Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih

advertisement
85
PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS
KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS
MASYARAKAT
Pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas (Community Based
Resources Management) ini peranan prakarsa, kreatifitas dan partisipasi
masyarakat dalam keseluruhan menjadi sangat sentral. Untuk maksud tersebut
diperlukan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal dalam melakukan
identifikasi kebutuhan, identifikasi sumber daya, merumuskan program dan
mengelola serta mendayagunakan sumber daya lokal (Soetomo, 2006).
Pengembangan kapasitas kelembagaan berbasis masyarakat merupakan
program bottom-up, berupa program pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
yang berupa aksi kolektif. Pedoman umum kebijakan berlandaskan prinsipprinsip: partisipatif bersama antara komunitas dengan melibatkan pemerintah
komunitas, Badan Perwakilan Kominitas, dan pemangku kepentingan lainnya;
keseimbangan; keterkaitan sosial, ekonomi dan ekologis; sinergis, tranparansi
(Kolopaking dan Tonny, 2007).
Menurut Huraerah (2007) bahwa memberdayakan masyarakat terkait
dengan konsep-konsep kemandirian (self-help), partisipasi (participation),
jaringan kerja (net working) dan pemerataan (equity). Disamping itu, untuk
mendorong
tumbuhnya
kreativitas
serta
kapasitas
masyarakat
dalam
melaksanakan usaha secara mandiri melalui institusionalisasi, pendampingan
pemerintah
seringkali
juga
dibutuhkan
dalam
pengembangan
kapasitas
pengetahuan dan ketrampilan.
Adapun perspektif pengembangan masyarakat bisa dengan pendekatan
perubahan kelembagaan, dimana solusi yang diajukan terhadap permasalahan
berfokus pada pembentukan, perubahan, pengembangan kelembagaannya sesuai
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat (Jim Ife, 2003).
86
Harapan dan Dukungan Yang Diinginkan oleh Anggota, Pengurus dan
Stakeholders.
Dari beberapa hasil wawancara maupun diskusi dengan anggota, pengurus,
pemerintahan desa, tokoh masyarakat serta berbagai pihak stakeholders yang
peduli dengan pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di Desa Bumijawa,
maka banyak harapan dan dukungan akan mewujudkan pengelolaan air bersih
berbasis masyarakat yang mampu mensinergikan antara fungsi sosial, ekonomi
dan ekologis.
Keberadaan Kelompok Pemakai Air Bersih (Pokmair) Sayom, yang hampir
berjalan delapan tahun, melalui proses tiga kali masa kepengurusan, dan diselingi
masa transisi. Melihat sisi kelebihan maupun kelemahan, sebagaimana harapan
dan keinginan sebagian besar anggota, pengurus, tokoh masyarakat dan
pemerintahan desa bersepakat untuk mengembangkan kapasitas pengelolaan air
bersih
berbasis
masyarakat,
melalui profesionalitas pengelolaan dengan
melakukan revitalisasi kelembagaan dan kepengurusan, membuat aturan hukum
yang kuat oleh pemerintahan desa, meningkatkan kesadaran akan jaringan air
bersih dengan sistim gravitasi bagi anggota dengan perilaku hemat air melalui
penyuluhan oleh dinas terkait, mengembangkan jejaring kerjasama dengan
stakeholders dalam rangka mengembangkan fungsi sosial, ekonomi dan ekologis.
Menurut anggota Pokmair Sayom (Bp. Muchroni, 58 tahun):
..... yang penting ke depan, bahwa jaringan sumber air Sayom yang ada
sekarang, merupakan aset yang tak ternilai harganya, kalau dikelola
dengan baik bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama dikelola
oleh generasi muda yang berpendidikan tinggi, potensial dan mampu atau
mampu memberikan pekerjaan bagi yang lainnya dengan mendapatkan
honor yang layak, seperti PDAM ala Desa, sebelumnya pemerintahan desa
harus membuat aturan hukum, pembenahan pengelolaannya sambil menata
jaringan yang sudah tidak teratur.
Hal ini juga ditegaskan oleh Bapak Djoko, 53 tahun (Anggota Pokmair):
..... padahal kalau kepengurusan dalam mengelola secara profesional,
didukung aturan hukum yang kuat dari pemerintahan desa, masyarakat
pasti mendukung, yang penting dapat terpenuhi kebutuhan air bersih
dengan lancar dan adil, ada forum secara berkala. minimal tiga bulanan
87
antara anggota dan pengurus yang difasilitasi Kepala Desa, dan ini
berjalan bersamaan penataan jaringan, agar semua jaringan induk bisa
steril dan langsung ke bak induk, Insya Allah kebutuhan air bersih
masyarakat bisa terpenuhi secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, diskusi kelompok dengan para
stakeholders berkaitan dengan peran yang bisa dilakukan dalam pengembangan
kapasitas kelembagaan pengelolaan air bersih, maka dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 9. Hasil Analisis Peran Stakeholders dalam Pengembangan Kapasitas
Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat
No.
Stakeholders
Peran yang bisa dilakukan
1.
Pemerintahan
Kecamatan, melalui Kasi
PMD dan LH
Memfasilitasi usulan tentang kebutuhan pengelola air bersih
melalui Kepala Desa, tentang program kegiatan
pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan air
bersih masyarakat baik yang menyangkut fisik maupun non
fisik ke Pemerintah Kabupaten Tegal.
2.
Asper Perhutani
Membantu penuh program pelestarian dan pengamanan
wilayah sekitar sumber air Sayom, Putri dan Lemper yang
ada di wilayah hutan negara, terutama berkaitan dengan
program penghijauan bersama masyarakat.
3.
UPTD Tanbunhut
Membantu penuh, dengan menyusun program tahunan
penanaman di sekitar sumber-sumber air yang di wilayah
Kecamatan Bumijawa. khususnya di Desa Bumijawa,
termasuk rehabilitasi embung air “rancah buyur” sebagai
lokasi resapan air yang dapat menghidupkan sumur-sumur
di wilayah RW I, II dan III.
4.
UPTD Puskesmas
Memberikan pendampingan program Sanitasi dan
pengelolaan air bersih oleh masyarakat, termasuk secara
rutin memeriksa kelayakan air bersih yang dikonsumsi
masyarakat di lokasi sumber-sumber air Desa Bumijawa.
5.
Kepala Desa
a. Membentuk Tim Perumus Rancangan Perdes dan
AD/ART Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih
Masyarakat;
b. Menetapkan, mensosialisasikan dan melaksanakan Perdes
bersama BPD;
c. Menyusun skala prioritas dalam forum Musrenbangdes,
termasuk program kegiatan pengembangan kapasitas
kelembagaan pengelolaan air bersih
6.
BPD
a. Menyusun rancangan materi Perdes Pengelolaan air
bersih masyarakat;
88
b. Menetapkan, mensosialisasikan, mengawal pelaksanaan
Perdes bersama Kepala Desa;
7.
