BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Saham 1. Pengertian Saham Saham (stocks) adalah surat tanda bukti kepemilikan bagian modal suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham atau sering disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Selanjutnya saham dapat dibedakan menjadi saham biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock) (Jogiyanto, 2008). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7), “saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan itu dilikuidasi” Walaupun pemegang saham biasa adalah pihak yang terakhir dalam penerimaan dividen, namun pemegang saham tersebut mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur maupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Menurut Tandelilin (2010:30), Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai 9 10 preferred (dilebihkan), pembagian dividen pada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa. 2. Jenis-jenis Saham a. Jenis-jenis saham berdasarkan kapitalisasinya. 1) Saham Unggulan atau Papan Atas (Blue Chip - big cap). Saham yang termasuk kategori ini adalah saham berkapitalisasi pasar diatas Rp 40 triliun. Selain berkapitalisasi besar saham-saham ini juga tergolong blue chip, yaitu saham perusahaan besar dengan kinerja dan fundamental yang baik, dikelola dengan professional, bergerak pada bidang industri yang dibutuhkan banyak orang, dapat mencetak untung besar dan rutin membagikan dividen. Saham ini fundamentalnya kuat dan tidak mudah digoreng oleh bandar karena kapitalisasi pasarnya besar dan jenis saham ini juga layak dimiliki untuk investasi jangka panjang dibandingkan dengan saham lain. 2) Saham Lapis Kedua (Second Layer – medium cap). Saham-saham perusahaan yang lebih kecil dari saham blue chip. Kapitalisasi pasarnya antara Rp 1 triliun sampai Rp 40 triliun. Pergerakan harga saham lapis kedua biasanya berfluktuatif dan fundamental perusahaan cukup baik, tetapi masih dalam tahap prospek berkembang. Beberapa saham lapis kedua juga tidak begitu likuid dan rentan terhadap aksi gorengmenggoreng di bursa. 3) Saham Lapis Ketiga (Third Layer – small cap). Saham-saham jenis ini memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang amat 11 kecil, yaitu dibawah Rp 1 triliun. Jenis saham ini juga sering dikenal sebagai saham tidur dan sedikit orang yang memilikinya. b. Jenis-jenis saham berdasarkan likuiditas saham 1) Saham berlikuiditas tinggi Jenis saham dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan mempermudah investor untuk membeli dan menjual saham tersebut. Umumnya sahamsaham yang termasuk dalam kategori ini adalah saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar (big cap) dan fundamental yang bagus, tetapi tidak semua saham yang fundamentalnya bagus memiliki likuiditas yang tinggi 2) Saham musiman (cyclical stock) Saham jenis ini akan bergerak aktif apabila ada peristiwa tertentu yang mempengaruhi kondisi bisnis emiten tersebut, baik itu peristiwa politik, ekonomi, hari raya keagamaan, liburan sekolah. 3) Saham Tidur Saham ini tingkat likuiditasnya sangat rendah. Umumnya saham ini akan bergerak apabila ada aksi korporasi (corporate action) atau berita yang terkait dengan eksistensi emitennya. Informasi yang ada mengenai perusahaan tersebut biasanya hanya berupa rumor, tapi pergerakan harga sahamnya dapat sangat drastis. c. Jenis-jenis saham berdasarkan kepemilikannya. 1) Saham Biasa (Common Stock) Sebagian besar saham yang beredar di bursa adalah saham umum. Pemilik 12 saham ini akan menerima dividen jika perusahaan memperoleh laba dan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setuju mengenai adanya pembagian dividen tersebut. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut, para pemegang saham biasa ini akan menerima hak atas sisa aset perusahaan paling akhir setelah semua kewajiban atau hutang pada pihak lain sudah dilunasi. 2) Saham Preferen (Preferred Stock) Jenis saham ini memberikan dividen kepada pemegang sahamnya secara pasti. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut, para pemegang saham preferen ini ini akan menerima hak atas sisa aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa. Umumnya besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham peferen ini sudah ditetapkan. 3. Penilaian saham Dalam penilaian saham dikenal dengan adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Jogiyanto (2008: 117) mengemukakan definisi nilai buku, nilai pasar, nilai intrinsik saham sebagai berikut: “Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar adalah nilai saham di pasar saham. Sedangkan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham”. ketiga penilaian tersebut perlu diketahui investor untuk mengambil keputusan investasi yang tepat karena investor dapat mengetahui apakah saham tersebut tergolong growth, overvalued ataupun undervalued, sehingga hal ini menjadi pertimbangan bagi investor untuk membeli, menahan atau menjual. 