KAJIAN STUDI DARI FENOMENA WORD OF MOUTH PRODUK ES

advertisement
KAJIAN STUDI DARI FENOMENA WORD OF MOUTH PRODUK ES KRIM OM
Harti Yuwarti
Fakultas Ilmu Komunikasi: Universitas Moestopo Beragama
Abstrak
To advertise, a product must have a brand that serves as a differentiator from
its competitors so that the message conveyed can be identified by the recipients of the
message. In practical fact, there are products that do not have a brand, but a lot of
discussion of people.
This product can be known because its customers have a good experience of
the product, which in turn labeled ice cream product with the name "Ice Cream Om," or
commonly known as a mysterious ice cream in an online article. This study aims to
explore the phenomenon of word of mouth on the ice cream brand om to be able to
determine its contribution to the formation of ice-cream brand products Om, by
analyzing the factors that led to word of mouth on the ice cream brand Om. The study
was conducted in: JL. Mount Rainbow No. 106, Garden Diponegoro, LippoKarawaci Tangerang, West Java. With a discussion of the terms of phenomenology and word of
mouth, the researchers used the research paradigm constructivism, descriptive
research and qualitative research approach because it would be in line with the
characteristics of phenomenological research.
Research carried out gradually with a few visits, results in the can is, that the
word of mouth that events on the ground is different from what the researchers found in
the internet.
Results of this study concluded that the word of mouth happens
unintentionally because of the customer experience with ice cream Om positive,
eventually they recommend to their relatives just to tell you there is ice cream is tasty
brew the Om in Karawaci, eventually, word of mouth in the form of words "Om" is acting
as a substitute name is not owned by owner-made ice cream.
,
Key words: Word of mouth phenomenon, constructivism, ice cream om.
Suggest
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
jaman kekuasaan Romawi, penguasa saat itu
Nero Cladius Casesar (tahun 54-86) sering
mengirim orang ke gunung hanya untuk
mengambil salju, dimana kesukaannya adalah
dicampur bermacam buah-buahan (www.
pescaicecream.com) Memasuki era modern,
mulai banyak muncul produk-produk Es krim
baru dengan berbagai macam brand, terdapat
Wall’s, Campina, Cledor, dan serupa lainnya
yang saling bersaing dengan berpromosi
melalui periklanan.
Es krim adalah jenis makanan ringan beku
yang konon asal muasal Es Krim diperkirakan
kurang lebih dari 200 tahun sebelum Masehi,
walaupun memang tidak diketahui secara
tepat kapan tanggal maupun penciptanya.
Dari
catatan sejarah diketahui bahwa
Alexander Agung adalah penikmat es krim
yang saat itu bentuknya masih berupa salju
yang ditambahkan madu dan sari buah. Pada
36
Iklan bisa dibilang sudah lama ada dan
dianggap sebagai alat promosi yang baik
untuk memperkenalkan produk yang ingin
dijual, iklan didefinisikan dalam buku
Advertising: Principles and Practices sebagai
segala bentuk pesan berbayar dari sponsor,
dirancang untuk mempromosikan ide, jasa,
maupun barang untuk meraih sebuah
keuntungan (Flamming,2013), oleh karena itu,
biasanya untuk beriklan sebuah produk harus
memiliki brand yang berfungsi sebagai
pembeda dari kompetitornya agar pesan yang
disampaikan bisa diidentifikasikan oleh para
penerima pesannya.1 Dalam praktik nyatanya,
ada produk yang pada awalnya tidak memiliki
brand namun banyak diperbincangkan orang
hingga sampai ke dunia maya, tanpa melalui
iklan, produk ini bisa diketahui orang-orang
melalui para pelanggan yang telah memiliki
pengalaman baik terhadap produk tersebut,
yang pada akhirnya memberi nama atau
melabeli produk Es krim itu dengan nama “Es
krim Om.” Es krim Om terletak di daerah
Tangerang.
sendiri oleh pembeli karena si penjual es krim
ini jarang terlihat ada di rumahnya, begitu ada
yang sempat bertatap muka, pasti ia sulit
diajak berbicara karena sedang sibuk
membuat es krim di dapurnya. Dengan
konsep self service seperti ini, tidak
menurunkan niat pelanggan untuk berbagi
cerita tentang kenikmatan es krim tersebut di
media sosial milik mereka masing-masing.
