BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1 Saham
1. Pengertian Saham
Saham (stocks) adalah surat tanda bukti kepemilikan bagian modal
suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau
sering
disebut
shares
merupakan
instrumen
yang
paling
dominan
diperdagangkan. Selanjutnya saham dapat dibedakan menjadi saham biasa
(common stock) dan saham preferen (preffered stock) (Jogiyanto, 2008).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7), “saham biasa (common
stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling
junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan
apabila perusahaan itu dilikuidasi” Walaupun pemegang saham biasa adalah
pihak yang terakhir dalam penerimaan dividen, namun pemegang saham
tersebut mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur maupun
manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan
penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
Menurut Tandelilin (2010:30), Saham preferen merupakan satu jenis
sekuritas ekuitas yang berbeda dalam berbagai hal dengan saham biasa.
Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan
tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai
9
10
preferred (dilebihkan), pembagian dividen pada pemegang saham preferen
lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.
2. Jenis-jenis Saham
a. Jenis-jenis saham berdasarkan kapitalisasinya.
1) Saham Unggulan atau Papan Atas (Blue Chip - big cap).
Saham yang termasuk kategori ini adalah saham berkapitalisasi pasar diatas
Rp 40 triliun. Selain berkapitalisasi besar saham-saham ini juga tergolong
blue chip, yaitu saham perusahaan besar dengan kinerja dan fundamental
yang baik, dikelola dengan professional, bergerak pada bidang industri yang
dibutuhkan banyak orang, dapat mencetak untung besar dan rutin
membagikan dividen. Saham ini fundamentalnya kuat dan tidak mudah
digoreng oleh bandar karena kapitalisasi pasarnya besar dan jenis saham ini
juga layak dimiliki untuk investasi jangka panjang dibandingkan dengan
saham lain.
2) Saham Lapis Kedua (Second Layer – medium cap).
Saham-saham perusahaan yang lebih kecil dari saham blue chip.
Kapitalisasi pasarnya antara Rp 1 triliun sampai Rp 40 triliun. Pergerakan
harga saham lapis kedua biasanya berfluktuatif dan fundamental perusahaan
cukup baik, tetapi masih dalam tahap prospek berkembang. Beberapa saham
lapis kedua juga tidak begitu likuid dan rentan terhadap aksi gorengmenggoreng di bursa.
3) Saham Lapis Ketiga (Third Layer – small cap).
Saham-saham jenis ini memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang amat
11
kecil, yaitu dibawah Rp 1 triliun. Jenis saham ini juga sering dikenal sebagai
saham tidur dan sedikit orang yang memilikinya.
b. Jenis-jenis saham berdasarkan likuiditas saham
1) Saham berlikuiditas tinggi
Jenis saham dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan mempermudah
investor untuk membeli dan menjual saham tersebut. Umumnya sahamsaham yang termasuk dalam kategori ini adalah saham-saham yang
memiliki kapitalisasi pasar yang besar (big cap) dan fundamental yang
bagus, tetapi tidak semua saham yang fundamentalnya bagus memiliki
likuiditas yang tinggi
2) Saham musiman (cyclical stock)
Saham jenis ini akan bergerak aktif apabila ada peristiwa tertentu yang
mempengaruhi kondisi bisnis emiten tersebut, baik itu peristiwa politik,
ekonomi, hari raya keagamaan, liburan sekolah.
3) Saham Tidur
Saham ini tingkat likuiditasnya sangat rendah. Umumnya saham ini akan
bergerak apabila ada aksi korporasi (corporate action) atau berita yang
terkait dengan eksistensi emitennya. Informasi yang ada mengenai
perusahaan tersebut biasanya hanya berupa rumor, tapi pergerakan harga
sahamnya dapat sangat drastis.
c. Jenis-jenis saham berdasarkan kepemilikannya.