LKMD
a. Membantu penyusunan rancangan Perdes dan AD/ART;
b. Membantu pelaksanakan Perdes ;
c. Membantu pelaksanaaan program-program kegiatan
pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan air
bersih masyarakat
8.
TP. PKK Desa
a. Membantu penyusunan Perdes dan AD/ART;
b. Melaksanakan sosialisasi Perdes dan AD/RT yang telah
ditetapkan dalam setiap forum pertemuan PKK tingkat
RT sampai tingkat Desa.
9.
BKM Satria Desa
a. Mengakomodir
kepentingan
masyarakat
dalam
rehabilitaasi jaringan air bersih dan sumber air bersih
melalui
Perencanaan
Jangka
Menengah-Program
Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis) Desa
Bumijawa;
b. Memberikaan kesempatan penyertaan modal dalam
meningkatkan pelayanan air bersih masyarakat, seperti
pengadaan alat meteran, atau modal keuangan;
c. Membantu menyusun Perdes dan AD/ART
9.
Karang Taruna
a. Membantu menyusun Perdes dan AD/ART
b. Mengintegrasikan program Karang Taruna dengan
pengurus air bersih masyarakat, baik dari segi tenaga
maupun pemikirannya.
10.
Tokoh Masyarakat
a. Ikut memberikan masukan materi penyusunan Perdes dan
AD/ART;
b. Ikut melaksanakan sosialisasi Perdes dan AD/ART yang
telah ditetapkan;
c. Mendukung program-program kegiatan pengembangan
kapasitas kelembagaan pengelolaan air bersih dengan
pendekatan ketokohannya.
11.
12.
Pengurus
Sayom
Pokmair
Masyarakat/Anggota
a. Membantu menyusun materi Perdes dan AD/ART;
b. Melaksanakan Perdes
a. Memberikan masukan materi Perdes dan AD/ART;
b. Memberikan masukan tentang usulan-usulan program
pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan air
bersih, berdasarkan potensi, permasalahan dan kebutuhan
yang dirasakan masyarakat;
c. Melaksanakan dan mengamankan Perdes dan AD/ART
serta program-program kegiatan penembangan kapasitas
pengelolaan air bersih .
Sumber Data: Hasil Olah Data Wawancara Mendalam dan Diskusi Kelompok serta FGD.
89
Bentuk Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat
Dari hasil tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya dukungan dari
semua pihak, baik dari masyarakat maupun stakeholders untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat dengan potensi sumberdaya air yang dimiliki,
adanya dukungan finansial dari masyarakat yang mampu secara ekonomi, serta
adanya kesadaran memberikan kemudahan akses air bersih bagi masyarakat yang
tidak mampu, dengan mengembangkan kelembagaan pengelolaan air bersih
berbasis masyarakat yang profesional dan mandiri. Kelembagaan pengelolaan air
bersih harus mempunyai kekuatan hukum yang kuat dari Pemerintahan Desa
Bumijawa yang diwujudkan dalam Peraturan Desa dengan mengakomodir
kepentingan semua golongan masyarat, baik dalam akses maupun kontrol.
Bentuk kelembagaan, berdasarkan ketentuan yang sudah tertuang dalam
perencanaan Peraturan Desa (Perdes) maupun Anggaran Dasar dan Anggaran
Tumah Tangga (AD dan ART)
tentang Pengelolaan Air Bersih Berbasis
Masyarakat, dimana impelementasinya berwujud Badan Pengelola Air Bersih
Masyarakat atau Lembaga Pengelola Air Bersih Masyarakat. Adapun struktur
kepengurusan terdiri dari Pengurus Harian dan beberapa bidang atau seksi sesuai
dengan kebutuhan di tingkat pelayanan air bersih masyarakat dengan
mengedepankan efektifitas dan efisien kerja pengurus secara profesional.
Di dalam pengelolaannya, pengurus bertanggung jawab secara langsung
kepada Kepala Desa sebagai penangung jawab dan Badan Penasehat yang terdiri
dari perwakilan anggota, perwakilan lembaga desa yang jumlahnya ganjil,
maksimal lima orang, dengan membuat laporan secara tertulis maupun melalui
pertemuan rutin bulanan. Sedangkan kontrol anggota terhadap pengelolaan air
bersih, secara langsung setiap waktu bisa disampaikan melalui perwakilannya
yang ada di Badan Penasehat, ataupun melalui forum pertemuan yang sudah
diagendakan secara rutin (semesteran, tahunan) antara anggota dan pengurus serta
penanggung jawab dengan Badan Penasehat, sekaligus sebagai forum evaluasi
baik terhadap pengurus maupun anggota yang menyangkut hak dan kewajibannya.
90
Dari sisi kepengurusan atau sumberdaya manusia dalam mengelola
kelembagaan, harus yang mempunyai kemampuan pengalaman manajerial dan
kepemimpinan yang kuat, mempunyai latar belakang pendidikan minimal
SMA/SMK, mempunyai kepercayaan yang tinggi dari masyarakat. Kompensasi
yang diperoleh oleh pengelola atau pengurus, yaitu dengan mendapatkan
honor/penghasilan bulanan yang layak secara bertahap minimal sesuai dengan
ketentuan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Tegal Tahun 2009, yaitu
sebesar enam ratus ribu rupiah.
Sistim pengelolaan jaringan air bersih ke rumah tangga dengan
memfungsikan kembali sistim meteran, dimana bagi anggota/konsumen yang
masih memiliki meteran bisa dipasang kembali oleh pengurus, bagi yang tidak
memiliki bisa membeli pengadaan meteran secara langsung maupun dengan
sistim kredit melalui BKM Satria Desa Bumijawa. Ketentuan tarif meteran akan
di atur secara terperinci dalam AD/ART sesuai dengan kemampuan masyarakat
melalui kriteria pemanfaatannya, seperti untuk keperluan rumah tangga, usaha
ekonomi produktif, sosial-keagamaan (mesjid, mushola, pendidikan, perkantoran).
Adapun bagi masyarakat miskin, melalui subsidi silang dengan memfungsikan
aspek sosial, melalui hidran umum yang dikendalikan dengan jadwal waktu, atau
melalui sistim meteran dengan tarif 50 persen dari ketentuan umum yang berlaku.
Segala pemanfaatan kekayaan hasil pengelolaan keuangan akan diatur
secara terperinci dan transparan di dalam AD/ART, dengan memberikan peluang
pengembangan kelembagaan pengelolaan air bersih berbasis masyarakat sebagai
Badan Usaha Milik Desa, dengan memperhatikan adanya kesempatan akses dan
kontrol masyarakat. Kontrol masyarakat bisa melalui forum perwakilan maupun
secara langsung yang juga diatur secara formal, baik melalui AD/ART maupun
ketentuan pengurus/pengelola air bersih masyarakat.
Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Anggota
Berdasarkan
hasil
wawancara
mendalam,
diskusi
kelompok
yang
dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD), maka peneliti mendapatkan
data tentang sebab akibat, menganalisis dan mencari alternatif pemecahannya
91
melalui rancangan program atau kegiatan pengembangan kapasitas kelembagaan
pengelolaan air bersih berbasis masyarakat. Adapun tahapan-tahapannya sebagai
berikut:
Identifikasi Potensi
Potensi pembangunan masyarakat adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan terhadap masyarakat yang berkembang
dari waktu ke waktu dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Potensi ini
merupakan faktor intern, seperti sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia
dan kelembagaan sosial yang ada (Sumardjo dan Saharuddin, 2007).
Dalam rangka pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan air bersih
berbasis masyarakat di Desa Bumijawa, berdasarkan hasil PL I, PL II dan
wawancara, diskusi dengan anggota, pengurus serta stakeholders yang terkait
yang dilanjutkan FGD selama penelitian atau KPM, maka menghasilkan
identifikasi potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan, antara lain:
1. Natural Capital (sumber daya alam) yang berupa sumber daya air yang ada di
Desa Bumijawa dan sekitarnya sangat potensial, seperti sumber air Bulakan
dimanfaatkan PDAM Kota Tegal dan desa sekitarnya, sumber air Kali Pesing
dimanfaatkan oleh perusahan kemasan air minum swasta, sumber air Kalisela
yang pada saat penelitian berlangsung sedang dibangun “water boom” oleh
pihak swasta. Hal ini merupakan potensi untuk menjadi sumber dana bagi
pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat, sedangkan PDAM Kota
Tegal bisa menjadi mitra dalam pendampingan teknis pengelolaan air bersih
berbasis masyarakat. Sedangkan sumber air Sayom dan Putri yang selama ini
dimanfaatkan melalui jaringan pipanisasi ke pemukiman dan pada saat akhir
penelitian ini, juga memfungsikan kembali sumber air Lemper dengan
memasang kembali jaringan pipa langsung ke Bak Induk Desa, sehingga
dengan debet air yang ada pada saat musim kemaraupun mampu dimanfaatkan
secara merata ke anggota Pokmair Sayom, khususnya di RW II, sebagian RW
I, RW III, RW IV dan RW VII (lokasi sumber air Sayom dan Putri), dengan
92
ketentuan adanya penataan jaringan dan kelembagaannya agar lebih
profesional.
2. Human Capital (sumber daya manusia) di Desa Bumijawa berdasarkan
komposisi status pendidikan anggota, potensial dimanfaatkan seperti 12,43
persen berpendidikan diploma dan sarjana, sedangan SLTA ada 17,03 persen.
Melihat kenyataan di lapangan, bahwa adanya pengelolaan air bersih oleh
Kelompok
Pemakai Air Bersih (Pokmair) Sayom yang dikelola dengan
kekuatan sumber daya manusia yang ada, ternyata sampai sekarang mampu
bertahan, walaupun dengan segala kelemahan dan kelebihannya.
3. Adanya bangunan fisik, berupa Bak Induk di Sumber Air Sayom, Sumber Air
Putri, Sumber Air Lemper beserta jaringan pipanisasi sampai kepemukiman
masyarakat serta adanya Bak Penampung Induk yang mampu menampung 250
m3. Disamping itu, banyak anggota Pokmair Sayom yang masih mempunyai
atau menyimpan alat meteran air bersih yang sewaktu-waktu siap dipasang,
apabila memfungsikan sistim meteran kembali.
4. Adanya kelembagaan sosial masyarakat yang mengelola jaringan air bersih,
yaitu Kelompok Pemakai Air Bersih (Pokmair) Sayom yang berdiri sejak tahun
2000 dan sampai sekarang masih berjalan, dalam prosesnya pernah mengalami
periode pengelolaan dengan menggunakan sistem meteran. Hal inilah
merupakan potensi, dengan mensinergikan kelebihan pengalaman masingmasing periode kepengurusan dan dengan menyesuaikan perkembangan
kebutuhan anggotanya yang dipadukan dengan adanya kekuatan hukum dari
pemerintahan desa, maka dapat menjadi kelembagaan lokal yang potensial
untuk berkembang menjadi pengelolaan yang lebih profesional
(kualitas
pengelolaan maupun pelayannya).
Hal ini seperti disampaikan oleh Bapak Basuki (Mantan ketua Pokmair
Sayom periode tahun 2000-2003):
Saya optimis, kalau jaringan air bersih ditertibkan kembali dan diberlakukan
sistem meteran, tetapi bersamaan itu juga pemerintahan desa harus membuat
Perdesnya, kemudian AD/ART yang pernah ada disesuaikan dengan
perkembangan sekarang dan harus lebih profesional, merupakan aset
potensial yang tidak hanya dapat memberikan peluang kerja dan pengabdian
93
pada pemuda yang berpendidikan tetapi belum mendapatkan kesempatan
bekerja, juga dapat menambah aset penghasilan desa melalui iuran bulanan.
Diperkuat oleh pernyataan Bapak Supriyanto, 48 tahun (Mantan Pengurus
Pokmair Sayom):
Walaupun keadaan sekarang, pengelolaan air bersih oleh Pokmair Sayom
kurang berkembang dengan baik atau kurang memuaskan anggotanya, tetapi
juga sayang kalau sampai diambil oleh PDAM, karena merupakan aset milik
Desa yang tak ternilai harganya, karena saya yakin masyarakat masih
mampu untuk melakukan perubahan dalam pengelolaan yang lebih
profesional dengan membuat aturan hukum yang kuat dari pemerintahan
desa serta menempatkan orang-orang yang “pinter, bener, kober” (“pandai,
benar dipercaya, bersedia penuh keikhlasan).
5. Financial Capital, adanya kemampuan masyarakat yang dapat digali melalui
kemandirian dengan mengintensifkan iuran bulanan yang dibarengi dengan
peningkatan kualitas pelayanan, karena kenyataan pada periode kepengurusan
Pokmair Sayom tahun 2000-2003, mampu menghasilkan kas sampai Sembilan
belas juta lima ratus ribu rupiah dan mampu memberikan konstribusi dua juta
rupiah per-tahun kepada pemerintah desa.
Hal ini seperti disampaikan Sdr. Drs. Nurokhim, 39 tahun (Ketua BKM
Satria):
Pada saat kepengurusan Bapak Basuki (tahun 2000-2003), ternyata Pokmair
Sayom berdasarkan laporan pertanggungjawaban tertulis, dari hasil iuran
wajib bulanan anggota, sampai ada kekayaan/kas sebesar Sembilan belas
juta lima ratus ribu rupiah, bahkan mampu memberikan honor pengurus dan
konstribusi ke pemerintah desa per-tahun dua juta rupiah.
