BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Proyek

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Definisi Proyek
Umumnya suatu pekerjaan dapat menjadi sebuah proyek ketika terjadi perkembangan
tugas dengan kompleks dan pada akhirnya tidak dapat ditangani secara individual ketika
menemukan batas waktu, budget, dan perusahaan yang terkait.
Menurut Schwalbe (2004,p4) Proyek merupakan suatu usaha yang bersifat sementara
untuk menghasilkan suatu produk atau layanan yang unik. Sebuah proyek juga memiliki
pengertian sebagai satu kegiatan bersifat sementara yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau
deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Iman Soeharto, 1999,p2).
Sedangkan menurut Snead dan Wycoff (karl A. Smith, 2000,p44) proyek merupakan
kegiatan
yang
bersifat
nonrutin
dan
memiliki
tujuan
ke
depan
yang
jelas,
serta
mengidentifikasikan bahwa suatu proyek dapat sukses apabila didasari dengan kemampuan yang
efektif tujuannya.
Di dalam bukunya Gray dan Larson (2000, p4) sebuah proyek dapat diartikan sebagai
kegiatan yang kompleks, bersifat nonrutin, dan hanya terjadi satu kali yang ruang lingkupnya
diabatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi desain penampilan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
Menurut Chase, Jacobs, & Aquilano, (2006, p73) “Project dan be defined as planning,
directing, and controlling resources (people, equipment, material) to meet the technical, cost and
time constraints of the project.”
7
8
Bahkan menurut Weiss dan Wysocki (1992,p3) mengidentifikasikan bahwa suatu proyek
memiliki karakteristik, sebagai berikut:
•
Kompleks dan memiliki banyak aktivitas
•
Unik, karena setiap aktivitas atau kejadian hanya terjadi sekali dan tidak dapat diulang
kembali
•
Terbatas, yaitu ditandai dengan tanggal awal dan berakhirnya
•
Terbatas anggaran dan sumber daya
•
Banyak orang yang terlibat dalam melaksanakan setiap aktivitas
•
Aktivitas atau kegiatan yang bersifat kontinu atau berkesinambungan
•
Berorinetasi pada sebuah tujuan yang jelas
•
Menghasilkan suatu produk atau jasa.
Kumpulan dari beberapa proyek dapat juga disebut sebagai program. Program memiliki
lingkup atau batasan yang lebih luas, sebagai contoh, pemerintahan Indonesia. Pemenrintahan
Indonesia memiliki program pemerataan pendidikan. Dengan beberapa proyek didalamanya yaitu
pembangunan sekolah di daerah, pengadaan buku dan alat peraga, pengadaan sarana sekolah
seperti laboratorium, dll.
2.1.2
Ciri – Ciri Proyek
Menurut Iman Soeharto (2002,p2), dalam manajemen proyek, proyek memiliki ciri – ciri
pokok yaitu:
•
Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja
akhir.
•
Dalam proses mewujudkan lingkup diatas, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta
kriteria mutu.
9
•
Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan
titik akhir ditentukan dengan jelas.
•
Bersifat tidak rutin atau tidak berulang – ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
2.1.3
Batasan Proyek
Didalam proses pencapaian proyek, ada batasan yang harus dipenuhi, batasan ini
merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek (Iman Soeharto, 2002,p2). Ketiga
batasan itu adalah
•
Anggaran
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak memiliki anggaran. Untuk proyek –
proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaannya
bertahun – tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan secara total proyek, tetapi
dipecah atas komponen – komponennya atau per periode tertentu yang jumlahnya
disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian – bagian
proyek pun harus memenuhi batasan anggaran per periode.
•
Jadwal
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah
ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh
melewati batas waktu yang ditentukan.
•
Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan.
