strategi kebijakan dalam upaya meningkatkan

advertisement
STRATEGI KEBIJAKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH DI KABUPATEN MERAUKE
POLICY STRATEGY IN INCREASING LOCAL INCOME IN MERAUKE
REGENCY
Yacobus Duwiri,Nursini, Agussalim
1
Program Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Pasca Sarjana Unhas
Dosen Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi Unhas
2
Dosen Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi Unhas
2
Alamat Koresponden:
Yacobus Duwiri
Setda Merauke
Telepon: 081248637878
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
( OTODA ) di
Indonesia lebih khususnya di Kabupaten Merauke (2) Strategi kebijakan dalam upaya meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Merauke.(3) Keadaan tersebut memberikan gambaran, bahwa pelaksanaan pembangunan
selama ini di Kabupaten Merauke sangat tergantung kepada bantuan Pemerintah Pusat, hal ini dapat dilihat pada
kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Merauke. Penelitian yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif
mengambarkan sesuai dengan datan berdasrkan variable penelitian yang dilakukan pada lokasi penelitian Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pertama, Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (OTODA) di Indonesia,
telah melalui rentang waktu yang cukup panjang, namun belum menunjukkan hasil menggembirakan. Pola
hubungan pusat dan daerah dikelola secara sentralistis melalui semua lini dan hampir semua urusan pemerintahan
dikendalikan secara langsung oleh pemerintah pusat.Sumber daya ekonomi juga sentralitik dari Jakarta, baik melalui
mekanisme sektor publik (keuangan pemerintahan) maupun melalui mekanisme swasta.
Kata kunci : Strategi kegiatan dan Peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD).
Abstract
This research aim to ( 1) Execution of Decentralization and Autonomy Area (in Indonesia more specially in
Sub-Province of Merauke ( 2) and management of acceptance of area and also strive or strategy in improving
earnings of area genuiness in sub-province of Merauke.(3) The Situation give picture, that execution of development
during the time in Sub-Province of Merauke very depended to Central Government aid, this matter can be seen by at
contribution of PAD to APBD Sub-Province of Merauke. Result of this research of menunjukan that is first,
Execution of Decentralization and Autonomy Area ( OTODA ) in Indonesia, have passed to span time which enough
length, not yet shown result seethe with excitement. Relation/Link pattern center and area managed by sentralistis
pass/through all lini and most of all governance business controlled directly by central government. Economic
resource also sentralisir in Jakarta, either through public sector mechanism ( governance finance) and also
pass/through private sector mechanism.
Keyword : Execution Of Autonomy Area In Sub-Province of Merauke.
PENDAHULUAN
Paradigma baru otonomi daerah yang sesuai Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pada Pasal 18 ayat 1 yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiaptiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang ( UUD NRI Tahun 1945, 2010,).
Hak dan kewajiban daerah seperti yang dikemukakan diatas diatur dalam Pasal 21
dan Pasal 22 undang-undang No 32 Tahun 2004, maksudnya untuk dijabarkan dalam rencana
kerja pemerintahan daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang dikelola dalam
sistem pengelolaan keuangan daerah secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil,
patut, dan taat pada peraturan-perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam prinsipprinsip Good Govermance (Marbun BN, 2005).
Menurut Amrah Muslimin, dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu
negara, pemerintah dalam arti yang luas berpegang kepada dua macam asas, yaitu asas keahlian
dan asas kedaerahan. Di dalam asas kedaerahan mengandung dua macam prinsip pemerintahan
yaitu dekonsentrasi dan desentralisasi (Amrah Muslimin 1978, h. 14). Oleh karena itu dalam
konteks pemerintahan daerah, konsep otonomi merupakan bagian esensial pemerintahan
desentralisasi, dalam perkataan lain pemerintahan desentralisasi daerah tidak dapat dibayangkan
berjalannya pemerintahan tampa esensi otonomi daerah (H.M. Laica Marzuki, 1999).
Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sangat ditentukan oleh peran serta
masyarakat karena mereka yang sesungguhnya adalah pemilik dari otonomi daerah
tersebut.Menurut Benyamin Hoessein berpendapat bahwa pada hakekatnya desentralisasi adalah
otonomisasi suatu masyarakat yang berada dalam teritoir tertentu. Suatu masyarakat yang semula
tidak berstatus otonomi melalui desentralisasi menjadi berstatus otonomi dengan jalan
menjelmakannya sebagai daerah otonom. Sebagai pancaran kedaulatan rakyat, tentu otonomi
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dan sama sekali bukan kepada daerah ataupun
pemerintah daerah (Benyamin Hoessin 2002).
