BURSA f2 Bisnis Indonesia, Rabu, 16 Februari 2011 PREDIKSI IPO Semen Baturaja tertunda Indeks berpotensi menguat Rencana privatisasi BUMN 2011 belum jelas OLEH INDRA Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit JAKARTA: Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi terus mengalami penguatan pada hari ini dan bergerak pada kisaran 3.380-3.460. Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan peningkatan tersebut terjadi seiring adanya peningkatan harga komoditas seperti nikel, timah, dan harga batu bara. Selain itu, peningkatan juga terjadi karena adanya pengaruh pergerakan bursa global dan regional. “Penguatan itu terjadi didorong tajamnya kenaikan harga nikel, timah, dan mencetak harga tertinggi batu bara akibat banjir di Tambang Ulan Xstrata-New South Wales. Peningkatan itu juga terjadi seiring Wall Street dan Indeks S&P 500 yang menguat tipis,” paparnya. Dari dalam negeri, dia menyebutkan investor menanti data laporan keuangan emiten dan tren penguatan rupiah. Adapun dari sisi sektor saham yang diperkirakan meningkat pada hari ini masih dari sektor komoditas seperti INCO, TINS, dan ANTM. Pada Senin, meredanya krisis politik Mesir berimbas kepada penguatan bursa dunia, tak terkecuali IHSG yang berhasil menguat 0,74% ke level 3.416,77. Sementara itu, indeks BISNIS-27 terangkat 1,31% ke level 298,69. Langkah mundur yang diambil oleh Presiden Mesir Husni Mubarak pada pekan lalu direspons positif oleh sejumlah besar bursa dunia dan regional. (05/FAA) BISNIS INDONESIA JAKARTA: Rencana pelepasan saham perdana (initial public offering/IPO) PT Semen Baturaja dan sejumlah calon emiten BUMN lainnya masih belum dapat dipastikan dapat terlaksana pada tahun ini. Deputi Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN Irnanda Laksanawan menegaskan pada tahun ini merupakan tahun persiapan IPO BUMN semen tersebut. Namun, untuk pelaksanaannya belum dapat dipastikan apakah pada tahun ini atau tahun depan. “Tahun ini masih persiapan. Paling lambat kan 2012. Tapi kalau bisa pada tahun ini ya bagus, hanya sekarang masih dalam tahap menyiapkan diri untuk IPO,” ujarnya baru-baru ini. Dia mengatakan untuk melakukan aksi korporasi itu dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, semuanya harus dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pelepasan saham kepada publik pun berjalan lancar. “Ini masih dalam pembicaraan internal. Setelah itu siapkan konsep ke Komite Privatisasi, lalu masih meminta persetujuan DPR. berkomentar banyak terkait Belum lagi kesiapan aset Rencana privatisasi 2011 rencana privatisasi BUMN dan legal dari perusahaan2011. “Belum, masih rapat nya. Kalau dari sisi laba, • PT Hutama Karya internal. Tunggu saja,” memang mereka selalu • PT Industri Telekomunikasi Indonesia tuturnya sambil berlalu. mendapatkan laba, tapi • PT Asuransi Jasa Indonesia kesiapan lainnya masih dili- • PT Semen Baturaja hat lagi,” jelasnya. Tak hanya Garuda Saham minoritas yang akan dilepas Dia juga mengatakan • PT Atmindo (36%) Mustafa juga mengatakan besaran saham yang akan • PT Prasada Pamuna Limbah Industri (5%. belum dapat memastikan dilepas kepada publik pun • PT Kertas Basuki Rachmat Tbk (0,38%) BUMN mana saja yang dapat masih dikaji. Dia memperki- • PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (1,3%) IPO pada tahun ini, namun rakan Semen Baturaja akan dia tetap berharap tidak melepas saham minimal Sumber: Kementerian BUMN hanya Garuda Indonesia sekitar 20% atau akan yang dapat melepas sahamdisesuaikan dengan kebutuhan namun Pandu enggan membi- nya ke publik pada tahun ini. carakan lebih perinci mengenai dana perseroan “Saya harap tidak hanya “Mungkin minimum 20% hal itu. Garuda Indonesia [yang IPO]. Dia juga mengatakan belum Tapi sekarang memang sedang [saham yang dilepas], tetapi tergantung dari kebutuhan dana dapat memastikan apakah Semen fokus melanjutkan IPO Garuda mereka [Semen Baturaja], dan Baturaja dan BUMN lainnya dan rights issue [penawaran semua itu masih dikaji terus,” dapat melaksanakan