pengaruh harga dan risiko saham terhadap - AKBP

advertisement
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
Jurnal KBP
Volume 1 - No. 2, September 2013
PENGARUH HARGA DAN RISIKO SAHAM TERHADAP
LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rizka Hadya
STIE “KBP” Padang
([email protected])
ABSTRACT
The object of research focusing on companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in 2008-2009. Parameters are often used to measure the liquidity of a stock
is trading volume, rate spreads, information flow, number of shareholders, number of
shares outstanding, and the magnitude of transaction costs. The problem to be studied
is limited to the issue of liquidity as seen from the volume of stock trading. And limited
to seeing some of the factors that affect the price and liquidity risk. The purpose of this
research was conducted to analyze: 1) The effect on the liquidity of the stock price of
shares in companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2008-2009. 2) The effect of
liquidity risk on the stock to the companies listed in Indonesia Stock Exchange 20082009. The population in this study are listed companies in Indonesia Stock Exchange
2008-2009 period and obtained a sample of 92 companies.
The result is: 1.) The stock price had a positive effect on liquidity is not
significant shares in companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009
2.) Risk stock with a gauge variant gives a positive and significant effect on the
liquidity of shares in companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009.
Keywords: Stock Price, Risk, and Liquidity
PENDAHULUAN
Investasi adalah komitmen
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa datang (Tandelilin,
2001: 3). Seorang investor membeli
sejumlah saham saat ini dengan harapan
untuk memperoleh keuntungan, baik itu
berupa kenaikan harga saham maupun
sejumlah deviden dimasa yang akan
datang.
Dalam
melakukan
proses
investasi, seorang investor terlebih
dahulu harus mengetahui beberapa
konsep dasar investasi. Hal mendasar
dalam proses keputusan investasi
adalah pemahaman hubungan antara
208
return yang diharapkan dengan risiko
suatu investasi. Hubungan risiko dan
return yang diharapkan dari suatu
investasi merupakan hubungan yang
searah dan linear. Artinya semakin
besar risiko yang harus ditanggung,
semakin besar pula tingkat return yang
diharapkan. Hubungan seperti itulah
yang menjawab pertanyaan mengapa
tidak semua investor hanya berinvestasi
pada asset yang menawarkan tingkat
return yang paling tinggi. Disamping
memperhatikan return yang tinggi,
investor juga harus mempertimbangkan
tingkat risiko yang harus ditanggung.
Setiap investasi dipastikan terdapat
adanya risiko.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
Likuiditas juga merupakan salah
satu faktor penting yang perlu
diperhatikan investor dalam pengambil
an keputusan investasi selain dua faktor
lainnya seperti return dan risiko. Untuk
menekankan pentingnya karakteristik
likuiditas ini, Handa dan Schwartz
(1996) dalam Frensidy (2008) merasa
perlu untuk membuat pernyataan
berikut, “Investors want three things
from the markets: liquidity, liquidity,
and liquidity.”
Pada kenyataannya tidak semua
saham mudah ditransaksikan atau
dengan kata lain mengalami kesulitan
likuiditas. Saham yang tidak likuid
dapat
dikenakan
delisting
atau
dikeluarkan dari bursa efek (Setiyanto,
2006). Saham yang tidak likuid akan
menyebabkan kehilangan kesempatan
untuk mendapat keuntungan (gain).
Likuiditas secara sederhana
menunjukkan
kemudahan
untuk
menjual dan membeli efek pada harga
yang wajar. Jadi jika untuk menjual dan
membeli sejumlah tertentu saham harus
menunggu atau kalau spread antara
permintaan dan penjualan relatif besar,
atau penjualan saham dalam jumlah
relatif besar akan mempengaruhi harga
pasar secara substansial, bisa dikatakan
bahwa saham tidak likuid. Salah satu
faktor yang menentukan nilai saham
suatu perusahaan adalah tingkat
likuiditas saham tersebut. Semakin
cepat suatu asset dapat berubah menjadi
uang
maka
semakin
tinggi
likuiditasnya.
Dengan
demikian
likuiditas saham ditentukan oleh apakah
saham tersebut mudah diperjualbelikan
dalam jangka waktu singkat dan
diminati investor. Salah satu daya tarik
agar suatu saham diminati investor
adalah harga yang murah serta
rendahnya biaya komisi transaksi.
Masalahnya adalah walaupun
kata likuiditas begitu dikenal, namun
pemahaman para pelaku pasar akan
definisi dan ukuran likuiditas tidaklah
sama. Ada yang mengidentikkan
likuiditas dengan kemudahan dan
kecepatan bertransaksi. Ada juga yang
mengaitkannya
dengan
volume
transaksi. Sebagian investor lainnya
lebih suka untuk menggunakan biaya
transaksi yang rendah sebagai ukuran
likuiditas. Terakhir, masih ada investor
yang melihat likuiditas dari seringnya
terjadi
transaksi
atau
frekuensi
perdagangan. Otoritas BEI, sebagai
contoh, menggunakan volume, nilai,
frekuensi, dan jumlah hari transaksi
sebagai
ukuran-ukuran
likuiditas.
Semakin besar volume, nilai, frekuensi,
dan jumlah hari transaksi dari sebuah
saham, semakin tinggi likuiditas saham
itu (Frensidy (2008)).
Apabila likuiditas dikaitkan
dengan volume perdagangan, maka
apabila terjadi kenaikan volume
perdagangan akan mengindikasikan
terjadinya
peningkatan
likuiditas.
Volume perdagangan saham adalah
jumlah
total
saham
yang
diperdagangkan dalam periode tertentu
(biasanya kenaikan harga saham
diiringi dengan kenaikan volume
perdagangan) (Sapto, 2006). Satuan
perdagangan saham bisa berbentuk
lembar saham, lot atau block sale.
volume perdagangan dapat diukur
dengan melihat indikator aktivitas
volume perdagangan saham (trading
volume activity, TVA). Semakin sedikit
volume transaksi saham, pasar akan
semakin sepi atau tidak ada insentif
dengan minat beli atau jual investor.
Berikut data perubahan tingkat
likuiditas saham perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI tahun 2008. Yang
diukur dengan menggunakan indikator
volume perdagangan yaitu trading
volume activity (TVA) yang dihitung
dengan cara membandingkan volume
perdagangan dengan jumlah saham
yang beredar. Makin besar TVA
menandakan makin besar minat
209
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
investor terhadap saham tersebut dan
juga semakin tinggi tingkat likuiditas.
Tabel 1.
Data Trading Volume Activity
(Volume Perdagangan per Jumlah Saham Beredar)
Perusahaan yang Terdaftar di BEI periode 2008
Nama perusahaan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Adhi Karya (Persero) Tbk
Asahimas Flat Glass Tbk
Bakrie & Brothers Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
Akhasha Wira Internasional Tbk
0,0519
0,0030
0,1092
0,1017
0,0060
0,0179
0,0001
0,1123
0,0804
0,0026
0,0299
0,0001
0,0450
0,0574
0,0011
0,0647
0,0011
0,0821
0,0613
0,0017
0,1254
0,0012
0,0590
0,0445
0,0033
0,0577
0,0045
0,0001
0,0450
0,0324
Sumber: www.idx.co.id dan diolah
Dari tabel 1 terlihat bahwa
likuiditas saham suatu perusahaan
mengalami perubahan setiap waktunya.
Seperti yang terlihat pada PT Bakrie &
Brothers Tbk, terjadi kenaikan TVA
dari 0,10992 pada bulan Januari
menjadi 0,11230 pada bulan Februari,
peningkatan
ini
mengindikasikan
bahwa telah terjadi peningkatan
likuiditas. Pada bulan Maret, Saham PT
Bakrie & Brothers Tbk dapat dikatakan
terjadi penurunan TVA menjadi
0,04503.
Penurunan
TVA
ini
mengindikasikan adanya penurunan
likuiditas perusahaan. Peningkatan dan
penurunan ini terus terjadi setiap
waktunya yang mencerminkan minat
beli investor terhadap saham tersebut.
Fluktuasi ini juga terjadi pada
perusahaan-perusahaan yang lainnya.
Perubahan
pada
likuiditas
saham dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah harga saham. Harga
saham merupakan salah satu hal
mendasar yang diperhatikan oleh
investor
dalam
menginvestasikan
dananya. Harga saham mengandung
informasi mengenai kinerja perusahaan.
Hal ini akan mempengaruhi investor
dalam menginvestasikan dananya. Pada
saat harga rendah akan menyebabkan
investor kurang berminat untuk
membeli saham tersebut. Begitu juga
pada saat harga dianggap terlalu tinggi.
210
Hal ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan pada likuiditas saham
perusahaan tersebut.
Perubahan tajam dalam volume
perdagangan saham juga dipercaya
sebagai tanda dari kenaikan atau
penurunan tajam dalam harga, karena
mencerminkan minat investor dalam
membeli saham (Oppi, 2006 dalam
Vera (2009)). Fluktuasi harga saham
dapat berupa kenaikan harga saham
(apresiasi), atau penurunan harga saham
(depresiasi). Apresiasi menyebabkan
peningkatan pada likuiditas saham,
sedangkan depresiasi berdampak pada
penurunan tingkat likuiditas saham.