Selanjutnya mengenai pentingnya Pengelolaan Keuangan Daerah, mempunyai
pengaruh yang begitu besar pada hari kemudian penduduk se-Daerah,sehingga Kebijakan yang
ditempuh
pada
melakukan
kegiatan
itu
dapat
menyebabkan
kemakmuran
atau
kelemahan,kejayaan atau kejatuhan penduduk daerah itu; Bahwa Anggaran adalah alat utama
pada pengendalian keuangan daerah,sehingga rencana anggaran yang dihadapkan pada DPRD
haruslah tepat dalam bentuk dan susunannya dengan memuat rancangan yang dibuat berdasarkan
keahlian dengan pandangan kedepanyang bijaksana. Keuangan Daerah merupakan salah satu
kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah.Keuangan daerah merupakan
faktor
esensial
untuk
otonominya.Berkaitan
mengukur
tingkat
kemampuan
daerah
dalam
melaksanakan
dengan
itu, Pada prisipnya setiap daerah otonom harus dapat
membiayai sendiri semua kebutuhan sehari- hari yang rutin.Apabila untuk kebutuhan itu daerah
masih mengandalkan bantuan keuangan dari Pusat, maka sesungguhnya Daerah itu tidak Otonom
lagi.
Tujuan PenelitianMendeskripsikan faktor – faktor yang mempengaruhi upaya
peningkatan penerimaan asli daerah(PAD) di Kabupaten Merauke. Untuk mengetahui Upaya upayadalam meningkatkan penerimaan asli daerah(PAD) di Kabupaten Merauke.Manfaat
Penelitian Dari Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :Manfaat Teoritis,
yaitu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan informasi sekaligus
menjadi ruang pengujian konsep – konsep, teori – teori guna memperkuat atau memenuhi teori
atau konsep baru, dalam kaitan dengan peningkatan penerimaan asli daerah(PAD) di Kabupaten
Merauke.Manfaat Praktis, yaitu di harapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
bagi Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan tentang peningkatan penerimaan asli
daerah(PAD) di Kabupaten Merauke.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian dan Obyek Penelitian
Obyek Penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Merauke
dan SKPD atau Instansi terkait yang tugas dan tanggung jawabnyapada PenerimaanDaerah di
Kabupaten Merauke.
Adapun periode penelitian yang diambil adalah data 5 (lima) tahun terakhir Realisasi
Penerimaan Daerah yaitu dari Periode Tahun Anggaran 2005 s/d Tahun Anggaran 2009, sebagai
alat ukur untuk mengetahui capaian penerimaan asli daerah di Kabupaten Merauke.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yang bersumber dari SKPD
dilingkungan
Pemda
Kabupaten
Merauke
seperti
:
Dispenda
Kabupaten
Merauke,BappedaKabupaten Merauke serta SKPD di lingkungan Kabupaten Merauke yang
terkait dengan penerimaan daerah. Sumber data yang diperoleh adalah:
Data Primer yaitu,data rill dari hasil pengamatan lapangan dan wawancara langsung
yang diterima dari informanterkait dengan pendapatan daerah. Selanjutnya data pendukung
lainnya adalah;Data sekunder, yaitu data perkembangan realisasi penerimaan daerah Kabupaten
Merauke selama 5(lima) tahun terakhir,Data kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten
Merauke,Data realisasi penerimaan daerah per-jenis sumber– sumber penerimaan dan data
potensi penerimaan daerah.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut:Penelitian
KepustakaanPenelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menelaah berbagai literatur
yang relevan dengan penulisan ini untuk mendapat kejelasan dalam upaya penyusunan landasan
teori dalam pembahasan ini. Literatur berupa laporan,tesis dan literatur lainnya.Penelitian
lapanganMelakukan pengamatan langsungpada lokasi penelitian,dengan carayaitu melakukan
wawancara dengan informan yang berkepentingan. Selain itu digunakan pula tehnik dokumentasi
untuk memperoleh sejumlah Dokumen tertulis yang relevan dengan penulisan seperti data PAD
Kabupaten Merauke dan data APBD Kabupaten Merauke dan data pendukung lainnya.
Teknik Analisis Data
Berdasarkan rumusan permasalahan yang diuraikan dalam penulisan ini,maka Tehnik
Analisa yang digunakan adalah Teknik Analisisdengan pendekatan kuantitatif, yakni analisis
melalui pemikiran logis, baik secara Induktif, Deduktif, Analogis dan Komparatif.
HASIL
Gambaran Umum Kabupaten Merauke
Luas wilayah Kabupaten Merauke mempunyai kelas ketinggian bervariasi antara 0
sampai dengan 100 m diatas permukaan laut.Suhu udara rata-rata pada tahun 2008 berkisar pada
angka 27°, celcius. Suhu udara maximum 31,9° celcius dan suhu udara minimum 23,5° celcius.