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik menarik. Aritnya, jika ingin menigkatkan kinerja
produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan
mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya, sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya,
10
bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal (Iman
Soeharto, 2002, p3). Hal itu dapat dilihat dari Gambar 2.1
Biaya
Anggaran
Jadwal
Mutu
Waktu
Kinerja
Gambar 2.1 Tiga Kendala Proyek
Sumber : Iman Soeharto, “Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional”, 2002, p3
2.1.4
Perbedaan kegiatan proyek dengan kegiatan oprasional
Perbedaan kegiatan proyek dan kegiatan operasional ada banyak, perbedaan yang
bersifat mendasar
adalah kegiatan operasi didasarkan pada konsep mendayagunakan system
yang telah ada, apakah berbentuk pabrik, gedung atau fasilitas yang lain secara terus menerus
dan berulang – ulang, sedangkan kegiatan proyek bermaksud mewujudkan atau membangun
sistem yang belum ada. Dengan demikian, urutannya adalah sistem(fasilitas atau produk)
dibangun atau diwujudkan dulu oleh proyek, baru kemudian dioperasikan untuk memberikan
gambaran lebih jauh (Iman Soeharto, 2002,p4).
11
Perbedaan lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan antara kegiatan proyek dengan kegiatan operasional
Kegiatan proyek
Kegiatan Operasional
Bercorak dinamis, nonrutin
Berulang – ulang, rutin
Siklus proyek relative pendek
Berlangsung dalam jangka panjang
Intensitas kegiatan di dalam periode siklus
Intensitas kegiatan relative sama
proyek berubah – ubah (naik turun)
Kegiatan
harus
diselesaikan
berdasarkan
Batasan anggaran dan jadwal tidak setajam
anggaran dan jadwal yang ditentukan
proyek
Terdiri dari bermacam – macam kegiatan yang
Macam kegiatan tidak terlalu banyak
memerlukan berbagai disiplin ilmu
Keperluan sumber daya berubah, baik macam
Macam dan volume keperluan sumber daya
maupun volumenya.
relative konstan.
Sumber: Iman Soeharto, “Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional”, 2002, p3
2.1.5
Macam Proyek
Dilihat dari komponen kegiatan utamanya. Macam proyek dapat dikelompokan sebagai
berikut:
•
Proyek engineering – Konstruksi
•
Proyek engineering – Manufaktur
•
Proyek Peneloitian dan Pengembangan
•
Proyek Pelayanan Manajemen
•
Proyek Kapital
•
Proyek Radio – Telekomunikasi
•
Proyek Konservasi Bio – Diversity
12
2.1.6
Timbulnya Suatu Proyek
Awal Timbulnya proyek dapat berasal dari beberapa sumber berikut (Iman Soeharto,
2002,p7):
•
Rencana Pemerintah
Rencana pemerintah ini contohnya seperti proyek pembangunan prasarana, seperti
jalan, jembatan, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan, lapangan terbang. Tujuannya
lebih dititikberatkan pada kepentingan umum dan masyarakat.
•
Permintaan Pasar
Hal ini terjadi bila suatu ketika pasar memerlukan kenaikan suatu macam produk
dalam jumlah besar. Permintaan ini dipenuhi dengan jalan membangun sarana
produksi baru.
•
Dari dalam perusahaan yang bersangkutan
Hal ini dimulai dengan adanya desakan keperluan dan setelah dikaji dari segala aspek
menghasilkan keputusan untuk merealisasikannya menjadi proyek. Misalnya proyek
yang bertujuan untuk meningatkan efisiensi kerja dan memperbaharui perangkat dan
sistem kerja lama agar lebih mampu bersaing.
•
Dari kegiatan penelitian dan pengembangan
Dari kegiatan tersebut dihasilkan produk baru yang diperkirakan akan banyak manfaat
dan peminatnya, sehingga mendorong dibangunnya fasilitas poduksi.
2.1.7
Siklus Proyek
Untuk mengilustrasikan keunikan yang ada pada sebuah proyek dapat dilihat dari siklus
perputaran proyek atau project life cycle (Gray & Larson, 2000, p5). Dari siklus sebuah proyek
dapat dilihat jiika proyek hanya memiliki waktu yang terbatas dan dapat diprediksi untuk
melakukan suatu perubahan, khususnya dalam usaha apa yang harus ditempuh saat itu.
13
Siklus Sebuah proyek umumnya akan melalui 4 tahapan, yaitu (Gray &larson, 2000, p5-6):
1.
Tahap Pendefinisian Proyek,
Yaitu tahap unutk melakukan spesifikasi pada proyek yang akan dijalankan, membangun
objektif sebuah proyek, membentuk tim kerja, hingga rencana kerja tim per divisi dibuat.
