(DRPs) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM (DRPs)
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS YANG
DISERTAI DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
(Chronic Kidney Disease) DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT (RSUP) FATMAWATI
SKRIPSI
MIYADAH SAMIYAH
1111102000034
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
MARET 2017
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM (DRPs)
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS YANG
DISERTAI DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
(Chronic Kidney Disease) DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT (RSUP) FATMAWATI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi
MIYADAH SAMIYAH
1111102000034
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
MARET 2017
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Miyadah Samiyah
NIM
: 1111102000034
Tanda Tangan :
Tanggal
: 21 Maret 2017
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
NIM
Program Studi
Judul Skripsi
: Miyadah Samiyah
: 1111102000034
: Farmasi
: Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien
Diabetes Mellitus yang Disertai dengan Gagal Ginjal Kronik
(Chronic Kidney Disease) di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Fatmawati.
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Dra. Delina Hasan, M.Kes., Apt
Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt
NIP. 195602101987032003
NIP. 19621219199002201
Mengetahui,
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr.Nurmeilis. M.Si, Apt
NIP: 19740730 200501 2 003
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama
: Miyadah Samiyah
NIM
: 1111102000034
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien Diabetes
Mellitus yang Disertai dengan Gagal Ginjal Kronik ( Chronic
Kidney Disease) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Dr. Dra. Delina Hasan, M.Kes., Apt
(
)
Pembimbing II
: Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt
(
)
Penguji I
: Dr. Azrifitria, M.Si., Apt
(
)
Penguji II
: Dr. M. Yanis Musdja, M.Sc., Apt
(
)
Ditetapkan di
: Jakarta
Tanggal
: 21 Maret 2017
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama
: Miyadah Samiyah
Program Studi
: Farmasi
Judul
:Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien
Diabetes Mellitus yang Disertai dengan Gagal Ginjal Kronik
(Chronic Kidney Disease) di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Fatmawati
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Penyakit gagal ginjal kronis (CKD) merupakan masalah
kesehatan masyarakat global dan itu mempengaruhi 10-16% dari populasi
orang dewasa di Asia, Australia, Eropa dan Amerika Serikat. Secara
keseluruhan, peningkatan jumlah penderita diabetes telah memiliki
dampak yang besar pada pengembangan penyakit ginjal diabetik (Diabetic
Kidney Disease), salah satu yang paling sering terjadinya komplikasi dari
kedua jenis diabetes. Pasien DM yang disertai dengan CKD dapat
mengalami penyakit yang semakin memburuk akibat dari drug related
problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
banyak terjadinya DRP pada pasien rawat inap dengan penyakit diabetes
mellitus yang disertai dengan CKD di RSUP Fatmawati, Adapun kategori
DRPs yang meliputi interaksi obat dan ketidaktepatan penyesuaian dosis.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan
rancangan
penelitian
cross
sectional
(potong
lintang),
dengan
pengumpulan data secara restrospektif. Data yang digunakan adalah data
rekam medis pasien. Data yang diperoleh dikaji secara deskriptif
berdasarkan literatur. Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian DRPs
pada kategori interaksi obat secara teori terdapat 402 kali potensial, namun
secara empirik tidak terdapat interaksi yang merugikan pada pasien,
kategori dosis dibawah dosis terapi sebanyak 9 kali dan dosis diatas dosis
terapi sebanyak 31 kali.
Kata kunci: Diabetes Melitus, gagal ginjal kronik (CKD), drug related problem
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
: Miyadah Samiyah
Program Study
: Pharmacy
Title
: Identification of Drug Related Problems (DRPs) in
Patients with Diabetes Mellitus Accompanied with Chronic
Kidney Disease in the Fatmawati General Hospital Center
Diabetes Mellitus is commonly referred as the silent killer because the
disease may affect all organs of the body and cause a variety of
complaints. Chronic kidney disease (CKD) was a global public health
issue and it’s affects 10-16% of the adult population in Asia, Australia,
Europe and the United States. Overall, the increase in the number of
diabetics has had a major impact on the development of diabetic kidney
disease, one of the most frequent complications of both types of diabetes.
DM patients were accompanied with CKD may experience worsening of
disease as a result of drug related problems (DRPs). This study aimed to
determine how much the DRP in hospitalized patients with diabetes
mellitus accompanied with CKD in Fatmawati general hospital center. The
categories of DRPs that include drug interactions and dose adjustment.
This study was an observational study used cross sectional study design,
by collected data retrospectively. The data used the patient's medical
records. The data obtained were examined descriptively based on the
literature. This study showed that the incidence of DRPs in the category of
drug interactions in theory there was potentially 402 times, but empirically
there was no adverse interactions in patients, category doses below the
therapeutic dose 9 times and the dose above the therapeutic dose as much
as 31 times.
Keywords: Diabetes mellitus, chronic kidney disease, drug related problem
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini. Shalawat serta salam ditunjukkan kepada junjungan besar Nabi
Muhamad SAW yang telah memberikan petunjuk kebenaran sebagai rahmat
sekalian alam.
Skripsi dengan judul “Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien
Diabetes Mellitus yang Disertai dengan Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney
Disease) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati ” ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi di Program Studi
Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari
banyak pihak, penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini akan mengalami
banyak hambatan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Dra.Delina Hasan, M.Kes., Apt. dan Ibu Dra,Alfina Rianti,
M.Pharm., Apt,. selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu
untuk memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, serta dorongan bagi
penulis dari awal hingga skripsi ini dapat terselesaikan
2. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt dan Bapak Dr.M.Yanis Musdja, M.Sc., Apt
selaku penguji yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan
petunjuk, serta arahan bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Dr. H. Arif Soemantri., S.KM., M.Kes Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Nurmelis, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak dan Ibu staf pengajar Prodi Farmasi dan tata usaha di lingkungan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi kepada
penulis.
6. Untuk ayahanda Ahmad Zaki,Amd. dan ibunda Sofiah,S.E. yang tiada
hentinya memberikan bantuan materil, non materil, motivasi dan juga doa
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat Ana, Ambar, Faradhila, Khairunisa, Niekha, Fattah, Aditya,
Askandari, Ageng, Fauziah, Miad, dan Ali yang tidak pernah berhenti
memberikan semangat, bantuan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh sahabat dan teman Program Studi Farmasi angkatan 2011 sebagai
teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.
9. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal baik dan bantuannya mendapat ganjaran dari Allah SWT dan
laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Tidak ada manusia
yang luput dari sesalahan dan kekhilafan, demikian pula dengan penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun dari semua pihak pembaca. Semoga dalam penulisan skripsi ini,
bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam dunia kefarmasian.
Jakarta, 21 Maret 2017
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Miyadah Samiyah
NIM
: 1111102000034
Program Studi : Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEM (DRPs) PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS YANG DISEERTAI DENGAN GAGAL GINJAL
KRONIK (CHRONIC KIDNEY DISEASE) DI RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT (RSUP) FATMAWATI
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di
: Jakarta
Pada Tanggal : 21 Maret 2017
Yang menyatakan,
(Miyadah Samiyah)
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
v
ABSTRAK ...................................................................................................
vi
ABSTRACT ..................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................
5
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................
5
1.5 Ruang Lingkup ...............................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
7
2.1 Diabetes Melitus.............................................................................
7
2.1.1 Definsi ......................................................................................
7
2.1.2 Etiologi.....................................................................................
7
2.1.3 Klasifikasi ...............................................................................
7
2.1.4 Patofosiologi Umum ................................................................
9
2.1.4.1 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1 .................................
9
2.1.4.2 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 .................................
13
2.1.4.3 Patofisiologi Diabetes Melitus Gestational .........................
15
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xii
2.1.4.4 Jenis Lain dari Diabetes Melitus karena Penyebab Spesifik
16
2.2 Jenis Obat-obatan untuk Terapi Farmakologi Diabetes Melitus ....
16
2.2.1 Obat Hipoglikemik Oral ..........................................................
16
2.2.2 Obat Parenteral .......................................................................
19
2.2.2.1 Jenis dan Lama Kerja Insulin .........................................
19
2.2.2.2 Efek Samping Terapi Insulin ..........................................
20
2.2.2.3 Perhitungan Dosis Insulin ...............................................
20
2.3 Penyakit Ginjal Kronis ...................................................................
20
2.3.1 Definisi dan Klasifikasi ...........................................................
21
2.3.2 Patofisiologi ............................................................................
22
2.3.3 Persamaan Cockroft-Gault .......................................................
25
2.3.4 Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi ...............................
25
2.4 Drug Related Problem ...................................................................
27
2.4.1 Definisi dan Prevalensi ............................................................
27
2.4.2 Klasifikasi ...............................................................................
28
2.4.2.1 Interaksi Obat ..................................................................
30
2.4.2.2 Dosis Dibawah Dosis Terapi (Dosage Too Low)............
32
2.4.2.3 Dosis Diatas Dosis Terapi (Dosage Too High) ...............
33
2.4.3 Literatur Review ......................................................................
33
BAB III Kerangka Konsep, Definisi Operasional ....................................
36
3.1 Kerangka Konsep ...........................................................................
36
3.2 Definisi Operasioinal .....................................................................
37
BAB IV Metodologi Penelitian...................................................................
38
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
38
4.2 Desain Penelitian ............................................................................
38
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................
38
4.3.1 Populasi Penelitian ...................................................................
38
4.3.2 Sampel Penelitian ....................................................................
38
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..........................................................
39
4.4.1 Kriterian Inklusi .......................................................................
39
4.4.2 Kriteria Eksklusi ......................................................................
39
4.5 Prosedur Penelitian........................................................................
39
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiii
4.5.1 Persiapan ..................................................................................
39
4.5.2 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data .......................................
39
4.5.3 Pengelolaan Data .....................................................................
40
4.5.4 Rencana Analisis Data .............................................................
40
BAB V Hasil dan Pembahasan ..................................................................
41
5.1 Hasil ..............................................................................................
41
5.1.1 Karakteristik Pasien ...............................................................
41
5.1.2 Profil Penggunaan Obat .........................................................
42
5.1.3 Drug Related Problem ...........................................................
44
5.1.3.1 Interaksi Obat .................................................................
44
5.1.3.2 Dosis Dibawah Dosis Terapi ..........................................
45
5.1.3.3 Dosis Diatas Dosis Terapi ..............................................
46
5.2 Pembahasan ..................................................................................
47
5.2.1 Karakteristik Pasien ...............................................................
47
5.2.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia ..........................
47
5.2.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ...........
48
5.2.1.3 Karaktersitik Pasien Berdasarkan Penyakit Lainnya......
49
5.2.2 Profil Penggunaan Obat .........................................................
50
5.2.2.1 Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal ........................
50
5.2.2.2 Penggunaan Obat Antidiabetes Kombinasi ....................
51
5.2.3 Drug Related Problem ...........................................................
51
5.2.3.1 Interaksi Obat .................................................................
51
5.2.3.1.1 Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan ...
52
5.2.3.2 Dosis Dibawah Dosis Terapi ..........................................
56
5.2.3.3 Dosis Diatas Dosis Terapi ..............................................
57
5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................
59
5.3.1 Kendala ..................................................................................
59
5.3.2 Kelemahan .............................................................................
59
5.3.3 Kekuatan ................................................................................
60
BAB VI Kesimpulan ...................................................................................
61
6.1 Kesimpulan ...................................................................................
61
6.2 Saran .............................................................................................
62
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiv
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
63
Lampiran .....................................................................................................
71
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologis DM ..............................................................
8
Tabel 2.1 Klasifikasi Insulin ........................................................................
19
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus yang Disertai dengan CKD
di RSUP Fatmawati, 2015 (n=30) ................................................
41
Tabel 5.2 Data Distribusi Penyakit Penyerta Lainnya Pasien Diabetes Mellitus
yang Disertai dengan CKD di RSUP Fatmawati .........................
42
Tabel 5.3 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus yang Disertai
dengan CKD di RSUP Fatmawati, 2015 (n=30) ..........................
42
Tabel 5.4 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus yang Disertai
CKD .............................................................................................
43
Tabel 5.5 Data Potensi Kejadian Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus
yang disertai CKD (n=30) ............................................................
44
Tabel 5.6 Data Potensi Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus yang
disertai CKD Berdasarkan Tingkat Keparahan ............................
44
Tabel 5.7 Distribusi Jumlah DRP Dosis Dibawah Dosis Terapi (%) ...........
45
Tabel 5.7.1 Distribusi Dosis yang Digunakan pada DRP Dosis Dibawah Dosis
Terapi ........................................................................................
45
Tabel 5.8 Distribusi Jumlah DRP Dosis Diatas Dosis Terapi (%) ...............
46
Tabel 5.8.1 Distribusi Dosis yang Digunakan pada DRP Dosis Diatas Dosis
Terapi ........................................................................................
45
Tabel 5.9 Interaksi Obat pada Tingkat Mayor..............................................
53
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin penelitian dari RSUP Fatmawati ............................
71
Lampiran 2. Perhitungan Nilai ClCr Pada Pasien .......................................
72
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Insulin .......................................................
72
Lampiran 4. Data Pasien Keseluruhan ........................................................
73
Lampiran 5. Data Penggunaan Obat untuk Kategori Penyesuaian Dosis (dosis
terlalu tinggi dan terlalu rendah) pada Obat Lainnya.............
103
Lampiran 6. Data Penggunaan Obat untuk Kategori Penyesuaian Dosis (dosis
terlalu tinggi dan terlalu rendah) pada Obat Antidiabetes .....
130
Lampiran 7. Data Interaksi Obat pada Penggunaan Obat Antidiabetes ............
131
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain
gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,
impotensi seksual, luka sulit sembuh, infeksi paru-paru, gangguan
pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita Diabetes
Mellitus (DM) yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena
terjadi pembusukan (Depkes, 2005).
DM adalah sekelompok gangguan metabolik yang ditandai dengan
kondisi hiperglikemia kronis akibat kerusakan sekresi insulin, kerusakan
kerja insulin atau keduanya (Njolstad et al, 2003). Prevalensi diabetes
meningkat dengan cepat di seluruh dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia
(2003) memperkirakan bahwa pada tahun 2030 jumlah orang dewasa
dengan penyakit diabetes akan menigkat menjadi hampir dua kali lipat di
seluruh dunia, dari 177 juta pada tahun 2000,menjadi 370 juta (Ozougwu
et al, 2013). WHO memperkirakan bahwa, secara global, 422 juta orang
dewasa berusia di atas 18 tahun menderita diabetes pada tahun 2014
(WHO, 2016). Para ahli memperkirakan bahwa kejadian diabetes akan
melambung sebesar 64% pada tahun 2025, yang berarti bahwa secara
mengejutkan 53,1 juta warga akan terkena penyakit tersebut (Rowley WR,
Bezold C, 2012). International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas
Seventh Edition memperkirakan ada 415 juta orang dewasa berusia 20-70
yang menderita diabetes dan 5,0 juta kematian dikaitkan dengan diabetes
secara global pada tahun 2015 (IDF, 2015). Indonesia masuk dalam urutan
ke tujuh negara dengan penderita diabetes terbanyak dengan jumlah 7,6
juta orang. Bahkan diprediksi pada tahun 2030, Indonesia akan masuk top
five sebagai negara penderita diabetes terbanyak di dunia (International
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Diabetes Federation, 2012). Ada dua jenis utama diabetes mellitus:
Diabetes Mellitus tipe 1, juga disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM), disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin oleh sel beta
pankreas.(Ozougwu et al, 2013). Diabetes Meliitus tipe 2, juga disebut
Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), disebabkan oleh
penurunan sensitivitas jaringan target terhadap insulin.(Ozougwu et al,
2013).
Dalam kedua jenis diabetes mellitus, metabolisme semua bahan
makanan utama akan diubah. Efek dasar kurangnya insulin atau resistensi
insulin pada metabolisme glukosa adalah untuk mencegah penyerapan
yang efisien dan pemanfaatan glukosa oleh sebagian besar sel-sel tubuh,
kecuali dari otak(Guyton AC, Hall JE , 2006).
Penyakit gagal ginjal kronis (CKD) merupakan masalah kesehatan
masyarakat global dan itu mempengaruhi 10-16% dari populasi orang
dewasa di Asia, Australia, Eropa dan Amerika Serikat (Kong et al, 2013).
Menurut United State Renal Data System di Amerika Serikat
prevalensi penyakit ginjal kronis meningkat 20-25% setiap tahun.WHO
memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal
ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan menurut data dari
Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000
penderita gagal ginjal di Indonesia, angka ini akan terus meningkat sekita
10% setiap tahunnya (Tandi et al, 2014).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif,
dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi ginjal
yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. (Tandi et al, 2014).
Insiden dan prevalensi diabetes mellitus telah tumbuh secara
signifikan di seluruh dunia, terutama disebabkan peningkatan diabetes tipe
2. Secara keseluruhan, peningkatan jumlah penderita diabetes telah
memiliki dampak yang besar pada pengembangan penyakit ginjal diabetik
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
(Diabetic Kidney Disease), salah satu yang paling sering terjadinya
komplikasi dari kedua jenis diabetes. DKD adalah penyebab utama EndStage Renal Disease (ERSD) pada pasien. Penyakit (ESRD), terhitung
sekitar 50% dari kasus di negara maju (Tuttle et al, 2014)
Drug Related problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa atau
keadaan dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat
mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan (Bemt and Egberts, 2007).
Banyak penelitian telah menunjukkan DRPs menjadi hal yang sangat
umum dalam perawatan primer dan dalam pengaturan rumah sakit. Dalam
keduanya, ada bukti bahwa intervensi apoteker dapat mengurangi
terjadinya DRPs (Eichenberger, 2010). Sebuah studi di apotek-apotek
umum menunjukkan bahwa tingkat deteksi terjadinya DRPs di apotekapotek yang memberikan layanan farmasi, delapan kali lipat lebih tinggi
dapat terdeteksi dibandingkan dengan apotek yang tidak memberikan
pelayanan farmasi (Currie et al, 1997).
PCNE mengklasifikasikan DRPs menjadi 4, yaitu masalah
efektivitas terapi, reaksi yang tidak diinginkan, biaya pengobatan serta
masalah lainnya (Pharmaceutical Care Network Europe Foundation,
2010).
Salah satu sistem klasifikasi pertama diterbitkan pada tahun 1990
oleh Strand et al yang mendefinisikan DRPs menjadi delapan kategori,
semua hal yang berpotensi mengganggu terapi obat pasien (Strand et al,
1990):
1. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien memerlukan
terapi obat (indikasi obat) tetapi pasien tidak menerima obat
untuk indikasi itu.
2. Pasien memiliki kondisi medis dimana obat yang salah
yang digunakan.
3. Pasien memiliki kondisi medis dimana obat
yang
digunakan terlalu sedikit.
4. Pasien memiliki kondisi medis dimana terlalu banyak obat
yang digunakan.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
5. Pasien memiliki kondisi medis yang dihasilkan dari ADR
(Adverse Drug Reaction).
6. Pasien memiliki kondisi medis yang dihasilkan dari
interakso obat-obat, obat-makanan, atau obat-laboratorium.
7. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien tidak
menerima obat yang diresepkan.
8. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien mengambil
obat yang tidak sesuai dengan indikasi yang valid.
Penggunaan kombinasi beberapa obat dapat menyebabkan efek
samping yang merugikan diantaranya adalah interaksi obat. Interaksi obat
dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan efek obat atau
menyebabkan reaksi serius lainnya. Misalnya, pemberian bersamaan obat
yang dimetabolisme oleh sitokrom P450 3A4 (CYP3A4) dan obat
penghambat CYP3A4, seperti cyclosporine dan klaritromisin, masingmasing, hasil dalam pembersihannya yang tertunda dari obat, yang
sebelumnya dapat meningkatkan dan memperpanjang kedua terapi obat
dan berdampak buruk pada terapi tersebut (Spicer, S. T., 1997).
1.2.
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas
menunjukkan bahwa kasus
diabetes mellitus di seluruh dunia dan khususnya di Indonesia semakin
meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2012, penderita DM di seluruh dunia
mencapai 371 juta orang dan Indonesia masuk dalam urutan ke tujuh
negara dengan penderita diabetes terbanyak dengan jumlah 7,6 juta orang.
Menurut United State Renal Data System di Amerika Serikat
prevalensi penyakit ginjal kronis meningkat 20-25% setiap tahun.WHO
memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal
ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4%.
Dari komplikasi penyakit yang terjadi, pasien akan membutuhkan
obat yang lebih banyak daripada pasien tanpa komplikasi. Oleh sebab itu,
kemungkinan terjadinya Drug Related Problems (DRPs) juga semakin
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
besar. Drug Related problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa atau
keadaan dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat
mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan.
Karena DRPs merupakan suatu peristiwa yang harus diperhatikan
dalam pemberian obat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai DRPs.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya Drug
Related Problems (DRPs) pada penderita diabetes mellitus yang disertai
dengan gagal ginjal kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
(RSUP) periode 2014.
1.3.2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi adanya DRPs pada pasien diabetes melitus di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
b. Untuk mengidentifikasi adanya DRPs yang terjadi pada pengobatan
gagal ginjal kronis yang disebabkan karena diabetes melitus.
1.4.
Manfaat Penelitian
a.
Secara teoritis,penelitian ini akan menambahkan khasanah ilmu
pengetahuan tentang DRPs yang dapat memberikan manfaat kepada
pasien yang ada pada RSUP Fatmawati.
b.
Secara metodologi, penelitian ini dapat digunakan pada penelitian
lainnya untuk pengobatan penyakit lain dalam melihat DRPs.
c.
Secara aplikatif, hasil penelitian ini hendaknya dapat diterapkan pada
pengobatan penyakit diabetes mellitus yang disertai dengan penyakit
ginjal kronis pada RSUP Fatmawati dan rumah sakit lain yang
karakteristik rumah sakitnya hampir sama atau sama dengan rumah
sakit tersebut.
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
1.5.
Ruang Lingkup
Permasalahan drug-related problem sangatlah luas. Penelitian yang
berjudul “Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien Diabetes
Mellitus yang Disertai dengan Gagal Ginjal Kronis di RSUP Fatmawati” ,
hanya dilteliti pada DRPs pemberian obat pada pasien diabetes mellitus
yang disertai dengan gagal ginjal kronis. Besar populasi dalam penelitian
ini sebanyak 150 dan design penelitian ini adalah rancangan analisis
deskriptif yang bersifat retrospektif dan lama penelitian selama dua bulan.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Diabetes Melitus
2.1.1. Definisi
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat insufisiensi atau kerusakan fungsi insulin, baik
kerusakan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya (WHO, 1999).
2.1.2.
Etiologi
Efek diabetes mellitus meliputi kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan berbagai organ (WHO, 1999). Diabetes mellitus
dapat muncul dengan gejala karakteristik seperti haus, poliuria,
penglihatan buram, dan penurunan berat badan. Dalam bentuk yang paling
parah,
ketoasidosis
atau
keadaan
hiperosmolar
nonketotik
dapat
berkembang dan menyebabkan pingsan, koma dan, dalam keadaan tidak
adanya pengobatan yang efektif dapat menyebabkan kematian. Seringkali
gejala yang tidak parah, atau mungkin tidak adanya gejala, dan akibat dari
hiperglikemia, dapat menyebabkan perubahan patologis dan fungsional
dari organ-organ tubuh dan dapat terjadi untuk waktu yang lama sebelum
diagnosis ditegakkan (WHO, 1999). Diabetes neonatal permanen
disebabkan oleh kekurangan glukokinase, dan merupakan kesalahan
bawaan pada jalur sinyal glukosa-insulin (Njolstad PR et al, 2003; Ditjen
Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
2.1.3.
Klasifikasi
Klasifikasi secara luas yang digunakan pertama kali dari diabetes
mellitus diterbitkan oleh WHO pada tahun 1980 (WHO, 1980) dan dalam
bentuk yang dimodifikasi, pada tahun 1985 (WHO, 1985). Tahun 1980 dan
1985 klasifikasi diabetes mellitus dan kategori serumpun intoleransi glukosa
yang termasuk juga dalam kelas klinis dan dua kelas risiko statistik. Pada
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
tahun 1980, Komite Ahli mengusulkan dua kelas utama diabetes mellitus
dan nama mereka, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau
Diabetes Mellitus Tipe 1, dan NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes
Melitus) atau Diabetes Mellitus Tipe 2. Pada tahun 1985 istilah diabetes
mellitus Tipe 1 dan Tipe 2 dihilangkan, tetapi istilah IDDM dan NIDDM
dipertahankan, dan kelas Malnutrisi yang berhubungan dengan Diabetes
Mellitus (MRDM-Malnutrition Related Diabetes Melitus) diperkenalkan
(WHO, 1999). Klasifikasi baru berisi tahapan yang menggambarkan
berbagai tingkat hiperglikemia pada subjek individu dengan salah satu
proses penyakit yang dapat menyebabkan diabetes mellitus(WHO, 1999).
Disarankan bahwa istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus dan Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus dan akronim mereka IDDM dan
NIDDM tidak lagi digunakan karena membingungkan (WHO, 1999). Dan
istilah Tipe 1 dan Tipe 2 diperkenalkan kembali (WHO, 1999).
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologis DM
Tipe 1
1.
2.
Tipe 2
Tipe lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Destruksi sel beta, umumnya
menjurus ke defisiensi insulin
absolute
Autoimun
Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan
resistensi
insulin
disertai
defisiensi insulin relatif sampai
yang dominan defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pancreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM
Diabetes mellitus gestational
( Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia, 2011)
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
2.1.4. Patofisiologi Umum
Efek diabetes mellitus meliputi kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan berbagai organ (WHO, 1999). Diabetes mellitus
dapat dilihat dengan gejala karakteristik seperti haus, poliuria, penglihatan
buram, dan penurunan berat badan. Dalam bentuk yang paling parah,
ketoasidosis atau keadaan hiperosmolar nonketotik dapat berkembang dan
menyebabkan pingsan, koma dan, dalam pengobatan yang tidak efektif
dapat terjadi kematian. Seringkali gejala yang tidak parah, atau mungkin
tidak ada gejala, dan akibat dari hiperglikemia cukup untuk menyebabkan
perubahan patologis dan fungsional dapat terjadi untuk waktu yang lama
sebelum adanya diagnosis (WHO, 1999). Efek jangka panjang dari
diabetes mellitus dapat meliputi pengembangan progresif komplikasi
tertentu seperti retinopati dengan kebutaan potensial, nefropati yang dapat
menyebabkan gagal ginjal, dan / atau neuropati dengan risiko ulkus kaki,
amputasi, sendi Charcot, dan fitur disfungsi otonom lainnya, juga
termasuk disfungsi seksual. Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan
risiko yang lebih besar pada kardiovaskular, pembuluh darah perifer dan
penyakit serebrovaskular (WHO, 1999). Ada beberapa proses patogenik
yang terlibat dalam pengembangan diabetes. Hal ini termasuk proses yang
penghancuran sel beta pankreas dengan defisiensi insulin konsekuen, dan
hal lainnya yang mengakibatkan resistensi terhadap kerja insulin. Kelainan
karbohidrat, lemak dan metabolisme protein terjadi karena kekurangan
insulin pada jaringan target yang disebabkan oleh sensitivitas dan
kekurangan produksi insulin (WHO, 1999).
2.1.4.1. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang
berhubungan dengan kerusakan selektif sel-β pankreas yang memproduksi
insulin. Onset penyakit klinis yang merupakan tahap akhir dari kerusakan
sel-β dan mengarah ke tipe diabetes mellitus 1. Al Homsi dan Lukic
(1992) menjelaskan bahwa beberapa fitur ciri diabetes melitus tipe 1
sebagai penyakit autoimun:
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
a. Adanya sel-immuno yang kompeten dan hal lainnya yang tidak
disaring di jaringan pankreas;
b. Asosiasi kerentanan terhadap penyakit dengan kelas II (respon imun)
gen kompleks histokompatibilitas utama (MHC, Human Leukocyte
Antigen/HLA);
c. Adanya autoantibodi spesifik sel islet;
d. Penggantian sel T yang diperantarai regulasi kekebalan tubuh,
terutama dalam kompartemen sel CD4 + T;
e. Keterlibatan monokin dan sel TH1 yang enghasilkan interleukin
dalam proses penyakitnya;
f. Respon untuk imunoterapi dan;
g. Sering terjadinya penyakit auto-imun spesifik pada organ lain dan
pada individu atau anggota keluarganya yang terkena.
Patogenesis kerusakan sel-β selektif dalam jaringan pada diabetes
mellitus tipe 1 sulit untuk dipahami karena heterogenitas yang ditandai
dengan lesi pada pankreas. Pada awal hiperglikemia terbuka, campuran
pseudo pulau atrofi dengan sel yang memproduksi glikogen (sel),
somatostatin (sel d) dan pankreas poli-peptida (sel PP), sel islet yang
normal, dan sel-sel islet kecil yang mengandung sel-b dan limfosit
infiltrasi dan monosit dapat dilihat (Al Homsi MF, Lukic ML, 1992).
Infiltrasi limfosit yang hanya ditemukan di sel islet yang mengandung
residu sel-β dan kemungkinan bahwa kronisitas dimana tipe 1 DM
berkembang menggambarkan keragaman dari lesi tersebut (Al Homsi MF,
Lukic ML, 1992).
Penghancuran autoimun dari β-sel pankreas, menyebabkan
defisiensi sekresi insulin yang menghasilkan gangguan metabolik yang
berhubungan dengan DM tipe 1. Selain hilangnya sekresi insulin, fungsi αsel pankreas juga tidak normal dan ada sekresi berlebihan glukagon pada
pasien DM tipe 1. Biasanya, hiperglikemia menyebabkan sekresi glukagon
berkurang, namun pada pasien DM tipe 1, sekresi glukagon tidak ditekan
oleh hiperglikemia (Raju SM, Raju B, 2010).
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Jika sekresi yang dihasilkan tidak tepat dan dapat meningkatkan
kadar glukagon, keadaan ini dapat memperburuk kerusakan metabolik
karena tubuh kekurangan insulin. Contoh yang paling menonjol dari
gangguan metabolik ini adalah bahwa pasien dengan DM tipe 1 secara
cepat dapat berkembang menjadi ketoasidosis diabetes dengan tidak
adanya pemberian insulin. Meskipun kekurangan insulin adalah kerusakan
utama dalam DM tipe 1, tetapi ada juga kerusakan dalam pengadaan
insulin (Ozougwu et al, 2013). Ada beberapa mekanisme biokimia yang
menjelaskan penurunan respon jaringan terhadap insulin. Kekurangan
insulin menyebabkan lipolisis yang tidak terkendali dan peningkatan kadar
asam lemak bebas dalam plasma, yang menekan metabolisme glukosa
pada jaringan perifer seperti otot rangka ( Raju SM, Raju B, 2010).