Kabupaten Merauke yang merupakan daerah tropis dan berbatasan dengan laut arafura memiliki
kelembaban udara yang relatif tinggi yakni 81,2%. Dengan curah hujan di stasiun Merauke
menunjukkan angka 1.963,0 mm dengan jumlah hari hujan 164 hari.Jumlah penduduk
Kabupaten Merauke sampai dengan tahun 2009 berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS )
Kabupaten Merauke sebanyak 195.716 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 102. 032 jiwa
dan perempuan sebanyak 93.175 jiwa.
Pada tabel 1, Suku-suku yang ada di Kabupaten Merauke terdiri dari suku-suku besar
dan sub suku asli. Suku besar yang ada berjumlah 6 suku yaitu Marind, Auyu, Muyu, Wambon
(Mandobo),Yaghai dan Asmat. Sedangkan beberapa sub suku yang ada antara lain Marori,
Kanum, Yei, Kimaam, Yelmek, Kuruwai, Wiyagar, Jair, Citak Mitak dan Wamena.
Sektor Keuangan, jasa, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada table 2, Kontribusi sektor persewaan jasa perusahaan terhadap PDRB Kabupaten
Merauke adalah sebesar 2,80 %. Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa adalah sebesar 14,69 %,
sekaligus menempatkan diri pada posisi terbesar kedua dalam pembentukan PDRB tahun 2009.
Kontribusi sektor jasa-jasa sebagian besar merupakan andil dari subsektor pemerintahan umum
yang mencapai 14,25 %. Subsektor lainnya yang masuk dalam sektor jasa-jasa adalah subsektor
jasa sosial kemasyarakatan, subsektor jasa hiburan dan rekreasi, serta subsektor jasa perorangan
dan rumah tangga.
PEMBAHASAN
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Merauke dalam rangka melaksanakan Visi, Misi
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun Anggaran 2002, memiliki
dua kebijakan yaitu, pertama Kebijakan Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, kedua
Kebijakan Klarifikasi Dana dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi.
Kebijakan pertama memiliki dua program kerja yaitu program pendapatan (dari PAD)
dan program pembangunan. Program peningkatan pendapatan memiliki dua kegiatan yaitu
kegiatan Intenfikasi dan Ekstensifikasi. Sedangkan program pembangunan memiliki 1 (satu)
kegiatan yaitu proyek perubahan Software Komputer Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan lain-lain sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun
2000 di Kabupaten Merauke.
Kebijakan kedua memiliki dua program yaitu program pendapatan (dari dana
perimbangan) dan program pembangunan. Program pendapatan memiliki dua kegiatan yaitu
pungutan Pajak Bumi dan Bangunan, dan koordinasi dengan pemerintah Pusat/Propinsi.Indikator
yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan adalah target sesuai skala prioritas sampai
dengan 31 Maret 2002, sedangkan untuk realisasi diambil dari realisasi penerimaan/pelaksanaan
kegiatan sampai dengan bulan Maret 2002.
Kebijakan meningkatkan PAD, pada kegiatan intensifikasi indikator input diambil dari
biaya operasional kegiatan intensifikasi. Indikator output diambil dari Pendapatan Asli Daerah,
dan indikator outcome adalah penerimaan pendapatan daerah. Indikator benefit pada kegiatan ini
adalah bagian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan. Indikator impact adalah semakin
kecilnya ketergantungan daerah terhadap dana yang diperoleh dari pemerintah pusat sehingga
daerah semakin leluasa dalam membiayai belanja daerahnya sendiri yang diukur dengan Benefit
dibagi Outcome.
Pada kegiatan ekstensifikasi indikator input diambil dari biaya operasional kegiatan
ekstensifikasi. Indikator output adalah tersusunnya 2 (dua) buah peraturan Perundang-undangan
Daerah tentang Retribusi Daerah. Indikator Outcome adalah kelancaran Administrasi Pendapatan
Daerah dan Pendapatan Perimbangan.
Sedangkan Penetapan indikator kinerja pada program pembangunan meliputi kegiatan
proyek perubahan Sofware Komputer Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Pendapatan Lain-lain sesuai Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 di Kabupaten
Merauke.
Sedangkan dalam kebijakan klarifikasi dana dari pemerintah pusat/propinsi, kebijakan
pendapatan kegiatan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, indikator input dimbil dari biaya
operasional untuk pungutan PBB. Indikator Output adalah target dan realisasi PBB. Indikator
outcome adalah besarnya penerimaan dana perimbangan. Indikator benefit adalah berapa
besarnya Dana Perimbangan (diluar PBB). Indikator impact adalah berapa besarnya peranan
PBB terhadap dana perimbangan.
Pada kegiatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi indikator
input diambil dari biaya operasional untuk koordinasi ke pusat/propinsi. Indikator output adalah
besarnya penerimaan Dana Perimbangan. Indikator outcome adalah
besarnya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Indikator benefit adalah berapa besarnya Dana Perimbangan (di
luar PBB). Indikator impact adalah berapa besarnya peranan Dana Perimbangan diluar PBB
terhadap APBD.