1) Saham Biasa (Common Stock)
Sebagian besar saham yang beredar di bursa adalah saham umum. Pemilik
12
saham ini akan menerima dividen jika perusahaan memperoleh laba dan
pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setuju mengenai adanya
pembagian dividen tersebut. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau
bangkrut, para pemegang saham biasa ini akan menerima hak atas sisa aset
perusahaan paling akhir setelah semua kewajiban atau hutang pada pihak
lain sudah dilunasi.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Jenis saham ini memberikan dividen kepada pemegang sahamnya secara
pasti. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut, para pemegang
saham preferen ini ini akan menerima hak atas sisa aset perusahaan sebelum
pemegang saham biasa. Umumnya besarnya dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham peferen ini sudah ditetapkan.
3. Penilaian saham
Dalam penilaian saham dikenal dengan adanya tiga jenis nilai, yaitu
nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Jogiyanto (2008: 117) mengemukakan
definisi nilai buku, nilai pasar, nilai intrinsik saham sebagai berikut: “Nilai
buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai
pasar adalah nilai saham di pasar saham. Sedangkan nilai intrinsik merupakan
nilai sebenarnya dari saham”.
ketiga penilaian tersebut perlu diketahui investor untuk mengambil
keputusan investasi yang tepat karena investor dapat mengetahui apakah saham
tersebut tergolong growth, overvalued ataupun undervalued, sehingga hal ini
menjadi pertimbangan bagi investor untuk membeli, menahan atau menjual.
13
Ada dua metode yang digunakan dalam menilai harga saham, yaitu
metode pendekatan dividen dan metode pendekatan pendapatan.
1) Pendekatan dividen
Pendekatan dividen menggunakan teknik kapitalisasi dividen yang berarti
mendiskontokan semua arus dividen yang diharapkan dimasa mendatang
dengan tingkat diskonto tertentu ke masa sekarang. Pendekatan dividen
terdiri dari tiga model, yaitu:
a) Dividen tanpa pertumbuhan
Dalam model dividen tanpa pertumbuhan, harga saham ditentukan
berdasarkan arus dividen yang akan diterima pada masa mendatang
tanpa memperhitungkan tingkat pertumbuhan dividen. Dengan kata
lain, nilai saham tidak mempunyai prospek pertumbuhan adalah sama
dengan penghasilan dividennya.
Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak
akan mengalami pertumbuhan, dengan kata lain jumlah dividen yang
dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Model pertumbuhan
nol ini sebenarnya sama dengan prinsip saham preferens karena
dividen yang dibayarkan diasumsikan selalu sama dan tidak akan
mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang waktu.
b) Dividen dengan tingkat pertumbuhan normal atau konstan
Model dividen ini mengasumsikan bahwa dividen akan berkembang
dari periode ke periode dengan tingkat pertumbuhan yang sama
selamanya. Model dividen dengan tingkat pertumbuhan konstan
14
didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1. Laba ditahan merupakan satu-satunya sumber pembiayaan
2. Tingkat pengembalian atas investasi perusahaan adalah tetap
3. Biaya modal (Kc) perusahaan tetap dan harus lebih besar dari
tingkat pertumbuhan (g)
c) Dividen yield
Dalam model dividen yield ini dikemukakan bahwa asumsi
perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan kadangkala
kurang tepat. Adakalanya perusahaan mengalami pertumbuhan yang
sangat baik jauh diatas pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan
dalam beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Kondisi
seperti
ini
membayarkan
dapat
dividen
mempengaruhi
bagi
kemampuan
investor,
sehingga
perusahaan
dapat
juga
mempengaruhi pertumbuhan tingkat dividen yang akan dibayarkan
perusahaan kepada investor. Pada beberapa tahun awal selama masa
pertumbuhan
fantastis,
perusahaan
mungkin
akan
mampu
membayarkan dividen dengan pertumbuhan diatas normal, dan setelah
melewati masa tersebut, pertumbuhan tingkat dividen yang dibayarkan
akan menjadi lebih rendah dari masa sebelumnya dan selanjutnya akan
bertumbuh secara tetap.
Adanya ketidaktetapan dividen yield tersebut dikarenakan bahwa
dividen yield tersebut dipengaruhi oleh Dividend Proportion
Reinvestment (DPR), yaitu proporsi dividen dibandingkan dengan laba
15
per lembar saham. Jika perusahaan menginginkan dividen yield yang
tinggi akan menarik calon investor, maka dapat dilakukan dengan
meningkatkan dividen payout berarti mengurangi tersedianya dana
internal yang dapat digunakan untuk investasi dan ekspansi usaha.