Hal ini mengganggu dalam pemanfaatan glukosa dan kekurangan
insulin juga menurunkan ekspresi dari beberapa gen yang diperlukan
jaringan target untuk merespon secara normal terhadap insulin seperti
glukokinase di hati dan GLUT 4 golongan transporter glukosa dalam
jaringan adiposa. Raju dan Raju (2010) menjelaskan bahwa gangguan
metabolik utama, yang merupakan hasil dari kekurangan insulin pada
pasien DM tipe 1 adalah glukosa, lipid dan metabolisme protein yang
dijelaskan dalam rincian sebagai berikut:
a. Efek pada metabolisme glukosa
DM 1 yang tidak terkendali dapat menyebabkan peningkatan
produksi glukosa hepatik. Pertama, hati menyimpan glikogen yang telah
ada, kemudian melalui jalur glukoneogenesis, hati digunakan untuk
menghasilkan glukosa. Kekurangan insulin juga mengganggu penggunaan
jaringan hati non glukosa. Secara khusus dalam jaringan adiposa dan otot
rangka, insulin merangsang penyerapan glukosa(Ozougwu et al, 2013).
Hal ini dilakukan oleh insulin yang diperantarai gerakan transporter
protein glukosa ke membran plasma dari jaringan tersebut. Selain itu,
tingkat glukokinase hati diatur oleh insulin. Oleh karena itu, tingkat
penurunan fosforilasi glukosa dalam hepatosit menyebabkan peningkatan
pengiriman ke darah. Enzim lain yang terlibat dalam metabolisme
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
metabolisme anabolik glukosa dipengaruhi oleh insulin(Ozougwu et al,
2013).
Kombinasi peningkatan produksi glukosa hepatik dan penurunan
perifer jaringan metabolisme menyebabkan kadar glukosa plasma
meningkat. Ketika kapasitas ginjal untuk menyerap glukosa ditekan, lalu
terjadi glikosuria. Glukosa merupakan diuretik osmotik dan peningkatan
hilangnya glukosa pada ginjal yang disertai dengan hilangnya air dan
elektrolit. Hasil dari hilangnya air (dan volume keseluruhan) menyebabkan
aktivasi
mekanisme
yang
disebut
dengan
kehausan
(polidipsia).
Keseimbangan kalori negatif, yang merupakan hasil dari glikosuria dan
jaringan katabolisme menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan
makanan yang disebut dengan polifagia (Raju SM, Raju B, 2010).
b. Efek pada metabolisme lipid
Salah satu peran utama insulin adalah untuk merangsang
penyimpanan energi makanan dalam bentuk glikogen yang disimpan
dalam hepatosit dan otot rangka. Selain itu, insulin juga merangsang
hepatosit untuk mensintesis dan menyimpan trigliserida dalam jaringan
adiposa. Dalam DM tipe 1 yang tidak terkendali, ada mobilisasi yang cepat
pada trigliserida dan menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak bebas
pada plasma. Asam lemak bebas yang diambil oleh banyak jaringan
(kecuali otak) dan dimetabolisme untuk menyediakan energi. Dengan tidak
adanya insulin, kadar malonil COA jatuh, dan transportasi lemak asilCOA ke mitokondria akan meningkat (Ozougwu et al, 2013).
Oksidasi mitokondria dari asam lemak menghasilkan asetil COA
yang dapat lebih teroksidasi dalam siklus TCA. Namun, dalam hepatosit
sebagian besar asetil COA tidak teroksidasi oleh siklus TCA tetapi
dimetabolisme menjadi badan keton (asetoasetat dan b-hidroksibutirat).
Badan keton ini digunakan untuk produksi energi oleh otak, jantung dan
otot rangka. Pada DM tipe 1, peningkatan ketersediaan asam lemak bebas
dan badan-badan keton akan memperburuk penurunan penggunaan
glukosa, guna menindaklanjuti hiperglikemia berikutnya. Produksi badan
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
keton yang melebihi kemampuan tubuh menyebabkan ketoasidosis
(Ozougwu et al, 2013).
Sebuah hasil penguraian spontan asetoasetat adalah aseton yang
dikeluarkan oleh paru-paru, yang memberikan bau khas untuk nafas.
Biasanya, trigliserida plasma yang ditindaklanjuti oleh lipoprotein lipase
(LPL) yang membutuhkan insulin. LPL adalah membran terikat enzim
pada permukaan sel-sel endotel yang melapisi pembuluh darah, yang
memungkinkan asam lemak yang akan diambil dari sirkulasi trigliserida
untuk penyimpanan di adiposit (Raju SM, Raju B, 2010). Tidak adanya
insulin dapat menyebabkan hipertrigliseridemia.
c. Efek pada protein
Insulin mengatur sintesis banyak gen, baik secara positif maupun
negatif, maupun dalam mempengaruhi metabolisme secara keseluruhan.
Insulin
memiliki
efek
keseluruhan
pada
metabolisme
protein,
meningkatkan laju sintesis protein dan mengurangi laju degradasi protein.
Dengan demikian kekurangan insulin akan menyebabkan peningkatan
katabolisme protein. Peningkatan tingkat dari proteolisis menyebabkan
konsentrasi tinggi dari asam amino dalam plasma (Raju SM, Raju B,
2010). Asam amino glukogenik berfungsi sebagai prekursor untuk hati dan
ginjal pada saat glukoneogenesis, yang memberikan kontribusi lebih lanjut
untuk hiperglikemia yang terlihat pada DM tipe 1 (Ozougwu et al, 2013).
2.1.4.2.Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2
Patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2 sangat kompleks. Dua
keadaan yang mendasari Diabetes Mellitus tipe 2 adalah kegagalan sekresi
insulin dan adanya resistensi insulin. Pada awalnya, terjadi kegagalan aksi
insulin dalam upaya menurunkan gula darah, mengakibatkan sel ß
pankreas akan mensekresikan insulin lebih banyak untuk mengatasi
kekurangan insulin. Dalam ini toleransi glukosa masih dalam keadaan
normal, dan suatu saat akan terjadi gangguan dan menyebabkan Gangguan
toleransi glukosa (IGT) dan belum terjadi diabetes (DeFronzo RA,
Bonadonna RC, Ferrannini E, 1992).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
Selanjutnya, apabila keadaan resistensi inulin bertambah berat
disertai beban glukosa yang terus menerus terjadi, sel beta pankreas dalam
jangka waktu yang tidak lama tidak mampu mensekresikan insulin untuk
menurunkan kadar gula darah, dan disertai peningkatan glukosa hepatik
dan penurunan penggunaan glukosa oleh otot dan lemak yang
mempengaruhi kadar gula darah puasa dan pospandrial yang sangat
karakteristik pada diabetes mellitus tipe 2. Dan akhirnya sekresi insulin
dan sel beta pankreas akan menurun dan terjadi hiperglikemia yang
bertambah berat (DeFronzo RA, Bonadonna RC, Ferrannini E, 1992).
Jenis diabetes mellitus tipe 2 adalah gangguan metabolisme yang
kompleks pada etiologi heterogen dengan faktor risiko sosial, perilaku,
dan adanya kerentanan genetic (Kiess W et al, 2003). Jenis diabetes
mellitus tipe 2 meliputi bentuk utama diabetes umum yang dihasilkan dari
kerusakan dalam sekresi insulin, hampir selalu dengan kontribusi besar
dari resistensi insulin (WHO, 1999).
Dalam kondisi fisiologis yang
normal, konsentrasi glukosa plasma dipertahankan pada kisaran yang
sempit, meskipun terdapat fluktuasi yang luas dalam pasokan dan
permintaan dari glukos tersebut, melalui regulasi yang erat dan interaksi
yang dinamis antara sensitivitas jaringan terhadap insulin (terutama di
hati) dan sekresi insulin (Defronzo RA, Ferrannini E, 1988).
Diabetes mellitus berkembang dalam hubungan dengan beberapa
faktor genetik yang menyebabkan penurunan sekresi insulin atau resistensi
insulin dan ditambah dengan kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti
makan berlebihan (dengan kadar lemak sangat tinggi), kurang olahraga
dan akan menimbulkan obesitas. Hal ini diduga bahwa sebagian besar
kasus diabetes mellitus melibatkan beberapa faktor genetik (Yasuda K et
al, 2008).
Penurunan sekresi insulin dan penurunan sensitivitas insulin,
keduanya terlibat dalam timbulnya diabetes mellitus tipe 2, tetapi proporsi
keterlibatan mereka berbeda sesuai dengan kondisi pasien. Non-insulin
dependent diabetes mellitus sebagian besar dari jenis ini. Fungsi sel-β
pankreas dipertahankan untuk tingkat tertentu, dan suntikan insulin yang
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
sangat jarang diperlukan untuk bertahan hidup. Namun, komplikasi,
seperti infeksi, dapat menyebabkan ketoasidosis yang bersifat sementara
(Yutaka Seino et al, 2010). Awal timbulnya penyakit ini umumnya
dianggap berada pada usia pertengahan atau lebih, tetapi jenis diabetes
mellitus baru-baru ini terbukti mengalami peningkatan pada anak-anak dan
orang muda (Kitagawa T et al, 1998). Sifat diabetes mellitus tipe 2 secara
jelas tidak seragam, tetapi bisa saja dibagi lagi sesuai dengan ada atau
tidak adanya obesitas dan perbedaan tingkat keterlibatan penurunan
sekresi insulin dan penurunan sensitivitas insulin (Yutaka Seino et al,
2010).
2.1.4.3.Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestational
Gangguan metabolisme glukosa yang pertama kali ditemukan atau
berkembang selama kehamilan, secara klinis termasuk dalam diabetes
mellitus. Etiologi yang mungkin didasarkan pada mekanisme patogen
umum dengan tipe 1 dan tipe 2, dengan kehamilan memicu manifestasi
dari gangguan metabolisme glukosa. Hal ini diperdebatkan apakah
diabetes mellitus gestasional (GDM) harus diperlakukan sebagai
klasifikasi etiologi independen. Namun karena kepentingan klinisnya,
kebutuhan untuk pertimbangan khusus dan fitur yang berbeda dari diabetes
karena tidak adanya kehamilan, maka diabetes mellitus gestational
diperlakukan sebagai kategori terpisah (Yutaka Seino et al, 2010). Hal ini
karena kehamilan itu sendiri memperburuk metabolisme glukosa,
diagnosis dan kontrol glukosa memerlukan pertimbangan khusus yang
berbeda dengan tanpa adanya kehamilan, dan bahkan gangguan yang
relatif ringan dalam metabolisme glukosa selama kehamilan dapat
memberikan pengaruh yang signifikan pada bayi dan ibu. Selain itu,
gangguan metabolisme glukosa selama kehamilan sering kembali normal
setelah melahirkan, tetapi risiko terkena diabetes di masa depan meningkat
pada wanita yang memiliki gangguan metabolisme glukosa selama
kehamilan (Yutaka Seino et al, 2010).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
2.1.5. Jenis lain dari Diabetes Mellitus Karena Penyebab Spesifik
Jenis diabetes mellitus ini dibagi menjadi dua kelompok:
a. Diabetes mellitus dengan kelainan genetik diidentifikasi: Dengan
kemajuan terbaru dalam teknologi genetika, beberapa kelainan
genetik tunggal kini telah diidentifikasi sebagai penyebab diabetes
mellitus. Dibagi menjadi (i) kelainan genetik yang berhubungan
dengan fungsi b-sel pankreas; dan (ii) kelainan genetik yang terkait
dengan mekanisme aksi insulin. Setiap kelompok dapat dibagi lagi
sesuai dengan jenis kelainan genetik. Sebagai contoh, (i) meliputi
cacat pada gen insulin sendiri dan Maturity Onset Diabetes of the
Young (MODY ) ( Fajans SS, 1990;Froguel P, Vaxillaire M, Velho G,
1997).
b.
Berbagai jenis diabetes yang berhubungan dengan gangguan dan
kondisi lain: Beberapa kelainan, sindrom dan kondisi dapat disertai
dengan tahap diabetes, dan secara konvensional dapat disebut dengan
diabetes sekunder.Termasuk diabetes terkait dengan penyakit
pankreas, penyakit endokrin, penyakit hati, penggunaan narkoba,
paparan bahan kimia, infeksi virus dan berbagai sindrom genetic
(Yutaka Seino et al, 2010).
2.2.
Jenis Obat-obatan untuk Terapi Farmakologi Diabetes Melitus
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk parenteral (Rudianto et al, 2011).
2.2.1. Obat Hipoglikemik Oral
Berdasarkan cara kerjanya, Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dibagi
menjadi 5 golongan: (Rudianto et al, 2011)
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonylurea dan glinid
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
e. DPPIV-inhibitor
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
A. Pemicu Sekresi Insulin
1. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal dan kurang. Namun masih boleh diberikan
kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia
berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal
ginjaldan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjur
kan penggunaan sulfonilurea kerja panjang (Rudianto et al, 2011).
2. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase
pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat
asam benzoat) dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini diabsorpsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
(Rudianto et al, 2011)
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin
1. Tiazolidindion
Tiazolidindion
(pioglitazon)
berikatan
pada
Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPARg), suatu reseptor inti sel
otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi
insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas IIV karena
dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.
Pada
pasien
yang
menggunakan
tiazolidindion
perlu
dilakukan
pemantauan faal hati secara berkala. (golongan rosiglitazon sudah ditarik
dari peredaran karena efek sampingnya) (Rudianto et al, 2011).
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
C. Penghambat glukoneogenesis
1. Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
Terutama dipakai pada penyandang diabetes yang mengalami obesitas.
Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, renjatan, gagal
jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah
makan. Selain itu harus diperhatikan bahwa pemberian metformin secara
titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan dokter untuk memantau
efek samping obat tersebut (Rudianto et al, 2011).
D. Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan. Acarbosetidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek
samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan latulens
(Rudianto et al, 2011).
E. DPP-IV inhibitor
Glucagon-like peptide-1 (GLP1) merupakan suatu hormone
peptida yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptidaini disekresi
oleh sel mukosa usus bila ada makanan yangmasuk ke dalam saluran
pencernaan. GLP1 merupakan perangsang kuat penglepasan insulin dan
sekaligus sebagai penghambat sekresi glukagon. Namun demikian,
secara cepat GLP1 diubah oleh enzim dipeptidyl peptidase4 (DPP4),
menjadi metabolit GLP1(9,36)amide yang tidak aktif. (Rudianto et al,
2011)
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
2.2.2. Obat Parenteral
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
g. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
i.
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
j. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
2.2.2.1. Jenis dan Lama Kerja Insulin
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Tabel 2.2. Klasifikasi Insulin
Tipe Insulin
Kerja Cepat
Aspart
Lispro
Glulisine
Kerja Pendek
Reguler
Kerja Menengah
NPH
Kerja Panjang
Glargine
Determir
Onset
Waktu Puncak
(Jam)
Durasi Kerja
(Jam)
15-30 menit
15-30 menit
15-30 menit
1-2
1-2
1-2
3-5
3-4
3-5
30-60 menit
2-3
3-6
2-4 jam
4-6
8-12
4-5 jam
2 jam
6-9
22-24
14-24
(Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Dipiro, 2009)
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
2.2.2.2. Efek Samping Terapi Insulin
Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.
Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin. (Rudianto et al,
2011).
2.2.2.3. Perhitungan Dosis Insulin
Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar 5-150 unit
sehari, tergantung keadaan pasien. Selain faktor tersebut, untuk penetapan
dosis perlu diketahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam sesudah
makan serta kadar glukosa dalam urin empat porsi, yaitu antara jam 7-11,
jam 12-16, jam 16-21, dan jam 21-7 (Istiqomatunnisa, 2014).
Untuk perhitungan dosis insulin sehari-hari yang digunakan pada
pasien berdasarkan perhitungan menurut Cheng and zinman pada tahun
2005:
Hitung Insulin Harian Total (IHT) = 0.5 unit x berat badan (kg) atau
(penjumlahan dosis terakhir). Misalnya: berat badan 60kg, IHT= 30 unit.
1. Insulin Prandial Total (IPT) (lispro,aspart atau reguler) =60% dari IHT.
eg: 60% x 30 unit =18 unit.
a. Dosis sarapan =1/3 dari IPT. Mis: 1/3x18= 6 unit.
b. Dosis makam siang =1/3 dari IPT. Mis: 1/3x18= 6 unit.
c. Dosis makan malam =1/3 dari IPT. Mis: 1/3x18= 6 unit.
2. Insulin Basal Total (IBT) (NPH,glargine,ultralente) =40% dari IHT.
eg: 40% x 30 unit =12 unit.
a. Dosis sebelum tidur= IBT
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
2.3.
Penyakit Ginjal Kronis
2.3.1. Definisi dan Klasifikasi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi ginjal
yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu
sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat
penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik (Tandi et al, 2014).
Keadaan dimana fungsi ginjal mengalami penurunan yang
progresif secara perlahan tapi pasti, yang dapat mencapai 60 % dari
kondisi normal menuju ketidakmampuan ginjal ditandai tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia disebut dengan gagal ginjal kronik. Gagal Ginjal
Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana
kemampuan
tubuh
untuk
mempertahankan
metabolisme
dan
keseimbangan cairan dan elektrolit gagal, menyebabkan uremia yaitu
retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2001).
Pada tahun 2002, National Kidney Foundation Kidney Disease
Outcomes Quality Initiative (NKF KDOQI) menerapkan pedoman baru
yang ditetapkan untuk penentuan paradigma penyakit ginjal kronis (CKD)
dengan stadium yang baru (Onuigbo, 2014). Dengan ini, dengan
menggunakan kisaran yang telah ditetapkan oleh Perkiraan Tingkat Filtrasi
Glomerulus atau estimated Glomerular Filtration Rates (eGFR), CKD
dibedakan menjadi lima tahap: I, II, III, IV, V (Onuigbo, 2014).
CKD
didefinisikan
sebagai
adanya
kerusakan
ginjal,
dimanifestasikan oleh ekskresi albumin yang tidak normal atau fungsi
ginjal menurun, yang diukur dengan laju filtrasi glomerulus (GFR) dan
berlangsung selama lebih dari tiga bulan (Thomas et al, 2008). Untuk
memudahkan perkiraan keparahan CKD, National Kidney Foundation
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
sebagai bagian dari Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (NKF
KDOQI), mengembangkan kriteria untuk pasien CKD: (Coresh J et al,
2003)
a. Stage 1: eGFR yang normal ≥ 90 mL / menit per 1,73 m2 dan
albuminuria persisten
b. Stage 2: eGFR antara 60-89 mL / menit per 1,73 m2
c. Stage 3: eGFR antara 30-59 mL / menit per 1,73 m2
d. Stage 4: eGFR antara 15-29 mL / menit per 1,73 m2
e. Stage 5: eGFR dari <15 mL / menit per 1,73 m2 atau stadium akhir
penyakit ginjal
2.3.2. Patofisiologi
Ketika membahas patofisiologi CKD, karakteristik struktural dan
fisiologis ginjal, serta prinsip-prinsip kerusakan jaringan ginjal dan
perbaikan harus menjadi bahan pertimbangan (Matovinović, 2009).
Pertama, laju aliran darah ginjal sekitar 400 ml / 100g jaringan per
menit jauh lebih besar daripada yang diamati pada pembuluh darah juga
perfusi pembuluh darah lainnya seperti jantung, hati dan otak. Akibatnya,
jaringan ginjal mungkin terkena bahan atau substansi berbahaya dalam
jumlah yang signifikan yang beredar pada pembuluh darah tersebut.
Kedua, filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan glomerulus baik intramaupun trans- yang agak tinggi (bahkan dalam kondisi fisiologis). Render
kapiler glomerulus rentan terhadap cedera hemodinamik, berbeda dengan
pembuluh kapiler lainnya. Ketiga, membran filtrasi glomerulus memiliki
muatan molekul negatif yang berfungsi sebagai penghalang yang
menghambat makromolekul anionik. Dengan gangguan pada penghalang
elektrostatik ini, seperti halnya dalam berbagai bentuk luka pada
glomerulus, protein plasma memperoleh akses ke filtrat glomerular.
Keempat, secara berurutan dari nefron mikrovaskulatur (glomerulus yang
membelit pada jaringan kapiler peritubular) dan posisi aliran ke bawah
dari tubuli yang berkaitan dengan glomeruli, tidak hanya menjaga
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
keseimbangan glomerulotubular tetapi juga memfasilitasi meluasnya luka
pada glomerulus ke kompartemen tubulointerstitial pada penyakit CKD,
memaparkan sel epitel tubular menuju pada ultrafiltrasi yang tidak normal.
Karena pembuluh darah peritubular menjadi dasar dalam sirkulasi
glomerulus, beberapa mediator dari reaksi inflamasi pada glomerulus
mungkin membanjiri ke dalam sirkulasi peritubular yang berkontribusi
terhadap reaksi inflamasi interstisial yang terjadi pada CKD. Selain itu,
setiap penurunan praglomerular maupun glomerulus perfusi menyebabkan
penurunan aliran darah peritubular, dimana hal tersebut tergantung pada
derajat hipoksia, dan melibatkan tubulointerstitial dan remodeling
jaringan. Dengan demikian, konsep nefron sebagai unit fungsional tidak
hanya berlaku untuk fisiologi ginjal, tetapi juga untuk patofisiologi
penyakit ginjal. Kelima, glomerulus sendiri juga harus dianggap sebagai
unit
fungsional
dengan
masing-masing
kandungannya,
yaitu
endothothelial, mesangial, sel-sel epitel visceral dan parietal - podocytes,
dan matriks ekstraselular yang mewakili bagian yang tidak terpisahkan
dari fungsi normal. Kerusakan di salah satu bagian akan mempengaruhi
bagian yang lain melalui mekanisme yang berbeda, seperti halnya pada
koneksi sel-sel langsung (misalnya, gap junction), mediator yang mudah
larut seperti kemokin, sitokin, faktor pertumbuhan, dan perubahan
komposisi dalam membran matriks (Matovinović, 2009).
Tanpa mengambil kira penyebab kerusakan jaringan ginjal, yang
progresif dan menahun, ginjal mempunyai keupayaan untuk terus
mempertahankan LFG menerusi hiperfiltrasi dan mekanisme kompensasi
kerja yaitu hipertrofi pada nefron yang masih berfungsi. Keupayaan ginjal
ini dapat meneruskan fungsi normal ginjal untuk mensekresi bahan
buangan seperti urea dan kreatinin sehingga bahan tersebut meningkat
dalam plasma darah hanya setelah LFG menurun pada tahap 50% dari
yang normal. Kadar kretinin plasma akan mengganda pada penurunan
LFG 50%. Walaupun kadar normalnya adalah 0,6 mg/dL menjadi 1,2
mg/dL, ia menunjukkan penurunan fungsi nefron telah menurun sebanyak
50% (Arora, 2010). Bagian nefron yang masih berfungsi yang mengalami
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
hiperfiltrasi dan hipertrofi, walaupun amat berguna, tetapi telah
menyebabkan kerusakan ginjal yang progresif. Ini dipercayai terjadi
karena berlaku peningkatan tekanan pada kapilari glomerulus, yang
seterusnya bisa mengakibatkan kerusakan kapilari tersebut dan menjadi
faktor predisposisi terhadap kejadian glomerulosklerosis segmental dan
fokal (Arora, 2010).
Pada gagal ginjal kronik fungsi normal ginjal menurun, produk
akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresi melalui urin
tertimbun dalam darah. Ini menyebabkan uremia dan mempengaruhi setiap
sistem tubuh penderita. Semakin banyak timbunan produk bahan buangan,
semakin berat gejala yang terjadi. Penurunan jumlah glomerulus yang
normal menyebabkan penurunan kadar pembersihan substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan menurunnya LFG, ia
mengakibatkan penurunan pembersihan kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum terjadi. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme
protein dalam usus yang menyebabkan anoreksia, nausea dan vomitus
yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Peningkatan ureum kreatinin yang sampai ke otak bisa mempengaruhi
fungsi kerja, mengakibatkan gangguan pada saraf, terutama pada
neurosensori. Selain itu blood urea nitrogen (BUN) biasanya juga
meningkat. Pada penyakit
ginjal tahap akhir urin tidak dapat
dikonsentrasikan atau diencerkan secara normal sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan elektrolit. Natrium dan cairan tertahan
meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung kongestif. Penderita akan
menjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan asupan zat oksigen dengan
kebutuhan tubuh. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi
edema dan ascites. Hal ini menimbulkan risiko kelebihan volume cairan
dalam tubuh, sehingga perlu diperhatikan keseimbangan cairannya.
Semakin menurunnya fungsi ginjal, terjadi asidosis metabolik akibat ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Juga terjadi
penurunan produksi hormon eritropoetin yang mengakibatkan anemia.
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal terjadi peningkatan
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis
berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urin,
dan adanya hipertensi (Smeltzer, 2001).
2.3.3. Persamaan Cockroft-Gault
Persamaan Cockcroft-Gault berasal dari 249 pasien rawat inap
(96% laki-laki, usia berkisar 18-92 tahun) dengan disfungsi ginjal ringan
di Rumah Sakit Veteran Mary Queens di Kanada berdasarkan pengukuran
tunggal dari 24 jam ClCr (Mahmoud, 2008). Persamaan Cockcroft-Gault
memberikan estimasi kuantitatif ClCr dari SCr.
Persamaan Cockroft-Gault:
Pria: ClCr (ml/min)=
(
Wanita: ClCr (ml/min)=
)
(
(
(
)
)
)
(
)
)
(
Persamaan Cockroft-Gault yang disesuaikan dengan Body Surface Area
(BSA):
Pria: ClCr (ml/min)=
(
Wanita: ClCr (ml/min)=
)
(
(
(
)
)
)
(
(
)
)
2.3.4. Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi Penyakit Ginjal Kronis
Pada penyakit ginjal kronis (CKD), dosis dan dosis interval obat
yang diekskresikan atau dimetabolisme melalui ginjal harus disesuaikan
dengan laju filtrasi glomerulus residual (GFR). Beberapa obat yang
berkontraindikasi pada tingkat sedang sampai pada kerusakan ginjal yang
parah karena efek yang berpotensi serius dari akumulasi obat atau
metabolit. Untuk pasien yang menjalani dialisis, adalah sangat penting
untuk hati-hati dalam memeriksa dosis dan butuh pemantauan yang ketat.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Pengobatan untuk manifestasi patologis dari CKD adalah sebagai
berikut (Arora, 2010):
a. Hyperphosphatemia: diet pengikat zat fosfat dan pembatasan zat
fosfat pada makanan
b. Hipokalsemia: suplemen kalsium dan calcitriol
c. Hiperparatiroidisme: calcitriol atau analog vitamin D
d. Anemia: terapi penggantian zat besi dan agen eritropoiesisstimulating
1. Terapi Nonfarmakologi
Diet
rendah
protein
(0,6-0,75
g/kg/hari)
dapat
menunda
perkembangan CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes, meskipun
efek yang dihasilkan relatif kecil (Dipiro, 2009).
2. Terapi Farmakologi
a. Hiperglikemia
- Terapi intensif pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2
mengurangi komplikasi mikrovaskuler, termasuk nefropati.
Terapi intensif dapat mencakup insulin atau obat oral dan
melibatkan pengecekan gula darah setidaknya tiga kali sehari
(Dipiro, 2009).
- Perkembangan CKD dapat dibatasi oleh kontrol optimal
hiperglikemia dan hipertensi (Dipiro, 2009).
b. Hipertensi
- Kontrol tekanan darah yang memadai dapat mengurangi tingkat
penurunan GFR dan albuminuria pada pasien dengan atau tanpa
diabetes (Dipiro, 2009).
- Terapi antihipertensi harus dimulai pada pasien CKD diabetes
atau nondiabetes dengan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACEI) atau reseptor blocker angiotensin II. Nondihydropyridine
calcium channel blockers yang umumnya digunakan sebagai obat
antiproteinuric lini kedua ketika ACEI atau angiotensin II
receptor blockers tidak ditoleransi (Dipiro, 2009).
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
- Clereance ACEI berkurang pada pasien CKD, karena itu
pengobatan harus dimulai dengan dosis serendah mungkin yang
diikuti oleh titrasi bertahap untuk mencapai target tekanan darah
yang diinginkan dan untuk meminimalkan proteinuria. Tidak ada
yang lebih unggul dari penggunaan ACEI secara pengobatan
tunggal (Dipiro, 2009).
- GFR biasanya menurun 25% sampai 30% dalam waktu 3 sampai
7 hari setelah memulai ACEI karena obat golongan ini
mengurangi tekanan intraglomerular, kenaikan berkelanjutan
dalam kreatinin serum lebih dari 30% setelah memulai ACEI
yang mungkin disebabkan karena ACEI dan penghentian
penggunaan obat tersebut harus dipertimbangkan. Kalium serum
juga
harus
dipantau
untuk
mendeteksi
perkembangan
hiperkalemia setelah memulai atau meningkatkan dosis dari ACEI
(Dipiro, 2009).
c. Terapi Pendukung
- Pembatasan diet protein diet, obat pengurang kadar lipid, berhenti
merokok,
dan
manajemen
anemia
dapat
membantu
memperlambat laju perkembangan CKD (Dipiro, 2009).
- Tujuan utama dari terapi penurun lipid di CKD adalah untuk
menurunkan
resiko
penyakit
kardiovaskular
aterosklerotik
progresif (Dipiro, 2009).
- Tujuan kedua adalah untuk mengurangi proteinuria dan
penurunan fungsi ginjal yang terlihat dengan pemberian statin (3hidroksi-3-methylglutaryl koenzim A reduktase) (Dipiro, 2009).
2.4.
Drug Related Problem
2.4.1. Definisi dan Prevalensi
Dalam proses pemberian obat banyak hal-hal yang kemungkinan
terjadi terkait masalah obatnya (Drug Related Problems). A drug related
problem adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian dalam
pencapaian terapi obat yang diberikan pasien yang dinilai oleh seorang
professional (Rumpuin, Christin Beactrix, 2013).
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
Drug related problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa atau
keadaan dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat
mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan (Bemt and Egberts, 2007).
Ada beberapa definisi dari DRP dalam literatur tetapi hampir
semuanya sangat mirip. Salah satu definisi pertama oleh Hepler dan Strand
adalah "Suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan terapi obat yang
benar-benar atau berpotensi mengganggu pasien mengalami hasil yang
optimal dari perawatan medis" (Hepler, 1990). Pada tahun yang sama,
Strand mendefinisikan ulang definisi sendiri dari DRP menjadi
"Pengalaman pasien yang tidak diinginkan yang melibatkan terapi obat
dan yang benar-benar atau berpotensi mengganggu hasil pasien
dikehendaki" (Strand et al, 1990).