Es krim Om sudah berdiri selama
sembilan tahun dan masih berproduksi di
lingkungan perumahan yang sama, namun,
perkembangan word of mouth dan ulasanulasannya di media sosial masih dapat terlihat
terutama di kalangan mahasiswa Universitas
Pelita Harapan hingga kini. Komunikasi
pemasaran dari mulut ke mulut sendiri adalah
salah satu model komunikasi dari bauran
komunikasi pemasaran, model komunikasi
lainnya dalam komunikasi pemasaran terpadu
menurut Kotler dan Keller menyebutkan
bahwa terdapat delapan macam komunikasi
pemasaran terpadu, yaitu, periklanan, promosi
penjualan, acara dan pengalaman, hubungan
masyarakat dan publisitas, pemasaran
langsung, pemasaran interaktif, penjualan
pribadi dan, pemasaran dari mulut ke mulut (
Philip, 2009).
Pemilik sekaligus pembuat produk ini tidak
pernah memberikan brand terhadap Es krimEs krim buatannya, namun cerita-cerita dari
mulut ke mulut dan kumpulan cerita dari
media sosial lah yang akhirnya menciptakan
nama Es krim Om.
Fenomena Es krim Om ini terbilang unik,
salah satunya karena sistem pembayaran
yang diberlakukan oleh pemilik Es krim ini, ia
mematok harga Es krim per cup nya Rp.
20.000,- namun, ia mempercayakan transaksi
sepenuhnya kepada para pelanggan secara
langsung, ia hanya menyediakan tempat
berupa amplop yang diperuntukan kepada
pembeli yang ingin membayar, sistemnya
mirip seperti kantin kejujuran, ia juga
menyediakan uang dalam pecahan nominal
kecil untuk kembalian bagi pelanggan yang
memerlukannya, sistem tersebut memberikan
pengalaman baru dalam membeli es krim bagi
yang pertama kali merasakannya.
Memilih es krim, membayar, dan
mengambil kembalian, semua harus dilakukan
Word of mouth berdasarkan sifat
tradisionalnya biasa terjadi secara offline atau
tanpa melalui media, murni cerita lisan,
namun dengan perkembangan teknologi
sekarang word of mouth juga sudah wajar
terjadi di dunia maya baik secara tertulis
maupun secara visual.
1.2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diberlakukan
pada penelitian ini guna mendapatkan
identifikasi yang jelas terhadap ruang lingkup
masalah dalam penelitian yang diberlakukan,
dengan itu, penulis membaginya dalam tiga
batasan, pertama,
Fenome,
Untuk
memahami dunia dari sudut pandang orang
yang mengalaminya secara langsung atau
berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman
manusia. Kedua, Word of Mouth Marketing,
Komunikasi dari mulut ke mulut antar
khalayak, beredar secara berantai dan
37
2..
dengan sendirinya di suatu komunitas
tertentu. Ketiga, Penelitian akan dilakukan di
tempat penjualan Es krim Om: JL. Gunung
Pelangi No. 106, Taman Diponegoro,
LippoKarawaci – Tangerang, Jawa Barat.
komunikator, komunikan, pesan, saluran, dan
efek.
2.1.2 Pemasaran.
The American Marketing Assocciation (AMA)
membuat definisi mengenai pemasaran:
“Pemasaran
merupakan
suatu
proses
perencanaan dan implementasi dari konsep,
pricing, promosi, dan distribusi (ide,produk,
maupun jasa), sehingga dapat diciptakan
pertukaran untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan
dan
perusahaan
sekaligus.