13 Ada dua metode yang digunakan dalam menilai harga saham, yaitu metode pendekatan dividen dan metode pendekatan pendapatan. 1) Pendekatan dividen Pendekatan dividen menggunakan teknik kapitalisasi dividen yang berarti mendiskontokan semua arus dividen yang diharapkan dimasa mendatang dengan tingkat diskonto tertentu ke masa sekarang. Pendekatan dividen terdiri dari tiga model, yaitu: a) Dividen tanpa pertumbuhan Dalam model dividen tanpa pertumbuhan, harga saham ditentukan berdasarkan arus dividen yang akan diterima pada masa mendatang tanpa memperhitungkan tingkat pertumbuhan dividen. Dengan kata lain, nilai saham tidak mempunyai prospek pertumbuhan adalah sama dengan penghasilan dividennya. Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan tidak akan mengalami pertumbuhan, dengan kata lain jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Model pertumbuhan nol ini sebenarnya sama dengan prinsip saham preferens karena dividen yang dibayarkan diasumsikan selalu sama dan tidak akan mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang waktu. b) Dividen dengan tingkat pertumbuhan normal atau konstan Model dividen ini mengasumsikan bahwa dividen akan berkembang dari periode ke periode dengan tingkat pertumbuhan yang sama selamanya. Model dividen dengan tingkat pertumbuhan konstan 14 didasarkan pada asumsi sebagai berikut: 1. Laba ditahan merupakan satu-satunya sumber pembiayaan 2. Tingkat pengembalian atas investasi perusahaan adalah tetap 3. Biaya modal (Kc) perusahaan tetap dan harus lebih besar dari tingkat pertumbuhan (g) c) Dividen yield Dalam model dividen yield ini dikemukakan bahwa asumsi perusahaan akan membayarkan dividen secara konstan kadangkala kurang tepat. Adakalanya perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh diatas pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan dalam beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Kondisi seperti ini membayarkan dapat dividen mempengaruhi bagi kemampuan investor, sehingga perusahaan dapat juga mempengaruhi pertumbuhan tingkat dividen yang akan dibayarkan perusahaan kepada investor. Pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayarkan dividen dengan pertumbuhan diatas normal, dan setelah melewati masa tersebut, pertumbuhan tingkat dividen yang dibayarkan akan menjadi lebih rendah dari masa sebelumnya dan selanjutnya akan bertumbuh secara tetap. Adanya ketidaktetapan dividen yield tersebut dikarenakan bahwa dividen yield tersebut dipengaruhi oleh Dividend Proportion Reinvestment (DPR), yaitu proporsi dividen dibandingkan dengan laba 15 per lembar saham. Jika perusahaan menginginkan dividen yield yang tinggi akan menarik calon investor, maka dapat dilakukan dengan meningkatkan dividen payout berarti mengurangi tersedianya dana internal yang dapat digunakan untuk investasi dan ekspansi usaha. 2) Pendekatan pendapatan Ada dua model yang digunakan untuk menilai harga saham didalam pendekatan pendapatan, yaitu: a) Pendekatan nilai sekarang Dalam pendekatan nilai sekarang, perhitungan saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan dimasa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. b) Model Price Earning Ratio (PER) Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus karena saham tersebut dalam kategori murah (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:198). Pendekatan PER ini disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung beberapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Jika misalkan PER suatu saham sebanyak 3 kali, berarti harga sam tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut. 16 2.1.2 Dividen 1. Pengertian Dividen Menurut Hanafi (2004:361), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan. Dalam Kamus Istilah Pasar Modal (1999 : 117) ditulis bahwa : “Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham.” 2. Teori Dividen a. Teori Residu Dividen ( Residual Dividend of Theory) Laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode sebenarnya adalah untuk kesejahteraan para pemegang saham. Namun biasanya sebagian dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen dan sebagian ditahan. Untuk menahan laba yang diperoleh perusahaan biasanya kerena ada kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan demikian residual dividend of theory adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan kembali. b. Dividen Model Walter (Walter’s Dividend Model) Teori dividen model Walter ini berpendapat bahwa selama keuntungan yang diperoleh dari reinvestasi lebih tinggi dibanding dengan biayanya, maka 17 reinvestasi tersebut cenderung akan meningkatkan harga saham atau nilai perusahaan. c. Dividen Model Modigliani dan Miller Pendapat Modigliani dan Miller ini ditekankan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain. Artinya bila perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian adanya kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat dari penjualan saham baru. 3. Macam- Macam Dividen Dividen dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu: a. Dividen tunai Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham biasa melalui cek atau terkadang mereka menginvestasikannya kembali dalam saham biasa di perusahaan. Penginvestasian kembali dividen pada saham perusahaan diselesaikan melalui suatu rencana reinvestasi dividen (dividend reinvestment plan), atau sering disebut dengan DRIP. 18 b. Dividen saham Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan bukan dalam bentuk uang tunai. Perusahaan yang akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut dalam persentase tertentu, misalnya 10% dividen saham, yang berarti jika seorang investor memilki 10 lot (5000 lembar) saham biasa, maka ia berhak menerima saham biasa sebanyak 1 lot ( 500 lembar) saham biasa. Jika seorang investor memiliki saham yang menghasilkan dividen saham kurang dari fraksi yang telah ditentukan (dalam lot), maka kekurangannya akan diberikan dalam bentuk tunai. c. Dividen Kekayaan Dividen kekayaan adalah distribusi pro rata suatu aset fisik. Aset tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan. Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah pemegang saham perusahaan masih sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang mudah didistribusikan. Dividen kekayaan saat ini sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan dalam pendistribusian aset fisik kepada pemegang sahamnya, disamping itu belum tentu semua pemegang saham menyetujuinya. (warsono, 2003: 272). 4. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan salah satu fungsi utama seorang manajer keuangan dalam membuat keputusan keuangan perusahaan. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. 19 Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan.akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen perusahaan adalah menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan (James, 2005: 270). Sedangkan menurut Agus Sartono (2004 : 281) : “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.” Kebijakan dividen dalam Murhadi (2008:4) merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan 20 dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi. Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen perusahaan adalah memutuskan alokasi dari laba yang diperoleh selama satu periode, berapa yang akan dibagikan dalam bentuk dividen, dan berapa yang akan dialokasikan sebagai laba ditahan karena kebijakan dividen merupakan bagian dari kebijakan strategi perusahaan, karena apapun keputusannya akan berimplikasi luas bagi perusahaan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan, yang artinya mengurangi dana yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan. pada saat perusahaan tidak membagi labanya sebagai dividen dan lebih memilih mengalokasikannya sebagai laba ditahan, hal itu dapat mempengaruhi reaksi pasar di bursa efek bagi perusahaan yang sudah listing, walaupun di sisi lain akan memperbesar sumber dana internal perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Dividen tunai merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa yang dibayarkan kepada pemegang saham apabila mendapatkan laba. Harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen. Besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham. Namun semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang 21 saham akan memperkecil sisa dana yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan perusahaan sebagai reinvestasi, karena laba ditahan tersebut merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan memperkecil kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang pada akhirnya juga memperkecil pertumbuhan dividen. Dari keterangan diatas ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang optimal. Rasio Pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba yang ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. Pembagian dividen ditentukan oleh dewan direksi perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Berikut ini adalah prosedur yang umum digunakan perusahaan saat pembagian dividen ( Ross. Et. Al, 2005) dalam Sriwulandari (2009:17) 1. Declaration date Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen yang diambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham 2. Cum Dividen Date tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan 22 sampai batas tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen. 3. Date Of Record tanggal pencatatan pemegang saham perusahaan yang berhak mendapatkan dividen. 4. Ex-dividend date yaitu tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak menerima dividen. 