2) Pendekatan pendapatan
Ada dua model yang digunakan untuk menilai harga saham didalam
pendekatan pendapatan, yaitu:
a) Pendekatan nilai sekarang
Dalam pendekatan nilai sekarang, perhitungan saham dilakukan dengan
mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan dimasa datang
dengan tingkat diskonto
sebesar tingkat return yang disyaratkan
investor.
b) Model Price Earning Ratio (PER)
Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil PER suatu
saham, semakin bagus karena saham tersebut dalam kategori murah
(Darmadji dan Fakhrudin, 2006:198).
Pendekatan PER ini disebut juga pendekatan multiplier, investor akan
menghitung beberapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin
dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio
atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Jika misalkan PER suatu saham sebanyak 3 kali, berarti harga sam
tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut.
16
2.1.2 Dividen
1. Pengertian Dividen
Menurut Hanafi (2004:361), dividen merupakan kompensasi yang
diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk
dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba
perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota
pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan
pimpinan.
Dalam Kamus Istilah Pasar Modal (1999 : 117) ditulis bahwa :
“Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada
pemegang saham.”
2. Teori Dividen
a. Teori Residu Dividen ( Residual Dividend of Theory)
Laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode sebenarnya
adalah untuk kesejahteraan para pemegang saham. Namun biasanya
sebagian dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan
sebagian ditahan. Untuk menahan laba yang diperoleh perusahaan biasanya
kerena ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan demikian
residual dividend of theory adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan
kembali.
b. Dividen Model Walter (Walter’s Dividend Model)
Teori dividen model Walter ini berpendapat bahwa selama keuntungan yang
diperoleh dari reinvestasi lebih tinggi dibanding dengan biayanya, maka
17
reinvestasi tersebut cenderung akan meningkatkan harga saham atau nilai
perusahaan.
c. Dividen Model Modigliani dan Miller
Pendapat Modigliani dan Miller ini ditekankan bahwa pengaruh pembayaran
dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan
jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain.
Artinya bila perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus
mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah
pembayaran
dividen
tersebut.
Dengan
demikian
adanya
kenaikan
pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai
akibat dari penjualan saham baru.
3. Macam- Macam Dividen
Dividen dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
a. Dividen tunai
Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak digunakan
oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham biasa
melalui cek atau terkadang mereka menginvestasikannya kembali dalam
saham biasa di perusahaan. Penginvestasian kembali dividen pada saham
perusahaan diselesaikan melalui suatu rencana reinvestasi dividen (dividend
reinvestment plan), atau sering disebut dengan DRIP.
18
b. Dividen saham
Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan bukan dalam
bentuk uang tunai. Perusahaan yang akan memberikan dividen saham
biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut dalam persentase
tertentu, misalnya 10% dividen saham, yang berarti jika seorang investor
memilki 10 lot (5000 lembar) saham biasa, maka ia berhak menerima saham
biasa sebanyak 1 lot ( 500 lembar) saham biasa. Jika seorang investor
memiliki saham yang menghasilkan dividen saham kurang dari fraksi yang
telah ditentukan (dalam lot), maka kekurangannya akan diberikan dalam
bentuk tunai.
c. Dividen Kekayaan
Dividen kekayaan adalah distribusi pro rata suatu aset fisik. Aset tersebut
biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan. Dividen kekayaan
diberikan apabila jumlah pemegang saham perusahaan masih sedikit dan
perusahaan menghasilkan sesuatu yang mudah didistribusikan. Dividen
kekayaan saat ini sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena
adanya kesulitan dalam pendistribusian aset fisik kepada pemegang
sahamnya,
disamping
itu
belum
tentu
semua
pemegang
saham
menyetujuinya. (warsono, 2003: 272).
4. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan salah satu fungsi utama seorang manajer
keuangan dalam membuat keputusan keuangan perusahaan. Kebijakan dividen
adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan.
19
Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba
yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan.akan tetapi
dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan
juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen
pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen perusahaan adalah
menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan
penambahan laba ditahan perusahaan (James, 2005: 270). Sedangkan menurut
Agus Sartono (2004 : 281) : “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi dimasa yang akan datang.”