Berdasarkan definisi di atas, proses
pemasaran dimulai dari menemukan apa yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen,
selanjutnya memberikan harga pada produk
yang bersangkutan dengan kebutuhan
konsumen tersebut dan mendistribusikannya
agar bisa didapat oleh pelanggan, itu semua
melibatkan proses perencanaan terutama
dalam riset untuk mengetahui kebutuhan
konsumen tersebut.
1.3. Perumusan Masalah
Dari kasus tersebut, penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena
word of mouth pada brand Es krim om.
Dengan
perumusan
masalah
adalah
bagaimana word of mouth bisa membentuk
sebuah brand bernama “Es krim Om” menjadi
masalah dalam skripsi ini.
2. Tinjauan Literatur dan Kerangka Teori
2.1. Tinjauan Literatur
2.1.1 Kajian Komunikasi
Sugiono mengatakan , 2009 Komunikasi
adalah persamaan makna, baik yang
dikirimkan maupun yang diterima. Pemberi
dan penerima pesan yang terlibat mempunyai
interaksi dari kedua belah pihak. Dikutip oleh
Jalaluddin Rakhmat, beranggapan bahwa
“efek hanya perubahan perilaku manusia yang
setelah diterpa pesan media massa, karena
fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan
dengan pesan yang disampaikan media
massa.“ ( Rakhmat, Jalaluddin. 1999).
Komunikasi adalah salah satu kebutuhan
utama manusia, baik dalam bentuk interaksi
maupun dalam bentuk bahasan mengenai
definisi dari komunikasi itu sendiri. Banyak
definisi yang beredar tentang komunikasi, dari
Gerald R. Miller mengatakan bahwa
komunikasi itu terjadi saat satu sumber
menyampaikan pesan kepada penerima
dengan niat sadar untuk mempengaruhi
perilaku mereka, hal yang serupa namun
berbeda dijabarkan oleh Watzlawick, Beavin
dan Jackson yang menyatakan bahwa
seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi.
Yang paling umum dijumpai adalah definisi
komunikasi dari Harold Lasswell, yang
menyatakan
bahwa,
komunikasi
pada
dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan
saluran apa, kepada siapa, dengan akibat
atau hasil apa. Jadi setidaknya komunikasi
harus terdiri dari 5 komponen, yaitu,
2.1.3 Komunikasi Dalam Pemasaran.
Komunikasi pada dasarnya adalah
proses penyebaran informasi, seperti yang
dapat dipahami dari pernyataan Byker dan
Anderson, bahwa komunikasi adalah berbagi
informasi antara dua orang atau lebih. Dalam
konteks pemasaran, komunikasi menjadi
penting karena definisi dari pemasaran
menurut Stanton adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang
ditujukan
untuk
merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang atau jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial. Agar
orang mengetahui apa yang ia butuhkan dan
dimana ia bisa mendapatkannya serta
bagaimana
mendapatkannya,
seseorang
membutuhkan pertukaran informasi melalui
komunikasi
2.1.4 Word of Mouth.
Word of Mouth adalah Komunikasi
dari mulut ke mulut antar khalayak, beredar
secara berantai dan dengan sendirinya di
suatu komunitas tertentu. Word of mouth
memiliki beberapa bentuk, ada yang tidak
disengaja atau murni terjadi secara natural,
38
dan ada juga yang direncanakan, seperti
yang dijelaskan oleh Rosen Emanuel
(2000) bahwa bentuk alami dari word of
mouth adalah hubungan interpersonal, dan
itu bisa dibentuk atau diaktifkan secara
sengaja, kegiatan word of mouth yang
direncanakan terkenal dengan sebutan
word of mouth marketing, berikut bentukbentuk dari word of mouth marketing
berdasarkan
penelitian
Diamond
Management & Technology Consultant
dalam Mix (2007) yaitu Buzz marketing,
Evangelist
marketing,
Community
marketing,
Conversation
creation,
Influencer marketing, Cause marketing,
Viral marketing, Grassroots marketing,
Brand blogging, Product seeding, dan
Referral programs, menciptakan alat bagi
pelanggan yang puas agar mereka
merekomendasikan produk yang sama
kepada teman-temannya (Emanuel, 2005).
