BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manajemen Kekayaan diklasifikasikan sebagai tipe tingkat tinggi dari perencanaan keuangan bagi individu atau keluarga yang meliputi private banking, estate planning, asset management, legal service resources, trust management, investment management, taxation advice, and portfolio management (Tandelilin, 2010). Meskipun istilah Manajemen Kekayaan mulai dipakai di lingkup broker dealer, bank dan perusahaan asuransi di Amerika Serikat pada era 1990-an; Manajemen Kekayaan merupakan bidang yang relatif baru di Indonesia. Perkembangan pesat Manajemen Kekayaan di Indonesia dimulai dengan didirikannya CWMA (Certified Wealth Manager’s Association) Indonesia oleh Ikatan Bankir Indonesia pada 16 Maret 2005. Pada dasarnya semua orang pada tingkat tertentu butuh Manajemen Kekayaan. Untuk beberapa orang kebutuhannya mendesak. Contohnya adalah para professional dan self-employed professional yang berpenghasilan tinggi tapi hanya mempunyai sedikit waktu untuk melakukan pengelolaan kekayaan yang dimiliki. Produk-produk keuangan dan investasi yang ada seringkali tidak berhasil memenuhi 1 harapan yang diinginkan. Yang dibutuhkan adalah layanan konsultasi keuangan yang komprehensif dan intensif tanpa harus menggangu pekerjaan sehari-hari. Kebutuhan layanan konsultasi keuangan yang komprehensif tersebut memicu perkembangan industri keuangan untuk memberikan jasa pelayanan konsultasi keuangan khusus bagi individu yang mempunyai kekayaan “tinggi” (high net worth individuals, HNWIs). Individu yang termasuk dalam kategori HNWIs adalah individu dengan kekayaan bersih di atas USD 1 juta. Saat ini jumlah HNWIs di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 10 juta individu dengan nilai kekayaan USD 39.9 Trillion (Knight Frank Research, 2012). Ini menjadikan bisnis terkait HNWIs menjadi salah satu bisnis perbankan yang potensial. Di Indonesia sendiri pertumbuhan jumlah HNWIs sangat signifikan. Pertumbuhan HNWIs di Indonesia (periode 2007-2011) adalah yang tertinggi di dunia (67%), mengungguli pertumbuhan HNWIs di China (41%) dan India (32%). Sampai akhir 2011, jumlah HNWIs di Indonesia mencapai 37.400 individu dengan total kekayaan mancapai USD 241 Billion (ReportsnReports, 2012). Masih menurut ReportsnReports, pertumbuhan akan terus berlanjut sehingga pada tahun 2016 diprediksikan pertumbuhan HNWIs di Indonesia akan masih tertinggi yaitu 123% dengan jumlah HNWIs 83,500 individu; masih mengungguli prediksi pertumbuhan HNWIs di China (83%) dan India (103%). 2 Manajemen Kekayaan adalah bagian dari disiplin ilmu keuangan yang bersifat personal untuk para HNWIs. CWMA Indonesia secara spesifik mengemukakan tiga pilar utama sebagai penyangga utama arsitektur manajemen kekayaan, yaitu: 1. Wealth Protection and Preservation (Proteksi dan Pemeliharaan Kekayaan). 2. Wealth Growth and Accumulation (Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan) 3. Wealth Disribution and Transition (Distribusi dan Transisi kekayaan). Studi kasus ini menggunakan obyek penelitian seorang yang masuk dalam kategori HNWIs dengan total kekayaan bersih di atas USD 3 juta yang selanjutnya dalam tesis ini akan disebut sebagai klien. Ketika peneliti menyampaikan kepada klien maksud dan tujuan penelitian, klien agak ragu-ragu. Namun ketika penulis menjelaskan secara ringkas tentang apa itu Manajemen Kekayaan dengan meyampaikan Tiga Pilar Utama Manajemen Kekayaan, klien sangat antusias sekali dengan Pilar ke 2, Wealth Growth and Accumulation (Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan). Klien adalah direktur dari salah satu perusahaan percetakan besar di Jawa Tengah. Klien, yang merupakan salah satu kerabat pemilik perusahaan tempat klien 3 bekerja, saat ini berusia 39 tahun dan sudah