aksi kor- saham terbatas] Bank Mandiri porasi itu pada tahun ini, karena dulu. Untuk IPO yang lain masih tuturnya. Adapun Deputi Restrukturisasi segala sesuatunya masih dalam sama seperti yang sudah beredar, dan Perencanaan Strategis tahap persiapan. misalnya Semen Baturaja, tapi itu “Ini kan masih terus dibahas. semua sedang dikaji,” jelasnya. Kementerian BUMN Achiran Pandu Djajanto mengatakan Yang potensial memang penduDia menyadari kondisi pasar hingga saat ini masih belum bisa kung infrastruktur [semen]. Tapi modal saat ini memang sedikit memastikan pertemuan dengan pelaksanaannya kan pada ber- melemah namun itu karena penKomite Privatisasi untuk memba- gantung mereka dan persetujuan- garuh kondisi pasar global dan has agenda privatisasi BUMN nya. [Jika Semen Baturaja tidak dia berharap keadaan itu bisa IPO tahun ini?] Masih ada yang kembali membaik. Perusahaan2011. “Kami sudah ajukan permoho- lain yang disiapkan untuk IPO,” perusahaan BUMN yang ada juga nan pembahasan sudah lama, tegasnya. diharapkan dapat memanfaatkan Setelah Garuda, Kementerian dana yang berputar di pasar tetapi kami belum mendapatkan jawaban [untuk pembahasan BUMN mengaku belum ada modal itu. terkait rencana dengan Komite Privatisasi]. kemajuan Pada bulan lalu, Mustafa menInginnya memang bulan ini, tapi pelepasan saham perdana (initial janjikan pembahasan IPO ini belum bisa dipastikan,” jelasnya. public offering/IPO) perusahaan selesai pada kuartal I/2011. Dia mengatakan selain BUMN BUMN lainnya pada tahun ini. Namun dia memperkirakan haSementara itu, Menteri BUMN nya akan ada lima BUMN yang semen itu, ada pula yang akan diajukan untuk IPO pada 2011, Mustafa Abubakar enggan bisa masuk dalam program priva- tisasi tersebut. Privatisasi itu, lanjutnya, akan dilakukan dalam beberapa cara a.l penjualan strategis (strategic sales) dan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). “Kalau privatisasi 2011 ini kan masih open, dinamis. Waktu itu kan saya harapkan bisa 5-10 perusahaan yang masuk [program privatisasi], tapi kayaknya yang berpeluang masuk tahun ini baru 5. Kami masih harus melihat dulu kebutuhan dana dan kinerja perseroannya,” ujarnya saat itu. Sejumlah perusahaan yang berencana melepas sahamnya ke publik adalah perusahaan BUMN Perkebunan serta Perum Pegadaian. Menanggapi hal itu, Mustafa mengatakan perusahaan tersebut harus menyelesaikan beberapa hal terlebih dahulu. Tahun lalu, dari 17 BUMN yang tercatat di BEI sudah menguasai kapitalisasi pasar (market cap) sebanyak 26%, sementara untuk tahun ini diharapkan dapat meningkat hingga 30% seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan BUMN yang masuk pasar modal. Analis Water Front Securities Isfan Helmy Hasad menilai kemampuan kinerja serta kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan BUMN dapat meningkat mencapai 30% pada tahun ini didukung keadaan perekonomian Indonesia yang bagus. (05) ([email protected]) Ketika multifinance terlena gurih obligasi OLEH FAHMI ACHMAD Wartawan Bisnis Indonesia P asar modal bukanlah ranah yang asing bagi kebanyakan multifinance. Kesempatan mencari dana dengan bunga yang rendah menjadikan pasar modal begitu diakrabi perusahaan jasa pembiayaan. Saat ini ada 140 perusahaan multifinance yang beroperasi di Tanah Air dan menjadi anggota Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) yang memiliki jangkauan operasional nasional. Data Bank Indonesia memperlihatkan kinerja signifikan multifinance dengan total aset Rp220,6 triliun per 30 September 2010 dan penyaluran pembiayaan sebesar Rp177,7 triliun. Banyak yang mengkritisi, 80% dari pembiayaan tersebut hanya untuk kepemilikan kendaraan (segmen pembiayaan konsumen). Namun, tetap ada kontribusi dari tiga segmen lain yakni sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), dan kartu kredit. Dengan aset yang begitu besar, dari mana perusahaan multifinance mendapatkan dana yang relatif untuk mendukung pembiayaan mereka? Bukan rahasia kalau 70% pendanaan perusahaan pembiayaan