Banyak penelitian telah menunjukkan DRPs menjadi hal yang
sangat umum dalam perawatan primer dan dalam pengaturan rumah sakit.
Dalam keduanya, ada bukti bahwa intervensi apoteker dapat mengurangi
terjadinya DRPs (Eichenberger, 2010). Sebuah studi di apotek-apotek
umum menunjukkan bahwa tingkat deteksi terjadinya DRPs di apotekapotek yang memberikan layanan farmasi, delapan kali lipat lebih tinggi
dapat terdeteksi dibandingkan dengan apotek yang tidak memberikan
pelayanan farmasi (Currie et al, 1997).
2.4.2. Klasifikasi
Sebuah gambaran dengan informasi rinci tentang sistem klasifikasi
telah diterbitkan oleh van Mil et al. pada tahun 2004 (Van et al, 2004).
Salah satu sistem klasifikasi pertama diterbitkan pada tahun 1990 oleh
Strand et al yang mendefinisikan DRPs menjadi delapan kategori, semua
hal yang berpotensi mengganggu terapi obat pasien (Strand et al, 1990):
a. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien memerlukan
terapi obat (indikasi obat) tetapi pasien tidak menerima obat
untuk indikasi itu.
b. Pasien memiliki kondisi medis dimana obat yang salah
yang digunakan.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
c. Pasien memiliki kondisi medis dimana obat
yang
digunakan terlalu sedikit.
d. Pasien memiliki kondisi medis dimana terlalu banyak obat
yang digunakan.
e. Pasien memiliki kondisi medis yang dihasilkan dari ADR
(Adverse Drug Reaction).
f. Pasien memiliki kondisi medis yang dihasilkan dari
interaksi obat-obat, obat-makanan, atau obat-laboratorium.
g. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien tidak
menerima obat yang diresepkan.
h. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien mengambil
obat yang tidak sesuai dengan indikasi yang valid.
Sedangkan PCNE mengklasifikasikan DRPs menjadi 4, yaitu
masalah efektivitas terapi, reaksi yang tidak diinginkan, biaya pengobatan
serta masalah lainnya (Bemt and Egberts, 2007). Sedangkan menurut
Cipolle et al, DRPs dapat diidentifikasi atau dicirikan oleh perbedaan
berikut (Cipolle et al, 2004):
a. Pasien memiliki kondisi medis yang memerlukan terapi
obat (indikasi obat) tetapi pasien tidak menerima obat untuk
indikasi
b. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien tidak
menerima obat.
c. Pasien memiliki kondisi medis dimana dosis yang diberikan
terlalu tinggi.
d. Pasien memiliki kondisi medis dimana dosis yang diberikan
terlalu rendah.
e. Pasien memiliki kondisi medis yang dihasilkan dari reaksi
obat yang merugikan (efek samping dan interaksi obat).
f. Pasien memiliki kondisi medis dimana pasien menerima
terapi obat yang tidak perlu.
g. Pasien memiliki kondisi medis dimana obat yang diberikan
tidak efektif terhadap terapi.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
2.4.2.1 Interaksi Obat
Interaksi obat dikatakan terjadi ketika efek dari satu obat diubah
dengan adanya kehadiran obat lain, jamu, makanan, minuman atau oleh
beberapa bahan kimia lainnya (Stockley, 2008). Interaksi obat dapat
menghasilkan efek yang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau
efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions)
yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena
meningkatnya kadar obat didalam plasma, atau sebaliknya menurunnya
kadar obat didalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak
optimal (Gitawati, 2008).
Mekanisme terjadinya interaksi obat dapat melalu beberapa cara
yakni interaksi secara farmasetik, interaksi secara farmakokinetik dan
interaksi secara farmakodinamik (Gitawati, 2008).
a. Interaksi Farmasetik
Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik
bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadi
presipitasi,
perubahan
warna,
tidak
terdeteksi,
yang
selanjutnya
menyebabkan obat menjadi tidak aktif (Gitawati, 2008).
b. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorbs, distribusi,
metabolism
dan
ekskresi
(ADME)
dapat
meningkatkan
ataupun
menurunkan kadar obat. Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi
pada suatu obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat
lainnya meskipun masih dalam satu kelas terapi, disebabkan karena
adanya perbedaan fisikokimia, yang menghasilkan sifat farmakokinetik
yang berbeda (Gitawati, 2008).
c. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang
bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang
sama sehingga terjadi efek aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada
perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi
farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah
berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya kejadian
interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari
sebelumnya jika mengetahui mekanisme kerja obat yang akan digunakan.
Interaksi obat sering dianggap sebagai sumber terjadinya efek
samping obat (adverse drug reactions), yakni jika metabolism suatu obat
indeks terganggu akibat adanya obat lain dan menyebabkan peningkatan
kadar plasma obat indeks sehingga terjadinya toksisitas. Selain itu
interaksi antar obat dapat menurunkan efikasi obat. Interaksi obat
demikian tergolong sebagai interaksi obat ”yang tidak dikehendaki” atau
Adverse Drug Interactions (Gitawati, 2008).
Interaksi obat yang tidak dikehendaki mempunyai implikasi klinis
jika obat indeks memiliki tingkat keamanan yang sempit, onset of action
obat cepat terjadi dalam waktu 24 jam, dampak dari adverse drug
interaction bersifat serius atau berpotensi fatal dan mengancam kehidupan.
Banyak factor yang berperan dalam terjadinya adverse drug interactions
yang bermakna secara klinik, antara lain factor usia, penyakit, genetic, dan
penggunaan obat-obat preskripsi bersamaan dengan beberapa obat OTC
secara bersamaan (Gitawati, 2008).
Adakalanya penambahan obat lain justru diperlukan untuk
meningkatkan atau mempertahankan kadar plasa obat-obat tertentu
sehingga diperoleh efek terapetik yang diharapkan. Selain itu, penambahan
obat lain diharapkan dapat mengantisipasi atau mengantagonis-kan efek
obat yang berlebihan. Penambahan obat lain dalam bentuk kombinasi
(tetap ataupun tidak tetap) sering disebut pharmacoenhancement, juga
sengaja
dilakukan
meningkatkan
untuk
kepatuhan,
mencegah
dan
perkembangan
menurunkan
biaya
resistensi,
terapi
karena
mengurangi regimen dosis obat yang harus diberikan (Gitawati, 2008).
Tingkat keparahan interaksi obat dapat diklasifikasikan kedalam
tiga tingkatan keparahanan yaitu tingkat keparahan minor, tingkat
keparahan moderate, dan tingkat keparahan major (Novitasari 2015).
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
a. Tingkat keparahan minor
Interaksi obat minor biasanya memberikan potensi yang rendah
secara klinis dan tidak membutuhkan terapi tambahan. Contoh interaksi
minor adalah interaksi
hidralazin
dan furosemid.
Dimana efek
farmakologis furosemid dapat meningkat jika diberikan bersamaan dengan
hidralazin, tetapi secara klinis tidak signifikan. Interaksi obat minor dapat
diatasi dengan menilai rejimen pengobatan.
b. Tingkat keparahan moderate
Interaksi moderate sering membutuhkan pengaturan dosis atau
dilakukan pemantauan. Contohnya, obat rifampisin dan isoniazid yang
dapat menyebabkan peningkatan terjadinya hepatotoksisitas. Namun,
kombinasi ini masih sering digunakan dan diiringi dengan melakukan
pemantauan enzim hati.
c. Tingkat keparahan major
Interaksi
major
pada
umumnya
harus
dihindari
bila
memungkinkan, karena dapat menyebabkan potensi toksisitas yang serius.
Contohnya, ketokonazol yang dapat menyebabkan peningkatan cisaprid
sehingga dapat memperpanjang interval QT dan mengancam jiwa.
Sehingga kombinasi ini tidak disarankan untuk digunakan.
2.4.2.2 Dosis dibawah dosis terapi (dosage is too low)
Pada dasarnya, dosis semua obat dipertimbangkan berdasarkan
penyakit, dan informasi riwayat pasien. Dosis dapat dikatakan kurang
optimal jika konsentrasi obat di serum tidak tercapai bersamaan dengan
adanya (tanda-tanda dan gejala) maka hal ini dapat dikatakan DRP
(Novitasari, 2015). Penyebab dosis rendah lainnnya seperti frekuensi
pemberian dosis yang tidak tepat, jarak dan waktu pemberian terapi obat
terlalu singkat, penyimpanan obat yang tidak sesuai (misalnya,
penyimpanan obat di tempat yang terlalu panas atau lembab, menyebabkan
degradasi bentuk sediaan dan dosis subterapi), pemberian obat yang tidak
sesuai, dan interaksi obat (Mahmoud, 2008).
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
2.4.2.3 Dosis diatas dosis terapi (dosage is too high)
Dimana dosis melebihi dosis terapi memberikan efek yang
berlawanan dengan seharusnya. Keadaan dimana dosis ditingkatkan secara
cepat dan peningkatan menyebabkan komplikasi lainnya maa hal ini dapat
dikatakan adanya DRP. Hal ini juga memungkinkan adanya akumulasi
obat dalam jangka yang panjang sehingga menyebabkan efek toksik pada
pasien (Novitasari, 2015). Pasien yang mengalami atau berpotensi untuk
mengalami keracunan yang ditimbulkan oleh dosis obat yang berlebih
merupakan masalah umum yang terdapat pada praktek klinis. Pemantauan
farmakokinetik dan penyesuaian dosis tidak bisa terlalu ditekankan atau
terlalu cepat hal ini untuk mencegah terjadinya DRP (Novitasari, 2015).
2.4.3.Literatur Review
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Huri et al pada tahun 2013
yang berjudul Drug Related Problem pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Disertai dengan Dislipidiemia, metode yang digunakan pada penelitian
tersebut adalah metode retrospektif yang melibatkan 208 pasien DMT2
baik dengan atau tanpa dislipidemia, dan dilakukan di sebuah rumah sakit
tersier di Malaysia dari Januari 2009 sampai Desember 2011. Identifikasi
dan penilaian DRPs didasarkan pada PCNE versi 5,01. Berpotensi
pengobatan yang tidak pantas digunakan pada orang dewasa yang lebih tua
dinilai berdasarkan kritertia menurut American Geriatrics Society Beers
yang
diperbarui.
Hasilnya
menunjukkan
sebanyak
406
DRPs
diidentifikasi. Di antara pasien tersebut, 91,8% memiliki setidaknya satu
DRP, rata-rata 1,94 ± 1,10 masalah per pasien. Sebagian besar pasien
DMT2 dengan dislipidemia (91,8%) memiliki setidaknya satu jenis DRP.
Jenis yang paling banyak pada DRPadalah potensial interaksi obat-obat
(18,0%), obat tidak diambil atau diberikan (14,3%) dan tidak adanya
kesadaran yang cukup mengenai kesehatan dan penyakit (11,8%). Antihipertensi, modifikasi-lipid dan agen anti diabetes adalah golongan obat
yang paling mungkin terkait dengan DRPs. Jenis kelamin pria, gangguan
ginjal, polifarmasi dan kontrol lipid yang sedikit, merupakan faktor yang
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
signifikan terkait dengan DRP pada pasien dislipidemia diabetik (Huri et
al, 2013).
Selanjutnya menurut penelitian yang dilakukan juga oleh Huri et al
pada tahun 2013 yang berjudul Drug Related Promblem pada Pasien
Diabetes Mellitus yang Disertai dengan Hipertensi: Penelitan CrossSectional
Retrospektif,
penelitian
tersebut
menggunakan
metode
retrospektif dan melibatkan pasien DMT2 dengan hipertensi yang
dilakukan di sebuah rumah sakit tersier di Malaysia dari Januari 2009
sampai Desember 2011. Penilaian DRPs didasarkan pada PCNE versi
5,01. Hasil yang didapatkan adalah dua ratus pasien dengan total 387
DRPs diidentifikasi. Di antara pasien tersebut, 90,5% memiliki setidaknya
satu DRP, rata-rata 1,9 ± 1,2 masalah per pasien. DRPs yang paling umum
ditemui adalah kesadaran yang tidak cukup tentang kesehatan dan penyakit
(26%), masalah pemmilihan obat (23%), masalah dosis (16%) dan
interaksi obat (16%). Obat yang paling banyak terlibat adalah aspirin,
clopidogrel, simvastatin, amlodipine dan metformin. Enam domain dari
DRPs ditemukan memiliki asosiasi statistik yang signifikan, diantaranya
adalah gangguan ginjal, polifarmasi, penyakit kardiovaskular, status orang
tua, dan durasi dirawat di rumah sakit (Huri et al, 2013).
Selanjutnya menurut penelitian yang dilakukan oleh Osman et al
pada tahun 2015 yang berjudul Identifikasi Drug Related Problem pada
Pasien CKD yang Menjalani Hemodialisis di Kota Sulaimani. Penelitian
ini telah dirancang untuk menyelidiki DRPs pada pasien dengan penyakit
ginjal tahap akhir di pusat hemodialisa Sulaimani. Lima puluh pasien
dengan gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis jangka
panjang di pusat hemodialisis di kota Sulaimani. Yang terdaftar dalam
penelitian ini adalah pada bulan Februari-Juli 2013. Pengamatan dilakukan
untuk semua obat yang diresepkan untuk pasien pada grafik pengobatan
hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan, DRP kategori di bawah dosis
terapi (29%) dan kegagalan pengobatan (27,7%) adalah DRPs yang paling
banyak ditemukan dalam penelitian tersebut. 68% dari pasien disertai
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
dengan hiperfosfatemia, sementara 32% dari mereka menunjukkan tingkat
fosfat normal. 53% dari pasien hyperphosphatemic menerima perawatan,
sementara 47% tidak dikelola secara efektif dalam hal ini (Osman et al,
2015)
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
BAB III
KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL
3.1.
Kerangka Konsep
Karakteristik Pasien:
-Nama
-Umur
-Jenis kelamin
-Diagnosa
-Hasil laboratorium -Komorbid
-Obat DM
Rekam medis 120
pasien DM
dengan penyakit
CKD tahun 2014
di RSUP
Fatmawati
Pasien yang
memenuhi kriteria
inklusi dan eklusi
Pasien yang
mendapatkan
obat DM
DRP
Dosis
terlalu
tinggi
Dosis
terlalu
rendah
Ya
Adverse
Drug
Reaction
s (reaksi
alergi,
interaksi
obat)
Tidak
CKD: Chronic Kidney Disease
DM: Diabetes Mellitus
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
3.2.
Definisi Operasional
a. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang indentitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita
selama di rawat di rumah sakit, baik rawan jalan maupun rawat
tinggal.
b.
Drug-related problem adalah suatu keadaan dimana terjadi
ketidaksesuaian dalam pencapaian terapi obat yang diberikan pasien
yang dinilai oleh seorang professional atau peristiwa atau keadaan
dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi
hasil terapi yang diinginkan.
c. Dosis terlalu rendah adalah keadaan dimana pasien diberikan obat
dengan dosis terlalu rendah untuk mencapai respon, jika jarak interval
pemberian terlalu jarang atau ketika interaksi obat dapat mengurangi
bioavailabilitas obat.
d. Dosis terlalu tinggi adalah keadaan dimana pasien diberikan obat
dengan dosis terlalu tinggi, jika jarak interval pemberian obat terlalu
pendek, jika durasi kerja obat terlalu panjang, jika terjadi interaksi
obat yang dapat menyebabkan reaksi toksik,atau jika sediaan obat
diadministrasikan terlalu cepat.
e.
Adverse Drug Reactions adalah DRP yang terjadi apabila pasien
mengalami reaksi yang tidak diinginkan, reaksi alergi, serta terjadi
interaksi dengan obat lain
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati Jakarta Selatan selama dua bulan pada bulan Juni sampai
Agustus 2015.
4.2.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong
lintang), yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran
kejadian DRP pada pasien pada waktu tertentu. Dan pengumpulan data
dilakukan dengan metode retrospektif.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder,
yaitu berupa catatan rekam medis pasien diabetes mellitus yang disertai
dengan gagal ginjal kronis di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan selama
periode Januari sampai Juni tahun 2014.
4.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes
mellitus disertai dengan gagal ginjal kronis yang dirawat di RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan pada periode Januari sampai Juni tahun 2014
dengan populasi sebanyak 150 pasien.
4.3.2. Sampel Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
purposive yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang
digunakan psada penelitian ini sebanyak 30 sampel
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
4.4.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1. Kriteria Inklusi
a. Pasien dengan diagnosis diabetes mellitus berdasarkan hasil
pemeriksaan oleh dokter.
b. Pasien dengan riwayat penyakit diabetes mellitus dengan gagal ginjal
kronis.
c. Pasien dengan usia diatas 40 tahun baik pria maupun wanita.
d. Pasien yang menerima obat lebih dari dua macam obat.
4.4.2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan usia dibawah 40 tahun baik pria maupun wanita.
b. Rekam medis yang tidak lengkap,hilang, dan tidak jelas.
c. Gula darah yang tidak dikontrol setiap harinya.
d. Pasien wanita hamil.
4.5.
Prosedur Penelitian
4.5.1. Persiapan
a. Pengurusan izin penelitian di RSUP Fatmawati
b. Presentasi proposal di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Presentasi proposal di RSUP Fatmawati
4.5.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
a. Penelusuran data rekam medik pasien dirawat inap RSUP Fatmawati
Jakarta Selatan dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Juni
2014.
b. Pengambilan dan pencatatan data hasil rekam medis berupa nomor
rekam medis, identitas pasien (nama dan jenis kelamin), tanggal
perawatan, tekanan darah, kadar gula darah, diagnosa, data
penggunaan obat (jenis obat, dan lama penggunaan ), dan hasil
laboratorium.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
4.5.3. Pengelolaan Data
a. Editing data
Sebelum melakukan penilaian terhadap data mentah, peneliti
melakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan
mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian.
b. Coding data
Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari
proses seleksi untuk mempermudah analisis dengan program
Microsoft Excel. Coding berupa kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
c. Entry data
Peneliti memasukan data yang telah dilakukan proses coding
ke dalam program Microsoft Excel dalam bentuk tabel.
d. Cleaning data
Kegiatan pembersihan data dilakukan untuk mengecek
kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.
4.5.4.
Rencana Analisis Data
Data yang telah diinput ke dalam komputer dan akan dianalisis
dengan analisa univariat. Analisa univariat dilakukan untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi pada variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen) yang diteliti.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik Pasien
Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit
penyerta lainnya. Identifikasi Drug Related Problems pada pasien
digambarkan secara deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien
diabetes melitus yang disertai dengan gagal ginjal kronis di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati pada bulan Januari-Juni 2014 terdapat 150 pasien
dan didapat 30 pasien yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini.
Untuk data karakteristik pasien yang menerima terapi obat dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus yang Disertai dengan
CKD di RSUP Fatmawati, 2015 (n=30)
Karakteristik Pasien
Berdasarkan Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Berdasarkan Usia
<50 tahun
>50 tahun
Jumlah
Persentase (%)
18
12
60
40
2
28
7
93
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien penderita diabetes
mellitus yang disertai dengan CKD terbanyak adalah pasien pada rentang
usia lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 28 orang (93%).
Dilihat dari katergori berdasarkan usia, pasien penderita diabetes
mellitus yang disertai dengan CKD lebih banyak pada wanita yaitu
sebanyak 18 pasien (60%).
Untuk data distribusi penyakit penyerta lain yang diderita pasien
diabetes mellitus yang disertai dengan CKD dapat dilihat pada tabel 5.2
dibawah.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Tabel 5.2 Data Distribusi Penyakit Penyerta Lainnya Pasien Diabetes
Mellitus yang Disertai dengan CKD di RSUP Fatmawati
Penyakit Penyerta
Anemia
Hipertensi
Hiponatremia, CVD
Dispepsia
Hiperkalemia, CAP, CHF
Nefropati, TBC, hipokalemia,
stroke
Frekuensi
10
9
6
4
3
2
Persentase (%)
1
2
ISK, diare, selulitis DM,
peningkatan transaminase,
hematesis helena, peningkatan
enzim, insomnia
15
14
9
6
5
3
Keterangan: CVD = Cardivascular Disease, CAP = Community Acquired
Pneumonia , CHF = Congestive Heart Failure , ISK = Infeksi Saluran
Kemih.
Berdasarkan hasil dari tabel diatas tentang penyakit penyerta
lainnya yang diderita oleh pasien diabetes mellitus yang disertai dengan
CKD menunjukkan bahwa penyakit penyerta lainnya yang paling banyak
diderita pasien adalah anemia sebanyak 15%, terbanyak kedua adalah
hipertensi sebanyak 14%, diikuti oleh CVD dan hiponatremia sebanyak
9%, lalu dispepsia sebanyak 6%, dan untuk penyakit penyerta lainnya
dibawah 5%.
5.1.2. Profil Penggunaan Obat
Untuk profil penggunaan obat pasien diabetes mellitus yang
disertai dengan CKD di RSUP Fatmawati dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 5.3 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Disertai dengan CKD di RSUP Fatmawati, 2015 (n=30)
Profil Penggunaan Obat
Jumlah
Persentase (%)
14
13
3
47
43
14
Obat Diabetes Tunggal
Obat Diabetes Kombinasi
Tidak Diberikan Obat Diabetes
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Berdasarkan tabel diatas, pada pasien diabetes mellitus yang disertai
dengan CKD didapatkan paling banyak pasien diberikan obat diabetes
tunggal yaitu sebanyak 14 pasien (47%), 13 pasien (43%) diberikan obat
diabetes kombinasi, dan sisanya sebanyak 3 pasien (14%) tidak diberikan
terapi obat diabetes mellitus.
Untuk penggunaan obat dibetes tunggal dan obat diabetes kombinasi
yang digunakan pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 5.4 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Disertai CKD
Profil Penggunaan Obat
Obat Diabetes Tunggal
Insulin Aspart
Glikuidon
Insulin Lispro
Insulin Glargine
Obat Diabetes Kombinasi
Insulin Aspart+Insulin Glargine
Insulin Lispro+Insulin Glargine
Insulin Aspart+Insulin Reguler
Insulin Lispro+Determir
Insulin Aspart+Dextrose
Insulin Glargine+Insulin
Aspart+Glimepiride
Insulin Glulisine+Insulin
Reguler
Insulin Reguler+Dextrose
Glikuidon+Dextrose
Frekuensi
Persentase (%)
5
3
1
1
50
30
10
10
3
2
1
1
1
25
17
8
8
8
1
8
8
1
1
1
8
8
Berdasarkan tabel diatas, untuk penggunaan obat diabetes tunggal
yang paling banyak diberikan pada pasien diabetes mellitus yang disertai
dengan CKD adalah insulin aspart sebanyak 5 pasien.
Untuk penggunaan obat diabetes kombinasi, yang paling banyak
diberikan pada pasien adalah pada penggunaan insulin aspart yang disertai
dengan insulin glargine yaitu sebanyak 3 pasien.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
5.1.3. Drug Related Problems (DRPs)
5.1.3.1. Interaksi Obat
Berdasarkan kejadian Drug Related Problems kategori interaksi
obat pada pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD dapat dilihat
pada tabel dibawah.
Tabel 5.5 Data Potensi Kejadian Interaksi Obat pada Pasien Diabetes
Mellitus yang disertai CKD (n=30)
Kejadian Interaksi Obat
Mengalami interaksi obat
Tidak mengalami interaksi obat
Jumlah
29 pasien
1 pasien
Persentase (%)
97
3
Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil DRP kategori interaksi
obat pada pada pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD,
terdapat 29 pasien (97%) yang berpotensi mengalami interaksi obat.
Berdasarkan tingkat keparahan interaksi obat yang terjadi pada
pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5.6 Data Potensi Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus yang
disertai CKD Berdasarkan Tingkat Keparahan
Potensi Interaksi Obat
Berdasarkan Tingkat Keparahan
Major
Moderate
Minor
Total
Jumlah
Persentase (%)
40
282
80
402
10
70
20
100
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa potensi interaksi obat
berdasarkan tingkat keparahannya paling tinggi yaitu moderate sebanyak
70%.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
5.1.3.2. Dosis Dibawah Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi
pada penggunaan obat pada pasien penderita diabetes mellitus yang
disertai dengan CKD dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.7.Distribusi Jumlah DRP Dosis Dibawah Dosis Terapi (%)
No
Golongan Terapi Obat
1
Antiemetik (Kortikosteroid)
2
Antidiabetes (Injeksi)
Frekuensi
Persentase
(%)
Dexamethasone
1
11.1
Insulin Determir
Insulin Glulisine
Insulin Glargine
Insulin Reguler
Insulin Aspart
Total
1
1
1
1
4
9
11.1
11.1
11.1
11.1
44.5
100
Nama Generik
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kategori DRPs pada
dosis dibawah dosis terapi paling banyak pada penggunaan insulin aspart
sebanyak 4 kali (44.5%).
Untuk dosis yang digunakan pada tiap obat diatas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel 5.7.1Distribusi Dosis yang Digunakan Pada DRP Dosis Dibawah Dosis Terapi
No
1
2
Golongan
Terapi Obat
Antiemetik
(Kortikosteroid)
Antidiabetes
(Injeksi)
Nama generic
Rute
Dosis yang
Digunakan
Deksamethasone
IV
5mg/ml-1x
Insulin Determir
Insulin Glulisine
Insulin Glargine
Insulin Reguler
Insulin Aspart
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
5u/hari
12u/hari
10u/hari
8u/hari
9u/hari
8u/hari
3u/hari
8u/hari
Dosis
Normal
1030mg/hari
8u/hari
20u/hari
15u/hari
20u/hari
21u/hari
18u/hari
16u/hari
23u/hari
Dosis
Penyesuaian
CKD
6u/hari
15u/hari
11.25u/hari
10u/hari
11.5u/hari
9u/hari
8u/hari
11.5u/hari
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
5.1.3.3. Dosis Diatas Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRPs kategori dosis diatas dosis terapi pada
penggunaan obat antidiabetes pada pasien penderita diabetes mellitus yang
disertai dengan gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.8.Distribusi Jumlah DRP Dosis Diatas Dosis Terapi (%)
No
Golongan Terapi Obat
Nama Generik
Frekuensi
Persentase
(%)
1
Antireflux Agent (PPI)
Omeprazole
1
3.22
2
Analgesik (Non-opioid)
Aspirin
2
6.45
3
Antibiotik (Kuinolon)
4
Vitamin dan Mineral
5
Antidiabetes (Injeksi)
Ciprofloxacin
Levofloxacin
Hemobion
Vitamin K
Insulin Reguler
Insulin Lispo
Insulin Aspart
1
2
1
2
3
5
10
3.22
6.45
3.22
6.45
9.67
16.12
32.25
6
Antireflux Agent
(Antagonis histamin
H2)
Ranitidin
4
12.9
Total
31
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kategori DRPs dosis
diatas dosis terapi paling banyak pada penggunan insulin aspart sebanyak
10 kali (32.25%).
Untuk dosis yang digunakan pada tiap obat diatas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Tabel 5.8.1.Distribusi Dosis yang Digunakan Pada DRP Dosis Diatas Dosis Terapi
No
1
2
3
4
5
Golongan
Terapi Obat
Antireflux
Agent (PPI)
Analgesik
(Non-opioid)
Antibiotik
(Kuinolon)
Vitamin dan
Mineral
Antidiabetes
(Injeksi)
Dosis Normal
Dosis
Penyesuaian
CKD
Frekuensi
40mg-2x
20-40mg/hari
-
1
PO
2 tab-1x
1 tab/hari
-
2
Ciprofloxacin
PO
500mg-2x
1gr/hari
Levofloxacin
PO
1gr/hari
500750mg/hari
Hemobion
PO
Vitamin K
IV
Insulin Reguler
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
SC
1 tab-3x
1 amp-3x (1
amp=10mg/ml)
19u/hari
15u/hari
30u/hari
12u/hari
20u/hari
36u/hari
24u/hari
18u/hari
36u/hari
27u/hari
24u/hari
30u/hari
24u/hari
54u/hari
30u/hari
24u/hari
18u/hari
PO
150mg-2x
IV
50mg-2x
(1amp=50mg/2
ml)
Rute
Dosis yang
Digunakan
Omeprazole
PO
Aspirin
Nama Generik
Insulin Lispo
Insulin Aspart
6
Antireflux
Agent
(Antagonis
histamin H2)
Ranitidin
1tab/hari
0.03mcg/kg/har
i
21u/hari
15u/hari
18u/hari
12u/hari
19u/hari
17u/hari
23u/hari
18u/hari
16u/hari
18u/hari
19u/hari
16u/hari
17u/hari
17u/hari
23u/hari
23u/hari
17u/hari
150300mg/hari
2-4mg/kg/hari
250500mg/hari
500mg/hari
diturunkan
250mg/hari
-
1
2
1
-
2
11.5u/hari
7.5u/hari
13.5u/hari
9u/hari
14.25u/hari
8.5u/hari
11.5u/hari
13.5u/hari
12u/hari
9u/hari
14.25u/hari
12u/hari
8.5u/hari
12.75u/hari
17.25u/hari
11.5u/hari
8.5u/hari
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
150mg/hari
25-50mg/hari
5.2. Pembahasan
5.2.1.Karakteristik Pasien
5.2.1.1.Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
Didapat sampel sebanyak 30 pasien yang masuk kriteria inklusi
dari total populasi sebanyak 150 pasien. Hal ini dikarenakan banyak data
yang tidak masuk kriteria inklusi seperti umur pasien yang dibawah 40
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
2
48
tahun, data rekam medis yang tidak lengkap, hasil gula darah harian yang
tidak dipantau, hasil lab yang tidak lengkap, tidak terdapat data berat
badan pasien dan lainnya.
Terlihat pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa penderita diabetes
mellitus yang disertai dengan CKD terbanyak adalah pasien pada rentang
usia lebih dari 50 tahun, yaitu sebanyak 28 pasien. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Prima Ayu Oktavia pada tahun 2014 yang
menunujukkan prevalensi paling banyak pada usia 51-60 sebanyak 28,6%,
lalu diikuti oleh pada usia 61-70 sebanyak 25,4%. Peningkatan risiko
diabetes seiring dengan berjalannya umur, khususnya pada usia lebih dari
40 tahun yang disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan
berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin
(Sunjaya, 2009). Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat
penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan
memicu terjadinya resistensi insulin.
