PENGARUH KOMUNlKASI ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA

advertisement
PENGARUH KOMUNlKASI ORGANISASI DAN KELOMPOK KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP
DAERAH KABUPATENKUTAI KARTANEGARA
Oleh: Deby Turendy, Iskandar dan Sabran
Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kutai Kartanegara
Tenggarong
Abstrak :
The purpose of this study was to determine and assess things as the followings:
Knowing and reviewing Organizational Communications Influence and the Working Group on
the performance of employees at the Regional Environmental Agency at Kutai Kartanegara.
Knowing the dominant variable affecting the performance of employees at the Regional
Environmental Agency at Kutai Kartanegara Regency.
To analyze the data obtained by the writer using multiple tools and multiple regression analysis
and SPSS application (Statistics Product and Service Solution) reI12 For Windows so that the
results obtained the following regression equation: Y = 4.116 + 0,358X1 + 0,338X2. Based on
these equations can be interpreted any changes, both X1 and X2 positive influence on Y
(employee performance). Based on the F statistical test obtained F calculated value of 28.404
with a probability level of 0,000 and the value of F table 3,12 This means that F count> F table
or 28.404> 3.12. it can be said that the organizations communication variables and working
groups, together were able to show its influence on employee performance. So it can be stated
first hypothesis is accepted.
Y = 4.116 + 0.338 + 0,358XI X2 Based on these equations can be seen variable X1
(organizational communication) amounted to 35.8% have influence on employee performance,
and variable X2 (working group) has the effect of 33.8% against employee performance. So we
can conclude organizational communication variables has the most dominant impact on the
performance of employees, so the second hypothesis was accepted.
Key Word : Organizational Communications, Working Group, and Performance of Employees
PENDAHULUAN
Pengembangan sumber daya manusia
jangka panjang merupakan aspek yangsemakin
penting dalam suatu organisasi yang bersangkutan.
Secara luas,pengembangan sumber daya manusia
merupakan
suatu
tujuan
pembangunan
secaranasional, yaitu pengembangan bangsa,
sedangkan secara sempit pengembangansumber
daya manusia diarahkan kepada lingkungan
organisasi. Sumber daya manusia membuat
sumber-sumber daya organisasi lainya dapat
berjalan dengan baik. Sumber daya manusia yang
cakap, mampu dan terampil belummenjamin
terciptanya prestasi kerja yang baik, salah satu
tolak ukur keberhasilan bagisuatu organisasi dalam
melaksanakan pembangunan atau kegiatan
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
operasionalnya adalah tingkat produktifitas kerja
pegawai yang ada dalam organisasi tersebut
Organisasi yang dapat dikatakan berhasil tentulah
organisasi yang telah mampu mencapai
produktifitas yang maksimal dengan cara kerja
yang efektif dan efesien.Selain dari keahlian,
keterampilan dan pengalaman, Komunikasi
organisasijuga sangat berpengaruh terhadap
kinerja pegawai, karena jika bekerja tidak ada
proses komunikasi yang baik maka akan
berpengaruh terhadap hasil kerja. Kemungkinan
hasil pekerjaan tersebut tidak memuaskan atau
tidak sesuai dengan harapan yang di inginkan.
karena itu komunikasi organisasi dalam bekerja
dapat dikatakan salah satu hal yang mendukung
kinerja pegawai. kelompok kerja yangbiasanya
49
terbagi beberapa orang dalam setiap teamnya tentu
juga mempunyaipengaruh terhadap kinerja
pegawai, karena tidak semua orang atau bahkan
dalambeberapa orang dalam satu team/kelompok
mempunyai kinerja yang kurang optimal,sehingga
hal ini berpengaruh tidak baik dalam penyelesaian
tugas yang dibebankan.