2.
Tahap Merencanakan,
Yaitu tahap untuk menyempurnakan spesifikasi proyek yang sudah dirumuskan pada
tahap pendefinisian proyek, serta tahap pengembangan rencana untuk menentukan
proyek lebih detail, kapan proyek dilaksanakan, keuntungan apa yang akan timbul jika
ada proyek tersebut, kualitas kinerja seperti apa yang harus diterapkan dalam proyek
tersebut, dan bagaimana menentukan anggaran yang optimal.
3.
Tahap mengeksekusi (implementasi),
Yaitu tahap dimana menjalankan rencana kerja yang telah dibuat secara real dan
memerlukan kombinasi mental dan fisik dari tim kerja (team work)
4.
Tahap Mendelivery (menyampaikan Produk atau jasa)
Yaitu tahap akhir dari sebuah proyek, dimana terbagi kedalam dua aktivitas :
menyampaikan produk dan jasa hingga sampai ke konsumen, dan mengadakan pendistribusian
ulang terhadap sumber daya yang dibutuhkan dalam proyek tersebut. Tahap delivery dapat
mencakup customer training dan transfer dokumen. Selain itu, pengadaan pendistribusian ulang
mencakup melepaskan sumber daya yang ada ke proyek lain dan mencari proyek baru untuk
timnya.
Sedangkan dalam proyek yang lebih bersifat pelayanan manajemen, juga dapat
digolongkan dengan terdiri dari berbagai macam bentuk dan kegiatan (iman Soeharto, 1999, p14).
Pada umumnya hasil akhirnya berbentuk nonfisik, misalnya laporan hasil studi atau penelitian
manajemen (Iman Soeharto, 1999, p14) :
14
•
Tahap Konseptual
Mengkaji persoalan atau keperluan yang dihadapi. Jadi disini diusahakan untuk
menggali dan merumuskan penyebab terjadinya keadaan yang tidak efisien tersebut.
Bila telah ditemukan indikasi sumber atau inti penyebab persoalan, maka ditelusuri
lebih lanjut seberapa jauh akibat atau pengaruhnya terhadap sistem keseluruhan. Dari
pengkajian persoalan ini,
seringkali muncul
pula
pemikiran
mengenai
arah
pemecahannya. Dalam contoh ini misalnya, terungkap bahwa sumber persoalan
disebabkan oleh komunikasi dan prosedur kerja yang tidak lagi dapat mengikuti
perkembangan perusahaan. Akibatnya, kejadian penyimpangan di daerah atau sektor
yang baru dikembangkan terlambat diketahui atau dideteksi.
•
Tahap Definisi
Meskipun pada tahap sebelumnya telah disinggung adanya pemikiran mengenai arah
pemecahan persoalan, hal ini masih dalam tahap konseptual. Baru dari tahap studi ini
aspek pemecahan persoalan mendapatkan perhatian sepenuhnya untuk dikaji secara
mendalam. Dalam konteks contoh diatas, jalan keluarnya adalah melakukan
perampingan organisasi, menambah fasilitas komunikasi, dan menyempurnakan
prosedur laporan dan pemantauan. Tahap ini ditutup dengan membaut laporan
sementara (interim report) perihal usulan diatas, termasuk indikasi biaya dan jadwal
yang diperlukan bila usulan tersebut dilaksanakan.
•
Tahap Implementasi
Pada Tahap ini, segala rencana dan usulan tahap terdahulu, setelah ditemukan
alternative yang dianggap terbaik, dirinci, dijabarkan, dihitung dan disusun menjadi
suatu sistem yang bila direalisasikan diperkirakan dapat memecahkan persoalan yang
dihadapi oleh perusahaan. Dalam contoh diatas, ini berarti melakukan kegiatan
15
menyusun organisasi yang diusulkan, berikut kualifikasi personil untuk posisi kunci,
membaut kriteria spesifikasi teknis fasilitas dan peralatan komunikasi yang diinginkan,
kemudian menyiapkan prosedur operasional pelaporan dan pemantauan. Ini semua
dituangkan dalam laporan akhir yang juga memuat jadwal dan biaya yang diperlukan.