Pada
Proyek
Pendataan
Objek
dan
Subjek
PBB
di
DistrikMerauke,Kurik,Semangga,Tanah Miring, Jagebob dan Malind indikator inputdiambil dari
biaya proyek tersebut (biaya untuk kegiatan pendataan). Indikator output adalah banyaknya
objek pajak di di DistrikMerauke,Kurik,Semangga,Tanah Miring, Jagebob dan Malind.
Lingkungan eksternal organisasi, yaitu segala sesuatu atau keseluruhan yang ada di luar
batas organisasi atau biasa juga disebut “general enviromental.Selanjutnya menurut Wheelen
dan Hunger, lingkungan eksternal memiliki variabel-variabel yang bisa ditemukan dalam task
enviroment atau dalam societal environment.Lingkungan eksternal yang dapat menjadi kekuatan
atau kecenderungan (forces and trends) yang dapat mempengaruhi organisasi dikenal dengan
PEST yakni politik, ekonomi, sosial dan teknologi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor-faktor internal yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten
Merauke meliputi kekuatan (srenghts) yaitu adanya komitmen Dispenda yang tinggi untuk
meningkatkan PAD, adanya kewenangan yang besar yang dimiliki Dispenda, tersedianya sarana
dan peralatan kerja yang memadai, tersedianya anggaran yang cukup dan struktur dan
mekanisme kerja Dispenda yang jelas; sedangkan kelemahannya (weaknesses) adalah kualitas
dan kuantitas Sumber
Daya
Manusia (SDM)
yang
belum
memadai,
pemanfaatan
sarana/peralatan kerja yang belum optimal, Komputerisasi PAD yang belum optimal, belum
tersedianya data potensi yang riil dan akurat, belum optimalnya pelayanan pada masyarakat
(WP/WR) dan lemahnya pengawasan. Melakukan penataan formasi pegawai yang dimulai
dengan tahap rekruitmen
(pengadaan) pegawai baru, mengikutsertakan dalam kegiatan
pendidikan dan latihan (Diklat) jabatan struktural maupun diklat teknis fungsional dan
memberikan bantuan biaya pendidikan bagi pegawai yang akan melanjutkan pendidikan
kejenjang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Amrah Muslimin, (1987). Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah Bandung,
Benyamin Hussen, (2002).Kebijakan Desentralisasi, Jakarta Jurnal Administrasi Negara
Vol Nomor 2 Tahun 2002.
H.M. Laica Marzuki, (1999). Makalah Otonomi Daerah Dalam Perspektif Indonesia Baru.
Ujung Pandang 29 September 1999.
Marbun BN, (2005).Otonomi Daerah, 1945-2005, Proses dan Realita Jakarta,Sinar Harapan.
Undang Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Tahun 1945, Jakarta PT Suka Buku Tahun
2011.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,Jakarta
BP.Panca Usaha 2009
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta BP. Panca
Usaha 2009.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah
Tabel :1Pembagian Wilayah AdministrasiDi Kabupaten Merauke
Banyaknya
No
Distrik
Luas (Km2)
Kampung
Kelurahan
1
Kimaam
11
14.357
2
Tabonji
9
-
3
Waan
8
-
4
Ilwayab
4
-
5
Okaba
8
9.684
6
Tubang
6
2,910
7
Ngguti
5
1,590
8
Kaptel
4
1,550
9
Kurik
9
5.598
10
Animha
5
-
11
Malind
7
-
12
Merauke
2
13
Naukenjerai
5
-
14
Semangga
10
760
15
Tanah Miring
13
466
16
Jagebob
14
367
17
Sota
5
2.766
18
Muting
12
5.020
19
Elikobel
12
2.367
20
Ulilin
11
1.573
Jumlah
160
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke.
8
8
2.113
45.071
Tabel 2: Distrik dan PendudukDi Kabupaten Merauke
No
Distrik
1
Kimaam
2
Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk
14.357
4.868
Tabonji
-
4.609
3
Waan
-
3.952
4
Ilwayap
-
3.992
5
Okaba
9.684
4.240
6
Tubang
-
2.407
7
Ngguti
-
1.804
8
Kaptel
-
1.525
9
Kurik
5.598
12.314
10
Animha
-
2.027
11
Malind
-
8.613
12
Merauke
2.113
79.925
13
Naukenjerai
-
1.944
14
Semangga
760
12.234
15
Tanah Miring
446
16.879
16
Jagebob
367
7.907
17
Sota
2766
2.864
18
Muting
5.020
5.131
19
Elikobel
2.367
4.060
20
Ulilin
1.573
4.423
45.051
185.718
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke 2010
Download