Badan Lingkungan Hidup Daerah adalah
salah satu instansi PemerintahanDaerah Kabupaten
Kutai Kartanegara yang dibentuk berdasarkan
peraturan daerah Kabupaten Kutai Kartanegara
Nomor 23 tahun 2008. Permasalahan yang terjadi
pada Badan Lingkungan Hidup Daerah
adalahkomunikasi di dalam organisasi yang sering
terjadi kesalahpahaman, misalnya padaruang
lingkup internal, antara atasan dan bawahan dalam
menjalankan tugas, yangberakibat banyaknya
pegawai yang melakukan kesalahan dalam
pekerjaan atau tingkat efesiensi kerja masih tak
sebanding dengan pekejaan. sedangkan pada
pembagian kelompok kerja terdapat kesenjangan
antara yang satu dan yang lain yaitu perhatianyang
diberikan atasan tidak sama. maka kinerja para
pegawai dapat lebih meningkat. Seharusnya
kinerja pegawai dibangun secara berkelanjutan
dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja
baikpegawai
maupun
organisasi
secara
keseluruhan. Sehingga Praktik-praktik manajemen
berbasis kinerja melibatkan spesifikasi sasaran
yang hendak dicapai, alokasi sumberdaya,
mengukur serta mengevaluasi kinerja, Spesifikasi
sasaran merupakan elemen penting dalam
menyusun kebijakan dan program dimana
kebijakan dan programdisusun untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan
sasaran diperlukan alokasi sumber daya. Maka
kinerja dijabarkan dalam indikator-indikator
kinerja yang terdapat dalam desain pengukuran
kinerja. Kinerja akan menggambarkan tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program,
dan kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi unit kerja didalam
pemerintahan tersebut.(Bawono, 2009).
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mengkaji Pengaruh Komunikasi
Organisai dan kelompok Kerja terhadap kinerja
pegawai pada Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara, serta untuk
mengetahui Variabel yang paling dominan
mempengaruhi kinerja pegawai pada Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Kinerja
Menurut Emil Salim dalam bukunya
Aspek Sikap Mental dalam ManajemenSumber
Daya
Manusia
mengemukakan
mengenai
pengertian kinerja sebagai berikut:" Kinerja adalah
hasil kerja dari seseorang terhadap tugas yang
diberikan secara efektif dan efesien dengan
tanggungjawab yangdimilikinya (Emil Salim,
2000:73).
Mangkunegara
dalam
bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
mengemukakan
sebagai
berikut:
"Kinerja
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pagawai negeri dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab
yang
diberikan
kepadanya".
(Mangkunegara, 2001:67). Sedangkan menurut
Hasibuan (2001 : 87) pengertian dari penilaian
kinerja adalah menilai rasio basil kerja nyata dari
standar kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkansetiap karyawan.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja
dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau
taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam
bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan
dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama
atasan pegawai yang bersangkutan.
Menurut Wibowo (2008 : 76) terdapat
tujuh indikator kinerja. Dua diantaranya
mempunyai peran sangat penting, yaitu tujuan dan
motif. Kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak
dicapai dan untuk melakukannya diperlukan
adanya motif. Tanpa dorongan motif untuk
mencapai tujuan, kinerja tidak akanberjalan.
Dengan demikian, tujuan dan motif menjadi
indikator utama dari kinerja. Namun, kinerja
memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi,
peluang, standar, dan umpat balik. Berikut lebih
lengkapnya :
1. Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih
baik yang ingin dicapaidimasa yang akan datang.
Dengan demikian, tujuan menunjukan arab ke
manakinerja harus dilakukan. Atas dasar arah
tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapaitujuan.
Untuk mencapai tujuan, diperlukan kinerja
individu, kelompok, danorganisasi. Kinerja
individu maupun organisasi berhasil apabila dapat
mencapaitujuan yang ingin dicapai.
2. Standar
Standar mempunyai arti penting karena
memberitahukan kapan suatu tujuan dapat
diselesaikan. Standar merupakan ukuran apakah
tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa
50
standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan
tercapai.
3. Umpan Balik
Umpan balik merupakan masukan yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan
kinerja, standar kinerja, dan pencapain tujuan.
Dengan umpan balik dilakukan evaluasi tehadap
kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan
perbaikankinerja.
4. Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang
dapat
dipergunakan
untuk
membantu
menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau
sarana merupakan faktor penunjan untuk mencapai
tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan
spesifiktidak dapat dilakukan dan tujuan tidak
dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.Tanpa
alat tidak mungkin dapat melakukan pekerjaan
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam
kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan
pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
Orang harus melakukan lebih dari sekedar belajar
dari sesuatu, orang harus dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan denganpekerjaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi
seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer
memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan
insetif berupa uang, memberikan pengakuan,
menetapkan tujuan menantang, menetapkan tujuan
terjangkau, meminta umpan balik, memberikan
kebebasan melakukan pekerjaan, menyediakan
sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan
tindakan yang mengakibatkan disintensif.
7. Peluang
Pekerjaan perlu mendapatkan kesempatan untuk
menunjukan prestasikerjanya Terdapat dua faktor
yang menyumbangkan pada adanya kekurangan
kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersedian
waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.
Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi,
mendapat perhatian lebih banyak,dan mengambil
waktu yang tersedia. Jika pekerja dihindari karena
supervisor tidakpercaya terhadap kualitas atau
kepuasan konsumen, mereka secara efektif
akandihambat dari kemampuan memenuhi syarat
untuk berprestasi.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Komunikasi Organisasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa
inggris communication berasal dari kata latin
communication, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna, (Effendi: 2007 ;
9). Akan tetapi pengertian komunikasi yang
dipaparkan diatas sifatnya dasariyah, dalam arti
kata bahwa komunikasi itu minimal harus
mengandung kesamaan maknaantara dua pihak
yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan
komunikasi tidak hanya informatif, yaitu agar
orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif,
yaituagar orang lain bersedia menerima suatu
paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan
atau kegiatan, dan lain-lain.
Pengertian lainnya adalah “Komunikasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian infomasi dari pengirim (sender) kepenerima
pesan (receiver) dengan menggunakan berbagai
media efektif sehingga pesan tersebut dapat
dengan jelas dan mudah dipahami oleh penerima
pesan tersebut.” (Banggun: 2008 ; 149).
Komunikasi dalam organisasi menjadi hal
yang penting untuk menciptakan kesamaan
pemahaman atau infonnasi yang disampaikan satu
sama lain. Menurut Robbins (1996) menyatakan
bahwa komunikasi merupakan sebuah pentransferan makna maupun pemahaman makna kepada
orang lain dalam bentuk lambing-lambang,
symbol, atau bahasa-bahasa tertentu sehingga
orang yang menerima informasi memahami
maksud dan informasi tersebut.
Organisasi merupakan satu kesatuan atau
perkumpulan yang terdiri atauorang-orang atau
bagian-bagian yang didalamnya terdapat aktivitas
kerja samaberdasarkan aturan-aturan untuk
mencapai tujuan bersama (Pace &Faules, 2005).
Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa komunikasi menunjukan korelasidengan
pelaksanaan organisasi secara keseluruhan
bersama (pace & Faules (2005))menyatakan
bahwa karyawan yang memiliki informasi yang
lebih baik akan menjadikaryawan yang baik pula.
Komunikasi dalam organisasi dapat terjadi
dalam bentuk kata-kata yangtertulis atau yang di
ucapkan, atau simbol-simbol yang menghasilkan
perubahantingkah laku dalam organisasi, baik
antara
manajer
dengan
karyawan
yang
terlibatdalam pemberian atau pertukaran informasi
(putu Sunarcaya, 2008).
Arus Komunikasi Organisasi
Menurut Pace & Faules ( 2005 : 150 ),
berdasarkan fungsionalnya aruskomunikasi yang
51
terjadi dalam organisasi formal terdiri dari arus
vertikal ( dari ataske bawah, dari bawah ke atas,
arus horizontal, dan komunikasi dua arah ).
1. Arus Komunikasi dari Atas ke Bawah
Komunikasi ini merupakan saluran yang
paling sering digunakan dalam organisasi.
Arus komunikasi ini adalah pengiriman pesan
dari pimpinan (supervisi) ke bawahan
(subordinate). Arus ini digunakan untuk
mengirim perintah, petunjuk, kebijakan,
momarandum untuk pekerja pada tingkat
yang lebih rendah dalam organisasi. Masalah
yang paling mendasar komunikasi dari atas
kebawah hanya mempunyaisatu arah saluran,
yakni tidak menyediakan feedback (umpan
balik) dari pekerja dalam organisasi itu.