masih disokong oleh bank dan sisanya tentu saja mencari dana dari pasar modal. Entah itu lewat emisi obligasi, surat utang jangka menengah (medium term notes/ MTN), atau melepas saham perdana (initial public offering/IPO). Obligasi memang produk yang sangat digemari multifinance untuk mencari dana, entah untuk menyokong pendanaan atau sekadar refinancing. Nilai emisi obligasi baru perusahaan pembiayaan pada tahun ini diperkirakan akan mencapai Rp7 triliun seiring dengan meningkatkan kebutuhan pendanaan alternatif ditambah dengan besarnya refinancing obligasi. Kustodian Sentral Efek Indonesia per Desember 2010 mencatat nilai surat utang yang jatuh tempo pada 2011 mencapai Rp5,22 triliun dari 11 multifinance penerbit obligasi. Sebagai perbandingan total nilai obligasi hingga Oktober 2010 mencapai Rp18,99 triliun naik dibandingkan dengan periode Oktober 2009 sebesar Rp11,70 triliun. Selain pemain lama, seperti PT Adira Dinamika Multifinance Tbk, PT Indomobil Finance, dan PT BCA Finance, muncul juga emisi obligasi dari beberapa multifinance baru. Multifinance tersebut a.l. PT Mandala Multifinance Tbk Rp500 miliar, PT Indojasa Pratama Finance Rp300 miliar, PT Artha Prima Finance Rp500 miliar dan PT Tifa Finance yang menjajaki MTN sekitar Rp200 miliar. “Pencarian pendanaan alternatif lainnya dibutuhkan oleh perusahaan pembiayaan seiring dengan tingginya target booking. Bisa juga sebelum multifinance masuk bursa mereka memilih obligasi dahulu,” kata Wiwie Kurnia, Ketua Umum APPI. PT Federal International Finance (FIF) mungkin bisa menjadi contoh yang unik bagaimana suatu multifinance mengelola sumber dananya dengan mengandalkan obligasi dan tak jua tertarik menjadi perusahaan terbuka. Tahun ini, FIF berniat emisi obligasi hingga Rp2 triliun. Nilai tersebut naik dari rencana semula yang Rp1 triliun dan perseroan juga telah menunjuk sebanyak 6 penjamin pelaksana emisi (underwriter) guna menangani obligasi perseroan yang akan diterbitkan pada April. Menurut rencana paparan publik penerbitan obligasi anak usaha PT Astra International Tbk tersebut berlangsung pada Maret tahun ini. Nilai obligasi FIF itu tak seberapa dengan rencana pembiayaan yang Rp20 triliun. Tak kedengaran Gurihnya obligasi memang melenakan multifinance. Nyaris 2 tahun terakhir, tak pernah kedengaran ada perusahaan multifinance yang menyatakan keseriusan untuk melakukan IPO. Hingga Desember 2010, BEI mencatat 11 emiten multifinance yang melantai di bursa. Namun, jumlah tersebut berkurang satu karena PT Indocitra Finance Tbk akan mengubah haluan bisnis menjadi perusahaan tambang. Indocitra Finance adalah emiten yang listing pada 18 Desember 1989, disusul oleh PT Buana Finance Tbk pada 7 Mei 1990. IPO terakhir multifinance dicatat oleh PT Batavia Pros- perindo Finance Tbk pada 1 Juni 2009 dan hingga 2010 belum ada multifinance baru yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek. Ada sejumlah alasan dikemukakan Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang, antara lain jumlah size dan nominal yang tak pernah besar serta persyaratan IPO membuat multifinance akan kesulitan untuk go public. Hal lain adalah saham-saham multifinance di pasar juga kurang atraktif diperdagangkan karena banyak investor masih tak terlalu paham dengan prospek penilaian aset perusahaan pembiayaan. “Karena itu, mereka lebih suka obligasi yang [tenornya] bisa mereka sesuaikan dengan profil jatuh tempo pembiayaan mereka,” kata Edwin. Namun, kinerja perusahaan go public yang bagus tentu akan membuka kesempatan dan semangat bagi multifinance lain untuk ikut masuk bursa. Sebagai perbandingan per September 2010, sebanyak 10 emiten multifinance mencatatkan rerata kenaikan laba sekitar 20%. Laba bersih tertinggi diraup oleh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) sebesar Rp1,08 triliun atau meningkat 21%. Ekspansi yang kian meluas dan peningkatan pembiayaan menjadi katalis utama bagi multifinance tetapi skala perusahaan dan selera pasar tentu akan mendikte keputusan multifinance