Perbandingan antara Bayi Baru lahir Dengan Persalinan Preterm dan Aterm, dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan di Ruang Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban. Aris Puji Utami, SST STIKES NU TUBAN ABSTRAK Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Persalinan aterm merupakan pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai 42 minggu atau bayi dengan berat badan 2500 - 4000 gram, sedangkan persalinan preterm yaitu pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 36 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 - 2499 gram. Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, Persalinan prematur terjadi 7,55%, matur 81,04%, dan postmatur 11,41% per 1.244 kelahiran hidup. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui perbandingan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm, dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan, di Ruang Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasinya seluruh bayi preterm dan aterm sebanyak 299 bayi. Besar sampel sebanyak 169 bayi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, instrumen yang digunakan buku register bayi. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 169 bayi mayoritas dari persalinan aterm sebanyak 78,10 %, apgar score 8 – 10 sebanyak 97,72 % dari persalinan aterm, berat badan 2500 - 4000 gram sebanyak 99,24 % dari persalinan aterm, dan panjang badan 48 – 52 cm sebanyak 84,32 % dari persalinan aterm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa mayoritas persalinan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban adalah bayi aterm, apgar score 8 – 10, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, mayoritas adalah dari persalinan aterm. Untuk itu sebaiknya ibu hamil menjaga kesehatan dan kehamilan sejak usia dini untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mengakibatkan persalinan preterm. Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tercermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga. Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Sekitar 50-60% kematian janin disebabkan oleh masalah asfiksia. Sedangkan Penyebab kematian tertinggi neonatus pada minggu pertama kelahiran adalah asfiksia lahir dan prematuritas berat. Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun (Nur, 2009). Penyebab kematian neonatus di Indonesia, disebabkan oleh gangguan pernapasan (37 %), prematuritas (34 %), dan sepsis (12 %) (Admin, 2010). Menurut National Center For Health Statistic, 2003 “Berat Badan Lahir rendah merupakan salah satu penyebab kematian neonatal. Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatus per 1000 kelahiran hidup (Cunningham,dkk, 2005). Dinas Kesehatan Tuban, menyatakan bahwa angka kematian bayi pada tahun 2009 mencapai 87 per 18.909 kelahiran hidup, yaitu sebanyak 0,5% (DINKES, 2009). Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pasca kelahirannya. Bayi prematur dengan berat lahir 1.500-2.499 gram risiko di Indonesia masih merupakan masalah dalam kesehatan dan memiliki risiko untuk mengalami gangguan keterlambatan perkembangan. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif, tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan (Alam, 2009). Jika persalinan prematur tidak bisa dicegah, maka bayi akan lahir secara prematur dan ini memiliki risiko terjadinya gangguan kesehatan pada si bayi, yaitu: berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat, kemungkinan infeksi, perkembangan organ tubuh yang belum sempurna, dan gangguan organ tubuh, serta penyulit lainnya. Di negara berkembang kejadian persalinan preterm sekitar 7% dari seluruh persalinan per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan prevalensi kelahiran preterm di Indonesia menurut data terakhir adalah 18,5%. Persalinan preterm menyumbang angka kesakitan dan kematian neonatus sebanyak 75% - 80%, sedangkan angka kematian pada bayi mencapai hingga 65-75% (Rompas, 2006). Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, pada tahun 2009 Persalinan prematur terjadi sekitar 7,55%, sedangkan persalinan matur 81,04%, dan persalinan postmatur 11,41% per 1.244 kelahiran hidup (RSUD, 2009). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih (Prawirohardjo, 2006:100). Penyebab pasti persalinan prematur belum diketahui. Ada berbagai macam teori yang diduga berperan dalam memicu terjadinya kontraksi dan pematangan cervix (mulut rahim) lebih awal. Beberapa faktor risiko di bawah ini merupakan penyebab tersering terjadinya kelahiran prematur, seperti: Pengalaman / riwayat persalinan prematur sebelumnya atau riwayat keguguran, kehamilan kembar (atau bahkan kehamilan multipel lebih dari 2), kelainan anatomis pada organ reproduksi (rahim, mulut rahim, plasenta), kebiasaan merokok, minum alkohol, dan obat terlarang, infeksi -khususnya yang mengenai/berhubungan dengan organ reproduksi dan cairan ketuban, kondisi penyakit seperti hipertensi dan diabetes, stress atau kondisi kejiwaan/emosional, juga trauma secara fisik (Adhi, 2009). Bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post natal (Rapani, 2009). Dari sini peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan persalinan preterm dengan aterm dan diketahui bahwa persalinan preterm juga menyumbang angka kematian pada bayi. Tenaga kesehatan perlu melakukan upaya pencegahan terhadap resiko terjadinya penyakit dan gangguan sedini mungkin sejak merencanakan kehamilan, saat kehamilan, persalinan, dan periode usia anak misalnya dengan melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur dan berkala. METODE PENELITIAN Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2006:300). Persalinan preterm (premature) yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang merupakan hal yang bahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal (Prawirohardjo, 2006:312). Pada beberapa kasus penyebabnya tidak diketahui. Namun secara umum penyebab kelahiran prematur dapat dilihat dari berbagai faktor, seperti: 1) Faktor ibu Ibu mengidap penyakit atau kelainan seperti, preeklamsia, jantung atau perdarahan antepartum (perdarahan sebelum persalinan) seperti plasenta previa dan solusio plasenta. Pada kasus perdarahan ante partum ini dimana kondisi ibu dan janin masih baik, dan kehamilan belum cukup bulan umumnya ibu masih bisa ditangani supaya melahirkan saat usia kehamilan cukup bulan dan paru-paru janin sudah matang. Caranya dengan memberikan obat-obatan antikontraksi dan pematangan untuk paru-paru janin. Ibu pun disarankan untuk lebih sensitif terhadap dirinya, ini berarti yang bersangkutan tidak boleh terlalu capek dan menjauhi stres kalau perlu menjalani bedrest. 2) Faktor kehamilan sendiri Distensi uterus atau kehamilan dengan uterus yang sangat teregang, misalnya kembar atau cairan ketuban pada kehamilan yang terlalu banyak. Kondisi ini membuat perut menjadi tegang sehingga mudah mengalami kontraksi dan menyebabkan proses persalinan semakin cepat datangnya. Penanganan untuk kasus ini sebenarnya sederhana, yakni yang penting ibu harus tahu dan peka terhadap kehamilan. Jadi saat ibu merasa perutnya kencang, segera istirahat atau tiduran. 3) Faktor sosial ekonomi Untuk yang satu ini hubungannya dengan hygiene, nutrisi, dan pengetahuan tentang kehamilan juga kesehatan. Pada umumnya kondisi ini terjadi pada ibu dalam kelompok strata ekonomi lemah. Mungkin karena itulah banyak persalinan preterm pada ibu-ibu kelompok ini. 4) Faktor gaya hidup Kelompok ibu yang satu ini biasanya tahu dan sadar pengetahuan, namun gaya hidupnyalah yang merusak diri sendiri. Seperti apa? Merokok, seks bebas (sehingga terancam terinfeksi PMS), atau ibu hamil perokok memiliki peluang mengalami kelahiran prematur lebih besar. Pasalnya zat aktif kimia yang sering dikonsumsi ibu akan berdampak pada pembentukan janin menjadi tidak sempurna. Zat-zat tersebut juga akan menyebabkan suplai zat gizi dari ibu ke janin terganggu. Sehingga terjadi pertumbuhan janin yang terhambat. Pada kasus-kasus seperti ini, tidak jarang pilihan yang dilakukan dokter adalah membesarkan janin di luar. Dengan kata lain persalinan dimajukan walau belum cukup bulan untuk menyelamatkan janin dari kematian didalam kandungan (Intra uterin fetal death). 