Kebijakan dividen dalam Murhadi (2008:4) merupakan suatu
kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena
perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan
pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen
yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya
perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan
yang cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan yang
selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan
menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar
dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen,
memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek
kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan
20
dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan
prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen perusahaan
adalah memutuskan alokasi dari laba yang diperoleh selama satu periode,
berapa yang akan dibagikan dalam bentuk dividen, dan berapa yang akan
dialokasikan sebagai laba ditahan karena kebijakan dividen merupakan bagian
dari kebijakan strategi perusahaan, karena apapun keputusannya akan
berimplikasi luas bagi perusahaan. Apabila perusahaan memutuskan untuk
membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah
laba yang ditahan, yang artinya mengurangi dana yang digunakan untuk
mengembangkan perusahaan.
pada saat perusahaan tidak membagi labanya sebagai dividen dan lebih
memilih mengalokasikannya sebagai laba ditahan, hal itu dapat mempengaruhi
reaksi pasar di bursa efek bagi perusahaan yang sudah listing, walaupun di sisi
lain akan memperbesar sumber dana internal perusahaan dan akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.
Dividen tunai merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan
secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan
kepada pemegang saham apabila mendapatkan laba. Harga saham dipengaruhi
oleh tingkat pertumbuhan dividen. Besarnya dividen yang dibayarkan akan
meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham.
Namun semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang
21
saham akan memperkecil sisa dana yang dapat dipergunakan untuk
mengembangkan perusahaan sebagai reinvestasi, karena laba ditahan tersebut
merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan untuk membelanjai
perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan memperkecil
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang pada akhirnya juga
memperkecil pertumbuhan dividen.
Dari
keterangan
diatas
ternyata
kebijakan
dividen
tersebut
menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan
besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat
penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan
dividen yang optimal.
Rasio Pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah
laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba yang
ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran
dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan
aspek utama dalam kebijakan dividen.
Pembagian dividen ditentukan oleh dewan direksi perusahaan melalui
Rapat Umum Pemegang Saham. Berikut ini adalah prosedur yang umum
digunakan perusahaan saat pembagian dividen ( Ross. Et. Al, 2005) dalam
Sriwulandari (2009:17)
1. Declaration date Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen
yang diambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham
2. Cum Dividen Date tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan
22
sampai batas tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen.
3. Date Of Record tanggal pencatatan pemegang saham perusahaan yang
berhak mendapatkan dividen.
4. Ex-dividend date yaitu tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak
menerima dividen.
5. Date of Payment: tanggal pembayaran dividen kepada mereka yang berhak.
Beberapa teori kebijakan dividen, antara lain:
1. Teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller
Asumsi-asumsi pendapat ini lemah:
a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.
Kenyataannya sulit ditemui pasar modal yang sempurna.
b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham
baru (flotation cost) itu masih ada.
c. Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan
investasi perusahaan pasti berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen
tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru
akan mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan
laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba
ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham
baru. Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan
perusahaan menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan
23
oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen (Dr.Dermawan
Sjahrial, M.M.,2008: 312-313).
2. Teori the bird in the hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri (Ks)
perusahaan akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena
investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain. Karena
dividend yield lebih pasti.
3. Teori perbedaan pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak
terhadap dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain
karena dapat menunda pembayaran pajak.
4. Teori signaling hypothesis
Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan
kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan
Miller kenaikan dividen biasanya merupakan suatu signal (tanda) kepada
para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna dividen atau
kenaikan dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor
sebagai pertanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu
mendatang.
Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya
(1979). Dividend signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman
perubahan
cash
dividend
mempunyai
kandungan
informasi
yang
24
mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa
informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai
sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini
disebabkan terjadinya asymetric information antara manajer dan investor,
sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal
tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan
dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek
yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal
negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik,
sehingga
menimbulkan
reaksi
harga
saham
yang
negatif
(Suluh
Pramastuti,2007:8).
5. Teori clientele effect
Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak.
Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil.
