Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) Jurnal KBP Volume 1 - No. 2, September 2013 PENGARUH HARGA DAN RISIKO SAHAM TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Rizka Hadya STIE “KBP” Padang ([email protected]) ABSTRACT The object of research focusing on companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009. Parameters are often used to measure the liquidity of a stock is trading volume, rate spreads, information flow, number of shareholders, number of shares outstanding, and the magnitude of transaction costs. The problem to be studied is limited to the issue of liquidity as seen from the volume of stock trading. And limited to seeing some of the factors that affect the price and liquidity risk. The purpose of this research was conducted to analyze: 1) The effect on the liquidity of the stock price of shares in companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2008-2009. 2) The effect of liquidity risk on the stock to the companies listed in Indonesia Stock Exchange 20082009. The population in this study are listed companies in Indonesia Stock Exchange 2008-2009 period and obtained a sample of 92 companies. The result is: 1.) The stock price had a positive effect on liquidity is not significant shares in companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009 2.) Risk stock with a gauge variant gives a positive and significant effect on the liquidity of shares in companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009. Keywords: Stock Price, Risk, and Liquidity PENDAHULUAN Investasi adalah komitmen sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang (Tandelilin, 2001: 3). Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan, baik itu berupa kenaikan harga saham maupun sejumlah deviden dimasa yang akan datang. Dalam melakukan proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara 208 return yang diharapkan dengan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada asset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi. Disamping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung. Setiap investasi dipastikan terdapat adanya risiko. Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 Likuiditas juga merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan investor dalam pengambil an keputusan investasi selain dua faktor lainnya seperti return dan risiko. Untuk menekankan pentingnya karakteristik likuiditas ini, Handa dan Schwartz (1996) dalam Frensidy (2008) merasa perlu untuk membuat pernyataan berikut, “Investors want three things from the markets: liquidity, liquidity, and liquidity.” Pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan atau dengan kata lain mengalami kesulitan likuiditas. Saham yang tidak likuid dapat dikenakan delisting atau dikeluarkan dari bursa efek (Setiyanto, 2006). Saham yang tidak likuid akan menyebabkan kehilangan kesempatan untuk mendapat keuntungan (gain). Likuiditas secara sederhana menunjukkan kemudahan untuk menjual dan membeli efek pada harga yang wajar. Jadi jika untuk menjual dan membeli sejumlah tertentu saham harus menunggu atau kalau spread antara permintaan dan penjualan relatif besar, atau penjualan saham dalam jumlah relatif besar akan mempengaruhi harga pasar secara substansial, bisa dikatakan bahwa saham tidak likuid. Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan adalah tingkat likuiditas saham tersebut. Semakin cepat suatu asset dapat berubah menjadi uang maka semakin tinggi likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham ditentukan oleh apakah saham tersebut mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan diminati investor. Salah satu daya tarik agar suatu saham diminati investor adalah harga yang murah serta rendahnya biaya komisi transaksi. Masalahnya adalah walaupun kata likuiditas begitu dikenal, namun pemahaman para pelaku pasar akan definisi dan ukuran likuiditas tidaklah sama. Ada yang mengidentikkan likuiditas dengan kemudahan dan kecepatan bertransaksi. Ada juga yang mengaitkannya dengan volume transaksi. Sebagian investor lainnya lebih suka untuk menggunakan biaya transaksi yang rendah sebagai ukuran likuiditas. Terakhir, masih ada investor yang melihat likuiditas dari seringnya terjadi transaksi atau frekuensi perdagangan. Otoritas BEI, sebagai contoh, menggunakan volume, nilai, frekuensi, dan jumlah hari transaksi sebagai ukuran-ukuran likuiditas. Semakin besar volume, nilai, frekuensi, dan jumlah hari transaksi dari sebuah saham, semakin tinggi likuiditas saham itu (Frensidy (2008)). Apabila likuiditas dikaitkan dengan volume perdagangan, maka apabila terjadi kenaikan volume perdagangan akan mengindikasikan terjadinya peningkatan likuiditas. Volume perdagangan saham adalah jumlah total saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu (biasanya kenaikan harga saham diiringi dengan kenaikan volume perdagangan) (Sapto, 2006). Satuan perdagangan saham bisa berbentuk lembar saham, lot atau block sale. volume perdagangan dapat diukur dengan melihat indikator aktivitas volume perdagangan saham (trading volume activity, TVA). Semakin sedikit volume transaksi saham, pasar akan semakin sepi atau tidak ada insentif dengan minat beli atau jual investor. Berikut data perubahan tingkat likuiditas saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008. Yang diukur dengan menggunakan indikator volume perdagangan yaitu trading volume activity (TVA) yang dihitung dengan cara membandingkan volume perdagangan dengan jumlah saham yang beredar. Makin besar TVA menandakan makin besar minat 209 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) investor terhadap saham tersebut dan juga semakin tinggi tingkat likuiditas. Tabel 1. Data Trading Volume Activity (Volume Perdagangan per Jumlah Saham Beredar) Perusahaan yang Terdaftar di BEI periode 2008 Nama perusahaan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Adhi Karya (Persero) Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Bakrie & Brothers Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Akhasha Wira Internasional Tbk 0,0519 0,0030 0,1092 0,1017 0,0060 0,0179 0,0001 0,1123 0,0804 0,0026 0,0299 0,0001 0,0450 0,0574 0,0011 0,0647 0,0011 0,0821 0,0613 0,0017 0,1254 0,0012 0,0590 0,0445 0,0033 0,0577 0,0045 0,0001 0,0450 0,0324 Sumber: www.idx.co.id dan diolah Dari tabel 1 terlihat bahwa likuiditas saham suatu perusahaan mengalami perubahan setiap waktunya. Seperti yang terlihat pada PT Bakrie & Brothers Tbk, terjadi kenaikan TVA dari 0,10992 pada bulan Januari menjadi 0,11230 pada bulan Februari, peningkatan ini mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan likuiditas. Pada bulan Maret, Saham PT Bakrie & Brothers Tbk dapat dikatakan terjadi penurunan TVA menjadi 0,04503. Penurunan TVA ini mengindikasikan adanya penurunan likuiditas perusahaan. Peningkatan dan penurunan ini terus terjadi setiap waktunya yang mencerminkan minat beli investor terhadap saham tersebut. Fluktuasi ini juga terjadi pada perusahaan-perusahaan yang lainnya. Perubahan pada likuiditas saham dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah harga saham. Harga saham merupakan salah satu hal mendasar yang diperhatikan oleh investor dalam menginvestasikan dananya. Harga saham mengandung informasi mengenai kinerja perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi investor dalam menginvestasikan dananya. Pada saat harga rendah akan menyebabkan investor kurang berminat untuk membeli saham tersebut. Begitu juga pada saat harga dianggap terlalu tinggi. 