BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bagian ini akan dibahas tinjauan secara teoritis mengenai berbagai aspek yang berhubungan dengan penelitian ini. Secara garis besarnya terbagi atas pokok bahasan; kehamilan, senam hamil, kecemasan, dan persalinan. A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan Kehamilan bagi seorang wanita merupakan hal yang penuh kebahagiaan sekaligus kegelisahan. Dikatakan membahagiakan karena wanita tersebut akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurna fungsinya sebagai wanita, namun juga menggelisahkan karena penuh dengan perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal yang buruk yang dapat menimpa dirinya terutama pada saat proses persalinan. Manuaba (1998:95) mendefinisikan proses persalinan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari: 1. Ovulasi pelepasan ovum. 2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum. 3. Terjadi konsepsi ditambah dengan pertumbuhan zigot. 4. Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus. 5. Pembentukan plasenta. 6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Hamil adalah suatu peristiwa dimana mulainya konsepsi atau pembuahan dan berakhir dengan permulaan persalinan. Sel telur bertemu dengan satu sel sperma, terjadi di dalam tuba dekat pada ujungnya. Sel sperma terus menembus sel telur dengan kepalanya hingga kedua jenis sel itu menjadi satu sel (telur yang dibuahi). 12 13 Getaran rambut pada selaput lendir tuba dan juga kontraksi dari dinding tuba menyebabkan telur masuk lebih jauh ke dalam tuba dan akhirnya sampai ke dalam rongga rahim menempatkan dirinya (implasi) di bawah lapisan selaput lendir rahim. Setelah itu telur akan berkembang dengan membelah dirinya masingmasing dengan intinya menjadi dua sel, empat sel, delapan sel, dan seterusnya hingga akhirnya menjadi satu tumpukan (gerombolan) hingga menjadi embrio dan selanjutnya tumbuh menjadi janin. Sebagaimana dikemukakan bahwa “kehamilan (graviditas) mulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan” (Sastrawinata, 1983:3). Menurut Curtis, (1997: 2), “tahap kehamilan disebut dengan trimester. trimester membagi kehamilan dalam tiga periode, masing-masing 13 minggu lamanya”. Istilah trimester juga didefinisikan oleh Dorland, (2002: 2291) yaitu “trimester adalah periode tiga bulan”. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Varney, (2004: 197), yaitu: Periode antepartal mencakup waktu kehamilan mulai dari hari pertama periode terlambat menstruasi (LMP) sampai dimulainya persalinan yang ditandai dengan mulainya periode intrapartal. Periode antepartal dibagi ke dalam trimester, tiap trimester setidaknya 13 minggu atau tiga bulan kalender. Pada prakteknya, trimester pertama umumnya dihitung mulai minggu pertama sampai 12 (12 minggu), trimester kedua minggu 13 sampai 27 (15 minggu) dan trimester ketiga minggu 28 sampai 40 (13 minggu). Kehamilan merupakan tahap pematangan bagi seorang wanita yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Kecemasan yang dirasakan oleh wanita yang sedang hamil, akan berdampak pada janin yang dikandungnya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pikiran negatif dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. 14 2. Perubahan Fisiologi dalam Kehamilan Perubahan fisiologis dalam kehamilan dikemukakan oleh Manuaba, (1998: 106-110), sebagai berikut: Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon estrogen, progesteron, dan somatomatropin yang menyebabkan perubahan pada: a. Rahim atau uterus Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. b. Vagina Vagina mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda chadwicks). c. Ovarium (indung telur) Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteus gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu. d. Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron, dan somatomatropin. Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) Payudara menjadi lebih besar Areola payudara makin hiperpigmentasi (hitam) Putting susu makin menonjol Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi karena hambatan dari PIH (prolaktine inhibiting hormone) untuk mengeluarkan ASI. 5) Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung. e. Sirkulasi darah ibu 15 Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor antara lain : 1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. 2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro plasenta. 