Asumsinya adalah jika pekerja mengetahui
apa yang di ketahui oleh manajer atau
pimpinan, maka mereka akan memaksakan
diri untuk menyelesaikan masalah organisasi
atau perusahaan.
2. Arus Komunikasi dari Bawah ke Atas
Komunikasi iniadalah komunikasi yang
berasal dari bawahan (subordinate) kepada
atasan (supervise) dalam rangka menyediakan
feedback (umpan balik) kepada manajemen.
Para pekerja mengunakan saluran komunikasi
ini sebagai kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan yang mereka
ketahui. Asumsi dasar dari komunkasi ini
adalah bahwa pekerja harus diperlakukan
sebagi partner dalam mencari jalan terbaik
untuk mencapaitujuan. Komunikasi dari
bawah ke atas akan menarik ide-ide dan
membantu pekerja untuk menerima jawaban
yang lebih baik tentang masalah dantanggung
jawabnya serta membantu komunikasi arus
dan penerimaankomunikasi dari bawahan ke
atasan.
3. Arus Komunikasi Horizontal
Komunikasi ini merupakan arus pengiriman
dan penerimaan pesan yangterjadi antar
pimpinan dan bawahan. Hasil dari beberapa
studi mengungkapkan bahwa sekitar 2/3 dari
organisasi yang ada menggunakanarus
komunikasi ini. komunikasi horizontal
dikenal sebagagi komunikasi lateral atau
silang dan merupakan arus pemahaman yang
paling kuat dalam komunikasi. Komunikasi
ini berfokus pada koordinasi tugas,
penyelesaian masalah, pembagian informasi
dan resolusi konflik. Banyak pesan
akanmengalir pada semua lini tanpa melalui
penyaringan. Komunikasi horizontalsangat
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
4.
penting bagi pekerja bagi tingkat bawah untuk
selalu berkomunikasiantara atasan dan
bawahan.
Komunikasi Dua Arah Komunikasi dua arah
atau two way communication adalah
komunikasi yang berlangsung secara timbal
balik. Komunikator mendapat respon. Umpan
balik ataufeedback dari pihak komunikan
sehingga muncul saling pengertian antara
kedua belah pihak.
Kelompok Kerja
Bagi banyak karyawan, bekerja juga suatu
cara untuk mengisi kebutuhan akan interaksi
sosial, (Robbins, 2006 : 182). Oleh karena itu
tidaklah mengejutkanbila mempunyai rekan kerja
sekerja
yang
rarnah
dan
mendukung
menghantarkan kekepuasan kerja yang meningkat.
Perilaku seorang atasan juga merupakan
determinan utama dari kepuasan. Bukan rahasia
bahwa umumnya karyawan akan merasakan
kepuasan apabila penyelia langsung bersifat ramah
dan dapat memahami,menawakan pujian untuk
kinerja yang baik, mendengarkan pendapat
karyawan dan menunjukan suatu minat pribadi
mereka.
Definisi kelompok kerja organisasi adalah
sekumpulan orang, terdiri atas 2 anggota atau lebih
yang :
1. Mempunyai tujuan yang sama
2. Mempunyai kepentingan sama
3. Saling bekerja sama
4. Saling berhubungan
5. Memiliki rasa ikut bertanggungjawab
6. Saling tergantung satu dengan lainya
(www.ellopedia.blogspot.com)
Terdapat macam-macam alasan kenapa orang
masuk kelompok :
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Prestasi Baik (www.ellopedia.blogspot.com)
Ranupandojo dan husnan (2006 : 195)
menyatakan adanya keinginan-keinginan mempunyai rekan kerja yang kompak merupakan
cermin dari kebutuhan sosial. Seorang karyawan
mungkin berkeberatan untuk dipromosikan, hanya
karenatidak mengiginkan kehilangan rekan kerja
yang kompak. Nitisemito (2006 : 195)berpendapat
bahwa semangat dan kegairahan kerja pada
hakekatnya adalahmerupkan perwujudan dari
moral kerja yang tinggi.