bermain di pasar modal. ([email protected]) BISNIS/KELIK TARYONO BAGI DIVIDEN: (Dari kanan) Presiden Direktur PT Matahari Putra Prima Tbk Bunjamin J. Mailool dan Komisaris Independen Jonathan L. Parapak serta Komisaris Independen Granesh Chander Grover menerima ucapan selamat dari para pemegang saham seusai rapat umum pemegang saham tahunan di Jakarta, kemarin. Rapat tahunan itu a.l. menyetujui rencana penggunaan keuntungan tahun buku 2010 sebesar Rp5,8 triliun yang Rp 4,5 triliun dibayarkan sebagai dividen tunai final. Kinerja reksa dana saham mengilap OLEH FAHMI ACHMAD Bisnis Indonesia JAKARTA : Reksa dana saham selama tahun lalu memperlihatkan kinerja yang signifikan dan tercatat lebih baik dari jenis reksa dana lainnya, berdasarkan kategori efisiensi teknis, risiko dan tingkat pengembalian. Hasil kinerja tersebut tercantum dalam penelitian Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU), unit riset harian Bisnis Indonesia, terhadap sedikitnya 700 reksa dana dan 282 unit linked yang diterbitkan dan terdaftar di Indonesia. Reksa dana saham mencetak rata-rata cumulative return sebesar 54,40% dan annualized return 14,79% atau tertinggi dibandingkan dengan lainnya. Periset BIIU Anton Hermansyah dan Nanda Sitepu mengatakan hal tersebut seiring dengan rata-rata risiko lebih tinggi yang harus ditanggung reksa dana saham yang terlihat dari angka rata-rata standar deviasi sebesar 0,354 yang merupakan nilai tertinggi dibandingkan reksa dana lain ataupun unitlinked. Reksa dana saham terbaik yaitu Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima, dan Reksa Dana Grow-2-Prosper, sedangkan reksa dana pendapatan tetap terbaik Big Dana Muamalah, GMT Dana Obligasi Plus, Reksadana Rido Dua. Adapun reksa dana campuran terbaik yaitu Semesta Dana Maxima, BNP Paribas Equitra, Brent Dana Fleksi. Reksa dana terproteksi terbaik yaitu Trim Lestari 2, Danamas Terproteksi I dan Mahanusa Sovereign Bond Fund. Pengukuran kinerja reksa dana dan unit linked tersebut menggunakan perhitungan DEA (efisiensi teknis), Treynor (risiko dan tingkat pengembalian berdasarkan standar deviasi), dan Sharpe (risiko dan tingkat pengembalian berdasarkan Betha). Pada akhir Desember 2010, jumlah sampel reksa dana yang memenuhi tiga kriteria tersebut di atas untuk diteliti adalah sebanyak 25 reksa dana saham, 38 reksa dana pendapatan tetap, 42 reksa dana, dan 13 reksa dana terproteksi. Arthavest lego unit sekuritas Rp90 miliar OLEH IRVIN AVRIANO A Bisnis Indonesia JAKARTA: PT Arthavest Tbk akan menjual sekuritasnya, PT Artha Securities Indonesia, senilai Rp90 miliar kepada pemegang saham Arthavest, meskipun nilainya jauh di bawah nilai aset sekuritas tersebut sebesar Rp296,3 miliar. Dalam prospektus rencana penjualan yang terbit awal pekan ini, perusahaan mengumumkan akan menjual Artha Securities yang berizin sebagai penjamin emisi efek itu (PEE/underwriting) kepada PT Artha Perdana Indonesia, pemegang 53,56% saham, atau mayoritas, di Arthavest. Penjualan itu dilakukan dengan menjual 95,97 juta saham Artha Securities yang merupakan 99,98% saham sekuritas yang dipimpin Hambali Hazali itu. Arthavest dan Artha Perdana Investama merupakan dua pemegang saham Artha Securities Indonesia, yang saat ini memiliki izin sebagai anggota bursa (AB) dan berizin penjamin emisi efek. Kepemilikan Arthavest dalam Artha Securities yang dipimpin oleh Hambali Hazali itu adalah sebesar 99,99%, sedangkan Artha Perdana sebesar 0,01%. Namun, dalam profil Arthavest di situs Bursa Efek Indonesia (BEI) dan di laporan keuangan emiten itu pada September 2010, ditunjukkan Artha Securities memiliki aset senilai Rp296,3 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai transaksi penjualannya. Terkait dengan rencana pembelian perusahaan perhotelan itu, perusahaan yang berkode saham ARTA itu juga mengumumkan rencana penggunaan dana penjualan perusahaan efek itu untuk membeli PT Sanggara Dhika senilai Rp89 miliar. Perusahaan target itu merupakan pengelola hotel Red Top di Pecenongan Jakarta.