu yang bersifat apa adanya. Penelitian kasus juga merupakan studi
mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberikan
gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subyek yang diteliti
relatif terbatas, tetapi variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas
dimensinya.
Pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus multiple case
design karena menggunakan lebih dari satu kasus. Dengan pola ini diharapkan
dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang penghayatan terhadap
keadaan yang dialaminya. Oleh karena itu maka diperukan data yang bersifat
khusus individual untuk mendapatkan hasil yang cukup mendalam.
58
3.2 Subyek Penelitian
Menurut Strauss (dalam Poerwandari,2001) dalam penelitian kualitatif tidak ada
ketentuan baku mengenai subyek yang harus dipenuhi. Satu subyek dapat
digunakan dalam suatu penelitian studi kasus asalkan data yang didapatkan
cukup. Karena dalam penelitian ini menggunakan pola multiple case design,
maka jumlah subyek yang digunakan terdiri dari 4 orang. Subyek atau responden
penelitian adalah kelompok ajaran Islam syiah didaerah pejaten barat.
3.2.1. Teknik Pengambilan Subyek
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan non probability
sampling, yaitu dengan jenis purposive sampling. Purposive sampling dilakukan
dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri
spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah sampel
yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan desain penelitian
(Nasution, 2001).
3.2.2. Karakteristik Subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja dan
terlibat dalam segala kegiatan yang berada di lembaga Islamic cultural center
( ICC ) yang merupakan anggota dari ajaran Islam syiah.
59
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1. Metode dan Instrumen penelitian
Menurut Poerwandari (2001)metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta
obyek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan antara lain
wawancara, studi riwayat hidup, dan observasi. Menurut Moleong (1990)
pengumulan data kualitatif menggunakan metode wawancara, observasi dan
mempelajari dokumen.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
wawancara, sebagai metode pendukung metode observasi partisipan karena
penelitian ini bermaksud untuk memperoleh pengetahuan mengenai makna
subyektif yang dipahami oleh individu untuk melakukan eksplorasi terhadap
individu tersebut.
Sebelum melakukan pengumpulan data, pada wawancara dan observasi, harus
disadari bahwa peneliti telah memasuki area sensitif, ruang kepribadian yang
berbeda, atau menghadapi subyek penelitian yang sama sekali belum diketahui
karakternya. Oleh karena itu, adakalanya wawancara diawali dengan
permohonan izin, pembuatankesepakatan mengenai kontrak waktu, tempat dan
durasi waktu yang diperlukan.
60
1. Metode wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu (Moeloeng, 1990). Dari hasil wawancara dengan para
responden penelitian diharapkan dapat menggali dan mengetahui sajauh mana
pola interaksi kelompok Islam syiah dengan kelompok Islam wahabi di daerah
pejaten barat.
Menurut Danim (2002) pada penelitian kualitatif, wawancara bermakna sebagai
strategi utama mengumpulkan data, dan strategi penunjang teknik lain seperti
observasi partisipan, analisis dokumen dan fotografi.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam
dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Danim (2002) kaidahkaidah penyusunan instrumen penelitian kualitatif dapat dipakai dalam penelitian
kuantitatif. Meski dua pendekatan itu berbeda filosofi dasarnya.
2. Metode Observasi
Penelitian ini juga menggunakan metode observasi sebagai penunjang dalam
penelitian ini, dengan maksud ingin mencatat semua yang terjadi di lapangan
tempat wawancara berlangsung.
61
Observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kagiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indera, observasi
bertujuan sebagai alat yang mendukung alat lainnya (Moeloeng,1990).
3.3.2. Alat bantu pengumpulan Data
Untuk membantu peneliti dalam proses pengumpulan data, diperlukan alat-alat
yan dapat membantu dan mempermudah tugas peneliti agar pengolahan bisa
dilakukan dengan mudah. Alat bantu yang digunakan adalah pedoman
wawancara, lembar observasi dan catatan wawancara.
Pedoman wawancara adalah sebuah pertanyaan mengenai tema-tema atau
topik yang mencakup adalam proses wawancara. Pedoman wawancara ini
dibuat berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab dua. Pedoman
wawancara ini sangat penting perannya dan dibutuhkan peneliti dalam proses
wawancara, hal ini agar mempermudah peneliti untuk mengorek jawaban dari
subyek tanpa melenceng dari bahasan utama dan tujuan penelitian. Selain itu
juga agar lebih memfokuskan peneliti dalam menggali data-data yang dibutuhkan
dan juga dibutuhkan dalam proses analisis data.
Alat perekam digunakan agar data-data yang telah didapat dalam proses
wawancara tidak ada yang terlewatkan dalam peneliti. Selain itu juga agar lebih
mempermudah peneliti dalam verbatim. Penggunaan alat perekam ini
sebelumnya harus melalui persetujuan subyek. Apabila subyek merasa
62
keberatan dengan penggunaan alat perekam maka peneliti tidak akan
menggunakannya dalam proses wawancara.
3.4 Teknik Analisa Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, meng
organisasikanya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Bogman
dan Taylor (dalam Moeloeng, 1990) mendefinisikan analisis data sebagai proses
yang menerima usaha secara formal untuk menemukan tema yang merumuskan
hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesisi itu.
Dalam melakukan analisa data, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti;
1. Peneliti menulis hasil wawancara secara verbatim serta membuat laporan
observasi yang telah dilakukan pada subyek penelitian selama proses
wawancara.
2. Analisa data setap subyek, kemudian menyimpulkan inti dari
setiap jawaban subyek untuk menemukan tema-tema dan pola-pola
jawaban yang muncul pada saat wawancara.
