Perbandingan antara Bayi Baru lahir Dengan Persalinan Preterm

advertisement
Perbandingan antara Bayi Baru lahir Dengan Persalinan Preterm dan Aterm,
dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan
di Ruang Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban.
Aris Puji Utami, SST
STIKES NU TUBAN
ABSTRAK
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Persalinan aterm merupakan pengeluaran
buah kehamilan antara 37 sampai 42 minggu atau bayi dengan berat badan 2500 - 4000 gram, sedangkan persalinan preterm yaitu pengeluaran
buah kehamilan antara 28 sampai 36 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 - 2499 gram. Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, Persalinan
prematur terjadi 7,55%, matur 81,04%, dan postmatur 11,41% per 1.244 kelahiran hidup. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui
perbandingan antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm, dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang badan, di Ruang
Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasinya seluruh bayi preterm dan aterm sebanyak 299 bayi. Besar sampel sebanyak
169 bayi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, instrumen yang digunakan buku register bayi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 169 bayi mayoritas dari persalinan aterm sebanyak 78,10 %, apgar score 8 – 10 sebanyak 97,72 %
dari persalinan aterm, berat badan 2500 - 4000 gram sebanyak 99,24 % dari persalinan aterm, dan panjang badan 48 – 52 cm sebanyak 84,32 %
dari persalinan aterm.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa mayoritas persalinan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban adalah bayi aterm,
apgar score 8 – 10, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, mayoritas adalah dari persalinan aterm. Untuk itu sebaiknya ibu
hamil menjaga kesehatan dan kehamilan sejak usia dini untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mengakibatkan persalinan preterm.
Kata kunci : persalinan preterm dan aterm, apgar score, berat badan, panjang badan
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia
termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu
tercermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di
negara tetangga. Departemen Kesehatan (Depkes)
mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi
baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum
umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei
terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI).
Sekitar 50-60% kematian janin disebabkan oleh
masalah asfiksia. Sedangkan Penyebab kematian
tertinggi neonatus pada minggu pertama kelahiran
adalah asfiksia lahir dan prematuritas berat. Asfiksia
pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19%
dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun (Nur,
2009). Penyebab kematian neonatus di Indonesia,
disebabkan oleh gangguan pernapasan (37 %),
prematuritas (34 %), dan sepsis (12 %) (Admin, 2010).
Menurut National Center For Health Statistic,
2003 “Berat Badan Lahir rendah merupakan salah satu
penyebab kematian neonatal. Angka kematian neonatal
adalah jumlah kematian neonatus per 1000 kelahiran
hidup (Cunningham,dkk, 2005).
Dinas Kesehatan Tuban, menyatakan bahwa
angka kematian bayi pada tahun 2009 mencapai 87 per
18.909 kelahiran hidup, yaitu sebanyak 0,5%
(DINKES, 2009).
Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar
Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus)
merupakan penyumbang kematian terbesar pada
tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun
sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut
nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pasca
kelahirannya.
Bayi prematur dengan berat lahir 1.500-2.499
gram risiko di Indonesia masih merupakan masalah
dalam kesehatan dan memiliki risiko untuk mengalami
gangguan keterlambatan perkembangan. Berat lahir
rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan
pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya
sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif,
tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas,
potensi generasi akan datang, kelainan mental dan
beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara
keseluruhan (Alam, 2009).
Jika persalinan prematur tidak bisa dicegah, maka
bayi akan lahir secara prematur dan ini memiliki risiko
terjadinya gangguan kesehatan pada si bayi, yaitu:
berat badan lahir rendah (BBLR) meningkat,
kemungkinan infeksi, perkembangan organ tubuh yang
belum sempurna, dan gangguan organ tubuh, serta
penyulit lainnya.
Di negara berkembang kejadian persalinan
preterm sekitar 7% dari seluruh persalinan per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan prevalensi kelahiran
preterm di Indonesia menurut data terakhir adalah
18,5%. Persalinan preterm menyumbang angka
kesakitan dan kematian neonatus sebanyak 75% - 80%,
sedangkan angka kematian pada bayi mencapai hingga
65-75% (Rompas, 2006).
Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, pada tahun 2009
Persalinan prematur terjadi sekitar 7,55%, sedangkan
persalinan matur 81,04%, dan persalinan postmatur
11,41% per 1.244 kelahiran hidup (RSUD, 2009).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan aterm adalah pengeluaran buah kehamilan
antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan
berat badan antara 2500 gram atau lebih
(Prawirohardjo, 2006:100).
Penyebab pasti persalinan prematur belum
diketahui. Ada berbagai macam teori yang diduga
berperan dalam memicu terjadinya kontraksi dan
pematangan cervix (mulut rahim) lebih awal. Beberapa
faktor risiko di bawah ini merupakan penyebab
tersering
terjadinya
kelahiran
prematur,
seperti: Pengalaman / riwayat persalinan prematur
sebelumnya atau riwayat keguguran, kehamilan
kembar (atau bahkan kehamilan multipel lebih dari 2),
kelainan anatomis pada organ reproduksi (rahim, mulut
rahim, plasenta), kebiasaan merokok, minum alkohol,
dan obat terlarang, infeksi -khususnya yang
mengenai/berhubungan dengan organ reproduksi dan
cairan ketuban, kondisi penyakit seperti hipertensi dan
diabetes, stress atau kondisi kejiwaan/emosional, juga
trauma secara fisik (Adhi, 2009).
Bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa
kehamilan tetapi perkembangan intrauterin yang belum
sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat
post natal (Rapani, 2009).
Dari sini peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan
persalinan preterm dengan aterm dan diketahui bahwa
persalinan preterm juga menyumbang angka kematian
pada bayi.
Tenaga kesehatan perlu melakukan upaya
pencegahan terhadap resiko terjadinya penyakit dan
gangguan sedini mungkin
sejak merencanakan
kehamilan, saat kehamilan, persalinan, dan periode
usia anak misalnya dengan melakukan pemeriksaan
antenatal secara teratur dan berkala.
METODE PENELITIAN
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37
minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram (Prawirohardjo, 2006:300).
Persalinan preterm (premature) yaitu persalinan
yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang
merupakan hal yang bahaya karena mempunyai
dampak yang potensial meningkatkan kematian
perinatal (Prawirohardjo, 2006:312).
Pada beberapa kasus penyebabnya tidak
diketahui. Namun secara umum penyebab kelahiran
prematur dapat dilihat dari berbagai faktor, seperti:
1) Faktor ibu
Ibu mengidap penyakit atau kelainan seperti,
preeklamsia, jantung atau perdarahan antepartum
(perdarahan sebelum persalinan) seperti plasenta previa
dan solusio plasenta. Pada kasus perdarahan ante
partum ini dimana kondisi ibu dan janin masih baik,
dan kehamilan belum cukup bulan umumnya ibu masih
bisa ditangani supaya melahirkan saat usia kehamilan
cukup bulan dan paru-paru janin sudah matang.
Caranya dengan memberikan obat-obatan antikontraksi
dan pematangan untuk paru-paru janin. Ibu pun
disarankan untuk lebih sensitif terhadap dirinya, ini
berarti yang bersangkutan tidak boleh terlalu capek dan
menjauhi stres kalau perlu menjalani bedrest.
2) Faktor kehamilan sendiri
Distensi uterus atau kehamilan dengan uterus
yang sangat teregang, misalnya kembar atau cairan
ketuban pada kehamilan yang terlalu banyak. Kondisi
ini membuat perut menjadi tegang sehingga mudah
mengalami kontraksi dan menyebabkan proses
persalinan semakin cepat datangnya. Penanganan untuk
kasus ini sebenarnya sederhana, yakni yang penting ibu
harus tahu dan peka terhadap kehamilan. Jadi saat ibu
merasa perutnya kencang, segera istirahat atau tiduran.
3) Faktor sosial ekonomi
Untuk yang satu ini hubungannya dengan
hygiene, nutrisi, dan pengetahuan tentang kehamilan
juga kesehatan. Pada umumnya kondisi ini terjadi pada
ibu dalam kelompok strata ekonomi lemah. Mungkin
karena itulah banyak persalinan preterm pada ibu-ibu
kelompok ini.