Selain harga, faktor lain yang
dapat mempengaruhi likuiditas adalah
risiko yang diukur dengan varian.
Risiko yang dimaksudkan disini adalah
risiko yang timbul akibat adanya
fluktuasi harga saham. Pada saat harga
naik, hal ini akan menberikan
keuntungan kepada investor. Namun
pada saat harga turun, dapat
memberikan kerugian kepada investor.
Apabila risiko suatu saham dianggap
terlalu tinggi, yang akan dilakukan oleh
seorang investor adalah menghentikan
pembeliannya terhadap saham tersebut.
Hal ini akan menurunkan jumlah
volume perdagangan saham dan
berakibat pada menurunnya tingkat
likuiditas saham tersebut.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
Pada umumnya hampir semua
Karena investor menghadapi
investasi
mengandung
unsur
kesempatan investasi yang berisiko,
ketidakpastian atau risiko. Investor
pilihan investasi tidak dapat hanya
tidak tahu dengan pasti hasil yang akan
mengandalkan pada tingkat keuntungan
diperolehnya dari investasi yang
yang diharapkan. Apabila investor
dilakukan. Dalam keadaan semacam itu
mengharapkan untuk memperoleh
dikatakan bahwa investor tersebut
tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia
menghadapi risiko dalam investasi yang
harus bersedia menanggung risiko yang
dilakukannya. Yang bisa ia lakukan
tinggi juga.
adalah
memperkirakan
berapa
Berikut
data
perusahaankeuntungan yang diharapkan dari
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun
investasinya, dan seberapa jauh
2008 yang memperlihatkan pengaruh
kemungkinan hasil yang sebenarnya
harga dan risiko saham terhadap
nanti akan menyimpang dari hasil yang
likuiditas saham.
diharapkan.
Tabel 2
Data Harga, Risiko dan Likuiditas Saham
Perusahaan yang Terdaftar di BEI periode 2008
Nama Perusahaan
Adhi karya Tbk
Asahimas F.G Tbk
Bakrie & Brothers Tbk
Indofood S.M Tbk
Akhasha Wira Int. Tbk
Harga (Rp)
558,7
2.515
331
2.085
552
2008
Likuiditas
0,0548
0,0254
0,0641
0,0668
0,0061
Varian
0,0710
0,0175
0,0761
0,0256
0,2680
Harga (Rp)
379,6
1.627
88
2.104
556
2009
Likuiditas
0,1763
0,0028
0,2534
0,1036
0,4014
Varian
0,0095
0,0031
0,0553
0,0221
0,0671
Sumber: www.idx.co.id dan data diolah
Dari tabel 2 terlihat bahwa
harga dan risiko dapat menyebabkan
terjadinya fluktuasi pada likuiditas
perusahaan. Seperti yang terjadi pada
perusahaan Akhasha Wira Internasional
Tbk, pada tahun 2008 harga sahamnya
sebesar Rp 552 dengan risiko fluktuasi
saham sebesar 0,2680 menyebabkan
kecilnya likuiditas saham tersebut yaitu
sebesar 0,0061. Namun, di tahun 2009
harga saham sebesar Rp 556 dengan
penurunan risiko fluktuasi harga
sebesar 0,0671 menyebabkan terjadinya
peningkatan likuiditas saham tersebut
menjadi 0,4014. Pada perusahaan Adhi
Karya (persero) Tbk, tahun 2008 harga
sahamnya sebesar Rp 558,7 dengan
risiko fluktuasi harga sahamnya sebesar
0,07102 memiliki likuiditas saham
sebesar 0,0548. Pada tahun 2009 harga
saham sebesar Rp 379,6 yang
menyebabkan terjadinya peningkatan
likuiditas saham menjadi sebesar
0,17632 dengan risiko fluktuasi harga
yang mengalami penurunan menjadi
0,00953.
Berdasarkan latar belakang,
maka
masalah
yang
dapat
diidentifikasikan adalah Likuiditas
suatu perusahaan berfluktuasi setiap
waktunya, yang menggambarkan minat
beli investor terhadap saham tersebut
yang dapat disebabkan oleh harga
saham dan risiko saham tersebut.
Harga saham mengandung
informasi mengenai kinerja dari sebuah
perusahaan. Hal ini akan berdampak
pada minat beli investor terhadap
saham tersebut. Hal ini akan berdampak
pada penurunan likuiditas saham
tersebut. Risiko fluktuasi harga
cenderung mempengaruhi minat beli
investor terhadap saham, yang akan
mempengaruhi
likuiditas
saham
tersebut. Apabila risiko fluktuasi saham
dianggap tinggi oleh investor, akan
211
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
menyebabkan
investor
enggan
menanamkan modalnya pada saham
tersebut
sehingga
menyebabkan
terjadinya penurunan likuiditas saham.
Namun tak jarang pada saat risiko yang
rendah tidak menyebabkan terjadinya
peningkatan pada likuiditas saham.
TINJAUAN PUSTAKA DAN
HIPOTESIS
1. Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan
ukuran jumlah transaksi suatu saham di
pasar modal dalam suatu periode
tertentu. Jadi semakin likuid saham
maka frekuensi transaksi semakin
tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat
investor untuk memiliki saham tersebut
juga tinggi. Likuiditas merupakan salah
satu faktor penting yang perlu
diperhatikan
investor
dalam
pengambilan keputusan investasi selain
dua faktor lainnya yaitu return dan
risiko.
Berikut ini adalah definisi
likuiditas yang dikemukakan oleh
Robinson dan Wrightman (1991) dalam
Adriana (2007): “A major dimension of
wealth
allocation
process
the
adjustment of liduidity. Liquidity
measures the nearsess of a financial
asset to cash. Which it self is financial
asset differing from all other in that
only cash used medium of change. The
liquidity of a given financial asset into
cash at anytime without taking loss.”
Robinson
dan
Wrightman
melihat likuiditas sebagai kedekatan
sifat suatu aktiva finansial dengan kas,
lazim digunakan sebagai alat tukar.
Likuditas diukur dari kemampuan suatu
aktiva finansial untuk diubah bentuknya
menjadi kas atau sebaliknya pada setiap
saat tanpa ada kerugian dan mereka
menyatakan bahwa likuiditas adalah
suatu dimensi utama dari proses alokasi
kekayaan investor.
Menurut Horne (2005) definisi
likuditas adalah kemampuan untuk
212
merealisasikan nilai kedalam bentuk
uang sebagai aktiva yang paling lancar.
Namun defenisi ini masih bersifat
umum. Menurut E.A Koetin (1994)
dalam Adriana (2007) Likuiditas adalah
mudahnya saham yang dimiliki
seseorang dapat diubah menjadi uang
tunai melalui mekanisme pasar modal.
Likuiditas saham baik berarti bahwa
setiap saat ia dapat datang ke
pialangnya dan menjual sahamnya.
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Likuiditas Saham
Tingkat likuiditas di bursa akan
didorong oleh unsur-unsur tertentu.
Menurut Sunaryah (2000,22) ada
beberapa unsur yang mendorong
tingkat likuditas saham yaitu:
1. Frekuensi transaksi perdagangan
saham
Semakin tinggi frekuensi perdagangan suatu saham, semakin
likuid saham tersebut. Menurut
JSX statistic, suatu saham dapat
dikatakan likuid jika frekuensi
transaksinya perhari lebih besar
dari 97 kali.
2. Fluktuasi harga saham,
Fluktuasi harga saham dapat
berupa kenaikan harga saham
(apresiasi), atau penurunan
harga
saham
(depresiasi).
Apresiasi menyebabkan peningkatan pada likuiditas saham,
sedangkan
depresiasi
berdampak pada penurunan tingkat
likuiditas saham.
3. Waktu yang diperlukan untuk
mengeksekusi transaksi.
Semakin singkat waktu yang
dibutuhkan untuk mengeksekusi
transaksi perdagangan saham,
semakin
tinggi
tingkat
likuiditasnya.
Bursa
Efek
Jakarta
telah
menerapkan
komputerisasi
transaksi
perdagangan saham menjadi
lebih singkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
likuiditas saham di Bursa Efek
Jakarta.
Sunaryah
(2000:23)
juga
mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi likuiditas saham
dibursa, diantaranya faktor-faktor
tersebut adalah:
1.) Kinerja perusahaan
Salah satu faktor fundamental
yang menggambarkan kondisi
perusahaan secara finansial
adalah kinerja perusahaan.
Kinerja (performance) adalah
prestasi yang dicapai oleh
perusahaan
dalam
periode
tertentu. Seorang investor akan
mempertimbangkan
faktor
fundamental yang salah satunya
adalah kinerja perusahaan untuk
membuat keputusan transaksi
saham. Sekalipun yang lebih
penting
adalah
informasi
tentang prospek perusahaan
dimasa yang akan datang.
Terlebih lagi terhadap investor
yang cendrung mengharapkan
deviden atas investasi yang
ditanamkannya,
kinerja
perusahaan yang baik dan
berkesinambungan merupakan
ukuran yang berpengaruh bagi
keputusan membeli saham.