210 Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan pada likuiditas saham perusahaan tersebut. Perubahan tajam dalam volume perdagangan saham juga dipercaya sebagai tanda dari kenaikan atau penurunan tajam dalam harga, karena mencerminkan minat investor dalam membeli saham (Oppi, 2006 dalam Vera (2009)). Fluktuasi harga saham dapat berupa kenaikan harga saham (apresiasi), atau penurunan harga saham (depresiasi). Apresiasi menyebabkan peningkatan pada likuiditas saham, sedangkan depresiasi berdampak pada penurunan tingkat likuiditas saham. Selain harga, faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas adalah risiko yang diukur dengan varian. Risiko yang dimaksudkan disini adalah risiko yang timbul akibat adanya fluktuasi harga saham. Pada saat harga naik, hal ini akan menberikan keuntungan kepada investor. Namun pada saat harga turun, dapat memberikan kerugian kepada investor. Apabila risiko suatu saham dianggap terlalu tinggi, yang akan dilakukan oleh seorang investor adalah menghentikan pembeliannya terhadap saham tersebut. Hal ini akan menurunkan jumlah volume perdagangan saham dan berakibat pada menurunnya tingkat likuiditas saham tersebut. Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 Pada umumnya hampir semua Karena investor menghadapi investasi mengandung unsur kesempatan investasi yang berisiko, ketidakpastian atau risiko. Investor pilihan investasi tidak dapat hanya tidak tahu dengan pasti hasil yang akan mengandalkan pada tingkat keuntungan diperolehnya dari investasi yang yang diharapkan. Apabila investor dilakukan. Dalam keadaan semacam itu mengharapkan untuk memperoleh dikatakan bahwa investor tersebut tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia menghadapi risiko dalam investasi yang harus bersedia menanggung risiko yang dilakukannya. Yang bisa ia lakukan tinggi juga. adalah memperkirakan berapa Berikut data perusahaankeuntungan yang diharapkan dari perusahaan yang terdaftar di BEI tahun investasinya, dan seberapa jauh 2008 yang memperlihatkan pengaruh kemungkinan hasil yang sebenarnya harga dan risiko saham terhadap nanti akan menyimpang dari hasil yang likuiditas saham. diharapkan. Tabel 2 Data Harga, Risiko dan Likuiditas Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEI periode 2008 Nama Perusahaan Adhi karya Tbk Asahimas F.G Tbk Bakrie & Brothers Tbk Indofood S.M Tbk Akhasha Wira Int. Tbk Harga (Rp) 558,7 2.515 331 2.085 552 2008 Likuiditas 0,0548 0,0254 0,0641 0,0668 0,0061 Varian 0,0710 0,0175 0,0761 0,0256 0,2680 Harga (Rp) 379,6 1.627 88 2.104 556 2009 Likuiditas 0,1763 0,0028 0,2534 0,1036 0,4014 Varian 0,0095 0,0031 0,0553 0,0221 0,0671 Sumber: www.idx.co.id dan data diolah Dari tabel 2 terlihat bahwa harga dan risiko dapat menyebabkan terjadinya fluktuasi pada likuiditas perusahaan. Seperti yang terjadi pada perusahaan Akhasha Wira Internasional Tbk, pada tahun 2008 harga sahamnya sebesar Rp 552 dengan risiko fluktuasi saham sebesar 0,2680 menyebabkan kecilnya likuiditas saham tersebut yaitu sebesar 0,0061. Namun, di tahun 2009 harga saham sebesar Rp 556 dengan penurunan risiko fluktuasi harga sebesar 0,0671 menyebabkan terjadinya peningkatan likuiditas saham tersebut menjadi 0,4014. Pada perusahaan Adhi Karya (persero) Tbk, tahun 2008 harga sahamnya sebesar Rp 558,7 dengan risiko fluktuasi harga sahamnya sebesar 0,07102 memiliki likuiditas saham sebesar 0,0548. Pada tahun 2009 harga saham sebesar Rp 379,6 yang menyebabkan terjadinya peningkatan likuiditas saham menjadi sebesar 0,17632 dengan risiko fluktuasi harga yang mengalami penurunan menjadi 0,00953. Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah Likuiditas suatu perusahaan berfluktuasi setiap waktunya, yang menggambarkan minat beli investor terhadap saham tersebut yang dapat disebabkan oleh harga saham dan risiko saham tersebut. Harga saham mengandung informasi mengenai kinerja dari sebuah perusahaan. Hal ini akan berdampak pada minat beli investor terhadap saham tersebut. Hal ini akan berdampak pada penurunan likuiditas saham tersebut. Risiko fluktuasi harga cenderung mempengaruhi minat beli investor terhadap saham, yang akan mempengaruhi likuiditas saham tersebut. Apabila risiko fluktuasi saham dianggap tinggi oleh investor, akan 211 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) menyebabkan investor enggan menanamkan modalnya pada saham tersebut sehingga menyebabkan terjadinya penurunan likuiditas saham. Namun tak jarang pada saat risiko yang rendah tidak menyebabkan terjadinya peningkatan pada likuiditas saham. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1. Likuiditas Saham Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Jadi semakin likuid saham maka frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Likuiditas merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan investor dalam pengambilan keputusan investasi selain dua faktor lainnya yaitu return dan risiko. Berikut ini adalah definisi likuiditas yang dikemukakan oleh Robinson dan Wrightman (1991) dalam Adriana (2007): “A major dimension of wealth allocation process the adjustment of liduidity. Liquidity measures the nearsess of a financial asset to cash. Which it self is financial asset differing from all other in that only cash used medium of change. The liquidity of a given financial asset into cash at anytime without taking loss.” Robinson dan Wrightman melihat likuiditas sebagai kedekatan sifat suatu aktiva finansial dengan kas, lazim digunakan sebagai alat tukar. Likuditas diukur dari kemampuan suatu aktiva finansial untuk diubah bentuknya menjadi kas atau sebaliknya pada setiap saat tanpa ada kerugian dan mereka menyatakan bahwa likuiditas adalah suatu dimensi utama dari proses alokasi kekayaan investor. Menurut Horne (2005) definisi likuditas adalah kemampuan untuk 212 merealisasikan nilai kedalam bentuk uang sebagai aktiva yang paling lancar. Namun defenisi ini masih bersifat umum. Menurut E.A Koetin (1994) dalam Adriana (2007) Likuiditas adalah mudahnya saham yang dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme pasar modal. Likuiditas saham baik berarti bahwa setiap saat ia dapat datang ke pialangnya dan menjual sahamnya. a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Saham Tingkat likuiditas di bursa akan didorong oleh unsur-unsur tertentu. Menurut Sunaryah (2000,22) ada beberapa unsur yang mendorong tingkat likuditas saham yaitu: 1. Frekuensi transaksi perdagangan saham Semakin tinggi frekuensi perdagangan suatu saham, semakin likuid saham tersebut. Menurut JSX statistic, suatu saham dapat dikatakan likuid jika frekuensi transaksinya perhari lebih besar dari 97 kali. 2. Fluktuasi harga saham, Fluktuasi harga saham dapat berupa kenaikan harga saham (apresiasi), atau penurunan harga saham (depresiasi). Apresiasi menyebabkan peningkatan pada likuiditas saham, sedangkan depresiasi berdampak pada penurunan tingkat likuiditas saham. 3. Waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi transaksi. Semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi transaksi perdagangan saham, semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Bursa Efek Jakarta telah menerapkan komputerisasi transaksi perdagangan saham menjadi lebih singkat yang pada akhirnya akan meningkatkan Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta. Sunaryah (2000:23) juga mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas saham dibursa, diantaranya faktor-faktor tersebut adalah: 1.) Kinerja perusahaan Salah satu faktor fundamental yang menggambarkan kondisi perusahaan secara finansial adalah kinerja perusahaan. Kinerja (performance) adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu. Seorang investor akan mempertimbangkan faktor fundamental yang salah satunya adalah kinerja perusahaan untuk membuat keputusan transaksi saham. Sekalipun yang lebih penting adalah informasi tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Terlebih lagi terhadap investor yang cendrung mengharapkan deviden atas investasi yang ditanamkannya, kinerja perusahaan yang baik dan berkesinambungan merupakan ukuran yang berpengaruh bagi keputusan membeli saham. 2.) Ukuran perusahaan Salah satu faktor fundamental perusahaan yang juga diperhitungkan adalah ukuran perusahaan. Dari segi keamanan , investor secara relatif akan lebih meyakini perusahaan berukuran besar untuk menanamkan kelebihan dananya daripada perusahaan yang berukuran kecil. 3.) Jumlah saham tercatat Jumlah saham tercatat juga merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap likuiditas saham, karena jumlah saham tercatat dapat mempengaruhi minat beli dan minat jual investor. Meskipun kinerja perusahaan baik, tetapi jumlah sahamnya tercatat kecil, mengakibatkan saham tersebut sulit dimiliki, yang selanjutnya berpengaruh pada likuiditas saham. 4.) Tingkat risiko Tingkat risiko adalah faktor fundamental lainya yang juga dipertimbangkan oleh investor yaitu risiko perusahaan emiten. Dalam analisis rasio keuangan, tingkat risiko biasannya diukur dengan rasio solvabilitas. Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko adalah menggunakan varian return saham, yaitu merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas, yang menunjukkan selisih antara return aktual yang akan diterimanya dengan return yang diharapkan. b. Ukuran Likuiditas Parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham (Conroy et.al, 1990) dalam (Setiyanto, 2006) adalah : 1. Volume perdagangan Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang di perdagangkan dipasar. 2. Tingkat Spread Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui 213 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) parameter perbedaan atau selisih antara harga tertinggi yang diminta untuk membeli dengan harga terendah yang ditawarkan untuk menjual (Bid- Ask Spread), diukur dengan menggunakan persentase. 3. Information flow (aliran informasi). 4. Jumlah pemegang saham. 5. Jumlah saham yang beredar. 6. Transaction cost (besarnya biaya transaksi). Otoritas BEI, sebagai contoh, menggunakan volume, nilai, frekuensi, dan jumlah hari transaksi sebagai ukuran-ukuran likuiditas. Semakin besar volume, nilai, frekuensi, dan jumlah hari transaksi dari sebuah saham, semakin tinggi likuiditas saham itu (Frensidy (2008)). c. Komponen-komponen Likuiditas Saham Menurut Kyle sebagaimana dikutip oleh Eagle dan Lange (1997) dalam Komalasari (2000) memecah likuiditas ke dalam 3 komponen, yaitu: 1.) Kerapatan (tightness) Kerapatan mengacu pada perbedaan harga transaksi dari harga efisien, yaitu harga yang seharusnya terjadi dalam kondisi ekuilibrium. Pedagang efek seringkali menetapkan harga bid dan ask sedikit di atas dan di bawah penilaian asset ekuilibrium. Suatu pasar yang mempunyai likuiditas sempurna berkaitan dengan kerapatan hanya akan terjadi bila spread yang terjadi antara bid dan ask yang ditetapkan adalah nol, sehingga pedagang dapat membeli dan menjual pada harga yang sama. Komponen kerapatan ini seringkali disebut dengan bid-ask spread. 214 2.) Kedalaman (depth) Komponen kedua dari likuiditas adalah kedalaman (depth) adalah volume yang diperdagangkan pada tingkat harga yang terjadi. Secara teknis, bid depth adalah jumlah saham yang akan dibeli oleh spesialis atau dealer pada current bid price, sedangkan ask depth adalah jumlah saham yang akan dijual oleh spesialis atau dealer pada current ask price. Berdasarkan perspektif likuiditas pasar, depth menunjukkan jumlah saham yang diperdagangkan dengan tidak berpengaruh terhadap harga saham. 3.) Resiliensi (resiliency) Komponen likuiditas ketiga adalah resiliensi, yaitu kecepatan suatu harga untuk kembali ke harga efisiensi (ekuilibrium) setelah terjadi penyimpangan atau lompatan harga. Dalam pasar yang sangat likuid, maka harga akan segera kembali ke tingkat efisiensi setelah terjadi lompatan harga yang tidak mempengaruhi harga saham. Namun, komponen ini sangat sulit diukur mengingat arus informasi yang kontinyu masuk ke dalam pasar sehingga sulit untuk mengetahui kecepatan lentingan harga sekuritas untuk kembali ke harga efisien khusus untuk informasi tertentu. Dengan kata lain, sangat sulit untuk mengontrol faktor-faktor lain yang masuk ke dalam pasar. 2. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan dipasar modal yang dihitung perhari, informasi ini sangat Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 berguna sekali bagi investor dalam melihat keadaan pasar modal dimana semakin tinggi volume perdagangan saham maka semakin tinggi tingkat harga saham tersebut. Perubahan tajam dalam volume perdagangan saham dipercaya sebagai tanda dari kenaikan atau penurunan tajam dalam harga, karena mencerminkan minat investor dalam membeli saham (Oppi, 2006) dalam Vera (2009). Sedangkan volume perdagangan saham menurut Sapto (2006) adalah jumlah total saham yang diperdagangkan dalam periode tertentu (biasanya kenaikan harga saham diiringi dengan kenaikan volume perdagangan). Satuan perdagangan bisa berbentuk lembar saham, lot atau block sale. Semakin sedikit volume transaksi saham pasar akan semakin sepi atau tidak ada insentif dengan minat beli atau jual investor. Menurut Cahyono (1997) dalam Vera (2009), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi investor yang nantinya akan mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham ke dalam dua kelompok yaitu: 1.) Faktor-faktor Eksternal: Faktor Fundamental: Kemampuan Manajemen Perusahaan; Prospek Perusahaan dan pemasaran; Perkembangan teknologi; Kebijakan Fiskal Faktor Teknis: Perkembangan Kurs; Keadaan Pasar; Volume Penjualan; Kekuatan Pasar; Intervensi Pemerin tah Faktor Lingkungan sosial, ekonomi dan politik: Tingkat Inflasi; Neraca Pembayaran dan APBN; Kondisi Ekonomi; Keadaan Politik 2.) Faktor Internal: Dalam keputusan BAPEPAM No. Keputusan 22/PM/tanggal 10 April 1991 yang memuat perihal keterbukaan informasi kepada publik, terdapat hal-hal yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham (internal) diantaranya: a. Penggabungan usaha yang berbentuk penyatuan (merger), pembelian saham (acquisition), pembebanan usaha (consolidation), atau pembentukan usaha patungan b. Pemecahan saham (stock split) atau pembagian saham (stock deviden) c. Pendapatan dan deviden yang luar biasa sifatnya d. Produk penemuan baru yang berarti e. Pengumuman deviden atau pembayaran kembali efek yang bersifat hutang. f. Penjualan tambaShan efek pada masyarakat atau secara terbatas berarti jumlahnya. Dalam Hia (2007) dijelaskan bahwa harga dan volume perdagangan saham adalah suatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan, harga saham akan mempengaruhi volume transaksi dan sebaliknya fluktuasi terhadap volume transaksi juga akan mempengaruhi harga saham. Hubungan antara harga saham dan volume transaksi adalah: a. Volume transaksi yang kecil biasanya berkaitan dengan penurunan harga. b. Volume transaksi yang besar biasanya berkaitan dengan kenaikan harga. c. Volume transaksi yang besar biasanya diikuti dengan kenaikan harga. d. Kenaikan volume transaksi dengan jumlah yang besar berkaitan dengan risiko harga yang besar atau penurunan harga. Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan yang penting 215 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar modal akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke bursa efek tersebut. Informasi atau pengumumanpengumuman yang diterbitkan oleh emiten akan mempengaruhi para (calon) investor dalam mengambil keputusan untuk memilih portofolio yang efisien. Suatu informasi dianggap informative jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan (beliefs) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk kepercayaan yang baru dikalangan para investor. Kepercayaan ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply suratsurat berharga. Kepercayaan ini juga ditunjukkan dengan tingkat transaksi perdagangan saham yang dilakukan oleh para investor sehingga mempengaruhi volume perdagangan saham dipasar modal. Volume perdagangan saham dapat diukur dengan melihat indikator aktivitas volume perdagangan saham (trading volume activity) setiap saham yang disampel dihitung volume relatifnya dan kemudian dihitung ratarata volume perdagangan relatif. Volume perdagangan relatif saham dikur dengan aktivitas perdagangan relatif (TVA) yang oleh Foster (1986:375) dalam Vera (2009) dinyatakan sebagai berikut: TVAit = 3. Pasar Efisien Menurut Tandelilin (2001:124) pasar modal yang efisien adalah dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Dalam 216 hal ini, informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang tersedia baik informasi masa lalu dan informasi saat ini. Ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi untuk terciptanya pasar yang efisien, yaitu: 1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit 2. Semua para pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah. 3. Informasi yang terjadi bersifat random 4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. a. Bentuk-bentuk Pasar Efisien Fama (1970) dalam Tandelilin (2001:114) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hipothesis (EMH), yaitu: 1) Efisiensi dalam bentuk lemah (weak form), dalam pasar ini semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. 2) Efisiensi dalam bentuk setengah kuat (semistrong form), merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham disamping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang di publikasikan (seperti earning, dividend, pengumuman stock split, penerbitan saham baru dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 3) Efisiensi dalam bentuk kuat (strong form), dalam pasar ini semua informasi baik yang dipublikasikan atau terpublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saar ini. Pasar dalam bentuk kuat ini tidak ada seorang investor pun yang memperoleh return abnormal. b. Pengujian Pasar Efisien Menurut Tandelilin (2001:116) pengujian terhadap hipotesis pasar efisien pada dasarnya bias dibagi dalam tiga kelompok pengujian berdasarkan klasifikasi hipotesis pasar efisien yang akan diuji, yaitu: 1. Pengujian prediktabilitas return Pengujian ini dilakukan untuk menguji pasar dalam bentuk lemah. Pengujian prediktabilitas return dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a) Mempelajari pola return seasional (harian, mingguan maupun bulanan) b) Mempelajari data return dimasa lalu, baik untuk prediktabilitas jangka pendek maupun jangka panjang. c) Mempelajari hubungan return dengan karakteristik perusahaan. 2. Event studies Event studies merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan debagai suatu pengumuman. Pengujian kandungan informasi dimaksud-kan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Pengujian ini dilakukan untuk mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. Penelitian ini umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk kepasar dapat tercermin pada harga saham. Standar metodologi yang dilakukan dalam event studies ini adalah: 1) Mengumpulkan sampel, yaitu perusahaan-perusahaan yang memiliki pengumuman yang mengejutkan pasar (event). 2) Menentukan hari pengumuman event. 3) Menentukan periode pengumuman 4) Menghitung return masingmasing sampel setiap hari selama periode pengamatan. 5) Menghitung return abnormal yang akan dihitung dengan mengurangi return aktual yang sebenarnya dengan return yang diharapkan. 6) Menghitung rata-rata return abnormal semua sampel setiap hari. 7) Terkadang return abnormal tersebut digabung untuk menghitung return abnormal kumulatif selama periode tertentu. 8) Mempelajari dan mendiskusikan hasil yang diperoleh. 3. Pengujian private information Pengujian ini meliputi pengujian apakah pihak insider perusahaan dan kelompok investor tertentu yang dianggap mempunyai akses informasi lebih baik, dapat memperoleh abnormal return dibandingkan dengan return pasar umumnya. 4. Valuasi/ Penilaian Saham Menurut Husnan (2000:288) dalam Putri (2009), ada beberapa proses penilaian saham: 1. Proses valuasi Harga Saham 217 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) Pada proses ini analisis saham bertujuan untuk menentukan nilai intrinsik suatu saham dan kemudian membandingkan dengan harga saham tesebut saat ini. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut: a) Apabila nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar saat ini, maka harga saham itu dinilai under value (harga terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut dimiliki. b) Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar, maka harga saham tersebut dinilai over value (harga terlalu tinggi) dan karenanya harus dijual. c) Apabila nilai intrinsic sama dengan harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. 2. Model Valuasi Harga Saham Pada proses ini model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi dan variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang harga saham. 3. Analisis Cross Sectional untuk penilaian saham Analisis ini dilakukan terhadap banyak saham untuk periode waktu yang sama. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana posisi suatu saham relative terhadap saham-saham ini dengan menggunakan variabel tertentu. Menurut Sunaryah (2000), ada dua pendekatan dalam menganalisis pasar, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. 1. Analisis teknik Didefinisikan sebagai suatu teknik analisis yang mengunakan data mengenai pasar itu sendiri untuk 218 berusahan mengakses permintaan dan penawaran suatu saham secara keseluruhan. Kesimpulan mengenai analisis teknikal adalah sebagai berikut: a) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan b) Fokus analisis adalah ketepatan waktu penekanannya hanya pada perubahan harga c) Analisis teknikal berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisa pergerakan didalam pasar atau suatu saham d) Pada analisis teknikal cendrung lebih berkonsentrasi pada jangka pendek, karena teknikteknik dalam analisa teknikal dirancang untuk mendeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu pendek. 