4) Faktor gaya hidup
Kelompok ibu yang satu ini biasanya tahu dan
sadar pengetahuan, namun gaya hidupnyalah yang
merusak diri sendiri. Seperti apa? Merokok, seks bebas
(sehingga terancam terinfeksi PMS), atau ibu hamil
perokok memiliki peluang mengalami kelahiran
prematur lebih besar. Pasalnya zat aktif kimia yang
sering dikonsumsi ibu akan berdampak pada
pembentukan janin menjadi tidak sempurna. Zat-zat
tersebut juga akan menyebabkan suplai zat gizi dari ibu
ke janin terganggu. Sehingga terjadi pertumbuhan janin
yang terhambat. Pada kasus-kasus seperti ini, tidak
jarang pilihan yang dilakukan dokter adalah
membesarkan janin di luar. Dengan kata lain persalinan
dimajukan walau belum cukup bulan untuk
menyelamatkan janin dari kematian didalam
kandungan (Intra uterin fetal death).
5) Faktor usia
Ibu yang hamil di usia kurang dari 20 tahun,
kemungkinan besar untuk mengalami preterm. Sebab
di sini ibu belum matang, baik dalam sisi pengetahuan,
psikologis, dan organ. Masih diragukan apakah preterm
ini terjadi juga pada ibu yang berusia lebih dari 35
tahun biasanya tergantung dari penyebab persalinan
preterm itu sendiri.
6) Faktor infeksi
Walau banyak penyebab persalinan preterm, tapi
kebanyakan literatur mencatat, infeksi adalah penyebab
nomor satu persalinan preterm. Infeksi tersebut
datangnya bisa dari kurang hygienenya organ intim,
ibu menderita PMS, hingga karena gigi dan telinga ibu
hamil yang bermasalah. Dari sekian banyak infeksi,
yang paling sering dialami oleh ibu adalah infeksi yang
tanpa gejala (asimptomatik). Maksudnya si ibu tidak
merasakan dirinya mengalami infeksi, tidak mengalami
demam, keputihan, leukosit mungkin sudah mulai
meningkat, namun masih sedikit diatas normal, namun
ibu tiba-tiba merasakan kontraksi dan terjadilah
preterm (Bote, 2008).
Metodelogi penelitian adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan
metodologi ilmiah (Notoatmojo, 2002).
Pada bab ini akan dibahas tentang penelitian yang
terdiri dari desain penelitian, kerangka kerja, populasi,
sampel, sampling, dan besar sampel, identifikasi
variable, definisi operasional, instrumen penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian dan
pengumpulan data, cara analisa data, etika penelitian,
dan keterbatasan.
Desain penelitian adalah rancangan penelitian
yang
akan
dilaksanakan.
Desain
penelitian
mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional
(Notoadmojo, 2002).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain penelitian deskriptif dimana peneliti
hanya bermaksud mendiskripsikan (memaparkan)
peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa kini (Nursalam,
2003:83).
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang
akan dijadikan sampel (Nursalam dan pariani, 2001).
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan kira-kira
sebanyak 169 sampel, yang didapatkan dari
perhitungan :
n=
n=
n=
n=
n=
N . Z1 - α
2
2
. p (1 - p)
d 2 (N - 1) + Z1 - α
2
p . (1 - p)
2
299 ⋅ 1,96 2 ⋅ 0,5 ⋅ 0,5
0,05 2 (299 - 1) + 1,96 2 . 0,5 . 0,5)
299 ⋅ 3,8416 ⋅ 0,25
0,0025 (298) + 3,8416 ⋅ 0,25)
287,1596
0,745 + 0,9604
287,1596
1,7054
n = 168,38
n = 169
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
d = Tingkat Signifikans
z = Nilai Standart Normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = Perkiraan Proporsi
q = 1-p (100% - p )
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karakteristik yang diamati
dan sesuatu yang
didifinisikan artinya memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek / fenomena yang kemudian dapat
diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2008:100).
Instrumen adalah alat yang dipilih digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan untuk mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah
(Nursalam, 2008:103).
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder,
yaitu menggunakan data register bayi.
Tempat dilakukan penelitian ini adalah di Ruang
Neonatus RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret
2010.