3. Peneliti menuliskan kesimpulan sementara.
4. Peneliti menyusun daftar yang berisikan daftar tema-tema dan kategori
yang telah disusun sehingga menampilkan pola-pola hubungan antar
kategori (cross case, bukan lagi tunggal kasus) yang kemudian akan
dituangkan dalam bentuk analisa tertulis dalam baba empat. Penulisan
63
analisa dibuat berdasarkan kategori umum yang telah dibuat peneliti
sebelumnya.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1. Prosedur Persiapan Penelitian
Sebelum peneliti melakukan penelitian maka harus dipersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan keperluan penelitian. Berdasarkan hasil wawancara
kemudian dibuat laporannya secara verbatim untuk mempremudah proses
analisa lalu dilakukan analisa deskriptif.
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sebagai tindak lanjut pengamatan di lapangan dan melalui observasi
serta wawancara mendalam maka selanjutnya data yang telah didapat haruslah
dianalisa yang kemudian digenaralisasi sebagai kesimpulan akhir. proses
analisa data ini dilakukan dalam beberapa alur : Meliputi Gambaran umum
subjek penelitian, Riwayat kasus, Analisa kasus dan perbandingan antar kasus.
Subjek dalam penelitian berjumlah lima orang debgan rentang usia 28-50 tahun
yang mana dalam usia ini subjek telah matang dari segi mental serta mampu
menentukan arah hidupnya.
Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sebagaimana diisyaratkan dalam etika
penelitian ilmu-ilmu sosial maka nama-nama subjek sengaja di samarkan.
65
Gambar 4.1
Gambaran Umum Subjek
Nama
Suku Bangsa
Pendidikan
Usia
Pekerjaan
Mubarok
Indonesia
S1
29
Mahasiswa
Irhamdi
Indonesia
S1
28
PNS
Nandito
Indonesia
S2
35
Karyawan
Risman
Indonesia
SMA
45
Karyawan
Syah
Iran
S1
50
Guru
B. RIWAYAT KASUS DAN ANALISA KASUS
a.
Kasus Mubarok
Mubarok di lahirkan pada tahun 1978 sedang menjalankan kuliah di
Universitas Bungkarno jakarta . Masa remajanyan di habiskan di jakarta dengan
11 adiknya yang masih kecil-kecil. Mubarok berasal dari keluarga yang taat
beagama. kedua oarang tuanya tergolong orang yang suka menjalankan rutinitas
keagamaan secar baik. Disamping itu budaya membaca di kelurganyapun amat
baik tidak jarang adik-adiknya mendapatkan prestasi yang baik di sekolah
Begitu pula dengan dirinya hobi membaca membuat ia di tunjuk oleh rekanrekannya di HMI untuk menjadi Instruktur dalam setiap materi yang harus di
berikan pada Traning LK.
” Saya tahu banyak tentang Syiah setelah saya bergabung di HMI dan
banyak membaca literarur tentang Ali Sariati serta dari sana saya mulai
tertarik dengan aliran tersebut yang mana menurut saya aliran ini penuh
keterbukaan”
66
menurut dia proses internalisasai yang terjadi tentang pemahaan keagaam di
syiah ini banyak dia dapatkan dari buku-buku dan teman-teman di HMII. Dari
situlah kemudian akhirnya di menyatakan untuk bisa menikuti ajaran yang
diayakini benar itu.
Selama ini Mubarok lebih sering berbincang-bincang dengan rekan-rekan
seajaranya di lembaga islamic Cultural Center dimana setiap satu minggu sekali
ada kajian yang selalu dia ikuti dalam rangka pendalamnya terhadap aliran
tersebut tidak hanya itu di juga melakukan kursus bahasa persi dengan harapan
dia bisa mempelajari syiah langsung dari sumbernya.
”Saya selama di ICC ini seduh hampir menguasai bahasa persi
hal itu saya lakukan karena saya ingin mempelajari syiah dari
sumbernya langsung ”
di aliran ini di selalu mengikuti sholat berjamaa Rutin dan itupun harus di
laksakana dengan Imam yang memang sudah di tunjuk dari semua ummat.
”Saya merasa bahwa aliran ini penuh dengan keterbukaan
dan mau menerima kritikan ”
dalam menjalani aktifitas dan kewajiab-kewajiban sebagai syiahisme ia pernah
mendapat teguran dari orang tuanya Namun karena kemampuanya untuk
menjelaskan dan keyakinannya bahwa apa yang ia jalani saat ini adalah benar
pada khirnya Orang tuanya tersebut menerima dengan baik dan
menyerahkansepenuhnya kepada yang bersangkutan.
Menurut dia adab dalam berhubungan dengan pengikut wahabi adalah dengan
cara baik sebab masing-masing aliran menurut dia memiliki pegangan
dansumber yang sama yakni Al Quran dan hadist.
67
Selama ini dia belum menunjukan kepada lingkungganya tentang
keikutsertaanya dalam menjalakan ritual sebagi syiah, sebab ia tergolong orang
yang tidak mudah bergaul dengan orang sekitar.
Mubarok pernah bersinggungan langsung dengan teman-temannya yang
beraliran Wahabi dimana ada teman sekolahnya yang beberapa tahun terakhir
mendali ilmu di lembaga Ilmu dan bahasa LIPIA saudi arabia. Dia merasa bahwa
memang banyak terdapat perbedaan antara syiah dan Wahabi tapi baginya
Selama Al Quran bisa di jadikan pegangan maka tidak akan menjadi masalah
jika kita berbeda aliaran.
Di lingkungan kerja pun ia berhubungan dengan baik tidak ada rasa saling
mencurigai antar meraka bahkan banyak teman-temannya yang menanyakan
tentang bagaimana syiah itu sebenrnya dan dia berusaha untuk menjelaskanya.