5.2.1.2.Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa pasien penderita diabetes
mellitus yang disertai dengan penyakit ginjal kronis lebih banyak pada
wanita yaitu sebanyak 18 pasien (60%) dan sisanya pada pria sebanyak 12
pasien (40%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Riskesdas pada tahun 2013 yang menunujukkan prevalensi penderita
diabetes mellitus lebih besar pada wanita (7,70%) dibandingkan dengan
pria (5,60%).
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit dengan angka
kejadian tertinggi di Indonesia dan tingginya angka tersebut menjadikan
Indonesia peringkat keemat jumlah penderita DM terbanyak di dunia
setelah India, China, dan Amerika Serikat (Suyono, 2006). Tingginya
kejadian DM tipe 2 pada perempuan dipengaruhi oleh beberapa factor
resiko, seperti obesitas, kurang aktivitas/latihan fisik, usia, dan riwayat
DM saat hamil.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
5.2.1.3.Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta Lain
Dari data tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa penyakit penyerta
lainnya yang diderita oleh pasien diabetes mellitus yang disertai dengan
CKD paling banyak adalah anemia sebanyak 15%, terbanyak kedua adalah
hipertensi sebanyak 14%, diikuti oleh CVD dan hiponatremia sebanyak
9%, lalu dispepsia sebanyak 6%, tanpa komplikasi sebanyak 9% dan
untuk penyakit lainnya dibawah 5%. Hal ini dikarenakan anemia terjadi
pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik.. Anemia pada penyakit ginjal
kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritopoitin. Hal-hal yang ikut
berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi zat besi karena
kehilangan darah (missal; pendarahan saluran cerna, hematuri) masa hidup
eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat,
penekanan sumsum tulang oleh subtansi uremik, proses inflamasi akut
maupun kronik (Sudoyo dkk, 2006).
Dari hasil yang didapat, menunjukkan bahwa penyakit penyerta
yang diderita pasien paling banyak adalah anemia dengan jumlah sebesar
15%. Hal tersebut dikarenakan, ginjal bertanggung jawab untuk
mensekresi 90% dari erythropoietin hormon endogen, dan karenanya
penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan penurunan konsentrasi serum.
Konsekuensi dari penurunan erythropoietin adalah pengembangan anemia.
Anemia, ditemukan peningkatkan prevalensi pada tahap 3 CKD dan
menjadi lebih umum dalam tahapan 4 dan 5 (Dipiro, 2009).
Penyakit penyerta terbanyak kedua setelah anemia adalah
hipertensi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnold
Hongdiyanto pada tahun 2014 di RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado
yang menunjukkan prevalensi penyakit penyerta penderita diabetes
mellitus paling banyak adalah hipertensi (58,1%). Penyakit DM dengan
kadar gula yang tinggi dapat merusak organ dan jaringan pembuluh darah
serta dapat terbentuknya aterosklerosis, hal tersebut menyebabkan arteri
menyempit dan sulit mengembang sehingga dapat memicu terjadinya
hipertensi. Penyakit hipertensi lebih banyak 1,5 sampai 3 kali lipat
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
ditemukan pada penderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan
penderita tanpa Diabetes Melitus. Setiap tekanan 5 mmHg tekanan darah
sistolik atau diastolik akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
sebesar 20-30% pada penderita Diabetes Melitus (Hongdiyano et al,
2014).
5.2.2.Profil Penggunaan Obat
5.2.2.1.Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal
Pemakaian obat antidiabetes tunggal telah banyak diberikan kepada
pasien, baik secara oral maupun injeksi. Pemakaian obat antidiabetes
tunggal yang paling banyak digunakan adalah insulin aspart (5 pasien) dan
glikuidon (3 pasien). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Istiqomatunisa pada tahun 2014 yang menunjukkan penggunaan obat
paling banyak adalah glikuidon sebanyak 33% dan insulin aspart sebanyak
24%.
Tingginya penggunaan insulin aspart disebabkan karena pasien
yang menderita diabetes mellitus memiliki kadar gula darah lebih dari
300mg/DL. Pedoman pengobatan internasional sangat menyarankan
bahwa pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) yang datang dengan
keluhan gejala yang signifikan dari hiperglikemia dengan kadar plasma
glukosa yang secara dramatis meningkat (dalam kisaran 16,7- 19,4 mmol
/L [300-350 mg / dL]) dan hemoglobin terglikasi (HbA1c) pada kisaran
10-12% pada saat diagnosa awal agar memulai pengobatan dengan insulin,
karena pasien tersebut tidak mungkin mencapai kontrol glikemik normal
dengan diet atau Oral Antidiabetic Drug (OAD) sebagai monoterapi dalam
pengobatan diabetes mellitus (Inzucchi et al, 2012).
Penggunaan glikuidon pada pasien diabetes mellitus di RSUP
Fatmawati termasuk tinggi setelah insulin aspart, hal ini disebabkan karena
hampir semua pasien penderita diabetes mellitus yang disertai dengan
gagal ginjal kronik masuk dalam stadium tiga sampai lima. Semua
sulfonilurea dimetabolisme di hati, beberapa dalam bentuk metabolit aktif
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
dan metabolit inaktif (Dipiro, 2008). Oleh karena itu gilkuidon aman
digunakan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik.
5.2.2.1.Penggunaan Obat Antidiabetes Kombinasi
Kombinasi obat antidiabetes digunakan pada saat penggunaan obat
antidiabetes tunggal belum mencapai target glikemik yang diinginkan.
Berdasarkan penggunaan obat antidiabetis kombinasi pada pasien diabetes
mellitus yang disertai dengan gagal ginjal kronis diatas, didapatkan yang
paling banyak digunakan adalah kombinasi insulin aspart dengan insulin
glargine (3 pasien), diikuti dengan penggunan kombinasi isnulin lispro dan
insulin glargine (2 pasien), dan sisanya menggunakan kombinasi lain.
Hal
ini
sejalan
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Istiqomatunnissa pada tahun 2014, didapatkan penggunaan kombinasi
insulin novorapid (aspart) dan insulin lantus (glargine) sebanyak 21,4%.
Penggunaan kombinasi insulin biasanya dikarenakan efek kerja dari
insulin kerja cepat hanya menurunkan kadar glukosa darah 20 menit
setelah penyuntikan, karena itu diperlukan insulin kerja panjang untuk
membuat kadar glukosa darah menjadi stabil dalam sehari. Dengan
pendekatan terapi kombinasi tersebut, pada umumnya dapat diperoleh
kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang tidak terlalu
besar (Istiqomatunissa, 2014).
5.2.3.Drug Related Problem (DRPs)
5.2.3.1.Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dalam
pemberian obat. Interaksi obat dapat terjadi saat pemberiaan dua obat
secara bersamaan, baik insulin dengan antidiabetes oral, insulin dengan
obat lain, atau antiabetes oral dengan obat lain. Interaksi obat yang
mungkin timbul dari pemakaian insulin dengan obat hipoglikemik oral
atau dengan obat yang lain dapat dilihat pada refrensi yang lebih detail,
misalnya Medscape, drug information handbook, Stockley’s Drug
Interactions dan drugs.com. Interaksi antar sesama obat antidiabetes dan
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
interaksi obat antidiabetes dengan obat lain dapat mempengaruhi efek
kerja dari obat antidiabetes tersebut dan akan mempengaruhi kadar
glukosa darah. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang
menurun secara drastis (hipoglikemia) atau dapat menyebabkan keadaan
kadar glukosa darah yang melebihi batas normal (hiperglikemia) (gula
darah sewaktu >200mg/dl). Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran.
5.2.3.1.1.Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan
Dalam interaksi obat, hal lain yang harus diperhatikan adalah
tingkat signifikansi dari interaksi obat yang berkaitan dengan besarnya
efek yang akan terjadi pada pasien. Tingkat signifikansi interaksi obat ini
terbagi menjadi tiga, yaitu minor, moderate dan major. Tingkat
signifikansi major merupakan interaksi yang harus dihindari karena
bersifat membahayakan, dapat mengancam jiwa dan dapat menyebabkan
kerusakan permanen. Tingkat signifikansi moderate merupakan interaksi
yang dihindari, jika digunakan memerlukan pemantauan yang cukup ketat
dari tim medis. Interaksi ini dapat menyebabkan memburuknya status
klinis pasien, sehingga diperlukan pengobatan tambahan, rawat inap, atau
memperpanjang masa inap di rumah sakit. Tingkat signifikansi minor
merupakan interaksi yang tidak begitu bermasalah, dapat diatasi dengan
baik. Menghindari resiko atau meminimalkan resiko interaksi dengan tetap
dilakukannya pemantauan status pasien (Mutiara et al, 2013).
Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan
29 pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD yang mengalami
interaksi obat. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Inten Novitasari pada tahun 2015 dimana ditemukan 14 pasien yang
mengalami kejadian DRPs interaksi obat. Berdasarkan hasil penelitian,
tingkat keparahan interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah pada
tingkat moderat, yaitu sebanyak 282 kejadian. Interaksi obat pada tingkat
moderate adalah interaksi obat yang cukup bermakna signifikan secara
klinis, lebih baik dihindari menggunakan kombinasi kecuali jika dalan
keadaan khusus atau manfaatnya lebih besar dibanding potensi resikonya.
Pada penilitian ini, interaksi pada tingkat moderate paling banyak terjadi
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
antara penggunaan obat amlodipine dan kalsium karbonat. Menurut
literatur interkasi yang terjadi adalah pada penggunaan bersamaan,
kalsium
karbonat
dapat
mengurangi
efek
dari amlodipine oleh
antagonisme farmakodinamik. Manajemen terdiri dari pemantauan
efektivitas terapi selama pemberian bersamaan dengan produk kalsium.
Namun pada penelitian ini, interaksi obat pada tingkat moderate tidak
terjadi pada pasien yang bisa dilihat dari kadar GDS pasien dan tidak bisa
diamati secara keseluruhan apakah terjadi interkasi yang berdampak pada
terapi dikarenakan design penelitian yang bersifat retrospektif. Selanjutnya
interaksi obat terbanyak kedua adalah pada tingkat keparahan minor, yaitu
sebanyak 80 kejadian., interkasi ini mungkin mengganggu atau tidak
disadari (diduga interaksi tetap terjadi) namun tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap efek yang diinginkan tetapi tetap mengambil langkah
untuk menghindari terjadinya interaksi. Pada penilitian ini, interaksi obat
yang paling banyak terjadi pada tingkat minor adalah interaksi antara obat
ranitidine dan paracetamol. Menurut literature, belum ada interaksi yang
siginifikan terjadi, namun penelitian pada hewan uji menunjukkan bahwa
ranitidine mungkin dapat meningkatkan hepatotoksisitas dari paracetamol.
Tetapi pada pasien tidak terlihat efek yang siginifikan dikarenakan
pengataman tidak dilakukan secara observasi. Interkasi obat pada tingkat
keparahan mayor adalah interaksi yang paling sedikit yaitu sebanyak 40
kejadian. Interaksi obat pada tingkat mayor sebisa mungkin dihindari
penggunaan kombinasi obat karena sangat bermakna secara klinis dan
resiko interaksi lebih besar dari manfaat yang didapat. Jenis obat yang
mengalami interaksi mayor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.9.Interaksi Obat pada Tingkat Mayor
Jenis Obat
Amiodaron Chloropromazine
Furosemide
Interaksi Obat
Keduanya
meningkatkan Interval
QTc
Keduanya
meningkatkan Interval
QTc
Efek Interaksi
Peningkatan risiko aritmia
ventrikel termasuk torsade de
pointes dan kematian
mendadak.
Peningkatan risiko aritmia
ventrikel termasuk torsade de
pointes dan kematian
mendadak.
Frekuensi
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
1
54
Tabel 5.9.Interaksi Obat pada Tingkat Mayor (lanjutan)
Ondansetron
Simvastatin
Warfarin
Captopril
Allopurinol
Candesartan
KCL
Trimethoprim
Valsartan
Carvedilol
Ceftriaxone
Clopidogrel
Albuterol
Ca. glukonat
Omeprazole
Keduanya
meningkatkan Interval
QTc
Amiodaron
meningkatkan
toksisitas simvastatin
dengan menurunkan
metabolisme.
Amiodaron
meningkatkan kadar
warfarin dengan
menurunkan
metabolism
Captopril
meningkatkan
toksisitas allopurinol
Meningkatkan
toksisitas satu sama
lain dengan sinergisme
farmakodinamik.
Captopril
meningkatkan kadar
kalium klorida dengan
menurunkan eliminasi,
kalium klrorida
meningkatkan
toksisitas captopril.
Trimetoprim
menghambat
reabsorpsi natrium dan
ekskresi kalium
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain dengan sinergisme
farmakodinamik.
Carvedilol menurun
efek albuterol oleh
antagonisme
farmakodinamik
Kontraindikasi
Omeprazole menurun
efek clopidogrel
dengan mempengaruhi
enzim hati CYP2C19
metabolisme.
Peningkatan risiko aritmia
ventrikel termasuk torsade de
pointes dan kematian
mendadak
Meningkatkan resiko miopati
dan rhabdomyolysis
1
1
Resiko pendarahan
1
Resiko anafilaksis, sindrom
Stevens Johnson, resiko reaksi
alergi atau hipersensitivitas
terhadap allopurinol.
Meningkatkan resiko hipotensi,
hiperkalemia dan gangguan
ginjal
Hiperkalemia, kontraindikasi
jika digunakan bersama kecuali
manfaatnya lebih besar dari
potensi resikonya.
Hiperkalemia, penurunan
fungsi ginjal
Blokade ganda sistem reninangiotensin meningkatkan
risiko hipotensi, hiperkalemia,
dan gangguan ginjal.
Kontraindikasi jika digunakan
bersama kecuali manfaatnya
lebih besar dari potensi
resikonya
Beresiko terjadi endapan
partikulat yang berpotensi fatal
di paru-paru, ginjal jika
digunakan bersamaan dalam
larutan IV.
peningkatan risiko untuk
serangan jantung, stroke,
angina tidak stabil, atau
mengulangi revaskularisasi
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
2
1
1
1
1
3
3
Tabel 5.9.Interaksi Obat pada Tingkat Mayor (lanjutan)
Warfarin
Keduanya
meningkatkan efek
satu sama lain dengan
sinergisme
farmakodinamik.
Enoxaparin Aspirin
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain dengan sinergisme
farmakodinamik,
keduanya
meningkatkan
antikoagulan
Cilostazol
Keduanya
meningkatkan efek
satu sama lain dengan
sinergisme
farmakodinamik.
Levofloxacin Dexametason
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain
Metylprednisolon Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain
Moxifloxacin Dexametason
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain
Flucunazol
Keduanya
meningkatkan Interval
QTc
Metylprednisolon Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain
Ondansetron
Keduanya
meningkatkan Interval
QTc
Simvastatin
Tramadol
Amlodipin
Ciprofloxacin
Codeine
Amlodipine
meningkatkan kadar
simvastatin
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
55
Peningkatan resiko perdarahan
dan efek aditif
1
Meningkatkan resiko
pendarahan
1
Meningkatkan resiko
pendarahan
1
Dapat meningkatkan risiko
ruptur tendon.
Dapat meningkatkan risiko
ruptur tendon.
Dapat meningkatkan risiko
ruptur tendon.
Peningkatan risiko aritmia
ventrikel termasuk torsade de
pointes dan kematian
mendadak
Dapat meningkatkan risiko
ruptur tendon.
Peningkatan risiko aritmia
ventrikel termasuk torsade de
pointes dan kematian
mendadak
Beresiko menyebabkan
miopati
1
3
1
1
1
1
4
Meningkatkan resiko kejang
1
Meningkatkan resiko kejang
dan efek sedasi
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
56
lain
Levofloxacin
Ondansetron
Valsartan
Spironolacton
Keduanya
meningkatkan
toksisitas satu sama
lain
Mengurangi khasiat
analgesik tramadol.
Efek anatagonisme
dari serotonin
Keduanya
meningkatkan serum
kalium
Meningkatkan resiko kejang
2
Hiperkalemia, perubahan status
mental, kejang, gangguan
gastro intestinal
Hiperkalemia, kontraindikasi
jika digunakan bersama kecuali
manfaatnya lebih besar dari
potensi resikonya.
5.2.3.2.Dosis Dibawah Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis dibawah dosis terapi dapat
mengakibatkan ketidakefektifan obat dalam mencapai efek terapi yang
diinginkan. Dosis pemberian harus sesuai dengan keadaan pasien dan
dosis yang sudah ditetapkan pada literatur. Data dosis pasien dibandingkan
dengan beberapa literature seperti ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian
evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi pada pasien didasarkan pada
dosis regimen yang diberikan lalu dibandingkan dengan yang terdapat di
dalam literatur.
Dari hasil analisa deskriptif pada dosis dibawah dosis terapi pada
pasien yang didasarkan pada dosis regimen yang diberikan, terdapat 9 kali
kejadian dosis obat yang diberikan pada pasien tidak sesuai dengan yang
terdapat dalam literatur. Diantaranya adalah penggunaan insulin aspart
sebanyak 4 kali, diikuti dengan antidiabetes injeksi lainnya, dan antiemetik
sebanyak 1 kali.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung
Prakoso pada tahun 2015 dimana ditemukan 11 kali kejadian DRPs dosis
dibawah dosis terapi. Penggunaan insulin aspart hampir diberikan kepada
semua pasien dalam penelitian ini, namun terjadi 4 kali pemberian dosis
penggunaan obat tersebut yang tidak sesuai dengan literatur. Contoh pada
pasien nomer 5, berdasarkan berat badan dan tingkat keparahan CKD
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
1
57
pasien (pasien berada pada stage 5), seharusnya dosis insulin aspart yang
diberikan sebanyak 11.5u perhari, namun hanya diberikan 9u perhari.
Contoh untuk penggunaan insulin glargine pada pasien nomer 28,
berdasarkan berat badan dan tingkat keparahan CKD pasien (pasien berada
pada stage 4), seharusnya dosis insulin glargine yang diberikan sebanyak
11.25u perhari, namun hanya diberikan 10u perhari.
Ginjal berperan penting dalam membersihkan insulin dari sirkulasi
sistemik dan dua jalur yang berbeda telah dijelaskan; satu melibatkan
filtrasi glomerulus dan penyerapan insulin berikutnya oleh sel tubulus
proksimal melalui endositosis; dan yang lainnya adalah terkait dengan
difusi insulin melalui kapiler peritubular dan hubungan mereka dengan
contraluminal tubular membran, terutama dari setengah distal nefron
(Pecoits-Filho et al, 2016). Insulin eksogen tidak mengalami first-pass
effect di hati, karena itu ginjal memainkan peran penting dalam
metabolisme dan clearance insulin yang beredar pada pasien dengan gagal
ginjal. Sebagai konsekuensi, dengan perkembangan CKD, clearance
insulin menurun, sehingga membutuhkan pengurangan dosis untuk
menghindari hipoglikemia (Pecoits-Filho et al, 2016).
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Pecoits-Filho et al
penggunaan dosis insulin pada pasien yang menderita CKD adalah 25%
dari total dosis harian dan 50% untuk pasien yang menderita CKD sudah
mencapai stage akhir.
5.2.3.3.Dosis Diatas Dosis Terapi
Pemberian
obat
dengan
dosis
diatas
dosis
terapi
dapat
meningkatkan resiko toksisitas. Dosis pemberian harus sesuai dengan
keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur. Data dosis
pasien dibandingkan dengan beberapa literatur seperti ISO dan MIMS
Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis diatas dosis terapi pada pasien
didasarkan pada dosis regimen yang diberikan lalu dibandingkan dengan
yang terdapat di dalam literatur.
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Dari hasil analisa deskriptif pada dosis diatas dosis terapi pada
pasien yang didasarkan pada dosis regimen yang diberikan, ditemukan 31
kali kejadian dosis diatas dosis terapi, paling banyak pada penggunaan
antidiabetes insulin aspart sebanyak 10 kali yang diberikan pada pasien
tidak sesuai dengan yang terdapat dalam literatur.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung
Prakoso pada tahun 2015 dimana ditemukan 42 kali kejadian DRPs dosis
diatas dosis terapi. Penggunaan insulin aspart hampir diberikan kepada
semua pasien dalam penelitian ini, namun terjadi 10 kali pemberian dosis
penggunaan obat tersebut yang tidak sesuai dengan literatur. Contoh pada
pasien nomer 2, berdasarkan berat badan dan tingkat keparahan CKD
pasien (pasien berada pada stage 5), seharusnya dosis yang diberikan
sebanyak 12u tetapi diberikan pada pasien sebanyak 36u. Contoh lainnya
pada pasien nomer 10, berdasarkan berat badan dan tingkat keparahan
CKD pasien (pasien berada pada stage 5), seharusnya dosis yang diberikan
sebanyak 9u namun diberikan pada pasien sebanyak 27u. Contoh lainnya
untuk dosis diatas dosis terapi pada penggunaan insulin lispro terjadi pada
pasien nomer 1, berdasarkan berat badan dan tingkat keparahan CKD
pasien (pasien berada pada stage 2), seharusnya dosis yang diberikan
sebanyak 9u namun diberikan pada pasien sebanyak 12u. Selanjutnya
untuk penggunaan ranitidine, karena rata-rata pasien diabetes mellitus
yang disertai dengan CKD berada pada Stage 3-5, seharusnya penggunaan
ranitidine dosisnya diturunkan menjadi 25mg/hari.
Sama halnya seperti DRP kategori dosis dibawah dosis terapi,
karena ginjal memainkan peran penting dalam metabolisme dan clearance
insulin eksogen yang beredar pada pasien dengan gagal ginjal. Sebagai
konsekuensi, dengan perkembangan CKD, clearance insulin menurun,
sehingga
membutuhkan
pengurangan
dosis
untuk
menghindari
hipoglikemia (Pecoits-Filho et al, 2016). Penggunaan dosis insulin pada
pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD seharusnya mengalami
penurunan dosis sekitar 25% sampai 50% dari dosis harian yang diberikan
dikarenakan fungsi ginjal menurun. Jika dosis yang diberikan melebihi
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
dari dosis normal yang ada akan menyebabkan pasien mengalami
hipoglikemia dan penurunan fungsi ginjal yang semakin parah, hal ini
harus diperhatikan dan dievaluasi kedepannya.
5.3. Keterbatasan Penelitian
5.3.1. Kendala
1.
Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang
lengkap, khususnya data berat badan pasien, sehingga tidak dapat
diambil data pasien dan menyebabkan sampel menjadi semakin
sedikit.
Untuk beberapa dosis pemberian obat tidak diberikan berapa kekuatan
obat yang digunakan, sehingga mengurangi pengukuran DRPs pada
sampel.
5.3.2. Kelemahan
1. Penelitian deskriptif retrospektif
Pada penelitian deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa hasil
analisis ketepatan untuk mengetahui DRPs pada terapi yang digunakan
oleh pasien. Selain itu metode retrospektif, dimana waktu kejadian
sudah terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada
pasien.
a.
Jumlah sampel
Jumlah
sampel
yang
memenuhi
kriteria
inklusi
sedikit
dikarenakan terdapat beberapa faktor yang tidak memenuhi
kriteria.
b.
Penelitian
ini
tidak dapat
dikatakan
seutuhnya
rasional,
dikarenakan penilaian diagnosis pasien tidak secara langsung,
melainkan menarik kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di
rekam medis.
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
5.3.3. Kekuatan
Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RSUP
Fatmawati. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan
gambaran Drug Related Problems kategori penyesuaian dosis dan
interaksi obat pada pasien rawat inap yang menderita diabetes mellitus
yang disertai dengan CKD.
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
BAB VI
KESIMPULAN
6.1.Kesimpulan
1.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Drug Related Problems (DRPs)
pada kategori interaksi obat terdapat 402 kali potensial obat yang
mengalami interaksi obat pada ke-29 pasien. Meskipun terdapat potensi
interaksi obat, namun efek interaksi obat tersebut tidak terjadi pada
pasien dilihat dari kadar GDS pasien.
2.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Drug Related Problems (DRPs)
pada kategori dosis dibawah dosis terapi sebanyak 9 kali, paling banyak
pada penggunaan insulin aspart yaitu sebanyak 4 kali. Penggunaan
dosis insulin pada pasien yang menderita CKD harus diturunkan
sebanyak 25% dari total dosis harian dan 50% untuk pasien yang
menderita CKD sudah mencapai stage akhir.
3.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Drug Related Problems (DRPs)
pada kategori dosis diatas dosis terapi sebanyak 31 kali, paling banyak
pada penggunaan insulin aspart yaitu sebanyak 10 kali. Penggunaan
dosis insulin pada pasien diabetes mellitus yang disertai dengan CKD
seharusnya mengalami penurunan dosis sekitar 25% sampai 50% dari
dosis harian yang diberikan dikarenakan fungsi ginjal menurun. Jika
dosis yang diberikan melebihi dari dosis normal yang ada akan
menyebabkan pasien mengalami hipoglikemia dan penurunan fungsi
ginjal yang semakin parah, hal ini harus diperhatikan dan dievaluasi
kedepannya.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
6.2.Saran
1.
Perlu adanya monitoring dan evaluasi pemberian dosis obat terapi DM
yang disertai dengan CKD secara sistematis yang dilaksanakan secara
teratur untuk mengatasi DRPs.
2.
Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter,
apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga
didapatkan terapi yang tepat, efektif, dan aman.
3.
Perlunya diberikan obat untuk menangani CKD pada pasien.
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
DAFTAR PUSTAKA
Al Homsi MF, Lukic ML.1992. An Update on the pathogenesis of Diabetes
Mellitus, Department of Pathology and Medical Microbiology
(Immunology Unit)Faculty of Medicine and Health Sciences.UAE
University, Al Ain, United Arab Emirates.
Arora, P., Varelli, M, 2010. Chronic Renal Failure. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview
Bemt, V. D. and Egberts. (2007). Drug-Related Problems: Definitions and
Classification.
Boesoirie SF. Keberhasilan terapi fotokoagulasi laser pada pasien retinopati
diabetik di rumah sakit mata cicendo Bandung periode januaridesember
2004.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/keberhasilan_terapi_fotokoagulasi_laser.pdf
Cheng AYY, Zinman B, Khan CR, et al. 2005. Joslin’s Diabetes Mellitus.
Fourth Edition. Lipincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Cipolle, R.J, Strand, L.M., Morley P.C. 2004. Pharmaceutical Care Practice
The Clinician’s Guide, Second Edition, 73-119, McGraw- Hill, New
York
Coresh J, Astor BC, Greene T, et al.2003.Prevalence of Chronic Kidney
Disease and Decreased Kidney Function in The Adult US Population:
Third National Health and Nutrition Examination Survey. American
Journal of Kidney Diseases.
Currie, J.D., et al.1997.Effect Of A Training Program on Community
Pharmacists' Detection of And Intervention in Drug-Related
Problems. J Am Pharm Assoc (Wash), 1997. NS37(2): p. 182-91.
Dasillva ZM, Frietas AM, Marcon IM.2003.Risk factor related to the severity
of diabetes retinopathy Arc Bras Oftalmol.66:739-43.
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
DeFronzo RA, Bonadonna RC, Ferrannini E.1992.Pathogenesis of NIDDM. A
balanced overview. Diabetes Care;15:318-68, 1992
Defronzo RA, Ferrannini E (1988). Lily Lecture 1987. The Triumvirate: Beta
Cell, Muscle, Liver. A Collusion Responsible for NIDDM. Diabetes.
37:667-687.
Departemen Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus.
Dipiro,JT.2009. Pharmacoterapy Handbook 7th edition. Mc Graw Hill.New
York.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakit
Departemen Kesehatan Ri. Diabetes Care Volume 27.
Drug Information Handbook 17th Edition.2009.
Eichenberger, Marc. 2010. Pharmaceutical Care Practice – Drug-related
Problems and Opportunities for New Services
Fajans SS.1990.Scope and heterogeneous nature of MODY. Diabetes Care
1990; 13: 49–64.
Froguel P, Vaxillaire M, Velho G.1997.Genetic and metabolic heterogeneity
of maturity-onset diabetes of the young. Diabetes Rev 1997; 5: 123–
130.
Gitawati, Retno. 2008. Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya. Media
Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008
Guyton AC, Hall JE.2006. Textbook of Medical physiology.11th Edition.
Elsevier Inc, New Delhi.
Huri, Hasniza Zaman et al. 2013. Drug Related Problems in Type 2 Diabetes
Patients with Hypertension: A Cross-Sectional Retrospective Study.
BMC Endocrine Disorders 2013.
Huri, Hasniza Zaman et al. 2013. Drug Related Problems in Type 2 Diabetes
Patients with Dyslipidemia. BMC Endocrine Disorders 2013.
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
Hepler, C.D. and L.M. Strand.1990.Opportunities and Responsibilities in
Pharmaceutical care. Am J Hosp Pharm. 47(3): p. 533-43.
Hongdiyano, Arnold et al.2014. Evaluasi Kerasionalan Pengobatan Diabetes
Melitus Tipe 2 pada Pasien Rawat Inap di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol.
3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493
Ilyas HS, Yulianti SR.2012.Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah.
In: Ilyas HS, Yulianti SR (eds.)Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2012. p221-5.
Istiqomatunissa. 2014. (skripsi) Rasionalitas Penggunaan Obat Antidiabetes
dan Evaluasi Beban Biaya Perbekalan Farmasi pada Pasien Rawat
Inap Kartu Jakarta Sehat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr.
Mintohardjo. Jakara: FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 5th edition. 2012.
International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 7th edition. 2015.
Kempen J, O'Colmain B, Leske M, Haffner S, Klein R, Moss S, et al.2004.
The Prevalence of Diabetic Retinopathy among Adults in the United
States. Archive of Opthalmology. 2004 April; 122(4): p. 552-563.
Kiess W, Böttner A, Raile K, Kapellen T, Müller G, Galler A,Paschke R,
Wabitsch M. Type 2 Diabetes Mellitus In Children And Adolescents: A
Review From A European Perspective. Horm Res 2003; 59 Suppl 1:
77-84 [PMID: 12566725 DOI: 10.1159/000067829]
Kirsten K. Viktil, Hege S. Blix, Tron A. Moger& Aasmund Reikvam.
Polypharmacy As Commonly Defined Is An Indicator Of Limited
Value In The Assessment Of Drug-Related Problems .Diakonhjemmet
Hospital Pharmacy,Lovisenberg Diakonale Hospital, Department of
Pharmacotherapeutics, and Institute of Basic Medical Sciences,
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Department of Biostatistics, Faculty of Medicine, University of Oslo,
Oslo,
Norway.