HASIL DAN ANALISA DATA
Analisa data merupakan bagian terpenting untuk
mencapai tujuan dimana tujuan pokok penelitian
adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
dalam
mengungkapkan
fenomena
(Nursalam,
2008:119).
Setelah data terkumpul, data ini diperiksa
kelengkapannya, kemudian memberi kode, memilih
atau mengelompokkan data sesuai jenis data yang
dikendaki, memasukkan data kedalam lembar
pengumpulan data sesuai kelompok data masingmasing, memeriksa kembali kelengkapan data dan
menganalisa data sesuai dengan hasil penelitian yang
diinginkan, kemudian data disajikan dalam bentuk
prosentase sesuai rumus. Pengolahan data dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Editing
Yaitu memeriksa dan menyesuaikan dengan
rencana semula seperti apa yang diinginkan.
Coding
Adalah memberikan kode pada data dengan
merubah kata-kata menjadi angka.
Sorting
Adalah mensortir dengan memilih atau
mengelompokkan data sesuai jenis yang dikendaki.
Entri Data
Adalah memasukkan data dengan cara
menggunakan perhitungan manual
Cleaning
Adalah proses untuk meyakinkan bahwa data
yang dimasukkan benar-benar bersih dari kesalahan.
Mengeluarkan informasi yang diinginkan
Pengolahan Data
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut
dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan
tujuan penelitian, kemudian angka-angka hasil
perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan
cara dijumlahkan dan dikalikan 100% kemudian
hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase. Dalam
penelitian ini pengolahan data menggunakan metode
deskriptif, dengan rumus proporsi sebagai berikut :
Ρ=
Σx
Χ100%
Σ max
Keterangan :
P
: Proporsi
∑x
: Banyaknya subyek dalam kelompok
∑ max : Banyaknya subyek seluruhnya
Data apgar score antara bayi baru lahir dengan
persalinan preterm dan aterm.
Kesimpulan :
0%
: Tidak satupun
1-25 %
: Sebagian kecil
26-49 %
: Hampir sebagian
50 %
: Sebagian
51-75 %
: Sebagian besar
76-99 %
: Hampir sebagian / mayoritas
100 %
:Seluruh
/
Tabel 2 Data Bayi Preterm dan Aterm Dilihat dari
Apgar Score di RSUD. Dr. R. Koesma
Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009.
semua
No
(Arikunto,
2002:250).
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,
peneliti tidak akan mencantumkan nama responden
yang menjadi obyek penelitian pada lembar
pengumpulan data, lembar tersebut hanya di beri kode
untuk proses pengisian.
Data-data yang telah diperoleh berkaitan dengan
subyek penelitian. Kerahasiaannya akan di jamin oleh
peneliti.
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan
dalam penelitian (Burns dan Grove dikutip Nursalam,
2001:173).
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder,
maka peneliti tidak menemui atau pun melihat bayi
baru lahir dengan persalinan preterm dan aterm secara
langsung.
Diuraikan tentang hasil penelitian di RSUD. Dr.
R. Koesma Tuban yang dilakukan pada bulan Juli –
Agustus 2010, mengenai jumlah persalinan preterm
dan aterm dilihat dari apgar score, berat badan, dan
panjang badan, dan perbandingan antara bayi baru lahir
dengan persalinan preterm dan aterm.
Tabel 1
No
1
2
Data Bayi Berdasarkan Jenis Persalinan di
RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada Bulan
Januari – Maret 2009.
Persalinan
Frekuensi
(%)
Preterm
Aterm
37
132
21,89
78,10
Jumlah
169
100
Sumber : Data sekunder buku register Ruang Neonatus
RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari
– Maret 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari
169 bayi, mayoritas adalah bayi aterm sebanyak 78,10
%
Jenis
Persalinan
Apgar Score
Jumlah
8 – 10
5–7
<5
0
25
12
(0
1
Preterm
(67,56
(32,43 %)
%)
%)
129
0
3
2
Aterm
(97,72
(0
(2,27 %)
%)
%)
154
15
0
Jumlah
(91,12
(8,87
(0
%)
%)
%)
Sumber : Data sekunder buku register
Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma
bulan Januari – Maret 2009
37
(100 %)
132
(100 %)
169
(100 %)
Ruang
Tuban
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari
169 bayi, sebagian besar yang mempunyai apgar score
8 – 10 sebanyak 97,72 % dari persalinan aterm.