” baik itu Syaih atau bukan kita tidak bisa memaksakan
menyatakan ia sesat atau tidak sesat akan tetapi kita harus
melihanya dari sisi sejauhmana pengikut wahabi tersebut mau
berprilaku baik dengan sesama muslim bahkan jika perlu
dengan sesama manusia walau ia berbeda pendapat. ”
mubarok merasa bahwa selama ini dia tidak pernah membatasi diri dengan
setiap orang, dia selalu bersikap terbuka terlebih dalam hal perbedan pendapat
baginya beda pendapat itu biasa yang penting bagaimana dia mensikapinya
dengan bijaksana.
68
Analisa kasus Mubarok
Analisa kasus mubarok diawali pada saat ia kuliah di Universitas Bungkarno
dimana banyak rekan-rekan satu organisasinya yang tertarik dengan keterbukan
aliran syiah lalu kemudia ia banyak membaca tentang literatur tentang aliran iani
Mubarok sering datang ke ICC dimana is bisa bertemu dengan ulama yang bisa
dijadikan rujukan dalam menjalankan ritual agama khususnya yang sesuai
dengan apa yang di ajarkan oleh Imam-imam aliran tersebut.( Internalisasi
Norma )
Dari sini terlihat bahwa Mubarok berusaha untuk mentaati Norma yang memang
harus di jalani di Aliran islam syiah ini ( Conform ) hal ini di indikasikan dimana
ia rutin untuk datang ke ICC untuk belajar bahasa persi dan diskusi rutin tengan
aliran ini dan baimana mereka mensikapi masyarakat yang melihat sebelah
mata.
Menurut mubarok sendiri hubungan antar sesama pengikut ajaran syiah itu
layaknya kelurga dalam mensikapi aliran ialam wahabi sesama pengikut syiah
haruslah bisa saling tolong menolong sepertihalnya jika dalam suatu hal ada
sesuatu yang belum di ketahui dan menjadi kendala untuk bisa menjelaskanya
kepada pengikut wahabi maka mereka bersedia untuk membantu untuk mecari
jawabanya. Hal inilah yang kemudian memunculkan kohesivitas kelompok
yang juga dialami oleh Mubarok.
Dalam berinteraksi dengan pengikut aliran wahabi mubarok cenderung mengacu
pada Al kuran dan hadits dimana dia merasa bahwa semua muslim bersaudara
tergantung apakah ia mau menjalankan perintah agama atau tidak. Mubarokpun
69
tidak segan untuk datang ke acara yang diadakan oleh temannya yang lulusan
LIPIA. Dia menghargai temanya Namun untuk beberapa hal ia melakukan
demikian semata-mata karena perintah Allah dan memang di benarkan oleh
ajaran yang sela ini dia anut. Hal ini dapat di pahami sebagai interaksi non
kontigen asimetris diama subjek yang melakukan interaksi berdasarkan acuan
( SOP) Standar Operating Procedure.
Mubarok merasa bahwa sesama muslim haruslah saling tolong menolong.
Dengan adanya saling memberikan masukan tentunya hal tersebut membuat
islam makin di lihat sebagai agama yang mulia. Dari sini peneliti melihat bahwa
tidak ada rasa permusuhan yang di munculakan silaturahmipun masih di
lakukanya dengan temat satu SMA yang jelas-jelas ia beraliran mazhab Wahabi.
b.
Kasus Irhamdi
Irhamdi dilahirkan pada tahun 1979. Pria kelahiran jakarta ini merupakan
lulusan Universitas Indonesia jurusan Perpustakaan dan sekarang sudah
menjadi Pegawai Negeri sipil di Departemant pendidikan nasional. Bekerja
sebagai liberian atau penjaga perpustakaan membuat ia mudah mendapatkan
literaur tentang agama islam. Ia bercita-cita untuk mendirikan satu perpustakaan
khusus tentang buku-buku islam yang nantinya buku-buku tersebut bersumber
dari berbagai negara.
Irhamdi adalah anak dari seadalah anak dari seorang ustaz yang lumayan
terkenal di kawasan pejaten. Di belakang langgar ada sebuah Musholah yang di
70
namakan Langar Kaca di sanalah ayah Irmadi mengajar setiap malam
minggunya.
” Ayah saya adalah pengikut setia NU di keseharianya beliau suka
membaca kitab kuning untuk kemudian di ajarkan kepada muri-mudnya di
musholah. Ayah saya tergolong ustad kampung yang suka menjalankan
rutinitas agama yang cenderung dekat dengan kebiasan Ahlil bait dia juga
suka mengadakan Maulidan di Rumah rumah warga yang juga di motori
oleh beliau sendiri’.
Ayah saya pernah menyuruh saya untuk mencari buku-buku tentang Revolusi
islam iran, hal-hal yang terkait dengan pemikiran-pemikiran yang berkembang di
republik islam iran. Oleh karena seringnya saya mencarikan buku-buku tersebut
maka saya sering pula membaca buku itu sehingga akhirnya saya tertarik
dengan pemikiran-pemikiran yang di lontarkan oleh beberapa tooh-tokoh islam
iaran tersebut dan membuat saya mau lebih dalam lagi mempelajari islamsyiah
secara mendalam.
Irhamdi tergolong anak yang cerdas di kampusnya ia menjadi Mahasiswa yang
Vokal dan suka berdiskusi dngan teman-teman sekitarnya. Memiliki banyak
literatur terkait dengan perkembangan dunia islam.
Sampai saat ini dia sudah menjadi anggota tetap Islamic cultural Center yang
setiap bulanya dia selalu memegang jadwal rutin kegiatan yang di lakukan
lembaga tesebut.
