BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cacar air disebabkan oleh virus varicella zoster. Gejala awal cacar air menyerupai gejala flu (kelelahan, pusing, demam, menggigil, nyeri sendi). Kemudian muncul benjolan merah berisi air hampir di seluruh tubuh yang biasanya dimulai dai kulit kepala baru menyebar ke badan, lengan, kaki, wajah, dan leher. Meskipun telah divaksinasi, seseorang masih bisa terkena cacar air namun tidak begitu parah dan cepat pulih. Seperti halnya virus lainnya, virus varicella zoster tidak pernah benar-benar hilang masuk di tubuh. Siapa pun yang pernah menderita cacar air akan membawa virus aktif di akar sel saraf mereka. Terkadang mereka muncul kembali sebagai herpes zoster. Herpes zoster dapat muncul pada saat-saat stres, atau ketika sistem kekebalan tubuh Anda menurun. Perlu diketahui bahwa herpes zoster dapat menularkan cacar air pada orang yang belum pernah menderita cacar air. Umumnya, cacar air yang diderita oleh anakanak lebih cepat pulih ketimbang cacar air pada orang dewasa dan bayi karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang cenderung lemah. Di samping itu, mereka berada pada risiko lebih tinggi terkena komplikasi, termasuk radang otak (ensefalitis) dan pneumonia. Bahaya lain dari cacar air ialah apabila seorang ibu pada awal kehamilannya menderita cacar air, maka bayi yang dikandungnya berisiko terlahir cacat dan berat badan yang rendah. Apabila ibu menderita cacar air seminggu sebelum kelahiran, maka bayinya berisiko terkena infeksi yang mengancam jiwa. (http://www.rumahsakit.unair.ac.id) 1 Universitas Sumatera Utara 2 Terutama orang – orang di atas usia 50 tahun dihinggapi infeksi ini dan setelah sembuh mereka menjadi imun untuk seumur hidup. Infeksi bercirikan peradangan akut dari simpul – simpul saraf punggung, biasanya hanya diseparuh tubuh di bawah dada. Pengobatan, neuralgia tersebut sukar ditanggulangi dengan analgetika dan dapat dikurangi dengan mengoleskan 2-3 x sehari dengan kapas larutan asetol 10% / alkohol 95% pada tempat yang nyeri. Terapi oral dapat dilakukan dengan virustatika asiklovir. (Tan Hoan Tjay dkk, 2002) Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang – undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksud untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh. (Syamsuni, 2006) Bentuk sediaan obat diperlukan agar penggunaan senyawa obat/zat berkhasiat dalam farmakoterapi dapat digunakan secara aman, efisien dan atau memberikan efek yang optimal. Umumnya bahan sediaan obat mengandung satu atau lebih senyawa obat zat berkhasiat dan bahan dasar yang diperlukan untuk formulasi tertentu. Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. ( Berat tablet normal antara 300 - 600 mg ). (Elisa.ugm.ac.id) Universitas Sumatera Utara 3 Asiklovir berkhasiat spesifik terhadap virus Herpes tanpa mengganggu fisiologi sel tuan rumah. Mekanisme kerjanya adalah istimewa, yakni obat menjadi aktif baru setelah difosforilasi oleh enzim tymidinkinase, yang khusus terdapat dalam sel – sel yang diinfeksi virus. Asiklovirtrifosfat yang terbentuk digunakan oleh virus untuk membangun DNA-nya. Dengan demikian, pembentukan DNA virus dikacaukan dan terhenti sama sekali, sedangkan pembentukan sel DNA dari sel tuan rumah tidak terganggu. Terutama digunakan pada semua infeksi dengan Herpes simplex dan Herpes zoster. (Tan Hoan Tjay dkk, 2002) Asiklovir harus digunakan dengan hati – hati pada orang gangguan ginjal, kelainan neurologis yang mendasarinya, ata dehidrasi, atau mereka yang menerima neufrotoksik lain. Asiklovir merupakan kontraindikasi bagi individu dengan sensitivitas alergi terhadap obat. Keamanan selama kehamilan dan menyusui juga belum ditetapkan. (Roberta Todd Spencer, 1986) 1.2. Permasalahan Permasalahannya adalah apakah zat aktif acyclovir (Acycloguanosine) yang terkandung dalam obat sediaan tablet telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) Edisi V tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. 1.3. Tujuan Untuk mengetahui kadar zat aktif Acyclovir (Acycloguanosine) dalam sediaan tablet. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penetapan kadar zat aktif Acyclovir (Acycloguanosine) dalam sediaan tablet secara laboratorium. Universitas Sumatera Utara 4 1.4. Manfaat 1. Memberikan informasi tentang kadar zat aktif Acyclovir (Acycloguanosine) dalam sediaan tablet 2. Memberikan informasi (Acycloguanosine) tentang apakah kadar zat aktif Acyclovir yang terkandung dalam obat sediaan tablet telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) Edisi V tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% 3. Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam penetapan kadar zat aktif Acyclovir (Acycloguanosine) dalam sediaan tablet Universitas Sumatera Utara