DOI:10.1111/j.1365-2125.2006.02744.x.British
Journal of Clinical Pharmacology
Kitagawa T, Owada M, Urakami T, et al.1998.Increased Incidence Of NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus Among Japanese Schoolchildren
Correlates With An Increased Intake Of Animal Protein And Fat. Clin
Pediatr (Phila) 1998; 37: 111–115
Kong,Xianglei et al.2013.Association Between Family Members Of Dialysis
Patients And Chronic Kidney Disease: A Multicenter Study In
China.BMC Nephrology 2013 14:19
Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di
Indonesia. 2011
Kumar KPS, Bhowmik D, Harish G, Duraivel S, Kumar BP.2012. Diabetic
Retinopathy – Symptoms, Causes, Risk Factors and Treatment.The
Pharma Innovation.2012;1(8):7-13.
Mahmoud M.A. 2008. Drug Therapy Problems and Quality of Life in
Patients with Chronic Kidney Disease. Unversiti Sains Malaysia.
Mitchell, Kumar, Abbas, Fausto.2009.Dasar Patologis Penyakit, 17 Ed.
Jakarta: Buku kedokteran EGC
Matovinović, M. Sabljar.2009. Pathophysiology and Classification of Kidney
Disease.The Journal of The International Federation of Clinical
Chemistry and Laboratory Medicine.
Njolstad PR, Sagen JV, Bjorkhaug L, Odili S, Shehadeh N, Bakry D, Sarici,
S. U., Alpay, F., Molnes, J., Molven, A., Sovik, O. and Matschinsky,
F. M.2003. Permanent Neonatal Diabetes Caused By Glucokinase
Deficiency: Inborn Error Of The Glucose-Insulin Signaling Pathway.
Diabetes. 52(11):2854-60.
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Novitasari, Inten. 2015. (Skripsi) Evaluasi Drug Related Problems Pada
Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara.
Jakarta : FKIK UIN Syarfi Hidayatullah Jakarta.
Onuigbo,
Macaulay
Amechi
Chukwukadibia
and
Nneoma
Agbasi.2014.Chronic kidney disease prediction is an inexact science:
The concept of “progressors” and “nonprogressors”. World Journal
of Nephrology .
Ossman, Dlear et al. 2015. Identification of Drug-Related Problems in
Patients with Chronic Kidney Disease Maintained on Hemodialysis In
Sulaimani City. Journal of Pharmaceutical and Scientific Innovation.
Ozougwu, J. C., Obimba, K. C., Belonwu, C. D. and Unakalamba, C. B,
Journal of Physiology and Pathophysiology, Vol.4(4), pp.46-57,
September, 2013.
Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. 2010. Classification for
Drug Related Problems V 6.2. Zuidlaren: Pharmaceutical Care
Network Europe Foundation.
Pecoits-Filho, Roberto et al.2016.Interactions Between Kidney Disease
and Diabetes: Dangerous Liaisons.Review journal Diabetology &
Metabolic Syndrome.
Raju SM, Raju B.2010. Illustrated Medical Biochemistry. 2nd Edition.
Regillo C, Chang TS, Johnson MW, Kaiser PK, Scott IU, Spaide R, dkk.
2005.Basic
and
Clinical
Science
Course
:
Retina
and
Vitreous.American Academy of opthamology
Report of a WHO.1999.Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus World Health Organization Department of
Noncommunicable
Disease
Surveillance
Geneva-
WHO/NCD/NCS/99.2.1999
Rowley WR, Bezold C. 2012.Creating Public Awareness: State 2025
Diabetes Forecasts. Population Health Management. 15.
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Roybal.2004.Homocysteine
Increases
The
Expression
Of
Vascular
Endothelial Growth Factor By A Mechanism Involving Endoplasmic
Reticulum Stress And Transcription Factor ATF4. The Journal of Biol
Chem. 2004;279(15):14844-52.
Rudianto, Ahmad et al.2011.Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia.
Rumpuin, Christin Beactrix.2013.Analisis Drug Related Problem (DRP) pada
Penderita Rawat Inap dengan Diagosa DM Tipe 2 Dengan Stroke
Iskemik di Rumah Sakit “X” Sidoarjo.Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya vol.2.No.2
Smeltzer, S.C., dan Bare B.G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.
Spicer, S. T., Liddle, C., Chapman, J. R., Barclay, P., Nankivell, B. J.,
Thomas, P., O'Connell, P. J.1997. The Mechanism Of Cyclosporin
Toxicity Induced by Clarythromycin. Br. J. Clin. Pharmacol. 43:194–
196.
Stockley, Ivan H. 2008. Stockley’s Drug Interactions, Eight Edition. London:
Pharmaceutical Press.
Strand, Linda et al.1990.Drug-Related Problems:Their Structure and
Function.DICP,The Annals of Pharmacotherapy
Sudoyo A.W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Indonesia.
Sunjaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala
Husada Vol. 6 No.1 hal: 75-81.
Suyono S.,Waspadji S., Soegondo S.,2005. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 7-43.
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Tandi,Melti et al.2014. Hubungan Antara Derajat Penyakit Ginjal Kronik
dengan Nilai Agregasi Trombosit di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 2, Juli 2014
The Pathogenesis and Pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus
Thomas,Robert
et
al.2008.Chronic
Kidney
Disease
and
Its
Complications.NIH Public access Prim Care. 2008 June ; 35(2): 329–
vii.
Tiara Ilery,Vera Sumual,Laya Rares.2013. Prevalensi Retinopati Diabetik
Pada Poliklinik Ilmu Kesehatan Mata Selang Satu Tahun.Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.2013.
Tuttle, Katherine R. et al. 2014. Diabetic Kidney Disease: A Report From an
ADA Consensus Conference. Diabetes care, care.diabetesjournal.org.
2014.
Unoki H, Takahashi A, Kawaguchi T, et al.2008. Snps In KCNQ1 Are
Associated With Susceptibility To Type 2 Diabetes In East Asian And
European Populations. Nat Genet 2008; 40: 1098–1102.
Van Mil, J.W., et al.2004.Drug-Related Problem Classification Systems. Ann
Pharmacother, 2004. 38(5): p. 859-67.
WHO. 2016. Global Report on Diabetes.
WHO Expert Committee on Diabetes Mellitus. Second Report. Geneva:
WHO, 1980. Technical Report Series 646.
World Health Organization. Diabetes Mellitus: Report of a WHO Study
Group. Geneva: WHO, 1985. Technical Report Series 727
Yasuda K, Miyake K, Horikawa Y, et al.2008.Variants In KCNQ1 Are
Associated With Susceptibility To Type 2 Diabetes Mellitus. Nat Genet
2008; 40: 1092–1097.
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Yutaka Seino et al.2010.Report of the Committee on the Classification and
Diagnostic Criteria of Diabetes Mellitus.The Committee of the Japan
Diabetes Society on the Diagnostic Criteria of Diabetes Mellitus
Zhang, W., Liu, H., Al-Shabrawey, M., Rojas, M., Caldwell, R.W., and
Caldwell, R.B. 2012. Inflamation And Diabetic Retinal Microvascular
Complications.Journal of Cardiovascular Disease Research, vol 2(2),
pp. 96-103.
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Surat Izin penelitian dari RSUP Fatmawati
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Perhitungan Nilai ClCr Pada Pasien
Lihat hasil lab khususnya pada Scr pasien. Untuk mengetahui
berapa ClCr pasien dihitung dengan menggunakan perhitungan CockroftGault. ClCr digunakan sebagai parameter dalam penyesuaian dosis pasien
CKD.
Pria: ClCr (ml/min)=
(
)
(
(
Wanita: ClCr (ml/min)=
(
)
)
)
(
(
)
)
Lalu, masukkan seluruh data-data yang dibutuhkan dari pasien no 1
(wanita) dengan usia 57th, berat badan 40kg dan SCr 0.5 mg/dl
Wanita: ClCr (ml/min)=
(
)
(
(
)
)
= 78.3 mg/dl (stage 2)
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Insulin
Lihat hasil lab khususnya pada gula darah pasien. Untuk
mengetahui berapa dosis insulin yang digunakan untuk setiap pasien
menggunakan perhitungan menurut Cheng and Zinman.
Hitung Insulin Harian Total (IHT) = 0.5 unit x berat badan (kg) atau
(penjumlahan dosis terakhir). Misalnya: pada pasien no 2 berat badan
53kg, IHT= 26.5 unit. Pada pasien no 2 yang digunakan insulin lispro dan
glargine.
1. Insulin Prandial Total (IPT) (lispro,aspart atau reguler) =60% dari IHT.
60% x 26.5 unit =15.9 unit.
a. Dosis sarapan =1/3 dari IPT. Mis: 1/3x18= 5.3 unit.
b. Dosis makam siang =1/3 dari IPT. Mis: 1/3x18= 5.3 unit.
c. Dosis makan malam =1/3 dari IPT. Mis: 1/3x18= 5.3 unit.
2. Insulin Basal Total (IBT) (NPH,glargine,ultralente) =40% dari IHT.
eg: 40% x 26.5 unit =10.6 unit.
a. Dosis sebelum tidur= IBT
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Data Pasien Keseluruhan
NO
P/W
1
Wanita
Usia: 56,5th
BB:40kg
TB:150cm
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
8-25
DM tipe
FEB
2,hiponatremia,a
2014
bses DM,abses
dm tipe
2,nefropati,dispe
psia
KELUHAN
-
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
RUTE
PCT
Humalog
Levemir
Domperidon
Domperidon
Kotrimoksazol
Captopril
Omeprazole
CODEIN+Pct 368
Humalog
Levemir
Ceftriaxone
Ketorolac
500mg-4x
4 unit-3x
5 unit-Ix
10mg-3x
10mg-1x e
480mg-2x
6,25-2x
20mg-2x
5mg-3x
8 unit-3x
10unit-1x
1gr-2x
Amp-1x
PO
SK
SK
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
SC
IV
IV
Ceftazidine
Tramadol
1gr-3x
Amp-3x
IV
DRIP
Ondansetron
4mg-2x
IV
Cefradine
1gr-3x
IV
HASIL LAB
WAKTU
PENGGUNAAN
TD
GD
120/90 Tgl 8 : 239 mg/DL
TGL 12-25
Tgl 9 : 281 mg/DL
TGL 10-24
260 mg/DL
TGL 10-25
Tgl 10 : 118 mg/DL
TGL 19,22
214 mg/DL
TGL 18-25
184 mg/DL
TGL 18-20
Tgl 14: 108 mg/DL
TGL 19-25
Tgl 16 : 102 mg/DL
TGL 19-25
188 mg/DL
TGL 21-25
97 mg/DL
TGL 24-25
135 mg/DL
132 mg/DL
TGL 24
155 mg/DL
TGL 8-11`
Tgl 21 : 127 mg/DL
TGL 9
Tgl 23 : 183 mg/DL
TGL 10-19,24205 mg/DL
25
232 mg/DL
TGL 10-19
286 mg/DL
TGL 19-20,24150
mg/DL
25
Tgl 24 : 319 mg/DL
TGL 20-23
279 mg/DL
KREATININ
Tgl 20:
albumin: 2,5
Globulin:3,30
Tgl 18:
CR darah: 0,5
CR urine: 8,6
CLCR: 44,0
Na: 128
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
2
Wanita
Usia: 54,11th
BB:53kg
TB: 153cm
TGL
RAWAT
7-12
Maret
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
DM2,CKD
Badan lemas,
pandangan
buram,
berkunangkunang
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
Candesartan
Concor
Humalog
Lantus
Ranitidin
NaCl 0,9%
Novorapid
1-1x
1-1x
4 unit-3x
12 unit-1x
1amp-2x
500
1,5 unit/jam
RUTE
PO
PO
SC
SC
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUN
AAN
TGL 7-12
TGL 8-12
TGL 8-12
TGL 8-11
TGL 7-12
TGL 7-11
TGL 7-11
HASIL LAB
TD
GD
-
TGL 7 : 369 mg/DL
333 mg/DL
305 mg/DL
195 mg/DL
TGL 8 : 153 mg/DL
111 mg/DL
104 mg/DL
104 mg/DL
77 mg/DL
180 mg/DL
183 mg/DL
209 mg/DL
207 mg/DL
210 mg/DL
208 mg/DL
270 mg/DL
TGL 9 : 73 mg/DL
198 mg/DL
417 mg/DL
496 mg/DL
257 mg/DL
TGL 10: 241 mg/DL
366 mg/DL
372 mg/DL
TGL 11: 165 mg/DL
261 mg/DL
165 mg/DL
TGL 12: 190 mg/DL
KREATININ
TGL 7:
Na: 135 mmol/l
K: 4.04
Cl: 108
Cr: 2.7 mg/dl
Ureum: 94
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
3
Pria
Usia: 64,7th
BB:63kg
TB: 172cm
TGL
RAWA
T
9-14
Maret
2014
DIAGNOSA
DM
2,CKD,hiperten
si,TB
KELUHAN
OBAT YG
DIGUNAKAN
Nyeri
Azitromicin
perut,nyeri Fluimucil
pinggang
Aspilet
Simvastatin
ISDN
Hydralazin
Bicnat
Asam folat
Ventolin
Codipront
Humalog
Ceftriaxone
Ondansetron
Omeprazole
Humalog
DOSIS
500mg-1x
3x
80mg-1x
20mg-1x
5mg-3x
12,5mg-3x
500mg-3x
15g/158-1x
1 ap/jam
1c-2x
5u-4x
2gr-1x
4mg-3x
40mg-1x
10u-3x
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
INH
PO
SC
IV
IV
IV
SC
WAKTU
PENGGUNA
AN
TGL 9-14
TGL 9-13
TGL 9-14
TGL 10-14
TGL 9-14
TGL 9-14
TGL 9-11
TGL 9-11
TGL 9-14
TGL 13-14
TGL 9-10
TGL 10-14
TGL 9-14
TGL 11-14
TGL 11-14
HASIL LAB
TD
GD
TGL 9 : 471 mg/DL
219 mg/DL
271 mg/DL
258 mg/DL
TGL 10: 203 mg/DL
329 mg/DL
269 mg/DL
TGL 12: 241 mg/DL
156 mg/DL
187 mg/DL
TGL 14: 184 mg/DL
KREATININ
CR : 2.4
UR: 81
Na: 132
K: 4.32
Cl: 97
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
4
P/W
Wanita
Usia: 71,3 th
BB:58
TB:150
TGL
RAWAT
15-21
agustus
2014
DIAGNOSA
CKD, DM,
anemia,
ISK,
insomnia
KELUHAN
Mual muntah,
jempol kaki
sakit, gatal-gatal
OBAT YG
DIGUNAKAN
PCT
Trombo aspilet
Meloxicam
Furosemide
Concor
Ranitidin
Atmacid
Diovan
Fasorbid
Amlodipin
Rimstar
Alprazolam
Lantus
Humalog
Flumucyl
Salbutamol
Omeprazole
Narfoz
Ceftriaxon
RL
NaCl 0,9%
DOSIS
500mg-3X
1 tab-1x
7,5mg-1x
1-1x
1-1x
150mg-2x
1-3x
80mg-2x
10mg-3x
10mg-2x
2tab-1x
0,5mg-1x
14u-1x
12u-3x
1-3x
½-2x
40-2x
4mg-3x
2gr-2x
500-3X
500-3x
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
SC
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 15-21
Extra TGL 16,17,18
TGL 18-21
TGL 18-21
TGL 19-21
TGL 19-21
TGL 15-21
TGL 15-21
TGL 16-21
TGL 15-18
TGL 15-21
HASIL LAB
TD
110/90
GD
TGL 16: 232 mg/DL
108 mg/DL
171 mg/DL
TGL 17: 103 mg/DL
191 mg/DL
161 mg/DL
TGL 18: 266 mg/DL
224 mg/DL
282 mg/DL
TGL 19: 86 mg/DL
(Tdk Diberi Humalog)
145 mg/DL
215 mg/DL
285 mg/DL
TGL 20: 68 mg/DL
208 mg/DL
245 mg/DL
TGL 21: 165 mg/DL
KREATININ
TGL 18:
Ureum: 111
Cr: 3.3
Na: 140
K: 5.03
Cl: 105
TGL 15:
Ureum: 152
Cr: 3.8
Na: 133
K: 5.57
Cl: 104
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
5
Wanita
Usia: 46,4th
TGL
RAWAT
12-16
maret
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
CKD stage
V,anemia,DM2
,
hipponatremia
, diare
Muntah+BAB
cair
OBAT YG
DIGUNAKAN
CaCO3
Asam Folat
B12
Bicnat
NaCl caps
Domperidon
Diatab
Azitromicin
Novorapid
Bolor insulin
Insulin drip
Omeprazole
Levofloxacin
Lasix
Ceftriaxone
Lantus
Actapin
tramadol
NaCl 0,9%
NCl 0,9%+KCl
NaCl 3%
DOSIS
3tab-1x
1tb-3x
1tb-3x
1tb-3x
500mg-3x
10mg-3x
1tb-3x
500mg-1x
3u-3x
4u-1x
2u/jam
40mg-2x
750mg/48jam
40mg-1x
2gr-1x
12u-1x
5mg-1x
1x
500cc/12jm
250cc/8jam
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
IV
IV
IV
IV
IV
IV
SC
PO
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 12
TGL 12-16
TGL 12-16
TGL 12-16
TGL 12-13
TGL 13-16
TGL 13-15
TGL 12-13
TGL 15-16
TGL 14
TGL 14-16
TGL 14-16
TGL 13-16
TGL 13-14 (TD 100)
TGL 12-16
TGL 13
TGL 12
TGL 14-16
TGL 12-16
TGL 14-16
TGL 13
TD
HASIL LAB
GD
TGL 13: 228 mg/DL
137 mg/DL
TGL 14: 142 mg/DL
141 mg/DL
410 mg/DL
472 mg/DL
419 mg/DL
397 mg/DL
301 mg/DL
229 mg/DL
TGL 15: 340 mg/DL
313 mg/DL
298 mg/DL
267 mg/DL
TGL 16:329 mg/DL
90 mg/DL
70 mg/DL
173 mg/DL
200 mg/DL
KREATININ
TGL 12:
Ureum: 357
Cr: 6.3
Na: 128
K: 4.37
Cl: 110
TGL 14:
Ureum: 325
Cr: 5.7
Na: 144
K: 3.00
Cl: 116
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
6
P/W
Wanita
Usia: 52,4th
BB:70kg
TB:167cm
TGL
RAWAT
8-19
Mei
2014
DIAGNOSA
CKD, DM,
hipertensi,
hiperkalemia
,anemia
KELUHAN
Lemas2,perut
kembung,kaki
bengkak,mual
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
As.Folat
CaCO3
Bicnat
Kalitake
Amlodipin
OMZ
Azitromicin
Valsatran
Laxadin
PCT
Vit C
Lasix
Ceftriaxone
Ondansetron
3-1x
1-3x
2-3x
1sact-3x
10mg-1x
1tab-2x
500mg-1x
80mg-1x
1c-3x
500mg-3x
1tab-3x
2amp-3x
2gr-1x
4mg-3x
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
TGL
8-19
8-18
8-16
8-17
8-19
8-19
9-19
9-19
10-19
15-19
18-19
8-19
8-19
12-19
HASIL LAB
TD
GD
TGL 8 : 120 mg/DL
138 mg/DL
TGL 11: 131 mg/DL
148 mg/DL
161 mg/DL
TGL 12: 157 mg/DL
147 mg/DL
162 mg/DL
TGL 13: 177 mg/DL
TGL 14: 168 mg/DL
200 mg/DL
TGL 15: 164 mg/DL
128 mg/DL
TGL 16: 119 mg/DL
136 mg/DL
TGL 18: 111 mg/DL
KREATININ
TGL 16:
Ureum: 90
Cr: 6.5
Na: 134
K: 3.94
Cl: 99
TGL 13:
Ureum: 131
Cr: 9.1
TGL 9:
Ureum: 161
Cr: 5.15
Na: 134
K: 5.15
Cl: 102
TGL 7:
Ureum: 261
Cr: 15.3
Na: 125
K: 7.27
Cl: 103
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
7
Wanita
Usia: 54,7th
BB:62kg
TB:155cm
TGL
RAWAT
11-22
Mei
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
CKD stage V,
DM, anemia
Pusing,lemas,mual,
muntah
OBAT YG
DIGUNAKAN
Asam Folat
Bicnat
CaCO3
B12
Azitromycin
Laxadin
Paracetamol
Neuralgin
OMZ
Ondansetron
Omeprazole
Ondansetron
Ceftriaxone
NaCl 0,9%+ 1
vialcernevit
Pranza
DOSIS
3-1x
1-3x
1-3x
50mg-3x
500mg-1x
1c-3x
Ext
1 vial-2x
1amp-2x
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 11
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 18
TGL 11
TGL 11
40mg-1x
4mg-3x
2gr-1x
100cc
IV
IV
IV
IV
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 21
1vial-2x
IV
TGL 21-22
HASIL LAB
TD
GD
TGL 12: 133 mg/DL
TGL 13: 127 mg/DL
146 mg/DL
TGL 14: 153 mg/DL
143 mg/DL
TGL 15: 102 mg/DL
128 mg/DL
TGL 16: 95 mg/DL
161 mg/DL
TGL 17: 220 mg/DL
TGL 21: 106 mg/DL
145mg/DL
KREATININ
TGL 11:
Ureum: 282
Cr: 10,6
Na:
K:
Cl:
TGL 13:
Ureum: 152
Cr darah: 6.8
cr darah: 13.6
cr urine: 67,9
TGL 19:
Ureum darah: 88
Cr darah: 4.4
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
8
Pria
Usia: 59,10th
BB:53kg
TB:168cm
TGL
RAWAT
20-72014 sd
4-82014
DIAGNOSA
CKD ON
HD,
hipertensi,
anemia,
DM 2,
dispepsia
KELUHAN
Kaki bengkak dan
perut buncit,
badanlemas
OBAT YG
DIGUNAKAN
As.Folat
CaCO3
Bicnat
Amlodipin
Captopril
Novorapid
Candersatan
Laxadine
Ambroxol
Lasix
Lasix
Venflon
DOSIS
3tab-1x
1tab-3x
1tab-3x
5mg-1x
12,5mg-1x
3u
16mg-1x
15cc-3x
15cc-3x
20 mg-3x
40mg-3x
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
SC
PO
PO
PO
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 20-4
TGL 20-4
TGL 20-4
TGL 20-4
TGL 20-21
TGL 23-4
TGL 23-4
TGL 24-4
TGL 20
TGL 20-21
TD
HASIL LAB
GD
TGL 20: 206 mg/DL
115 mg/DL
TGL 21: 138 mg/DL
183mg/DL
TGL 23: 210 mg/DL
156 mg/DL
195 mg/DL
TGL 24: 137 mg/DL
166 mg/DL
137 mg/DL
TGL 27: 204 mg/DL
165 mg/DL
190mg/DL
TGL 28: 146 mg/DL
190 mg/DL
154 mg/DL
TGL 29: 154 mg/DL
144 mg/DL
198 mg/DL
TGL 30: 154 mg/DL
142 mg/DL
KREATININ
TGL 20:
Ureum: 2150
Cr: 6.3
TGL 26:
Ureum: 66
Cr: 2.9
TGL 30:
Ureum: 64
Cr: 3.4
TGL 2:
Ureum: 58
Cr: 3.1
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
9
Wanita
Usia: 63,6th
TGL
RAWAT
11-22
Mei
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
CKD ST V,
DM 2,
anemia,
hipokalemia
Pusing, lemas,
mual, muntah,
batuk
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
As.folat
CaCO3
Bicnat
KSR
Captopril
Amlodipin
Ceftriaxon
Ondansetron
Ranitidine
NaCl 0,9%
D40%
3tab-1x
1tab-3x
1tab-3x
1tab-3x
25mg-3x
10mg-1x
2gr-1x
8mg-3x
50mg-2x
500cc/24j
2HC/4j
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 11-22
TGL 14-22
TGL 14-22
TGL 14-22
TGL 11-22
TGL 12-22
TGL 11-22
TGL 11-22
HASIL LAB
TD
GD
TGL 11:
94,60,335,63,
30,76,32,88,8
6,59,205, 48
mg/DL
TGL 12:
29,40,61,95,7
1,88,75,58,95,
105,128,90,
107 mg/DL
TGL 13:
116,167,169
mg/DL
TGL 14:
152,84, 110
mg/DL
TGL 15:
128,174, 194
mg/DL
TGL 16:
126,178,188
mg/DL
KREATININ
TGL 11:
Ureum: 54
Cr: 5.2
Na: 135
K:2.58
Cl: 94
TGL 14:
Ureum: 41
Cr: 3.7
Na: 134
K:2.91
Cl: 98
TGL 17:
Ureum: 21
Cr: 4.0
Na:
K:
Cl:
TGL 21:
Ureum: 47
Cr: 5.0
Na:
K:
Cl:
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
10
P/W
TGL
RAWAT
Wanita
7-19
Usia:
Mei
56,5th
2014
BB:60kg
TB:158cm
DIAGNOSA
DM 2,CKD akut,
selulitis
DM,anemia,
CVD
iskemik,hipona
tremia
KELUHAN
OBAT YG
DIGUNAKAN
Askardia
Simvastatin
Neurodex
As.folat
Bisoprolol
Captopril
Ciprofloxacin
Glikuidon
Bicnat+NaCl
Ceftriaxon
OMZ
Ranitidine
Metoklopramid
NFD DEX 40%
NFD DEX 10%
NaCl 3%
D10%
Novorapid
Lantus
Venflon
DOSIS
80mg-1x
20mg-1x
1tab-2x
1tab-1x
2,5mg-1x
12,5mg-2x
500mg-2x
15mg-2x
100mtq1x
2gr-1x
1-1x
50mg-2x
1amp-3x
3fs-1x
1hs/8j
500ml/12j
1hs/24j
9u-3x
8u-1x
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
SC
SC
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7-12
TGL 7
TGL 7-19
TGL 7
TGL 7-19
TGL 7-19
TGL 7
TGL 7
TGL 7
TGL 7-16
TGL 12-19
TGL 16-19
HASIL LAB
TD
GD
KREATININ
TGL 9: 239 mg/DL
TGL 10: 181 mg/DL
306 mg/DL
314 mg/DL
TGL 11: 240 mg/DL
232 mg/DL
376 mg/DL
TGL 12: 209 mg/DL
269 mg/DL
376 mg/DL
TGL 14: 328 mg/DL
293 mg/DL
210 mg/DL
TGL 16: 212 mg/DL
255 mg/DL
TGL 17: 211 mg/DL
285 mg/DL
210 mg/DL
TGL 19: 189 mg/DL
TGL 9:
Ureum: 109
Cr: 5.5
Na: 128
K:3.46
Cl:98
TGL 7:
Ureum: 88
Cr: 4.4
Na: 124
K:3.67
Cl:0.10
TGL 13:
Ureum: 96
Cr: 4.8
Na:
K:
Cl:
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
11
Pria
Usia: 52,8th
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
9-18
DM
April
2,CKD,stro
2014
ke,hiperte
nsi,anemia
KELUHAN
BAB
hitam
OBAT YG
DOSIS
DIGUNAKAN
Ulsafat
1c-4x
As.folat
3tab-1x
Glikuidon
Plavix
Ascardia
Simvastatin
ISDN
Omeprazole
Transamin
Brainact
Lasix
NaCl 0,9%
½-1x
75mg-1x
80mg-1x
10mg-1x
5mg-3x
1amp-2x
1amp-3x
500mg-2x
1x1amp
500cc
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 12-19
TGL 12-19
TGL 12-19
TGL 14-19
TGL 13-14
TGL 13-19
TGL 13-19
TGL 12-19
TGL 12-19
TGL 12-19
TGL 12-19
TD
HASIL LAB
GD
TGL 9: 157 mg/DL
127 mg/DL
281 mg/DL
211 mg/DL
298 mg/DL
TGL 10: 256 mg/DL
223 mg/DL
185 mg/DL
183 mg/DL
TGL 11: 170 mg/DL
TGL 12: 213 mg/DL
211 mg/DL
192 mg/DL
TGL 13: 174 mg/DL
170 mg/DL
TGL 14: 152 mg/DL
158 mg/DL
171 mg/DL
TGL 15: 190 mg/DL
TGL 16:189 mg/DL
248 mg/DL
KREATININ
TGL 8:
Ureum: 229
Cr: 2.3
TGL 10:
Ureum:148
Cr: 3.1
Na: 138
K:4.16
Cl:114
TGL 12:
Ureum: 167
Cr: 4.2
TGL 17:
Ureum:188
Cr: 3.7
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
12
P/W
Wanita
Usia: 51,7th
BB:76kg
TB:157cm
TGL
RAWAT
28
januari2
februari
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
Acute on
CKD,DM 2
obesitas,CAP,
hipoalbumine
mia,hipertens
i,nefroureteolitiasis
dekstra
Sesak
sejak 1
minggu,b
engkak
ditangan,
mual
muntah,B
AK sedikit
OBAT YG
DIGUNAKAN
Bicnat
Azitromicin
Kalitake
Amlodipin
Aspilet
As.folat
CaCO3
B12
Lasix
Ca.gluconas
Ceftriaxone
Lasix
Novorapid+D40
NaCl 0,9%
Novorapid
Tians albumin
DOSIS
RUTE
2tab-3x
500mg-1x
5cc-3x
10mg-1x
80mg-1x
3tab-1x
1tab-3x
1tab-3x
1x1amp
1x10gr
2gr-1x
1amp-3x
8u+2dc-1x
500cc/12j
8u in2 flD40 bulus-1x
20%-100cc
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 29-3
TGL 29-3
TGL 29-3
TGL 29-3
TGL 30-3
TGL 3
TGL 3
TGL 3
TGL 28-31
TGL 29-2
TGL 29-3
TGL 29-3
TGL 31
TGL 29-3
TGL 29-3
TD
HASIL LAB
GD
KREATININ
TGL 30: 130 mg/DL TGL 28:
106 mg/DL Ureum:109
TGL 31: 103 mg/DL Cr: 8.5
Na: 134
K:6.27
Cl:110
TGL 1:
Ureum:156
Cr: 9.0
Na:
K:
Cl
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
13
Wanita
Usia: 53,7th
BB:57kg
TB:155cm
TGL
RAWAT
13-28
februari
2014
DIAGNOSA KELUHAN
DM
2,acute on
CKD
Sesak
dan Kaki
bengkak
OBAT YG
DIGUNAKAN
KSR
Ceftriaxon
Lasix
Lantus
Ranitidine
Plasbumin 20%
Lasix
DOSIS
1tab-1x
2gr-1x
2amp-1x
8u,6u-1x
1amp-2x
100cc-1x
10mg/j dlm
50cc NaCl 0,9
dan syring
pump
RUTE
PO
IV
IV
SC
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 13-28
TGL 13-28
TGL 13-22
TGL 13-28
TGL 18-28
TGL 15-27
TGL 21-28
TD
HASIL LAB
GD
TGL 13: 183 mg/DL
TGL 15: 123 mg/DL
175 mg/DL
168 mg/DL
TGL 16:168 mg/DL
167 mg/DL
184 mg/DL
TGL 17: 113 mg/DL
200 mg/DL
178 mg/DL
TGL 18: 197 mg/DL
122 mg/DL
121 mg/DL
TGL 19: 86 mg/DL
123 mg/DL
159 mg/DL
KREATININ
TGL 12:
Ureum:83
Cr: 1.8
TGL 17:
Ureum:77
Cr: 1.7
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
14
P/W
Wanita
Usia: 49,5th
BB:50kg
TB:155cm
TGL
RAWAT
DIAGNOSA
17-26
Mei
2014
CKD ST V,
DM 2
KELUHAN
Nyeri perut
diseluruh
lapang
abdomen
seperti
diremas terus
menerus,
pasien gelisah
dan berteriakteriak, mual
muntah,
belum BAK
dan BAB
selama
seminggu
OBAT YG
DIGUNAKAN
Domperidone
Inpepsa
Spasminal
Alprazolam
B12
Folat
Humalog
Dulcolax
Ciprofloxasin
Microlax sup
Paracetamol
Glikuidon
Velsartan
NaCl 0,9%
Tramadol
DOSIS
10mg-3x
CI-4x
1tab-3x
0,5mg-1x
50mg-3x
15mg-1x
80-3x
2tab
500mg
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
PO
PO
SP
500mg-3x
PO
30mg-1x
PO
80mg-1x
PO
/24jamDOSIS IV
1amp-extra
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TD
120/890
TGL 17-26
TGL 17-26
TGL 17-19
TGL 19-20,25
TGL 17-26
TGL 17-26
TGL 17-20
TGL 17
TGL 17-26
TGL 17-26
TGL 17-26
TGL 17-26
TGL 17-20
HASIL LAB
GD
TGL 17: 164 mg/DL
205 mg/DL
173 mg/DL
TGL 18: 187 mg/DL
311 mg/DL
181 mg/DL
TGL 19: 190 mg/DL
223 mg/DL
208 mg/DL
TGL 20: 137 mg/DL
233 mg/DL
TGL 21: 143 mg/DL
142 mg/DL
296 mg/DL
TGL 23: 191 mg/DL
197 mg/DL
TGL 26: 118 mg/DL
KREATININ
TGL 16:
Ureum:126
Cr: 9.8
Na:132
K:4.75
Cl: 93
TGL 21:
Ureum:47
Cr: 3.4
Na: 133
K:3.66
Cl:102
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
15
Wanita
Usia: 65,11th
BB: 62kg
TGL
DIAGNOSA KELUHAN
RAWAT
24-30
DM2, CKD, lemas,
oktober CVD
luka perut
2014
kanan
OBAT YG
DIGUNAKAN
Pletaal
Atorvastatin
Miniaspi
New Diatab
Lovenox
Lantus
Burnazin
Trizedon
Noperten
V.Blok
Glimepirid
Cefixime
Fiemasco
Neulin
Furosemid
Novorapid
Nacl 0,9%
Vemplon
DOSIS
50mg-1x
20mg-1x
1tab-1x
2tab-4x
0,4-2x
10u-1x
1tab-2x
5mg-1x
3,125-1x
1mg-1x
10mg-2x
2mg-1xmlm
500mg-2x
20mg-2x
8u-3x
500cc/12j
RUTE
PO
PO
PO
PO
SC
SC
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
SC
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 24-30
TGL 24-30
TGL 24-30
TGL 25-26
TGL 27-30
TGL 27-30
TGL 27-30
TGL 27-30
TGL 27-30
TGL 27-30
TGL 28-30
TGL 29-30
TGL 30
TGL 24-30
TGL 24-30
TGL 29-30
TGL 24-28
TD
HASIL LAB
GD
TGL 27: 410 mg/DL
TGL 28: 347 mg/DL
225 mg/DL
242 mg/DL
TGL 29: 212 mg/DL
296 mg/DL
127 mg/DL
301 mg/DL
KREATININ
TGL 24:
Ureum:73
Cr: 2.5
Na: 139
K:4.44
Cl:114
TGL 27:
Ureum:73
Cr: 2.4
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
16
Wanita
Usia: 55th
TGL
RAWAT
15 NOV-1
DES 2014
DIAGNOSA
CKD akut,
DM2
KELUHAN
OBAT YG
DIGUNAKAN
Sesak nafas,
Ascardia
batuk, riwayat Bicnat
stroke
CaCO3
Glurenorm
Amlodipin
Ondansetron
Brainact
Folic acid
Nitrokaf
Kalitake
Tonar
ISDN
Lasix inj.
