Maulid Nabi Muhammad - MAS GUN CENTRE

advertisement
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja
(bahasa Arab: ‫ ا‬،
), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW,
yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad
adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi
yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara
subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada
Rasulullah Muhammad SAW.
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said
al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal
dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan
kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat
itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam
upaya memperebutkan kota Yerusalem.
Perayaan Maulid Nabi
1
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan
mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan
syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut
bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan
gamelan Sekaten.
Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi.
Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah
merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun
Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.
Sekaten atau upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatein) adalah acara
peringatan ulang tahun nabi Muhammad s.a.w. yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan
Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di alun-alun Yogyakarta (dan juga di alun-alun
Surakarta secara bersamaan). Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana
I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk
agama Islam.
Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi
Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai
Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti
menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai
Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu
akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan
secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut.
Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.
Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang
diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad s.a.w.) mulai jam
8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng,
Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan
Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta
sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran
menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan
Perayaan Maulid Nabi
2
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari
Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap
sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi
subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.
Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, suatu upacara Tumplak Wajik
diadakan di halaman istana Magangan pada jam 16:00 sore. Upacara ini berupa kotekan
atau permainan lagu dengan memakai kentongan,lumpang untuk menumbuk padi, dan
semacamnya yang menandai awal dari pembuatan Gunungan yang akan diarak pada saat
acara Grebeg Muludan nantinya. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Tumplak Wajik
ini adalah lagu Jawa populer seperti: Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal awil, atau
lagu-lagu rakyat lainnya.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang sudah kental
dan memasyarakat di kalangan kaum muslim. Bukan cuma di Indonesia, tradisi yang
jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam Hijriah itu, juga marak diperingati oleh umat
Islam berbagai dunia.
Di Indonesia, tradisi ini disahkan oleh negara, sehingga pada hari tersebut
dijadikan sebagai hari besar dan hari libur nasional. As-Suyuti dalam Kitab Husn AlMaqosid fi Amal Al-maulid menerangkan bahwa orang yang pertama kali
menyelenggarakan maulid Nabi adalah Malik Mudzofah Ibnu Batati, penguasa dari
negeri Ibbril yang terkenal loyal dan berdedikasi tinggi. Mudzorofah pernah
menghadiahkan sepuluh ribu dinar kepada Syekh Abu Al-Khotib Ibnu Dihyah yang telah
berhasil menyusun sebuah buku riwayat hidup dan risalah Rasulullah dengan judul AtTanwir fi maulid Al-Basyir Al-Nazir. Pada masa Abbasyiyah, sekitar abad kedua belas
masehi, perayaan maulid Nabi dilaksanakan secara resmi yang dibiayai dan difasilitasi
oleh khalifah dengan mengundang penguasa lokal. Acara itu diisi dengan puji-pujian dan
uraian maulid Nabi, serta dilangsungkan dengan pawai akbar mengelilingi kota diiringi
pasukan berkuda dan angkatan bersenjata.
Dilihat dari sudut pandang hukum syarak ada dua pendapat yang bertentangan
dalam menangani masalah peringatan maulid Nabi.
Perayaan Maulid Nabi
3
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
Pendapat pertama, yang menentang, mengatakan bahwa maulid Nabi
merupakan bid’ah mazmumah, menyesatkan. Pendapat pertama membangun
argumentasinya melalui pendekatan normatif tekstual. Perayaan maulid Nabi SAW itu
tidak ditemukan baik secara tersurat maupun secara tersirat dalam Al-Quran dan juga AlHadis. Syekh Tajudiin Al-Iskandari, ulama besar berhaluan Malikiyah yang mewakili
pendapat pertama, menyatakan maulid Nabi adalah bid’ah mazmumah, menyesatkan.
Penolakan ini ditulisnya dalam Kitab Murid Al-Kalam Ala’amal Al-Maulid.
Kaum ulama yang berpaham Salafiyah dan Wahhabi, umumnya tidak
merayakannya karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah Bid'ah,
yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka
berpendapat bahwa kaum muslim yang merayakannya keliru dalam menafsirkannya
sehingga keluar dari esensi kegiatannya.
Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui
secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian
mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi’ul
Awwal dan bukan malam 12 Robi’ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan
pada malam 12 Robi’ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis.
Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya.
Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan
jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus
terjaga, sebab Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
Al Quran dan Kami lah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang
terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran
agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla
dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah ta’ala telah
menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang
dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita
diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita
berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi
mengantarkan kita menuju Allah? Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan
terhadap hak Allah ‘azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-
Perayaan Maulid Nabi
4
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini
tergolong pendustaan terhadap firman Allah ‘azza wa jalla yang artinya,
َِ ْ ِ ُْ ْ َ
َ ُ ْ َ ْ ‫ َ ُْ دِ َ ُْ َوَأ‬
ُ ْ َ ‫ا ْ َْ َم َأ ْآ‬
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan
nikmat-Ku kepada kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)
Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari
kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul
‘alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini
maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta’ala berfirman yang
artinya, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Barang siapa
yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi
setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu
mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini. Dan tidaklah diragukan lagi kalau
orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul ‘alaihis shalatu was salam hanya
bermaksud mengagungkan Rasul ‘alaihis shalaatu was salaam. Mereka ingin
menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan
cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan
itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia
menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya
daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia.
Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara
ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan
kepada syariatnya. Apabila demikian maka merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu
termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun
menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu
merayakan maulid Nabi adalah bid’ah dan diharamkan.
Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada
kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga oleh
indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan qasidahqasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap
Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih
agung daripada Allah -wal ‘iyaadzu billaah-. Dan kami juga pernah mendengar
kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang apabila si pembaca
kisah Nabi sudah mencapai kata-kata “telah lahir Al-Mushthafa” maka mereka pun
serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau. Ini
adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang baik berdiri
ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang yang berdiri demi
Perayaan Maulid Nabi
5
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah orang-orang yang paling dalam
cintanya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kaum yang lebih hebat dalam
mengagungkan beliau daripada kita. Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut
beliau karena mereka tahu beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan
benar-benar hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar
khayalan semacam ini?
Bid’ah ini -yaitu bid’ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun
utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak fondasi
agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur lelaki dan
perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu Muslih dari
Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).
Pendapat kedua, yang menerima dan mendukung, beralasan bahwa maulid Nabi
adalah bid’ah mahmudah, inovasi yang baik, dan tidak bertentangan dengan syariat.
Pendapat kedua diwakili oleh Ibnu Hajar Al-Atsqolani dan As-Suyuti. Keduanya
mengatakan bahwa status hukum maulid Nabi adalah bid’ah mahmudah. Yang tidak
pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, tetapi keberadaannya tidak bertentang dengan
ajaran Islam. Bagi As-Suyuti, keabsahan maulid Nabi Muhammad SAW bisa
dianalogikan dengan diamnya Rasulullah ketika mendapatkan orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari Asyura sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas keselamatan Nabi
Musa dari kejaran Fir’aun. maulid Nabi, menurut As-Suyuti, adalah ungkapan syukur
atas diutusnya Nabi Muhammad SAW ke muka bumi. Penuturan ini dapat dilihat dalam
Kitab Al-Ni’mah Al-Kubra Ala Al-Alam fi Maulid Sayyid Wuld Adam.
Kekhawatiran ini tidak terlalu berlebihan bila kita lihat sabda Nabi:
“Pada mulanya Islam itu asing dan akan kembali asing dan akan kembali asing,
maka berbahagianlah bagi orang-orang asing, yakni mereka yang telah
menghidupkan sunah Nabi, setelah dirusak orang. Orang yang berpegang teguh
dengan sunahku ketika terjadi wabah dekadensi moral, pahalanya sama dengan
pahala seratus orang yang mati syahid.” (HR. Ibnu Abbas).
Terlepas dari polemik di atas, pelaksanaan maulid Nabi adalah perbuatan Bid'ah
walaupun disinyalir mendatangkan dan memberikan manfaat kehidupan beragama kaum
Perayaan Maulid Nabi
6
MAS GUN CENTRE
http://www.masgunku.wordpress.com
Pandan, Sabtu, 14 Maret 2009, 22:04 Wib.
muslimin secara filosofis, peringatan maulid Nabi dapat menumbuhkan rasa cinta kepada
Rasulullah yang kemudian ditunjukkan dengan mengikuti segala sunahnya dan
menumbuhkan kesadaran akan beragama menuju kesempurnaan takwa, tapi tetap
didahului dengan perbuatan Bid'ah. Secara sosiologis, dengan asumsi kehidupan manusia
di abad ini, dengan kecenderungan bergaya hidup konsumeristik, hidonistik, dan
materialistik, punya andil cukup besar terhadap penurunan tingkat kesadaran seseorang,
maka peringatan maulid Nabi menjadi tuntutan religius yang penting.
•
•
•
Peringatan Maulid Nabi SAW, Agar Tidak Menjadi Tradisi dan Seremoni Belaka.
Hizbut Tahrir Indonesia. Bulletin Al-Islam, hal 1, Edisi 348/Tahun XIV, tahun
2007.
Dinas Pariwisata DIY.
Peringatan Maulid Nabi : Sebuah Kontroversi
1. Wikipedia Indonesia.
2. http://www.muslim.or.id
3. http://www.masgunku.wordpress.com
Perayaan Maulid Nabi
7
Download