2. Analisis fundamental Adalah analisis yang mengungkapkan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik, nilai inilah yang diestimasi oleh investor. Hasil estimasi nilai intrinsik ini kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang (current market price). Ada dua pendekatan fundamental yang digunakan dalam menilai saham, yaitu: a) Penilaian dengan pendekatan laba (price earning ratio approach) Menurut Tandelilin (2001) EPS (earning per share) sebagai salah satu komponen dalam menghitung PER merupakan rasio yang digunakan investor untuk menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham atas setiap sahamnya. PER dihitung dihitung dengan rumus: PER = Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 b) Pendekatan nilai sekarang Menurut Tandelilin (2001) hasil sekarang suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas dimasa yang akan datang yang diharapkan investor akan diperoleh dari investasi atas saham tersebut. V=∑ ( ) Ket: V = Value k = Tingkat return yang diharapkan 5. Harga Saham Harga saham adalah harga pasar (market value) yaitu harga yang terbentuk dipasar jual beli saham (Jogiyanto, 1998:69) terlalu sedikitnya informasi yang mengalir ke bursa saham cenderung mengakibatkan harga saham ditentukan tekanan psikologis penjual atau pembeli (tindakan irrasional). Tindakan irrasional ini mengakibatkan suatu pihak untung besar dan pihak lain rugi besar. Hal tersebut bisa terjadi di bursa saham dan tidak salah menurut hukum. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya. Harga saham yang terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi. Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual (Horne, 1997:70). Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham. Harga perusahaan yang wajar merupakan harga yang mencerminkan nilai perusahaan. Untuk itu dalam mengamati kebijaksanaan dalam menetapkan harga saham, manajemen perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan nilai perusahaannya. Menurut Widoadmodjo (1996) faktorfaktor tersebut yaitu: a. Potensi laba dimasa yang akan datang (potensial earnings) Potensi laba tercermin dalam proyeksi kondisi keuangan perusahaan. Jika proyeksi menunjukkan laba yang besar maka investor akan bersedia. b. Nilai Aktiva netto (net asset value) Merupakan nilai seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, yang didasarkan pada hasil penilaian terakhir (bukan nilai buku) dikurangi dengan nilai seluruh kewajiban perusahaan baik yang ada maupun yang timbul kemudian hari. c. Kemampuan membayar deviden (deviden paying capacity) dimasa 219 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) lampau dan dimasa yang akan datang. Hal ini menyangkut berapa lama perusahaan telah membayar deviden, berapa besarnya dan bagaimana kebijaksanaannya dimasa yang akan datang. d. Perbandingan harga saham industri sejenis. Apabila suatu perusahaan baru pertama kali mengadakan emisi saham dan perusahaan belum begitu terkenal dimasyarakat, maka sebaiknya harga yang ditetapkan lebih rendah dari harga saham perusahaan sejenis yang telah go public. 6. Risiko Saham Disamping memperhitungkan return, investor juga perlu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Tandelilin (2001) menjelaskan bahwa Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko suatu investasi. Risiko yang dapat dialami investor atas saham yang dimilikinya antara lain (Darmadji, 2001) yaitu: 1.) Tidak mendapatkan deviden Investor akan memperoleh deviden apabila perusahaan emitennya memperoleh keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak akan memberikan atau membagikan deviden apabila mengalami kerugian. Dengan kata lain kesempatan investor untuk memperoleh deviden tergantung pada kinerka perusahaan emiten. 2.) Capital Loss Pada saat investor menjual sahamnya pada harga yang lebih rendah dibandingkan harga 220 belinya, maka investor tersebut mengalami capital loss. 3.) Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi Jika perusahaan bangkrut, maka secara teoritis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan (dedelist) dari bursa. Dalam kondisi ini, pemegang saham akan menempati urutan terakhir dibandingkan kreditur maupun obligator dalam hal perolehan hak atas asset perusahaan. 4.) Saham Di-Suspend Yaitu diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa. Permodalan tidak dapat menjual sahamnya sehingga suspend tersebut dicabut. Penghentian biasanya berlangsung singkat, misalnya satu sesi perdagangan, hingga beberapa hari. Suspend dilakukan apabila suatu saham mengalami lonjakan yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, ataupun kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa untuk menghentikan sementara perdagangan saham tersebut guna melakukan konfirmasi kepada perusahaan sehingga diperoleh yang lebih jelas. Investor harus mampu menghitung risiko dari suatu investasi. Untuk menghitung besarnya risiko total yang dikaitkan dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, bisa kita lakukan dengan menghitung varians dan standar deviasi return investasi yang bersangkutan. Varians maupun standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas, yang menunjukkan semakin besar penyebaran variabel random diantara rata-ratanya; semakin besar penyebarannya, semakin besar Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 varians atau standar deviasi investasi tersebut. Hipotesis Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan lebih tinggi untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang likuiditasnya rendah. Suatu saham dikatakan likuid yaitu apabila saham-saham tersebut sering diperdagangkan. Likuiditas saham dari suatu perusahaan dapat ukur dengan melihat volume perdagangan saham tersebut. Apabila volume saham suatu perusahaan itu tinggi, mengindikasikan bahwa likuiditas saham tersebut juga tinggi. Likuiditas saham dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, beberapa diantaranya adalah harga dan risiko. Pada saat harga dianggap terlalu tinggi oleh investor, investor akan mengalihkan dananya pada perusahaan lain karena menganggap bahwa saham ini tidak mampu dibelinya karena harga nya terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti ini akan berdampak pada menurunnya volume perdagangan saham perusahaan, yang juga menandakan bahwa terjadi penurunan likuiditas pada saham perusahaan tersebut. Risiko saham juga dapat mempengaruhi besar kecilnya volume perdagangan. Varian dalam hal ini mewakili risiko yang akan ditanggung oleh investor. Seorang investor, pada saat menginvestasikan dananya, hal yang diperhatikannya adalah risiko yang akan ditanggungnya. Mereka hanya mau menanggung risiko tertentu pada tingkat return tertentu pula. Sehingga, apabila risiko tersebut dianggap terlalu tinggi, tindakan yang dilakukan investor adalah menghentikan investasinya pada saham tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan pada volume perdagangan saham perusahaan. Yang menandakan berkurangnya minat investor pada saham tersebut. Ini dapat menyebabkab saham tersebut menjadi tidak likuid. Oleh karena itu, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut: Harga Saham Likuiditas Saham Risiko Saham Gambar 1 Kerangka Konseptual Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: H 1: Harga saham berpengaruh positif terhadap likuiditas saham H 2 : Risiko saham berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausatif. Penelitian kausatif merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y). Berdasarkan pada permasalahan diatas maka penelitian ini dimaksudkan 221 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) untuk mengetahui pengaruh harga dan risiko saham terhadap likuiditas saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2009. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling method yaitu pengambilan sampel secara khusus berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria pengambilan sampel adalah: 1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan kinerja tahun 2008-2009 2. Perusahaan yang menyediakan informasi mengenai harga saham, volume perdagangan, dan jumlah saham beredar. 3. Perusahaan yang sahamnya diperdagangan selama periode penelitian. 4. Perusahaan dengan jumlah saham yang beredar sama tahun 2008-2009 Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, diperoleh sampel sebanyak 92 perusahaan. Jenis Dan Sumber Data Di tinjau dari sumbernya, data ini adalah data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ditinjau dari segi sifatnya, data ini adalah data kuantitatif yaitu data-data yang berbentuk angka-angka yang terdiri dari data harga saham, volume perdagangan dan jumlah saham beredar. Sumber data dalam proposal ini adalah bersumber dari sumber online www. idx. co. id. Variabel Penelitian 1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah likuiditas yang diukur dengan volume perdagangan saham. Yaitu jumlah lembar saham yang diperdagangkan dipasar modal dalam periode tertentu. Satuan volume perdagangan saham adalah 222 lember saham. Volume perdagangan saham diukur dengan melihat indicator aktivitas volume perdagangan saham (trading volume activity), dinyatakan sebagai berikut: TVAit = Setelah volume perdagangan relative diketahui maka dihitung rata-rata volume perdagangan saham relative untuk sampel secara keseluruhan dengan cara: ∑ ̅ TVA = Dimana: ̅ TVA = rata-rata volume perdagangan relatif ∑TVA = jumlah volume perdagangan relatif n = jumlah sampel 2. Variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah: Harga saham Harga pasar merupakan harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) bulanan. Risiko Saham Tandelilin (2001) menjelaskan bahwa Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko suatu investasi. Varians dalam hal ini mewakili risiko saham yang disinyalir dapat mempengaruhi besar kecilnya likuiditas saham. Varian = [ Ri – E(R) ]2 pri (Tandelilin,2001) Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 Dimana: E (R) = return yang diharapkan dari suatu sekuritas Ri = return ke-I yang mungkin terjadi Pri = probabilitas kejadian return ke-i Atau: Var = ∑( ̅) (Dajan, 1988) Teknik Pengumpulan data Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik dokumentasi. Dimana teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan datadata dokumentasi yang berupa berupa daftar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, data harga saham bulanan, data volume perdagangan, dan data lembar saham beredar. Teknik Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesis, maka analisis ini bertujuan untuk mengetahui peranan masingmasing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Adapun teknik analisis yang penulis gunakan untuk menguji harga saham dan varian terhadap likuiditas adalah teknik analisis induktif. Setelah data penelitian ini dikumpulkan maka data akan diolah dengan menggunakan bantuan komputer yaitu dengan program SPSS. Data akan diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut: Uji Asumsi klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir dalam regresi merupakan penaksir kolinear tak bias terbaik. Untuk memperoleh persamaan yang paling tepat digunakan parameter regresi yang dicari dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode regresi OLS akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan Beast Linear Unbiased Estimation (BLUE). Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan, yang mencakup pengujian normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji Normalitas Menurut Idris (2006: 78), pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Pengujian ini dilakukan dengan analisis statistik parametrik, dengan asumsi bahwa data terdistribusi secara normal. Penelitian ini akan menggunakan pengujian data dengan analisis statistik menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikan uji KolmogorovSmirnov > 0,05 berarti data terdistribusi normal Ho diterima. Jika nilai signifikan uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi secara norma Ho ditolak. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah tidak terdapat multikolinearitas yang artinya tidak terdapat hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1998). Korelasi antara variabel bebas dapat dideteksi dengan menggunakan Tolerance Inflation factors. Nilai tolerance variabel independen diatas 0,10 dan VIF yang kurang dari 10 menunjukan bahwa korelasi antar variabel bebas masih bisa ditolerir. Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas tersebut, maka salah satu diantaranya diminimalisir (dikeluarkan) dari model regresi berganda atau menambah variabel bebasnya. 223 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) Uji Heterokedastisitas Menurut Idris (2006: 87), uji ini merupakan uji ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual. Untuk menguji adanya gejala heterokedastisitas, maka dapat digunakan metode Spearman Correlation. Model ini dinyatakan terkena heterokedastisitas bila nilai koefisien korelasi spearman mempunyai nilai korelasi yang signifikan (sig. < 0,05) terhadap nilai residualnya. Uji Autokorelasi Menurut Gujarati (1999: 215), istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara anggota serangkaian obeservasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti data crosssectional)”. Untuk mendeteksi autokorelasi, digunakan statistik d dari Durbin-Watson. Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut: Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu, dapatkan nilai ktitis dL dan dU. Tabel 3. Klasifikasi Nilai Durbi Watson (DW) Nilai DW 4-dl < DW < 4 4-du < DW < 4-dl 2 < DW < 4-du du < DW < 2 dl < DW < du 0 < DW < dl Keterangan Ada Autokorelasi (-) Tida Ada Kesimpulan Tidak Ada Autokorelasi Tidak Ada Autokorelasi Tidak Ada Kesimpulan Ada Autokorelasi (+) Sumber: Sritua (1993:18) 224 Analisis Regresi Berganda Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variable terikat. Adapun bentuk model regresi yang digunakan sebagai dasar penentuan harga saham adalah bentuk fungsi linear yakni : Y = a + b1x1 + b2x2 + e (Gujarati, 1998) Vol i,t = ao + a1 PR i,t + a2 VAR i,t + e Dimana: Vol = volume perdagangan saham i, pada bulan ke t PR = harga saham i, pada bulan ke t VAR = risiko saham i, pada bulan ke t a = koefisien regresi e = kesalahan pengganggu Uji Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R²) menunjukkan besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas tehadap variabel terikat (Algifari, 2000: 67). Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor lain selain variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) digunakan koefisien non-determinasi, dengan nilai sebesar 100% dikurangi koefisien determinasi. Hubungan antara koefisien determinasi dengan nondeterminasi dapat dinyatakan sebagai berikut: R²+K² = 100% Uji Hipotesis (Uji t) Uji ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengasumsikan variabel lain adalah konstan. Dengan kriteria sebagai berikut : Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 Jika t.tab < t.hit atau sig. < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat Jika t.tab > t.hit atau sig. > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Sehingga dalam penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik. Karena dalam analisis regresi berganda perlu dihindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan sebagai berikut: Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov Test. Jika tingkat signifikansinya > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika tingkat signifikansinya < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka perlu ada perlakuan agar menjadi normal. Menurut Idris (2008:81), ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar data berdistribusi normal: 1. Jika jumlah sampel lebih besar maka dapat dihilangkan data outliernya. 