5. Date of Payment: tanggal pembayaran dividen kepada mereka yang berhak. Beberapa teori kebijakan dividen, antara lain: 1. Teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller Asumsi-asumsi pendapat ini lemah: a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Kenyataannya sulit ditemui pasar modal yang sempurna. b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation cost) itu masih ada. c. Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada. d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi perusahaan pasti berubah. Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller mengenai dividen tidak relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan 23 oleh besar-kecilnya laba ditahan yang ditentukan dividen (Dr.Dermawan Sjahrial, M.M.,2008: 312-313). 2. Teori the bird in the hand Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain. Karena dividend yield lebih pasti. 3. Teori perbedaan pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. 4. Teori signaling hypothesis Menyatakan bahwa, jika ada kenaikan dividen sering kali diikuti dengan kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan suatu signal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penuruna dividen atau kenaikan dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Dividend signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash dividend mempunyai kandungan informasi yang 24 mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymetric information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Suluh Pramastuti,2007:8). 5. Teori clientele effect Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Jika ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan demikian, maka kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak lebih tinggi menyukai capital gain. 2.1.3 Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham 25 yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Suad Husnan dkk, 2005 ). Jumlah saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi saham. Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor (Robert Ang, 1997). Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham. 2.1.4 Return Saham Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk memaksimalkan return, dengan tanpa melupakan faktor resiko yang harus dihadapi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelililn, 2010:102) 1. Pengertian Return Saham dan Risiko Return merupakan keuntungan yang diperoleh oleh investor dari investasi. Return dapat berupa return relisasi maupun return ekspektasi. Return realisasi atau return actual adalah tingkat return yang diperoleh investor yang didapat berdasarkan data historis yang merupakan selisih harga investasi sekarang relative dengan harga periode lalu. Sedangkan return ekspektasi 26 adalah return yang diharapkan maupun tingkat return yang diantisipasi investor dimasa mendatang. Return realisasi (capital gain/loss) yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1). Secara matematis return (capital gain atau capital loss) dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2008:196). Pt – Pt-1 Return (capital gain/loss) = __________ Pt-1 Dimana Pt = Harga saham perusahaan pada waktu t Pt-1 = Harga saham perusahaan pada waktu t-1 Investor juga perlu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut (Tandelilin, 2010:102) Ada beberapa sumber risiko yang mempengaruhi suatu investasi, antara lain (Tandelilin, 2010:103): a. Risiko Suku Bunga Perubahan suku bungan bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bungan akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat maka harga 27 saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga saham naik. Secara sederhana, jika suku bunga misalnya naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bungan (misal deposito) juga akan naik. Kondisi seperti ini dapat menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari saham kedalam deposito. Jika sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama, maka banyak investor yang menjual saham untuk berinvestasi dalam bentuk deposito. b. Risiko Pasar Fluktuasi secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai resiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak factor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan ataupun perubahan politik. c. Risiko Inflasi Risiko inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang tealah diinvestasikan. Oleh karenanya risiko inflasi juga bisa disebut risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya. d. Risiko Bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut risiko bisnis. 