Irhamdi merupakan pengikut syiah yang bisa di katakan fanatik dan setia hal ini
terungkap ketika ia bercerita teng keterlibatanya dalam membagun perpustakan
yang di bua oleh Islamic Cultural Center :
” saya terlibat langusng dalam pembuatan dan pemilihan buku-buku yang
di tempatkan di perpustakaan ini di perpustakaan yang ada di ICC ini
sebagian merupakan coleksi buku-buku yang saya miliki di rumah. Sengaja
saya berikan ke ICC karena saya ingin ajaran ini di kenal di masyarakat
dengan baik dan bersumber dari Literatur yang bernar, walaupun ICC
memiliki Percetakan sendidri yakni Al Huda saya merasa bahwa penting
untuk juga memberikan masukan tentang buku-buku yang di cetak oleh
percetakan lain”.
71
Irhamdi Baru saja menikah dengan seorang Wanita yang memang sudah lama
menganut Islam Syiah dengan ciri khas cadar di wajah Istri irhamdi menjadi
sosok wanita yang begitu mempengaruhi kehidupan keseharianya.
Dalam lingkungan keluarga banyak belajar dari istrinya yang memang
keluarganya sudah memeluk islam syiah sejak lama. Beliau bertemu dengan
istrinya tersebut ketika sedang ada sebuah kegiatan di ICC di malam bulan
Ramadhan.
Pada awalnya ia mengalami kesulitan untuk memperkenalakan calon istrinya
dengan keluraga karena cadar yang menurut keluarga besarnya adalah satu hal
yang tidak biaa walau di benarkan.
Akhirnya dengan keyakinan yang mantap ia mencoba untuk memperkenalkan
Robiah dengan kedua orang tuanya dan ternayat mereke menerima dengan
baik.
Dari situlah setiap harinya ritual syiah mulai melekat dalam diri saya. Mertua
saya sangat menghargai saya dan selalu memberikan banyak masukan kepada
irhamdi.
Sosok mertua merupakan panutan yang selama ini dia jadikan acuan untuk
menajalankan aktifitas beragama. Sebagai pengikut islam syiah Irhamdi suka
bertemu dengan orang-orang yang secara jelas adalah pengikut wahabi. Kadang
kala di tempat kerjanya mereka saling berdiskusi dengan cara yang amat keras
dalam arti ada kecenderungan untuk memaksakan kehendak satu denganlainya
”saya pernah di cemooh karena sikap saya yang suka sholat dengan tidak
berjamaah dengan teman-teman sepekerja. Walupun demikian saya merasa
bahwa hal tersebut wajar karena belum banyak di Negara kita ini yang
memahami pernbedaan secara baik”
bagi irhamdi pengikut islam wahabi di indonesia tidaklah sama dengan pengikut
wahabi di luar negeri . irhamdi melihat bahwa di negeri asalnya wahabi sangat
menghargai perbedaan dan tidak memaksakan kehendak.
72
Secara umum irhamdi tidak pernah minder sehingga membuat ia merasa
terasingkan bahkan ia justru dominan dalam setiap kegiatan akan tetapi dalam
hal menjalankan aktifitas ibadah ia cenderung suka menjalankanya hanya
sendirisaja jika di bandingkan beribadah secara bersamaan dngan pengikut
ajaran yang lain.
Secara umum Irhamdi merasa bahwa kita semua bersaudara baik syiah ataupun
sunni namun diatidak begitu menyukai jika ada orang memaksakan kehendak
untuk supaya kita ikut atas pandanganya tersebut,
Analisa kasus Irhamdi
Analisa kasus irhamdi ini di mulai dari banyaknya literatur yang ia dapatkan serta
bagimana ia membatu orang tuanya yang sedang mempelajarai ajaran islam
tersebut dari situ lah muncul proses internalisasi akan ajaran tersebut.
Proses pentaatan yakni selalu mengedepankan Al Qur’na dan Hadits itu
kemudian membuat sebuah Konformitas dalam kehidupan kesehariannya.
Interaksi yang intensif dengan sesama pengikut aliran syiah terlebih lingkungan
keluargamertuanya. yang memang dari sejak lama sudah beraliran syiah.
Kohesivitas dalam keluarga ini ditandai dengan timbulnya tingkah laku yang
mengutamakan kelompok dan keluarga.
Dalam kondisi seperti itu yakni dimana ia berusaha untuk membantu
terbentuknya perpustakaan khusus tentang buku-buku syiah membentuk rasa
solidaritas antar pengikut tersebut.
Hubungan kerja antara irhamdi dengan kawanya yang beraliran wahabi dan
secara terus menerus mencoba menegur secara keras Namun irhamdi tetap
sabar dan menjaga hunbungan silaturahim tersebut membentuk interaksi non
kontigen asimetris sebuah Hubungan yang bersifat Out grup.
73
Irhamdi selalu berangapan bahwa agree disagrement antara syiah dan sunni
membuat kedua ajaran itu baik secara silaturahim namun buruk dalam benturan
pandangan dan kebudayaan. Sehingga tidak jarang hubungan silaturahim antar
mereka putus.
c.
Kasus Nandito
nandito merupakan sosok cendikia baru dalam dunia Syiah jakarta umurnya
yang masih tergolong mudah namun sudah di beri kepercayaan oleh Islamic
Cultural center sebagai humas di lembaga tersebut. Nandito sering melakukan
berbagai kunjungan dimana tugas yang biasa di emban adalah bagiaman
kemudian ia menjelaskan dan mensosialisasikan semua program dari islamic
Cultural Center tersebut.
Nandito merupakan sosok pemuda yang dinamis suka bekerja keras dan ramah
kepada siapapun yang menemuinya. Banyak tulisan-tulisan yang pernah ia buat
selama ia ikut bergabung dalamsatu organisasi kemahasiswaan di jakarta.
Sebagai seorang akademisi ia memperoleh pengetahuan tentang syiah yakni
dari islmic Cultural center itu sendidri. Bahkan sbelum islamic cultural center itu
ada dia sudah sering berhububngan dengan pengikut syiah tersebut.