3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor-faktor di atas dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu: a. Volume darah Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. b. Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai empat kali dari angka normal. c. Sistem respirasi Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Di samping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya. d. Sistem pencernaan Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan: 1) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi). 2) Daerah lambung terasa panas. 3) Terjadi mual sakit atau pusing kepala terutama pagi hari, yang disebut morning sickness. 16 4) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum. 5) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, disebut hiperemesis gravidarum. 6) Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi. e. Perubahan pada kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang. f. Metabolisme Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. 3. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Selama kehamilan kebanyakan wanita hamil tersebut mengalami perubahan psikologis dan emosional. Tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir terjadi masalah dalam kehamilannya, bahwa ada kemungkinan bayinya tidak normal. Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan ini, sebagaimana dikemukakan oleh Varney, (2004,202-204), adalah sebagai berikut: Proses psikologi ini sering terlihat berhubungan dengan perubahan biologik yang mengambil peran pada tiap tahapan kehamilan. Kehamilan adalah sebuah masa perubahan dari keadaan sebelum hamil dan setelah kehamilan. Emosi dari wanita hamil cukup labil, bisa bereaksi secara ekstrim dan secara cepat mengalami perubahan mood. Wanita hamil secara ekstrim rentan, takut mati baik dirinya dan bayinya. Ada beberapa anggapan terhadap perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan, hal ini berkaitan dengan beberapa perubahan biologik. Kejadian dan proses psikologi ini diidentifikasi pada trimester kehamilan yang akan dibahas sebagai berikut: a. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester I Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta wanita bahwa wanita tersebut hamil. Penerimaan dari kenyataan 17 dan itu berarti tugas psikologi terpenting trimester pertama. Trimester pertama juga sering merupakan masa kekhawatiran dari penantian. Beberapa tahapan aktifitas penting seseorang menjadi ibu : 1) Taking on, seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran ibu. 2) Taking in, seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan. 3) Letting go, wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya. Stres yang terjadi pada kehamilan trimester I, yaitu: ada dua tipe stres yang negatif dan positif, kedua stres ini dapat mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stres intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara profesional. Stres ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi. Stres selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan tiga aspek utama, yaitu: 1) Stres di dalam individu 2) Stres yang disebakan oleh pihak lain 3) Stres yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan sosial Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan beradaptasi dengan kejadian kehamilannya b. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester II Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase; prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan sebagai berikut: 1) Fase Prequickening Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu hamil akan terus melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang menghubungkannya dengan ibunya sendiri. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). 18 2) Fase Postquickening Quickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya. Kesadaran yang baru ini memulai perubahan dalam memusatkan dari dirinya ke bayi. Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. c. Perubahan dan Adaptasi Psikologi pada Kehamilan Trimester III Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya. Fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah hanya bisa melihat dan menunggu tandatanda dan gejalanya. Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita khawatir terhadap hidupnya dan bayinya dia akan memiliki bayi abnormal. Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image. 2) Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya. 3) Trimester ketiga, menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya. 4) Adanya perasaan tidak nyaman. 5) Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan. 6) Menyibukan diri dalam persiapan menghadapi persalinan. B. Senam Hamil Persalinan dapat tercapai dengan baik jika keluhan atau problem yang ada pada ibu hamil berkurang, otot dasar panggul dapat berkontraksi dengan baik dan kesiapan mental yang baik pula dan untuk itu perlu kegiatan yang bermanfaat dan membantu dalam proses persalinan, yaitu dengan mengikuti kelas senam hamil. 19 Dokter-dokter spesialis kebidanan dan ahli penyakit kandungan khususnya di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. Said Sukanto Jakarta memberikan latihan senam hamil kepada pasien-pasiennya secara terprogram dan terpimpin dilaksanakan sekali dalam seminggu yang dijadikan penulis tempat mengambil sampel penelitian. Sebagaimana isi pernyataan sebagai berikut: Kehamilan maupun persalinan merupakan proses alamiah seluruh organ tubuh. Adanya perubahan pada ibu selama masa kehamilan menyebabkan keluhan atau problem pada ibu hamil yang dapat menghambat persalinan itu sendiri, dimana keluhan ibu hamil tersebut adalah; sakit pinggang, kejang dan kram pada tungkai, oedema, sesak napas, varises, tidak siapnya mental ibu hamil. Selain itu juga dalam diri ibu hamil harus ada rasa percaya diri dalam menghadapi persalinan sangat diperlukan agar ketenangan dan relaksasi otot tubuh dapat dicapai dengan sempurna. (Tn.1999: 1) 1. Pengertian Senam Hamil “Senam hamil adalah latihan yang berupa senam dan dilakukan oleh setiap ibu-ibu hamil”. (Tn. 1999: 2). Sedangkan menurut Anggraeni (2010:4-5) mendefinisikan: Senam hamil merupakan latihan relaksasi yang dilakukan oleh ibu-ibu yang mengalami kehamilan sejak usia kehamilan 28 minggu sampai dengan masa kelahiran. Dan senam hamil ini merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal care). Senam hamil akan memberikan suatu hasil produk kehamilan atau outcome persalinan yang lebih baik, dibandingkan pada ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil. Kegunaan senam hamil di dalam prenatal care dilaporkan akan menaikan dan mengurangi terjadinya berat badan bayi lahir rendah, mengurangi terjadinya persalinan prematur. Secara keseluruhan senam hamil akan berdampak pada peningkatan kesehatan wanita hamil. Olah raga sangat penting bagi ibu hamil, untuk tetap mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar. Namun olah raga yang dilakukan, juga harus yang sesuai dengan perubahan fisik. Senam hamil biasanya dimulai saat kehamilan memasuki trisemester ketiga, yaitu sekitar usia 28 sampai 30 minggu kehamilan. Selain untuk 20 menjaga kebugaran, senam hamil juga melalui latihan relaksasi akan sangat membantu untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan. 2. Tujuan Senam Hamil Seperti yang telah diuraikan di latar belakang permasalahan, salah satu pembinaan fisik dan mental ibu hamil diperoleh melalui kelas senam hamil. Menurut Manuaba (1998:141) menyatakan bahwa: Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan, yaitu penyakit jantung, ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan perdarahan, hamil dengan gestosis, hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24 sampai 28 minggu . Tujuan senam hamil seperti yang diuraikan oleh Anggraeni (2010:7-8) sebagai berikut: Tujuan umum senam hamil adalah melalui latihan senam hamil yang teratur akan dapat menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang nantinya akan berperan dalam mekanisme persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan dan membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis. Tujuan khusus senam hamil secara sederhana dapat digambarkan bahwa senam hamil memiliki tujuan untuk: a. Melatih ibu hamil untuk beradaptasi lebih baik dengan kehamilannya. b. Melatih dan mempersiapkan ibu hamil untuk menghadapi kelahiran bayinya. c. Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena) secara segmental yang tak jarang terjadi pada ibu hamil. d. Penguatan otot-otot dasar panggul dan tungkai Suatu hal yang perlu disadari oleh para ibu hamil, bahwa senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat otot-otot dasar panggul dan tungkai yang berhubungan dengan proses persalinan. 