•
Tahap Operasi atau utilisasi
Perusahaan yang member tugas menerima laporan akhit kemudian membahasnya
untuk menentukan direalisasi atau tidalnya usulan yang dimuat dalam laporan
tersebut. Bila direalisasi maka laporan dapat digunakan sebagai pedoman untuk
pelaksanaan.
2.1.8
Konsep dan Pemikiran dalam Manajemen Proyek
Dalam Manajemen Proyek tercakup tiga manajemen modern yang mempengaruhi.
Adapun ketiga pemikiran manajemen yang mempengaruhi manajemen proyek, adalah (Iman
Soeharto, 2002, p21):
1. Manajemen Klasik atau Manajemen Fungsional atau “general management”
Yaitu merupakan konsep manajemen pada umumnya yang memiliki fungsi – fungsi
secara umum. Adapun fungsi – fungsi manajemen yang dimaksud adalah:
•
Merencakan
Yang berarti memilih dan menentukan langkah – langkah kegiatan yang akan
datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Artinya menentukan sasaran
yang hendak dicapai, kemudian menyusun urutan langkah kegiatan untuk
mencapainya. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan perencanaan
dimaksudkan untuk menjembatani antara sasaran yang akan diraih dengan
keadaan
situasi awal. Salah satu kegiatan perencanaan adalah pengambilan
keputusan, mengingat hal ini diperlukan dalam proses pemilihan alternatif.
16
•
Mengorganisir
Yaitu dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara
bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya kepada
para peserta kelompok (organisasi) agar dapat mencapai sasaran secara efisien.
Hal ini member pengartian bahwa sangat perlunya pengaturan peranan masing –
masing anggota dalam sebuah proyek. peranan ini kemudian dijabarkan menjadi
pembagian tugas, tanggung jawab, dan otoritas. Selanjutnya dari hal tersebut
disusunlah struktur organisasi.
•
Memimpin
Yaitu merupakan aspek yang sangat penting dalam mengelola suatu usaha, yaitu
mengarahkan dan mempengaruhi sumber daya manusia dalam organisasi agar
mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Mengarahkan dan mempengaruhi ini erat hubungannya dengan motivasi,
pelatihan, kepenyeliaan, koordinasi, dan konsultasi. Factor lain yang perlu
diperhatikan adalah gaya kepemimpinan yang hendak diterapkan karena
berpengaruh besar terhadap keberhasilan dalam proses mencapai tujuan.
•
Mengendalikan
Yaitu menuntun, dalam arti memantau, mengkaji, dan bila perlu mengadakan
koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Jadi dalam
fungsi ini, hasil – hasil pelaksanaan kegiatan selalu diukur dan dibandingkan
dengan rencana. Oleh karena itu, umumnya telah dibuat tolak ukur, seperti
anggaran, standar mutu, jadwal penyelesaian pekerjaan, dan lain – lain. Bila
terjadi penyimpangan, maka segera dilakukan pembetulan. Dengan demikian,
pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meyakini bahwa arus kegiatan
bergerak kearah sasaran yang diinginkan.
17
•
Staffing
Yaitu sering dimasukkan sebagai salah satu fungsi manajemen, tetapi banyak
yang menganggap kegiatan ini merupakan bagian dari fungsi mengorganisir.
Staffing meliputi pengadaan tenaga kerja, jumlah ataupun kualifikasi yang
diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk perekrutan, pelatihan dan
penyeleksian untuk menempati posisi – posisi dalam organisasi.
Dari kelima fungsi manajemen diatas, dapat diterapkan prinsip – prinsip dalam
manajemen klasik, yaitu:
•
Departementalisasi dan spesialisasi
•
Sturktur Piramida
•
Otoritas dan Rantai Komando
•
Pengambilan Keputusan dan Disiplin
•
Lini dan Staf
•
Hubungan Atasan – Bawahan
•
Arus Kegiatan Horizontal
•
Kriteria Keberhasilan dan Tujuan Tunggal
2. Pemikiran Sistem
Yaitu
Pemikiran
yang
memandang
segala
sesuatu
dari
wawasan
totalitas.