Word of mouth baik yang dibentuk secara
sengaja maupun tidak, keduanya samasama tidak terlepas dari pengalaman dan
cerita yang disebar diantara para
konsumen. Hubungan yang terjadi di
antara konsumen itu pada faktanya bisa
mendukung atau justru merugikan sebuah
perusahaan, karena kabar tentang sebuah
produk bisa menyebar secara cepat
melalui hubungan tersebut, baik itu kabar
baik maupun buruk. Emanuel Rosen dalam
bukunya,
The Anatomy
Of
Buzz,
mengatakan bahwa Word of Mouth tidak
membawa dampak yang sama terhadap
setiap jenis usaha yang ada, menurutnya,
setidaknya ada empat faktor yang sewaktuwaktu tentu dapat berubah, mengenai halhal apa saja yang mempengaruhi dampak
dari word of mouth terhadap sebuah
produk, yakni Sifat produk, Khalayak
sasaran, Keterkaitan hubungan antar
khalayak sasaran dan Strategi yang
digunakan.
pengalaman manusia ( Effendy,1992),
Fenomenologi tidak diawali dan tidak
bertujuan untuk menguji teori, melainkan
untuk mendeskripsikan pengalaman, bukan
menjelaskan
atau
menganalisanya
(Effendy,1993).
Fenomenologi
dapat
diartikan sebagai upaya studi tentang
pengetahuan yang timbul karena rasa
kesadaran ingin mengatahui. Objek
pengetahuan berupa gejala atau kejadiankejadian dipahami melalui pengalaman
secara sadar (councious experience).
Fenomenologi menganggap pengalaman
yang aktual sebagai data tentang realitas
yang dipelajari.
Fenomenologi
cenderung menggunakan jenis penelitian
kualitatif, untuk melihat hal tersebut, perlu
diuraikan terlebih dahulu sifat-sifat dasar
dari penelitian kualitatif yang relevan
menggambarkan
posisi
metodologis
fenomenologi.
2.1.6 Perilaku Konsumen.
Perilaku konsumen pada umumnya
mempelajari tentang proses yang melibatkan
individu
dalam
hal
mendapatkan,
mengkonsumsi dan berhenti menggunakan
sebuah barang, jasa, aktivitas, maupun ide
untuk memenuhi kebutuhan mereka (Bovee,
1995). Perilaku konsumen bisa beragam,
tergantung dari empat faktor yakni, faktor
kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan
faktor psikologis. Peran faktor-faktor tersebut
berbeda untuk produk yang berbeda.
Dengan kata lain ada faktor yang dominan
pada pembelian suatu produk, sementara
faktor lain kurang berpengaruh ( Djuarsa,
2000).
2.1.7 Model Perilaku Konsumen.
Untuk
melihat
proses
perilaku
konsumen secara meluas, model perilaku
konsumen diperlukan, agar terlihat faktorfaktor apa saja yang menstimuli konsumen
untuk mengambil keputusan melakukan
pembelian. Model perilaku konsumen adalah
model perilaku konsumen menurut Kotler,
dapat terlihat secara luas faktor-faktor apa
saja yang menstimuli konsumen untuk
mengambil keputusan melakukan pembelian.
(Jones, 1976). Dalam perilaku konsumen,
2.1.5 Fenomenologi.
Pada dasarnya, fonomenologi adalah
ilmu yang dipelajari untuk mengetahui
dunia dari sudut pandang orang yang
mengalaminya secara langsung atau
berkaitan
dengan
sifat-sifat
alami
39
tidak hanya stimuli pemasaran saja yang
berperan memberikan pengaruh namun juga
stimuli dari lingkungan ekonomi, politik, sosial
dan budaya konsumen yang bersangkutan.
