Ringkasan Khotbah - 11 November 2012 Depresi yang seharusnya dimiliki seorang Kristen Mzm. 42:1–11 Pdt. Andi Halim, M.Th. Orang yang menjadi Kristen seharusnya bukan orang yang mencari kenyamanan hidup, ketenangan, ataupun kesenangan. Semuanya itu bersifat hedonisme dan egosentris. Keinginan tersebut merupakan keinginan duniawi yang berpusat pada diri sendiri. Banyak orang ke gereja untuk mencari kenikmatan dan kepuasan bagi dirinya sendiri. Gereja dianggap sebagai restoran. Gereja disesuaikan dengan selera diri. Mengapa hal ini bisa terjadi dalam kekristenan? Karena ada kesalahan yang telah diajarkan dalam kekristenan pada umumnya. Telah terjadi pergeseran dari kebenaran. Orang mencari kesenangan, hiburan dan kedamaian. Definisi Kristen masa kini sudah bergeser menjadi tempat pelarian dari realita hidup, tempat hiburan, dan mencari ketenangan. Pendeta sudah beralih tugasnya menjadi pendeta penghibur jemaat yang hadir. Seperti inilah gambaran gereja zaman sekarang. Gereja Reformed dianggap gereja yang membosankan, dingin, kaku dan muram. Bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang Kristen? Dalam khotbah minggu lalu sudah dikatakan bahwa menjadi orang Kristen justru seringkali akan menjadi stress dan depresi. Ada 2 macam depresi yaitu: pertama, depresi yang menurut kehendak Allah. Semakin kita mengikuti kehendak Allah maka semakin depresi. Kedua, depresi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Depresi yang tidak sesuai kehendak Allah ini adalah depresi yang disebabkan oleh hal yang anthroposentris. Semakin manusia berpusat pada diri sendiri, manusia akan semakin stres. Jika manusia menginginkan hal yang susah dicapai, semakin depresi pula manusia tersebut. Depresi juga bisa disebabkan kesalahan konsep / ajaran yang keliru. Misalnya saja orang yang mengenal ajaran Armenianisme. Armenianisme diajarkan oleh Armenius. Masa hidup Armenius adalah masa setelah John Calvin meninggal. Ajaran Armenius ini dipengaruhi oleh Pelagianisme. Pelagianisme merupakan ajaran yang berpusat pada manusia. Dalam ajaran Pelagianisme diajarkan bahwa keselamatan ditentukan oleh diri sendiri. Keputusan manusialah yang menentukan segala-galanya. Armenius mengadopsi ajaran tersebut, bahwa keselamatan bukan ditentukan oleh Allah tetapi oleh keputusan kita. Allah menawarkan keselamatan kepada kita, manusia bisa menolak atau menerimanya. Jika tidak diterima maka Allah tidak bisa menyelamatkan manusia. 1/4 Ringkasan Khotbah - 11 November 2012 Hal yang membuat depresi dari ajaran Armenianisme ini adalah karena keselamatan ditentukan oleh kesetiaan kepada Allah. Jika kita tidak setia kepada Allah maka kita tidak selamat / gagal. Ajaran ini berpusat pada manusia. Alkitab tidak mengajarkan hal ini. Stephen Hawk dalam tulisannya yang berjudul “The Cries of Armenianism” menunjukkan kebenaran ajaran Reformed. Perbedaan antara ajaran Reformed dan Armenianisme bukan perbedaan yang kecil / tidak berarti. Banyak orang beranggapan hal yang penting adalah percaya kepada Yesus, tidak peduli apakah kita mengikuti ajaran Reformed atau Armenianisme. Hal ini tidak benar. Dalam artikel tersebut mengatakan bahwa Allah yang diajarkan dalam Armenianisme bukan Allah yang sebenarnya. Kita mengenal banyak versi dari Kristus, misalnya Kristus versi Saksi Jehovah, Kristus versi Liberal, Kristus versi Islam, dll. Salah satunya Kristus versi Armenianisme. Stephen Hawk mengatakan bahwa selama ini ada Kristus yang diberitakan sebagai Kristus yang sebenarnya (Kristus menurut Alkitab) tetapi sebenarnya bukan merupakan Kristus yang sebenarnya, yaitu Kristus versi Armenianisme. Keselamatan melalui perbuatan baik akan membuat depresi. Manusia akan terus berbuat baik supaya selamat tetapi pada akhirnya kita tidak pernah bisa berbuat baik sehingga depresi. Manusia yang berbuat baik supaya selamat akan merasa tertolak oleh Allah. Depresi inilah yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita orang berdosa tetapi dalam ajaran Armenianisme kita dituntut untuk tidak bercacat supaya Tuhan menerima kita. Jika benar seperti itu maka tidak akan ada orang yang bisa selamat / diterima oleh Tuhan. Bagaimana orang Armenian bisa jujur pada dirinya sendiri? Konsep salah lainnya yang menyebabkan manusia depresi adalah bahwa manusia selalu membandingkan diri dengan pengalaman orang lain. Hal ini dikemukakan oleh Martin Lloyd