Metedeologinya yang erat berhubungan dengan penyelenggaraan proyek adalah
sistem analisis, sistem engineering, dan sistem manajemen. Sistem engineering
mencoba menjelaskan proses terwujudnya suatu sistem atau dengan kata lain
mencoba menerangkan langkah – langkah yang harus dilalui untuk mewujudkan
suatu gagasan menjadi sistem yang berbentuk fisik.
18
3. Pendekatan Contigency
Yaitu mendasarkan pada pendapat bahwa suatu manajemen yang terbaik dapat
dipakai untuk mengelola setiap macam kegiatan. Atau dengan kata lain, teknik
pengelolaan yang bekerja baik untuk suatu kegiatan tertentu tidak menjamin
keberhasilan yang sama bagi kegiatan yang berbeda. Situasinya dapat berubah setiap
waktu atau bersifat fleksibel.
Manajemen
Klasik
(Manajemen
berdasarkan
fungsi)
Pendekatan
Sistem
(Manajemen
berorientasi
pada totalitas)
Pendekatan
Contigency
(Manajemen
Sesuai situasi)
Manajemen
Proyek
(Mengelola
Kegiatan yang
dinamis)
(dukungan)
Disiplin Lain
(Arsitek,
Engineering,
Sosial,
Ekonomi, dan
lain – lain)
Sumber : Iman Soeharto, “Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional”, 2002, p20
Gambar : 2.2 Masukan Pada Manajemen Proyek dan Keterkaitanya dengan berbagai
pemikiran Manajemen dan Disiplin Ilmu
19
2.1.9
Definisi Diagram Jaringan Kerja
Diagram jaringan kerja ini merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan unsur proyek, yang pada giliran
selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
Menurut Meredith & Mantel (2000,p.308), jaringan kerja atau diagram network adalah:
“Network is the combination of all activites (often drawn as arcs) and (often drawn as
nodes at the beginning and end of each are) defines the project and the activity predence
relationship.”
Menurut Mingus (2002,p.6), jaringan kerja atau diagram network adalah tipe khusus dari
hubungan, antara tugas – tugas proyek.
Menurut Heizer & Render (2006,p.83), jaringan kerja atau diagram network adalah
jaringan yang terdiri dari atas titik – titik yang dihubungkan dengan garis atau panah”
2.1.10 Kegunaan Jaringan Kerja
Menurut Iman Soeharto (2002,p.238), Kegunaan jaringan kerja adalah untuk :
a. Menyusun Urutan Kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen dengan
hubungan ketergantungan yang kompleks.
b. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis
c.
Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.
2.1.11 Fungsi Jaringan Kerja
Menurut Iman Soeharto (2002,p.238), fungsi jaringan kerja terdiri dari :
a. Mengetahui berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek.
b. Mengetahui kegiatan – kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannnya
dengan penyelesaian proyek.
20
c.
Mengetahui apabila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,
bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara
menyeluruh.
2.1.12 Sejarah analisa Network
Menurut Subagyo & Pangestu (2000,p.119), analisa network biasa dikenal dengan teknik
manajemen proyek. kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi
dan pengurutan kegiatan – kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan
itu dapat dilakukan agar perencanaan dan pengawasan semua kegiatan itu dapat dilakukan secara
sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.
Menurut Julian (2000,p.125), teknik evaluasi dan ulasan program (Program evaluation and
review technique - PERT) dan metode Jalur kritis (Critical Path Method – CPM)
Menurut Soepranto (2001, p.110), CPM mulai dikembangkan tahun 1957 oleh J.E.Kelly
dari Remington Rand dan M.R.Walker dari DuPont dan PERT mulai dikembangkan tahun 1958 oleh
Booz, Allen, dan Hamilton. Kedua teknik ini dikembangkan untuk membantu para manajer
membuat penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan kompleks.
Namun dalam sejarah perkembangannya, saat ini banyak lembaga – lembaga lain yang
kemudian juga dapat menerapkan atau menyusun konsep analisa network ini. Akibatnya nama
untuk menyebut analisa network ini banyak sekali, meskipun konsepnya hamper sama. Nama
yang paling umum dipakai adalah PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan CPM
(Critical Path Method).
21
2.1.13 Komponen – Komponen Dalam Analisa Network
Menurut Roger (2002,p.413), di dalam analisa network kita mengenal events (kejadian –
kejadian) dan activites (kegiatan – kegiatan).