(Kerlinger, 1990). Selain itu, seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, ada faktor lain
yang dapat membuat perilaku konsumen
menjadi
berbeda-beda,
karena
setiap
individunya dipengaruhi baik secara internal
maupun eksternal melalui sosial, budaya,
faktor pribadi dan faktor psikologis. Setelah
melewati tahap-tahap tersebut, terjadilah
proses pengenalan masalah, dimana individu
atau konsumen yang bersangkutan mencoba
mengidentifikasi masalah yang dialaminya,
dan prosesnya terus berlanjut hingga ia
mencari informasi sebagai solusi hingga tahap
evaluasi. ( liliweri, 1992).
2.2 Kerangka Teori
Penelitian ini diberlakukan dengan
latar belakang bahwa terdapat sebuah produk
Es krim yang memiliki word of mouth padahal
produk tersebut tidak memiliki brand
sebelumnya, produk tersebut adalah Es krim
Om. Es krim om sudah berdiri sejak tahun
2006
yang
seperti
sudah
dijelaskan
sebelumnya, Es krim tersebut dijual pertama
kali tanpa brand atau sebutan nama apapun.
Word of mouth yang ada menjadi
permasalahan ketika pada umumnya, sebuah
produk sudah terlebih dahulu memiliki brand
atau setidaknya sebutan untuk produknya
yang selanjutnya dapat dibicarakan dari mulut
ke mulut secara berantai, dalam kasus ini,
bagaimana word of mouth bisa membentuk
sebuah brand dari Es krim om yang pada
awalnya tidak memiliki sebutan apapun untuk
produknya tersebut? Peneliti pun melakukan
tinjauan literatur untuk selanjutnya dapat
mendukung pelaksanaan penelitian ini seperti
pencarian
teori
seputar
komunikasi,
pemasaran, word of mouth, fenomenologi,
serta perilaku konsumen yang berikutnya
akan peneliti gambarkan pada sebuah
diagram seperti berikut.
Gambar 2.1
Pola Pikir
3. Metodologi
3.1. Metode Penelitian Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:1) Metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Dengan memilih dan
menggunakan metode penelitian yang tepat
pada suatu jenis penelitian, hasil dari analisis
sebuah
penelitian
bisa
dipertanggung
jawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan metode fenomenologi yang
akan dijabarkan dalam bab ini berdasarkan
dari paradigma penelitian, jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber informasi,
teknik pengumpulan data dan teknik analisa
data serta teknik validitas data.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis
penelitian
deskriptif,
digunakan
untuk
memberikan gambaran mengenai gejalagejala atau realitas-realitas agar dapat
memberikan pemahaman (understanding)
mengenai gejala atau realitas. Kemudian kata
“memberikan pemahaman” tidak akan dapat
dilakukan kalau ada pembatasan terhadap
(langkah
mengisolasi)
variabel-variabel
tertentu. Pemberian pemahaman gejala atau
realitas hanya dapat dilakukan oleh peneliti
dengan melakukan pembatasan pada kasus
dan atau konteks dari gejala atau realitas
sehingga hal-hal seperti konsep apa yang
digunakan dan apa maknanya serta variabel
apa saja yang ada dan bagaimana pula
hubungan antara variabel satu dengan
40
variabel lain baru dapat didefinisikan setelah
peneliti melakukan pengamatan, memperoleh
data, dan kemudian menganalisisnya.
konsumen Es Krim om yang pernah mencoba
Es krim tersebut dan pernah bercerita kepada
temannya, dan juga seorang ahli komunikasi
pemasaran sebagai pihak ketiga. Hal ini
dilakukan agar pemahaman peneliti terhadap
temuan dari fenomena yang diteliti dapat
meningkat.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
melalui in-depth interview, diberlakukan
karena in-depth interview lazim digunakan
untuk melacak berbagai gejala tertentu dari
perspektif orang-orang yang terlibat (the
actors own perspective), dan hal ini sejalan
dengan fenomenologi yang menggambarkan
realitas secara sadar dari sudut pandang
orang pertama.
a.