28 e. Risiko Finansial Risiko ini berkaitan dengan keputisan perusahaan untuk mengunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. f. Risiko Likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bias diperdagangakan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian pula sebaliknya. g. Risiko Nilai Tukar Mata Uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk). h. Risiko Negara Risiko ini bisa juga disebut risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham Sebelum melakukan investasi, investor perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi return saham agar meminimalisit terjadinya risiko investasi.Beberapa faktor yang mempengaruhi return saham atau tingkat pengembalian saham, antara lain (Alwi, 2003:87) : 29 a. Faktor internal 1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian, kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. 2) Laporan pendanaan seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. 3) Pengumuman badan direksi manajemen, seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi. 4) Pengumuman pengambilalihan perusahaan, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi, dan lain-lain. 5) Pengumuman investasi, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya. 6) Pengumuman ketenagakerjaan, seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. 7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Price to Book Value (PBV), maupun Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) yang nilainya tidak tercantum dalam laporan keuangan, serta faktor lainnya yang dapat mempengaruhi return saham. 30 b. Faktor Eksternal 1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. 2) Pengumuman hukum, seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau manajernya, dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. 3) Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading. 4) Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. Hal ini akan berpengaruh pada capital gain atau capital loss yang akan diterima pemegang saham, sehingga akan mempengaruhi Return saham. 5) Berbagai isu dalam negeri maupun luar negeri. 2.1.5 Corporate Action Tindakan/aksi korporasi (corporate action) merupakan aktivitas emiten yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap harga saham di pasar. Corporate action merupakan informasi yang umumnya menarik perhatian pihak-pihak yang terkait di pasar modal, khususnya para pemegang saham (Darmadji,2006:177). Informasi tersebut akan memiliki nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut dapat menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal. 31 Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), ataupun Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Persetujuan pemegang saham adalah mutlak untuk berlakunya suatu corporate action sesuai dengan peraturan yang ada di pasar modal. Pengumuman corporate action umumnya mengacu pada aktivitas penerbitan right issue, pemecahan (stock split), saham bonus, dividen saham (stock dividend), deviden tunai (cash dividend), pembelian kembali saham (shares buyback). Keputusan corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepentingan pemegang saham karena corporate action yang dilakukan emiten akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang oleh pemegang saham, serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham, dengan demikian pemegang saham harus mencermati dampak atau akibat corporate action sehingga memperoleh keuntungan dari melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat. 2.1.6 Teori Yang Berhubungan Dengan Informasi Menurut Brigham (dalam Sedianingtyas, 2010) terdapat dua teori yang relevan untuk menjelaskan hubungan antara kandungan informasi dari berbagai corporate action dengan perkembangan harga/volume perdagangan saham di pasar modal yaitu : 1. Teori Struktur Modal Dalam teori ini, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki struktur modal yang optimal masih terjadi ketidakjelasan apakah hal itu dapat menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham yang dihubungkan dengan 32 penerbitan saham baru. Alasannya adalah bahwa penambahan saham baru seharusnya selalu mewakili ke arah perkembangan struktur modal yang optimal lebih baik dan bukan sebaliknya, sehingga penambahan saham baru seharusnya memberikan dampak terhadap harga saham yang positif atau nol. 2. Teori Sinyal (signalling Theory) Asumsi utama dalam teori ini adalah bahwa manajer memiliki informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkannya. Maksudnya adalah manajer umumnya memiliki informasi yang lebih lengkap dan akurat daripada pihak luar perusahaan (investor) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Asimetri informasi akan terjadi jika manajer tidak secara penuh menyampaikan perusahaan ke pasar modal. Asimetris informasi adalah kondisi suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Tingkat asimetris informasi ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaan ke masyarakat secepat mungkin. Namun pihak di luar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Karena adanya kondisi asimetri informasi, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting. Manajer jika menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan 33 volume perdagangan saham yang terjadi sebagai implikasinya. Pengumuman dividen tunai akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajer selanjutnya akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan aktivitas perdagangan saham. 