•
Activity
:
Activity
atau
kegiatan
adalah
suatu
pekerjan
atau
tugas,
dimana
penyelesaiannya memerlukan periode waktu, biaya, serta fasilitas tertentu. Biasanya
diberi simbol anak panah
•
Events : Events atau kegiatan adalah permulaan atau akhir dari suatu kegiatan. Biasanya
diberi simbol lingkaran.
EF
n
Simpul / node = Kejadian
LF
Arrow = Aktivitas
Gambar 2.3 Node dan Anak Panah
Sumber : Manajemen Proyek, 2003, p57
22
Menurut Subagyo & Pangestu (2000,p.122), untuk bisa melakukan analisa network (project
manajement), kita harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a. Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahuluinya harus sudah
selesai dikerjakan.
b. Gambar anak panah hanya sekedar menunjukan urut – urutan di dalam mengerjakan
pekerjaan saja. Panjang anak panah dan arahnya tidak menunjukan letak dari
pekerjaan.
c.
Nodes (lingkaran yang menunjukan kejadian) diberi nomer sedemikian rupa, sehingga
tidak terdapat nodes yang mempunyai nomor sama. Untuk menghindari arah anak
panah yang berulang kembali (circularity) biasanya nomer yang lebih kecil diletakkan
pada awal anak panah, sedang pada akhir anak panah diberi nomer yang lebih besar.
Ada dua pendekatan dalam hal menggambarkan diagram kerja. Yang pertama, kegiatan
digambarkan dengan simpul / nodes, Activity On Node (AON). Yang kedua, aktivitas digambarkan
dengan anak panah, Activity On Arrow (AOA). Sedangkan kegiatan digambarkan dengan simpul
(node).
23
Kegiatan
A. Hubungan peristiwa dan kegiatan
Pada AOA
B. Hubungan peristiwa dan kegiatan
Pada AON
C. Kegiatan B dimulai setelah kegiatan A selesai
Kegiatan
Kegiatan
A
B
A
B
B
D. Kegiatan B dan C dapat dimulai setelah kegiatan A
A
Selesai
C
A
C
E. Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kegiatan
A dan B Selesai
B
D
Gambar 2.4 Tanda / Simbol Dalam Membuat Jaringan Kerja
Sumber : Iman Soeharto, 2002, p.244
24
Selain gambar aktivitas dan kegiatan diatas , maka terdapat pula aktivitas semu (dummy).
Menurut Budi Santosa (2003, p.57), kegiatan semu berfungsi sebagai penghubung yang tidak
membutuhkan sumber daya maupun waktu penyelesaian. Aktivitas semu diperlukan Karena tidak
boleh ada dua aktivitas mulai dari simpul yang sama dan berakhir pada simpul lain yang sama
pula. Aktivitas semu juga digambarkan sebagai anak panah putus – putus.
A
C
Dummy
B
D
Gambar 2.5 Aktivitas Dummy Dalam Jaringan Kerja
Sumber : Iman Soeharto, 2002, p.245
Menurut Subagyo & Pangestu (2000, p.126), sasaran dalam analisis jalur kritis adalah
untuk menentukan kuantitas dari masing – masing aktivitas, berikut beberapa istilah dari analisis
jalur kritis:
a. Earliest Start Time (ES)
Earliest Start Time adalah waktu tercepat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan
waktu normal, tanpa menggangu kegiatan yang lain.
25
b. Earliest Finish Time (EF)
Earliest Finish Time adalah waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu
kegiatan dengan menggunakan waktu yang normal, tanpa menggangu kelancaran
pekerjaan – pekerjaan yang lain.
c.
Latest Time Start (LS)
Latest Time Start adalah waktu yang paling lambar untuk bisa memulai suatu
kegiatan dengan waktu normal, tanpa mengganggu kelancaran kegiatan – kegiatan
yang lain
d. Latest Finish Time (LF)
Latest Finish Time adalah waktu yang paling lambat untuk menyelesaikan suatu
kegiatan dengan waktu normal, tanpa mengganggu kelancaran kegiatan – kegiatan
yang lain.
e. Slack (S)
Slack adalah waktu mundur aktivitas atau sama dengan (LS – ES) atau (LF – EF).