Data berat badan antara bayi baru lahir dengan
persalinan preterm dan aterm.
Tabel 3 Data Bayi Preterm dan Aterm Dilihat dari
Berat Badan di RSUD. Dr. R. Koesma
Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009.
Berat Badan
Jenis
N
Persa 2500 – 1500 – < 1500 < 1000
o
linan 4000 gr 2500 gr
gr
gr
1
2
Preter
(5,40
m
%)
2
Ater
m
Jumlah
26
(70,27
%)
7
(18,91
%)
Jumla
h
2
(5,40
%)
37
(100
%)
0
(0 %)
132
(100
%)
2
7
(1,18
(4,14 %)
%)
169
(100
%)
131
(99,24
%)
0
1
(0,75 %) (0 %)
133
(78,69
%)
27
(15,97
%)
Sumber: Data sekunder buku register Ruang
Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma Tuban
bulan Januari – Maret 2009
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari
169 bayi, sebagian besar yang mempunyai berat badan
2500 - 4000 gram sebanyak 99,24 % dari persalinan
aterm.
Data panjang badan antara bayi baru lahir dengan
persalinan preterm dan aterm.
Tabel 4 Data Bayi Preterm dan Aterm Dilihat dari
Panjang Badan di RSUD. Dr. R. Koesma
Tuban pada Bulan Januari – Maret 2009.
Panjang Badan
Jenis
Jumlah
No
48 – 52
< 48
Persalinan
cm
cm
1
Preterm
3
(8,57 %)
32
(91,42
%)
35
(100 %)
2
Aterm
113
(84,32 %)
21
(15,67
%)
134
(100 %)
116
(68,63 %)
53
(31,36
%)
169
(100 %)
Jumlah
Sumber: Data sekunder buku register
Neonatus RSUD. Dr. R. Koesma
bulan Januari – Maret 2009
Ruang
Tuban
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari
169 bayi, sebagian besar yang mempunyai panjang
badan 48 – 52 cm sebanyak 84,32 % dari persalinan
aterm.
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan dibahas tentang hasil
yang diperoleh dari penelitian mengenai perbandingan
antara bayi baru lahir dengan persalinan preterm dan
aterm dilihat dari apgar score, berat badan, dan panjang
badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban pada bulan
Januari – Maret 2009. Pembahasan ini akan
menguraikan
hasil
dari
penelitian
meliputi
perbandingan apgar score, berat badan, dan panjang
badan dari persalinan preterm dan aterm.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1
menunjukkan bahwa persalinan di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah
persalinan preterm sebanyak 37 bayi (21,89 %) dan
persalinan aterm yang sebanyak 132 bayi (78,10 %).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram - 4000 gram.
Persalinan dan kelahiran normal merupakan
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. Persalinan aterm adalah pengeluaran buah
kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih
(Prawirohardjo, 2006:100).
Kesehatan dan kelangsungan hidup bayi sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan,
antara lain asuhan kebidana yang diberikan oleh tenaga
bidan melalui pendekatan menejemen kebidanan. Oleh
karena itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama
masa kehamilannya untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan persalinan prematur (Salmah, 2006).
Adapun upaya yang dilaksanakan pada ibu hamil
untuk menjaga kehamilan sampai dengan aterm,
meliputi : Pendidikan masyarakat melalui media yang
ada tentang bahaya dan kerugian kelahiran preterm
atau berat lahir rendah, masyarakat diharapkan untuk
menghindari faktor resiko diantaranya ialah dengan
menjarangkan kelahiran menjadi lebih dari 3 tahun,
mencegah kejadian kehamilan pada usia remaja, atau
menunda usia hamil sampai 22 – 23 tahun, dan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan
mendapatkan pelayanan antenatal dengan baik (Farida,
2009).
