FKG UNAIR Inisiasi Riset Terbaru Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Standar WHO UNAIR NEWS – Data mengenai riset kesehatan gigi dan mulut harus terus diperbarui untuk mengetahui derajat kesehatan manusia, apalagi Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Indonesia bebas gigi karies pada tahun 2030. Untuk itulah, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga menginisiasi riset kesehatan gigi dan mulut bersama seluruh institusi pendidikan dokter gigi se-Indonesia. Acara bertajuk “Training of Trainer Oral Health Survey Berstandar WHO” diselenggarakan di Aula Fakultas Kedokteran, Selasa (9/5). Penanggung jawab acara, Gilang Rasuna Sabdho Wening, drg., M.Kes., mengatakan acara pelatihan ini merupakan bentuk kolaborasi antara sivitas akademika FKG UNAIR dengan Ikatan Profesi Ahli Kesehatan Gigi Masyarakat Indonesia. “Beberapa waktu yang lalu, ada indikasi indeks DMF-T (decay missing filled-teeth) sebagai indeks keparahan gigi yang biasanya digunakan oleh riset kesehatan dasar seluruh Indonesia, ke depan tidak akan jadi indeks penilaian dalam riset kesehatan dasar di Indonesia,” tutur Gilang. Guna merespon kebijakan tersebut, maka FKG bersama 31 institusi pendidikan dokter gigi di Indonesia berkomitmen untuk menggunakan indeks DMF-T tersebut bersama indeks lainnya, memeriksa kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia dengan menggunakan metode yang sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam pelatihan tersebut, lebih dari seratus peserta diajari perihal tata cara, pengisian formulir, cara pemeriksaaan, dan evaluasi kesehatan gigi dan mulut. Sebab, selama ini problem di lapangan mengarah ke kemungkinan bias data. “Sebetulnya selama ini pemeriksaan dengan indeks DMF-T selalu tercatat hanya saja standar pemeriksaannya berbeda-beda. Di lapangan, tata cara dalam memeriksa gigi dan mulut di lapangan menggunakan peralatan seperti kaca mulut dan cahaya matahari, sehingga tidak bisa digunakan untuk melihat gigi atau mulut bagian dalam dengan jelas,” terang dosen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat FKG UNAIR. Gilang menuturkan, usai acara ini, para trainer diminta untuk menandatangani kesepakatan untuk melatih para calon surveyor di masing-masing daerah. Selain itu, hasil survey data di lapangan akan dikelola oleh para dosen di FKG UNAIR untuk dijadikan laporan kepada pemerintah maupun WHO. Targetnya, data kasar akan selesai pada bulan Agustus tahun 2017. Senada dengan Gilang, Dekan FKG UNAIR Dr. Darmawan Setijanto, drg., mengatakan selama ini data riset kesehatan dasar yang biasanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI memiliki sejumlah kekurangan. “Data yang dimiliki Kementerian Kesehatan adalah Riskesdas yang memiliki banyak kekurangan, salah satunya yang melakukan bukanlah expert (ahli) atau dokter gigi. Mereka juga melakukan sebisanya karena mereka juga melakukan survei mata, telinga, rumah tangga, dan sebagainya. Pasti tidak akan lebih akurat dari yang kita lakukan. Kalau Kemenkes tidak mengakui, paling tidak data kita akan diakui WHO Collaboration Center di Jepang,” pungkas Darmawan. Penulis: Defrina Sukma S