Perhitungan mundur
Yaitu dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita masih dapat
memulai dan mengakhiri masing – masing kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur dimulai
dari ujung kanan (hari terakhir penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja. Adapun dalam
perhitungan mundur, harus diperhatikan aspek :
•
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai paling
akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan, atau
LS = LF – D
26
•
Bila suatu kegiatan memiliki 2 atau lebih kegiatan – kegiatan berikutnya
(successor), maka waktu selesai paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama
dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
Setelah menerapkan langkah – langkah diatas, kita dapat mengetahui jalur kritis suatu
proyek. jalur kritis merupalan jalur kegiatan yang memerlukan perhatian maksimal dari pengelola
proyek, terutama pada periode perencanaan dan implementasi kegiatan yang bersangkutan,
misalnya diberikan prioritas utama dalam pengalokasian sumber daya yang dapat berupa tenaga
kerja, peralatan dan penyelia. Pengalaman menunjukan bahwa kegiatan – kegiatan kritis dari
suatu proyek umumnya kurang dari 20% total dari pekerjaan, sehingga jalur kritis dapat
memeberikan perhatian lebih kepadanya dianggap tidak akan mengganggu kegiatan yang lainnya
bila telah direncanakan dengan sebaik –baiknya.
Menurut Iman Soeharto (2002, p.257), sifat atau syarat umum dari jalur kritis adalah :
•
Pada Kegiatan pertama : ES = LS 0, atau E(1) = L (1) = 0
•
Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF
•
Float Total : TF = 0
Menurut Render, Stair, dan Hanna (2003, p.520), peran jalur kritis juga sangat penting
dalam sebuah proyek karena kegiatan yang terletak di jalur kritis dapat menyebabkan
keterlambatan sebuah proyek apabila tidak dijalankan dengan efektif.
27
2.1.14 PERT (Project Evaluation and Review Technique)
Pengertian PERT menurut Hani Handoko (2000, p.401) adalah “PERT merupakan Suatu
metode analitik yang dirancang untuk membantu dalam scheduling dan pengawasan kompleks
yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu, dan
kegiatan – kegiatan itu mungkin tergantung pada kegiatan – kegiatan lain.”
Pengertian PERT menurut Jay Heizer & Barry Render (2005, p.508) adalah “Untuk
membagi keseluruhan proyek ke dalam kejadian dan aktivitas. Suatu kejadian menandai mulainya
atau selesainya tugas atau aktivitas tertentu. Suatu aktivitas di sisi lain adalah suatu tugas atau
subproyek yang terjadi antara dua kejadian.”
Menurut Iman Soeharto (2002, p.268), dalam visualisasi penyajiannya, PERT sama halnya
denga CPM, yaitu menggunakan diagram anak panah untuk menggambarkan kegiatan proyek.
Demikian pula pengertian dan perhitungan mengenai kegiatan kritis, jalur kritis dan float yang
dalam PERT disebut slack. Salah satu perbedaan yang substansial adalah dalam estimasi kurun
waktu kegiatan, dimana PERT menggunakan tiga angka estimasi, yaitu:
•
a = kurun waktu optimistic (Optimistic duration time)
Waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatu berjalan mulus.
Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila kegiatan tersebut
dilakukan berulang – ulang dengan kondisi yang hampir sama.
•
m = Kurun waktu paling mungkin (most likely time)
Kurun waktu yang paling sering terjadi disbanding dengan yang lain bila kegiatan
dilakukan berulang ulang dengan kondisi yang hampir sama.
•
b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)
Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu bila segala sesuatunya
serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila
kegiatan tersebut dilakukan berulang – ulang dengan kondisi yang hampir sama.
28
Setelah menentukan estimasi angka – angka a, m, dan b, maka tindak selanjutnya adalah
merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu angka, yang disebut t atau kurun
waktu yang diharapkan (expected duration time). Angka t adalah angka rata – rata kalau kegiatan
tersebut dikerjakan berulang – ulang dalam jumlah yang besar. Sehingga apabila ditulis dengan
rumus adalah sebagai berikut:
t = (a + 4m + b)/6
Sedangkan untuk menghitung dispersi (dispersion) atau varians waktu penyelesaian
kegiatan (varians of activity completion time), maka rumus yang dipakai adalah:
Varians = [(b-a)/6]²
2.1.15 Langkah – Langkah Metode PERT
MEnurut Jay Heizer & Barry Render (2005, p.94), enam langkah dasar dalam metode
PERT :
a. Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja.
b. Membangun hubungan antara kegiatan. Memutuskan kegiatan mana yang harus lebih
dahulu dikerjakan dan mana yang harus mengikuti yang lain.
c.
Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan.
d. Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk tiap kegiatan.
e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis.
f.
Menggunakan
jaringan
untuk
membantu
perencanaan,
penjadwalan,
dan
pengendalian proyek.
Dalam menentukan jalur adalah hal yang sangat penting, karena hal ini merupakan
bagian utama dalam pengendalian proyek. kegiatan pada jalur kritis mewakili tugas yang akan
menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan tepat waktu
29
Defining the problem
Developing a Model
Acquiring Input Date
Developing a solution
Testing the Solution
Analyzing the results
Implementing the Results
Gambar 2.6 Tahap Menggunakan Metode PERT
(Program Evaluation and Review Technique)
Sumber : “Quantitative Analysis for Management”, 2003, p.522
30
2.1.16 Perbandingan PERT versus CPM
Tabel 2.2 Perbandingan PERT versus CPM untuk beberapa Fenomena
Fenomena
CPM
PERT
1. Estimasi Kurun Waktu
Deterministik, satu angka Ke
Probabilistik, tiga angka Ke
Kegiatan
kegiatan
peristiwa/kejadian
2. Arah Orientasi
Ke Kegiatan, biaya
Ke peristiwa/Kejadian, waktu
3. Identifikasi Jalur kritis dan
Dengan Hitungan Maju dan
Cara sama dengan CPM
float
Mundur
4. Kurun Waktu Penyelesaian
Ditandai dengan suatu angka
Angka tertentu ditambah
milestone atau proyek
tertentu
Varians
5. kemungkinan (probability)
Hitungan/analisis untuk
Dilengkapi cara khusus untuk
mencapa target jadwal
maksud tersebut tidak ada
itu
6. Menganalisis Jadwal yang
Prosedurnya jelas
Mungkin perlu di konversikan
ekonomis
ke CPM dahulu
2.1.17 Crashing Proyek
Menurut Jay Heizer & Barry Render (2005, p.100), ketika mengelola suatu proyek, lazim
bagi seseorang manajer proyek menghadapi salah satu situasi berikut ini:
a. Proyek Tertinggal Jadwal
b. Waktu penyelesaian proyek yang sudah dijadwalkan dimajukan
Dalam situasi manapun, beberapa atau semua kegiatan yang ada harus dipercepat untuk
menyelesaikan proyek pada batas waktu yang diinginkan. Proses di mana kita memperpendek
jangka waktu proyek dengan waktu terendah yang disebut sebagai crashing proyek. Seberapa
banyak sebuah kegiatan bisa diperpendek (perbedaan antara waktu normal dan waktu crash)
31
bergantung pada kegiatan dalam pertanyaan. Kita mungkin tidak bisa memendekkan beberapa
kegiatan sama sekali.
Biaya crashing sebuah kegiatan bergantung pada sifat kegiatan tersebut. Para manajer
biasanya lebih menyukai mempercepat sebuah proyek dengan biaya tambahan paling sedikit.
Karenanya, ketika memilih kegiatan mana yang akan dilakukan crash, dan seberapa banyak, kita
harus memastikan beberapa hal berikut ini:
•
Jumlah yang diperbolehkan pada sebuah kegiatan untuk dilakukan crash.
•
Secara bersamaan, jangka waktu kegiatan yang diperpendek menjadikan kita dapat
menyelesaikan proyek pada batas waktunya.
•
Biaya total crashing sekecil mungkin.
32
2.2
Kerangka Pemikiran
PT. Shahnaz Swa
Mandiri
Optimasi Waktu
Optimasi Biaya
Kerja
Analisis Jaringan
Analisis Biaya
Kerja
Proyek
Analisis PERT
Menentukan Jaringan Kerja dan Jalur Kritis
Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran
Sumber : Olahan Penulis, 2009
Download