Nandito memiliki kemampuan dua bahasa yang cukup baik yakni Arab dan
Ingris. Sering kali penulis mendengar ketika ia harus menyapa rekan kerjanya di
ICC dengan dua bahasa tersebut. Secara umum rekan kerjanya saat ini
menerima ia dengan baik.
74
Selama ia berada di lingkungan syiah ini ia tidak [pernah merasa bahwa
lingkunganya adalah linkungan yang buruk bagi perkembangannya.
Menurut Nandito Aliran wahabi di sekitar lingkungan pejaten ini cukup banyak hal
itu terlihat dengan mudah bilamana kita berjalan di sekitar lingkungan itu. Hal
tersebut tentunya membuat pengikut aliran syiah dengan Wahabi mudah untuk
berinteraksi.
” Selama ini memang betul bahwa wilayah pejeten barat merupakan tempat
yang banyak pengikut aliran Syiahnya dan juga banyak yang beraliran
Wahabi. Kebanykan pengikut syiah di sekitar sini ada karena mereka
terlibat dalam berbagai kegiatan baik yang diadakan oleh ICC maufun fitrah
sebagai wadah untuk berkumpulnya syiah yang wanita”.
Nandito mengatakan bahwa Dalam lingkungan Rt dan RW dimana ICC berada
ini memang pernah ada dialog yang khusus membicarakan tenteng aliran syiah
ini. Ada sebagian orang yang mempermasalahkan hal tersbut kepada kami
Namun lambat laun masyakarat mulai sadar bahwa keberadaan Pengikut syiah
di kawasan pejaten ini semata-mata bukan untuk merugikan meraka namun
justru menguntungkan sebab dari pihak ICC sendiri rutin untuk membatu warga
sekitar yang sedang membutuhkan pertolongan.
Di pejaten ini menurut nandito ada beberapa pengikut wahabi yang sering
dengan sengaja datang guna mendapatkan literatur dan juga mencari informasi
prihal kegiatan syiah ini dan kami menagapinya mereka menangapinya dengan
terbuka.
75
Pada Awal keberadaan ICC di pejaten barat ini memeng hubungannya agak
kurang baik Namun hal itu bukanlah hal yang kemudian membuat Hubungan
silaturahim mereka terhambat.
” Seperti yang pernah saya alami beberapa tahun yang lalu ketika ICC baru
ada banyak mahasiswa LIPIA dan warga sekitar tiba-tiba datang untuk
mencoba berdiskusi dengan harapan ICC maupindah dari lingkungan ini
karena bisa meracuni pikiran anak-anak mereka”
nadito selama ini bekerja dan berusaha agar syiah di citrakan secara baik di
lingkungan pejaten ini. Dan hasilnya cukup baik sampai sekarang sudah mulai
banyak kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh ICC di ikuti oleh warga sekitar.
Nandito selalu mengupayakan agar seluruh pengikut syiah yang ada di pejaten
barat untuk selalu berkumpul dan sholat berjamaah dengan pengikut lainnya
sebab di berangapan bahwa kita sama Namun beda.
” Pada dasarnya antara suni dan syiah sama yakni sama-sama berpegang
kepada kitab yang di turunkan oleh Allah SWT melalui Rosul” Namun Nandito
beranggapan bahwa Al quran sarat dengan makna dan akhirnya beragam
pulalah prilaku yang di munculkan.
Analisa kasus Nandito
Analisa kasus nandito berawal dari di percayanya dia sebagai humas di lembaga
ICC kepemilikan negara Iran tersebut. Lembaga ini secara langsung memang
mensyiarkan syiah kepada Masyarakat Indonesia dengan melalui Buku-buku
yang di terbitkan dengan Publisingnaya bernama Al huda. Proses ini kemudian
76
memunculkan pulikasi Norma yang kuat baik kepada Nandito maupun kepada
masyarakat.
Sebagai Humas dia ditugashan untuk mensosialisasikan apa-apa yang harus di
lakukan oleh seluruh penghuni di lembaga tersebut maupun kepada Tamu-tamu
yang datang. Menjaga agar syariat yang ada selalu di tegakan. ( Konformitas )
Namun dia juga berusaha untuk bisa melakukan berbagai kegiatan yang
melibatkan banyak pihak terutama pengikut wahabi agar mereka mampu melihat
aliran syiah secara jerni ( Kohesifitas ).
Nandito sengaja membuat lembaga di bawah ICC yang di sebut Fitrah
merupakan bentuk penjagaan diriny agar tidak langsung bersentuhan dengan
kaum hawa dan ini jelas merupakan bentuk Hubungan Interaksi Non kontigen
.Dalam hal menaggapi tudingan miring serta berbagai macam tuduhan terhadap
syiah nandito selau bersikap untuk menjaga agar hubungan silaturahim tertap
terjaga namun haruslah di buat sebuah pemahaman yang sesuai dengan jaman
( Sintesis )
D.
Kasus Yusuf.
Yusuf adalah penjaga atau biasa sekurity di wilayah ICC . dia di tugaskan untuk
menjaga gedung tersebut dari berbagai macam ganguan. Pada dasarnya yusuf
bukan merupakan pengikut islam syiah. Dia menjadi pengikut islam syiah karena
segala hal yang terkait dengan syariat yang di berlakukan di sana Maka yusuflah
yang menjadi penegeknya .
77
”Tugas saya di ICC memang bukan menjaga keamanan saja tapi saya juga
punya tugas untuk menyuruh semua karyawan untuk sholat berjaman
bahwan jika di perlukan tamu harus di suruh berjamah ”
dari menjalankan tugas tugas itulah maka muncul rasa kepercayan yang kuat
bahwa Aliran islam syiah bukan merupakan aliran yang salah.