Dengan demikian, maka kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak
lebih tinggi menyukai capital gain.
2.1.3 Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham
25
yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar
pada waktu tertentu (Suad Husnan dkk, 2005 ). Jumlah saham yang diterbitkan
tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi
saham. Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan
antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku
investor (Robert Ang, 1997). Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan
aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran
dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga
saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham
menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan
membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham.
2.1.4 Return Saham
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk memaksimalkan return,
dengan tanpa melupakan faktor resiko yang harus dihadapi. Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya (Tandelililn, 2010:102)
1. Pengertian Return Saham dan Risiko
Return merupakan keuntungan yang diperoleh oleh investor dari
investasi. Return dapat berupa return relisasi maupun return ekspektasi. Return
realisasi atau return actual adalah tingkat return yang diperoleh investor yang
didapat berdasarkan data historis yang merupakan selisih harga investasi
sekarang relative dengan harga periode lalu. Sedangkan return ekspektasi
26
adalah return yang diharapkan maupun tingkat return yang diantisipasi investor
dimasa mendatang.
Return realisasi (capital gain/loss) yaitu selisih antara harga saham
periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1).
Secara matematis return (capital gain atau capital loss) dapat diformulasikan
sebagai berikut (Jogiyanto, 2008:196).
Pt – Pt-1
Return (capital gain/loss) = __________
Pt-1
Dimana
Pt
= Harga saham perusahaan pada waktu t
Pt-1
= Harga saham perusahaan pada waktu t-1
Investor juga perlu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi
sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko merupakan kemungkinan
perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan.
Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko
investasi tersebut (Tandelilin, 2010:102)
Ada beberapa sumber risiko yang mempengaruhi suatu investasi, antara
lain (Tandelilin, 2010:103):
a. Risiko Suku Bunga
Perubahan suku bungan bisa mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi. Perubahan suku bungan akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat maka harga
27
saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka
harga saham naik. Secara sederhana, jika suku bunga misalnya naik, maka
return investasi yang terkait dengan suku bungan (misal deposito) juga akan
naik. Kondisi seperti ini dapat menarik minat investor yang sebelumnya
berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari saham kedalam
deposito. Jika sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama, maka
banyak investor yang menjual saham untuk berinvestasi dalam bentuk
deposito.
b. Risiko Pasar
Fluktuasi secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu
investasi disebut sebagai resiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukan
oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar
dipengaruhi oleh banyak factor seperti munculnya resesi ekonomi,
kerusuhan ataupun perubahan politik.
c. Risiko Inflasi
Risiko inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang tealah diinvestasikan. Oleh karenanya risiko inflasi juga bisa disebut
risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya
menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan
daya beli yang dialaminya.
d. Risiko Bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut risiko
bisnis.
28
e. Risiko Finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputisan perusahaan untuk mengunakan utang
dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang
digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi
perusahaan.
f. Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bias diperdagangakan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu
sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian pula
sebaliknya.
g. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan
nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan risiko mata
uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
h. Risiko Negara
Risiko ini bisa juga disebut risiko politik, karena sangat berkaitan dengan
kondisi perpolitikan suatu negara.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Sebelum melakukan investasi, investor perlu terlebih dahulu mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi return saham agar meminimalisit
terjadinya risiko investasi.Beberapa faktor yang mempengaruhi return saham
atau tingkat pengembalian saham, antara lain (Alwi, 2003:87) :
29
a. Faktor internal
1) Pengumuman
tentang
pemasaran,
produksi,
penjualan
seperti
pengiklanan, rincian, kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
2) Laporan pendanaan seperti pengumuman yang berhubungan dengan
ekuitas dan hutang.
3) Pengumuman badan direksi manajemen, seperti perubahan dan
pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi.
4) Pengumuman pengambilalihan perusahaan, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,
laporan divestasi, dan lain-lain.
5) Pengumuman
investasi,
seperti
melakukan
ekspansi
pabrik,
pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
6) Pengumuman ketenagakerjaan, seperti negoisasi baru, kontrak baru,
pemogokan dan lainnya.