2.) Ukuran perusahaan
Salah satu faktor fundamental
perusahaan
yang
juga
diperhitungkan adalah ukuran
perusahaan. Dari segi keamanan
, investor secara relatif akan
lebih meyakini perusahaan
berukuran
besar
untuk
menanamkan kelebihan dananya
daripada
perusahaan
yang
berukuran kecil.
3.) Jumlah saham tercatat
Jumlah saham tercatat juga
merupakan salah satu faktor
yang
diduga
berpengaruh
terhadap
likuiditas
saham,
karena jumlah saham tercatat
dapat mempengaruhi minat beli
dan minat jual investor.
Meskipun kinerja perusahaan
baik, tetapi jumlah sahamnya
tercatat kecil, mengakibatkan
saham tersebut sulit dimiliki,
yang selanjutnya berpengaruh
pada likuiditas saham.
4.) Tingkat risiko
Tingkat risiko adalah faktor
fundamental lainya yang juga
dipertimbangkan oleh investor
yaitu risiko perusahaan emiten.
Dalam analisis rasio keuangan,
tingkat risiko biasannya diukur
dengan rasio solvabilitas. Rasio
ini digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk
memenuhi
seluruh
kewajibannya
baik
jangka
pendek maupun jangka panjang,
apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi. Salah satu alat ukur
yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat risiko adalah
menggunakan varian return
saham, yaitu merupakan ukuran
besarnya penyebaran distribusi
probabilitas, yang menunjukkan
selisih antara return aktual yang
akan diterimanya dengan return
yang diharapkan.
b. Ukuran Likuiditas
Parameter yang sering digunakan
untuk mengukur likuiditas suatu
saham (Conroy et.al, 1990) dalam
(Setiyanto, 2006) adalah :
1. Volume perdagangan
Merupakan suatu instrumen
yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui
parameter volume saham yang
di perdagangkan dipasar.
2. Tingkat Spread
Merupakan suatu instrumen
yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui
213
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
parameter perbedaan atau selisih
antara harga tertinggi yang
diminta untuk membeli dengan
harga terendah yang ditawarkan
untuk menjual (Bid- Ask
Spread),
diukur
dengan
menggunakan persentase.
3. Information
flow
(aliran
informasi).
4. Jumlah pemegang saham.
5. Jumlah saham yang beredar.
6. Transaction cost (besarnya
biaya transaksi).
Otoritas BEI, sebagai contoh,
menggunakan
volume,
nilai,
frekuensi, dan jumlah hari transaksi
sebagai ukuran-ukuran likuiditas.
Semakin besar volume, nilai,
frekuensi, dan jumlah hari transaksi
dari sebuah saham, semakin tinggi
likuiditas saham itu (Frensidy
(2008)).
c. Komponen-komponen
Likuiditas
Saham
Menurut Kyle sebagaimana dikutip
oleh Eagle dan Lange (1997) dalam
Komalasari
(2000)
memecah
likuiditas ke dalam 3 komponen,
yaitu:
1.) Kerapatan (tightness)
Kerapatan
mengacu
pada
perbedaan harga transaksi dari
harga efisien, yaitu harga yang
seharusnya
terjadi
dalam
kondisi ekuilibrium. Pedagang
efek seringkali menetapkan
harga bid dan ask sedikit di atas
dan di bawah penilaian asset
ekuilibrium. Suatu pasar yang
mempunyai likuiditas sempurna
berkaitan dengan kerapatan
hanya akan terjadi bila spread
yang terjadi antara bid dan ask
yang ditetapkan adalah nol,
sehingga
pedagang
dapat
membeli dan menjual pada
harga yang sama. Komponen
kerapatan ini seringkali disebut
dengan bid-ask spread.
214
2.) Kedalaman (depth)
Komponen kedua dari likuiditas
adalah
kedalaman
(depth)
adalah
volume
yang
diperdagangkan pada tingkat
harga yang terjadi. Secara
teknis, bid depth adalah jumlah
saham yang akan dibeli oleh
spesialis atau dealer pada
current bid price, sedangkan ask
depth adalah jumlah saham yang
akan dijual oleh spesialis atau
dealer pada current ask price.
Berdasarkan
perspektif
likuiditas
pasar,
depth
menunjukkan jumlah saham
yang diperdagangkan dengan
tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
3.) Resiliensi (resiliency)
Komponen likuiditas ketiga
adalah
resiliensi,
yaitu
kecepatan suatu harga untuk
kembali ke harga efisiensi
(ekuilibrium) setelah terjadi
penyimpangan atau lompatan
harga. Dalam pasar yang sangat
likuid, maka harga akan segera
kembali ke tingkat efisiensi
setelah terjadi lompatan harga
yang tidak mempengaruhi harga
saham. Namun, komponen ini
sangat sulit diukur mengingat
arus informasi yang kontinyu
masuk ke dalam pasar sehingga
sulit
untuk
mengetahui
kecepatan
lentingan
harga
sekuritas untuk kembali ke
harga efisien khusus untuk
informasi tertentu. Dengan kata
lain,
sangat
sulit
untuk
mengontrol faktor-faktor lain
yang masuk ke dalam pasar.
2. Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham
adalah jumlah lembar saham yang
diperdagangkan dipasar modal yang
dihitung perhari, informasi ini sangat
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
berguna sekali bagi investor dalam
melihat keadaan pasar modal dimana
semakin tinggi volume perdagangan
saham maka semakin tinggi tingkat
harga saham tersebut. Perubahan tajam
dalam volume perdagangan saham
dipercaya sebagai tanda dari kenaikan
atau penurunan tajam dalam harga,
karena mencerminkan minat investor
dalam membeli saham (Oppi, 2006)
dalam Vera (2009).
Sedangkan volume perdagangan
saham menurut Sapto (2006) adalah
jumlah
total
saham
yang
diperdagangkan dalam periode tertentu
(biasanya kenaikan harga saham
diiringi dengan kenaikan volume
perdagangan). Satuan perdagangan bisa
berbentuk lembar saham, lot atau block
sale. Semakin sedikit volume transaksi
saham pasar akan semakin sepi atau
tidak ada insentif dengan minat beli
atau jual investor.
Menurut Cahyono (1997) dalam
Vera (2009), membagi faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
investasi investor yang nantinya akan
mempengaruhi harga saham dan
volume perdagangan saham ke dalam
dua kelompok yaitu:
1.) Faktor-faktor Eksternal:
Faktor Fundamental: Kemampuan
Manajemen Perusahaan; Prospek
Perusahaan
dan
pemasaran;
Perkembangan teknologi; Kebijakan
Fiskal
Faktor Teknis: Perkembangan Kurs;
Keadaan Pasar; Volume Penjualan;
Kekuatan Pasar; Intervensi Pemerin
tah
Faktor Lingkungan sosial, ekonomi
dan politik: Tingkat Inflasi; Neraca
Pembayaran dan APBN; Kondisi
Ekonomi; Keadaan Politik
2.) Faktor Internal:
Dalam keputusan BAPEPAM No.
Keputusan 22/PM/tanggal 10 April
1991
yang
memuat
perihal
keterbukaan
informasi
kepada
publik, terdapat hal-hal yang
diperkirakan akan mempengaruhi
harga
saham
dan
volume
perdagangan
saham
(internal)
diantaranya:
a. Penggabungan usaha
yang
berbentuk penyatuan (merger),
pembelian saham (acquisition),
pembebanan
usaha
(consolidation),
atau
pembentukan usaha patungan
b. Pemecahan saham (stock split)
atau pembagian saham (stock
deviden)
c. Pendapatan dan deviden yang
luar biasa sifatnya
d. Produk penemuan baru yang
berarti
e. Pengumuman deviden atau
pembayaran kembali efek yang
bersifat hutang.
f. Penjualan tambaShan efek pada
masyarakat atau secara terbatas
berarti jumlahnya.
Dalam Hia (2007) dijelaskan
bahwa harga dan volume perdagangan
saham adalah suatu hal yang tidak dapat
dipisah-pisahkan, harga saham akan
mempengaruhi volume transaksi dan
sebaliknya fluktuasi terhadap volume
transaksi juga akan mempengaruhi
harga saham. Hubungan antara harga
saham dan volume transaksi adalah:
a. Volume transaksi yang kecil
biasanya
berkaitan
dengan
penurunan harga.
b. Volume transaksi yang besar
biasanya
berkaitan
dengan
kenaikan harga.
c. Volume transaksi yang besar
biasanya
diikuti
dengan
kenaikan harga.
d. Kenaikan volume transaksi
dengan jumlah yang besar
berkaitan dengan risiko harga
yang besar atau penurunan
harga.
Informasi yang tersedia di pasar
modal memiliki peranan yang penting
215
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
untuk mempengaruhi segala macam
bentuk transaksi perdagangan di pasar
modal tersebut. Hal ini disebabkan
karena para pelaku di pasar modal akan
melakukan analisis lebih lanjut terhadap
setiap pengumuman atau informasi
yang masuk ke bursa efek tersebut.