2. Melakukan transformasi data 3. Menggunakan alat analisis non parametrik. Setelah dilakukan pengolahan data, didapat hasil olahan Kolmogorov Smirnov sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Likuiditas 176 Mean -1.5198146 Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .56331709 Most Extreme Differences Absolute .042 Positive .038 Negative -.042 Kolmogorov-Smirnov Z .556 Asymp. Sig. (2-tailed) .917 N Harga Saham 176 2.6612432 .56740503 .053 .048 -.053 .698 .715 Varian Saham 176 -1.6476362 .51875914 .069 .045 -.069 .916 .371 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Dari tabel 4 terlihat bahwa hasil uji menyatakan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov untuk likuiditas sebesar 0,556 dengan signifikansi 0,917 Untuk harga saham sebesar 0,698 dengan signifikansi 0,715. Untuk varian saham sebesar 0,916 dengan signifikansi 0.371. Dengan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdisribusi normal, karena nilai signifikansi dari uji normalitas untu masing-masing variabel lebih besar dari 0,05. Uji Multikolinearitas Uji terhadap multikolinearitas merupakan pengujian untuk melihat adanya keterkaitan hubungan antara variabel bebas. Cara untuk mendeteksi 225 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) adanya multikolinieritas dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel bebas dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) dan tolerance value (Ghozali, 2003). Jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10) atau nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka akan disimpulkan bahwa model tersebut tidak memiliki gejala multikolinearitas. Berikut hasil uji Multikolinearitas yang didapat: Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics B (Constant) -1.136 Harga Saham .034 Varian Saham .288 a Dependent Variable: Likuiditas 1 Std. Error .246 .073 .080 Dari hasil pengolahan yang disajikan dalam tabel di atas terlihat bahwa semua variabel memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan Variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar semua variabel bebas yang terdapat penelitian. Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi Heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi di mana varians residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara mendeteksi adanya Tolerance VIF .994 .994 1.006 1.006 gejala heterokedastisitas untuk sampel besar disarankan untuk digunakan uji Glejser (Idris, 2006). Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai Absolut residualnya (Gujarati, 2003). Sebagai pengertian dasar, residual adalah selisih antara nilai obeservasi dengan nilai prediksi dan absolut adalah nilai mutlak. Gangguan heterokedastisitas terjadi jika terhadap pengaruh yang signifikan antara varibel terhadap terhadap absolut residualnya. Tabel 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 (Constant) Harga Saham Varian Saham B .606 -.045 .031 a Dependent Variable: abs_res Std. Error .145 .043 .047 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa harga saham memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,302 terhadap absolut residualnya. Begitu juga dengan 226 Beta -.079 .051 t 4.174 -1.036 .666 Sig. .000 .302 .506 varian saham dengan tingkat signifikansi sebesar 0,506 terhadap absolute residualnya. Karena tingkat signifikannya lebih besar dari 0,05 Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 dapat dikatakan bahwa tidak terdapat gejala hetrokedastisitas pada model tersebut. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan penggangggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 dan serangkaian pengamatan tersusun dalam rangkaian waktu (time series). Dengan kata lain, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara data (observasi) satu dengan data yang lainnya dalam satu variabel. Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin Watson (DW) statistic. Berikut ini adalah ringkasan tabel uji autokorelasi yang dilihat dari hasil Durbin Watson (DW): Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) Adju sted R Squar e Std. Error Dur R of the binMo Squ Estim Wat del R are ate son 1 .270 .54553 1.76 .073 .062 (a) 957 0 a Predictors: (Constant), Varian Saham, Harga Saham b Dependent Variable: Likuiditas Berdasarkan data pada tabel 7 didapatkan nilai koefisien DurbinWatson sebesar 1,760. dengan nilai du sebesar 1,651 dan nilai dl sebesar 1,598. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model tidak terkena autokorelasi karena 1,651<1,760<2. Analisis regresi Berganda Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara variabel bebas dab variabel terikat. Analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Berikut hasil olahan regresi yang didapat: Tabel 8. Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B -1.136 .034 .288 a Dependent Variable: Likuiditas (Constant) Harga Saham Varian Saham Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 8, maka dapat dirumuskan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = -1,136 + 0,034 X1 + 0,288 X2 Angka-angka yang dihasilkan dari model diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai konstanta sebesar Standardized Coefficients Std. Error .246 .073 .080 Beta .034 .265 t -4.619 .465 3.611 Sig. .000 .642 .000 -1,136 mengindikasikan bahwa jika variabel bebas bernilai nol, maka likuiditas akan mengalami penurunan sebesar 1,136. Sedangkan nilai koefisien harga saham adalah sebesar 0.034 dengan sig. 0,642 > 0,05. Angka ini berarti harga saham berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap 227 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) likuiditas saham. Ini menunjukkan setiap peningkatan harga saham sebesar 1 rupiah akan meningkatkan likuiditas saham sebesar 0,034. Sedangkan nilai koefisien varian saham sebesar 0,288 dengan sig. 0,000 < 0,05. Angka ini berarti varian saham dalam hal ini mewakili risiko fluktuasi harga saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas saham. Ini menunjukkan setiap peningkatan risiko saham sebesar 1 akan meningkatkan likuiditas saham sebesar 0,288. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabelvariabel terikat. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan proporsi yang diterangkan oleh variabel independen dalam model terhadap variabel terikatnya, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model, formulasi model yang keliru dan kesalahan eksperimen. Pada penelitian ini hasil uji koefisien determinasi R2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b) Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .270(a) .073 .062 .54553957 1.760 a Predictors: (Constant), Varian Saham, Harga Saham b Dependent Variable: Likuiditas Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa nilai R2 yang diperoleh sebesar 0,062. Ini berarti bahwa likuiditas saham perusahaanperusahaan yang terdaftar dibursa efek Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya yaitu harga saham dan risiko saham sebesar 6,2%. Sisanya 93,8% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Uji Hipotesis (Uji t) Uji t dilakukan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi secara parsial dengan mengasumsikan variabel lain dianggap konstan. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara nilai t yang dihasilkan dari perhitungan statistik dengan nilai t tabel. Untuk mengetahui nilai thitung dapat dilihat melalui tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Hasi Uji Hipotesis (Uji t) Coefficients(a) Unstandardized Coefficients B Std. Error -1.136 .246 .034 .073 .288 .080 a Dependent Variable: Likuiditas Model 1 (Constant) Harga Saham Varian Saham Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah harga saham berpengaruh positif terhadap likuiditas saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 228 Standardized Coefficients Beta t -4.619 .034 .465 .265 3.611 Sig. .000 .642 .000 tahun 2008-2009. Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa nilai thitung adalah sebesar 0,465 dengan signifikansi 0,642 > 0,05. Hal ini berarti pengaruh harga saham positif dan tidak signifikan Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 terhadap likuiditas saham, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama diterima. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah risiko saham berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Berdasarkan table 6 diketahui bahwa t hitung dari ukuran perusahaan adalah sebesar 3,611 dengan signifikansi 0,001 < 0,005. Hal ini berarti bahwa risiko saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas saham, sehingga hipotesis kedua ditolak. Pembahasan Dari hasil pengolahan sampel yang uji dengan program SPSS, dapat disimpulkan bahwa harga saham memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap likuiditas saham. Hasil ini dibuktikan dengan hasil pengujian regresi Harga Saham yang telah dilogaritmakan terlebih dahulu sebesar 0,034 dengan tingkat signifikansi 0,642 > 0,05. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Harga pasar yang wajar merupakan harga yang mencerminkan nilai perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi minat beli investor terhadap sebuah saham. Menurut teori Jogiyanto (1998:68). Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan sebaliknya harga saham yang terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit meningkat lagi. Minat beli investor tercermin dari tinggi atau rendahnya likuiditas saham. Harga yang wajar akan meningkatkan minat beli investor, hal ini akan menyebabkan meningkatnya likuiditas saham suatu perusahaan. Pengaruh Risiko Saham terhadap Likuiditas Saham perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil pengolahan sampel yang diuji dengan program SPSS, risiko saham memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap likuiditas saham suatu perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai varian saham yang dilogaritmakan sebesar 0,288 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin berfluktuasi harga saham berupa kenaikan harga saham (apresiasi) akan menyebabkan peningkatan pada likuiditas saham. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sunaryah (2000,22) bahwa harga saham mendorong tingkat likuiditas saham. Apresiasi akan menyebabkan peningkatan pada likuiditas saham. Akan tetapi jika fluktuasi tersebut berupa depresiasi (penurunan harga saham) akan berdampak pada penurunan tingkat likuiditas saham. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pendahuluan, kajian teori dan pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1) Harga saham memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap likuiditas saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. 2) Risiko saham dengan alat ukur varian memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap likuiditas saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Saran 229 Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1.) Bagi Perusahaan, dapat lebih memperhatikan adanya kemungkinan risiko likuiditas saham pada tingkat harga dan tingkat risiko tertentu. 2.) Bagi Investor, dapat lebih memperhatikan likuiditas saham dari saham perusahaan yang akan dibelinya. Selain itu, diharapkan investor dapat memperhatikan fluktuasi dari harga saham. Karena apabila hanya melihat dari tinggi rendah nya harga saja, tidak akan mendapatkan informasi yang sempurna. Hal ini dikarenakan harga saham yang rendah belum tentu mencerminkan kinerja yang buruk dari suatu perusahaan. Bisa saja harga saham yang rendah dikarenakan perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang baru berkembang. 3.) Bagi Peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang berkompeten khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas saham. Penggunaan teknik analisis dan metodologi penelitian yang lebih akurat diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Adriana, Rina. 2007. “Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta”. Padang. Ahmad, Kamaruddin. 1996. Dasardasar Manajemen Investasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi: Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta: BPFE Antoni, Rio. 2007. ”Analisa Komparatif Nilai Perusahaan dan Likuiditas Saham Sebelum Dan sesudah Stock Split”. Padang: 230 Arsyad, Lincoln. 2001. Peramalan Bisnis. Yogyakarta: BPPE Dajan, Anto. 1988. Pengantar Metode Statistik. Jilid II. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat Gujarati, Damodar. 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga _____________. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga Horne, James C. Van dan Jhon M. Wachowicz. 2005. “Prinsipprinsip Manajemen Keuangan. Diterjemahkan oleh Fitriasari, Dewi dan Kwary, Deny Arnos. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. ___________ . 2007. “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. http://etd.eprints.ums.ac.id/2998/1/B10 00010551.pdf/(Ari Tri Nugroho). http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/ar ticle/viewFile/43/140. “Analisis Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta Periode 20032005” (Agus Setiyanto) http://staff.ui.ac.id/internal/132083867/ publikasi/.” Determinan Bid-ask Spread Saham-Saham dalam Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Budi Frensidy). Http://www.idx.co.id. Http://www.koleksiskripsi.com. “Pengaruh Earning Pershare (EPS), Deviden Pershare (DPS) dan Financial Laverage (FL) terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231 Idris.2006. “Aplikasi SPSS dalam Analisis Data Kuantitatif. Padang: FE-UNP. Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Komalasari. 2000. “Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital”. Simposuim Nasional Akuntansi; Sesi 3 Putri, Yunita dewi. 2009. “ Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Return On Equity, Dept To Total Asser Ratio dan Earning PerShare Terhadap Harga Saham Pada Industri Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007”. Padang. Raharjo, Sapto. 2006. Kiat Membangun Asset Kekayaan. Jakarta: Gramedia. Sritua, Arif. 1993. Metodoliogi Penelitian Ekonomi. Jakarta:penerbit Universitas Indonesia. Sunariyah.2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UUP-AMP YKPN Tandellilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE Vera, Wilfia. 2009. “Perbedaan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan yang melakukan Merger dan Akuisisi Pada Perusahaan Go Public yang terdaftar Di BEI”. Padang. Widoadmodjo, Sawidji. 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: Jurnalindo Aksara Grafika 231