NaCl 0,9%
Captopril
DOSIS
80mg-1x
2tab-3x
1tab-3x
30mg-1x
5mg-1x
4mg
1tab-2x
1tab-2x
1-2x
1-3x
2-3x
5mg-3x
20mg-3x
500cc/24j
12,5-1x
RUTE
WAKTU
PENGGUNAAN
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
PO
TGL 15-1
TGL 15-1
TGL 15-1
TGL 15-1
TGL 18-1
TGL 24
TGL 24-1
TGL 24-1
TGL 24-1
TGL 24-1
TGL 24-1
TGL 15-23
TGL 17-1
TGL 24-1
TGL 15-18
TD
HASIL LAB
GD
KREATININ
TGL 15: 221 mg/DL TGL 13:
TGL 17: 131 mg/DL Ureum:124
213 mg/DL Cr: 4.6
TGL 20:124 mg/DL
TGL 22:
Ureum:195
Cr: 5.2
TGL 25:
Ureum:201
Cr: 5.7
TGL 28:
Ureum:178
Cr: 4.1
TGL 1:
Ureum:137
Cr: 4.3
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
17
Pria
Usia: 51,8th
TGL
RAWAT
5-23
Januari
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
CKD ST
V,hiperkalemi
a,hiponatremi
a,DM
2,hipertensi
grade 2
Sesak
nafas,perut
membesar,
BAK sedikit,
mual
muntah
OBAT YG
DIGUNAKAN
As.folat
CaCO3
Bicnat
HCT
Sistenol
Simarc
Amlodipine
Cordaron
Simvastatin
Novorapid
Alprazolam
Nitrocaf
Plavix
Chlorpromazine
Ranitidine
Inh.bisolvon
Lasix
Ondansetron
Ca.glukonas ext
Gastrofer
Transamin
Vit.k
NaCl 3%
NaCl 0,9%
Cordaron 1
Cordaron 2
Cordaron 3
DOSIS
3tab-1x
1tab-3x
1tab-3x
25mg-2x
1tab
2mg-1x1/2
5mg-1x
200mg-1x
20mg-1x
8u-3x
0,25mg-1x
2,5mg-2x
75mg-1x
25mg-2x1/2
1amp-1x
Ext
2c-3x
1amp-ext
1amp-2x
1amp-3x
1amp-3x
500cc-1x
50cc-1x
150mg/30m
300mg/6j
600mg/18j
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
PO
PO
PO
PO
IV
IN
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 5-23
TGL 5-23
TGL 5-23
TGL 5-23
TGL 12
TGL 16
TGL 5-23
TGL18-23
TGL 20-23
TGL 15-23
TGL 20-23
TGL 20-23
TGL 20-23
TGL 22-23
TGL 12
TGL 6
TGL 5
TGL 5
TGL 6
TGL 16-23
TGL 16-23
TGL 16-23
TGL 6
TGL 5-23
TGL 16
TGL 16
TGL 17
TD
HASIL LAB
GD
TGL 5: 458 mg/DL
302 mg/DL
113 mg/DL
TGL 6: 185 mg/DL
321 mg/DL
221 mg/DL
254 mg/DL
TGL 7: 255 mg/DL
263 mg/DL
153 mg/DL
TGL 8: 266 mg/DL
328 mg/DL
252 mg/DL
TGL 17: 219 mg/DL
TGL 19: 198 mg/DL
TGL 20: 230 mg/DL
TGL 21: 189 mg/DL
TGL 23: 267 mg/DL
GD 201-250=4U
251-300=8U
301-350-12U
351-400=16U
LBH 400=20U
KREATININ
TGL 6:
Ureum:280
Cr: 17.4
TGL 8:
Ureum:212
Cr: 11.8
TGL 10:
Ureum:116
Cr: 6.8
TGL 14:
Ureum:88
Cr: 6.1
TGL 17:
Ureum:62
Cr: 5.2
TGL 21:
Ureum:58
Cr: 6.5
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
18
P/W
TGL
RAWAT
Pria
7-16
Usia: 69,1th Januari
BB:63kg
2014
TB:165cm
DIAGNOSA
Anemia, CKD ST 5 ON
HD, hipokalemia
ringan, peningkatan
transminase, DM2
KELUHAN
Lemas
OBAT YG
DIGUNAKAN
HP pro
As.folat
CaCO3
B12
KSR
Glurenorm
Curcuma
Lasix
PRC
PRC
Vemplon
DOSIS
1tab-3x
3tab-1x
1tab-3x
1tab-3x
1tab-1x
3mg-2x
1-3x
2amp-1x
250cc-1x
300c
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 7
TGL 7-16
TGL 7-16
TGL 7-16
TGL 7-16
TGL 7-16
TGL 7-16
TGL 7-9
TGL 7-9
TGL 10-16
TGL 1O
TD
HASIL LAB
GD
TGL 8: 78 mg/DL
TGL 6: 166 mg/DL
KREATININ
TGL 6:
Ureum:49
Cr: 3.9
TGL 10:
Ureum:81
Cr: 4.6
Na: 138
K:3.70
Cl:97
TGL 13:
Ureum:64
Cr: 3.0
TGL 16:
Ureum:58
Cr: 3.2
TGL 15:
Ureum:96
Cr: 4.6
TGL 9:
Ureum:41
Cr: 2.9
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
19
P/W
Wanita
Usia: 57,6th
BB:60kg
TB:153cm
TGL
RAWAT
DIAGNOSA
21-27
Januari
2014
CKD ST 5, CHF 2,
hipertensi, DM2
,hiponatremia
KELUHAN
Mual, nafsu makan
turun, lemas, pusing,
susah tidur, tidak BAB,
tidak BAK, nyeri saat
BAK, kaki bengkak
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
CaCO3
Bicnat
As.folat
Amlodipin
Domperidon
Kalitake
Clonidin
Alopurinol
Omeprazole
Ondansetrn
Lasix
1-3x
1-3x
3-1x
10mg-1x
10mg-3x
1tab-3x
0,15mg-2x
100mg-1x
1-2x
1-2x
1-2x
RUTE
WAKTU
PENGGUNAAN
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
TGL 21-27
TGL 21-27
TGL 21-23
TGL 21-22
TGL 21-27
TGL 21-27
TGL 21-27
TGL 26-27
TGL 21-27
TGL 21-25
TGL 21-27
TD
HASIL LAB
GD
TGL 21: 169 mg/DL
TGL 22: 140 mg/DL
180 mg/DL
187 mg/DL
TGL 23: 165 mg/DL
191 mg/DL
KREATININ
TGL 21:
Ureum:154
Cr: 7.0
TGL 24:
Ureum:165
Cr: 7.7
Na: 123
K:4.81`
Cl:102
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
20
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
Wanita
14-23
CHF FC 3,CAP DD
Usia: 53,8th Januari TB paru,DM 2,
BB:50kg
2014
hipertensi,CFD
TB:160cm
inferior, CKD ST
5 AD acute on
CKD
P/W
KELUHAN
Sesak
nafas
OBAT YG
DIGUNAKAN
Amlodipin
Clonidin
Insulin
Valsatran
Aspilet
Laxadine
Azitromicin
Captopril
Donperidon
Simvastatin
ISDN
Clopidogrel
Ceftriaxon
Ca glukonas
Furosemid
Lasix
Ondansetron
Cedocard
Lasix
NaCl 3%
DOSIS
10mg-1x
0,5mg-3x
3u/30m
80mg-1x
80mg-1x
2c-1x
500mg-1x
25mg-1x
10mg-3x
20mg-2x
5mg-3x
75mg-1x
2gr-1x
1amp-1x
2amp-1x
40mg-3x
1amp-ex
10mg+nacl 0,9 in 40cc
5mg/j
500cc/24j
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
PO
PO
SC
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
TGL 14-23
TGL 14-15
TGL 14-15
TGL 14-15
TGL 15-23
TGL 15-23
TGL 15-20
TGL 15-23
TGL 15
TGL 16-23
TGL 21-23
TGL 21-23
TGL 15-23
TGL 11-13
TGL 11-13
15-17
TGL 18
TGL 11-13
TGL 11-15
TGL 15-16
TD
HASIL LAB
GD
TGL 11: 363 mg/DL
60 mg/DL
126 mg/DL
TGL 15: 86 mg/DL
119 mg/DL
130 mg/DL
TGL 16: 343 mg/DL
TGL 17: 160 mg/DL
173 mg/DL
244 mg/DL
TGL 18: 136 mg/DL
TGL 19: 118 mg/DL
102 mg/DL
TGL 20: 104 mg/DL
214 mg/DL
189 mg/DL
TGL 21: 112 mg/DL
168 mg/DL
KREATININ
TGL 18:
Ureum:175
Cr: 10.7
Na: 136
K:4.81
Cl:98
TGL 19:
Ureum:178
Cr: 11.2
TGL 20:
Ureum:54
Cr: 5.1
TGL 21:
Ureum:173
Cr: 6.9
Na: 141
K:4.11
Cl:97
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
21
Pria
Usia: 63,1th
BB:52kg
TB:170cm
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
20-28
Hiperglikemia
Okt
pada DM2,
2014
dispepsia, CVD,
acute on CKD
KELUHAN
Lemas,
mual,kurang
nafsu makan
OBAT YG
DIGUNAKAN
Gabexal
Platogrix
Domperidone
Ascardia
Simvastatin
As.folat
Lisinopril
Lantus
Novorapid
Yau
Laxadine
Heparin
Minosep
Ranitidine
OMZ
Novorapid corr dose
NaCl
DOSIS
1-2x
75mg-1x
10mg-3x
160mg-1x
500mg-1x
10-1x
2x
5mg-1x
10u-1x
10u-3x
1sup-ext
C1-3x
2500u-2x
cl-3x
1amp-2x
40mg-1x
5u/6j
500cc/12j
RUTE
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
SC
SP
PO
SC
PO
IV
IV
SC
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 20-21
TGL 20-21
TGL 21-28
TGL 20-21
TGL 21-28
TGL 21-28
TGL 21-28
TGL 21-28
TGL 21-28
TGL 23-28
TGL 24-28
TGL 21-28
TGL 21-28
TGL 25-28
TGL 20
TGL 21-28
TGL 22-24
TGL 21-28
TD
HASIL LAB
GD
TGL 20: 395 mg/DL
232 mg/DL
109 mg/DL
TGL 21: 119 mg/DL
263 mg/DL
307 mg/DL
TGL 22:129 mg/DL
324 mg/DL
TGL 24:226 mg/DL
TGL 25:351 mg/DL
TGL 26:161 mg/DL
243 mg/DL
KREATININ
TGL 20:
Ureum:41
Cr: 1.7
Na: 134
K:4.51
Cl:99
TGL 23:
Ureum:30
Cr dr:1.4
Cr ur:106,7
Crcl: 45,3
TGL 24:
Ureum:28
Cr:1.4
Na: 138
K:4.10
Cl:103
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
22
P/W
Wanita
Usia: 56,5th
Bb:65kg
Tb:150cm
TGL
RAWAT
11-20
Juni
2014
DIAGNOSA
CKD ST 5 dengan
overload,anemia
CHF fc 3-4, DM
tipe 2-obesitas
KELUHAN
Sesak selama
1 bulan,
betis kanan
bengkak dan
nyeri
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
CaCO3
Bicnat
As.folat
B12
PCT
Apidra
Sucralfat
Omeprazole
Levofloxacin
Metronidazole
Ceftriaxon
Ondansetron
Tarmadol
Ca glukonas
Bicnat
Albumin 1
NaCl 0,9%
Insulin drip
500mg-3x
1g-3x
3-1x
3x
500mg-4x
4u-3x
15cc-4x
40mg-2x
750mg/48j
500mg-3x
2gr
8mg-3x
Ext
1amp-2x
Ext
500cc/24j
3u/j
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
PO
PO
PO
PO
PO
SC
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
SC
TGL 11-19
TGL 11-19
TGL 11-19
TGL 11-19
TGL 11-1
TGL 12-18
TGL 17-19
TGL 17-19
TGL 17-19
TGL 12-17
TGL 12-19
TGL 16-17
TGL 16
TGL 17-18
TGL 12,16
TGL 16
TGL 16-19
TGL 12-18
TD
HASIL LAB
GD
TGL 13: 299 mg/DL
TGL 15: 107 mg/DL
137 mg/DL
TGL 14:108 mg/DL
TGL 16:120 mg/DL
132 mg/DL
TGL 17: 146 mg/DL
198 mg/DL
115 mg/DL
TGL 18:135 mg/DL
246 mg/DL
180 mg/DL
TGL 19:577 mg/DL
553 mg/DL
549 mg/DL
KREATININ
TGL 14:
Ureum:135
Cr: 3.8
TGL 16:
Ureum:184
Cr: 4.6
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
23
P/W
Wanita
Usia: 61,8th
BB:56kg
TB:150cm
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
27 juni- Hipoglikemia,
2 juli
CKD on cap
2014
d,hipertensi
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
Tdk sadar Nitrokaf
CaCO3
Bicnat
As.folat
Ambroxol syr
Alprazolam
Novorapid
Lasix
NaCl 0,9%
2,5-2X
1-3X
1-3X
3-1X
C1-3X
0,25
8u-3x
40mg-2x
8j
KELUHAN
RUTE
WAKTU
PENGGUNAAN
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
IV
IV
TGL 27-2
TGL 27-2
TGL 27-2
TGL 27-2
TGL 27-2
TGL 28
TGL 30-2
TGL 28-2
TGL 27-28
TD
HASIL LAB
GD
KREATININ
TGL 27: 321 mg/DL TGL 27:
293 mg/DL Ureum:88
301 mg/DL Cr: 4.5
TGL 28: 293 mg/DL
248 mg/DL
306 mg/DL
348 mg/DL
362 mg/DL
295 mg/DL
TGL 29: 341 mg/DL
413 mg/DL
425 mg/DL
392 mg/DL
405 mg/DL
TGL 1: 334 mg/DL
TGL 2: 201 mg/DL
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
24
P/W
Pria
Usia: 69,4th
Bb: 60kg
Tb: 165cm
TGL
RAWAT
26-31
mei
2014
DIAGNOSA
CKD st 5, DM
2,
hematemesis
melena
KELUHAN
Muntah2
3x sehari,
OBAT YG
DIGUNAKAN
Pranza
Novorapid
Novorapid
Cefotaxime
DOSIS
1amp-2x
4u-2x
8u-3x
1gr-3x
RUTE
IV
SC
SC
IV
WAKTU
PENGGUNAAN
TGL 26-31
TGL 26-27
TGL 28-31
TGL 28-31
TD
HASIL LAB
GD
TGL 27: 293 mg/DL
300 mg/DL
343 mg/DL
TGL 28:293 mg/DL
353 mg/DL
TGL 29:243 mg/DL
193 mg/DL
258 mg/DL
TGL 30:240 mg/DL
210 mg/DL
266 mg/DL
TGL 31:185 mg/DL
KREATININ
TGL 28:
Ureum:223
Cr: 6.4
TGL 30:
Ureum:186
Cr: 5.8
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
25
Pria
Usia: 51,1th
BB:57kg
TB:163cm
TGL
RAWAT
15
JUNI16 JULI
2014
DIAGNOSA
KELUHAN
Dispepsia,
acute on CKD,
DM tipe 2,
peningkatan
enzim
Lemas, mual, muntah,
luka dilutut kiri
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
Curcuma
Domperidon
1tab-3x
1tab-3x
PO
PO
TGL 15,6-3,7
TGL 15,6-3,7
Hemobion
1tab-3x
PO
TGL 15,6-3,7
Oxivit
Simvastatin
Captopril
Levofloxasin
OBH
Aminophilin
Metilprednisolon
Bicnat
CaCO3
Allopurinol
As.folat
Inh.bisolvon
Lantus
Novorapid
Ceftriaxon
Ranitidine
Lasix
Albumin
NaCl 0,9%
RL
Dextrose 10%
1tab-1x
20mg-1x
25mg-2x
500mg-2x
CI-3x
200mg-3x
4-3x
1-x
1-3x
100mg-3x
1-3x
2x
10u-1x
18u-3x
2gr-1x
1-2x
1-3x
100u-1x
500cc/8j
500/8j
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IN
SC
SC
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
TGL 15,6-3,7
TGL 15,6-3,7
TGL 15,6-16,7
TGL 15,6-15,7
TGL 15,6-16,7
TGL 15,6-16,7
TGL 15,6-16,7
TGL 1,7-16,7
TGL 1,7-16,7
TGL 1,7-16,7
TGL 1,7-16,7
TGL 24,6-3,7
TGL 12,7-16,7
TGL 1,7-16,7
TGL 15,6-16,7
TGL 15,6-11,7
TGL 1,7-8,7
TGL 27,6
TGL 15,6-16,6
TGL 16,6-16,7
TD
HASIL LAB
GD
TGL 17: 299 mg/DL
277 mg/DL
207 mg/DL
313 mg/DL
TGL 18: 140 mg/DL
332 mg/DL
302 mg/DL
332 mg/DL
TGL 19: 250 mg/DL
277 mg/DL
413 mg/DL
238 mg/DL
TGL 20: 226 mg/DL
363 mg/DL
TGL 21: 242 mg/DL
TGL 22: 347 mg/DL
TGL 23: 304 mg/DL
171 mg/DL
67 mg/DL
199 mg/DL
451 mg/DL
TGL 24: 424 mg/DL
TGL 26: 222 mg/DL
180 mg/DL
TGL 28: 233 mg/DL
TGL 2: 216 mg/DL
275 mg/DL
TGL 3: 215 mg/DL
TGL 10:255 mg/DL
KREATININ
TGL 15,6:
Ureum:105
Cr: 3,7
Na: 132
K:3,73
Cl:106
TGL 26:
Ureum:139
Cr: 3.0
TGL 29:
Ureum:169
Cr: 2.9
TGL 20,7:
Ureum:163
Cr: 2.9
TGL 14,7:
Ureum:175
Cr: 2.9
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
26
Pria
Usia: 51,6th
BB:65kg
TB:170cm
OBAT YG
TGL
DIAGNOSA
KELUHAN
DIGUNAKAN
RAWAT
25 juni- Acute on
Sesak,batuk,bengkak Aspilet
7 juli
CKD,DM2 kedua kaki
Plavix
2014
Varsartan
Simvastatin
Laxadin
Tonar
Bicnat
As.Folat
Isdn
Amlodipin
Paracetamol
Valsartan
Hytrin
V-Block
Fluimycil
Salbutamol
Letonal
Fujimin
Kalitake
Lasix
Ceftriaxone
Heparin
Meropenem
Levofloxasin
Metilprednisolon
Ranitidine
Ceticolin
Insulin+Dextrose
DOSIS
2tab-1x
4tab-1x
80mg-1x
20mg-1x
1c-1x
1-4x
1-3x
2-1x
5mg-3x
10mg-1x
500mg-3x
80mg-2x
1-1x
6,25mg-2x
1sdm-3x
2mg-3x
100mg-1x
1cap-3x
1-3x
10mg/jam
2gr-1x
700u/drip
500mg-3x
500mg-1x
62,5mg-2x
1amp-2x
500mg-2x
8u+10%
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
SC
TGL 25
TGL 25
TGL 25-27
TGL 25-7
TGL 25-7
TGL 25-7
TGL 25-7
TGL 25-7
TGL 25-7
TGL 28-7
TGL 4-7
TGL 1-4
TGL 30
TGL 30-7
TGL 4-7
TGL 4-7
TGL 1-7
TGL 1-7
TGL 2-3
TGL 30-3
TGL 27-4
TGL 20-26
TGL 4-7
TGL 4-7
TGL 4-7
TGL 4-7
TGL 2-4
TGL 2
TD
HASIL LAB
GD
TGL 26: 116 mg/DL
TGL 4: 206 mg/DL
KREATININ
TGL 30:
Ureum:197
Cr: 6.8
TGL 27:
Ureum:173
Cr: 6.1
TGL 2:
Ureum:278
Cr: 7.4
Na: 131
K:5.14
Cl:109
TGL 7:
Ureum:351
Cr: 9.4
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
27
Pria
Usia: 67,6th
BB: 60kg
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
2-14
DM2, CKD
feb
ST2, stroke
2014
OBAT YG
KELUHAN DIGUNAKAN
Tdk bisa
bicara
Forneuro
Captopril
Inh.bisolvon
Ambroxol
OBH
Paracetamol
Aspilet
Vit.k
As.folat
Tonar
Nebulizer
Amlodipin
Humalog
Actrapid
Candersatan
HCT
Hytrin
Ranitidine
Ceftriaxon
Farmadol
Levofloxasin
Manitol
NaCL 0,9%
D40
D10
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
DOSIS
1-1X
25MG-3X
1c-3x
1c-3x
500mg-4
5mg-2x
3x
5mg-3x
2-3x
3x
1x
6u-3x
1Ou-3x
8mg-1x
25-1 ½
1x
1amp-2x
2gr-1x
1-1x
500mg-1x
125cc-4x
500cc-2x
2hc-1x
500/8j
PO
PO
IN
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
SC
SC
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
TGL 3-14
TGL 3-14
TGL 2-6
TGL 3-14
TGL 3-14
TGL 4-14
TGL 3-7
TGL 3-7
TGL 4-14
TGL 4-14
TGL 3-14
TGL 10
TGL 11-14
TGL 5-7
TGL 12-14
TGL1 3-14
TGL 13
TGL 3-14
TGL 3-14
TGL 2
TGL 3-14
TGL 2-3
TGL 2-14
TGL 7
TGL 7
TD
HASIL LAB
GD
TGL 2: 249 mg/DL
372 mg/DL
236 mg/DL
309 mg/DL
TGL 3: 218 mg/DL
384 mg/DL
TGL 4: 194 mg/DL
272 mg/DL
211 mg/DL
TGL 5: 257 mg/DL
207 mg/DL
237 mg/DL
TGL 6: 203 mg/DL
151 mg/DL
105 mg/DL
TGL 7: 139 mg/DL
140 mg/DL
65 mg/DL
164 mg/DL
229 mg/DL
220 mg/DL
266 mg/DL
275 mg/DL
TGL 8: 221,237,195,248,154 mg/DL
TGL 9: 253,180,257,190 mg/DL
TGL 10: 319,127,182,238 mg/DL
TGL 11: 230,103 mg/DL
TGL 13: 208 mg/DL
KREATININ
TGL 2:
Ureum:43
Cr: 1.6
TGL 11:
Ureum:51
Cr: 1.5
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
28
Pria
Usia: 71,11th
BB:75kg
TB:165cm
TGL
RAWAT
27 Jan12 Feb
2014
DIAGNOSA
DM2,
acute on
CKD
KELUHAN
Demam,bada
n
lemas,penuru
nan berat
badan
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
Paracetamol
B.Komplex
Na Diklofenak
Metilprednisolon
Flumucil
Dexametason
Amikasin
Fluconaizole
Avelox
Cefepime
Cernevit
500mg-3x
1-3x
25mg-2x
4mg-3x
200mg-3x
5mg-3x
1gr-1x
20mg-2x
400mg-1x
1gr-3x
1amp-1x
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
IV
IV
IV
IV
TGL 27-12
TGL 27-12
TGL 10-12
TGL 10-12
TGL 27-12
TGL 30-1
TGL 1-4
TGL 28-29
TGL 6-8
TGL 6-8
TGL 6-12
Novorapid
10u-3x
SC
TGL 8-12
Lantus
Ozyd
Ceteron
Brainact
Ranitidine
Ceftriaxon
Ronem
Levofloksacin
Frecotol 12
Vit C
Meropenem
Dexa
Ceteron
10u-1x
40mg-2x
4mg-2x
500mg-3x
1amp-2x
2gr-1x
2gr-3x
1gr-1x
30u/j
200-2x
2gr-3x
5mg-1x
4mg-2x
SC
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
TGL 8-12
TGL 1-12
TGL 1-2
TGL 1-2
TGL 27-28
TGL 27-28
TGL 28-30
TGL 28-30
TGL 28
TGL 29-5
TGL 1-4
TD
HASIL LAB
GD
TGL 30: 316 mg/DL
205 mg/DL
TGL 31: 217 mg/DL
214 mg/DL
295 mg/DL
328 mg/DL
310 mg/DL
301 mg/DL
316 mg/DL
302 mg/DL
299 mg/DL
TGL 1: 416 mg/DL
296 mg/DL
TGL 6: 275 mg/DL
210 mg/DL
172 mg/DL
TGL 7: 199 mg/DL
261 mg/DL
233 mg/DL
130 mg/DL
TGL 9: 130 mg/DL
192 mg/DL
189 mg/DL
TGL 11:178 mg/DL
195 mg/DL
179 mg/DL
KREATININ
TGL 30:
Ureum:137
Cr: 4.2
TGL 29:
Ureum:88
Cr: 4.1
TGL 27:
Ureum:32
Cr: 1.6
TGL 1:
Ureum:240
Cr: 3.5
TGL 3:
Ureum:184
Cr: 2.5
TGL 4:
Ureum:201
Cr: 2.3
TGL 5:
Ureum:152
Cr: 2.1
TGL 6:
Ureum:139
Cr: 1.9
TGL 1-3
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Clinimix
Venofinoin
Nacl 0,9%
Rl
D10%
Mo
Halofenidal
1000cc-1x
500mg
500cc-4x
1:1/24j
1:1/24j
0,5/j
2,5
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IM
TGL 1-2
TGL 1
TGL 6-12
TGL 27
TGL 27
TGL 29-30
TGL 30
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(lanjutan)
NO
P/W
29
Pria
Usia:
51,4th
BB:
75kg
TB:
160cm
TGL
DIAGNOSA
RAWAT
31
CKD,
desember- DM2,hiponatremia,hiperkalemia
15 januari
2014
KELUHAN
Sering
muntah
pada
mlm
hari,nyeri
pinggang
OBAT YG
DIGUNAKAN
DOSIS
Ultracet
Kalitake
As.folat
B12
Valsartan
Amlodipine
CaCO3
Clonidin
Nacl kapsul
Ranitidin
Ondansetron
Novorapid
Nacl 3%
Nacl 0,9%
1-3x
1-3x
3tab-1x
1-3x
80mg-1x
10mg-1x
1-3x
1-3x
1-3x
1-2x
2x
8u-3x
500c/24j
500-1x
WAKTU
RUTE PENGGUNAAN
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
IV
IV
SC
IV
IV
TGL 31-8
TGL 31-15
TGL 31-15
TGL 31-15
TGL 31-15
TGL 31-15
TGL 31-15
TGL 31-15
TGL 12-15
TGL 31-8
TGL 31-3
TGL 31-15
TGL 10-14
TGL 31-6
TD
HASIL LAB
GD
TGL 31: 165 mg/DL
256 mg/DL
332 mg/DL
TGL 1: 229 mg/DL
386 mg/DL
220 mg/DL
TGL 3: 154 mg/DL
87 mg/DL
TGL 4: 174 mg/DL
204 mg/DL
196 mg/DL
TGL 5: 141 mg/DL
233 mg/DL
242 mg/DL
TGL 6: 148 mg/DL
207 mg/DL
TGL 9: 209 mg/DL
276 mg/DL
337 mg/DL
KREATININ
Ureum:171
Cr: 8.9
Na: 120
K:5.41
Cl:88
TGL 4:
Ureum:258
Cr: 3.9
TGL 4:
Ureum:135
Cr: 9.2
TGL 8:
Ureum:135
Cr: 8.9
CRCL:12.1
Na:121
K:4.65
Cl:94
TGL 8:
Ureum:62
Cr: 3.5
TGL 8:
Ureum:135
Cr: 7.8
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Data Penggunaan Obat untuk Kategori Penyesuaian Dosis (dosis terlalu tinggi dan dosis terlalu rendah) pada Obat Lainnya
No
Obat
Pasien
1
Pct
CKD
Stage
2
Domperidon
Kotrimoksazol
Nama Generik
Paracetamol
Domperidone
Captopril
Kombinasi
trimetoprim dan sulfa
metoksazol
Captopril
Omeprazole
Omeprazole
Codein+pct 368
Codein
Ceftriaxone
Ceftriaxone
Ketorolac
Ketorolac
Ceftazidine
Ceftazidine
Tramadol
Tramadol
Ondansetron
Ondansetron
Cefradine
Cefradine
Golongan Obat
Analgesik (Nonopioid)
Antiemetik (Antagonis
Dopamine)
Antibacterial
Combination
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Antireflux agents (PPI)
Analgesik (Opioid)
Antibiotik
(Sefalosporin)
NSAID
Antibiotik
(Sefalosporin)
Analgesik (Opioid)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Dosis
Digunakan
500mg-4x
10mg-3x
480mg-2x
6,25-2x
20mg-2x
5mg-3x
1gr-2x
Amp-1x
Dosis
Dosis Pasien
Normal
Ckd
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
10mg,max
10-20
30mg/hari
mg/hari,1-2
kali/hari
960mg/hari
6,25 mg/hari
max 37,5mg
2040mg/hari
1-2 tab tiap
4-6 jam
1gr/hari
1gr-3x
10mg,4-6
jam
1gr/12 jam
Amp-3x
50-100mg
4mg-2x (1
ampul=4mg)
1gr-3x
0,15mg/kg16mg/dose
1-2g/hari
<10 crcl max
2g/hari
max
60mg/hari
1gr/12 jam
100mg/12
jam
500mg/6jam
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
DRIP
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Obat
Pasien
2
Candesartan
CKD
Stage Concor
4
Ranitidin
No
Obat
Pasien
3
Azitromicin
CKD
Fluimucil
Stage
4
Aspilet
Nama Generik
Candesartan
bisoprolol
Ranitidin
Nama Generik
Azitromicin
Acetylcysteine
Aspirin
Golongan Obat
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Antihipertensi (Beta
Blocker)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Golongan Obat
Antibiotik (Macrolida)
Antidot (Mucolytic
agent)
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Agen dislipidemia
Dosis
Digunakan
1-1x
Dosis
Normal
4mg/hari
Dosis Pasien
Ckd
4mg/hari
1-1x
5mg/hari
2.5mg/hari
1amp-2x
(25mg/2ml)
50mg
25-50mg
Dosis
Digunakan
500mg-1x
3x
Dosis
Normal
500mg
200mg
80mg-1x
80mg/hari
20mg-1x
1020mg/hari
15120mg/hari
Simvastatin
Simvastatin
ISDN
Isosorbite Dinitrat
Anti-anginal
(vasodilator)
5mg-3x
Hydralazin
Hydralazin
12,5mg-3x
Bicnat
Natrium Bicarbonat
Asam Folat
Codipront
Ceftriaxone
Asam folat
Codeine +
Phenyltoloxamine
Ceftriaxone
Ondansetron
Ondansetron
Omeprazole
Omeprazole
Antihipertensi
(vasodilator)
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin
Analgesik (sediaan
obat flu)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antireflux agents (PPI)
500mg-3x
4050mg/hari
1-5gr/hari
15mg/158-1x
1c-2x
5mg/hari
2x
2gr-1x
1gr/hari
4mg-3x
0,15mg/kg16mg/dose
2040mg/hari
40mg-1x
Dosis Pasien
Ckd
500mg
<10 crcl max
2g/hari
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No
Obat
Pasien
4
PCT
CKD
Stage
5
Trombo aspilet
Nama Generik
Paracetamol
Aspirin
Meloxicam
Furosemide
Concor
Meloxicam
Furosemide
Bisoprolol
Ranitidin
Ranitidin
Atmacid
Diovan
Al(OH)3 300 mg,
Mg(OH)2 300 mg,
dimethicone 50
mg. Per 5 mL
susp Al(OH)3 300 mg,
Mg(OH)2 300 mg,
dimethicone 50 mg.