7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per
Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Net
Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE), Price to Book Value (PBV), maupun Economic Value Added
(EVA), dan Market Value Added (MVA) yang nilainya tidak tercantum
dalam laporan keuangan, serta faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
return saham.
30
b. Faktor Eksternal
1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan,
kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi
yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2) Pengumuman hukum, seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan
atau manajernya, dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
3) Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan,
insider
trading,
volume
atau
harga
saham
perdagangan,
pembatasan/penundaan trading.
4) Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara. Hal ini akan berpengaruh pada capital
gain atau capital loss yang akan diterima pemegang saham, sehingga
akan mempengaruhi Return saham.
5) Berbagai isu dalam negeri maupun luar negeri.
2.1.5 Corporate Action
Tindakan/aksi korporasi (corporate action) merupakan aktivitas emiten
yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap harga
saham di pasar. Corporate action merupakan informasi yang umumnya menarik
perhatian pihak-pihak yang terkait di pasar modal, khususnya para pemegang
saham (Darmadji,2006:177). Informasi tersebut akan memiliki nilai bagi investor
jika keberadaan informasi tersebut dapat menyebabkan investor melakukan
transaksi di pasar modal.
31
Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), ataupun Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB). Persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk
berlakunya suatu corporate action sesuai dengan peraturan yang ada di pasar
modal. Pengumuman corporate action umumnya mengacu pada aktivitas
penerbitan right issue, pemecahan (stock split), saham bonus, dividen saham
(stock dividend), deviden tunai (cash dividend), pembelian
kembali saham
(shares buyback). Keputusan corporate action memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepentingan pemegang saham karena corporate action yang dilakukan
emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi
kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang oleh pemegang saham,
serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham, dengan demikian pemegang
saham harus mencermati dampak atau akibat corporate action
sehingga
memperoleh keuntungan dari melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat.
2.1.6 Teori Yang Berhubungan Dengan Informasi
Menurut Brigham (dalam Sedianingtyas, 2010) terdapat dua teori yang
relevan untuk menjelaskan hubungan antara kandungan informasi dari berbagai
corporate action dengan perkembangan harga/volume perdagangan saham di
pasar modal yaitu :
1. Teori Struktur Modal
Dalam teori ini, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki
struktur modal yang optimal masih terjadi ketidakjelasan apakah hal itu dapat
menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham yang dihubungkan dengan
32
penerbitan saham baru. Alasannya adalah bahwa penambahan saham baru
seharusnya selalu mewakili ke arah perkembangan struktur modal yang optimal
lebih baik dan bukan sebaliknya, sehingga penambahan saham baru seharusnya
memberikan dampak terhadap harga saham yang positif atau nol.
2. Teori Sinyal (signalling Theory)
Asumsi utama dalam teori ini adalah bahwa manajer memiliki informasi yang
akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan
manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang
diharapkannya. Maksudnya adalah manajer umumnya memiliki informasi yang
lebih lengkap dan akurat daripada pihak luar perusahaan (investor) mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Asimetri informasi akan
terjadi jika manajer tidak secara penuh menyampaikan perusahaan ke pasar
modal. Asimetris informasi adalah kondisi suatu pihak memiliki informasi
yang lebih banyak daripada pihak lain. Tingkat asimetris informasi ini
bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Manajer pada umumnya
termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaan ke
masyarakat secepat mungkin. Namun pihak di luar perusahaan tidak tahu
kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Karena adanya kondisi
asimetri informasi, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui
keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting.
Manajer jika menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar
merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap event tertentu yang
dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan
33
volume perdagangan saham yang terjadi sebagai implikasinya. Pengumuman
dividen tunai akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang
menyampaikan adanya informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajer
selanjutnya akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan aktivitas
perdagangan saham.
2.1.7 Studi Peristiwa
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi
(information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk
menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan
pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang
berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari
suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information
content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan adanya perubahan harga dari
sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga (Jogiyanto, 2008:529).
2.1.8 Penelitian Terdahulu
Sularso (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh penumuman
Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (return) Sebelum dan Sesudah ExDividend date di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa harga saham bereaksi
negatif pada terhadap informasi pengumuman dividen naik pada saat ex-dividen
34
date dan bereaksi positif terhadap informasi pengumuman dividen dividen turun
pada saat ex-dividend date.