2.1.7 Studi Peristiwa Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga (Jogiyanto, 2008:529). 2.1.8 Penelitian Terdahulu Sularso (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh penumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (return) Sebelum dan Sesudah ExDividend date di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa harga saham bereaksi negatif pada terhadap informasi pengumuman dividen naik pada saat ex-dividen 34 date dan bereaksi positif terhadap informasi pengumuman dividen dividen turun pada saat ex-dividend date. Ichsan dan Wakit (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbedaan Harga dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Pada Perusahaan Publik di Indonesia” menyimpulkan bahwa pada tahun 1999 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan dan variabilitas return saham sebelum dan sesudah pengumuman dividen. Sedangkan tahun 2000 dan 2001 terdapat perbedaan signifikan yang terjadi pada volume perdagangan dan return saham sebelum dan sesudah pengumuman dividen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji beda tpaired test 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pengumuman dividen. Ameliani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengumuman Pembagian Dividen Tunai Terhadap Return Saham Perushaan di Bursa Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa hasil pengujian return saham sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai menunjukkan tingkat signifikansi 0,898 (lebih besar dari sig 0,05 maupun 0,1) sehingga kinerja saham sebelum dan sesudah pengumuman tidak berbeda secara nyata. Penelitian ini menggunakan pengujian statistik paired sample t-test Rahmawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Tanggal Pengumuman Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan di Jakarta Islamic Index)” menyimpulkan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai. Hal ini ditunjukkan dengan 35 adanya nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 4.000 dengan probabilitas 0.016. Sedangkan pada volume perdagangan saham tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 1.903 dengan probabilitas 0.130. Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t-test. Zulfiansyah (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perbedaan Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Tunai Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman dividen tunai secara keseluruhan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008. Penelitian ini menggunakan Paired Sample t test untuk menguji hipotesis. 2.2. Rerangka Pemikiran 2.2.1 Volume Perdagangan Saham Sebelum Pengumuman Dividen Sesudah Pengumuman Dividen Volume Perdagangan Saham (www.yahoo.finance.com) Volume Perdagangan Saham (www.yahoo.finance.com) Rata-rata Volume Perdagangan saham (10 Hari) Rata-rata Volume Perdagangan saham (10 Hari) Uji perbedaan (Paired Sample t test) Gambar 2.1 Rerangka pemikiran Volume Perdagangan saham 36 2.2.2 Return Saham Sebelum Pengumuman Dividen Sesudah Pengumuman Dividen Harga saham, Return (www.yahoo.finance.com) Harga saham, Return (www.yahoo.finance.com) Rata-rata Return (10 Hari) Rata-rata Return (10 Hari) Uji Perbedaan (Paired Sampel t Test) Gambar 2.2 Rerangka pemikiran return saham 2.3. Hipotesis Penelitian ini menggunakan hipotesis komparatif, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan antara suatu variable dengan variable lainnya. Menurut Brigham (1995) yang dikutip Kartini (2001) menyatakan bahwa jika ada kenaikkan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham, karena investor atau pasar cenderung menginterpretasikan kenaikan dividen sebagai sinyal membaiknya kinerja perusahaan saat ini maupun pada masa yang akan datang. Sebaliknya penurunan dividen sebagai sinyal penurunan kinerja perusahaan saat ini maupun prospeknya di masa mendatang. Investor bisa menganggap pengumuman pembayaran dividen sebagai suatu sinyal positif maupun negatif. Jika investor menganggap perubahan pembayaran dividen merupakan sinyal positif, maka harga saham akan meningkat dan berarti akan mendapatkan return yang positif pada saat pengumuman pembagian dividen. Sebaliknya jika investor menganggap perubahan pembayaran dividen merupakan 37 sinyal negatif, maka harga saham akan menurun dan investor akan mendapatkan return yang negatif pada saat pengumuman pembayaran dividen. Dari tinjauan diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis 1 Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pengumuman deviden tunai 2. Hipotesis 2 Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham sebelum dan sesudah pengumuman deviden tunai