Diketahui bahwa faktor terjadinya persalinan
matur
(aterm)
dikarenakan
pendidikan
dan
pengetahuan ibu hamil yang semakin meningkat
tentang perawatan kehamilan, seperti rutinnya ibu
hamil memeriksakan kehamilannya untuk mengetahui
deteksi dini dan komplikasi pada kehamilan agar
mencegah terjadinya persalinan preterm (prematur),
dan memahami bagaimana upaya agar mencegah
persalinan preterm beserta penanganan yang aman dan
memadai jika terjadi persalinan preterm, yang
bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
perinatal (Budi, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban ternyata persalinan aterm lebih banyak
dari pada persalinan preterm, karena ibu hamil
sekarang sudah banyak yang melakukan ANC secara
rutin dan mengerti tentang pencegahan komplikasi bagi
ibu hamil.
Terjadinya persalinan prematur di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban dilatarbelakangi oleh kejadian ketuban
pecah dini, solusio placenta, placenta previa, dan
didominasi oleh ibu hamil dengan pendidikan rendah,
yang belum mengerti tentang pentingnya perawatan
bayi selama dalam masa intra uterin.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2
menunjukkan bahwa mayoritas apgar score di RSUD.
Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 dari
persalinan preterm adalah 8 – 10 (67,56 %), 5 – 7
(32,43 %), < 5 (0 %), dan dari persalinan aterm 8 – 10
(97,72 %), 5 – 7 (2,27 %), dan < 5 (0 %).
Bayi baru lahir normal dengan apgar 7 atau lebih,
ditandai dengan bunyi jantung dalam menit – menit
pertama kira – kira 180 x/menit yang kemudian turun
sampai 140 x/menit – 120 x/menit pada waktu bayi
berumur 30 menit, pernafasan cepat pada menit –
menit pertama (kira – kira 80 x/menit) diseratai dengan
cuping hidung, retraksi suprasternal dan inteskosial,
serta rintihan hanya berlangsung 10 – 15 menit.
Kelanjutan keaktifan yang berlebih – lebihan ialah bayi
menjadi tegang dan relatif tidak memiliki reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam. Bayi
lahir normal biasanya memiliki nilai apgar 8 – 10
(Sarwono, 2005).
Bayi dengan nilai apgar 7 atau lebih pada menit
pertama setelah lahir, secara umum berada pada
keadaan sehat. Bukan berarti skor yang rendah
menunjukkan bahwa bayi tidak sehat atau tidak
normal. Hasil yang rendah dalam penilaian itu,
menunjukkan bahwa bayi membutuhkan tindakan yang
sifatnya segera, seperti menyedot / mengeluarkan
cairan dari saluran pernapasan atau pemberian oksigen
untuk membantu pernapasan, tindakan tersebut dapat
memberikan perbaikan keadaan bayi secara umum
(admin, 2010).
Pada kasus bayi dengan apgar score 5 – 7
(asfiksia ringan), bayi dapat terkejut atau sangat
waspada, dengan peningkatan tonus otot, akan tetapi
bayi terkadang letargi dan kadang – kadang mengalami
apnea atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini
biasanya sembuh dalam 1 minggu.
Asfiksia berat (apgar score < 4), bayi dapat
terkulai atau tidak sadar. Konvulsi dapat terjadi selama
beberapa hari, dan episode apnea yang berat dan
umumnya sering terjadi. Bayi dapat membaik selama
beberapa minggu atau tidak membaik sama sekali, jika
bayi ini bertahan hidup, mereka biasanya menderita
kerusakan otak permanen (Budi, 2008).