5) Faktor usia Ibu yang hamil di usia kurang dari 20 tahun, kemungkinan besar untuk mengalami preterm. Sebab di sini ibu belum matang, baik dalam sisi pengetahuan, psikologis, dan organ. Masih diragukan apakah preterm ini terjadi juga pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun biasanya tergantung dari penyebab persalinan preterm itu sendiri. 6) Faktor infeksi Walau banyak penyebab persalinan preterm, tapi kebanyakan literatur mencatat, infeksi adalah penyebab nomor satu persalinan preterm. Infeksi tersebut datangnya bisa dari kurang hygienenya organ intim, ibu menderita PMS, hingga karena gigi dan telinga ibu hamil yang bermasalah. Dari sekian banyak infeksi, yang paling sering dialami oleh ibu adalah infeksi yang tanpa gejala (asimptomatik). Maksudnya si ibu tidak merasakan dirinya mengalami infeksi, tidak mengalami demam, keputihan, leukosit mungkin sudah mulai meningkat, namun masih sedikit diatas normal, namun ibu tiba-tiba merasakan kontraksi dan terjadilah preterm (Bote, 2008). Metodelogi penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah dengan menggunakan metodologi ilmiah (Notoatmojo, 2002). Pada bab ini akan dibahas tentang penelitian yang terdiri dari desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel, sampling, dan besar sampel, identifikasi variable, definisi operasional, instrumen penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian dan pengumpulan data, cara analisa data, etika penelitian, dan keterbatasan. Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional (Notoadmojo, 2002). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif dimana peneliti hanya bermaksud mendiskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa kini (Nursalam, 2003:83). Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel (Nursalam dan pariani, 2001). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan kira-kira sebanyak 169 sampel, yang didapatkan dari perhitungan : n= n= n= n= n= N . Z1 - α 2 2 . p (1 - p) d 2 (N - 1) + Z1 - α 2 p . (1 - p) 2 299 ⋅ 1,96 2 ⋅ 0,5 ⋅ 0,5 0,05 2 (299 - 1) + 1,96 2 . 0,5 . 0,5) 299 ⋅ 3,8416 ⋅ 0,25 0,0025 (298) + 3,8416 ⋅ 0,25) 287,1596 0,745 + 0,9604 287,1596 1,7054 n = 168,38 n = 169 Keterangan : N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel d = Tingkat Signifikans z = Nilai Standart Normal untuk α = 0,05 (1,96) p = Perkiraan Proporsi q = 1-p (100% - p ) Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dan sesuatu yang didifinisikan artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek / fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2008:100). Instrumen adalah alat yang dipilih digunakan oleh peneliti dalam kegiatan untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah (Nursalam, 2008:103). Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu menggunakan data register bayi. Tempat dilakukan penelitian ini adalah di Ruang Neonatus RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret 2010. HASIL DAN ANALISA DATA Analisa data merupakan bagian terpenting untuk mencapai tujuan dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2008:119). Setelah data terkumpul, data ini diperiksa kelengkapannya, kemudian memberi kode, memilih atau mengelompokkan data sesuai jenis data yang dikendaki, memasukkan data kedalam lembar pengumpulan data sesuai kelompok data masingmasing, memeriksa kembali kelengkapan data dan menganalisa data sesuai dengan hasil penelitian yang diinginkan, kemudian data disajikan dalam bentuk prosentase sesuai rumus. Pengolahan data dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Editing Yaitu memeriksa dan menyesuaikan dengan rencana semula seperti apa yang diinginkan. Coding Adalah memberikan kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka. Sorting Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data sesuai jenis yang dikendaki. Entri Data Adalah memasukkan data dengan cara menggunakan perhitungan manual Cleaning Adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang dimasukkan benar-benar bersih dari kesalahan. Mengeluarkan informasi yang diinginkan Pengolahan Data Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan dan dikalikan 100% kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase. Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan metode deskriptif, dengan rumus proporsi sebagai berikut : Ρ= Σx Χ100% Σ max Keterangan : P : Proporsi ∑x : Banyaknya subyek dalam kelompok ∑ max : Banyaknya subyek seluruhnya Data apgar score antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm. Kesimpulan : 0% : Tidak satupun 1-25 % : Sebagian kecil 26-49 % : Hampir sebagian 50 % : Sebagian 51-75 % : Sebagian besar 76-99 % : Hampir sebagian / mayoritas 100 % :Seluruh / Tabel 2 Data Bayi Preterm dan Aterm Dilihat dari Apgar Score di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009. semua No (Arikunto, 2002:250). Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden yang menjadi obyek penelitian pada lembar pengumpulan data, lembar tersebut hanya di beri kode untuk proses pengisian. Data-data yang telah diperoleh berkaitan dengan subyek penelitian. Kerahasiaannya akan di jamin oleh peneliti. Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burns dan Grove dikutip Nursalam, 2001:173). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, maka peneliti tidak menemui atau pun melihat bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm secara langsung. Diuraikan tentang hasil penelitian di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban yang dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2010, mengenai jumlah persalinan preterm dan aterm dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan, dan perbandingan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm. Tabel 1 No 1 2 Data Bayi Berdasarkan Jenis Persalinan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009. Persalinan Frekuensi (%) Preterm Aterm 37 132 21,89 78,10 Jumlah 169 100 Sumber : Data sekunder buku register Ruang Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 169 bayi, mayoritas adalah bayi aterm sebanyak 78,10 % Jenis Persalinan Apgar Score Jumlah 8 – 10 5–7 <5 0 25 12 (0 1 Preterm (67,56 (32,43 %) %) %) 129 0 3 2 Aterm (97,72 (0 (2,27 %) %) %) 154 15 0 Jumlah (91,12 (8,87 (0 %) %) %) Sumber : Data sekunder buku register Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma bulan Januari – Maret 2009 37 (100 %) 132 (100 %) 169 (100 %) Ruang Tuban Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 169 bayi, sebagian besar yang mempunyai apgar score 8 – 10 sebanyak 97,72 % dari persalinan aterm. Data berat badan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm. Tabel 3 Data Bayi Preterm dan Aterm Dilihat dari Berat Badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009. Berat Badan Jenis N Persa 2500 – 1500 – < 1500 < 1000 o linan 4000 gr 2500 gr gr gr 1 2 Preter (5,40 m %) 2 Ater m Jumlah 26 (70,27 %) 7 (18,91 %) Jumla h 2 (5,40 %) 37 (100 %) 0 (0 %) 132 (100 %) 2 7 (1,18 (4,14 %) %) 169 (100 %) 131 (99,24 %) 0 1 (0,75 %) (0 %) 133 (78,69 %) 27 (15,97 %) Sumber: Data sekunder buku register Ruang Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 169 bayi, sebagian besar yang mempunyai berat badan 2500 - 4000 gram sebanyak 99,24 % dari persalinan aterm. Data panjang badan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm. Tabel 4 Data Bayi Preterm dan Aterm Dilihat dari Panjang Badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009. Panjang Badan Jenis Jumlah No 48 – 52 < 48 Persalinan cm cm 1 Preterm 3 (8,57 %) 32 (91,42 %) 35 (100 %) 2 Aterm 113 (84,32 %) 21 (15,67 %) 134 (100 %) 116 (68,63 %) 53 (31,36 %) 169 (100 %) Jumlah Sumber: Data sekunder buku register Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma bulan Januari – Maret 2009 Ruang Tuban Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 169 bayi, sebagian besar yang mempunyai panjang badan 48 – 52 cm sebanyak 84,32 % dari persalinan aterm. PEMBAHASAN Pada pembahasan ini akan dibahas tentang hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai perbandingan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada bulan Januari – Maret 2009. Pembahasan ini akan menguraikan hasil dari penelitian meliputi perbandingan apgar score, berat badan, dan panjang badan dari persalinan preterm dan aterm. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa persalinan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah persalinan preterm sebanyak 37 bayi (21,89 %) dan persalinan aterm yang sebanyak 132 bayi (78,10 %). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram - 4000 gram. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih (Prawirohardjo, 2006:100). Kesehatan dan kelangsungan hidup bayi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain asuhan kebidana yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan menejemen kebidanan. Oleh karena itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya untuk mencegah terjadinya komplikasi dan persalinan prematur (Salmah, 2006). Adapun upaya yang dilaksanakan pada ibu hamil untuk menjaga kehamilan sampai dengan aterm, meliputi : Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian kelahiran preterm atau berat lahir rendah, masyarakat diharapkan untuk menghindari faktor resiko diantaranya ialah dengan menjarangkan kelahiran menjadi lebih dari 3 tahun, mencegah kejadian kehamilan pada usia remaja, atau menunda usia hamil sampai 22 – 23 tahun, dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mendapatkan pelayanan antenatal dengan baik (Farida, 2009). Diketahui bahwa faktor terjadinya persalinan matur (aterm) dikarenakan pendidikan dan pengetahuan ibu hamil yang semakin meningkat tentang perawatan kehamilan, seperti rutinnya ibu hamil memeriksakan kehamilannya untuk mengetahui deteksi dini dan komplikasi pada kehamilan agar mencegah terjadinya persalinan preterm (prematur), dan memahami bagaimana upaya agar mencegah persalinan preterm beserta penanganan yang aman dan memadai jika terjadi persalinan preterm, yang bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Budi, 2008). Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban ternyata persalinan aterm lebih banyak dari pada persalinan preterm, karena ibu hamil sekarang sudah banyak yang melakukan ANC secara rutin dan mengerti tentang pencegahan komplikasi bagi ibu hamil. Terjadinya persalinan prematur di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban dilatarbelakangi oleh kejadian ketuban pecah dini, solusio placenta, placenta previa, dan didominasi oleh ibu hamil dengan pendidikan rendah, yang belum mengerti tentang pentingnya perawatan bayi selama dalam masa intra uterin. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas apgar score di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 dari persalinan preterm adalah 8 – 10 (67,56 %), 5 – 7 (32,43 %), < 5 (0 %), dan dari persalinan aterm 8 – 10 (97,72 %), 5 – 7 (2,27 %), dan < 5 (0 %). Bayi baru lahir normal dengan apgar 7 atau lebih, ditandai dengan bunyi jantung dalam menit – menit pertama kira – kira 180 x/menit yang kemudian turun sampai 140 x/menit – 120 x/menit pada waktu bayi berumur 30 menit, pernafasan cepat pada menit – menit pertama (kira – kira 80 x/menit) diseratai dengan cuping hidung, retraksi suprasternal dan inteskosial, serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit. Kelanjutan keaktifan yang berlebih – lebihan ialah bayi menjadi tegang dan relatif tidak memiliki reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam. Bayi lahir normal biasanya memiliki nilai apgar 8 – 10 (Sarwono, 2005). Bayi dengan nilai apgar 7 atau lebih pada menit pertama setelah lahir, secara umum berada pada keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah menunjukkan bahwa bayi tidak sehat atau tidak normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu, menunjukkan bahwa bayi membutuhkan tindakan yang sifatnya segera, seperti menyedot / mengeluarkan cairan dari saluran pernapasan atau pemberian oksigen untuk membantu pernapasan, tindakan tersebut dapat memberikan perbaikan keadaan bayi secara umum (admin, 2010). Pada kasus bayi dengan apgar score 5 – 7 (asfiksia ringan), bayi dapat terkejut atau sangat waspada, dengan peningkatan tonus otot, akan tetapi bayi terkadang letargi dan kadang – kadang mengalami apnea atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam 1 minggu. Asfiksia berat (apgar score < 4), bayi dapat terkulai atau tidak sadar. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari, dan episode apnea yang berat dan umumnya sering terjadi. Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak membaik sama sekali, jika bayi ini bertahan hidup, mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen (Budi, 2008). Apgar score merupakan penilaian pada bayi setelah 1 menit dan 5 menit. Penilaian yang dilakukan meliputi warna yang normalnya nampak merah jambu pada saat dilahirkan, menangis segera setelah lahir, pengkajian segera denyut jantung bayi baru lahir yang dapat dilakukan dengan meletakkan dua jari langsung kedada diatas jantung, menilai tonus otot bayi, dan menilai refleks / respons yang normal, seperti membuka mata dan berespon terhadap rangsangan eksternal. Penilaian keadaan bayi dilakukan secara apgar, dengan pemberian nilai 8 – 10 (normal), 5 – 7 (asfiksia ringan), 4 atau lebih rendah (asfiksia berat) (admin, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban ternyata mayoritas apgar score bayi bulan Januari – Maret 2009 adalah 8 – 10 yang berasal dari persalinan aterm, karena pada persalinan aterm bayi lahir dalam keadaan sudah matang dan kadar surfaktan dalam paru dalam jumlah yang memadai, sehingga kemungkinan terjadinya asfiksia sangat kecil, oleh karena itu bayi aterm sering didapati penilaian apgar yang baik (8 – 10) yang meliputi seluruh badan tampak merah, tangisan kuat, usaha bernafas baik, denyut jantung diatas 100 kali permenit, dan tonus otot kuat. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas berat badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 dari persalinan preterm adalah 2500 – 4000 gram (5,40 %), 1500 – 2500 gram (70,27 %), < 1500 gram (18,91 %), < 1000 gram (5,40 %), sedangkan dari persalinan aterm adalah 2500 – 4000 gram (99,24 %), 1500 – 2500 gram (0,75 %), < 1500 gram (0 %), dan < 1000 gram (0 %). Menurut National Center For Health Statistic, 2003 “Berat Badan Lahir adalah berat neonatus yang diukur segera setelah lahir atau secepatnya setelah keadaan mengizinkan. Angkanya harus dinyatakan dalam gram terdekat” (Cunningham,dkk, 2005). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, dengan usia cukup bulan, dan berat badan yang normal. Dengan kata lain berat bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Lubis, 2003). Berat badan bayi baru lahir normal adalah dengan berat 2500 - 4000 gram. Sedangkan bayi berat lahir rendah merupakan bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) atau bayi dengan berat lahir 1500 - 2500 gram (BBLR), bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) memiliki berat lahir kurang dari 1500 gram, dan bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir kurang dari 1000 gram (Friday, 2009). Prematuritas murni merupakan bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram (1500 – 2500 gram) atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Berat badan lahir sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup, perawatan dan komplikasi – komplikasi yang sering timbul pada bayi baru lahir, terutama pada berat badan lahir rendah (BBLR). Pada kasus berat badan lahir rendah dikhawatirkan akan terjadi komplikasi yang memungkinkan terjadinya asfiksia karena merupakan penyebab utama kematian bayi. Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban ternyata mayoritas berat badan bayi bulan Januari – Maret 2009 adalah 2500 gram – 4000 gram yang berasal dari persalinan aterm, karena sesuai dengan ciri bayi aterm yaitu bayi yang memiliki berat 2500 – 4000 gram. Tidak menutup kemungkinan bahwa bayi lahir dengan usia 37 – 42 minggu (aterm) akan memiliki berat badan 2500 – 4000 gram karena bila dilihat dari segi usia gestasi janin, pertumbuhan sangatlah cukup untuk mencapai 2500 gram atau lebih, dan bisa juga dpengaruhi oleh faktor gizi yang diperoleh janin selama masa intrauterin. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas panjang badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 dari persalinan preterm adalah 48 – 52 cm (8,57 %), < 48 cm (91,42 %), sedangkan dari persalinan aterm adalah 48 – 52 cm (84,32 %), < 48 cm (15,67 %). Bayi baru lahir normal mempunyai panjang normal 48 - 52 cm. Garis dasar pengukuran panjang badan masih penting untuk pengkajian pertumbuhan dan kesehatan bayi di masa mendatang. Berbagai studi menunjukkan bahwa bidan bisa memperoleh hasil yang lebih baik bila menggunakan alat ukur panjang terlentang yang lebih akurat (Ayah bunda, 2008). Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban ternyata mayoritas panjang badan bayi bulan Januari – Maret 2009 adalah 48 – 52 cm yang berasal dari persalinan aterm, pada bayi aterm sering dijumpai panjang badan antara 48 – 52 cm karena janin tumbuh maksimal sesuai usia kehamilannya dan seimbang dengan berat badannya. Panjang badan janin dan berat badan janin keduanya saling mempengaruhi dalam suatu pertumbuhan, akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut, seperti usia gestasi janin, pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang janin yang bisa memotivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin untuk menghindari terjadinya kelainan pada pertumbuhan janin, dan bisa juga dipengaruhi oleh faktor gizi yang diperoleh janin selama masa intrauterin. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Mayoritas jumlah persalinan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah dari persalinan aterm. 2. Mayoritas nilai apgar score 8 - 10 di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah dari persalinan aterm. 3. Mayoritas berat badan 2500 – 4000 gram di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah dari persalinan aterm. 4. Mayoritas panjang badan 48 – 52 cm di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah dari persalinan aterm. DAFTAR PUSTAKA Admin (2009). Angka Kematian dan Kelahiran Bayi di Indonesia Tinggi. Sabtu, 12 Mei 2009. http://bataviase.co.id admin (2010). Persalinan Preterm. Rabu, 28 April 2010. http://milissehat.web.id Fatkul, Lailia (2008). Adaptasi Bayi Baru Lahir. Senin, 1 Desember 2008. http://bidanlia.blogspot.com ida (2005). Bayi Baru Lahir Berat Badan Lahir Normal. Rabu, 20 Januari 2010. http://ummukautsar.wordpress.com Lubis, Zuhaida (2005). Status Gizi Ibu Hamil www.google.com Mansjoer, Arif, DKK (2001). Kapita Selkta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius : Jakarta. Manuaba, Ida Bagus (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta. Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri, edisi 2. EGC : Jakarta. Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta. Nursalam & Siti Pariani (2000). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto : Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono (2006). Ilmu Kebidanan, cetakan ke-8. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta. Anggraini (2009). Resiko Keterlambatan Perkembangan bayi Kurang Bulan dan Berat Lahir Rendah pada Tahun Pertama kehidupan. Selasa, 27 Januari 2009. http://www.mkb-online.com Prawirohardjo, Sarwono (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Ceyakan ke-4. YBRS-P : Jakarta. Bobak (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. EGC : Jakarta. sandi (2009). Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal. Senin, 23 Nopember 2009. http://www.scribd.com Alam, Budi (2008). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Panduan Untuk Dokter. Perawat dan Bidan. EGC : Jakarta. Bote (2008). Persalinan Preterm. Minggu, 9 Nopember 2008. http://botefilia.com Chapman, Vicky (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. EGC : Jakarta. Cunningham, F. Garry, dkk (2005). Obstetri Williams. EGC : Jakarta. Farida (2009). Persalinan. Kamis, 15 Januari 2009. http://mmygadget.com Rompas, Jefferson (2006). Persalinan Preterm. Sabtu, 5 Oktober 2009. http://www.kalbe.co.id Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alvabeta : Bandung. Umardi (2009). Kehamilan Aterm pada Uterus Didelphys. Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Moh Hoesin Palembang , Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Varney, Helen (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume 2. EGC : Jakarta. Wikipedia (2009). Skor Apgar. Sabtu, 19 Desember 2009. http://id.wikipedia.