52
Hubungan kelompok kerja dengan kinerja
Shelley Mac Dermid, seorang asisten
professor dari Purdue University dalamartikelnya
"Co-Workers closeness performance", dari hasil
penelitianya tahun 1995menemukan fakta bahwa
lingkungan kerja dengan hubungan antar individu
yang erat dapat membantu individu-individu itu
mengatasi persoalan yang ada diluarpekerjaan, hal
itu akan mempengaruhi kinerja mereka di tempat
kerja(findarticles.com).
Dari studi-studi emperik ini akan
mendapatkan gambaran tentang hubungan
kepengaruhan dari variabel komunikasi organisasi
dan kelompok kerja terhadap kineja untuk
lebihjelas di buat kerangka berfikir sebagaimana
digambarkan berikut.
Setelah memperhatikan uraian permasalahahan
yang dikemukakan diatas maka dapatlah diberikan
suatu pendapat sementara sebagai berikut :
1.
Bahwa
Komunikasi
Organisasi
dan
Kelompok Kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai pada Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
2.
Faktor Komunikasi Organisasi paling
dominan pengaruhnya secara signifikan
terhadap kinerja pegawai pada Badan
Lingkungan Hidup Daerah KabupatenKutai
Kartanegara.
DaerahKabupaten Kutai Kartanegara yang
beralamat di jalan Akhmad Dahlan Kecamatan
Tenggarong.
Penelitian ini dilakukan selama bulan
Maret 2014. Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan tenaga kerja lepas(THL)/kontrak pada pada
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
KutaiKartanegara. Jumlah PNS sebanyak 76
pegawai dan THL/kontrak 24 pegawai, jadi total
populasi sebanyak 100 pegawai. Dari jumlah
populasi sebanyak 100 pegawai maka sampel yang
bisa diambil menurut tabel krecjie dengan
tingkatkesalahan 5% (Sugiyono, 2007,43) adalah
sebanyak 79 pegawai.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Populasi
Sesuai dengan judul dan pembahasan
dalam penelitian ini, maka yangmenjadi objek
penelitian adalah pada Badan Lingkungan Hidup
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Alat Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis
Di dalam menganalisis besarnya pengaruh
Komunikasi Organisasi dan Kelompok kerja
53
terhadap kinerja pegawai maka digunakan alat
analisis regresilinier berganda dengan model
persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1+b2X2+ê. (Sugiyono, 2007 : 250)
Dimana:
Y
=Kinerja
X1
=Komunikasi Organisasi
X2
= Kelompok Kerja
b1, b2 = Koefisien regresi partial
a
= Konstanta, yaitu nilai Y yang tidak dapat
dipengaruhi oleh variabel X
ê
= Error atau sisa (residual).
Dalam menganalisis penulis menggunakan
bantuan komputer dengan program SPSS
(Statistical Produk Service Solution) versi 17.
Uji t (Regresi Partial) dan Uji f (Regresi
Simultan)
Uji t digunakan untuk menguji sejauh
mana variabel-variabel bebas secarapartial atau
masing-masing mampu menjelaskan pengaruhnya
terhadap variabeltidak bebas.Rumus yang
digunakan adalah :
Sedangkan tujuan uji F untuk mengetahui
sejauh mana variabel-variabel bebas yang
digunakan mampu menjelaskan variasi variabel
tidak bebasnya atau dapatdiartikan apakah model
regresi berganda yang digunakan sesuai atau tidak.
Uji Validitas dan Uji Reabiitas
Uji validitas adalah suatu skala
pengukuran dimana dikatakan validapabila skala
tersebut digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.Untuk menghitung validitas
suatu kuisioner, digunakan teknik korelasi,
jikakorelasi hitung >korelasi tabel maka butir
pertanyaan kuisioner dianggap valid.
Uji Reliabilitas menunjukan pada adanya
konsistensi dan stabilitas nilaihasil skala
pengukuran tertentu. Reliabilitas berkosentrasi
pada masalah akuras pengukuran dan hasilnya.
Untuk menghitung reliabilitas digunakan model
tesulang, tes ini dilakukan dengan menguji
kuisioner kepada kelompok tertentu, jikahasil
korelasinya > 0,4 maka instrumen tersebut
dinyatakan reliabel demikian pulasebaliknya.
Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas data untuk mengetahui apakah
suatu variabel normal atautidak. Normal atau
tidaknya berdasarkan patokan distrubusi normal
dari datadengan mean dengan standar deviasi yang
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
sarna. Uji ke dua dilakukan dengan menggunakan
uji multikolinieritas yaitu untuk menguji apakah
terdapat korelasi linier diantara satu atau
lebihvariabel bebas. Uji ke tiga dengan
menggunakan metode heteroskedastisitas, metode
ini digunakan untuk mengetahui tidak terjadinya
kesalahan faktor pengganggu yang mempunyai
varian yang sarna dalam penyebaran untuk
variabel independennya. Ke empat dengan
menggunakan uji linieritas, uji linieritas
dipergunakan untuk melihat apakah model yang
dibangun mempunyai hubungan linier atau tidak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur, dalam artian butir pertanyaan
pada kuisioneryang dipergunakan dapat digunakan
untuk mengukur kinerja pegawai.
Syarat perhitungan validitas adalah :
 Apabila r hitung < 0,3 maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid
 Apabila r hitung ≥ 0,3maka butir pertanyaan
tersebut valid
Tabel 1. Hasil analisis validitas butir pertanyaan
Reliabilitas adalah pengukuran untuk
menunjukkan sejauh mana suatupengukuran bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama,menghasilkan data yang sarna. Syarat
perhitungan reliabilitas adalah :
 Apabila alpha cronbach's <0,6 maka butir
pertanyaan tersebut tidak reliabel.
 Apabila alpha cronbach 's ≥ 0,6 maka
butir pertanyaan tersebut reliabel.
Tabel 2. Hasil analisis reliabilitas
Berdasarkan
menggunakan SPSS
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwadari
54
sebanyak 12 butir pertanyaan yang diajukan,
semuanya
telah
memenuhisyarat
validitas
dansyarat reliabilitas, Hal ini menunjukkan bahwa
darisebanyak 12 butir pertanyaan yang diajukan
semuanya mampu mengukur tingkatkinerja
pegawai serta ke 12 butir pertanyaan tersebut akan
menghasilkan nilai yang sama apabila diujikan dua
kali atau lebih.
Uji Normalitas Data
 Apabila nilai Asymp. Sig.> 0,05 maka data
sampel dinyatakan normal.
 Apabila nilai Asymp. Sig.< 0,05 maka data
sampel dinyatakan tidak normal.
(Triton, 2006;79)
Tabel 3. Hasil uji normalitas data
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
bahwa nilai probabilitas atau Asymp. Sig yang
dihasilkan oleh ketiga variabel yang terdiri dari
komunikasi organisasi, kelompok kerja, dan
kinerja pegawai berada pada nilai 0,155 >
0,05,sehingga data yang dipergunakan pada 79
sampel adalah normal, atau memenuhi persyaratan
uji normalitas.
Uji Multikolinieritas
 Apabila VIF (Varian Inflation Factor) > 10
maka akan terjadimultikolinieritas.
 Apabila VIF (Varian Inflation Factor) < 10
maka tidak akan terjadi multikolinieritas.
(Sugiyono, 2007 : 48).
Tabel
4.
Hasil
uji
multikolonieritas
Berdasarkan
tabel
diatas
dapat
disimpulkan dalam penelitian ini tidakterjadi
multikolinieritas antar dua variabel independennya
karena angka VIFuntuk ke dua variabel menjauhi
angka 10 (sepuluh) yang berarti model regresi
sudah memenuhi syarat asumsi klasik tentang
multikolinearitas.
Uji Heterokedastisitas
Syarat pengujiannya adalah apabila :
 Sig. > 0,05 maka data bersifat non
heterokedastisitas.
 Sig.
<0,05
maka
data
bersifat
heterokedastisitas.
Tabel 5. Hasil uji hetroskedastisitas
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat
dijelaskan bahwa kedua variabel bersifat non
heterokedastisitas
Uji Linieritas
Uji ini merupakan suatu upaya untuk
memenuhi salah satu asumsi analisis regresi linier
yang mensyaratkan adanya hubungan variabel
bebas dan variabel terikat yang saling membentuk
kurva linier. Kurva linier dapat terbentuk apabila
setiap kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh
kenaikan skor variabel terikat.