Informasi
atau
pengumumanpengumuman yang diterbitkan oleh
emiten akan mempengaruhi para
(calon) investor dalam mengambil
keputusan untuk memilih portofolio
yang efisien.
Suatu
informasi
dianggap
informative jika informasi tersebut
mampu
mengubah
kepercayaan
(beliefs) para pengambil keputusan.
Adanya suatu informasi yang baru akan
membentuk kepercayaan yang baru
dikalangan para investor. Kepercayaan
ini akan mengubah harga melalui
perubahan demand dan supply suratsurat berharga. Kepercayaan ini juga
ditunjukkan dengan tingkat transaksi
perdagangan saham yang dilakukan
oleh
para
investor
sehingga
mempengaruhi volume perdagangan
saham dipasar modal.
Volume perdagangan saham
dapat diukur dengan melihat indikator
aktivitas volume perdagangan saham
(trading volume activity) setiap saham
yang disampel dihitung volume
relatifnya dan kemudian dihitung ratarata volume perdagangan relatif.
Volume perdagangan relatif saham
dikur dengan aktivitas perdagangan
relatif (TVA) yang oleh Foster
(1986:375)
dalam
Vera
(2009)
dinyatakan sebagai berikut:
TVAit =
3. Pasar Efisien
Menurut Tandelilin (2001:124)
pasar modal yang efisien adalah dimana
harga
semua
sekuritas
yang
diperdagangkan telah mencerminkan
semua informasi yang tersedia. Dalam
216
hal ini, informasi yang tersedia bisa
meliputi semua informasi yang tersedia
baik informasi masa lalu dan informasi
saat ini.
Ada beberapa kondisi yang
harus terpenuhi untuk terciptanya pasar
yang efisien, yaitu:
1. Ada banyak investor yang
rasional dan berusaha untuk
memaksimalkan profit
2. Semua para pelaku pasar dapat
memperoleh informasi pada saat
yang sama dengan cara yang
murah dan mudah.
3. Informasi yang terjadi bersifat
random
4. Investor bereaksi secara cepat
terhadap
informasi
baru,
sehingga harga sekuritas akan
berubah
sesuai
dengan
perubahan nilai sebenarnya
akibat informasi tersebut.
a. Bentuk-bentuk Pasar Efisien
Fama (1970) dalam Tandelilin
(2001:114)
mengklasifikasikan
bentuk pasar yang efisien ke dalam
tiga efficient market hipothesis
(EMH), yaitu:
1) Efisiensi dalam bentuk lemah
(weak form), dalam pasar ini
semua informasi di masa lalu
(historis) akan tercermin dalam
harga yang terbentuk sekarang.
2) Efisiensi dalam bentuk setengah
kuat
(semistrong
form),
merupakan bentuk efisiensi
pasar yang lebih komprehensif
karena dalam bentuk ini harga
saham disamping dipengaruhi
oleh data pasar (harga saham
dan volume perdagangan masa
lalu), juga dipengaruhi oleh
semua informasi yang di
publikasikan (seperti earning,
dividend, pengumuman stock
split, penerbitan saham baru dan
kesulitan
keuangan
yang
dialami perusahaan).
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
3) Efisiensi dalam bentuk kuat
(strong form), dalam pasar ini
semua informasi baik yang
dipublikasikan
atau
terpublikasikan, sudah tercermin
dalam harga sekuritas saar ini.
Pasar dalam bentuk kuat ini
tidak ada seorang investor pun
yang
memperoleh
return
abnormal.
b. Pengujian Pasar Efisien
Menurut Tandelilin (2001:116)
pengujian terhadap hipotesis pasar
efisien pada dasarnya bias dibagi
dalam tiga kelompok pengujian
berdasarkan klasifikasi hipotesis
pasar efisien yang akan diuji, yaitu:
1. Pengujian prediktabilitas return
Pengujian ini dilakukan untuk
menguji pasar dalam bentuk
lemah. Pengujian prediktabilitas
return dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a) Mempelajari pola return
seasional (harian, mingguan
maupun bulanan)
b) Mempelajari data return
dimasa lalu, baik untuk
prediktabilitas
jangka
pendek maupun jangka
panjang.
c) Mempelajari
hubungan
return dengan karakteristik
perusahaan.
2. Event studies
Event studies merupakan studi
yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event)
yang informasinya dipublikasikan debagai suatu pengumuman.
Pengujian kandungan informasi
dimaksud-kan untuk melihat
reaksi dari suatu pengumuman.
Pengujian ini dilakukan untuk
mengamati
dampak
dari
pengumuman
informasi
terhadap
harga
sekuritas.
Penelitian
ini
umumnya
berkaitan dengan seberapa cepat
suatu informasi yang masuk
kepasar dapat tercermin pada
harga
saham.
Standar
metodologi yang dilakukan
dalam event studies ini adalah:
1) Mengumpulkan
sampel,
yaitu perusahaan-perusahaan
yang memiliki pengumuman
yang mengejutkan pasar
(event).
2) Menentukan
hari
pengumuman event.
3) Menentukan
periode
pengumuman
4) Menghitung return masingmasing sampel setiap hari
selama periode pengamatan.
5) Menghitung return abnormal
yang akan dihitung dengan
mengurangi return aktual
yang sebenarnya dengan
return yang diharapkan.
6) Menghitung rata-rata return
abnormal semua sampel
setiap hari.
7) Terkadang return abnormal
tersebut digabung untuk
menghitung return abnormal
kumulatif selama periode
tertentu.
8) Mempelajari
dan
mendiskusikan hasil yang
diperoleh.
3. Pengujian private information
Pengujian
ini
meliputi
pengujian apakah pihak insider
perusahaan
dan
kelompok
investor tertentu yang dianggap
mempunyai akses informasi
lebih baik, dapat memperoleh
abnormal return dibandingkan
dengan return pasar umumnya.
4. Valuasi/ Penilaian Saham
Menurut Husnan (2000:288)
dalam Putri (2009), ada beberapa proses
penilaian saham:
1. Proses valuasi Harga Saham
217
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
Pada proses ini analisis saham
bertujuan untuk menentukan nilai
intrinsik suatu saham dan kemudian
membandingkan dengan harga
saham tesebut saat ini. Pedoman
yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:
a) Apabila nilai intrinsik lebih
besar dari nilai pasar saat ini,
maka harga saham itu dinilai
under value (harga terlalu
rendah),
dan
karenanya
seharusnya dibeli atau ditahan
apabila saham tersebut dimiliki.
b) Apabila nilai intrinsik lebih
kecil dari harga pasar, maka
harga saham tersebut dinilai
over value (harga terlalu tinggi)
dan karenanya harus dijual.
c) Apabila nilai intrinsic sama
dengan harga pasar saat ini,
maka saham tersebut dinilai
wajar harganya dan berada
dalam kondisi keseimbangan.
2. Model Valuasi Harga Saham
Pada proses ini model penilaian
merupakan suatu mekanisme untuk
merubah
serangkaian
variabel
ekonomi dan variabel perusahaan
yang diramalkan menjadi perkiraan
tentang harga saham.
3. Analisis Cross Sectional untuk
penilaian saham
Analisis ini dilakukan terhadap
banyak saham untuk periode waktu
yang sama. Tujuan analisis ini
adalah
untuk
mengetahui
bagaimana posisi suatu saham
relative terhadap saham-saham ini
dengan menggunakan variabel
tertentu.
Menurut Sunaryah (2000), ada
dua pendekatan dalam menganalisis
pasar, yaitu analisis teknikal dan
analisis fundamental.
1. Analisis teknik
Didefinisikan sebagai suatu teknik
analisis yang mengunakan data
mengenai pasar itu sendiri untuk
218
berusahan mengakses permintaan
dan penawaran suatu saham secara
keseluruhan. Kesimpulan mengenai
analisis teknikal adalah sebagai
berikut:
a) Analisis teknikal didasarkan
pada
data
pasar
yang
dipublikasikan
b) Fokus analisis adalah ketepatan
waktu penekanannya hanya
pada perubahan harga
c) Analisis teknikal berfokus pada
faktor-faktor internal melalui
analisa pergerakan didalam
pasar atau suatu saham
d) Pada analisis teknikal cendrung
lebih
berkonsentrasi
pada
jangka pendek, karena teknikteknik dalam analisa teknikal
dirancang untuk mendeteksi
pergerakan harga dalam jangka
waktu pendek.
2. Analisis fundamental
Adalah
analisis
yang
mengungkapkan
bahwa
setiap
saham memiliki nilai intrinsik, nilai
inilah yang diestimasi oleh investor.
Hasil estimasi nilai intrinsik ini
kemudian dibandingkan dengan
harga pasar sekarang (current
market price). Ada dua pendekatan
fundamental yang digunakan dalam
menilai saham, yaitu:
a) Penilaian dengan pendekatan
laba (price earning ratio
approach)
Menurut Tandelilin (2001) EPS
(earning per share) sebagai
salah satu komponen dalam
menghitung PER merupakan
rasio yang digunakan investor
untuk menunjukkan berapa
besar
keuntungan
yang
diperoleh
investor
atau
pemegang saham atas setiap
sahamnya.