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Tekstural
Dalam
analisanya,
peneliti
mendeskripsikan atas apa yang terjadi dalam
fenomena word of mouth Es krim Om ini, baik
yang ada di dalam dunia nyata a.) Deskripsi
Informasi Internet. Word of mouth yang terjadi
pada internet, menunjukan bahwa Es krim Om
idenik dengan kata misterius, hal ini peneliti uji
secara langsung dengan mengetik keyword
“Es krim Om” dan “Es krim Misterius” serta
membandingkan hasilnya.
4.2 Deskripsi Struktural.
Merujuk pada keadaan yang ada pada lokasi
penelitian dan internet, dapat diketahui bahwa
terjadi perbedaan antara apa yang dibahas di
internet dan apa yang ada di lokasi secara
nyata. Bahasan di internet menyatakan bahwa
Es krim Om itu adalah Es krim yang misterius,
artikel dari kompas tersebut, diikuti dengan
review yang lain dari para blogger itu bertolak
belakang dengan apa yang dialami peneliti
dan para konsumen lainnya yang jelas
mayoritas
mengatakan
tidak
memiliki
gambaran pemilik yang misterius.
Adapun salah satu faktor mereka ingin
datang ke Es krim om, dan datang lagi
setelahnya, karena produknya enak, selain itu
mereka
juga
tidak
segan
untuk
merekomendasikan
atau
mengajak
kerabatnya untuk datang ke Es krim Om.
Dalam komunikasi, berarti peristiwa tersebut
sudah termasuk dalam proses konatif atau
terjadinya sebuah aksi, dalam istilah perilaku
konsumen,
komponen
konatif
mempresentasikan niat konsumen untuk
membeli sebuah item tertentu.
4.3 Word of Mouth Spontan
Dapat ditarik esensi persitiwanya, bahwa word
of mouth yang terjadi pada produk “Es krim
Om” adalah terjadi secara tidak disengaja. Hal
ini dapat dilihat dari pernyataan pak Pemilik
sendiri yang sudah peneliti kategorikan dan
Pedoman wawancara biasanya tidak
berisi pertanyaan-pertanyaan mendetail,
melainkan hanya suatu garis besar saja
tentang data atau informasi apa yang ingin
didapat dari informan yang nanti dapat
dikembangkan dengan memperhatikan
perkembangan, konteks, dan situasi
wawancara
3.4. Teknik Validitas Data.
Teknik validitas data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
validitas
triangulasi.
Triangulasi
dalam
pengujian kredibilitas dapat diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber atau
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Teknik validitas data dengan triangulasi dalam
penelitian
kualitatif
diupayakan
untuk
menunjukan
bukti
empirik,
untuk
meningkatkan pemahaman atas realitas atau
gejala yang diteliti, oleh karena itu tidak ada
data yang lebih benar diantara data lain ketika
data yang diperoleh ternyata berbeda atau
bahkan bertolak belakang antara satu dengan
yang lainnya.
3.5
Teknik Validitas Data yang
digunakan.
Teknik validitas data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
validitas triangulasi sumber. Triangulasi
sumber digunakan untuk mendapatkan data
dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama. Adapun sumber yang akan
dimintai informasi seputar penelitian ini adalah
pemilik Es krim om, bapak Chandra,
41
ada pada kode Esensi K1-p (Key Informant
1– point p) .