Ichsan dan Wakit (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Perbedaan Harga dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah
Pengumuman Dividen Pada Perusahaan Publik di Indonesia” menyimpulkan
bahwa pada tahun 1999 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume
perdagangan dan variabilitas return saham sebelum dan sesudah pengumuman
dividen. Sedangkan tahun 2000 dan 2001 terdapat perbedaan signifikan yang
terjadi pada volume perdagangan dan return saham sebelum dan sesudah
pengumuman dividen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji beda tpaired test 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pengumuman dividen.
Ameliani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Pengumuman Pembagian Dividen Tunai Terhadap Return Saham Perushaan di
Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa hasil pengujian return saham sebelum
dan sesudah pengumuman dividen tunai menunjukkan tingkat signifikansi 0,898
(lebih besar dari sig 0,05 maupun 0,1) sehingga kinerja saham sebelum dan
sesudah pengumuman tidak berbeda secara nyata. Penelitian ini menggunakan
pengujian statistik paired sample t-test
Rahmawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbedaan
Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Tanggal
Pengumuman Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan di Jakarta Islamic Index)”
menyimpulkan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return
sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai. Hal ini ditunjukkan dengan
35
adanya nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 4.000 dengan probabilitas 0.016.
Sedangkan pada volume perdagangan saham tidak ada perbedaan yang signifikan
sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 1.903 dengan probabilitas 0.130. Uji
statistik yang digunakan adalah paired sample t-test.
Zulfiansyah (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Perbedaan Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menyimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan return saham yang signifikan sebelum dan sesudah
pengumuman dividen tunai secara keseluruhan pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008. Penelitian ini menggunakan Paired
Sample t test untuk menguji hipotesis.
2.2. Rerangka Pemikiran
2.2.1 Volume Perdagangan Saham
Sebelum Pengumuman Dividen
Sesudah Pengumuman Dividen
Volume Perdagangan Saham
(www.yahoo.finance.com)
Volume Perdagangan Saham
(www.yahoo.finance.com)
Rata-rata Volume
Perdagangan saham (10 Hari)
Rata-rata Volume
Perdagangan saham (10 Hari)
Uji perbedaan (Paired
Sample t test)
Gambar 2.1 Rerangka pemikiran Volume Perdagangan saham
36
2.2.2 Return Saham
Sebelum Pengumuman Dividen Sesudah Pengumuman Dividen
Harga saham, Return
(www.yahoo.finance.com)
Harga saham, Return
(www.yahoo.finance.com)
Rata-rata Return (10
Hari)
Rata-rata Return (10
Hari)
Uji Perbedaan
(Paired Sampel t Test)
Gambar 2.2 Rerangka pemikiran return saham
2.3. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan hipotesis komparatif,
yaitu hipotesis yang
menyatakan adanya perbedaan antara suatu variable dengan variable lainnya.
Menurut Brigham (1995) yang dikutip Kartini (2001) menyatakan bahwa jika ada
kenaikkan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham, karena investor
atau pasar cenderung menginterpretasikan kenaikan dividen sebagai sinyal
membaiknya kinerja perusahaan saat ini maupun pada masa yang akan datang.
Sebaliknya penurunan dividen sebagai sinyal penurunan kinerja perusahaan saat
ini maupun prospeknya di masa mendatang.
Investor bisa menganggap pengumuman pembayaran dividen sebagai suatu sinyal
positif maupun negatif. Jika investor menganggap perubahan pembayaran dividen
merupakan sinyal positif, maka harga saham akan meningkat dan berarti akan
mendapatkan return yang positif pada saat pengumuman pembagian dividen.
Sebaliknya jika investor menganggap perubahan pembayaran dividen merupakan
37
sinyal negatif, maka harga saham akan menurun dan investor akan mendapatkan
return yang negatif pada saat pengumuman pembayaran dividen.
Dari tinjauan diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis 1
Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan saham
sebelum dan sesudah pengumuman deviden tunai
2. Hipotesis 2
Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham sebelum dan
sesudah pengumuman deviden tunai
Download