21 e. Penguluran dan pelemasan otot-otot dan ligamen Dengan senam hamil dapat mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan. f. Meningkatkan sistem pernapasan Banyak hal yang diajarkan pada senam ini misalnya tentang cara menghadapi persalinan termasuk posisi, menguasai teknik-teknik pernapasan dan mengatur napas saat mengejan, sampai cara mengejan. Latihan ini sangat penting, guna memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin maka dia akan mendesak isi perut ke arah dada. Hal ini akan membuat rongga dada lebih sempit dan nafas ibu tidak bisa optimal, dengan senam hamil maka ibu akan diajak berlatih agar nafasnya lebih panjang dan tetap relax. g. Latihan pernafasan khusus yang disebut panting quick breathing terutama dilakukan setiap saat perut terasa kencang. h. Latihan mengejan, latihan ini khusus untuk menghadapi persalinan, agar mengejan secara benar, maka energi ibu yang dikeluarkan akan lebih efektif sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak tertahan di jalan lahir. i. Menambah gerakan sendi panggul Senam hamil dapat melatih, melenturkan dan menambah keelastisitasan persendian-persendian yang berhubungan dengan proses persalinan. j. Relaksasi Latihan relaksasi akan sangat membantu menghilangkan ketegangan mental dan fisik ibu hamil sekaligus untuk bayi yang sedang dikandung. Dengaan demikian, para ibu hamil tentu akan lebih mudah menghadapi persalinan. k. Koreksi sikap tubuh Latihan senam hamil ini dapat membenarkan dan membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan. Latihan ini tidak boleh dilalaikan sebab dengan sikap tubuh yang baik akan menjaga atau membuat letak janin yang normal dan mengurangi sesak napas. l. Menambah rasa percaya diri m. Mengurangi rasa wa-was atau gelisah n. Mencegah gangguan fisik yang diakibatkan oleh gangguan mental atau faktor psikologis, merupakan latuhan penenangan yang bertujuan berusaha menenangkan diri, dapat mengatasi suara-suara dari luar, mengatasi berbagai jenis stress yang datang dari dalam atau dari luar. 22 3. Manfaat Senam Hamil Manfaat senam hamil seperti yang diuraikan oleh Anggraeni (2010:9-10) sebagai berikut: Para pakar kesehatan dan para ahli obstetri membagi senam hamil menjadi empat tahap dimana setiap tahapnya mempunyai manfaat tersendiri bagi ibu hamil. Tahapan tersebut harus dilakukan dengan aturan yang dianjurkan, dan gerakan disesuaikan pula pada umur kandungan, senam minimal dilakukan tiga kali dalam seminggu, serta dianjurkan dilakukan pada saat habis bangun pagi. Tahap dan manfaat senam hamil yaitu: a. Senam Aerobik Merupakan aktifitas senam berirama, berulang dan cukup melelahkan, dan gerakan yang disarankan untuk ibu hamil adalah jalan-jalan. Manfaat dari jalanjalan ini adalah meningkatkan kebutuhan oksigen dalam otot, merangsang paruparu dan jantung juga kegiatan otot dan sendi, secara umum menghasilkan perubahan pada keseluruhan tubuh terutama kemampuan untuk memproses dan menggunakan oksigen, meningkatkan peredaran darah, meningkatkan kebugaran dan kekuatan otot, meredakan sakit punggung dan sembelit, memperlancar persalinan, membakar kalori (membuat ibu dapat lebih banyak makan makanan sehat), mengurangi keletihan dan menjadikan bentuk tubuh yang baik setelah persalinan. b. Kalestenik Latihan berupa gerakan-gerakan senam ringan berirama yang dapat membugarkan dan mengembangkan otot-otot serta dapat memperbaiki bentuk postur tubuh. Manfaatnya adalah meredakan sakit punggung dan meningkatkan kesiapan fisik dan mental terutama mempersiapkan tubuh dalam menghadapi persalinan. c. Relaksasi Merupakan latihan pernapasan dan pemusatan perhatian. Latihan ini bisa dikombinasikan dengan kalistenik. Manfaatnya adalah menenangkan pikiran dan tubuh, membantu ibu menyimpan energy untuk ibu agar siap menghadapi persalinan. d. Kebugaran Panggul (Biasa Disebut Kegel) Manfaat dari latihan ini adalah menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya (perinial) sebagai kesiapan untuk persalinan, mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. 23 4. Tahapan-Tahapan Senam Hamil Tahapan-tahapan senam hamil dijelakan oleh Anggraeni (2010:19-20) sebagai berikut: Senam hamil bisa dilakukan di mana saja termasuk di rumah. Tetapi cara atau tahapan harus disesuaikan dengan kondisi tubuh, umur kandungan, dan sesuai aturan yang sudah dianjurkan oleh instruktur. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena menghindari adanya kesalahan gerakan yang menimbulkan efek berbahaya bagi ibu dan janin. Senam hamil ini terdiri dari empat bagian, yaitu: a. Latihan umum. Yang boleh dilakukan oleh ibu hamil yang usia kehamilannya lebih dari 23 minggu dan diijinkan oleh dokter kandungan untuk senam hamil. b. Latihan khusus untuk usia kehamilan 23-30 minggu. c. Latihan khusus untuk usia kehamilan 30-36 minggu. d. Latihan khusus untuk usia kehamilan 36-40 minggu. 