Didukung dengan pernyataan para
pelanggannya yang menyatakan bahwa
mereka mendengar kabar dari temannya ada
Es krim enak di karawaci, mereka juga
akhirnya datang dan juga turut menceritakan
hal yang sama, terekam pada kode esensi I1b (Informan kelompok pertama – point b), I1e, I1-F dan I2-b, I2-e, I2-F dan seterusnya
hingga I9-b dan I9-f. Pemahaman peneliti atas
fenomena word of mouth yang terjadi pada Es
krim Om semakin mendalam atas validitas
tersebut, dan juga atas temuan langsung di
lapangan. Jika peneliti gambarkan ulang
secara keseluruhan mengenai word of mouth
yang ternyata terjadi secara tidak sengaja ini
di produk Es krim Om, maka dapat
digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
tidak memiliki brand ini, dan berperan sebagai
substitusi nama pada produk tersebut hingga
akhirnya membentuk sebuah brand, dapat
dinyatakan secara menyeluruh melalui tabel
refleksi sebagai berikut:
Tabel 15: Refleksi "Es krim Om" Sebagai
Substitusi Nama Produk
Dalam proses penelitian, peneliti juga
akhirnya dapat merasakan perbedaan word of
mouth yang ada di internet dan keadaan
lapangan secara langsung. Peneliti pun setuju
atas rasa Es krim Om yang disebut-sebut oleh
orang, enak. Lepas dari itu, peneliti menjadi
berempati pada keadaan pak Pemilik yang
harus bekerja sendiri untuk menyediakan Es
krim – Es krim enak tersebut kepada tiap
pelanggan yang datang, pasti melelahkan,
namun peneliti juga sadar bahwa pak Pemilik
senang membuat Es krim, itu dilihat dari
bagaimana ia menyarankan agar Es krim
baiknya
segera
dimakan,
khawatir
pengalaman makannya jadi berbeda kalau
meleleh.
Tabel 14: Refleksi Word of Mouth Spontan
Dari Word of mouth yang terjadi secara tidak
sengaja seperti yang sudah dijabarkan pada
poin sebelumnya, diketahuilah bahwa katakata yang tersebar dalam setiap cerita
mengenai Es krim olahan pak Pemilik memiliki
inti yang sama, yakni, bahwa ada Es krim
enak buatan si Om, panggilan para pembeli
untuk menghormati pak Pemilik yang lebih
tua, di Lippo Karawaci, dekat kampus UPH.
Semuanya terangkum dalam kode esensi K1o dan K1-p, Ia menjelaskan bahwa akhirnya
disebut seperti itu karena para pembelinya
yang berkembang segmennya menjadi
mahasiswa, memanggilnya dengan sebutan
Om sebagai budaya penghormatan sebutan
kepada orang yang lebih tua, karena itu,
mereka yang menceritakan pengalamannya
ke Es krim Om, menyebutkan bahwa ada Es
krim Enak buatan si Om, karena produk Es
krimnya tidak memiliki nama, jadi sebagai
pengganti nama yang tidak ada tersebut.
Sebelum itu, Es krim Om dikenal dengan
sebutan Es krim Pelangi dan Es Taman
Diponegoro. Mengenai word of mouth yang
berjalan pada sebuah produk Es krim yang
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan meneliti langsung
fenomena word of mouth pada Es krim Om di
lokasi penelitian, yakni, JL. Gunung Pelangi
No. 106, Taman Diponegoro Lippo Karawaci,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Fenomena word of mouth yang terjadi
pada Es krim Om tidak disengaja
2. Kata “Es krim Om” yang tersebar
melalui word of mouth memiliki peran
sebagai substitusi nama yang tidak
dimiliki oleh produk Es krim olahan pak
Chandra tersebut. Sebutan Es krim om
yang akhirnya menjadi brand secara
tidak resmi itu muncul karena pada
awalnya produk tidak memiliki nama
apapun, maka orang-orang yang mau
merekomendasikan ke kerabatnya
42
hanya mengatakan bahwa ada Es krim
enak yang dibuat oleh si Om (sebutan
pak Chandra) di Lippo Karawaci.
3. Tidak adanya brand untuk Es krim
tersebut bukan disengaja agar terjadi
word of mouth, melainkan karena pada
awalnya tidak didukung permodalan
untuk membuat brand, dan seiring
berjalannya
waktu,
juga
agar
pelanggan fokus pada kualitas produk
bukan dari segi image produknya.
4. Tidak
semua
word
of
mouth
memberikan dampak positif bagi
subjek pembicaraannya walaupun
bentuknya bukan dalam bentuk
negatif. Hal ini terjadi karena pelaku
word of mouth tidak memahami
keadaan subjek pembicaraan secara
langsung.