Potensi-potensi tersebut di atas, selama ini belum dikembangkan secara
optimal, karena belum mampu menjawab perkembangan kebutuhan anggota,
seperti distribusi air bersih yang adil dan merata, kemandirian serta keberlanjutan
sumber daya air, apalagi dengan belum adanya respon aturan hukum berupa
Peraturan Desa tentang pengelolaan air bersih berbasis masyarakat yang
berdampak dengan tidak adanya ketegasan aturan terhadap anggota dan
penertiban jaringan air bersih ke pemukiman.
94
Identifikasi Masalah dan Kebutuhan
Masalah pembangunan masyarakat adalah suatu kesenjangan antara kondisi
yang ideal dengan kondisi yang ada pada saat ini. Kondisi yang ideal bisa berupa
kondisi yang diharapkan atau diidam-idamkan atau dicita-citakan, tetapi bisa juga
sesuatu yang sebenarnya bisa dicapai tetapi karena sesuatu hal ternyata belum
diwujudkan (Sumarjo dan Saharuddin, 2007).
Kebutuhan pembangunan masyarakat adalah suatu kondisi ketegangan
psikologis pada warga masyarakat disebabkan adanya suatu ketidakseimbangan
psikologis antara harapan dan kenyataan atau karena adanya masalah
pembangunan. Apabila suatu kebutuhan pembangunan sudah dapat dirasakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut, sehingga
kreatifitas, inisiatif dan semangat masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan (felt needs) tersebut akan benar-benar menjadi kebutuhan internal
pembangunan masyarakat (Sumarjo dan Saharuddin, 2007).
Berdasarkan analisis dari data dan informasi melalui observasi, wawancara
dan diskusi kelompok dengan anggota dan pengurus Pokmair Sayom, tokoh
masyarakat, serta stakeholders yang terkait mengenai kapasitas kelembagaan,
kapasitas pengurus, kapasitas anggota dan faktor
kebijakan dan intervensi
program pemerintahan yang mendukung pengelolaan air bersih berbasis
masyarakat
pada
bulan Oktober
sampai
Nopember
2008.
Selanjutnya
melaksanakan diskusi kelompok terfokus atau FGD (Focus Group Discussion)
yang dihadiri Kades, BPD, LKMD, Pengurus Pokmair Sayom, Ketua Karang
Taruna, Ketua BKM, Tokoh Masyarakat pada tanggal 18 Nopember 2008, secara
bersama-sama mengidentifikasi dan menyusun skala prioritas permasalahan dan
kebutuhan berkaitan dengan pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan
air bersih berbasis masyarakat di Desa Bumijawa. Adapun surat undangan
pelaksanaan FGD dapat dilihat pada lampiran lima halaman 144 dan daftar hadir
pelaksanaannya pada lampiran enam, halaman 145.
Dalam pelaksanaan FGD, di awali dengan pemaparan hasil kajian di
lapangan berupa hasil analisis tersebut di atas, termasuk memaparkan beberapa
95
permasalahan dan kebutuhan anggota/konsumen air bersih Sayom, dengan
harapan mendapat tanggapan dan masukan dari peserta. Mereka sangat antusias
untuk memberikan masukan dan ide-ide pemikiran agar permasalahan pokok
mengenai kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan rumah tangga melalui
pengelolaan air bersih yang selama ini dilakukan oleh Pokmair Sayom lebih
diberdayakan dan profesional.
Pada awalnya, terjadi pertentangan antara mana yang harus dilakukan,
antara penambahan debet air bersih, melalui usaha pembangunan sarana air bersih
dan jaringan baru dari sumber air Tini (sumber air baru, untuk menambah debet
air yang sudah ada), yang diharapkan akan mendapatkan dari APBD Tahun 2009,
dengan mengabaikan program pengembangan kapasitas kelembagaannya, cukup
dilakukan oleh lembaga Pokmair Sayom yang ada sekarang. Disisi lain, mendasari
permasalahan dan kebutuhan yang banyak dikemukakan baik oleh para
anggota/konsumen air bersih Sayom, maupun tokoh masyarakat, dengan alasan
dan fakta-fakta yang sudah terjadi di masyarakat selama ini, walaupun adanya
penambahan debet air bersih dan pembangunan dan perbaikan sarana air bersih,
mulai dari sumber air Sayom, Putri, dan yang terakhir Lemper, ternyata hanya
dapat mengatasi dalam jangka pendek, selanjutnya terjadi kembali distribusi air
bersih yang tidak merata.
Hal ini juga dikuatkan dengan adanya perhitungan debet air dari ke tiga
sumber air bersih yang dilakukan peneliti bersama dengan UPTD Puskesmas
Bumijawa, di saat musim kemarau saja seharusnya mencukupi kebutuhan air
bersih masyarakat, maka prioritas utama dan mendesak yaitu mengembangkan
kapasitas kelembagaan air bersih berbasis masyarakat dengan jangka waktu,
sebelum proyek penambahan debet air bersih melalui sumber air Tini selesai,
yang diperkirakan akan dimulai pada bulan Pebruari 2009. Dari hasil FGD
tersebut, diperoleh hasil identifikasi masalah, kebutuhan dan analisa prioritas
seperti pada tabel berikut ini:
96
Tabel 10. Hasil Identifikasi Masalah, Sebab-sebab, Kebutuhan dan Analisa
Prioritas Program
Prio-
Topik
Perincian
ritas
Masalah
Masalah
1.
Tidak adanya
aturan tertulis
yang tegas yang
mengatur hak,
kewajiban dan
sangsi bagi
pengurus dan
anggota.
Sebab – Sebab
Kebutuhan
a. Tidak adanya
payung hukum
yang kuat
1) Kepengurusan, hanya a) Adanya payung
berdasarkan Surat
hukum dari
Tugas Kades
pemerintahan desa
(Peraturan
2) Kepengurusan
Desa/Perdes)
periode sekarang,
tidak pernah melihat b) Penerapan sangsi yang
AD/ART dari
tegas, tanpa pandang
kepengurusan yang
bulu, bagi anggota
lama.
yang merusak jaringan
dan melalaikan
kewajiban
b. Tidak
tertibnya
administrasi
keanggotaan dan
keuangan.
1) Banyaknya
pemakai/pemanfaat
jaringan air bersih
yang tidak terdaftar
secara resmi
a) Pendataan ulang
sekaligus penertiban
anggota/konsumen
b) Keterbukaan
pengelolaan
2) Tidak lancarnya
keuangan, baik tertulis
iuran wajib bulanan
maupun melalui
anggota
laporan dalam forum
pertemuan
3) Tidak adanya laporan
rutin pengelolaan
keuangan
2.
Kurang
a. Kurang menjalin 1) Keterbatasan struktur a) Bantuan pembinaan
teknis administrasi,
terjalinnya
kemitraan dan
kelembagaan
kerjasama dengan
jejaring dengan
pengelolaan dan
stakeholders
stakeholders yang
pinjaman dana lunak
terkait.
dari stakeholders yang
terkait
3.