Apgar score merupakan penilaian pada bayi
setelah 1 menit dan 5 menit. Penilaian yang dilakukan
meliputi warna yang normalnya nampak merah jambu
pada saat dilahirkan, menangis segera setelah lahir,
pengkajian segera denyut jantung bayi baru lahir yang
dapat dilakukan dengan meletakkan dua jari langsung
kedada diatas jantung, menilai tonus otot bayi, dan
menilai refleks / respons yang normal, seperti
membuka mata dan berespon terhadap rangsangan
eksternal. Penilaian keadaan bayi dilakukan secara
apgar, dengan pemberian nilai 8 – 10 (normal), 5 – 7
(asfiksia ringan), 4 atau lebih rendah (asfiksia berat)
(admin, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban ternyata mayoritas apgar score bayi
bulan Januari – Maret 2009 adalah 8 – 10 yang berasal
dari persalinan aterm, karena pada persalinan aterm
bayi lahir dalam keadaan sudah matang dan kadar
surfaktan dalam paru dalam jumlah yang memadai,
sehingga kemungkinan terjadinya asfiksia sangat kecil,
oleh karena itu bayi aterm sering didapati penilaian
apgar yang baik (8 – 10) yang meliputi seluruh badan
tampak merah, tangisan kuat, usaha bernafas baik,
denyut jantung diatas 100 kali permenit, dan tonus otot
kuat.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3
menunjukkan bahwa mayoritas berat badan di RSUD.
Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 dari
persalinan preterm adalah 2500 – 4000 gram (5,40 %),
1500 – 2500 gram (70,27 %), < 1500 gram (18,91 %),
< 1000 gram (5,40 %), sedangkan dari persalinan aterm
adalah 2500 – 4000 gram (99,24 %), 1500 – 2500 gram
(0,75 %), < 1500 gram (0 %), dan < 1000 gram (0 %).
Menurut National Center For Health Statistic,
2003 “Berat Badan Lahir adalah berat neonatus yang
diukur segera setelah lahir atau secepatnya setelah
keadaan mengizinkan. Angkanya harus dinyatakan
dalam gram terdekat” (Cunningham,dkk, 2005).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, dengan usia cukup bulan,
dan berat badan yang normal. Dengan kata lain berat
bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan
gizi ibu sebelum dan selama hamil (Lubis, 2003).
Berat badan bayi baru lahir normal adalah dengan
berat 2500 - 4000 gram. Sedangkan bayi berat lahir
rendah merupakan bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram) atau bayi dengan berat lahir 1500 - 2500 gram
(BBLR), bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
memiliki berat lahir kurang dari 1500 gram, dan bayi
berat lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir
kurang dari 1000 gram (Friday, 2009).
Prematuritas murni merupakan bayi lahir dengan
umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram (1500
– 2500 gram) atau disebut neonatus kurang bulan
sesuai masa kehamilan.
Berat badan lahir sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup, perawatan dan komplikasi –
komplikasi yang sering timbul pada bayi baru lahir,
terutama pada berat badan lahir rendah (BBLR). Pada
kasus berat badan lahir rendah dikhawatirkan akan
terjadi komplikasi yang memungkinkan terjadinya
asfiksia karena merupakan penyebab utama kematian
bayi.
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban ternyata mayoritas berat badan bayi
bulan Januari – Maret 2009 adalah 2500 gram – 4000
gram yang berasal dari persalinan aterm, karena sesuai
dengan ciri bayi aterm yaitu bayi yang memiliki berat
2500 – 4000 gram. Tidak menutup kemungkinan
bahwa bayi lahir dengan usia 37 – 42 minggu (aterm)
akan memiliki berat badan 2500 – 4000 gram karena
bila dilihat dari segi usia gestasi janin, pertumbuhan
sangatlah cukup untuk mencapai 2500 gram atau lebih,
dan bisa juga dpengaruhi oleh faktor gizi yang
diperoleh janin selama masa intrauterin.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4
menunjukkan bahwa mayoritas panjang badan di
RSUD. Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret
2009 dari persalinan preterm adalah 48 – 52 cm (8,57
%), < 48 cm (91,42 %), sedangkan dari persalinan
aterm adalah 48 – 52 cm (84,32 %), < 48 cm (15,67
%).