Valsartan
Fasorbid
Isosorbite Dinitrat
Amlodipin
Rimstar
Alprazolam
Amlodipin
Rifampicin 150 mg,
INH 75 mg,
pyrazinamide 400 mg,
ethambutol 275 mg.
Alprazolam
Flumucyl
N-acetylcysteine
Salbutamol
Salbutamol
Golongan Obat
Analgesik (Nonopioid)
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
NSAID
Diuretik (loop)
Antihipertensi (Beta
Blocker)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antasida, antirefluks
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Anti-anginal
(vasodilator)
Anti-anginal
Antibiotik (Anti TB)
Antiansietas
(benzodiazepin)
Antidot (Mucolytic
agent)
Antiasma
Dosis
Digunakan
500mg-3X
1 tab-1x
Dosis
Normal
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
80mg/hari
7,5mg-1x
1-1x
1-1x
7,5mg/hari
40mg
5-10mg/hari
150mg-2x
150300mg/hari
150mg
3x1 tablet
3x1 tablet
1-3x
80mg-2x
80mg
10mg-3x
15120mg/hari
5-10mg
10mg-2x
2tab-1x
Berat badan
55-70 kg : 4
tablet/hari.
0,5mg-1x
250-500mcg
1-3x
1-3 tab/hari
½-2x
2-4mg
Dosis Pasien
Ckd
2,5mg/hari
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Kelebihan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Omeprazole
Omeprazole
Antireflux agents (PPI)
40-2x
Narfoz
Ondansetron
4mg-3x
Ceftriaxon
Ceftriaxone
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antibiotik
(Sefalosporin)
No
Obat
Pasien
5
CaCO3
CKD
Stage Asam Folat
5
B12
Bicnat
Domperidon
Nama Generik
Golongan Obat
2gr-2x
Dosis
Digunakan
3tab-1x
Calcium Carbonat
Vitamin,antasida
Asam folat
Vitamin B12
Natrium Bicarbonat
Vitamin
Vitamin
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Antiemetik (Antagonis
Dopamine)
1tb-3x
1tb-3x
1tb-3x
Domperidone
10mg-3x
2040mg/hari
0,15mg/kg16mg/dose
1gr/hari
Dosis
Normal
max 16
tab/hari
5mg/hari
250mcg/hari
1-5gr/hari
10mg,max
30mg/hari
Diatab
Attapulgite
Antidiare
1tb-3x
Azitromicin
Omeprazole
Azitromicin
Omeprazole
Antibiotik (Macrolida)
Antireflux agents (PPI)
500mg-1x
40mg-2x
Levofloxacin
Levofloxacin
Antibiotik (kuionolon)
750mg/48jam
Lasix
Ceftriaxone
Furosemide
CEFTRIAXONE
40mg-1x
2gr-1x
Actapin
Tramadol
Amlodipin
Tramadol
Diuretik (loop)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Anti-anginal
Analgesik (Opioid)
max 12
tab/hari
500mg
2040mg/hari
500750mg/hari
40mg
1gr/hari
5mg-1x
1x
5mg/hari
50-100mg
Dosis
Digunakan
3-1x
1-3x
Dosis
Normal
5mg/hari
max 16
No
Obat
Pasien
6
As.Folat
CKD
CaCO3
Nama Generik
Asam folat
Calcium Carbonat
Golongan Obat
Vitamin
Vitamin,antasida
<10 crcl max
2g/hari
Dosis Pasien
Ckd
10-20
mg/hari,1-2
kali/hari
500mg
<10 crcl max
2g/hari
100mg/12
jam
Dosis Pasien
Ckd
IV
Kelebihan
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
PO
Tepat
Tepat
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Stage
5
Bicnat
Natrium Bicarbonat
2-3x
Ca polystyrene
sulfonate
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Antidot (Detoksifikasi
agent)
Kalitake
Amlodipin
OMZ
Amlodipin
Omeprazole
Anti-anginal
Antireflux agents (PPI)
10mg-1x
1tab-2x
Azitromicin
Valsatran
Azitromicin
valsartan
500mg-1x
80mg-1x
Laxadin
Phenolphthalein 55
mg, liqd paraffin 1,200
mg, glycerin 378 mg
Paracetamol
Antibiotik (Macrolida)
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Laxative
PCT
Vit C
Vit C
Lasix
Ceftriaxone
Furosemide
Ceftriaxone
Ondansetron
Ondansetron
No
Obat
Pasien
7
Asam Folat
CKD
Bicnat
Stage
5
CaCO3
B12
Nama Generik
Asam folat
Natrium Bicarbonat
1sact-3x
1c-3x
Analgesik (Nonopioid)
500mg-3x
Vitamin
1tab-3x
Diuretik (loop)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Golongan Obat
Calcium Carbonat
Vitamin
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin,antasida
Vitamin B12
Vitamin
2amp-3x
2gr-1x
4mg-3x
Dosis
Digunakan
3-1x
1-3x
1-3x
50mcg-3x
tab/hari
1-5gr/hari
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
5-10mg
2040mg/hari
500mg
80mg
500mg
1-2 sdm (1530 mL) 1 x/hr
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
75mg,tdk
boleh lebih
dari 2000mg
40mg
1gr/hari
<10 crcl max
2g/hari
0,15mg/kg16mg/dose
Dosis
Dosis Pasien
Normal
Ckd
5mg/hari
1-5gr/hari
max 16
tab/hari
250mcg/hari
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Azitromycin
Laxadin
Paracetamol
Azitromicin
Phenolphthalein 55
mg, liqd paraffin 1,200
mg, glycerin 378 mg
Paracetamol
Antibiotik (Macrolida)
Laxative
Analgesik (Nonopioid)
500mg-1x
1c-3x
Ext
Neuralgin
OMZ
PCT+ibuprofen+caffein NSAID
Omeprazole
Antireflux agents (PPI)
1 vial-2x
Ondansetron
Ondansetron
1amp-2x
Omeprazole
Omeprazole
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antireflux agents (PPI)
Ondansetron
Ondansetron
4mg-3x
Ceftriaxone
Ceftriaxone
Pranza
Pantoprazole
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antireflux (PPI)
No
Obat
Pasien
8
As.Folat
CKD
CaCO3
Stage
5
Bicnat
Nama Generik
Golongan Obat
Asam folat
Calcium Carbonat
Vitamin
Vitamin,antasida
Natrium Bicarbonat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Anti-anginal
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Laxative
Amlodipin
Captopril
Amlodipin
Captopril
Candersatan
Candesartan
Laxadine
Phenolphthalein 55
mg, liqd paraffin 1,200
40mg-1x
2gr-1x
1vial-2x(
1vial=40mg
powder inj.)
Dosis
Digunakan
3tab-1x
1tab-3x
1tab-3x
5mg-1x
12,5mg-1x
16mg-1x
15cc-3x
500mg
500mg
1-2 sdm
(15-30 mL)
1 x/hr
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
2040mg/hari
0,15mg/kg16mg/dose
2040mg/hari
0,15mg/kg16mg/dose
1gr/hari
<10 crcl max
2g/hari
Maximal
80mg/hari
Dosis
Normal
5mg/hari
max 16
tab/hari
1-5gr/hari
Dosis Pasien
Ckd
5-10mg
6,25 mg/hari
max 37,5mg
max
4mg/hari
16mg/hari
1-2 sdm
(15-30 mL)
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ambroxol
Lasix
Lasix
No
Obat
Pasien
9
As.folat
CKD
CaCO3
Stage
5
Bicnat
mg, glycerin 378 mg
Ambroxol
Furosemide
Furosemide
Nama Generik
Diuretik (loop)
Diuretik (loop)
Golongan Obat
15cc-3x
20 mg-3x
40mg-3x
Dosis
Digunakan
3tab-1x
1tab-3x
Asam folat
Calcium Carbonat
Vitamin
Vitamin,antasida
Natrium Bicarbonat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin,elektrolit
1tab-3x
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Anti-anginal
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
25mg-3x
KSR
KCL
Captopril
Captopril
Amlodipin
Ceftriaxon
Amlodipin
Ceftriaxone
Ondansetron
Ondansetron
Ranitidine
Ranitidin
No
Obat
Pasien
10
Askardia
CKD
Stage Simvastatin
5
Obat Batuk
Nama Generik
Aspirin
Golongan Obat
1tab-3x
10mg-1x
2gr-1x
8mg-3x
50mg-2x
1 x/hr
10 mL (2
sdt) 2-3
x/hr.
40mg
40mg
Dosis
Normal
5mg/hari
max 16
tab/hari
1-5gr/hari
1-2 tab 3x
/hari
6,25 mg/hari
max 37,5mg
5-10mg
1gr/hari
<10 crcl max
2g/hari
0,15mg/kg16mg/dose
50mg
2550mg/hari
Dosis
Digunakan
80mg-1x
Dosis
Normal
80mg/hari
20mg-1x
1020mg/hari
2-3x/hari 1
tab
5mg/hari
5mg/hari
Simvastatin
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Agen dislipidemia
Neurodex
Vitamin B-Complex
Vitamin
1tab-2x
As.folat
Bisoprolol
Asam Folat
Bisoprolol
Vitamin
Antihipertensi (Beta
1tab-1x
2,5mg-1x
Dosis Pasien
Ckd
Dosis Pasien
Ckd
2.5mg/hari
PO
Tepat
IV
IV
Tepat
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Kelebihan
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Captopril
Captopril
Ciprofloxacin
Ciprofloxacin
Glikuidon
Ceftriaxon
Glikuidon
Ceftriaxone
OMZ
Omeprazole
Ranitidine
Ranitidin
Metoklopramid
No
Obat
Pasien
11
Ulsafat
As.folat
Glikuidon
Plavix
Metoklopramid
Nama Generik
Sucralfat
Asam Folat
Glikuidon
Clopidogrel
Ascardia
Aspirin
Simvastatin
Simvastatin
ISDN
Isosorbite Dinitrat
Omeprazole
Transamin
Brainact
Blocker)
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Antibiotik (kuionolon)
12,5mg-2x
500mg-2x
Antidiabetes Oral
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antireflux agents (PPI)
15mg-2x
2gr-1x
15-45mg
1gr/hari
1-1x
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antiemetik
50mg-2x
2040mg/hari
50mg
Golongan Obat
Antasida, antirefluks
Vitamin
Antidiabete (Oral)
Antikoagulan,
antiplatelet
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Agen dislipidemia
1amp-3x
(1amp=10mg/
5ml)
Dosis
Digunakan
1c-4x
3tab-1x
½-1x
75mg-1x
2mg/kg
80mg-1x
80mg/hari
10mg-1x
1020mg/hari
15120mg/hari
2040mg/hari
0,5-1g atau
10mg/kg 2550mg/kg
500mg
5mg-3x
Omeprazole
Anti-anginal
(vasodilator)
Antireflux agents (PPI)
As.Tranexamat
Haemostatik
1amp-3x
Citicoline
6,25 mg/hari
max 37,5mg
250250500mg/hari 500mg/hari
Pheripheral
1amp-2x
500mg-2x
Dosis
Normal
1gr-4x/hari
5mg/hari
15-45mg
75mg/hari
<10 crcl max
2g/hari
PO
Tepat
PO
Kelebihan
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Kelebihan
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
PO
PO
Tepat
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
25mg
dosis
dikurangin
75%
Dosis Pasien
Ckd
110
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lasix
No
Obat
Pasien
12
Bicnat
CKD
Stage Azitromicin
5
Kalitake
Furosemide
Nama Generik
Natrium Bicarbonat
Azitromicin
Ca Polystyrene
Sulfonate
Amlodipin
Aspilet
Amlodipin
Aspirin
As.folat
CaCO3
Asam Folat
Calcium Carbonat
B12
Lasix
Ca.gluconas
Ceftriaxone
Vitamin B12
Furosemide
Kalsium Glukonas
Ceftriaxone
Lasix
Furosemide
No
Obat
Pasien
13
KSR
CKD
Stage Ceftriaxon
3
Lasix
Lantus
Ranitidine
Nama Generik
Vasodilator
Diuretik (loop)
Golongan Obat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Antibiotik (Macrolida)
Antidot (Detoksifikasi
agent)
2x/hari
40mg
Dosis
Digunakan
2tab-3x
Dosis
Normal
1-5gr/hari
Dosis Pasien
Ckd
500mg-1x
5cc-3x
500mg
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
5-10mg
80mg/hari
500mg
Anti-anginal
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Vitamin
Vitamin,antasida
10mg-1x
80mg-1x
Vitamin
Diuretik (loop)
Vitamin, elektrolit
Antibiotik
(Sefalosporin)
Diuretik (loop)
1tab-3x
1x1amp
1x10gr
2gr-1x
Golongan Obat
KCl
Vitamin,elektrolit
Ceftriaxone
Antibiotik
(Sefalosporin)
Diuretik (loop)
Antidiabetes (Insulin)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
Furosemide
Insulin Glargine
Ranitidin
1x1amp
3tab-1x
1tab-3x
1amp-3x
Dosis
Digunakan
1tab-1x
2gr-1x
2amp-1x
8u,6u-1x
1amp-2x
(1amp:25mg/2
5mg/hari
max 16
tab/hari
250mcg/hari
40mg
10ml
1gr/hari
40mg
Dosis
Normal
1-2 tab 3x
/hari
1gr/hari
<10 crcl max
2g/hari
Dosis Pasien
Ckd
<10 crcl max
2g/hari
40mg
50mg
25-50mg
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
IV
IV
Tepat
Tepat
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
SC
Tepat
Tepat
IV
Tepat
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lasix
No
Obat
Pasien
14
Domperidone
CKD
Stage
5
Inpepsa
Spasminal
Furosemide
Nama Generik
Domperidone
Alprazolam
Sucralfat
Metampyrone Na 500
mg, ekst belladonna
10 mg, papaverine HCl
25 mg.
Alprazolam
B12
Folat
Dulcolax
Ciprofloxasin
Vitamin B12
Asam folat
Bisacodyl
Ciprofloxacin
Paracetamol
Paracetamol
Glikuidon
Velsartan
Glikuidon
Valsartan
Tramadol
Tramadol
No
Obat
Pasien
15
Pletaal
Atorvastatin
Nama Generik
Cilostazol
Atorvastatin
H2)
Diuretik (loop)
Golongan Obat
Antiemetik (Antagonis
Dopamine)
Antasida, antirefluks
Antispasmodik
ml)
10mg/j dkn
50cc NaCl 0,9
dan syring
pump
Dosis
Digunakan
10mg-3x
CI-4x
1tab-3x
40mg
Dosis
Normal
10mg,max
30mg/hari
Dosis Pasien
Ckd
10-20
mg/hari,1-2
kali/hari
1gr-4x/hari
1 tab tiap 68 jam
Antiansietas
(benzodiazepin)
Vitamin
Vitamin
Laxative
Antibiotik (kuionolon)
0,5mg-1x
250-500mcg
50mcg-3x
15mg-1x
2tab
500mg
Analgesik (Nonopioid)
500mg-3x
Antidiabetes (Oral)
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Analgesik (Opioid)
30mg-1x
80mg-1x
250mcg/hari
5-15mg/hari
2-3 tab/hari
250250500mg/hari 500mg/hari
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
15-45mg
80mg
1amp-extra
50-100mg
Dosis
Digunakan
50mg-1x
Dosis
Normal
50100mg/hari
10-
Golongan Obat
Antikoagulan,
antiplatelet
Antidislipidemia
20mg-1x
100mg/12
jam
Dosis Pasien
Ckd
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
PO
Tepat
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
112
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Miniaspi
Aspirin
New diatab
Attapulgite
Lovenox
Enoxaparin Na
Trizedon
Noperten
V.Blok
Trimetazidine diHCl
lisinopril
Carvedilol
Cefixime
Cefixime
Neulin
Citicoline
Furosemid
Furosemide
No
Obat
Pasien
16
Ascardia
Nama Generik
Aspirin
Bicnat
Natrium Bicarbonat
CaCO3
Calcium Carbonat
Amlodipin
Ondansetron
Amlodipin
Ondansetron
Brainact
Citicoline
Folic acid
Nitrocaf
Kalitake
Asam folat
Glyseril Trinitrat
Ca polystyrene
sulfonate
20mg-2x
Dosis
Digunakan
80mg-1x
20mg/hari
80160mg/hari
max 12
tab/hari
2040mg/hari
1 tab/hari
10mg/hari
12,525mg/hari
max
200mg/hari
500mg
2x/hari
40mg
Dosis
Normal
80mg/hari
2tab-3x
1-5gr/hari
1tab-3x
max 16
tab/hari
5-10mg
4mg
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Antidiare
1tab-1x
Antikoagulan,
antiplatelet
Antianginal
ACE Inhibitor
Beta Blocker
0,4ml-2x
Antibiotik
(Sefalosporin)
Pheripheral
Vasodilator
Diuretik (loop)
10mg-2x
Golongan Obat
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin,antasida
Anti-anginal
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Pheripheral
Vasodilator
Vitamin
Antianginal
Antidot (Detoksifikasi
agent)
2tab-4x
1tab-2x
5mg-1x
3,125-1x
500mg-2x
5mg-1x
4mg
1tab-2x
1tab-2x
1-2x
1-3x
500mg
2x/hari
5mg/hari
5mg/hari
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
2,5-5mg
Dosis Pasien
Ckd
PO
Tepat
PO
Tepat
SC
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
PO
Tepat
113
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tonar
ISDN
α-ketoisoleucine 67
mg, α-ketoleucine 101
mg, αketophenylalanine 68
mg, α-ketovaline 86
mg, DL-α-hydroxy
methionine 59 mg, Llysine acetate 105 mg,
L- threonine 53 mg, Ltryptophan 23 mg, Lhistidine 38 mg, Ltyrosine 30 mg, total
nitrogen 36 mg, total
Ca 50 mg.
Isosorbite Dinitrat
Lasix inj.
Captopril
Furosemide
Captopril
No
Obat
Pasien
17
As.folat
CaCO3
Nama Generik
Other Drugs Acting on
the Genito-Urinary
System
2-3x
4-8 kaplet 3x
sehari
Anti-anginal
(vasodilator)
Diuretik (loop)
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
5mg-3x
15120mg/hari
40mg
6,25 mg/hari
max 37,5mg
Dosis
Normal
5mg/hari
max 16
tab/hari
1-5gr/hari
Golongan Obat
20mg-3x
12,5-1x
Dosis
Digunakan
3tab-1x
1tab-3x
Asam folat
Calcium Carbonat
Vitamin
Vitamin,antasida
Bicnat
Natrium Bicarbonat
1tab-3x
HCT
Hidroklortiazid
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Diuretik
Sistenol
Analgesik (Nonopioid)
1tab
Simarc
Paracetamol 500 mg,
n-acetylcysteine 200
mg.
Warfarin
2mg-1x1/2
5mg/hari
Amlodipine
Cordaron
Amlodipin
Amiodarone HCl
Antikoagulan
(Diuretik)
Anti-anginal
Antiaritmia
5mg-1x
200mg-1x
5-10mg
800-
25mg-2x
12,550mg/hari
1 tab 3x/hari
Dosis Pasien
Ckd
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
PO
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
114
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Simvastatin
Simvastatin
Agen dislipidemia
20mg-1x
Alprazolam
Alprazolam
0,25mg-1x
1600mg/hari
1020mg/hari
250-500mcg
Nitrocaf
Plavix
Glyseril Trinitrat
Clopidogrel
2,5mg-2x
75mg-1x
5mg/hari
75mg/hari
Chlorpromazine
Ranitidine
Chlorpromazine
Ranitidin
25mg-2x1/2
1amp-1x
(1amp=25mg/
2ml)
2c-3x
1amp-ext
25-50mg
50mg
Lasix
Ondansetron
Furosemide
Ondansetron
Ca.glukonas ext
Gastrofer
Kalsium Glukonas
Omeprazole
Antiansietas
(benzodiazepin)
Antianginal
Antikoagulan,
antiplatelet
Antipsikotik,antimanik
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Diuretik (loop)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Vitamin, elektrolit
Antireflux agents (PPI)
Transamin
Vit.k
As.Tranexamat
Vitamin K
Haemostatik
Vitamin
1amp-3x
1amp-3x
Cordaron 1
Amiodarone HCl
Antiaritmia
150mg/30m
Cordaron 2
Amiodarone HCl
Antiaritmia
300mg/6j
Cordaron 3
Amiodarone HCl
Antiaritmia
600mg/18j
No
Obat
Pasien
18
As.folat
CKD
CaCO3
Stage
4
B12
KSR
10ml
1amp-2x
Asam Folat
Kalsium Karbonat
Vitamin
Vitamin,antasida
Dosis
Digunakan
3tab-1x
1tab-3x
Vitamin B12
Kcl
Vitamin
Vitamin,elektrolit
1tab-3x
1tab-1x
Nama Generik
Golongan Obat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Kelebihan
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
25-50mg
40mg
0,15mg/kg16mg/dose
10ml
2040mg/hari
2,510mg/hari
max
2,2g/hari
max
2,2g/hari
max
2,2g/hari
Dosis
Normal
5mg/hari
max 16
tab/hari
250mcg/hari
1-2 tab 3x
/hari
PO
Dosis Pasien
Ckd
115
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Curcuma
Lasix
No
Obat
Pasien
19
CaCO3
CKD
Stage Bicnat
5
As.folat
Amlodipin
Domperidon
Kalitake
Clonidin
Alopurinol
Curcuma
Furosemide
Nama Generik
Golongan Obat
1-3x
2amp-1x
Dosis
Digunakan
1-3x
Calcium Carbonat
Vitamin,antasida
Natrium Bicarbonat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin
Anti-anginal
Antiemetik (Antagonis
Dopamine)
1tab-3x
Ca Polystyrene
Sulfonate
Antidot (Detoksifikasi
agent)
1tab-3x
Clonidin
Antihipertensi (Alpha
adrenergic agonis)
0,15mg-2x
Sediaan
Hiperurisemia dan
gout (Xantine
Oksidase Inhibitor)
Antireflux agents (PPI)
100mg-1x
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Diuretik (loop)
1-2x
Asam folat
Amlodipin
Domperidone
Alopurinol
Omeprazole
Omeprazole
Ondansetron
Ondansetron
Lasix
Furosemide
No
Obat
Pasien
20
Amlodipin
CKD
Clonidin
Stage
5
Vitamin
Diuretik (loop)
Nama Generik
Amlodipin
Clonidin
Golongan Obat
Anti-anginal
Antihipertensi (Alpha
adrenergic agonis)
3tab-1x
10mg-1x
10mg-3x
1-2x
1-2x
Dosis
Digunakan
10mg-1x
0,5mg-3x
40mg
Dosis
Normal
max 16
tab/hari
1-5gr/hari
5mg/hari
5-10mg
10mg,max
30mg/hari
Dosis Pasien
Ckd
10-20
mg/hari,1-2
kali/hari
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
0.10.2mg/hari.
Max 0.6mg
100mg/hari
2040mg/hari
0,15mg/kg16mg/dose
40mg
Dosis
Normal
5-10mg
0.10.2mg/hari.