Yusuf memiliki 3 anak dan istri yang sampai saat ini masih berpegang teguh
pada aliran Yang dia sebut Ahli sunah waljam’ah.
Dalam menjalankan tugasnya Yusuf juga di tugaskan untuk menegur apabila ada
tamu maupun pekerja yang tidak mau sholat berjamaah atau sholat bukan pada
tempatnya seperti sholat di musholah perempuan.
”Saya pernah menegur tamu yang secara sengaja meninggalkan sholat
dengan alasan ia sedang membaca buku di perpustakaan”
dalam hubungan dngan kelurga kebanyakan saudara-sauranya adalah pengikut
aliran wahabi. Dia sering di nasehati agar keluar dari tempat kerjanya tersebut
namun sikap yang ia berikan adalah menjawab dengan sopan dan membiarkan
sudaranya tersebut berkomentar. Dia cenderung tidak mau berbicara banyak.
Yusuf adalah sosok pengikut ajaran slam syiah yang terbuka walau tidak begitu
banyak ilmu yang dia ketahui tentang aliran tersebut.
”bagi saya selama Apa yang saya lakukan ini tidak merugikan orang lain
dan sesuai dngan perintah Allah SWT maka saya akan tetap
menjalankannya”
Sesama pengikut syiah dia selalu memberiakn salam ketika ada karyawan yang
baru datang ataupun akan pulang atau meninggalkan lingkungan komplek ICC.
78
Dia selalu menjalankan solat tepat waktu dan selalu berjamaa’ah dia menjadi
seorang yang taat beragama tidak hanya karena dia bertugas menegakan
perintah-atau atauaran-aturan yang di tetapkan tapi ada latar bekang lain yang
membuat ia menjadi orang yang ta’at pada aturan agama yakni di karenakan
sebelumnya dia adalah orang yang suka mabuk-mabukan dan cenderung suka
meninggalkan sholat.
Dia sering mengikuti pengajian yang diadakan di masjid ICC tersebut. Dalam
kegiatansepertii itu di merasa bahwa semua yang ada di dalam kegiatan tersebut
adalah dari kelompoknya. Berbeda ketiak ia melihat tamu yang dari berpakainya
sudah terlihat bahwa ia wahabi biasanya ia cenderung lebih tegas dan
menanyakan maksud hal kenapa orang tesebut bertamu.
Analisa kasus Yusuf
Analisa kasus yusuf di mulai karena ia adalah seorang security yang tugasnya
tidak hanya memeriksa tamu namun juga di tugaskan untuk menyuruh orang
agar sholat berjamaah. Seringnya kegiatan diskusi yang di lakukan di masjid ICC
tersebut membuat ia secara internal mulai mengimani Aliran islam tersebut.
Dalam keluarga yususf selalu menjaga hubungan baik dngan saudarasaudaranya dengan bersikap diam ( Konformitas )
Yusuf memiliki kecenderungan lebih ketat kepada tamu yang beraliran wahabi
ketimbang karyawan-karyawan IC C dari sisni dapat di tarik kesimpulan bahwa
Interaksi yang di jalankan oleh yususf termasuk kategori Interaksi Sosial
Kontigen Asimetris.
79
Secara umum yususf tetap menjaga hubungan baik dengan pengikut aliran islam
syiah, dia berusaha agar silaturahim antara dia dngan saudaranya tetap terjada
dan tidak memaksakan kehendak mana yang benar dan mana yang salah.
Gambar 4.2
Tebel proses pembentukan Pola Interaksi Sosial dan Ukhuwah
Mk
ID
NT
YS
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
PEMBENTUKAN POLA INTERAKSI DENGAN OUT
GROUP
1. Internalisasi Norma
a. nasehat
b. teguran
c. sanksi
2. Konformitas
a. menyelaraskan ibadah dengan Al Quran
b. cara berpakaian
c. menjaga hubungan baik dengan orang sekitar.
3. kohesivitas
a. muamalah
80
b. tempat tinggal
X
X
X
X
X
X
c. jual beli
d. mengikuti kegiatan –kegiatan regional
X
4. interaksi sosial non kontigen asimetris
a. ibadah ( In Group )
X
X
X
b. Sholat
X
X
c. Zakat
X
X
d. Ibadah ( Out Group )
X
e. Muamalah
f. Menolak undangan ritual di luar doktrin syiah.
X
X
X
X
UKHUWAH
1.Ukhuwah fi dinul islam
a. Sinkrinisme
b. Reconseption
X
c. Sintesis
d. jalan penganti
e. agree disagreement
X
X
X
81
PERBANDINGAN ANTAR KASUS
Setelah di lakukan analisa terhadap kasus –kasus yang ada maka
tahapan selanjutnya adalah melakukan perbadingan antar kasus, yang meliputi
kategori, pembentukan interaksi sosial dan kategori Ukhuwah fi dinul isla.
4.3
Analisis banding antara kasus
untuk proses pembentuakn pola interaksi sosial.nalisis
Mk
ID
NT
YS
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
a. muamalah
X
X
X
X
b. tempat tinggal
X
X
X
X
PEMBENTUKAN POLA INTERAKSI DENGAN OUT
GROUP
1. Internalisasi Norma
a. nasehat
b. teguran
c. sanksi
3. Konformitas
a. menyelaraskan ibadah dengan Al Quran
b. cara berpakaian
c. menjaga hubungan baik dengan orang sekitar.
3.
kohesivitas
82
c. jual beli
d. mengikuti kegiatan –kegiatan regional
4.
X
X
X
interaksi sosial non kontigen asimetris
a. ibadah ( In Group )
X
X
X
b. Sholat
X
X
c. Zakat
X
X
d. Ibadah ( Out Group )
X
e. Muamalah
f. Menolak undangan ritual di luar doktrin syiah.