PER
dihitung
dihitung dengan rumus:
PER =
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
b) Pendekatan nilai sekarang
Menurut Tandelilin (2001) hasil
sekarang suatu saham adalah
sama dengan nilai sekarang dari
arus kas dimasa yang akan
datang yang diharapkan investor
akan diperoleh dari investasi
atas saham tersebut.
V=∑ ( )
Ket:
V = Value
k = Tingkat return yang
diharapkan
5. Harga Saham
Harga saham adalah harga pasar
(market value) yaitu harga yang
terbentuk dipasar jual beli saham
(Jogiyanto, 1998:69) terlalu sedikitnya
informasi yang mengalir ke bursa
saham cenderung mengakibatkan harga
saham ditentukan tekanan psikologis
penjual atau pembeli
(tindakan
irrasional). Tindakan irrasional ini
mengakibatkan suatu pihak untung
besar dan pihak lain rugi besar. Hal
tersebut bisa terjadi di bursa saham dan
tidak salah menurut hukum.
Harga
pasar
saham
mencerminkan nilai suatu perusahaan.
Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan
tersebut dan sebaliknya. Harga saham
yang terlalu tinggi dapat mengurangi
minat investor untuk berinvestasi
sehingga harga saham sulit untuk
meningkat lagi.
Nilai pasar dari sekuritas
merupakan harga pasar dari sekuritas
itu sendiri. Untuk sekuritas yang
diperdagangkan dengan aktif, nilai
pasar merupakan harga terakhir yang
dilaporkan pada saat sekuritas terjual
(Horne,
1997:70).
Dalam
teori
manajemen dijelaskan bahwa tujuan
dan sasaran yang digunakan sebagai
standar dalam memberikan penilaian
efisien atau tidaknya suatu keputusan
keuangan dapat dilihat dari nilai
perusahaan. Harga pasar menunjukkan
seberapa baik manajemen menjalankan
tugasnya atas nama para pemegang
saham. Oleh karena itu manajemen
selalu berada dalam pengawasan. Para
pemegang saham yang tidak puas
dengan kinerja manajemen dapat
menjual saham yang mereka miliki dan
menginvestasikan
uangnya
di
perusahaan lain. Tindakan-tindakan
tersebut jika dilakukan oleh para
pemegang
saham
akan
dapat
mengakibatkan turunnya harga saham
di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah
harga saham lebih banyak dipengaruhi
oleh pertimbangan pembeli dan penjual
tentang kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Hal ini berkaitan dengan
analisis sekuritas yang umumnya
dilakukan investor sebelum membeli
atau menjual saham.
Harga perusahaan yang wajar
merupakan harga yang mencerminkan
nilai perusahaan. Untuk itu dalam
mengamati
kebijaksanaan
dalam
menetapkan harga saham, manajemen
perusahaan
harus
memperhatikan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam
menentukan
nilai
perusahaannya.
Menurut Widoadmodjo (1996) faktorfaktor tersebut yaitu:
a. Potensi laba dimasa yang akan
datang (potensial earnings)
Potensi laba tercermin dalam
proyeksi
kondisi
keuangan
perusahaan.
Jika
proyeksi
menunjukkan laba yang besar maka
investor akan bersedia.
b. Nilai Aktiva netto (net asset value)
Merupakan nilai seluruh aktiva
yang dimiliki perusahaan, yang
didasarkan pada hasil penilaian
terakhir
(bukan
nilai
buku)
dikurangi dengan nilai seluruh
kewajiban perusahaan baik yang
ada maupun yang timbul kemudian
hari.
c. Kemampuan membayar deviden
(deviden paying capacity) dimasa
219
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
lampau dan dimasa yang akan
datang.
Hal ini menyangkut berapa lama
perusahaan
telah
membayar
deviden, berapa besarnya dan
bagaimana
kebijaksanaannya
dimasa yang akan datang.
d. Perbandingan harga saham industri
sejenis.
Apabila suatu perusahaan baru
pertama kali mengadakan emisi
saham dan perusahaan belum begitu
terkenal
dimasyarakat,
maka
sebaiknya harga yang ditetapkan
lebih rendah dari harga saham
perusahaan sejenis yang telah go
public.
6. Risiko Saham
Disamping memperhitungkan
return,
investor
juga
perlu
mempertimbangkan tingkat risiko suatu
investasi sebagai dasar pembuatan
keputusan investasi. Tandelilin (2001)
menjelaskan bahwa Risiko merupakan
kemungkinan perbedaan antara return
aktual yang diterima dengan return
yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan perbedaannya, berarti
semakin besar risiko suatu investasi.
Risiko yang dapat dialami
investor atas saham yang dimilikinya
antara lain (Darmadji, 2001) yaitu:
1.) Tidak mendapatkan deviden
Investor akan memperoleh
deviden apabila perusahaan
emitennya
memperoleh
keuntungan. Dengan demikian
perusahaan
tidak
akan
memberikan atau membagikan
deviden apabila mengalami
kerugian. Dengan kata lain
kesempatan investor untuk
memperoleh deviden tergantung
pada kinerka perusahaan emiten.
2.) Capital Loss
Pada saat investor menjual
sahamnya pada harga yang lebih
rendah dibandingkan harga
220
belinya, maka investor tersebut
mengalami capital loss.
3.) Perusahaan
bangkrut
dan
dilikuidasi
Jika perusahaan bangkrut, maka
secara teoritis saham perusahaan
tersebut akan dikeluarkan (dedelist) dari bursa. Dalam kondisi
ini, pemegang saham akan
menempati
urutan
terakhir
dibandingkan kreditur maupun
obligator dalam hal perolehan
hak atas asset perusahaan.
4.) Saham Di-Suspend
Yaitu
diberhentikan
perdagangannya oleh otoritas
bursa. Permodalan tidak dapat
menjual sahamnya sehingga
suspend
tersebut
dicabut.
Penghentian
biasanya
berlangsung singkat, misalnya
satu sesi perdagangan, hingga
beberapa
hari.
Suspend
dilakukan apabila suatu saham
mengalami lonjakan yang luar
biasa,
suatu
perusahaan
dipailitkan oleh kreditornya,
ataupun kondisi lain yang
mengharuskan otoritas bursa
untuk menghentikan sementara
perdagangan saham tersebut
guna melakukan konfirmasi
kepada perusahaan sehingga
diperoleh yang lebih jelas.
Investor
harus
mampu
menghitung risiko dari suatu investasi.
Untuk menghitung besarnya risiko total
yang dikaitkan dengan return yang
diharapkan dari suatu investasi, bisa
kita lakukan dengan menghitung
varians dan standar deviasi return
investasi yang bersangkutan. Varians
maupun standar deviasi merupakan
ukuran besarnya penyebaran distribusi
probabilitas,
yang
menunjukkan
semakin besar penyebaran variabel
random diantara rata-ratanya; semakin
besar penyebarannya, semakin besar
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
varians atau standar deviasi investasi
tersebut.
Hipotesis
Likuiditas saham merupakan
ukuran jumlah transaksi suatu saham di
pasar modal dalam suatu periode
tertentu. Hal tersebut menunjukkan
minat investor untuk memiliki saham
tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi
dimungkinkan karena saham yang
likuiditasnya
tinggi
memberikan
kemungkinan lebih tinggi untuk
mendapatkan return dibandingkan
saham yang likuiditasnya rendah. Suatu
saham dikatakan likuid yaitu apabila
saham-saham
tersebut
sering
diperdagangkan. Likuiditas saham dari
suatu perusahaan dapat ukur dengan
melihat volume perdagangan saham
tersebut. Apabila volume saham suatu
perusahaan itu tinggi, mengindikasikan
bahwa likuiditas saham tersebut juga
tinggi.
Likuiditas
saham
dapat
dipengaruhi
oleh
beberapa
hal,
beberapa diantaranya adalah harga dan
risiko. Pada saat harga dianggap terlalu
tinggi oleh investor, investor akan
mengalihkan dananya pada perusahaan
lain karena menganggap bahwa saham
ini tidak mampu dibelinya karena harga
nya terlalu tinggi. Dalam keadaan
seperti ini akan berdampak pada
menurunnya volume
perdagangan
saham
perusahaan,
yang
juga
menandakan bahwa terjadi penurunan
likuiditas pada saham perusahaan
tersebut.
Risiko saham juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya volume
perdagangan. Varian dalam hal ini
mewakili risiko yang akan ditanggung
oleh investor. Seorang investor, pada
saat menginvestasikan dananya, hal
yang diperhatikannya adalah risiko
yang akan ditanggungnya. Mereka
hanya mau menanggung risiko tertentu
pada tingkat return tertentu pula.