Kurangnya
pemeliharaan
sarana dan
prasarana
pengelolaan air
bersih
a. Tidak teraturnya 1) Jaringan
dengan a) Perbaikan dan atau
jaringan induk
sistem
gravitasi,
rehabilitasi jaringan
dan atau jaringan
tetapi
tidak
induk serta jaringan
ke anggota
memfungsikan
yang ke
meteran dan atau
anggota/konsumen.
stop kran di setiap
b) Pola distribusi air
anggota
bersih yang adil dan
2) Perbaikan jaringan
merata, dengan sistim
yang dilakukan oleh
sementara
individu
atau
menggunakan stop
kelompok,
tanpa
kran, melalui bak
sepengetahuan
penampung kelompok
pengurus
kecil (10-20 anggota)
b. Tidak
1) Sistim jaringan pipa a) Memperoleh jaringan
induk yang langsung
air bersih yang lancar,
97
berfungsinya bak
penampung Desa
c. Berkurangnya
debet air bersih di
musim kemarau
d. Tidak adanya
tempat pelayanan
anggota dalam
melaksanakan
iuran wajib
bulanan
4.
Keterbatasan
Kapasitas
Anggota
a. Kurang
optimalnya
partisipasi
anggota dalam
kemandirian
ke bak penampung
tidak difungsikan.
a) Penambanahan debet
1) Kurangnya
air bersih, dengan
pemeliharaan sumber
penambahan sumber
air dengan
air melalui usulan ke
ekosistemnya.
pemerintahan daerah
1) Tidak berfungsinya
bangunan eks
sekretariat Pokmair
Sayom, karena telah
disewa kepada
pedagang pasar
a) Adanya Sekretariat
Pengelola Air Bersih
1) Kurangnya
memahami jaringan
air bersih pedesaan
dengan sistem
gravitasi
a) Pengetahuan tentang
jaringan air bersih
pedesaan dengan
sistem gravitasi oleh
stakeholders yang
terkait.
2) Tidak adanya forum
pertemuan secara
berkala antara
pengurus, anggota
dan pemerintahan
desa
3) Ketidakpuasan
terhadap pelayanan
pengurus dalam
mengatur distribusi
air yang adil dan
merata, pengelolaan
keuangan yang
transparan dan
penerapan sangsi
yang tegas bagi
anggota yang tidak
membayar iuran
bulanan.
5.
Keterbatasan
Kapasitas
Pengurus
a. Keterbatasan
ketrampilan
pengelolaan air
bersih dengan
sistem jaringan
pipanisasi
pedesaan.
b. Lemahnya
melalui bantuan bak
penampung induk
1) Pengurus ditunjuk,
tidak berdasarkan
kapasitas
ketrampilan dan
pengalaman
b) Mendapatkan laporan
perkembangan
pengelolaan dan
adanya kesempatan
memberikan masukan
informasi ke pengurus
c) Adanya ketegasan
pengurus dalam
mengatur distribusi air
bersih secara adil dan
merata, membuat
laporan keuangan baik
lesan maupun tertulis
dalam forum
pertemuan, penerapan
sangsi bagi anggota
yang tidak membayar
iuran bulanan
a) Pengurus yang “pinter,
kober dan bener”
( pandai; bersedia dan
selalu menyempatkan
tenaga, pikiran,
waktu; dapat
dipercaya)
2) Tidak adanya
pendampingan dan
pembinaan teknis
secara
berkesinambungan
dari stakeholders
terkait.
b) Adanya
pendampingan teknis
dari stakeholders
terkait secara
berkelanjutan
3) Kepengurusan
c) Kepengurusan yang
98
profesionalitas
pengurus
berdasarkan
formalitas Surat
Tugas Kades, tanpa
didukung adanya
kepastian
mendapatkan
finansial (honor)
yang layak
profesional dan dasar
hukum yang kuat.
Sumber: Hasil Olah Data dari wawancara, diskusi kelompok dan FGD, 2008
Penyusunan Rencana Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Menindaklanjuti pelaksanaan diskusi kelompok terfokus atau Focus Group
Discussion (FGD), setelah bersama-sama melakukan kegiatan mengidentifikasi
dan menyusun skala prioritas permasalahan dan kebutuhan tersebut di atas,
kemudian dilanjutkan menyusun rancangan program pengembangan kapasitas
kelembagaan pengelolaan air bersih berbasis masyarakat. Selanjutnya dengan
menggunakan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dilaksanakan
penyusunan program pengembangan kapasitas kelembagaan pengelolaan air
bersih berbasis masyarakat dalam upaya pengelolaan yang lebih profesional yang
mensinergikan faktor sosial, ekonomi dan ekologis sehingga kebutuhan air bersih
masyarakat untuk keperluan rumah tangga dapat terpenuhi secara adil dan merata
serta mandiri, berkelanjutan.
Adapun program yang akan dilaksanakan, yaitu :
1. Program Penguatan Struktur Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih
Berbasis Masyarakat
Latar Belakang
Sejak berdirinya Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih Masyarakat yaitu
Kelompok Pemakai Air Bersih (Pokmair) Sayom tahun 2000, walaupun didukung
dengan adanya kebijakan program pemerintah dalam pembangunan dan perbaikan
sarana air bersih dari sumber air “Sayom”, “Putri”, “Lemper”, ternyata sampai
saat penelitian dan penyusunan KPM, masih terjadi distribusi air bersih yang tidak
merata, dimana anggota yang posisi rumahnya lebih dekat dengan jaringan maka
distribusi air akan selalu lancar sedangkan yang posisinya paling akhir atau tidak
99
menguntungkan selalu kekurangan air bersih. Hal ini berdampak pada krisis
kepercayaan pada pengurus Pokmair di setiap periode.
Kelompok Pemakai Air Bersih (Pokmair) Sayom yang telah berjalan selama
delapan tahun, melalui proses pengelolaan melewati tiga kali pergantian
kepengurusan, dengan satu kali masa transisi. Dalam proses masa kepengurusan,
hampir disetiap periodenya mengalami permasalahan yang berkaitan dengan
keterbatasan kapasitas kelembagaannya, baik yang menyangkut sarana dan
prasarana; anggaran; norma/aturan; jejaring kerjasama.
Adapun dalam pengelolaan air bersih di Desa Bumijawa, tidak mampu
mensinergikan aspek sosial, ekonomi dan ekologis karena yang lebih dominan
pada penekanan aspek sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya iuran bulanan,
baik yang kaya dan miskin maupun penggunaan banyak/sedikit sama saja tiga
ribu rupiah. Disisi lain aspek ekonomi dimana pemeliharaan dan perbaikan
jaringan itu mahal dan memerlukan biaya tinggi kurang diperhatikan yang
seharusnya mampu menggali swadaya melalui iuran bulanan dengan sistim
meteran sesuai dengan penggunaannya. Sedangkan aspek ekologis juga kurang
mendapatkan perhatian, baik yang menyangkut kebiasaan hemat air maupun
keberlangsungan ekosistem di sekitar sumber air Sayom, Putri maupun Lemper.