berkeluarga dengan dua anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Atas permintaan klien, identitas klien penulis rahasiakan. Studi kasus pada tesis ini mengangkat permasalahan tentang keinginan klien untuk lebih menumbuhkembangkan kekayaan yang ada mengingat dari total kekayaan bersih yang dimiliki klien, hampir separuhnya berupa simpanan deposito berjangka. Hal ini bisa dimaklumi mengingat kesibukan klien sebagai direktur yang menjadi motor penggerak perusahaan percetakan yang dipimpinnya sehingga klien tidak mempunyai waktu lagi untuk mengelola kekayaan yang dimilikinya. Secara garis besar bagaimana profil klien dalam mengelola kekayaannya dapat ditelaah dengan mengacu pada tiga pilar utama Manajemen Kekayaan sebagai berikut: 1.1.1. Perlindungan dan Pemeliharaan Terhadap Kekayaan Dengan kekayaan bersih yang sedemikian besar, pertama-tama yang mendapat perhatian dalam konteks Manajemen Kekayaan adalah perlindungan dan pemeliharaan terhadap kekayaan agar terhindar dari resiko yang tidak diinginkan. Ada banyak instrumen untuk memberikan perlindungan dan pemeliharaan terhadap kekayaan diantaranya adalah asuransi, hedge dan diversifikasi. 4 Dengan asuransi ancaman risiko yang mungkin terjadi diambil alih oleh perusahaan asuransi. Ada terdapat beberapa jenis asuransi yaitu asuransi umum, asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Sementara itu Hedging atau lindung nilai melalui produk keuangan seperti futures, forward, option dan swap dapat dimanfaatkan untuk melindungi nilai aset dari ketidakpastian perubahan harga di masa mendatang. Sedangkan diversifikasi dibutuhkan untuk meminimalkan risiko investasi. Diversifikasi dapat dilakukan dengan membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi investasi sedemikian rupa sehingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return harapan. Meskipun tingkat kesadaran terhadap asuransi diri dan keluarga masih kurang, dari data yang diperoleh sebenarnya klien sudah mengenal produk asuransi terutama untuk aset-aset fisik. Rumah utama klien yang saat ini bernilai Rp 5.000.000.000 sudah terlindungi dengan asuransi kebakaran dan bencana alam. Demikian juga dengan dua ruko dan tiga mobil yang dimiliki oleh klien; semuanya sudah dilindungi dengan asuransi yang memadai. Selain itu klien juga memiliki asuransi unit link dengan nilai investasi Rp 150.000.000 per tahun. Selain rumah utama, klien juga mempunyai sebidang tanah seluas 1000 m2 di Jogjakarta dengan harga pasar saat ini Rp 3.000.000.000. Aset properti lainnya adalah berupa 2 buah Ruko di Bumi Serpong Damai Tangerang yang dibeli klien belum lama ini dengan harga masing-masing Rp 2.200.000.000. Saat ini kedua ruko 5 tersebut masih dalam taraf pengerjaan konstruksi. Meskipun aset properti yang dimiliki klien tidak begitu banyak namun aset-aset tersebut sudah terdiversifikasi secara lokasi. Untuk aset berupa kendaraan bermotor, saat ini klien memiliki 3 buah kendaraan. Mobil Toyota Alphard Vellfire dibeli klien pada tahun 2010 dan pada tahun berikutnya klien membeli Mercedes Benz C250. Saat ini harga pasar kedua kendaraan tersebut masing-masing adalah Rp 600.000.000 dan Rp 550.000.000. Sedangkan kendaraan ketiga klien, mobil Suzuki Splash yang dibeli klien tahun lalu mempunyai harga pasar saat ini Rp 130.000.000. Ketiga kendaraan tersebut sudah diasuransikan semua. Selain simpanan deposito berjangka senilai Rp 15.000.000.000; klien juga mempunyai simpanan berupa emas dan perhiasan berharga senilai Rp 2.000.000.000. Disamping sebagai perhiasan, klien secara sadar menyimpan emas dan perhiasan berharga lainnya tersebut sebagai alat untuk menjaga nilai kekayaannya (hedging). Namun sayangnya semua emas dan perhiasan tersebut masih disimpan di dalam rumah sehingga sangat berisiko. 1.1.2. Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan Pilar kedua dalam arsitektur manajemen kekayaan adalah Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan. Setelah kekayaan terlindungi dan terpelihara, maka 6 langkah selanjutnya adalah bagaimana agar kekayaan bertumbuh dan terakumulasi. Tax Management, Investment Management, Business Venture dan Money Management adalah beberapa instrument yang dapat dipergunakan untuk menumbuhkan dan mengakumulasikan kekayaan. Saat ini untuk urusan perpajakan klien mempunyai konsultan yang juga merupakan konsultan pajak perusahaan tempat klien bekerja. Dan terkait dengan pembayaran pajak, gaji dan bonus tahunan klien sebagai direktur perusahaan secara otomatis sudah terpotong pajak sehingga gaji dan bonus tahunan yang diterima adalah gaji dan bonus tahunan bersih. Terkait investasi, klien saat ini sudah melakukan beberapa investasi dengan menempatkan dananya pada tabungan deposito berjangka, tanah, properti dan perhiasan emas. Adapun dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka adalah sebesar Rp 15.000.000.000. Selain itu klien juga berinvestasi berupa sebidang tanah seluas 1000 m2 di Jogjakarta dengan harga pasar saat ini Rp 3.000.000.000. Untuk investasi properti, belum lama ini klien membeli dua buah ruko bersebelahan di Bumi Serpong Damai Tangerang dengan harga masing-masing Rp 2.200.000.000. Kedua buah ruko yang masih dalam taraf pengerjaan konstruksi tersebut rencananya akan dipergunakan untuk usaha. Namun sampai saat ini klien belum mempunyai bayangan bentuk usaha apa yang akan dijalankan. Klien juga 7 berinvestasi dalam bentuk emas dan perhiasan berharga dengan total nilai Rp 2.000.000.000. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen investasi diantaranya adalah prinsip-prinsip berinvestasi (risk and return, time horizon, market timing), strategi berinvestasi (aktif dan pasif), instrument berinvestasi (keuangan dan asset fisik), menentukan bentuk usaha/bisnis (jika klien ingin membuka usaha/bisnis) dan manajemen keuangan (bagaimana menyiapkan uang untuk saat ini dan masa mendatang). Karena kesibukannya klien kurang memperhatikan pengelolaan kekayaannya. Pada studi kasus ini, hampir separuh kekayaan bersih klien ditempatkan di bank dalam bentuk deposito berjangka dimana pajak final untuk deposito berjangka ini relatif tinggi mencapai 20%. Klien sebenarnya bisa menempatkan dananya ke dalam instrument keuangan yang lain contohnya yang konservatif adalah reksadana dengan pendapatan tetap. 1.1.3. Distribusi dan Transisi Kekayaan Pilar ketiga dalam arsitektur Manajemen Kekayaan adalah tentang distribusi dan transisi kekayaan yaitu bagaimana pengelolaan pesiun dan warisan. Saat ini klien sama sekali belum memikirkan tentang bagaimana atau mau seperti apa klien ketika memasuki masa pensiun. Namun satu hal yang pasti, klien ingin 8 tetap mempertahankan gaya hidup klien. Untuk itu perlu dialokasikan dana untuk diinvestasikan guna memenuhi kebutuhan gaya hidup klien di masa pensiun. Disamping perencanaan pensiun, perencanaan warisan juga tak kalah pentingnya agar sepeninggal klien anak-anak klien tetap dapat hidup dengan standard hidup yang tetap sama. Mengingat kedua anak klien saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar, klien sama sekali belum memperhatikan masalah pembagian warisan. Pada dasarnya klien ingin harta warisan kelak dibagi sama rata ke kedua anak klien. 