5. Faktor utama dalam pembentukan
word of mouth pada Es krim Om
adalah, karena para pelanggannya
memiliki pengalaman yang baik
setelah mengkonsumsi Es krim Om
tersebut, mereka merekomendasikan
kepada kerabatnya sebagai Es krim
yang enak.
suatu
peristiwa,
datanglah
dan
berbincanglah dengan orang-orang di
lokasi peristiwa itu terjadi.
Daftar Pustaka
Buku
Bovee, Courtland
Excellence.
1995.
Advertising
Djuarsa, Sasa. 2000. Pengantar Komunikasi,
Universitas Terbuka.
Effendy, Onong Uchjana. 1992. Dinamika
Komunikasi.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchana. 1993. Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosakarya.
Effendy, Onong Uchajana. 1997. Ilmu Teori
dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu, Teori dan
Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Harjanto,
Rudy.
2009.
Prinsip–Prinsip
Periklanan. Jakarta: Dewan Perguruan
Periklanan Indonesia.
5.2 Saran
Untuk melengkapi kegiatan penelitian ini,
beberapa saran perlu dilakukan sebagai
berikut:
 Agar sebaiknya para calon pelaku
usaha mengambil contoh dari pak
Chandra yang memikirkan produk dan
pengalaman pembeli yang baik
sebelum
diluncurkan
usahanya,
dengan begitu akan menimbulkan
word of mouth yang positif juga
dikalangan konsumen bahkan bisa
meluas sampai ke luar daerah.
Terbukti usaha Es krim yang ia jalani
berdiri hingga 10 tahun, bahkan tanpa
sebuah brand dan imagenya.

L.
Jones, Gerre. 1976. How To Prepare
Professional Design Brochure. New York:
McGraw-Hill.
Karlinah, Siti. 2000. Komunikasi
Universitas Terbuka.
Massa.
Kerlinger, N., Fred. 1990. Asas-asas
Penelitian
Behavioral.
Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Kottler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran
jilid
Jakarta: Prenhallindo.
Liliweri, Alo. 1992. Dasar-Dasar Komunikasi
Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Untuk memperoleh kesamaan makna
dan memperkecil perbedaan kabar
dalam suatu peristiwa, perlu adanya
interaksi langsung, seperti jika ingin
menulis dan mempublikasikan tentang
Mardalis, 1999. Metode Penelitian, Jakarta:
Bumi Aksara.
43
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya.
Umar, Husein. 1996. Metode Penelitian Untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Purbo, Onno W. 2003. Filosofi Naif Kehidupan
Dunia Cyber. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Usman, Husnaini dan Purnomo Setiadi Akbar.
1995. Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Paryon, Petrus.
Statistik.
1994.
Mengelola
Rakhmat,
Jalaluddin.
1999.
Komunikasi.
Bandung:
Rosdakarya.
Data
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Gramedia.
Psikologi
Remaja
Lain-lain:
Rakhmat, Jalaluddin Rakhmat, 2001. Metode
Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Balai Pustaka.
Ruben, D., Brent. 1992. Communication and
http://sito.milanisti.or.id/tentangkami/sejarah.html
Human Behavior, 3rd edition. New Jersey:
Prentice Hall.
http://manajemen.blogspot.com/perminatanmanajemen-pemasaran.html
Simamora, Bilson, 1994, Riset Pemasaran,
Jakarta: PT. Gramedia, Pustaka Utama.
Sugiono.
1999.
Metode
Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian,
Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2002.
Metode Penelitian
Administrasi, Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Statistika.
Bandung: CV.Alfabeta.
Shimp, Terence A.. 2003. Periklanan dan
Promosi, Jakarta: Erlangga.
Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan
(Meneropong
Imbas
Pesan
Iklan
Televisi). Bandung: Alfabeta.
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen &
Komunikasi
Pemasaran,
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Triadi, Dendy dan Addy Sukma bharata. 2010.
Ayo Bikin Iklan! Memahami Teori &
Praktek Iklan
Media Lini Bawah. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
44
Download