Max 0.6mg
Dosis Pasien
Ckd
PO
IV
Tepat
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
116
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Valsatran
Valsartan
Aspilet
Aspirin
Laxadine
Azitromicin
Captopril
Phenolphthalein 55
mg, liqd paraffin 1,200
mg, glycerin 378 mg
Azitromicin
Captopril
Domperidon
Domperidone
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Laxative
80mg-1x
80mg
80mg-1x
80mg/hari
2c-1x
75mg-1x
1-2 sdm (1530 mL) 1
x/hr
500mg
500mg
6,25 mg/hari
max 37,5mg
10mg,max
10-20
30mg/hari
mg/hari,1-2
kali/hari
1020mg/hari
15120mg/hari
75mg/hari
2gr-1x
1gr/hari
1amp-1x
2amp-1x
40mg-3x
1amp-ex
10mg+nacl 0,9
in 40cc
5mg/j
Dosis
Digunakan
1-2x
75mg-1x
10ml
40mg
40mg
0,15mg/kg16mg/dose
15120mg/hari
40mg
Dosis
Normal
300mg
75mg/hari
10mg-3x
10mg,max
Antibiotik (Macrolida)
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Antiemetik (Antagonis
Dopamine)
500mg-1x
25mg-1x
10mg-3x
Simvastatin
Simvastatin
Agen dislipidemia
20mg-2x
ISDN
Isosorbite Dinitrat
5mg-3x
Clopidogrel
Clopidogrel
Ceftriaxon
Ceftriaxone
Ca glukonas
Furosemid
Lasix
Ondansetron
Kalsium Glukonas
Furosemide
Furosemide
Ondansetron
Cedocard
Isosorbite Dinitrat
Anti-anginal
(vasodilator)
Antikoagulan,
antiplatelet
Antibiotik
(Sefalosporin)
Vitamin, elektrolit
Diuretik (loop)
Diuretik (loop)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Anti-anginal
(vasodilator)
Diuretik (loop)
Lasix
No
Obat
Pasien
21
Gabexal
CKD
Platogrix
Stage
3
Domperidone
Furosemide
Nama Generik
Gabapentin
Clopidogrel
Domperidone
Golongan Obat
Antikonvulsan
Antikoagulan,
antiplatelet
Antiemetik (Antagonis
<10 crcl max
2g/hari
Dosis Pasien
Ckd
10-20
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
IV
IV
Tepat
Tepat
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
117
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dopamine)
Ascardia
Aspirin
Simvastatin
Simvastatin
As.folat
Lisinopril
Laxadine
Asam folat
Lisinopril
Phenolphthalein 55
mg, liqd paraffin 1,200
mg, glycerin 378 mg
Heparin
Ranitidin
Heparin
Ranitidine
OMZ
No
Obat
Pasien
22
CaCO3
CKD
Stage Bicnat
4
As.folat
B12
PCT
Omeprazole
Nama Generik
30mg/hari
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Agen dislipidemia
160mg-1x
Vitamin
ACE Inhibitor
Laxative
2x
5mg-1x
C1-3x
Antikoagulan
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antireflux agents (PPI)
Golongan Obat
10-1x
2500u-2x
1amp-2x (1
amp
25mg/2ml)
40mg-1x
Dosis
Digunakan
500mg-3x
Calcium Carbonat
Vitamin,antasida
natrium bicarbonat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin
Vitamin
Analgesik (Nonopioid)
1g-3x
Asam folat
vitamin B12
paracetamol
3-1x
3x
500mg-4x
Sucralfat
Omeprazole
Sucralfat
omeprazole
Antasida, antirefluks
Antireflux agents (PPI)
15cc-4x
40mg-2x
Levofloxacin
Levofloxacin
Antibiotik (kuionolon)
750mg/48j
Metronidazole
Metronidazole
Antibiotik
500mg-3x
80160mg/hari
1020mg/hari
5mg/hari
10mg/hari
1-2 sdm (1530 mL) 1
x/hr
5000u/hari
50mg
mg/hari,1-2
kali/hari
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
SC
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
5mg/hari
250mcg/hari
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
1gr-4x/hari
2040mg/hari
500750mg/hari
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
500mg
IV
Tepat
2040mg/hari
Dosis
Normal
max 16
tab/hari
1-5gr/hari
2,5-5mg
25-50mg
Dosis Pasien
Ckd
118
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ceftriaxon
CEFTRIAXONE
Ondansetron
Ondansetron
Tarmadol
Tramadol
Ca glukonas
Bicnat
Kalsium Glukonas
Natrium Bicarbonat
No
Obat
Pasien
23
Nitrokaf
CKD
CaCO3
Stage
5
Bicnat
Nama Generik
1gr/hari
8mg-3x
Ext
0,15mg/kg16mg/dose
50-100mg
Vitamin, elektrolit
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
1amp-2x
Ext
10ml
1-5gr/hari
Dosis
Digunakan
2,5-2X
1-3X
Dosis
Normal
5mg/hari
max 16
tab/hari
1-5gr/hari
Golongan Obat
Antianginal
Vitamin,antasida
Natrium Bicarbonat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin
Obat Batuk
Antiansietas
(benzodiazepin)
Diuretik (loop)
Asam Folat
Ambroxol
Alprazolam
Lasix
Furosemide
No
Obat
Pasien
25
Curcuma
CKD
Domperidon
Stage
2gr
Glyseril Trinitrat
Calcium Carbonat
As.folat
Ambroxol syr
Alprazolam
No
Obat
Pasien
24
Pranza
CKD
Stage
5
Cefotaxime
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Analgesik (Opioid)
Nama Generik
Pantoprazole
Cefotaxime
Nama Generik
Curcuma
Domperidone
Golongan Obat
Antacid, antireflux
(PPI)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Golongan Obat
Vitamin
Antiemetik (Antagonis
Dopamine)
1-3X
3-1X
C1-3X
0,25
5mg/hari
40mg-2x
Dosis
Digunakan
1amp-2x
40mg
Dosis
Normal
1 amp
40mg, sehari
maximal
80mg
max
12g/hari
Dosis
Normal
1gr-3x
Dosis
Digunakan
1tab-3x
1tab-3x
<10 crcl max
2g/hari
100mg/12
jam
Dosis Pasien
Ckd
250-500mcg
10mg,max
30mg/hari
Dosis Pasien
Ckd
Dosis Pasien
Ckd
10-20
mg/hari,1-2
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
119
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
kali/hari
Hemobion
Vitamin dan Mineral
1tab-3x
1x1
Simvastatin
Fe fumarate 360 mg,
folic acid 1.5 mg, vit
B12 15 mcg, vit C 75
mg, Ca carbonate 200
mg, cholecalciferol
400 IU
Simvastatin
Agen dislipidemia
20mg-1x
Captopril
Captopril
25mg-2x
Levofloxasin
Levofloxacin
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Antibiotik (kuionolon)
1020mg/hari
6,25 mg/hari
max 37,5mg
500500mg/hari
750mg/hari lalu
diturunkaan
menjadi
250mg/hari
225450mg/hari
2-60mg/hari
1-5gr/hari
Aminophilin
Aminophilin
Metilprednisolon
Bicnat
Metilprednisolon
Natrium Bicarbonat
CaCO3
Calcium Carbonat
Allopurinol
Allopurinol
As.folat
Ceftriaxon
Folic Acid
Ceftriaxone
Ranitidine
Ranitidin
Lasix
Furosemide
500mg-2x
200mg-3x
Kortikosteroid
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Vitamin,antasida
4mg-3x
1-x
Sediaan
Hiperurisemia dan
gout (Xantine
Oksidase Inhibitor)
Vitamin
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Diuretik (loop)
100mg-3x
1-3x
max 16
tab/hari
100-300
mg/hari
1-3x
2gr-1x
5mg/hari
1gr/hari
1-2x (1 amp
25mg/2ml)
50mg
1-3x (1 tab
40mg)
20-80mg
sekali
PO
Kelebihan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Kelebihan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
100mg/hari
<10 crcl max
2g/hari
25mg
120
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Albumin
No
Obat
Pasien
26
Aspilet
CKD
Stage
5
Plavix
Albumin
Nama Generik
Aspirin
Clopidogrel
Varsartan
Valsartan
Simvastatin
Simvastatin
Laxadin
Per 5
mL Phenolphthalein
55 mg, liqd paraffin
1,200 mg, glycerin 378
mg.
tonar (αketoisoleucine 67 mg,
α-ketoleucine 101 mg,
α-ketophenylalanine
68 mg, α-ketovaline
86 mg, DL-α-hydroxy
methionine 59 mg, Llysine acetate 105 mg,
L- threonine 53 mg, Ltryptophan 23 mg, Lhistidine 38 mg, Ltyrosine 30 mg, total
nitrogen 36 mg, total
Ca 50 mg.)
Natrium Bicarbonat
Tonar
Bicnat
100u-1x
Golongan Obat
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Dosis
Digunakan
2tab-1x
minum
50-75g
Dosis
Normal
1 tab/hari
(1
tab=80mg)
Dosis Pasien
Ckd
CrCl< 10ml/
menit
hindari
penggunaan
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Kelebihan
PO
Tepat
PO
Tepat
Antikoagulan,
antiplatelet
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Agen dislipidemia
4tab-1x
75mg/hari
80mg-1x
80mg/hari
20mg-1x
1020mg/hari
PO
Tepat
Laxative
1c-1x
1-2 sdm (1530 mL) 1
x/hr
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
Other Drugs Acting on
the Genito-Urinary
System
1-4x
4-8 kaplet 3x
sehari
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
1-3x
1-5gr/hari
121
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
As.folat
ISDN
As.Folat
Isosorbide Dinitrate
Vitamin
Anti-anginal
(vasodilator)
2-1x
5mg-3x
5mg/hari
15120mg/hari
PO
Tepat
PO
Tepat
Amlodipin
Paracetamol
Amlodipin
Paracetamol
Anti-anginal
Analgesik (Nonopioid)
10mg-1x
500mg-3x
PO
Tepat
PO
Tepat
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Antihipertensi
Beta Blocker
80mg-2x
5-10mg
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
80mg
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
1sdm-3x
1mg/hari
6,2512,5mg/hari
3x
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Kekurangan
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Valsartan
Valsartan
Hytrin
V-Block
Terazosin HCL
Carvedilol
Fluimycil
N-Acetylcysteine
Salbutamol
Salbutamol
Antidot (Mucolytic
agent)
Antiasma
Letonal
Kalitake
Spironolactone
Ca Polystyrene
Sulfonate
Diuretik
Antidot (Detoksifikasi
agent)
100mg-1x
1-3x
Lasix
Ceftriaxone
Furosemide
Ceftriaxone
10mg/jam
2gr-1x
Heparin
Cedocard Drip
Heparin
Isosorbide Dinitrate
700u/drip
10mg/menit
5000u/hari
2-10mg
Meropenem
Meropenem
Diuretik (loop)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antikoagulan
Anti-anginal
(vasodilator)
Antibiotik
(Betalactam)
2-4mg 34x/hari
100mg/hari
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
40mg
1gr/hari
500mg-3x
500mg/8jam
Levofloxasin
Levofloxacin
Antibiotik (kuionolon)
500mg-1x
500750mg/hari
Metilprednisolon
Metilprednisolon
Kortikosteroid
62,5mg-2x
Ranitidine
Ranitidin
Antireflux agents
1amp-2x (1
10500mg/hari
50mg
1-1x
6,25mg-2x
2mg-3x
<10 crcl max
2g/hari
25-
122
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ceticolin
No
Obat
Pasien
27
Forneuro
Captopril
Paracetamol
Ceticolin
Nama Generik
(Antagonis Histamin
H2)
Pheripheral
Vasodilator
Golongan Obat
Vit B1 100 mg, vit B6 50 Vitamin
mg, vit B12 100 mcg,
natural vit E 200 IU,
folic acid 400 mcg
Captopril
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Paracetamol
Analgesik (Nonopioid)
Aspilet
Aspirin
Vit.k
Vitamin K
As.folat
Tonar
Asam Folat
tonar (αketoisoleucine 67 mg,
α-ketoleucine 101 mg,
α-ketophenylalanine
68 mg, α-ketovaline
86 mg, DL-α-hydroxy
methionine 59 mg, Llysine acetate 105 mg,
L- threonine 53 mg, Ltryptophan 23 mg, Lhistidine 38 mg, Ltyrosine 30 mg, total
nitrogen 36 mg, total
Ca 50 mg.)
amp
50mg/2ml)
500mg-2x
Dosis
Digunakan
1-1X
25MG-3X
500mg-4
Antikoagulan,
analgesik (non-opioid)
Vitamin
80mg-2x
Vitamin
Other Drugs Acting on
the Genito-Urinary
System
5mg-3x
2-3x
3x
50mg/hari
200600mg/hari
Dosis
Normal
1 tab/hari
6,25 mg/hari
max 37,5mg
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
80mg/hari
(1 tab/hari)
10mg/hari
3-4x
5mg/hari
4-8 kaplet 3x
sehari
Dosis Pasien
Ckd
IV
Kelebihan
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Kelebihan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
123
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Amlodipin
Actrapid
Candersatan
Amlodipin
Neutral soln of human
monocomponent
(HM) insulin
Candersartan
HCT
Hydrochlorothiazide
Hytrin
Ranitidine
Terazosin HCL
Ranitidin
Ceftriaxon
Ceftriaxone
Farmadol
Paracetamol
Levofloxasin
No
Obat
Pasien
28
Paracetamol
CKD
Stage
4
Vit b.komplex
Levofloxacin
Nama Generik
Paracetamol
Anti-anginal
Antidiabetes (Insulin)
1x
1Ou-3x
5-10mg
PO
Tepat
SC
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Diuretik
8mg-1x
4mg/hari
25-1 ½
Antihipertensi
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Analgesik (Nonopioid)
1x
1amp-2x (1
amp
25mg/2ml)
2gr-1x
12,550mg/hari
1mg/hari
50mg
Antibiotik (kuionolon)
500mg-1x
Golongan Obat
Analgesik (Nonopioid)
1-1x
Dosis
Digunakan
500mg-3x
B-Komplex
Vitamin
1-3x
Na diklofenak
Metilprednisolon
Flumucil
Na Diklofenak
Metilprednisolon
N-acetylcysteine
25mg-2x
4mg-3x
200mg-3x
Dexametason
Dexametason
Amikasin
Amikasin
Fluconaizole
Fluconazole
NSAID
Kortikosteroid
Antidot (Mucolytic
agent)
Antiemetik
(kortikosteroid)
Antibiotik
(aminoglikosida)
Antijamur
5mg-3x
1gr-1x
200mg-2x
1gr/hari
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
500750mg/hari
Dosis
Normal
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
3x/hari 1-2
tablet
25mg/hari
2-60mg/hari
200mg-3x
1520mg/hari
max
1,5gr/hari
200-
4mg/hari
2550mg/hari
<10 crcl max
2g/hari
Dosis Pasien
Ckd
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
124
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Avelox
Cefepime
Moxifloxacin HCl
Cefepime
Cernevit
Ozyd
Vit A 3,500 IU, vit
D3 200 IU, vit E 11.2
IU, vit C 125 mg, vit
B1 3.51 mg, vit B2 4.14
mg, vit B3 46 mg, vit
B5 17.25 mg, vit
B6 4.53 mg, vit B12 6
mcg, folic acid 414
mcg, biotin 69 mcg,
pantothenic acid
17.25 mg,
nicotinamide 46 mcg,
glycine 250 mg,
glycocholic acid 140
mg, soybean lecithin
112.5 mg
Omeprazole
Ceteron
Ondansetron
Brainact
Citicolin
Ranitidine
Ranitidin
Ceftriaxon
Cefriaxone
Ronem
Meropenem
Levofloksacin
Levofloxacin
Antibiotik (kuionolon)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Vitamin
400mg-1x
1gr-3x
400mg/hari
400mg/hari
1-2gr/hari
1amp-1x
1vial/hari
Antireflux agents (PPI)
40mg-2x
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Pheripheral
Vasodilator
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antibiotik
(Sefalosporin)
Antibiotik
(Betalactam)
4mg-2x
2040mg/hari
0,15mg/kg16mg/dose
5002000mg/hari
50mg
2550mg/hari
Antibiotik (kuionolon)
1gr-1x
500mg-3x
1amp-2x
2gr-1x
1gr/hari
2gr-3x
500mg2000mg/8
jam
500750mg/hari
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
<10 crcl max
2g/hari
Diturunkan
menjadi
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
IV
Kelebihan
125
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
250mg/hari
Vascon
Vit c
Norepinephrine
Vitamin C
Dobutamin
Raivas
Meropenem
Dobutamin
Norepinephrine
Meropenem
Dexa
Dexametason
Ceteron
Ondansetron
No
Obat
Pasien
29
Ultracet
CKD
Stage Kalitake
5
Nama Generik
IV
Vitamin
200-2x
Antibiotik
(Betalactam)
2gr-3x
Antiemetik
(kortikosteroid)
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
5mg-1x
Golongan Obat
4mg-2x
Dosis
Digunakan
1-3x
Analgesik (Nonopioid+opioid)
Antidot (Detoksifikasi
agent)
As.folat
B12
Valsartan
Asam folat
Vitamin B12
valsartan
3tab-1x
1-3x
80mg-1x
Amlodipine
CaCO3
Amlodipine
Calcium Carbonat
Vitamin
Vitamin
Diuretik (Angiotensin
II Receptor blocker)
Anti-anginal
Vitamin,antasida
Clonidin
Clonidine
Antihipertensi
(Diuretik, tiazide)
1-3x (1 tab
0.15mg)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antiemetik (Antagonis
1-2x (1 amp:
25mg/2ml)
Ondansetron
Ranitidin
Ondansetron
IV
Tepat
IV
IV
Tramadol +
Paracetamol
Ca polystyrene
sulfonate
Ranitidin
maximal
2000mg/hari
1-3x
10mg-1x
1-3x
2x
500mg2000mg/8
jam
1020mg/hari
0,15mg/kg16mg/dose
Dosis
Normal
max
8tab/hari
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
5mg/hari
250mcg/hari
80mg
5-10mg
max 16
tab/hari
0.10.2mg/hari.
Max 0.6mg
50mg
0,15mg/kg-
Dosis Pasien
Ckd
2550mg/hari
IV
Tepat
IV
Kekurangan
IV
Tepat
Rute
Keterangan
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
IV
Tepat
IV
Tepat
126
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Reseptor 5HT)
No
Obat
Pasien
30
Bicnat
CKD
Stage Simvastatin
5
Pct
Nama Generik
Natrium Bicarbonat
Simvastatin
Paracetamol
Golongan Obat
Antasida,suplemen
elektrolit,antidot
Agen dislipidemia
Analgesik (Nonopioid)
Dosis
Digunakan
10mg-1x
20mg-1x
150mg-2x
500mg-2x
500mg/8jam
500mg-3x
Sucralfat
As.Folat
Vitamin B12
Amlodipin
Calcium Carbonat
Antasida, antirefluks
Vitamin
Vitamin
Anti-anginal
Vitamin,antasida
4x
3-1x
50mcg-3x
10mg-1x
1-3x
Clonidin
Clonidin
Antihipertensi (Alpha
adrenergic agonis)
0,075-2x
Antihipertensi (ACE
Inhibitor)
Vitamin
6,35mg-2x
Neurodex
Kalitake
Ondansetron
Captopril
Vitamin B-Complex
Antidot (Detoksifikasi
agent)
1sac-3x
Ondansetron
Antiemetik (Antagonis
Reseptor 5HT)
Antireflux agents
(Antagonis Histamin
H2)
Antibiotik
(Betalactam)
Pheripheral
4mg-3x
Ranitidin
Meropenem
Meropenem
Neulin
1-2x
Ca Polystyrene
Sulfonate
Ranitidine
Citicoline
Dosis Pasien
Ckd
1020mg/hari
0,5-1g tiap
4-6 jam, max
4g/hari
1gr-4x/hari
5mg/hari
250mcg/hari
5-10mg
max 16
tab/hari
0.10.2mg/hari.
Max 0.6mg
6,25 mg/hari
max 37,5mg
2-3x/hari 1
tab
15-30g/hari
terbagi
dalam 2-3
dosis
0,15mg/kg16mg/dose
150-300mg
150mg
Sucralfat
As.folat
B12
Amlodipin
Caco3
Captopril
16mg/dose
Dosis
Normal
1-5gr/hari
500mg-2x
500mg
Rute
Keterangan
PO
Kekurangan
PO
Tepat
Tepat
PO
PO
PO
PO
PO
Tepat
Tepat
Tepat
Tepat
PO
Tepat
PO
Tepat
PO
PO
Tepat
Tepat
Tepat
PO
IV
PO
IV
PO
Tepat
Kelebihan
Tepat
Tepat
127
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ampicil sulbact
Ampicilin+Sulbactam
Vasodilator
Antibiotik (penisilin)
1,5gr-2x
Vit k
Vitamin K
Vitamin
1amp-3x
Transamin
Asam Tranexamat
Haemostatik
500mg-3x
Diazepam
Diazepam
Antikonvulsan,
ansiolitik
1x
2x/hari
max
12gr/hari
2,510mg/hari
0,5-1g atau
10mg/kg 2550mg/kg
max
30mg/hari
IV
IV
Tepat
Kelebihan
Tepat
IV
IV
Tepat
128
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Data Penggunaan Obat untuk Kategori Penyesuaian Dosis (dosis terlalu tinggi dan dosis terlalu rendah) pada Obat Antidiabetes
No
Pasien
1 (CKD
Stage 2)
2 (CKD
Stage 4)
3 (CKD
Stage 4)
4 (CKD
Stage 5)
5 (CKD
Stage 5)
8 (CKD
Stage 5)
10
(CKD
Stage 5)
Nama Obat
Insulin
Lispro
Insulin
Determir
Insulin
Lispro
Insulin
Glargine
Insulin
Aspart (IV)
Insulin
Lispro
Insulin
Glargine
Insulin
Lispro
Insulin
Glargine
Insulin
Aspart
Insulin Drip
(IV)
Insulin
Aspart
Glikuidon
Dosis
Digunaka
n
Dosis
Normal
Dosis
Penyesuaian
CKD
Keterangan
11
12u/hari
12u/hari
9u/hari
Kelebihan
5u/hari
8u/hari
6u/hari
Kurang
12u/hari
16u/hari
12u/hari
Tepat
12u/hari
11u/hari
8.25u/hari
Kelebihan
36u/hari
16u/hari
12u/hari
Kelebihan
20u/hari
19u/hari
14.25u/hari
Kelebihan
14u/hari
12u/hari
6u/hari
Kelebihan
36u/hari
17u/hari
8.5u/hari
Kelebihan
12u/hari
14u/hari
7u/hari
Kelebihan
9u/hari
21u/hari
11.5u/hari
Kurang
2u/jam
(19u/hari)
21u/hari
11.5u/hari
Kelebihan
3u/hari
16u/hari
8u/hari
Kurang
15mg-2x
4560mg/ha
ri
12
(CKD
Stage 5)
13
(CKD
Stage 3)
14
(CKD
Stage 5)
15
(CKD
Stage 3)
16
17
(CKD
Stage 2)
18
(CKD
Stage 4)
Insulin
Aspart
Insulin
Glargine
Gluquidone
27u/hari
18u/hari
9u/hari
Kelebihan
8u/hari
12u/hari
6u/hari
Kelebihan
15mg/hari
4560mg/ha
ri
Insulin
Aspart
8u/hari
23u/hari
11.5u/hari
Kurang
Insulin
Glargine
8u/hari
11u/hari
8.25u/hari
Tepat
Insulin
Lispro
24u/hari
23u/hari
11.5u/hari
Kelebihan
1mg-1x
12mg/har
i
24u/hari
19u/hari
14.25u/hari
Kelebihan
10u/hari
12u/hari
9u/hari
Kelebihan
30mg/hari
4560mg/ha
ri
24u/hari
19u/hari
30mg-2x
4560mg/ha
ri
Glimepiride
Insulin
Aspart
Insulin
Glargine
Gliquidone
Insulin
Aspart
Glikuidon
Tepat
Tepat
Tepat
14.25u/hari
Kelebihan
Tepat
129
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
(CKD
Stage 5)
21
(CKD
Stage 3)
22
(CKD
Stage 4)
23
(CKD
Stage 5)
24
(CKD
Stage 5)
25
(CKD
Stage 4)
26
Insulin
Insulin
Glargine
Insulin
Aspart
Insulin
Glulisine
36u untuk
6 jm
(15u/6j)
15u/hari
10u/hari
10u/hari
7.5u/hari
Kelebihan
30u/hari
16u/hari
12u/hari
Kelebihan
7.5u/hari
12u/hari
20u/hari
15u/hari
Kurang
Insulin
Aspart
24u/hari
17u/hari
8.5u/hari
Kelebihan
Insulin
Aspart
8u/hari
18u/hari
9u/hari
Kurang
10u/hari
11u/hari
8.25u/hari
Kelebihan
54u/hari
17u/hari
12.75u/hari
Kelebihan
8u/hari
20u/hari
10u/hari
Kurang
Insulin
Glargine
Insulin
Aspart
Insulin
(CKD
Stage 5)
Kelebihan
27
(CKD
Stage 2)
28
(CKD
Stage 4)
29
(CKD
Stage 5)
30
(CKD
Stage 5)
Insulin
Lispro
Insulin
Reguler
Insulin
Aspart
Insulin
Glargine
Insulin
Aspart
Insulin
Aspart
18u/haru
18u/hari
13.5u/hari
Kelebihan
30u/hari
18u/hari
13.5u/hari
Kelebihan
30u/hari
23u/hari
17.25u/hari
Kelebihan
10u/hari
15u/hari
11.25u/hari
Kurang
24u/hari
23u/hari
11.5u/hari
Kelebihan
18u/hari
17u/hari
8.5u/hari
Kelebihan
Keterangan: Untuk DM yang disertai CKD pada stage 1-4, dosis diturunkan 25% dari total dosis insulin harian, sedangkan pada stage 5, dosis diturunkan
Sebanyak 50% dari total dosis insulin harian (Pecoits-Filhoet al, 2016).
130
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Data Interaksi Obat pada Penggunaan Obat Antidiabetes (Moderate)
NO
1
OBAT DM
lispro
determir
aspart
glargine
insuline
reguler
OBAT LAIN
Captopril
2
lispro
determir
Sulfametoxazole
3
lispro
aspart
glargine
Bisoprolol
4
aspart
lispro
glargine
candesartan
5
lispro
aspart
glargine
glimepiride
glikuidone
insuline
reguler
6
7
INTERAKSI OBAT
Dapat meningkatkan resiko hipoglikemia, gejala
hipoglikemia diantaranya seperti sakit kepala,
pusing, mengantuk, kegelisahan, kebingungan,
tremor, mual, lapar, lemas, berkeringat, palpitasi,
dan detak jantung yang cepat. Selain itu captopril
juga dapat meningkatkan efek insulin oleh
sinergisme farmakodinamik.
Dapat meningkatkan resiko hipoglikemia, gejala
hipoglikemia diantaranya seperti sakit kepala,
pusing, mengantuk, kegelisahan, kebingungan,
tremor, mual, lapar, lemas, berkeringat, palpitasi,
dan detak jantung yang cepat.
Beta-blocker seperti bisoprolol dapat
meningkatkan risiko, tingkat keparahan, dan / atau
durasi hipoglikemia pada pasien yang menerima
insulin. Selain itu, beta-blocker mungkin menutupi
beberapa gejala hipoglikemia seperti tremor,
palpitasi dan detak jantung yang cepat, sehingga
lebih sulit untuk mengenali sebuah gejala
hipoglikemia.
Dapat meningkatkan resiko hipoglikemia, gejala
hipoglikemia diantaranya seperti sakit kepala,
pusing, mengantuk, kegelisahan, kebingungan,
tremor, mual, lapar, lemas, berkeringat, palpitasi,
dan detak jantung yang cepat.
aspirin
Dapat meningkatkan resiko hipoglikemia, gejala
hipoglikemia diantaranya seperti sakit kepala,
pusing, mengantuk, kegelisahan, kebingungan,
tremor, mual, lapar, lemas, berkeringat, palpitasi,
dan detak jantung yang cepat. aspirin
meningkatkan efek glimepiride dan glikuidon
dengan mekanisme yang tidak diketahui, aspirin
meningkatkan efek insulin oleh sinergisme
farmakodinamik
lispro
albuterol
Albuterol dapat mengganggu kontrol glukosa
darah dan mengurangi efektivitas insulin lispro
dan obat diabetes lainnya.
glargine
lispro
valsartan
Dapat meningkatkan resiko hipoglikemia, gejala
hipoglikemia diantaranya seperti sakit kepala,
131
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
insuline
reguler
aspart
8
9
glargine
lispro
aspart
glimepiride
insuline
reguler
glargine
aspart
lispro
glulisine
pusing, mengantuk, kegelisahan, kebingungan,
tremor, mual, lapar, lemas, berkeringat, palpitasi,
dan detak jantung yang cepat.
furosemide
levofloxacin
10
aspart
glargine
lispro
ciprofloxacin
11
glargine
potasium clorida
12
lispro
glulisine
sucralfat
13
aspart
glargine
glimepiride
carvedilol
14
aspart
glargine
glimepiride
lisinopril
Furosemide dapat mengganggu kontrol glukosa
darah dan mengurangi efektivitas insulin dan obat
diabetes lainnya.
Obat-obatan seperti levofloxacin kadang-kadang
dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Baik
hipoglikemia (gula darah rendah) maupun
hiperglikemia (gula darah tinggi). Kasus yang
parah hipoglikemia telah mengakibatkan koma dan
bahkan kematian. Selain itu, levofloxacin dapat
meningkatkan efek insulin oleh sinergisme
farmakodinamik.
Obat-obatan seperti ciprofloxacin kadang-kadang
dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Baik
hipoglikemia (gula darah rendah) maupun
hiperglikemia (gula darah tinggi). Kasus yang
parah hipoglikemia telah mengakibatkan koma dan
bahkan kematian. Selain itu, ciprofloxacin dapat
meningkatkan efek insulin oleh sinergisme
farmakodinamik.
kalium klorida meningkatkan efek dari insulin
glargine oleh sinergisme farmakodinamik.
Interaksi terutama terlihat dalam pengobatan
hipokalemia.
Sukralfat suspensi oral mengandung kandungan
karbohidrat yang relatif tinggi. Pasien dengan
diabetes jika menggunakan obat ini akan
mengalami hiperglikemia sesekali, atau gula darah
tinggi.
Beta-blocker seperti carvedilol dapat
meningkatkan risiko, tingkat keparahan, dan / atau
durasi hipoglikemia pada pasien yang menerima
insulin. Selain itu, beta-blocker mungkin menutupi
beberapa gejala hipoglikemia seperti tremor,
palpitasi dan detak jantung yang cepat, sehingga
lebih sulit untuk mengenali sebuah gejala
hipoglikemia.
Dapat meningkatkan resiko hipoglikemia, gejala
hipoglikemia diantaranya seperti sakit kepala,
pusing, mengantuk, kegelisahan, kebingungan,
132
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
insuline
reguler
aspart
16
aspart
17
18
glargine
aspart
insuline
reguler
lispro
19
glikuidone
clonidine
klorpromazine
metylprednisolone
hydrocortiazide
kalium klorida
tremor, mual, lapar, lemas, berkeringat, palpitasi,
dan detak jantung yang cepat. lisinopril
meningkatkan efek insulin oleh sinergisme
farmakodinamik.
Menggunakan clonidine bersama-sama dengan
insulin dapat menutupi gejala gula darah rendah.
Hal ini bisa membuat lebih sulit bagi Anda untuk
tahu kapan gula darah Anda terlalu rendah.
clonidine menurunkan efek insulin oleh
antagonisme farmakodinamik.
Klorpromazin dapat mengganggu kontrol glukosa
darah dan mengurangi efektivitas insulin.
Methylprednisolone dapat mengganggu kontrol
glukosa darah dan mengurangi efektivitas insulin
glargine dan obat diabetes lainnya. Memonitor
kadar gula darah Anda dengan cermat.
Hydrochlorothiazide dapat mengganggu kontrol
glukosa darah dan mengurangi efektivitas insulin
lispro dan obat diabetes lainnya.
Hydrochlorothiazide menurun efek lispro insulin
oleh antagonisme farmakodinamik.Thiazide dosis>
50 mg / hari dapat meningkatkan glukosa darah.
kalium klorida meningkatkan efek dari glikuidon
oleh sinergisme farmakodinamik.
133
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download