Tujuan Program
Tujuan secara umum adalah menguatkan struktur kelembagaan pengelolaan
air bersih masyarakat agar lebih profesional dengan mensinergikan aspek sosial,
ekonomi dan ekologis.
Sasaran Program
Sasaran Program adalah Pengurus dan Anggota Pokmair Sayom.
Kegiatan dan Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan yang diusulkan untuk dapat mencapai tujuan program terinci
seperti pada tabel 11 berikut ini:
Tabel 11 Rencana Kegitan-kegiatan dalam Pelaksanaan Program Penguatan Struktur Kelembagaan Pengelolaan Air Bersih
Berbasis Masyarakat
No
Masalah
Kegiatan
1.
Lemahnya
 Penyusunan dan
Dasar hukum
Penetapan Perdes
pengelolaan air
dan AD/ART
bersih oleh
Pokmair
Sayom
Tujuan
 Adanya kekuatan hukum
yang kuat tentang
kelembagaan
pengelolaan air bersih
berbasis masyarakat
yang lebih profesional
Pelaksana
Metode
 BPD
 Diskusi
 Pemerintahan desa
 Curah Pendapat
 Tatap Muka melalui
 Kepala
Desa
Dinas Instansi
Pendukung
Waktu
Pelaksanaan
Sumber
Dana
JanuariApril 2009
ADD
Januari –
April 2009
ADD dan
Swadaya.
AprilDesember
2009
ADD
forum pertemuan
 Pengurus
 Terbentuknya struktur
kelembagaan
pengelolaan air bersih
yang sesuai dengan
Perdes dan AD/ART
2.
Kurang
tertibnya
administrasi
keanggotaan
 Pemetaan dan
Registrasi ulang
anggota
 Dapat memperhitungkan
kebutuhan air bersih,
antara jumlah debet air
yang ada dengan jumlah
anggota
 Perangkat
Desa
 Pengurus
pengelola
air bersih
 Tertib administrasi
keanggotaan/konsumen
air bersih
3.
Kurangnya
menjalin
jejaring
kemitraan
dengan
stakeholders
Penyusunan
program kemitraan;
penerapan sistim
meteran,
penghijauan,
pendampingan .
FGD, 18 Nopember 2008
Dapat melaksanakan
program kemitraan
dengan stakeholders
yang saling
menguntungkan
 Kepala
Desa
 Pengurus
 Wawan muka
 Pemerintahan Desa
 Tatap Muka
 Pemetaan
keanggotan
berdasarkan wilayah
pemukiman
 Pendampingan
 Dinas Kesehatan.,
teknis, Administrasi, Asper Perhutani,
Keuangan
UPTD
Tanbunhut,BKM
 Tatap muka melalui
Satria
forum pertemuan
101
2. Program Peningkatan Partisipasi Anggota dalam Kemandirian
Latar Belakang
Penggunaan sistim meteran jaringan air bersih melalui pipa yang ada di
Desa Bumijawa dilakukan pada awal pengelolaan oleh Pokmair Sayom, dengan
biaya terendah per meter kubik dua ratus rupiah dan dengan tarif bulanan minimal
sebesar tiga ribu rupiah. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi dana kemandirian
anggota, termasuk membiasakan perilaku hemat air bagi anggota.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, termasuk
bertambahnya anggota, tetapi kurang diantisipasi dengan adanya penurunan debet
air (terutama di musim kemarau), sehingga menimbulkan krisis air bersih.
Keterbatasan kemampuan pengurus dalam mengatasinya, mengakibatkan ketidak
puasan anggota, sehingga secara umum sistim meteran tidak difungsikan lagi,
apalagi banyak anggota/kelompok yang memperbaiki atau mengubah jalur
jaringan, yang justru merugikan anggota lainnya.
Hal tersebut di atas, mengakibatkan jaringan air bersih semakin tidak
teratur, rusaknya sistim gravitasi karena anggota tidak menggunakan sistim
meteran, sehingga bagi anggota yang distribusi airnya lancar semakin tak
terkendali, sementara anggota/kelompok yang posisinya tidak menguntungkan
semakin tidak kebagian distribusi air.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu lima tahunan, dimana banyak
anggota merasakan kurangnya pelayanan pengurus dengan pengelolaan yang tidak
profesional, sehingga terjadi krisis kepercayaan, begitupun juga terjadi pada
anggota dimana rendahnya partisipasi dalam kemandirian, bisa dilihat dari
kewajiban iuran bulanan hanya masuk maksimal tiga puluh persen, termasuk
menurunnya perilaku hemat air karena tarif bulanan tidak tergantung jumlah
pemakaian, tetapi dengan sistim rata-rata tiga ribu rupiah per bulan.
Karena pengelolaan air bersih sangat membutuhkan dana kemandirian guna
keperluan biaya pemeliharaan dan perbaikan jaringan serta biaya operasional
pengelolaannya, sehingga perlu adanya upaya meningkatkan partisipasi anggota
dalam kemandirian melalui iuran wajib bulanan, maka diperlukan program
102
sosialisasi pelaksanaan Perdes dan AD/ART sehingga memberikan kesadaran
untuk melaksanakan kewajiban sebagai anggota, mengikuti penyuluhan/KIE
tentang jaringan air bersih pedesaan melalui sistim gravitasi, dan terjadwalnya
pelaksanaan pertemuan rutin bulanan antara anggota dan pengurus.
Tujuan
Meningkatnya partisipasi anggota dalam bentuk dana, pikiran, tenaga,
proses pengambilan keputusan, dukungan sehingga akan meningkatkan kebiasaan
hemat air, keswadayaan melalui kewajiban iuran bulanan serta kepedulian pada
pelestarian sumberdaya air.
Sasaran
Sasaran program ini ialah seluruh anggota Pokmair Sayom dan atau yang
memanfaatkan jaringan pipanisasi air bersih dari sumber air Sayom, Putri,
Lemper.
Kegiatan dan Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang diusulkan untuk dapat mencapai tujuan program terinci
seperti pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Rencana Kegiatan-kegiatan dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Partisipasi Anggota dalam Kemandirian
No
Masalah
1.
Kurang
partisipasi
anggota dalam
kemandirian
Kegiatan
Tujuan
 Sosialisasi dan
Pelaksanaan
Perdes dan
AD/ART tentang
Pengelolaan Air
Bersih Berbasis
Masyarakat.