Bayi baru lahir normal mempunyai panjang
normal 48 - 52 cm. Garis dasar pengukuran panjang
badan masih penting untuk pengkajian pertumbuhan
dan kesehatan bayi di masa mendatang. Berbagai studi
menunjukkan bahwa bidan bisa memperoleh hasil yang
lebih baik bila menggunakan alat ukur panjang
terlentang yang lebih akurat (Ayah bunda, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban ternyata mayoritas panjang badan bayi
bulan Januari – Maret 2009 adalah 48 – 52 cm yang
berasal dari persalinan aterm, pada bayi aterm sering
dijumpai panjang badan antara 48 – 52 cm karena janin
tumbuh maksimal sesuai usia kehamilannya dan
seimbang dengan berat badannya. Panjang badan janin
dan berat badan janin keduanya saling mempengaruhi
dalam suatu pertumbuhan, akan tetapi ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut,
seperti usia gestasi janin, pengetahuan ibu tentang
tumbuh kembang janin yang bisa memotivasi ibu untuk
melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin untuk
menghindari terjadinya kelainan pada pertumbuhan
janin, dan bisa juga dipengaruhi oleh faktor gizi yang
diperoleh janin selama masa intrauterin.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
perbandingan antara bayi baru lahir dengan persalinan
preterm dan aterm dilihat dari apgar score, berat badan,
dan panjang badan di RSUD. Dr. R. Koesma Tuban,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Mayoritas jumlah persalinan di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah
dari persalinan aterm.
2. Mayoritas nilai apgar score 8 - 10 di RSUD. Dr. R.
Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009 adalah
dari persalinan aterm.
3. Mayoritas berat badan 2500 – 4000 gram di RSUD.
Dr. R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009
adalah dari persalinan aterm.
4. Mayoritas panjang badan 48 – 52 cm di RSUD. Dr.
R. Koesma Tuban bulan Januari – Maret 2009
adalah dari persalinan aterm.
DAFTAR PUSTAKA
Admin (2009). Angka Kematian dan Kelahiran Bayi di
Indonesia Tinggi. Sabtu, 12 Mei 2009.
http://bataviase.co.id
admin (2010). Persalinan Preterm. Rabu, 28 April
2010. http://milissehat.web.id
Fatkul,
Lailia (2008). Adaptasi Bayi Baru Lahir.
Senin,
1
Desember
2008.
http://bidanlia.blogspot.com
ida (2005). Bayi Baru Lahir Berat Badan Lahir
Normal.
Rabu,
20
Januari
2010.
http://ummukautsar.wordpress.com
Lubis, Zuhaida (2005). Status Gizi Ibu Hamil
www.google.com
Mansjoer,
Arif, DKK (2001). Kapita Selkta
Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius :
Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus (2009). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta.
Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri, edisi 2.
EGC : Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan,
Edisi Revisi. Rineka Cipta : Jakarta.
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika :
Jakarta.
Nursalam & Siti Pariani (2000). Pendekatan Praktis
Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto
: Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono (2006). Ilmu Kebidanan,
cetakan ke-8. Yayasan Bina Pustaka :
Jakarta.
Anggraini (2009). Resiko Keterlambatan
Perkembangan bayi Kurang Bulan dan Berat
Lahir Rendah pada Tahun Pertama
kehidupan. Selasa, 27 Januari 2009.
http://www.mkb-online.com
Prawirohardjo, Sarwono (2006). Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Ceyakan ke-4. YBRS-P : Jakarta.
Bobak (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4. EGC : Jakarta.
sandi (2009). Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Normal. Senin, 23 Nopember 2009.
http://www.scribd.com
Alam,
Budi (2008). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi
Baru Lahir Panduan Untuk Dokter. Perawat
dan Bidan. EGC : Jakarta.
Bote (2008). Persalinan Preterm. Minggu, 9 Nopember
2008. http://botefilia.com
Chapman,
Vicky (2006). Asuhan Kebidanan
Persalinan & Kelahiran. EGC : Jakarta.
Cunningham, F. Garry, dkk (2005). Obstetri Williams.
EGC : Jakarta.
Farida (2009). Persalinan. Kamis, 15 Januari 2009.
http://mmygadget.com
Rompas, Jefferson (2006). Persalinan Preterm. Sabtu, 5
Oktober 2009. http://www.kalbe.co.id
Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alvabeta :
Bandung.
Umardi (2009). Kehamilan Aterm pada Uterus
Didelphys.
Departemen Obstetri dan
Ginekologi RS Moh Hoesin Palembang ,
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Varney, Helen (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan,
Edisi 4, Volume 2. EGC : Jakarta.
Wikipedia (2009). Skor Apgar. Sabtu, 19
Desember
2009.
http://id.wikipedia.
Download