Sehingga, apabila risiko tersebut
dianggap terlalu tinggi, tindakan yang
dilakukan
investor
adalah
menghentikan investasinya pada saham
tersebut. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya penurunan pada volume
perdagangan saham perusahaan. Yang
menandakan
berkurangnya
minat
investor pada saham tersebut. Ini dapat
menyebabkab saham tersebut menjadi
tidak likuid. Oleh karena itu, kerangka
konseptual dapat digambarkan sebagai
berikut:
Harga Saham
Likuiditas Saham
Risiko Saham
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Hipotesis yang akan diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H 1: Harga saham berpengaruh positif
terhadap likuiditas saham
H 2 : Risiko saham berpengaruh negatif
terhadap likuiditas saham
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kausatif. Penelitian kausatif merupakan
tipe penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan sebab akibat
antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini menguji pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel
(Y). Berdasarkan pada permasalahan
diatas maka penelitian ini dimaksudkan
221
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
untuk mengetahui pengaruh harga dan
risiko saham terhadap likuiditas saham
pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode
2008-2009.
Teknik
pengambilan sampel adalah purposive
sampling method yaitu pengambilan
sampel secara khusus berdasarkan
kriteria-kriteria
tertentu.
Adapun
kriteria pengambilan sampel adalah:
1. Perusahaan yang mengeluarkan
laporan kinerja tahun 2008-2009
2. Perusahaan yang menyediakan
informasi
mengenai
harga
saham, volume perdagangan,
dan jumlah saham beredar.
3. Perusahaan yang sahamnya
diperdagangan selama periode
penelitian.
4. Perusahaan dengan jumlah
saham yang beredar sama tahun
2008-2009
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas,
diperoleh
sampel
sebanyak
92
perusahaan.
Jenis Dan Sumber Data
Di tinjau dari sumbernya, data
ini adalah data sekunder dari
perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Ditinjau dari
segi sifatnya, data ini adalah data
kuantitatif yaitu data-data yang
berbentuk angka-angka yang terdiri dari
data harga saham, volume perdagangan
dan jumlah saham beredar. Sumber data
dalam proposal ini adalah bersumber
dari sumber online www. idx. co. id.
Variabel Penelitian
1. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah likuiditas yang diukur
dengan volume perdagangan saham.
Yaitu jumlah lembar saham yang
diperdagangkan dipasar modal
dalam periode tertentu. Satuan
volume perdagangan saham adalah
222
lember
saham.
Volume
perdagangan saham diukur dengan
melihat indicator aktivitas volume
perdagangan saham (trading volume
activity),
dinyatakan
sebagai
berikut:
TVAit =
Setelah
volume
perdagangan
relative diketahui maka dihitung
rata-rata
volume
perdagangan
saham relative untuk sampel secara
keseluruhan dengan cara:
∑
̅ TVA =
Dimana:
̅ TVA =
rata-rata
volume
perdagangan relatif
∑TVA =
jumlah
volume
perdagangan relatif
n
= jumlah sampel
2. Variabel
bebas
(variabel
independen) dalam penelitian ini
adalah:
Harga saham
Harga pasar merupakan harga
saham pada pasar yang sedang
berlangsung. Jika pasar bursa
efek tutup, maka harga pasar
adalah harga penutupan (closing
price) bulanan.
Risiko Saham
Tandelilin (2001) menjelaskan
bahwa
Risiko
merupakan
kemungkinan perbedaan antara
return aktual yang diterima
dengan return yang diharapkan.
Semakin besar kemungkinan
perbedaannya, berarti semakin
besar risiko suatu investasi.
Varians dalam hal ini mewakili
risiko saham yang disinyalir
dapat mempengaruhi besar
kecilnya likuiditas saham.
Varian = [ Ri – E(R) ]2 pri
(Tandelilin,2001)
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
Dimana:
E (R) = return yang diharapkan
dari suatu sekuritas
Ri
= return ke-I yang
mungkin terjadi
Pri
=
probabilitas
kejadian return ke-i
Atau:
Var =
∑(
̅)
(Dajan, 1988)
Teknik Pengumpulan data
Teknik
yang
digunakan
dalam
mengumpulkan data adalah teknik
dokumentasi. Dimana teknik ini
dilakukan untuk mengumpulkan datadata dokumentasi yang berupa berupa
daftar perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, data harga saham
bulanan, data volume perdagangan, dan
data lembar saham beredar.
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian dan
hipotesis, maka analisis ini bertujuan
untuk mengetahui peranan masingmasing
variabel
bebas
dalam
mempengaruhi variabel terikat. Adapun
teknik analisis yang penulis gunakan
untuk menguji harga saham dan varian
terhadap likuiditas adalah teknik
analisis induktif. Setelah data penelitian
ini dikumpulkan maka data akan diolah
dengan
menggunakan
bantuan
komputer yaitu dengan program SPSS.
Data akan diolah dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
Uji Asumsi klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk
mengetahui apakah penaksir dalam
regresi merupakan penaksir kolinear tak
bias terbaik. Untuk memperoleh
persamaan yang paling tepat digunakan
parameter regresi yang dicari dengan
metode kuadrat terkecil atau Ordinary
Least Square (OLS). Metode regresi
OLS akan dapat dijadikan alat estimasi
yang tidak bias jika telah memenuhi
persyaratan Beast Linear Unbiased
Estimation (BLUE). Oleh karena itu
diperlukan adanya uji asumsi klasik
terhadap
model
yang
telah
diformulasikan,
yang
mencakup
pengujian normalitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji Normalitas
Menurut Idris (2006: 78), pengujian
normalitas adalah pengujian tentang
kenormalan distribusi data. Pengujian
ini dilakukan dengan analisis statistik
parametrik, dengan asumsi bahwa data
terdistribusi secara normal. Penelitian
ini akan menggunakan pengujian data
dengan analisis statistik menggunakan
analisis Kolmogorov-Smirnov. Jika
nilai signifikan uji KolmogorovSmirnov > 0,05 berarti data terdistribusi
normal Ho diterima. Jika nilai
signifikan uji Kolmogorov-Smirnov <
0,05 maka data dinyatakan tidak
terdistribusi secara norma Ho ditolak.
Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah tidak
terdapat multikolinearitas yang artinya
tidak terdapat hubungan linear yang
“sempurna” atau pasti, diantara
beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari model regresi
(Gujarati, 1998). Korelasi antara
variabel bebas dapat dideteksi dengan
menggunakan
Tolerance
Inflation
factors. Nilai tolerance variabel
independen diatas 0,10 dan VIF yang
kurang dari 10 menunjukan bahwa
korelasi antar variabel bebas masih bisa
ditolerir. Apabila terdapat korelasi yang
tinggi sesama variabel bebas tersebut,
maka
salah
satu
diantaranya
diminimalisir (dikeluarkan) dari model
regresi berganda atau menambah
variabel bebasnya.
223
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
Uji Heterokedastisitas
Menurut Idris (2006: 87), uji ini
merupakan uji ketidaksamaan varians
dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Dalam regresi, salah
satu asumsi yang harus dipenuhi adalah
bahwa varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain
tidak memiliki pola tertentu. Pola yang
tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai
yang tidak sama antar satu varians dari
residual.
Untuk
menguji
adanya
gejala
heterokedastisitas,
maka
dapat
digunakan
metode
Spearman
Correlation. Model ini dinyatakan
terkena heterokedastisitas bila nilai
koefisien
korelasi
spearman
mempunyai
nilai
korelasi
yang
signifikan (sig. < 0,05) terhadap nilai
residualnya.
Uji Autokorelasi
Menurut Gujarati (1999: 215), istilah
autokorelasi dapat didefinisikan sebagai
“korelasi antara anggota serangkaian
obeservasi yang diurutkan menurut
waktu (seperti dalam data deret waktu)
atau ruang (seperti data crosssectional)”.
Untuk
mendeteksi
autokorelasi, digunakan statistik d dari
Durbin-Watson.
Mekanisme
tes
Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Untuk ukuran sampel tertentu dan
banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu, dapatkan nilai ktitis dL dan
dU.
Tabel 3.
Klasifikasi Nilai Durbi Watson (DW)
Nilai DW
4-dl < DW < 4
4-du < DW < 4-dl
2 < DW < 4-du
du < DW < 2
dl < DW < du
0 < DW < dl
Keterangan
Ada Autokorelasi (-)
Tida Ada Kesimpulan
Tidak Ada Autokorelasi
Tidak Ada Autokorelasi
Tidak Ada Kesimpulan
Ada Autokorelasi (+)
Sumber: Sritua (1993:18)
224
Analisis Regresi Berganda
Pengujian terhadap hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda dalam penelitian ini
digunakan untuk menyatakan hubungan
fungsional antara variabel bebas dan
variable terikat. Adapun bentuk model
regresi yang digunakan sebagai dasar
penentuan harga saham adalah bentuk
fungsi linear yakni :
Y = a + b1x1 + b2x2 + e
(Gujarati,
1998)
Vol i,t = ao + a1 PR i,t + a2 VAR i,t +
e
Dimana:
Vol
= volume perdagangan saham i,
pada bulan ke t
PR
= harga saham i, pada bulan ke t
VAR = risiko saham i, pada bulan ke t
a
= koefisien regresi
e
= kesalahan pengganggu
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat, digunakan koefisien
determinasi. Koefisien determinasi (R²)
menunjukkan besarnya persentase
pengaruh semua variabel bebas tehadap
variabel terikat (Algifari, 2000: 67).