 Memahami dan
 Penyuluhan/KIE
tentang Jaringan
Air Bersih Pipa
Pedesaan melalui
Pengelolaan Air
Bersih Berbasis
Masyarakat
 Meningkatkan
 Pertemuan rutin
bulanan antara
anggota dan
pengurus
 Meningkatkan
FGD, 18 Nopember 2008
memperoleh hak serta
melaksanakan
kewajiban sebagai
anggota
Pelaksana
Metode
 BPD
 Kepala Desa
 LKMD
 Pengurus
 Ceramah
 Tanya Jawab
 Diskusi
 Rapat tingkat
Pengelola
Air Bersih
 Kepala Desa
pengetahuan dan
kesadaran tentang
pemanfaatan jaringan
air besih pipa pedesaan
dengan sistim gravitasi
untuk memenuhi
kebutuhan air bersih
masyarakat dengan
mensinergikan aspek
sosial, ekonomi dan
ekologis.
partisipasi dalam forum
pertemuan anggota dan
pengurus maupun iuran
wajib bulanan
 Pengurus
pemerintahan
desa
Dinas Instansi
Pendukung
 Pemerintahan
Waktu
Pelaksanaan
Sumber
Dana
April‘09
ADD
April-Mei ‘09
ADD
desa
 Pemerintah
Kecamatan
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya Jawab
 Pemerintahan
 Diskusi
 Tanya Jawab
 Musyawarah
 Pemerintahan  Januari-
Desa
 Pemerintahan
Kecamatan
 Dinas
Kesehatan
Desa
Desember
Swadaya
104
3. Program Peningkatan Ketrampilan Pengelolaan Air Bersih bagi Pengurus
Latar Belakang
Sistim jaringan air bersih melalui pipa yang ada di Desa Bumijawa pada
awal pengelolaan oleh Pokmair Sayom, ialah sistim gravitasi, dengan
menggunakan meteran. Distribusi air mengalir ke anggota/konsumen, langsung
melalui jaringan induk sesuai dengan posisi rumah atau pemukiman dan apabila
berputar terus langsung ke bak penampung induk desa.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, termasuk
bertambahnya anggota, tetapi kurang diantisipasi dengan adanya penurunan debet
air (terutama di musim kemarau), sehingga menimbulkan krisis air bersih.
Keterbatasan kemampuan pengurus dalam mengatasinya, mengakibatkan ketidak
puasan anggota, sehingga secara umum sistim meteran tidak difungsikan lagi.
Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu lima tahunan, dimana banyak
anggota merasakan kurangnya pelayanan pengurus dengan pengelolaan yang tidak
profesional, sehingga terjadi krisis kepercayaan. Kesemuanya karena keterbatasan
kapasitas pengurus, maka perlunya program pelatihan manajemen dalam
mengelola air bersih pedesaan, program pendampingan teknis, studi banding bagi
pengurus untuk mewujudkan pengelolaan air bersih berbasis masyarakat yang
profesional, mandiri dan berkelanjutan.
Tujuan
Meningkatnya kapasitas pengurus dalam rangka meningkatkan kualitas
pengelolaan dan pelayanan melalui kelembagaan pengelolaan air bersih berbasis
masyarakat yang mensinergikan aspek sosial, ekonomi dan ekologi.
Sasaran
Sasaran program ini ialah Pengurus Pengelola Air Bersih/Pokmair Sayom
Kegiatan dan Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang diusulkan untuk dapat mencapai tujuan program terinci
seperti pada tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Rencana Kegiatan-kegiatan dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Ketrampilan Pengelolaan Air Bersih bagi
Pengurus
No
Masalah
1.
Kurangnya
ketrampilan
managemen
dalam
mengelola
jaringan air
bersih
masyarakat
Kegiatan
 Pendampingan
Teknis
 Pelatihan UPS Air
Bersih
 Studi Banding
Tujuan
Pelaksana
Metode
 Meningkatkan
 UPTD
 Pendampingan  Pemerintah
ketrampilan
manajemen dalam
mengelola jaringan air
bersih masyarakat
 Kepala Desa
 Adanya pengelolaan air
 Pemerintah
bersih berbasis
masyarakat yang lebih
profesional dengan
mensinergikan aspek
sosial, ekonomi dan
ekologis
 Mampu menerapkan
sistim
pengelolaan/manajemen air bersih berbasis
masyarakat
(Administrasi, maupun
teknis) yang sudah
berhasil di suatu
wilayah
Sumber : Hasil Olah Data FGD, 18 Nopember 2008
Dinas Instansi
Pendukung
Waktu
Pelaksanaan
Sumber
Dana
Juni 2009
ADD
Kecamatan
Puskesmas
APBD II
 Dinas
Kesehatan
Kecamatan
Pengurus
 Ceramah
 Badan PM
dan Desa
 Diskusi
Kab. Tegal
 Tanya Jawab
Studi Banding
Pemerintahan
Desa
Agustus 2009
ABPD
Oktober 2009
Swadaya
106
4. Program Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Air bersih dan Jaringannya
Latar Belakang
Keberadaan sumber air yang selama ini dimanfaatkan, yaitu sumber air
Sayom dan sumber air Putri, dan pada saat penelitian berlangsung pengurus
bekerjasama dengan Kepala Desa, memanfaatkan sumber air Lemper (Selama ini,
setelah terkena bencana alam awal tahun 2007, tidak dimanfaatkan) dengan
memasang jaringan pipa baru yang langsung dimasukan ke bak penampung Induk
Desa, berdasarkan perhitungan jumlah debet air tersebut saat musim kemaraupun
sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh anggota, termasuk
dengan memperhitungkan pemakaian masyarakat RW VII (lokasi sumber air),
tetapi pada kenyataan kebutuhan air bersih tidak bisa terpenuhi atau distribusi air
tidak merata.
Pada awal pembentukan kelompok pengelola air bersih oleh masyarakat,
bahwa jaringan menggunakan sistim gravitasi dengan menerapkan kepada semua
anggota memakai meteran, tetapi pada perkembangan selanjutnya alat meteran
tidak difungsikan, sehingga pemakaian tidak terkendali. Hal inilah diantaranya
penyebab distribusi air bersih tidak merata, mengingat kondisi alam yang tidak
datar, ada posisi konsumen yang diuntungkan disisi lain ada yang dirugikan,
apalagi dalam perjalanannya banyak anggota atau kelompok yang memperbaiki
bahkan membuat jaringan baru tanpa sepengetahuan pengurus yang cenderung
merugikan anggota/konsumen lainnya.
Dengan adanya program penguatan kelembagaan melalui perangkat lunak,
seperti Perdes, AD/ART, termasuk revitalisasi pengelolaannya yang lebih
profesional, sehingga adanya ketegasan aturan dan penegakkan disiplin dalam
memanfaatkan jaaringan air bersih, maka perlu kiranya dibarengi dengan
penertiban jaringan secara keseluruhan dengan sistem gravitasi sekaligus
memfungsikan kembali bak penampung induk yang dapat menampung 250 m3.