X
X
X
X
Dari skema di atas diketahui bahwa proses internalisasi pengikut ajaran islam
syiah muncul di karenakan aktifitas yang bersifat harian dimana proses ini
muncul akibat prose yang di lakukan secara bersama—sama. Sehingga pada
gilirannnya melahirkan kohesifitas kelompok guna melaksakan kegiatan-kegiatan
yang bersifat Regional.
Internalisasi norma, konformitas dan kohesifitas kelompok pada giliranya
melahirkan pola interaksi sosial yang di jalankan dengan orang di luar alirannya .
hal. Hal ini terlihat dengan adanya keyakinan dan kepercayaan yang
mengharuskan setiap pengikut syiah di wilayah pejaten barat haruslah
83
menjalankan aktifitas sesuai dengan pemimpin yang soleh dan bertaqwa. Namun
hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk bisa melkukan interaksi dengan
pengikut aliran wahabi.
UKHUWAH
Mb
Id
Nt
Ys
1.Ukhuwah fi dinul islam
a. Sinkrinisme
b. Reconseption
X
c. Sintesis
d. jalan penganti
e. agree disagreement
X
X
X
Dari skema analisa –banding antara kasus diatas amaka dapat di lihat bahwa
munculnya beberapa aktifitas yang lebih ke arah dimana alirannyalah yang paling
benar namun tidak menapikan bahwa di aliran whabi masih ada sesuatu yang bisa
dinggap benar. Hal ini pada giliranya membuat sebuah kerukunan hidup beragama,
dengan adanya kondisi seperti ini maka aliran bagi setiap pemeluknya kan menjadi
sebuah pemersatu guna terwujudnya rahmatan lilalamin
Keterangan :
Mk
Id
Nt
Ys
: Mubarok
: irhamdi
: Nandito
: Yusuf
84
PATTERN-MATCHING
Setelah di lakukan perbandingan dalam kualitatif jenis studi kasus adalah
melakukan Pattern-Mathing atau perbandingan antara Pola Proposisi dengan
hasil temuan di lapangan. Dengan demikian akan di temukan persamaan ,
perbedaan saling melengkapi dan saling pertentangan diantara keduanya.
Tujuan dari pattern matcing ini adalah untuk melihat apakah hasil temuan studi
kasus menunjang, menambah, mengurangi, merevisiatau mambantah suatu
proposisi teoritsi dan juga untuk melihat ada tidaknya semacam pola umum yang
mendasari problem yang di teliti.
Adapun proses patern matching di lakukan denganmengunakan skema yang
dapatr membandingkan hasil analisis banding antara kasus dengan prosisis
teoritis yaitu proses pembentukan pola interaksi sosial dan perlakuan dari
masyrakat.
85
Gambaran 4.5
Pattern-matching untuk kategori pembentukan pola interaksi sosial.
Pola Studi Kasus
Pola Teoritis
PEMBENTUKAN POLA
PEMBENTUKAN POLA
INTERAKSI DENGAN OUT
INTERAKSI DENGAN OUT
GROUP
GROUP
1. Internalisasi Norma
1. Internalisasi Norma
a. nasehat
a. nasehat
b. teguran
b. teguran
c. sanksi
c. sanksi
4. Konformitas
5. Konformitas
a. menyelaraskan ibadah dengan
a. menyelaraskan ibadah
Al Quran
dengan Al Quran
b. cara berpakaian
b. cara berpakaian
c. menjaga hubungan baik
c. menjaga hubungan baik
dengan orang sekitar.
dengan orang sekitar.
5.
kohesivitas
7.
kohesivitas
a. muamalah
a. muamalah
b. tempat tinggal
b. tempat tinggal
c. jual beli
c. jual beli
d. mengikuti kegiatan –kegiatan
d. mengikuti kegiatan –
regional
kegiatan regional
6.
interaksi sosial non
kontigen asimetris
8.
interaksi sosial non
kontigen asimetris
86
a. ibadah ( In Group )
a. ibadah ( In Group )
b. Sholat
b. Sholat
c. Zakat
c. Zakat
d. Ibadah ( Out Group )
d. Ibadah ( Out Group )
e. Muamalah
e. Muamalah
f. Menolak undangan ritual di luar
doktrin syiah.
f. mengikuti
undangan.(Adjusment)
Hasil paterrn matching pola proposisi teoritis dengan pola hasil analisa banding
antar kasus untuk kategori proses pembentuakn pola interaksi sosial
menunjukan hal-hal sebagi beriku : smua kategori yang diajukan dalam proposis
teoritis juga terdapat dalam temuan empirik di lain sisi juga terdapat perbedaan
dalam salah satu aspek dalam kategori intyeraksi sosial Nonkontogen asimetri,
yaitu penolakan terhadap undangan lyang di lakukan di luar doktrin islam syiah.
Sebenarnya perbedaan ini bukanlah hal subtansial karena meskipun merak hadir
dalam ritual tersebut mereka hanya menitkanya hanya untuk menhhadiri
undangan karena hubungan silaturahim antar sesama muslim.
87
Gambaran 4.5
Pattern-matching untuk kategori pembentukan pola interaksi sosial.