Sedangkan untuk mengetahui besarnya
pengaruh faktor lain selain variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
digunakan koefisien non-determinasi,
dengan nilai sebesar 100% dikurangi
koefisien determinasi. Hubungan antara
koefisien determinasi dengan nondeterminasi dapat dinyatakan sebagai
berikut:
R²+K² = 100%
Uji Hipotesis (Uji t)
Uji ini bertujuan untuk menguji
pengaruh secara parsial antara variabel
bebas terhadap variabel terikat dengan
mengasumsikan variabel lain adalah
konstan. Dengan kriteria sebagai
berikut :
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
Jika t.tab < t.hit atau sig. < α, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Ini berarti
ada pengaruh secara parsial antara
variabel bebas terhadap variabel terikat
Jika t.tab > t.hit atau sig. > α, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak
ada pengaruh secara parsial antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan
analisis regresi linear berganda.
Sehingga dalam penelitian ini perlu
dilakukan uji asumsi klasik. Karena
dalam analisis regresi berganda perlu
dihindari penyimpangan asumsi klasik
supaya tidak timbul masalah dalam
penggunaan analisis regresi berganda.
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan
sebagai berikut:
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal atau tidak.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan
Kolmogorov Smirnov Test. Jika tingkat
signifikansinya > 0,05 maka data
berdistribusi normal. Jika tingkat
signifikansinya < 0,05 maka data
dikatakan tidak berdistribusi normal.
Jika data tidak berdistribusi normal
maka perlu ada perlakuan agar menjadi
normal.
Menurut Idris (2008:81), ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan
agar data berdistribusi normal:
1. Jika jumlah sampel lebih besar
maka dapat dihilangkan data
outliernya.
2. Melakukan transformasi data
3. Menggunakan alat analisis non
parametrik.
Setelah dilakukan pengolahan
data, didapat hasil olahan Kolmogorov
Smirnov sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Likuiditas
176
Mean
-1.5198146
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .56331709
Most Extreme Differences Absolute
.042
Positive
.038
Negative
-.042
Kolmogorov-Smirnov Z
.556
Asymp. Sig. (2-tailed)
.917
N
Harga Saham
176
2.6612432
.56740503
.053
.048
-.053
.698
.715
Varian Saham
176
-1.6476362
.51875914
.069
.045
-.069
.916
.371
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Dari tabel 4 terlihat bahwa hasil
uji
menyatakan
bahwa
nilai
Kolmogorov Smirnov untuk likuiditas
sebesar 0,556 dengan signifikansi 0,917
Untuk harga saham sebesar 0,698
dengan signifikansi 0,715. Untuk varian
saham
sebesar
0,916
dengan
signifikansi 0.371. Dengan hasil
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
data yang digunakan dalam penelitian
ini telah terdisribusi normal, karena
nilai signifikansi dari uji normalitas
untu masing-masing variabel lebih
besar dari 0,05.
Uji Multikolinearitas
Uji terhadap multikolinearitas
merupakan pengujian untuk melihat
adanya keterkaitan hubungan antara
variabel bebas. Cara untuk mendeteksi
225
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
adanya multikolinieritas dilakukan
dengan cara meregresikan model
analisis dan melakukan uji korelasi
antar
variabel
bebas
dengan
menggunakan variance inflation factor
(VIF) dan tolerance value (Ghozali,
2003). Jika nilai VIF kurang dari 10
(VIF < 10) atau nilai tolerance lebih
besar dari 0,10 maka akan disimpulkan
bahwa model tersebut tidak memiliki
gejala multikolinearitas. Berikut hasil
uji Multikolinearitas yang didapat:
Tabel 5.
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
B
(Constant)
-1.136
Harga Saham .034
Varian Saham .288
a Dependent Variable: Likuiditas
1
Std. Error
.246
.073
.080
Dari hasil pengolahan yang
disajikan dalam tabel di atas terlihat
bahwa semua variabel memiliki nilai
Tolerance lebih dari 0,10 dan Variance
inflation factor (VIF) kurang dari 10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas antar semua
variabel bebas yang terdapat penelitian.
Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi Heteroskedastisitas
adalah asumsi dalam regresi di mana
varians residual tidak sama untuk satu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
Salah satu cara mendeteksi adanya
Tolerance
VIF
.994
.994
1.006
1.006
gejala heterokedastisitas untuk sampel
besar disarankan untuk digunakan uji
Glejser (Idris, 2006). Uji Glejser
dilakukan
dengan
meregresikan
variabel-variabel bebas terhadap nilai
Absolut residualnya (Gujarati, 2003).
Sebagai pengertian dasar, residual
adalah selisih antara nilai obeservasi
dengan nilai prediksi dan absolut adalah
nilai
mutlak.
Gangguan
heterokedastisitas terjadi jika terhadap
pengaruh yang signifikan antara varibel
terhadap terhadap absolut residualnya.
Tabel 6.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model
1
(Constant)
Harga Saham
Varian Saham
B
.606
-.045
.031
a Dependent Variable: abs_res
Std. Error
.145
.043
.047
Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa harga saham memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,302 terhadap
absolut residualnya. Begitu juga dengan
226
Beta
-.079
.051
t
4.174
-1.036
.666
Sig.
.000
.302
.506
varian
saham
dengan
tingkat
signifikansi sebesar 0,506 terhadap
absolute residualnya. Karena tingkat
signifikannya lebih besar dari 0,05
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
gejala hetrokedastisitas pada model
tersebut.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk
melihat apakah dalam sebuah model
regresi linear terdapat korelasi antara
kesalahan penggangggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada
periode
t-1
dan
serangkaian
pengamatan tersusun dalam rangkaian
waktu (time series). Dengan kata lain,
pengujian ini dimaksudkan untuk
melihat adanya hubungan antara data
(observasi) satu dengan data yang
lainnya dalam satu variabel.
Cara
untuk
mendeteksi
adanya
autokorelasi
adalah
dengan
menggunakan Durbin Watson (DW)
statistic. Berikut ini adalah ringkasan
tabel uji autokorelasi yang dilihat dari
hasil Durbin Watson (DW):
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Adju
sted
R
Squar
e
Std.
Error
Dur
R
of the binMo
Squ
Estim Wat
del R
are
ate
son
1
.270
.54553 1.76
.073 .062
(a)
957
0
a Predictors: (Constant), Varian Saham,
Harga Saham
b Dependent Variable: Likuiditas
Berdasarkan data pada tabel 7
didapatkan nilai koefisien DurbinWatson sebesar 1,760. dengan nilai du
sebesar 1,651 dan nilai dl sebesar
1,598. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
model tidak terkena autokorelasi karena
1,651<1,760<2.
Analisis regresi Berganda
Analisis regresi berganda dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
menyatakan
hubungan
fungsional
antara variabel bebas dab variabel
terikat. Analisis regresi berganda
dilakukan
dengan
menggunakan
program SPSS. Berikut hasil olahan
regresi yang didapat:
Tabel 8.
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
-1.136
.034
.288
a Dependent Variable: Likuiditas
(Constant)
Harga Saham
Varian Saham
Berdasarkan hasil yang terdapat
pada tabel 8, maka dapat dirumuskan
persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
Y = -1,136 + 0,034 X1 + 0,288 X2
Angka-angka yang dihasilkan
dari model diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut: Nilai konstanta sebesar
Standardized
Coefficients
Std. Error
.246
.073
.080
Beta
.034
.265
t
-4.619
.465
3.611
Sig.
.000
.642
.000
-1,136 mengindikasikan bahwa jika
variabel bebas bernilai nol, maka
likuiditas akan mengalami penurunan
sebesar 1,136. Sedangkan nilai
koefisien harga saham adalah sebesar
0.034 dengan sig. 0,642 > 0,05. Angka
ini berarti harga saham berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap
227
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
likuiditas saham. Ini menunjukkan
setiap peningkatan harga saham sebesar
1 rupiah akan meningkatkan likuiditas
saham sebesar 0,034.
Sedangkan nilai koefisien varian
saham sebesar 0,288 dengan sig. 0,000
< 0,05. Angka ini berarti varian saham
dalam hal ini mewakili risiko fluktuasi
harga saham berpengaruh positif dan
signifikan terhadap likuiditas saham. Ini
menunjukkan setiap peningkatan risiko
saham sebesar 1 akan meningkatkan
likuiditas saham sebesar 0,288.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji
ini
bertujuan
untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabelvariabel terikat. Koefisien determinasi
(R2) menunjukkan proporsi yang
diterangkan oleh variabel independen
dalam model terhadap variabel
terikatnya, sisanya dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model, formulasi model yang
keliru dan kesalahan eksperimen. Pada
penelitian ini hasil uji koefisien
determinasi R2 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 8.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1
.270(a) .073
.062
.54553957
1.760
a Predictors: (Constant), Varian Saham, Harga Saham
b Dependent Variable: Likuiditas
Berdasarkan tabel 8 di atas
dapat diketahui bahwa nilai R2 yang
diperoleh sebesar 0,062. Ini berarti
bahwa likuiditas saham perusahaanperusahaan yang terdaftar dibursa efek
Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel
bebasnya yaitu harga saham dan risiko
saham sebesar 6,2%. Sisanya 93,8%
ditentukan oleh variabel lain yang tidak
dianalisis dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mencari
pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dalam persamaan
regresi
secara
parsial
dengan
mengasumsikan variabel lain dianggap
konstan. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara nilai t yang
dihasilkan dari perhitungan statistik
dengan nilai t tabel. Untuk mengetahui
nilai thitung dapat dilihat melalui tabel
9 berikut ini:
Tabel 9.