5. Gerakan Senam Hamil Menurut Anggraeni (2010: 23-41), diuraikan sebagai berikut: a. Waktu Setiap kegiatan senam, berlangsung tidak lebih dari 0,5 hingga satu jam. Ini mengingat kondisi ibu hamil yang cenderung mudah lelah. Kehamilan pun membuat napas tidak sepanjang keadaan normal atau tidak hamil, dan waktu pelaksanaan senam hamil sebaiknya dilakukan ketika ibu hamil dalam keadaan rileks dan tidak terbebani dengan rutinitas apapun, baik itu pagi, siang ataupun sore hari. b. Gerakan Permulaan Kegiatan senam diawali dengan pemanasan. Tujuannya agar peredaran darah di tubuh meningkat dan oksigen yang dibawa ke otot-otot dan jaringan tubuh bertambah. Selain itu, untuk menjaga kemungkinan terjadinya kejang atau luka akibat gerakan-gerakan senam selanjutnya. Tahap berikutnya adalah latihan pernapasan melalui dada dan perut, berguna untuk mengurangi rasa sakit saat mulas. Para ibu juga dilatih mengejan, melatih otot-otot payudara, kaki agar tidak kram. Melatih poetur tubuh agar dapat duduk, berdiri, dan tidur dengan nyaman pada saat hamil, dan lainnya. Di pelajaran terakhir, umumnya diberikan latihan 24 perut yang gunanya untuk mengerutkan kembali otot-otot sehabis melahirkan nanti. c. Latihan-latihan Umum Senam Hamil 1) Latihan Otot Kaki Kegunaannya memperlancar sirkulasi darah di kaki dan mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki. 2) Latihan Pernafasan Latihan ini pada dasarnya melatih teknik pernafasan perut (diafragma) dan pernapasan dada. Kegunaan pernafasan perut yaitu melemaskan dinding perut agar mudah diperiksa oleh dokter atau bidan, sedangkan kegunaan pernapasan iga untuk mendapatkan oksigen sebanyak mungkin, kemudian kegunaan dari pernapasan dada yaitu untuk mengurangi rasa sakit saat bersalin. 3) Latihan Penguluran dan Pelemasan Otot Pinggang, Perut Paha 4) Latihan Sendi Bahu dan Payudara 5) Latihan Koreksi Sikap Latihan ini bertujuan untuk mengurangi beban yang harus disangga pinggang selama ibu mengandung. 6) Latihan Rileksasi Umum Gerakan-gerakan ini dilakukan saat ibu beristirahat agar tercapai rileksasibagi otot-otot perut dan tungkai yang merupakan otot-otot yang sangat berperan selama ibu mengandung. 7) Latihan Otot Panggul Kegunaannya yaitu untuk mengembalikan posisi panggul yang berat ke depan mengurangi dan mencegah pegal-pegal, sakit pinggang dan punggung serta nyeri di lipat paha. 8) Latihan Otot Betis Kegunaanya untuk mencegah kram di betis. 9) Latihan Otot Pantat Kegunaannya mencegah timbulnya wasir saat mengejan. 10) Latihan Anti Sungsang 11) Pemanasan dan Pendinginan Seperti olahraga pada umumnya, dan senam pada khususnya, maka pada pelaksanaan senam hamil ini harus terkandung unsur pemanasan dan pendinginan. 25 Sedangkan yang merupakan program latihan senam hamil dari Rumah Sakit Kepolisian Pusat R. Said Sukanto Jakarta, latihan-latihan senam hamil djelaskan sebagai berikut: Latihan senam hamil ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Pemanasan 2) Latihan Inti 3) Pendinginan, (Tn. 1999:2). C. Kecemasan Menurut Ghufron dan Risnawita (2010: 141) mendefinisikan: Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. Hal tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadian. Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai ibu hamil trimester akhir dalam menghadapi suatu objek yaitu persalinan. Menurut Anggraeni (2010: 1) menjelaskan: Suatu Persalinan yang normal selayaknya berlangsung lancar dan nyaman. Adanya rasa nyeri yang berlebihan, lebih disebabkan oleh ketegangan mental dan fisik sang ibu. Rasa nyeri ini, sebenarnya hanyalah mitos belaka yang menjadi rekaman di alam bawah sadar dari jiwa sang ibu (sugesti). Datangnya kecemasan sebelum proses persalinan adalah reaksi normal terhadap stres, terutama bagi para ibu hamil yang mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya. Kecemasan dianggap abnormal hanya jika terjadi dalam situasi yang sebagian besar orang dapat menanganinya tanpa kesulitan berarti. 