Tabel 6. Hasil uji linieritas
Tabel 6. Uji linieritas
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
55
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sig. Pada model summary baris
linier menunjukkan nilai sig. < 0,05 maka model
tepat digunakan adalah linear.
Tabel 7. Koefisien Korelasi
dengan demikian hipotesis pertama yang diajukan
penulis
yaitu
"Komunikasi
organisasi
dankelompok kerja berpengaruh terhadap kinerja
pegawai secara signifikan" dalam penelitian ini
dapat diterima dan terbukti kebenarannya.
Tabel 8. Hasil uji F
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa Nilai
R yang dihasilkan adalah sebesar 0,654 yang
berarti bahwa terdapat korelasi yang kuat antara
variabel komunikasi organisasi dan kelompok
kerja terhadap kinerja pegawai pada Badan
LingkunganHidup Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara, karena angka 0,654 berada diatas0,5
dan mendekati 1,0.
Nilai R square (R2) yaitu nilai yang
menunjukan keeratan hubungan antara variabel
bebas dan tidak bebas. yang dihasilkan adalah
sebesar 0,428 berasal dari 0,6542, karena nilai R
square lebih besar dari Adjusted R Square maka
determinasi R yang digunakan adalah angka R
square. Hal ini berarti variabel komunikasi
organisasi dan kelompok kerja, secara bersamasama atau secara simultan mampu mempengaruhi
variabel kinerja pegawai pada Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Kutai Kartanegara adalah
sebesar 42,8 % dan selebihnyasebesar 57,2 % (100
% - 42,8 % = 57,2 %) kinerja pegawai dipengaruhi
olehvariabel lain yang tidak diteliti pada penelitian
ini, seperti motivasi, intensif dansebagainya.
Uji t dan Uji F
Hasil perhitungan uji F dapat dihitung df1
= k - l = 3 - 1 = 2 dan df2 = n - k = 79 - 3 = 76,
sehingga F tabel = 3,12. Hal ini berarti bahwa F
hitung > F tabel atau 28,404 > 3,12 didapat nilai F
hitung sebesar 28,404 dengan tingkat probabilitas
0,000. Probabilitas yang jauh lebih kecil jika
dibandingkan 0,05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi kinerja pegawai.
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Berdasarkan output SPSS dapat diketahui
nilai t hitung masing-masingvariabel adalah
sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil perhitungan Uji T
Sedangkan nilai t tabel dapat diketahui
dengan menggunakan rumus derajat kebebasan
(degree offreedom / df) n - 2 = 79 - 2 = 77, dan
alpha / a =0,05, diperoleh nilai t tabel sebesar
1,991.
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dijelaskan
bahwa:
1. Variabel komunikasi
organisasi (X1),
diperoleh nilai thitung = 3,307 > ttabel = 1,991
dan Sig. 0,001 < 0,05 yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya variabel komunikasi
organisasi secara parsial / sendiri-sendiri
secara signifikan mampu menunjukkan
pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada
Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Kutai Kartanegara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel komunikasi organisasi memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja pegawai
pada Badan Lingkungan Daerah Kabupaten
Kutai Kartanegara. Hasil ini membuktikan
bahwa komunikasi vertikal ke atas,
56
komunikasi vertikal ke bawah, komunikasi
horizontal, dan komunikasi dua arah dalam
sebuah organisasi dapat mempengaruhi
kinerja pegawai pada Badan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Variabel kelompok kerja (X2), diperoleh nilai
thitung = 4,070 < ttabel = 1,991 dan Sig. 0,000
<0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima,
artinyavariabel kelompok kerja secara parsial
/ sendiri-sendiri secara signifikan mampu
menunjukkan pengaruhnya terhadap kinerja
pegawai pada Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel kelompok kerja memiliki pengaruh
positif terhadap kinerja pegawai pada Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Hasil ini membuktikan bahwa
keamanan, status, prestasi yang baik dan kerja
sarna dalam sebuah organisasi dapat
mempengaruhikinerja pegawai pada Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
KutaiKartanegara.
Berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan diatas diketahui bahwa variabel
komunikasi organisasi (X1) merupakan faktor yang
paling dominan, secara parsial mampu menunjukan pengaruhnya secara signifikan terhadap
kinerja. Sedangkanvariabel kelompok kerja (X2),
berada diposisi kedua dalam memprediksi atau
menjelaskan pengaruhnya terhadap kinerja
pegawai pada Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan demikian
hipotesis kedua yang diajukan penulis yang
berbunyi “faktor komunikasiorganisasi paling
dominan pengaruhnya secara signifikan terhadap
kinerja pegawaipada Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara di
Tenggarong" diterima dan terbukti kebenarannya.
Analisis Data dan Pembahasan
Persamaan regresi adalah sebagai berikut:
Y = 4,116 + 0,358X1 +0,338 X2
Nilai Konstanta sebesar 4.116 menyatakan
bahwa jika tidak ada variabel independen
(Komunikasi Organisasi dan kelompok Kerja)
maka nilai kinerja sebesar 4.116. Berdasarkan
persamaan tersebut dapat diartikan setiap
perubahan, baik dari X1 dan X2 berpengaruh
positif terhadap Y (kinerja pegawai). Nilai
konstanta (a) yang dihasilkan sebesar 4,116
menyatakan bahwa, jika variabel komunikasi
organisasi dan kelompok kerja sarna dengan nol
maka kinerja pegawai padaBadan Lingkungan
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
Hidup Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara
adalahsebesar
4,116 atau meningkat sebesar 411,6%.
Koefisien regresi komunikasi organisasi
yang dihasilkan sebesar 0,358 berarti apabila
variabel komunikasi organisasi ditingkatkan
sebesar satu satu anakan meningkatkan kinerja
pegawai sebesar 35,8 %.
Koefisien regresi kelompok kerja yang
dihasilkan sebesar 0,338 berarti apabila variabel
kelompok kerja ditingkatkan sebesar satu satuan
akan meningkatkan kinerja pegawai sebesar 33,8
%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan
pembahasan, maka kesimpulan yang dapat penulis
kemukakan adalah :
a. Variabel komunikasi organisasi dan kelompok kerja, secara bersama- sama mampu
menunjukkan pengaruhnya terhadap kinerja
pegawai. Sehingga dapat dinyatakan hipotesis
pertama diterima.
b. Variabel komunikasi organisasi memiliki
pengaruh paling dominan terhadap kinerja
pegawai, sehingga hipotesis kedua diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ami, Muhammad, 2000, Komunikasi Organisasi,
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Bangun, 2008 Intisari Manajemen, Bandung. PT
Refika Aditama
Bawono, S. 2009. Kecerdasan Entrepreneur.
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo
Effendi,
Onong Cahyana,
Komunikasi,
Bandung.
1992, Spektrum
Mandar
Maju,
Faules, Pace, 2005, Komunikasi Organisasi.
Cetakan
Ketiga,
Penerbit
RemajaRosda Karya.
Hasibuan Melayu, S.P. 2001, Manajemen Sumber
Daya
Manusia,
Edisi
RevisiCetakan Keempat, Bumi
Aksara, Jakarta
Nitisemito, 2006, Manajemen Personalia, Edisi
kedua, Ghalia Indonesia
57
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004, Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
Perusahaan, Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya. Cetakan
Ketujuh2007.
Moekijat, 1999. Pengawasan Yang Efektif. CV.
Mandar Maju, Bandung.
Pace dan Faules. 2005. Komunikasi Organisasi,
Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan.
Editor:
Dedy
Mulyana. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Ranupandojo dan Husnan 2002, Manajemen
Personalia,
BPFE
UGM,
Yogyakarta
Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi.
Edisi kesepuluh. Jakarta: PT
Indeks Kelompok Gramedia
Robbins, Stephen. P. 1996. Prilaku Organisasi.
Jakarta. Prenhallindo
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
--------------, 2005, Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta
Wibowo, 2008, Manajemen Kinerja. Edisi kedua.
PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.
www.ellopedia.blogspot.com
JEMI Vol 15/ No.2/Desember/2015
58
Download