Jones. Standar yang digunakan adalah orang lain: Kenapa orang lain mengalami berkat Tuhan sedangkan kita tidak diberkati? Pertanyaan seperti inilah yang akan muncul jika kita berpatokan pada orang lain. Hal ini akan menyebabkan depresi. Seringkali orang Kristen dalam menghadapi masalah dalam hidupnya mengalami depresi hebat. Kebanyakan orang akan mulai membandingkan diri dengan kehidupan orang lain kemudian ia akan merasa bahwa Tuhan tidak adil. 2/4 Ringkasan Khotbah - 11 November 2012 Dalam menghadapi masalah, banyak orang Kristen akan merasa depresi. Hal ini terjadi karena manusia tidak disiapkan untuk menghadapi masalah yang berat, selain itu depresi juga disebabkan oleh karena seseorang tidak dibekali dengan Firman Tuhan yang benar. Perlengkapan firman Tuhan yang diberikan kepada manusia hanya bersifat menghibur dan untuk kesenangan saja. Janji kesembuhan, janji kekayaan dan sebagainya merupakan bekal yang diberikan pada orang Kristen pada umumnya. Hal ini merupakan penipuan sehingga saat mengalami musibah berat banyak orang tidak siap dan mengalami depresi. Kenapa saat orang mengalami stres dihibur tetapi tidak mempan? Hal ini seperti orang yang sudah kenyang diberi makan terus-menerus. Hiburan dianggap sebagai omong kosong saat mengalami masalah. Hal ini terjadi karena manusia tidak pernah dibekali dengan firman Tuhan yang benar sehingga dalam pikirannya hidup dalam Kristus selalu senang, semua permintaan dituruti tetapi dalam kenyataannya Tuhan tidak memberikan apa yang ia minta. Hidup harus dibekali dengan firman yang benar dan dijalani dengan sungguh-sungguh. Hidup kita suatu saat akan berakhir. Kita harus punya dasar mengenai hal ini sehingga kita bisa disiapkan dalam menghadapi hal-hal yang tidak mengenakkan. Teori dan praktek memang berbeda. Tidak mudah mengaplikasikan teori ke dalam praktek. Marilah kita melengkapi diri dalam menghadapi masalah. Bagaimana kita bisa tetap tabah dalam segala kesusahan hidup? Apakah yang paling utama bagi orang Kristen dalam menghadapi masalah? Kita harus dapat membedakan mana hal penting dan yang kurang penting dalam hidup ini tentunya sesuai dengan prinsip firman Tuhan. Kita semua punya masalah dalam hidup ini tetapi apa yang penting dan utama itulah yang harus kita pikirkan. Jangan cuma peduli akan masalah pribadi kita masing-masing dan melupakan panggilan kita sebagai orang Kristen. Masalah utama kekristenan adalah masalah yang seharusnya membuat kita stress atau terbeban (yang kita sebut sebagai depresi rohani yang benar). Rm. 9:1-3 menceritakan bahwa Paulus juga mengalami kesedihan / depresi yang mendalam. Masalah yang dihadapi Paulus dan membuatnya sedih diungkapkan dalam ayat 3 yaitu kerinduan rasul Paulus melihat kaum sebangsanya yang belum percaya. Masalah besar bagi orang Kristen seharusnya adalah waktu kita melihat jiwa-jiwa yang belum bertobat. Hal ini bukan berarti semua masalah pribadi lain kita abaikan dan membuat hidup kita berantakan. Jika orang Kristen selalu senang dan tidak bersedih adalah hal yang aneh. Seharusnya sebagai Kristen sejati kita sedih melihat orang yang belum bertobat. Paulus juga mengutarakan beban 3/4 Ringkasan Khotbah - 11 November 2012 tersebut sehingga ia menyebut dirinya sebagai orang yang berhutang (Rm. 1:14-15). Orang yang bermoral akan merasa bersalah dan resah jika berhutang. Seharusnya fokus kita sebagai orang Kristen adalah jiwa-jiwa yang belum bertobat. Jika fokus kita seperti itu, maka masalah pribadi yang sebelumnya terlihat besar akan terasa kecil sehingga kita tidak perlu mengalami depresi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jika kita mengenal misi kerajaan Allah, misi pribadi menjadi tidak berarti. Bahkan kematian tidak menjadi masalah besar karena hidup kita sudah mengikuti perintah Allah. Kematian merupakan salah satu proses belajar terakhir dalam hidup. Kematian akan menjadi hal yang indah jika kita hidup dalam Kristus. Dalam Rm. 8:37-39 dikatakan bahwa kita lebih dari orang yang menang. Padahal saat ini kita masih berjuang dan mengalami jatuh bangun. Kita lebih dari orang yang menang karena Kristus sudah mengalahkan segalanya termasuk maut, karena Tuhan telah mengasihi kita. Ayat ini menjadi penghiburan bagi kita bahwa apapun yang terjadi tidak akan menggoyahkan kita dari kasih Kristus. (Transkrip belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD). 4/4