1.2. Perumusan Masalah Dengan kekayaan bersih diatas Rp 30.000.000.000 yang dimiliki, klien masuk dalam kategori HNWIs (High Net Worth Individuals). Namun karena kesibukannya sebagai direktur yang membutuhkan konsentrasi penuh, klien tidak mempunyai waktu lagi untuk mengelola kekayaannya berdasarkan kaidah-kaidah Manajemen Kekayaan. Oleh karenanya menjadi sangat penting bagi klien untuk mendapatkan rekomendasi berdasarkan hasil telaah atas kekayaan yang dimilikinya. Dalam tesis ini, klien dengan terbuka bersedia memberikan data-data baik data pribadi maupun data finansial yang dibutuhkan untuk keperluan penyusunan tesis ini dengan catatan identitas klien tetap dirahasiakan. Semua data yang 9 dipergunakan dalam tesis ini adalah data riil sehingga layak untuk dijadikan bahan studi kasus Manajemen Kekayaan. Pada saat penulis memaparkan Tiga Pilar Arsitektur Manajemen Kekayaan, klien sangat antusias sekali dengan pilar ke dua yaitu Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan. Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari saparuh kekayaan bersih klien diinvestasikan atau lebih tepatnya ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka. Selebihnya kekayaan klien tersebar dalam bentuk properti, emas dan perhiasan berharga. Dapat disimpulkan investasi yang dilakukan klien sangat konservatif dan tidak terdistribusi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dan fakta tersebut di atas, tesis ini akan memfokuskan pembahasan pada pilar ke dua Manajemen Kekayaan yaitu Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan. Adapun rumusan masalah dalam tesis ini adalah apakah dalam mengelola kekayaannya saat ini, terutama dalam hal pertumbuhan dan akumulasinya, klien telah mendapatkan hasil yang optimal. Alternatif investasi lain akan ditelaah untuk menghasilkan pertumbuhan dan akumulasi kekayaan yang lebih optimal. 10 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan hasil wawancara dan atas pertimbangan keinginan klien, penelitian dalam studi kasus pada tesis ini hanya akan terfokus pada pilar ke dua Manajemen Kekayaan yaitu Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui profil klien berdasarkan Risk Tolerance (konservatif, moderat atau agresif) 2. Menganalisis dan mengevaluasi struktur kekayaan klien saat ini berdasarkan diversifikasi dan alokasi aset-aset. 3. Memberikan rekomendasi berupa alternatif investasi yang sesuai dengan risk tolerance klien dengan return harapan yang lebih baik. 1.5. Manfaat Penelitian Tesis ini bermanfaat bagi klien untuk mengetahui bahwa pengelolaan kekayaan yang tepat sesuai dengan kaidah-kaidah Manajemen Kekayaan akan 11 membuat kekayaan bertumbuh dan terakumulasi dengan lebih optimal. Dalam tesis ini akan diberikan rekomendasi berupa skenario penempatan aset-aset yang akan menghasilkan return harapan yang lebih baik. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan karya asli penulis. Sepengetahuan penulis, penelitian dengan tema Manajemen Kekayaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa studi kasus HNWIs diantaranya pernah dilakukan oleh Rahayu (2010), Anita (2010), dan Partadireja (2011). Masing-masing dengan obyek penelitian HNWIs yang berbeda namun mempergunakan acuan yang sama yaitu risk profile dalam memberikan rekomendasinya. Ketiga peneliti tersebut juga mempergunakan seluruh pilar dalam Arsitektur Manajemen Kekayaan dalam pembahasannya. Penelitian lain pernah dilakukan oleh Efendi (2012). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Efendi (2012) membatasi pembahasan hanya pada pilar pertama yaitu proteksi dan pemeliharaan kekayaan dengan fokus pada asuransi dan seluruh rekomendasi yang diberikan adalah produk-produk asuransi yang berbasis syariah. 12 Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena obyek penelitian, nilai aset yang diteliti maupun rekomendasi yang akan diberikan berbeda. Pada penelitian ini pembahasan dibatasi pada pilar kedua Arsitektur Manajemen Kekayaan yaitu Pertumbuhan dan Akumulasi Kekayaan. Rekomendasi yang diberikan berdasarkan profil risiko klien berupa skenario penempatan aset-aset yang akan menghasilkan return harapan yang lebih baik. 13