Hasi Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-1.136
.246
.034
.073
.288
.080
a Dependent Variable: Likuiditas
Model
1
(Constant)
Harga Saham
Varian Saham
Hipotesis
pertama
dalam
penelitian ini adalah harga saham
berpengaruh positif terhadap likuiditas
saham pada perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
228
Standardized Coefficients
Beta
t
-4.619
.034
.465
.265
3.611
Sig.
.000
.642
.000
tahun 2008-2009. Berdasarkan tabel 9
diketahui bahwa nilai thitung adalah
sebesar 0,465 dengan signifikansi 0,642
> 0,05. Hal ini berarti pengaruh harga
saham positif dan tidak signifikan
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
terhadap likuiditas saham, sehingga
dapat dikatakan bahwa hipotesis
pertama diterima.
Hipotesis
kedua
dalam
penelitian ini adalah risiko saham
berpengaruh negatif terhadap likuiditas
saham pada perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2008-2009. Berdasarkan table 6
diketahui bahwa t hitung dari ukuran
perusahaan adalah sebesar 3,611
dengan signifikansi 0,001 < 0,005. Hal
ini berarti bahwa risiko saham
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap likuiditas saham, sehingga
hipotesis kedua ditolak.
Pembahasan
Dari hasil pengolahan sampel
yang uji dengan program SPSS, dapat
disimpulkan bahwa harga saham
memberikan pengaruh yang positif dan
tidak signifikan terhadap likuiditas
saham. Hasil ini dibuktikan dengan
hasil pengujian regresi Harga Saham
yang telah dilogaritmakan terlebih
dahulu sebesar 0,034 dengan tingkat
signifikansi 0,642 > 0,05.
Tinggi rendahnya harga saham
lebih
banyak
dipengaruhi
oleh
pertimbangan pembeli dan penjual
tentang kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Harga pasar yang wajar
merupakan harga yang mencerminkan
nilai perusahaan.
Hal ini akan
mempengaruhi minat beli investor
terhadap sebuah saham. Menurut teori
Jogiyanto (1998:68). Semakin tinggi
harga saham, maka semakin tinggi pula
nilai
perusahaan
tersebut
dan
sebaliknya harga saham yang terlalu
tinggi dapat mengurangi minat investor
untuk berinvestasi sehingga harga
saham sulit meningkat lagi. Minat beli
investor tercermin dari tinggi atau
rendahnya likuiditas saham. Harga yang
wajar akan meningkatkan minat beli
investor, hal ini akan menyebabkan
meningkatnya likuiditas saham suatu
perusahaan.
Pengaruh
Risiko
Saham
terhadap Likuiditas Saham perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Berdasarkan hasil pengolahan
sampel yang diuji dengan program
SPSS, risiko saham memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap
likuiditas saham suatu perusahaan. Hal
ini dapat dibuktikan dari nilai varian
saham yang dilogaritmakan sebesar
0,288 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa semakin
berfluktuasi harga saham berupa
kenaikan harga saham (apresiasi) akan
menyebabkan
peningkatan
pada
likuiditas saham.
Hal ini sesuai dengan teori
menurut Sunaryah (2000,22) bahwa
harga saham mendorong tingkat
likuiditas saham. Apresiasi akan
menyebabkan
peningkatan
pada
likuiditas saham. Akan tetapi jika
fluktuasi tersebut berupa depresiasi
(penurunan
harga
saham)
akan
berdampak pada penurunan tingkat
likuiditas saham.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
pendahuluan,
kajian teori dan pengolahan data serta
pembahasan yang telah dilakukan pada
bab terdahulu, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu: 1) Harga saham
memberikan pengaruh positif yang
tidak signifikan terhadap likuiditas
saham perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2009. 2) Risiko saham dengan
alat ukur varian memberikan pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap
likuiditas saham perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2008-2009.
Saran
229
Pengaruh Harga dan Risiko ….. (Rizka Hadya)
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dikemukakan maka dapat
diberikan beberapa saran sebagai
berikut: 1.) Bagi Perusahaan, dapat
lebih memperhatikan adanya kemungkinan risiko likuiditas saham pada
tingkat harga dan tingkat risiko tertentu.
2.) Bagi Investor, dapat lebih
memperhatikan likuiditas saham dari
saham perusahaan yang akan dibelinya.
Selain itu, diharapkan investor dapat
memperhatikan fluktuasi dari harga
saham. Karena apabila hanya melihat
dari tinggi rendah nya harga saja, tidak
akan mendapatkan informasi yang
sempurna. Hal ini dikarenakan harga
saham yang rendah belum tentu
mencerminkan kinerja yang buruk dari
suatu perusahaan. Bisa saja harga
saham yang rendah dikarenakan
perusahaan
tersebut
merupakan
perusahaan yang baru berkembang. 3.)
Bagi Peneliti selanjutnya, dengan
penelitian ini diharapkan peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian
yang berkompeten khususnya yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi
likuiditas
saham.
Penggunaan teknik analisis dan
metodologi penelitian yang lebih akurat
diharapkan dapat memberikan hasil
yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Rina. 2007. “Pengaruh Stock
Split terhadap Likuiditas dan
Return Saham di Bursa Efek
Jakarta”. Padang.
Ahmad, Kamaruddin. 1996. Dasardasar Manajemen Investasi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi:
Teori Kasus dan Solusi.
Yogyakarta: BPFE
Antoni, Rio. 2007. ”Analisa Komparatif
Nilai Perusahaan dan Likuiditas
Saham Sebelum Dan sesudah
Stock Split”. Padang:
230
Arsyad, Lincoln. 2001. Peramalan
Bisnis. Yogyakarta: BPPE
Dajan, Anto. 1988. Pengantar Metode
Statistik. Jilid II. Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama
Darmadji, Tjiptono dan Hendi M.
Fakhrudin. 2001. Pasar Modal
Di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat
Gujarati,
Damodar.
1998.
Ekonometrika Dasar. Jakarta:
Penerbit Erlangga
_____________. 1999. Ekonometrika
Dasar.
Jakarta:
Penerbit
Erlangga
Horne, James C. Van dan Jhon M.
Wachowicz. 2005. “Prinsipprinsip Manajemen Keuangan.
Diterjemahkan oleh Fitriasari,
Dewi dan Kwary, Deny Arnos.
Edisi 12. Jakarta: Salemba
Empat.
___________ . 2007. “Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
http://etd.eprints.ums.ac.id/2998/1/B10
00010551.pdf/(Ari
Tri
Nugroho).
http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/ar
ticle/viewFile/43/140. “Analisis
Likuiditas Saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split di Bursa
Efek Jakarta Periode 20032005” (Agus Setiyanto)
http://staff.ui.ac.id/internal/132083867/
publikasi/.” Determinan Bid-ask
Spread Saham-Saham dalam
Kompas 100 di Bursa Efek
Indonesia (Budi Frensidy).
Http://www.idx.co.id.
Http://www.koleksiskripsi.com.
“Pengaruh Earning Pershare
(EPS), Deviden Pershare (DPS)
dan Financial Laverage (FL)
terhadap
Harga
Saham
Perusahaan
Manufaktur
di
BEJ”.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 208 – 231
Idris.2006. “Aplikasi SPSS dalam
Analisis
Data
Kuantitatif.
Padang: FE-UNP.
Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE
Komalasari. 2000. “Asimetri Informasi
dan Cost of Equity Capital”.
Simposuim Nasional Akuntansi;
Sesi 3
Putri, Yunita dewi. 2009. “ Pengaruh
Current Ratio, Total Asset
Turnover, Return On Equity,
Dept To Total Asser Ratio dan
Earning PerShare Terhadap
Harga Saham Pada Industri
Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia Periode 2003-2007”.
Padang.
Raharjo, Sapto. 2006. Kiat Membangun
Asset
Kekayaan.
Jakarta:
Gramedia.
Sritua, Arif. 1993. Metodoliogi
Penelitian
Ekonomi.
Jakarta:penerbit
Universitas
Indonesia.
Sunariyah.2000. Pengetahuan Pasar
Modal. Yogyakarta: UUP-AMP
YKPN
Tandellilin, Eduardus. 2001. Analisis
Investasi
dan
Manajemen
Portofolio. Yogyakarta: BPFE
Vera, Wilfia. 2009.
“Perbedaan
Volume Perdagangan Saham
Pada
Perusahaan
yang
melakukan Merger dan Akuisisi
Pada Perusahaan Go Public
yang terdaftar Di BEI”. Padang.
Widoadmodjo, Sawidji. 1996. Cara
Sehat Investasi di Pasar Modal.
Jakarta: Jurnalindo Aksara
Grafika
231
Download