107
Tujuan Program
Tujuan secara umum, agar seluruh jaringan induk dan jaringan ke
konsumen/anggota/kelompok dapat tertata dengan tertib tanpa ada kebocoran dan
dapat dideteksi melalui denah/gambar jaringan melalui sistim gravitasi, serta
memfungsikan kembali bak penampung induk Desa. sehingga dapat menampung
sumber air lemper untuk dapat mengatasi kelompok-kelompok masyarakat yang
mengalami distribusi air tidak lancar.
Sasaran Program
Seluruh Sumber Air Sayom, Putri, Lemper dan jaringan induk serta jaringan
yang ke konsumen/anggota/pengguna (bukan anggota).
Kegiatan dan Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang diusulkan untuk dapat mencapai tujuan program terinci
seperti pada tabel 14 berikut ini:
Tabel 14. Rencana Kegiatan-kegiatan dalam Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Air Bersih serta
Jaringannya
No
Masalah
Kegiatan
Tujuan
Pelaksana
Metode
1.
Tidak
teraturnya
jaringan induk
dan jaringan ke
konsumen atau
anggota
 Penataan dan
rehabilitasi
jaringan Induk
dan jaringan ke
anggota melalui
penggunaan
sistim meteran
 Sterilisasi jaringan
 Pengurus
 Pengerjaan
induk dari penggunaan
jaringan liar (tanpa
sepengetahuan
pengurus) dan
merugikan jaringan
lainnya
Pengelola air
bersih
 Kepala Desa
secara swadaya
Dinas Instansi
Pendukung
 Pemerintahan
Desa
 Pemasangan
 Bak Penampung Induk
jaringan baru dari Desa dapat berfungsi
sumber air
kembali, yang dapat
Lemper yang
mengatasi pemerataan
pola distribusi air bersih
langsung
dialirkan ke bak
penampung desa  Pola distribusi air bersih
yang adil dan merata,
untuk menambah
melalui bak penampung
debet air.
atau jaringan khusus
kelompok-kelompok
Maret –
Desember ‘09
ADD,
Swadaya
Karya
 LKMD
MaretDesember 2009
masyarakat dengan
menggunakan sistim
gravitasi yang hemat
air, melalui kelompokkelompok kecil.
Tidak
berfungsinya
Bak
Penampung
Induk Desa.
Sumber
Dana
 PU Cipta
 Jaringan air bersih
2.
Waktu
Pelaksanaan
 Pengurus
Pengelola air
bersih
 Kepala Desa
 Pengerjaan
 Pemerintahan
secara swadaya
Desa
Desember ‘08
ADD dan
Swadaya.
kecil (10-20 anggota)
3.
4.
Berkurang-nya
debet air di
musim
kemarau
Tidak adanya
kantor
sekretariat
Pengelola Air
Bersih
 Memenuhi kebutuhan air  Kades
bersih masyarakat, untuk
 BPD
mengantisipasi
meningkatnya
 LKMD
konsumen/anggota
(jumlah penduduk).
 Pengurus
 Penghijauan
 Terpeliharanya
Pengelola air
sekitar sumber air ekosistem di sekitar
bersih
dengan tanaman
sumber air
 Karang Taruna
karet bulu atau
tanaman keras
lainnya.
 Proyek
 Pemdes
 PL
 PU Cipta
Karya
 Rehab ringan dan  Adanya Kantor
Pengecatan eks
Sekretariat Pengelola
Kantor
 Adanya sarana
Sekretariat
koordinasi antar
Pokmair Sayom
pengurus dan antara
pengurus dengan
anggota.
 Penugasan
 Pemdes
 Kerja bakti
 UPT Pasar
 Pembangunan
sarana air bersih
dan jaringannya
melalui sumber
“Tini”
 Adanya tempat
pelayanan iuran bulanan
Sumber : Hasil Olah Data FGD, 18 Nopember 2008
 Pengurus
Pengelola air
bersih
 Swadaya
 Kerja Bakti
 Pekan
Penghijauan
 Tanbun-hut
 Asper
Perhutani
Desember 2008Desember 2009
Swadaya
Sepanjang
musim hujan
Swadaya,
dana Dinas
(APBD)
April 2009
Kas Pokmair
dan ADD
APBD
 Dinas
Kesehatan
 Gerakan Peduli
sumber Air
110
Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi pelaksanaan program tersebut di atas, diperlukan untuk
pengumpulan informasi bahan bagi penyempurnaan dan melakukan koreksi
terhadap kesalahan yang telah dilakukan. Dengan demikian evaluasi dilakukan
bukan hanya pada saat program telah berakhir, melainkan dapat juga dilakukan
pada saat program sedang berjalan.
Kegiatan evaluasi sebelum program dilaksanakan, berarti melakukan
penilaian terhadap desain program yang dibuat dan kelayakan program, yang
dimungkinkan dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan desain program;
evaluasi pada saat program berjalan, untuk menilai pelaksanaan yang sedang
dilaksanakan, termasuk penggunaan teknik dan metode pelaksanannya, sehingga
lebih awal kelemahan atau penyimpangan dalam pelaksanaan program; evaluasi
setelah program untuk menilai keberhasilan atau kegagalan keseluruhan program,
sekaligus dapat digunakan untuk bahan penyusunan laporan akhir dari
pelaksanaan program dan sekaligus sebagai pertanggungjawaban profesional atas
pelaksanaan program yang bersangkutan.
Hasil tindak lanjut dari FGD, mengenai implementasi penyusunan program
yang sudah dilakukan, yaitu membentuk Tim Perumus Peraturan Desa (Perdes)
dan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga tentang Pengelolaan Air
Bersih Berbasis Masyarakat, yang dapat dilihat pada lampiran tujuh, halaman 146.
Hasil
rancangan Perdes
diserahkan
kepada
Kepala
Desa
dan
Badan
Permusyawaratan Desa, yang kemudian untuk ditetapkan sebagai Perdes
Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat, sedangkan rancangan AD dan ART
akan dipaparkan dalam Rapat tingkat Pemerintahan Desa, yang lebih lanjut akan
ditetapkan dalam forum sidang tersebut. Mengenai hasil rancangan Perdes tentang
Pengelolaan Air Bersih Berbasis Masyarakat dapat dilihat pada lampiran delapan,
halaman 149 sampai 161.
111
Penentuan Waktu Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan dengan baik atau
belum, apakah tujuan suatu program telah tercapai apa belum, maka perlu
dilakukan evaluasi
terhadap
pelaksanaannya.
Adapun penentuan waktu
monitoring dan evaluasi, disesuaikan dengan waktu pelaksanaan program tersebut
di atas, dimulai dari awal hingga setelah pelaksanaan program berakhir.
Penentuan Pelaku Evaluasi
Adapun pelaksana evaluasi terhadap pelaksanaan program, adalah Kepala
Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa (LKMD) dan pihak-pihak yang terkait sesuai dengan kebutuhan evaluasi
terhadap program bersangkutan.
Download