POLA PROPOSISI TEORITIS
POLA STUDI KASUS
1.Ukhuwah fi dinul islam
1.Ukhuwah fi dinul islam
a. Sinkrinisme
a. Sinkrinisme
b. Reconseption
b. Sintesis
c. Sintesis
c. jalan penganti
d. jalan penganti
d. agree disagreement
e. agree disagreement
Hasil pattern matching pada pola prosisi teoritis dengan analiisi banding antara
kasus untuk kategori ukhuwah menu njukan hal sebagi berikut :
Ada satuhal yang tidak di temukan dalam studi kasus yakni rekonsption dimana
setiap pemeluk ajaran islam syiah telah emutuskan bahwa jalan kebenaran yang
mereka tempuh haruslah dengan jalan Al Quran dan sunnah serta berdasarkan
apa yang di katakan oleh imam-imam mereka dari sisni dapat di simpulkan
bahwa ada poal yang khusus dalam pembentukan pola interaksi sosial oleh
pengikut ajaran islsm syiah. Terlebih ketika mereka hubungan langsung dengan
pengikut ajaran islam Wahabi. Yang pada giliranya perbedaan tersebut akan
tetap da terutama dalam hal pemahaman keislaman.
88
BAB 5
PENUTUP
5.1
kesimpulan
5.1.1. Gambaran proses pembentukan pola interaksi sosial dengan pengikut wahabi.
Proses internalisasai ajaran islam syiah merupakan hasil manipestasi dari aktifitas sosial
yang di lakukan secara terus menerus di lingkungan yang sama. Dimana sebuah komunitas
menetapkan akan adanya teguran dan nasehat jika pengikutnya tidak menjalankan apa yang
sudah di perintahkan oleh aliran tersebut.
Dari sini kemudian muncul sebuah konformitas yang selalu pada setiap kasus selalu
menyelaraskan ibadah yang meraka lakukan di sesuaikan dengan Al quran dan Hadits di
samping itu kecenderungan adanya menjaga hubungan baik dengan warga sekitar.
Hubungan silaturahim selalu di lakukan guna terciptanya hubungan yang baik serta adanya
kerukunan antar pemeluk ajaran dalam setiap harinya. Hal ini dapat mereka lakukan dalam
bentuk aktifitas sosial yang bersifat regional di kawasan pejaten barat.
5.1.2. Diskusi
Rosulullah bersabda di akhir hayatnya bahwa Nanti islam akan terpecah menjadi 73
golongan dan hanya satu golongan yang benar yakni Ahlusunah waljamaah. Berdasarkan
hadist ini kemudian semua hal mengklaim bahwa merekalah yang ahlu sunnah dan yang lain
bukan. Hal inilah kemudian memunculkan spekulasi dalam islam bahwa setiap kebenaran
hanya milik satu aliran
89
Syiah sebagi sebuah aliran yang sudah lama ada secara cepat berkembang seseluruh
pelosok negeri dengan misis memperkenalkan dan mendekatkan ummat kepada kelurga
rosul syiah muncul sebagai aliran yang kokoh. Namun dalam perjalannnya wahabi mencoba
meluruskan kembali berabgai macamhal yang di anggap menyimpang yang kemudian
akhirnya terjadi gesekan antar mereka. Tapi di satu sisi tentunya pengikut syiah tidaklah
tinggal diam dengan poa-pola interkasi yangmereka jalankan mereka mencoba untuk hadir
dengan wajah yang lebih baik dan ramah di masyarakat.
5.1.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan di lapangan peneliti menyadi bahwa waktu yang
singkat merupakan kendala yang amat terasa guna mendapatkan hasil yang mendalam atas
sumber yang di peroleh. Untuk itu sebagi saran :
1. Kiranya waktu untuk penelitian berikutnya haruslah banyak
2. Penelitian ini sebaiknya tidak di batasi hanya sebatas wilayah Pejaten.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Alwasilah, A. Chaedar. ( 2002). Pokoknya Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya
Mujib, Abdul, Dkk. ( 2005). Kawasan dan Wawasan studi Islam. Jakarta :
Kencana
Anshari, M. Hafi.(1996), Kamus Psikologi, Surabaya : Usaha Nasional, cetakan
ke-1
Bastaman, Hanna Jumhana. ( 1996). Meraih Hidup Bermakna : Kisah Pribadi
dengan pengalaman tragis, Jakarta : Paramadina
Bonner, Hubert. (1953) Social Psychology: an Interdipiciplinary Approach, New
York: American Book Company
Fadli, Ahmad. (2000). Organisasi dan Administrasi, Jakarta : Manhatul Nasyiin
Fromm, Erich. (1998) Psikoloanalisa dan Agama, terjemahan. Chairul F. Yusuf
Prasetyo utama,( 1998). Judul Asli : Psychoanalysis and Religion, Jakarta: CV
Atika, cet. Ke-1
Gerungan, W.A. (1996). Psikologi sosial, bandung: PT Ke-13.
Hall, Calvin S. Lindzey, gardner, 2002, Teori-teori Psikodinamik (klinis), terj.
Yustinus K, Judul Asli : Theories of Personality, Yogyakarta: Kanisius,
cet. Ke-8.
91
Harrison, Allbert, 1976. Understanding Social Psychology, George Town: The
Dorsey Press
Hollander, Edwin P, 1999.Principle and Method of Psychology, New York: Oxford
University Press
Jonson, Doyle Paul, 1992.Teori-teori: Klasik dan Modern, terj. Robert MZ
Lawang, Judul Asli : Sosiological Theories Classical Founders and
Contemporary Perspective, Jakarta: Gramedia
Miles, Mattew B. Hubermen, Michae, 1992. Analisa Data Kualitatif, terj. Tjejep
Rohendi Rohidi, judul Asli: Qualitative Data Analysis, Jakarta: UI Press,
1992.
Moeloeng, Lexi. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif bandung: PT. Rosdakarya,
cet. Ke-16.
Sampson, Edward E, 1964. Approach Contects an Problem of Social
Psychology, New
Jersey, Pretice Halll,
Suryabrata, Suryadi, 1998.Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press
Wirawan Sarlito, Psikologi Sosial : Individu dan teori-teori psikologi soaial,
Jakarta, Balai Pustaka
.
Yin, Robert K, 2000 Study kasus. Jakarta, Raja Grafindo, 2000
92
Download