26 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan menurut Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1988:159), memiliki kata dasar cemas yang berarti, “tidak tentram hati (karena khawatir, takut) dan gelisah”. Kecemasan menurut Muchlas (Ghufron dan Risnawita, 2010: 142) mendefinisikan bahwa “kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman”. Sementara Lazarus (Ghufron dan Risnawita, 2010: 142) membedakan perasaan cemas menurut penyebabnya menjadi dua, yaitu: a. State anxiety State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman, misalnya mengikuti tes, menjalani operasi, atau lainnya. Keadaan ini ditentukan oleh persaan tegang yang subjektif. b. Trait anxiety Trait anxiety adalah disposisi untuk menjadi cemasdalam menghadapi berbagai macam situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang atau menginterpretasikan suatu keadaan menetap pada individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian yang demikian. Menurut Niven (Mulyata, 1999) menyatakan, “sejak saat hamil pada umumnya ibu hamil sudah mengalami kegelisahan dan kecemasan tentang kehamilannya”. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan yang dialami seseorang ketika bepikir akan ada sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, tanpa sebab yang jelas, bersifat subjektif, dan disertai oleh respon fisiologis, seperti detak jantung meningkat atau 27 otot menegang. Kecemasan merupakan hal normal terjadi yang menyertai perkembangan, atau pengalaman baru. 2. Bentuk-Bentuk kecemasan Menurut Freud (Alim, 2008) terdapat tiga macam kecemasan, yaitu: a. Kecemasan Realitas atau Objektif Kecemasan yang realistis atau rasa takut akan bahaya-bahaya dari luar. Kecemasan ini merupakan suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang buas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilaku bagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutan yang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrim. Seseorang dapat menjadi sangat takut untuk keluar rumah karena takut terjadi kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut terjadi kebakaran. b. Kecemasan Neurosis Kecemasan apabila instink-instink tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum. Kecemasan ini sebenarnya mempunyai dasar dalam realitas, karena dunia sebagaimana diwakili oleh orang yang memegang kekuasaan, contoh: Kleptomania. c. Kecemasan Moral Kecemasan moral merupakan kecemasan kata hati. Orang yang super egonya berkembang dengan baik cenderung akan merasa apabila dia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas, karena di masa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melangar kode moral, dan mungkin akan mendapat hukuman lagi, contoh: aborsi. 3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan Adler dan Rodman (Ghufron, 2010:145) menyatakan terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu pengalaman yang negatif pada masa lalu dan pikiran yang tidak rasional. a. Pengalaman negatif pada masa lalu 28 Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang. b. Pikiran yang tidak rasional Kecemasan terjadi bukan karena suatu kejadian, melainkan kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian. Ellis dalam Adler dan Rodman (Ghufron, 2010: 146) memberi daftar kepercayaan atau keyakinan kecemasan sebagai contoh dari pikiran tidak rasional yang disebut buah pikiran yang keliru, yaitu: a. Kegagalan katastropik Kegagalan katastropik yaitu adanya asumsi dari diri individu bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Individu mengalami kecemasan dan perasaanperasaan ketidakmampuan serta tidak sanggup mengatasi permasalahannya. b. Kesempurnaan Setiap individu menginginkan kesempurnaan. Individu ini mengharapkan dirinya berperilaku sempurna dan tidak ada cacat. Ukuran kesempurnaan dijadikan target dan sumber inspirasi bagi individu tersebut. c. Persetujuan Persetujuan adanya keyakinan yang salah didasarkan pada ide bahwa terdapat hal virtual yang tidak hanya diinginkan, tetapi juga untuk mencapai persetujuan dari orang lain. d. Generalisasi yang tidak tepat Keadaan ini juga memberi istilah generalisasi yang berlebihan. Hal ini terjadi pada orang yang mempunyai sedikit pengalaman. Dari penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan di atas, secara umum faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan adalah faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa pesimis, takut gagal, pengalaman negatif masa lalu, dan pikiran yang tidak rasional. Sementara faktor eksternal seperti kurangnya dukungan sosial, atau dukungan dari orang lain. 29 4. Aspek-Aspek Kecemasan Deffenbacher dan Hazaleus (Ghufron, 2010: 143), mengemukakan bahwa sumber penyebab kecemasan, meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan temantemannya. b. Emosionalitas (imosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi, seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan tegang. c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference) merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas. Kecemasan yang dialami individu dan kecemasan tersebut didefinisikan sebagai konsep yang terdiri dari dua dimensi utama, yaitu kekhawatiran dan emosionalitas. Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dan sistem saraf otonomik yang timbul akibat situasi atau objek tertentu. Juga merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang tidak menyenangkan dan reaksi tersebut mungkin terjadi terhadap sesuatu yang akan terjadi, seperti ketegangan bertambah, jantung berdebar keras, tubuh berkeringat, dan badan gemetar saat mengerjakan sesuatu. Khawatir merupakan aspek kognitif dari kecemasan yang dialami berupa pikiran negatif tentang diri dan lingkungannya, kritis terhadap diri sendiri, menyerah terhadap situasi yang ada, dan merasa khawatir secara berlebihan tentang kemungkinan apa yang dilakukan. Shah (Ghufron, 2010: 144) membagi kecemasan menjadi tiga komponen, yaitu: a. Komponen fisik, seperti pusing, sakit perut, tangan berkeringat, perut mual, mulut kering, grogi dan lain-lain. b. Emosional seperti panik dan takut. c. Mental atau kognitif, seperti gangguan perhatian dan memori, kekhawatiran, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung. 5. Gejala-Gejala Kecemasan pada Ibu Hamil Gejala-gejala kecemasan pada ibu hamil diuraikan oleh Mulyata, (1999) sebagai berikut: 30 Gejala fisik pada ibu hamil yang mengalami kecemasan meliputi telapak tangan basah, tekanan darah meninggi, badan gemetar, denyut jantung meningkat dan keluarnya keringat dingin. Perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil contohnya muncul jerawat, varises, noda di wajah juga dapat menimbulkan kecemasan, karana hal ini akan mengurangi kecantikan wajah pada ibu hamil. Perubahan yang terjadi ketika hamil yang lain adalah mudah lelah, badan terasa tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernafas, dan lain-lain. Perubahanperubahan tersebut berbeda-beda intensitasnya pada masing-masing ibu hamil. Ada ibu hamil yang intensitas kecemasannya lebih tinggi, adapula yang intensitas kecemasannya lebih rendah. Ada dua hal yang menyebabkan kecemasan pada ibu hamil yaitu perasaan takut dan penolakan ibu terhadap kehamilannya. Perasaan takut yang dirasakan oleh ibu hamil lebih didasarkan pada perubahan besar yang terjadi pada tubuhnya. Penolakan ibu terhadap kehamilannya lebih didasarkan pada calon ibu tersebut tidak menikah atau karena kesulitan ekonomi sehingga dengan hadirnya anak dapat memberatkan ekonomi keluarga. Pada ibu hamil biasanya kepercayaan tradisional yang dianut dalam suatu daerah akan berpengaruh terhadap pola pikirnya sehingga akan menimbulkan kecemasan tersendiri. Sikap yang kurang menyenangkan di pihak orang-orang yang berarti sikap yang kurang menyenangkan dari lingkungan juga menimbulkan efek yang mendalam bagi kondisi mental ibu hamil. Misalnya orang tua yang tidak menghendaki kelahiran karena takut mengganggu program pendidikan dan pekerjaan. Hasil studi tentang psikologi kehamilan membuktikan bahwa fenomena kecemasan yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan beban ekstra yang dapat berasal dari dalam tubuh sendiri maupun dari kejadian diluar tubuh. Menurut Notosoedirjo (Mulyata, 1999) apabila ibu hamil tidak mampu beradaptasi dengan beban ekstra tersebut, akan mengalami kecemasan. Berikut disajikan beberapa faktor yang dikumpulkan oleh Niven (Mulyata, 1999) yang mempunyai pengaruh negatif terhadap kehamilan, sebagai berikut: a. Stressfull life events, termasuk suami kehilangan pekerjaan, suami menganggur, masalah perumahan, suami selingkuh, adanya anggota keluarga yang sakit keras. b. Adanya masalah dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari seperti masalah finansial, hilangnya aset keluarga, kegagalan dalam business, hilangnya dukungan sosial dari pihak tertentu. c. Pengalaman keguguran, bayi lahir mati, bayi lahir imatur, prematur, bayi lahir cacat, pernah mengalami kondisi yang mengancam jiwa. d. Adanya riwayat infertilitas disertai berbagai usaha sehingga berhasil hamil. e. Pernah menderita penyakit jiwa. 31 6. Sumber-Sumber Kecemasan pada Ibu Hamil Sumber-sumber kecemasan pada ibu hamil berdasarkan teori Freud (Alim, 2008), terdiri dari: a. Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari bunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata. b. Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum. c. Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Kecemasan realitas merupakan kecemasan atau takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar seperti takut mati, trauma kelahiran, perasaan berdosa dan sebagainya. Kecemasan realitas yang dialami oleh ibu hamil adalah ketakutan akan kesehatan bayi yang dikandungnya, takut bayi yang dilahirkannya bernasib buruk, takut tidak diterimanya bayi oleh suami dan keluarga, takut akan ditinggalkan suami sesudah ia menjalani proses persalinan karena bentuk tubuh yang telah berubah. Hal ini dapat menyebabkan ibu hamil merasa tidak percaya diri dalam melewati masa kehamilan dan kelahiran. Kecemasan neurotik adalah kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan hukuman. Kecemasan jenis ini merupakan rasa cemas terhadap penyakit yang dialami dan dirasakan ketika hamil. Kecemasan neurotik ini biasanya takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil atau tempat yang tinggi dan orang banyak. Penyakit ini sejenis dengan penyakit fobia. Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani, rasa berdosa apabila individu melakukan atau berfikir 32 untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma. Perasaan bersalah dan berdosa yang dialami oleh ibu hamil adalah hamil di luar nikah, pernikahan yang tidak direstui oleh keluarga dan ketiadaan suami/keluarga pada saat hamil dan melahirkan. Hal ini muncul karena individu tersebut melakukan hubungan yang dianggap bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. D. Persalinan 1. Definisi Persalinan “Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu”, (Sastrawinata, 1983: 221). Sedangkan definisi persalinan menurut Saifuddin (2002: 100) diuraikan sebagai berikut: Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Ditambahkan dengan pernyataan dari Manuaba (1998: 157), mendefinisikan “persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)”. 33 2. Bentuk Persalinan Manuaba (1998: 157) menyatakan: Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: a. Persalinan spontan Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri b. Persalinan buatan Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar c. Persalinan anjuran Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. 3. Proses Persalinan Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh Manuaba (1998: 158) yaitu: Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu: a. Estrogen 1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim. 2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis. b. Progesteron 1) Menurunkan sensitivitas otot rahim. 2) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis. 3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Terdapat beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan, sebagai berikut: Beberepa teori yang dikemukakan ialah: a. Penurunan kadar progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat 34 keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. b. Teori oxytocin. Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. c. Keregangan otot-otot. Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregangoleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. d. Pengaruh janin. Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. e. Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. 4. Pembagian Tahap Persalinan Berdasarkan uraian Saifuddin (2002: 100), sebagai berikut: Persalinan dibagi dalam empat kala, yaitu: a. Kala I : dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam dua fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. b. Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. c. Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. d. Kala IV : dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. 35 5. Tanda-Tanda Persalinan Tanda-tanda diuraikan oleh Tn. (2009) yaitu: Mendekati proses persalinan, terdapat tanda-tanda yang dapat dikenali. Tandatanda tersebut antara lain: a. Lender bercampur darah Sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir kemerahan karena bercampur darah. Hal ini dapat terjadi beberapa hari sebelum persalinan. b. Air ketuban pecah Kantung ketuban pecah yang mengelilingi bayi, sehingga air ketuban keluar. Normalnya air ketuban adalah cairan yang bersih, jernih dan tidak berbau. c. Kontraksi yang teratur Mulai usia kehamilan 38 minggu, umumnya timbul kontraksi tidak teratur yang disebut kontraksi Braxton Hick.